Aktifitas Bakteri Saccharomyces Cerevisiae Fermentasi Roti Dan Bir
-
Upload
hilida-suci-irawani -
Category
Documents
-
view
11 -
download
1
description
Transcript of Aktifitas Bakteri Saccharomyces Cerevisiae Fermentasi Roti Dan Bir
-
AKTIFITAS KHAMIR Saccharomyces cerevisiae FERMENTASI ROTI dan
MINUMAN BERALKOHOL
1. Pendahuluan
Mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil namun memiliki
peranan besar dalam kehidupan. Salah satu peran mikroorganime ini adalah dapat
mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain yang memberi manfaat dalam
membantu pencernaaan zat nutrisi makanan. Proses yang dibantu oleh
mikroorganisme misalnya melalui fermentasi. Proses fermentasi menghasilkan
senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-ob atan.
Terdapat banyaak sekali jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam
proses fermentasi dalam meningkatkan produk pangan, salah satunya adalah
khamir Saccharomyces cerevisiae. S. cerevisiae adalah jamur bersel tunggal yang
telah memahat milestones dalam kehidupan dunia. Jamur ini merupakan
mikroorganisme pertama yang dikembangbiakkan oleh manusia untuk membuat
makanan (sebagai ragi roti, sekitar 100 SM, Romawi kuno) dan minuman
(fermentasi bir dan anggur, sekitar 7000 SM, di Assyria, Caucasia, Mesopotamia,
dan Sumeria). Di Indonesia sendiri, jamur ini telah melekat dalam kehidupan
sehari-hari. Nenek moyang kita dan hingga saat ini kita sendiri menggunakannya
dalam pembuatan makanan dan minuman, seperti tempe, tape, dan tuak. Dengan
menghasilkan berbagai minuman beralkohol, mikroorganisme tertua yang
dikembangbiakkan oleh manusia ini memungkinkan terjadinya proses
bioteknologi yang pertama di dunia. Seiring dengan berkembangnya genetika
molekuler, S. cerevisiae juga digunakan untuk menciptakan revolusi terbaru
manusia di bidang rekayasa genetika. S. cerevisiae yang sering mendapat julukan
sebagai top-fermenting yeast telah menjadi mikroorganisme frontier di berbagai
bioteknologi modern.
Saccharomyces cerevisiae berperan dalam berbagai fermentasi karena
Saccharomyces bersifat fermentatif (melakukan fermentasi, yaitu memecah
glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol) kuat seperti tahu, tempe, tape, roti
-
dan bir. Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki
sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast),
memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation
kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme
substrat.
Aktifitas khamir S. cerevisiae memiliki kondisi dan proses fermentasi
yang berbeda, tergantuk dari substrat bahan pangan yang difermentasikan. Pada
fermentasi alkohol terjadi suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil
alkohol) dan karbon dioksida. Sedangkan pada fermentasi roti aktifitas mikroba S.
cereviciae adalah Udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat
pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh
khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses
fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap
di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang
elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan
(penambahan volume) adonan.
Dari berbagai proses fermentsi yang dilakukan oleh khamir ini akan diulas
bebrapa aktifitas S. cereviciae dalam memfermentasikan dua jenis bahan pangan
dalam bentuk hasil yang berbeda.
2. Diskusi
Semua strain S. cerevisiae dapat tumbuh secara aerobik pada glukosa,
maltosa, dan trehalosa dan lambat tumbuh pada laktosa dan selobiosa. Hal ini
menunjukkan bahwa galaktosa dan fruktosa adalah dua dari gula fermentasi
terbaik. Kemampuan ragi untuk menggunakan gula yang berbeda dapat berbeda
tergantung pada apakah mereka tumbuh aerobik atau anaerobik. Beberapa strain
tidak dapat tumbuh secara anaerobik pada sukrosa dan trehalosa. Semua strain S.
cerevisiae dapat memanfaatkan amonia dan urea sebagai satu-satunya sumber
nitrogen, tetapi tidak dapat memanfaatkan nitrat, karena jamur ragi tidak toleran
terhadap ion ammonium. Jamur ragi juga dapat memanfaatkan sebagian besar
-
asam amino, peptida rantai pendek, dan basa nitrogen sebagai sumber nitrogen.
Histidin, glisin, sistin, dan lisin merupakan asam amino yang tidak mereka
butuhkan. S. serevisiae tidak mengeluarkan protease sehingga protein
ekstraseluler tidak dapat dimetabolisme.
Kondisi Fermentator
Fermentor yang digunakan dalam produksi etanol tergantung pada bahan
baku yang digunakan. untuk penggunaan dengan bahan baku gula dapat langsung
dengan fermentor anaerob, sedang jika akan digunakan dengan bahan baku dari
pati atau karbohidrat lain harus ada proses sakarifikasi sehingga minimal ada dua
fermentor.
Fermentor dalam pembuatan roti adalah adonan yang terdiri dari bebrapa
bakan kering berupa tepung, gula, susu bubuk, bread emulsifier, telur, air,
mentega, garam dan ragi. Dalam adonan yang telah dibuat tidak dicampurkan
kecuali garam. Karena garam dilarang bertemu dengan ragi sejak awal. Ragi
akan mati bila dicampur bersamaan. Setelah itu kemudian masukkan mentega dan
garam, pencampuran terus dilakukan sampai adonan licin, kalis dan elastis.
Fermentor dalam fermentasi alkohol sering berasal dari tumbuh-tumbuhan
yaitu perasan buah (jus) dan biji-bijian yang banyak digunakan adalah barley,
gandum, hope dan beras. Fermentor adalah tempat berlangsungnya fermentasi
dapat berupa bahan dengan kerja anaerob ataupun anaerob.
Fermentasi
Proses fermentasi ini dilakukan untuk menghasilkan potongan roti (loaves)
dengan bagian yang porus dan tekstur roti yang lebih lembut. Metode ini
didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses fermentasi yang menghasilkan
konsistensi adonan yang frothy (porus seperti busa). Pembentukan gas pada
proses fermentasi sangat penting karena gas yang dihasilkan akan membentuk
struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung
cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan
-
gas dan uap air terdesak ke luar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi
pati sehingga terbentuk struktur frothy.
Fermentasi adonan didasarkan pada aktivitas-aktivitas metobolis dari
khamir. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan menghasilkan
metabolit fungsional yang penting pada pembentukkan adonan. Dengan
mengendalikan parameter proses fermentasi dan metode preparasi adonan dapat
dimungkinkan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk
menghasilkan adonan roti yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan
pembentukkan.
Pada proses fermentasi minuman beralkohol S. sereviciae mengubah pati
pada biji-bijian tersebut menjadi gula, serta mengubah sebagian gula menjadi
alkohol dan komponen flavor (cita rasa). Dari proses tersebut kemudian akan
dihasilkan minuman beralkohol dengan cita rasa tertentu sesuai dengan bahan
baku yang digunakan.
Lama proses fermentasi itu akan mempengaruhi jumlah alkohol yang
dihasilkannya. Semakin lama proses fermentasi semakin tinggi kandungan
alkoholnya. Dari perbedaan biji-bijian yang dipakai dan lamanya fermentasi ini
akan menghasilkan jenis minuman keras yang berbeda-beda pula.
Aktifitas Khamir Dalam Fermentasi Bahan Baku
Peranan khamir pada pengembangan adonan roti adalah udara (oksigen)
yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading)
akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi
yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan selama
proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang
impermiabel. Gas
Selama proses fermentasi selain dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan asam-
asam organik yang menyebabkan penurunan pH adonan (asidifikasi). Karena
tingginya kapasitas penyangga (buffer capacity) protein di dalam adonan, maka
tingkat keasaman dapat ditentukan dengan menentukan total asam adonan. Proses
asidifikasi ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa fermentasi adonan berjalan
-
dengan baik. Dengan demikian pengukuran pH mutlak diperlukan dalam
pengendalian proses.
Proses fermentsi roti mengakibatkan terbentuknya alkohol, penurunan pH,
dan terbentuknya metabolit lainnya secara langsung akan berperan sebagai
prekursor flavor dan rasa roti. Akibat proses fermentasi tersebut dapat
menghasilkan roti dengan mutu organoleptik yang tinggi.
Pada minuman beralkohol aktifitas khamir dapat mengubah pati pada biji-
bijian tersebut menjadi gula, serta mengubah sebagian gula menjadi alkohol dan
karbon dioksida. Budiyanto dan Krisno, (1996:75-77) Dalam proses pembuatan
anggur (wine) terjadi proses pemecahan gula menjadi alkohol dan CO2 akibat dari
aktifitas enzim yang dihasilkan oleh sel khamir. Reaksi dalam fermentasi berbeda-
beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan.
Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana,
melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula
yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang terakhir akan
bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan. merupakan bagian dari tahap
awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan selama proses fermentasi
berlangsung adalah: pemilihan khamir, nutrien, kosentrasi gula, keasaman,
pemberian oksigen dan suhu dari perasan buah anggur tersebut. Khamir yang
digunakan pada proses fermentasi ini harus tahan terhadap kadar alkohol yang
tinggi dan mampu beradaptasi dengan SO2. Serta diharapkan mampu
menghasilkan alkohol yang tinggi dan menghasilkan asam yang rendah. Selain
Reaksi yang terjadi saat fermentasi
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) Alkohol (etanol) + Karbon
dioksida + Energi (ATP)
-
itu, suhu juga berpengaruh terhadap fermentasi wine. Suhu yang cocok untuk
proses ini adalah dibawah 30oC. Semakin rendah suhu fermentasi maka semakin
tinggi pula alkohol yang akan dihasilkan. pH yang digunakan untuk pertumbuhan
khamir adalah 4-4,5. Untuk menaikkan pH digunakan NaOH, dan untuk
menurunkan pH digunakan asam nitrat. Fermentasi anggur (wine) juga
dipengaruhi oleh kosentrasi garam logam dalam perasan. Pada kosentrasi yang
rendah akan menstimulir aktivitas dan petumbuhan khamir, sedangkan pada
kosentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan sel khamir. Starter yang
ditambahkan pada perasan buah anggur yang akan difermentasi banyaknya 2-5%.
Karena hal tersebut dapat memperpendek fase adaptasi. Starter yang digunakan
sebaiknya mempunyai kadar alkohol lebih dari 4%. Hal ini berguna untuk
menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merusak atau mengkontaminasi.
Starter yang baik adalah starter dari biakan murni yang dapat diisolasi dari buah.
Media starter dibuat dari must yang sudah disterilisasikan antara 2-5% volume
dan yang telah diinokulasikan dengan khamir. Reaksi dalam fermentasi berbeda-
beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan.
Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana,
melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
3. Kelebihan dan Kekurangan Bakteri
Pemanfaaatan khamir tentu beradarkan pada kemampuannya dalam
menggunakan substrat yang akan diubah dan melihat pada kondisi tumbuhnya
khamir apakah mereka tumbuh aerobik atau anaerobik. Sehingga dari kondosi
hidup yang demikian khamir Saccharomyces cereviciae memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhaatikan
Kelebihan
Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki
sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast),
memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation
kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme
-
substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan
adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol).
Saccharomyces cerevisiae juga telah digunakan dalam beberapa industri lainnya,
seperti industri roti (bakery), industri flavour, (menggunakan ektrak ragi/yeast
extracts), industri pembuatan alcohol (farmasi) dan industri pakan ternak.
Dari ke dua proses fermentasi pengolahan pangan yang dihasilkan akibat
dari atifitas khamir tersebut maka ke dua bahan pangan mengalami peningkatan
produksi terutama dari tekstur, rasa dan aroma khas yang dimiliki masing-masing
ahan pangan. Terciptanya kehasan pada produk yang dihasilkan dapat
meningkatkan nilai ekonomis bagi industri pengolahan pangan. Peningkatan nilai
ekonomis ini berlaku jika konsumen menyukai produk yang pas dan sesuai
dengan standar mutu yang ada.
Kekurangan
Semua strain S. cerevisiae dapat memanfaatkan amonia dan urea sebagai
satu-satunya sumber nitrogen, tetapi tidak dapat memanfaatkan nitrat, karena
mereka tidak toleran terhadap ion ammonium. Dengan ini S. cerevisiae tidak
dapat dimanfaatkan sebagai agens bioremediasi untuk mengontrol kadar amonia
dan nitrit di tambak udang.
Jiaka penggunaan khamir ini tidak memeperhatikan kondisi khamir (aerob
dan anaerob), pH, fermentator, dan sifat-sifat proses maka fermentasi ayng
dihasilkan akan kurang maksimal.
4. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil diskusi adalah:
1. Jamur S. cerevisiae berperan sebagai fermentasi mkanan terutama roti
dan minuman beraokohol karena dapat memecah glukosa menjadi
karbon dioksida dan alkohol.
2. Aktifitas Jamur S. cerevisiae dapat melakukan fermentasi sesuai
dengan substrat atau bahan sumber fermentor yang akan difermentasi.
-
3. Pada fermentasi roti S. cerevisiae dalam keadaan anaerob mampu
menghasilkan CO2 yang mana gas ini akan mendesak lapisan yang
elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan
(penambahan volume) adonan.
4. Pada fermentasi alkohol S. cerevisiae dapat mengubah pati pada biji-
bijian tersebut menjadi gula, serta mengubah sebagian gula menjadi
alkohol dan karbon dioksida.
5. Hasil fermentasi pangan dari jamur S. cerevisiae akan lebih baik jika
memeperhatikan pada pemilihan khamir, nutrien, kosentrasi gula,
keasaman, kondisi aerob dan anaerob, suhu dari adonan dan atau
perasan buah dan lama fermentasi.