Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh...

33
Akreditasi RS adalah bentuk evaluasi eksternal mutu pelayanan kesehatan yang diwajibkan oleh pemerintah dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. SPM RS adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar.Bagaimanakah hubungan antara SPM RS dengan akreditasi RS KARS versi baru? Topik ini menjadi salah satu pembahasan dalam workshop Finalisasi Revisi Standar Pelayanan Minimal-RS (SPM RS) yang dilaksanakan oleh Dirjen BUK-Kemenkes pada 29-30 Nopember 2011 yang lalu dan disampaikan oleh dr. Hanevi Djasri, MARS. Menurut dr. Hanevi Djasri, MARS akreditasi dengan SPM memang harus sejalan, karena keduanya adalah sama-sama proses mutu, dimana ada pengukuran-evaluasi-perbaikan. Sudah terlihat benang merah antara SPM RS dengan standar akreditasi KARS versi baru, ditunjukkan dengan adanya kaitan konten antara keduanya. Misalnya, beberapa jenis pelayanan SPM telah masuk secara khusus dalam Bab standar akreditasi, antara lain indikator mutu pelayanan Bedah Sentral terdapat dalam Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien (Bab 5: Pelayanan anastesi dan bedah) kemudian indikator Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi terdapat dalam Kelompok Standar Manajemen RS (Bab 2: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi). Beberapa indikator lain, meskipun tidak masuk secara khusus dalam bab tertentu tetapi ada dalam beberapa standar/elemen akreditasi KARS, seperti indikator pelayanan radiologi yang masuk dalam standar AP.6 (Pelayanan Radiologi dan diagnostik imaging) Lebih lanjut dalam standar akreditasi KARS, yaitu tentang Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) pada Standar PMKP.3. menyebutkan bahwa pimpinan RS harus menetapkan indikator kunci baik struktur , proses dan hasil untuk diterapkan diseluruh RS dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Ini merupakan standar yang dapat menjadi dasar kuat bagi Direktur RS untuk menggunakan indikator SPM RS. Melihat keterkaitan tersebut maka sangat penting dilakukan pemetaan untuk melihat hubungan antara SPM RS dengan akreditasi KARS agar RS tidak menganggap bahwa akreditasi KARS dengan SPM RS merupakan 2 hal yang berbeda. Selain itu tentunya akan memudahkan RS karena pemenuhan

Transcript of Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh...

Page 1: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

Akreditasi RS adalah bentuk evaluasi eksternal mutu pelayanan kesehatan yang diwajibkan

oleh pemerintah dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. SPM RS adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar.Bagaimanakah hubungan antara SPM RS

dengan akreditasi RS KARS versi baru? Topik ini menjadi salah satu pembahasan

dalam workshop Finalisasi Revisi Standar Pelayanan Minimal-RS (SPM RS) yang

dilaksanakan oleh Dirjen BUK-Kemenkes pada 29-30 Nopember 2011 yang lalu dan

disampaikan oleh dr. Hanevi Djasri, MARS.

Menurut dr. Hanevi Djasri, MARS akreditasi dengan SPM memang harus sejalan, karena

keduanya adalah sama-sama proses mutu, dimana ada pengukuran-evaluasi-perbaikan. Sudah

terlihat benang merah antara SPM RS dengan standar akreditasi KARS versi baru, ditunjukkan

dengan adanya kaitan konten antara keduanya. Misalnya, beberapa jenis pelayanan SPM telah

masuk secara khusus dalam Bab standar akreditasi, antara lain indikator mutu pelayanan

Bedah Sentral terdapat dalam Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien (Bab 5:

Pelayanan anastesi dan bedah) kemudian indikator Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

terdapat dalam Kelompok Standar Manajemen RS (Bab 2: Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi). Beberapa indikator lain, meskipun tidak masuk secara khusus dalam bab tertentu tetapi

ada dalam beberapa standar/elemen akreditasi KARS, seperti indikator pelayanan radiologi

yang masuk dalam standar AP.6 (Pelayanan Radiologi dan diagnostik imaging)

Lebih lanjut dalam standar akreditasi KARS, yaitu tentang Peningkatan Mutu dan

Keselamatan Pasien (PMKP) pada Standar PMKP.3. menyebutkan bahwa pimpinan RS harus

menetapkan indikator kunci baik struktur , proses dan hasil untuk diterapkan diseluruh RS

dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Ini merupakan standar yang dapat

menjadi dasar kuat bagi Direktur RS untuk menggunakan indikator SPM RS.

Melihat keterkaitan tersebut maka sangat penting dilakukan pemetaan untuk melihat hubungan

antara SPM RS dengan akreditasi KARS agar RS tidak menganggap bahwa akreditasi KARS

dengan SPM RS merupakan 2 hal yang berbeda. Selain itu tentunya akan memudahkan RS

karena pemenuhan SPM RS juga merupakan pemenuhan standar akreditasi , sehingga

indikator SPM RS dapat diintegrasikan dalam standar akreditasi KARS.

Disamping pemetaan hubungan juga perlu dilakukan telaah lebih lanjut tentang proses

penerapan standar akreditasi dengan proses pengukuran dan evaluasi SPM RS, telaah proses

ini penting untuk melihat kesamaan sistem, baik sistem penilaian maupun pengukuran

keduanya. Melalui integrasi kedua sistem ini, apalagi didukung dengan sisitem informasi

berbasis web maka dapat memudahkan RS dalam hal pelaporan dan ketepatan pengiriman

Page 2: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

pelaporan serta juga memudahkan Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan menjalankan

fungsi regulasinya (irfi)

2. BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Lembaga di bidang

kesejahteraan sosial merupakan salah satu ujung tombak berhasilnya

penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Seiring dengan tuntutan global

maka peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang

dilakukan lembaga di bidang kesejahteraan sosial merupakan hal yang

harus dipenuhi. Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Sosial

perlu menjawab peluang dan tantangan dalam upaya peningkatan

pelayanan kesejahteraan sosial di Indonesia. Upaya pemerintah dalam

menjamin pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial yang berkualitas

salah satunya melalui pelaksanaan akreditasi lembaga di bidang

kesejahteraan sosial. Kenyataan faktual di Indonesia menunjukkan

bahwa beberapa tahun berselang telah berkembang demikian banyak

lembaga di bidang kesejahteraan sosial, baik jumlah maupun mutu

pelayanan dengan kecenderungan mengalami perkembangan yang

relatif pesat. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin

Kesos) Kementerian Sosial RI memperlihatkan secara grafis

perkembangan LKS di Indonesia. Trend sosial tersebut, terlihat dari

keberadaan LKS yang terus meningkat. Pada tahun 2004 tercatat

sebanyak 33.364 organisasi sosial lokal yang terdaftar di Kementerian

Sosial. Selama periode Tahun 2004-2009, terjadi peningkatan yang

cukup signifikan yakni dari 33.364 organisasi sosial telah meningkat

menjadi 34.587 organisasi sosial lokal (belum termasuk organisasi

sosial asing). Dalam penyelenggarakan akreditasi terhadap lembaga di

bidang kesejahteraan sosial diperlukan penilaian terhadap lembaga di

bidang kesejahteraan sosial. Dalam penilaian akreditasi tersebut

diperlukan panduan teknis akreditasi. Panduan teknis ini sangat penting

Page 3: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

artinya untuk menjadi tuntunan, pegangan, acuan, dan kesatuan gerak

dalam menjamin mutu penyelenggaraan akreditasi sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan.B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Pedoman pelaksanaan akreditasi lembaga di bidang kesejahteraan

sosial dimaksudkan sebagai acuan dalam menyelenggarakan akreditasi

lembaga di bidang kesejahteraan sosial secara obyektif dan memenuhi

akuntabiilitas publik. ii

3. 2. Tujuan a. Tersedianya acuan dan alat kerja yang bersifat teknis

didasarkan pada norma, standar, prosedur dan kriteria. b. Terbangunnya

kesatuan pemahaman dan gerak langkah dalam penyelenggaraan

akreditasi lembaga di bidang kesejahteraan sosial. c. Terlaksananya

akreditasi secara transparan, benar, tepat dan terukur serta

berkualitas.C. Ruang Lingkup Panduan ini mendeskripsikan hal-hal

teknis yang terkait dengan penyelenggaraan akreditasi dan pihak-pihak

yang berperan serta dalam penyelenggaraan akreditasi.

Penyelenggaraan akreditasi terhadap lembaga di bidang kesejahteraan

sosial, dilaksanakan sebagai bagian dari proses untuk mendorong

terciptanya sistem pelayanan sosial yang profesional dan memiliki

akuntabilitas terhadap kepentingan publik sebagai penerima pelayanan.

Proses akreditasi dilakukan secara obyektif dengan memperhatikan

aspek transparansi, kesesuaian, ketepatan dan terukur (measurable).

Atas dasar itu, maka akreditasi terhadap lembaga di bidang

kesejahteraan sosial diselenggarakan dalam ruang lingkup yang sangat

terbatas, yakni dalam cakupan : 1. Pelayanan sosial langsung yang

diselenggarakan oleh lembaga kesejahteraan sosial; dan 2. Pelayanan

sosial yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat

dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Lingkup kegiatan ini

secara eksplisit menunjukkan bahwa proses akreditasi terhadap

lembaga di bidang kesejahteraan sosial hanya mencakup pelayanan

Page 4: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

sosial langsung yang diselenggarakan oleh LKS dan pelayanan sosial

yang diselenggarakan oleh UPT dan UPTD.D. Sasaran Sasaran

pengguna buku Panduan Teknis Akreditasi Lembaga di bidang

Kesejahteraan Sosial ini adalah para pemangku kepentingan, yang

terdiri dari: 1. Kementerian/Instansi/lembaga terkait di tingkat pusat,

baik Kementerian Sosial RI maupun kementerian/instansi/lembaga

lainnya; 2. Badan Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial;

iii

4. 3. Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan

Sosial; 4. Instansi/Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh

Indonesia; 5. Instansi/Dinas terkait pada Pemerintah Daerah Provinsi

dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia; 6. Lembaga koordinasi

kesejahteraan sosial tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota,

asosiasi pekerja sosial, asosiasi lembaga pendidikan pekerjaan sosial,

serta asosiasi lembaga kesejahteraan sosial; 7. Lembaga kesejahteraan

sosial yang menyelenggarakan pelayanan sosial langsung; dan 8. Unit

Pelaksana Teknis (UPT) yang diselenggarakan Pemerintah Pusat dan

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia.E. Dasar Hukum 1. Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 4967); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun

2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68,Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia nomor 5294); 3. Peraturan Presiden Nomor

47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian

Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 91 tahun 2011; 4. Keputusan Presiden Nomor 84/P

tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 5.

Page 5: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan,

Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang telah

beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92

tahun 2011; 6. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; 7. Peraturan

Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2012 tentang

Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial . iv

5. F. Pengertian 1. Panduan Teknis adalah acuan kerja yang memuat

ketentuan yang bersifat teknis mengenai tata cara pelaksanaan NSPK

dan spesifikasinya, yang harus dijadikan sebagai patokan oleh semua

pihak yang terkait; Panduan Teknis ini merupakan ketentuan yang akan

dijabarkan lebih lanjut ke dalam ketentuan lainnya secara berjenjang. 2.

Akreditasi adalah penentuan tingkat kelayakan dan standarisasi penye-

lenggaraan kesejahteraan sosial yang diberikan kepada lembaga di

bidang kesejahteraan sosial. 3. Lembaga di Bidang Kesejahteraan

Sosial adalah lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial

baik yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun

masyarakat. 4. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unit kelembagaan

di bidang kesejahteraan sosial yang didirikan oleh pemerintah pusat. 5.

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) adalah unit kelembagaan di

bidang kesejahteraan sosial yang didirikan oleh pemerintah daerah,

baik provinsi maupun kabupaten/kota. 6. Lembaga Kesejahteraan

Sosial (LKS) adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang

melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh

masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan

hukum. 7. Badan Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial

yang selanjutnya disebut Badan Akreditasi adalah lembaga yang

melakukan penilaian untuk menetapkan tingkat kelayakan dan

Page 6: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial 8. Pekerja Sosial

Profesional yang selanjutnya disebut pekerja sosial adalah sesorang

yang bekerja,baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang

memiliki kompetensi dan profesi pekerjaaan sosial, dan kepedulian

dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan,

dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan

tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. 9. Tenaga

Kesejahteraan Sosial (TKS) adalah seseorang yang dididik dan dilatih

secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan

penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di

lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di

bidang kesejahteraan sosial. v

6. 10. Asesor adalah seseorang berdasarkan kompetensi yang

dimilikinya diangkat, ditugaskan dan diberhentikan oleh Menteri Sosial

serta mendapat penugasan dari Badan Akreditasi untuk melakukan

penilaian terhadap tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di

bidang Kesejahteraan Sosial.11. Standar Pelayanan Minimal di bidang

Pelayanan Kesejahteraan Sosial adalah ukuran teknis dan spesifik

tentang pelayanan minimal yang perlu dilakukan oleh lembaga di

bidang kesejahteraan Sosial meliputi program, sumber daya manusia,

manajemen organisasi, sarana dan prasarana, proses pelayanan dan

hasil pelayanan. vi

7. BAB II WEWENANG DAN TANGGUNG JAWABA. Kewenangan

Penerapan Peraturan Menteri Sosial Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial melibatkan

berbagai pihak, untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan

Akreditasi perlu diatur kewenangan berbagai pihak tersebut. 1. Menteri

Sosial RI a. Mengangkat dan Memberhentikan : 1) Anggota dan

Page 7: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

Sekretaris Akreditasi; 2) Asesor; 3) Anggota Dewan Kehormatan

Akreditasi; b. Menetapkan: 1) Standar Pelayanan Minimal Pelaksanaan

Pelayanan Kesejahteraan Sosial; 2) Instrumen akreditasi; 3) Sertifikat

Akreditasi; 2. Kepala Badan Pendidikan & Penelitian Kesejahteraan

Sosial Menetapkan Pedoman Pelaksanaan akreditasi; 3. Dewan

Kehormatan Akreditasi Memberikan pertimbangan kepada Menteri

Sosial dalam hal : a. Pengangkatan dan pemberhentian asesor; b.

Pemberian dan pencabutan sertifikat akreditasi; c. Pemberhentian

anggota Badan akreditasi; d. Pengembangan kebijakan akreditasi; 4.

Badan Akreditasi a. Badan Akreditasi mempunyai tugas 1) Menyusun,

menetapkan kriteria dan tugas asesor; 2) Melaksanakan seleksi asesor;

3) Menugaskan kepada asesor untuk melaksanakan penilaian akreditasi;

vii

8. b. Badan akreditasi mengusulkan kepada Menteri Sosial dalam hal 1)

Pengangkatan dan pemberhentian asesor; 2) Hasil penilaian akreditasi

terhadap lembaga di bidang kesejahteraan sosial; 5. Asesor Akreditasi

Melaksanakan penilaian terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan

Minimal. 6. Sekretariat Badan Akreditasi a. Sekretariat Pusat 1).

Melaksanakan kegiatan kesekretariatan Badan Akreditasi Pusat dan 6

Balai Besar Diklat Kessos; 2). Mengelola seluruh sarana dan prasarana

Badan Akreditasi; 3). Pengelolaan keuangan Akreditasi. b. Sekretariat

Wilayah Berada di Balai Besar Pendidikan & Pelatihan Kesejahteraan

Sosial untuk memfasilitasi kegiatan Akreditasi di wilayah kerjanya

mencakup: 1). Menyediakan sarana kegiatan akreditasi; 2).

Menyiapkan tenaga kesekretariatan; 3). Memfasilitasi kerja anggota

Badan Akreditasi dan asesor.B. Tugas dan Tanggung Jawab Penerapan

Peraturan Menteri Sosial Nomor 17 Tahun 2012 tentang Akreditasi

Lembaga Di Bidang Kesejahteraan Sosial melibatkan berbagai pihak,

untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Akreditasi perlu diatur

Page 8: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

kewenangan berbagai pihak tersebut. 1. Menteri Sosial RI Sebagai

pembina pelaksanaan akreditasi 2. Dewan Kehormatan Memberikan

pertimbangan kepada Menteri Sosial dalam hal : a. Pengangkatan dan

pemberhentian asesor b. Pemberian dan pencabutan sertifikat akreditasi

c. Pemberhentian anggota Badan akreditasi d. Pengembangan kebijakan

akreditasi viii

9. 3. Badan Akreditasi a. Ketua Badan Akreditasi, bertugas: 1)

Mengkoordinasikan pengelolaan organisasi 2) Mempimpin Rapat

Pleno, Rapat Konsultasi Dewan Kehormatan, Rapat Rutin Anggota

Badan Akreditasi, Rapat Rutin Bersama (rapat bersama jajaran

Sekretariat Badan Akreditasi), dan rapat lainnya (termasuk Rapat

Paripurna serta forum-forum pertemuan Badan Akreditasi lainnya). 3)

Menandatangani surat keputusan, surat menyurat, pernyataan resmi,

perjanjian kerjasama dengan berbagai pihak atas nama Badan

Akreditasi. 4) Tugas dan tanggung jawab lainnya. b. Wakil Ketua

Badan Akreditasi, bertugas: 1) Mengkoordinasikan pengawasan

terhadap kinerja organisasi. 2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang

diberikan oleh Ketua Badan Akreditasi dan/ atau tugas-tugas lainnya

yang disepakati anggota Badan Akreditasi. c. Anggota Badan

Akreditasi, bertugas: 1) Melaksanakan program yang terkait dengan

tugas dan tanggung jawab yang didelegasikan. 2) Menangani

permasalahan terkait dengan tugas yang dipimpin, baik internal

maupun eksternal. 3) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan

oleh Ketua Badan Akreditasi dan/atau tugas-tugas lainnya yang disepa-

kati oleh anggota Badan Akreditasi. d. Asesor, bertugas: 1) Melakukan

penilaian terhadap kinerja lembaga dibidang kesejahteraan sosial; 2)

Membuat laporan pelaksanaan kegiatan akreditasi e. Sekretaris Badan

Akreditasi, bertugas: 1) Memfasilitasi dukungan administratif terhadap

seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan program dan anggaran

Page 9: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

Badan Akreditasi. 2) Memfasilitasi seluruh perangkat organisasi Badan

Akreditasi. ix

10. 3) Mengkoordinasikan fungsi-fungsi kehumasan Badan Akreditasi.

4) Mengkoordinasikan fungsi administrasi, baik tata laksana maupun

keuangan Badan Akreditasi. 5) Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan

seluruh fungsi Badan Akreditasi 6) Mengendalikan pengelolaan aset

dan perlengkapan Badan Akreditasi. 7) Memfasilitasi penyusunan

laporan, saran, masukan dan pertimbangan yang akan disampaikan

dalam Rapat Pleno dan rapat-rapat lainnya. 8) Melaksanakan tugas-

tugas lain yang diberikan oleh Ketua Badan Akreditasi dan/atau tugas-

tugas lainnya yang disepakati anggota Badan Akreditasi.C. Mekanisme

Pengambilan Keputusan Mekanisme Pengambilan Keputusan

dilakukan melalui forum rapat sebagai berikut: 1. Rapat Pleno: Rapat

Pleno merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi pada Badan

Akreditasi. Forum ini dilaksanakan untuk pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan: a. Penetapan Peraturan Badan Akreditasi; b.

Penetapan Keputusan Badan Akreditasi; c. Penetapan Akreditasi

terhadap lembaga kesejahteraan sosial; d. Pengangkatan Asesor; e.

Pengambilan keputusan lainnya, sebagai tindak lanjut Rapat Rutin,

Rapat Konsultasi Tim Pakar, dan Rapat Rutin Gabungan. 2. Rapat

Konsultasi Dewan Kehormatan: Rapat ini diselenggarakan sebagai

forum untuk membahas berbagai hal yang dipandang memerlukan

pendapat dari Dewan Kehormatan demi keberhasilan pelaksanaan tugas

Badan Akreditasi. Forum Rapat Konsultasi Dewan Kehormatan

diselenggarakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali; 3. Rapat Rutin:

Forum Rapat Rutin dilaksanakan untuk membahas persiapan

pelaksanaan kegiatan Badan Akreditasi, membahas berbagai masukan

yang diterima melalui pengaduan masyarakat serta laporan hasil

monitoring dan evaluasi yang bersifat mendesak. Forum ini sekurang-

Page 10: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

kurangnya dihadiri oleh 3 (tiga) Anggota Badan Akreditasi. Rapat rutin

diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sebulan; x

11. 4. Rapat Rutin Gabungan: Forum Rapat Gabungan dilaksanakan

bersama jajaran Sekretariat Badan Akreditasi, untuk membahas

substansi yang berkenaan dengan ketatalaksanaan administrasi,

program kerja dan penganggarannya. Rapat Rutin Gabungan

dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan; dan5.

Rapat Koordinasi: Forum Rapat Koordinasi merupakan pertemuan

yang bersifat koordinatif untuk membahas aktivitas yang berkenaan

dengan dukungan kemitraan, pelaksanaan advokasi, sosialisasi,

desiminasi dan aktivitas terkait lainnya yang dipandang memerlukan

keterlibatan pihak lain sebagai mitra Badan Akreditasi. Rapat

koordinasi ini dapat bersifat lokal, regional maupun nasional, bertempat

di Jakarta maupun di tempat lain yang dipandang representatif.

Pelaksanaan rapat koordinasi diadakan sekurang-kurangnya dua kali

setahun. . xi

12. BAB III KERANGKA KERJA AKREDITASIA. Persyaratan dan

Jenis Lembaga 1. Persyaratan a. Persyaratan Akreditasi untuk Unit

Pelayanan Sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga

Kesejahteraan Sosial maupun mandiri dilakukan dengan ketentuan: 1)

berbadan hukum; 2) terdaftar dan memiliki ijin operasional di

kementerian/ instansi sosial 3) melakukan pelayanan kesejahteraan

sosial langsung kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial 4)

rekomendasi dari instansi sosial. b. Persyaratan Akreditasi untuk Unit

Pelaksana Teknis milik pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan

dengan ketentuan: 1) mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja

berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang 2) melakukan

pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada penyandang masalah

Page 11: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

kesejahteraan social 2. Jenis Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial

yang akan diakreditasi a. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah dan

pemerintah daerah 1) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, seperti:

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA), panti/ sasana anak yatim piatu,

Panti Sosial Petirahan Anak (PSPA), Panti Sosial Marsudi Putra

(PSMP), Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) dan lembaga lainnya

sejenis. 2) Lembaga rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan, seperti

Panti Sosial Bina Daksa (PSBD), Panti Sosial Bina Rungu Wicara

(PSBRW), Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), Panti Sosial Bina Laras

(PSBL),Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD),

dan lembaga lainnya sejenis. 3) Lembaga rehabilitasi sosial tuna sosial,

seperti Panti Sosial Karya Wanita (PSKW), Panti Sosial Bina Karya

(untuk rehabilitasi penyandang masalah gelandangan dan pengemis,

dan lembaga lainnya sejenis 4) Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Napza, seperti Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) dan

lembaga lainnya sejenis. xii

13. 5) Unit layanan lanjut usia, seperti Panti Sosial Tresna Werdha,

Sasana Tresana Werdha, Klub Lansia, Karang Werdha, dan lembaga

lainnya sejenis. b. Unit Pelayanan Sosial langsung baik yang

diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun mandiri,

antara lain 1) Panti-panti sosial/lembaga pelayanan sosial yang

dikelola/di bawah binaan Organisasi Keagamaan dan/atau Organisasi

Kemasyarakatan. Seperti: Panti Asuhan Muhammadiyah, Panti Asuhan

Kristen dan sebagainya 2) Lembaga-lembaga kesejahteraan sosial

mandiri seperti: panti asuhan yayasan, lembaga kesejahteraan sosial,

dengan cakupan pelayanan sosial antara lain: a). Kesejahteraan Sosial

Anak, seperti: Panti Sosial Asuhan Anak, Anak yatim piatu, Petirahan

Anak (PSPA), Panti Sosial untuk Anak yang berkonflik/berhadapan

dengan hukum, Panti Sosial Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) dan

Page 12: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

lembaga lainnya sejenis. b). Rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan,

Panti Sosial Bina Daksa, Panti Sosial Bina Rungu Wicara, Panti Sosial

Bina Grahita, Panti Sosial Bina Laras dan lembaga lainnya sejenis. c).

Rehabilitasi sosial tuna sosial, seperti Panti Sosial Karya Wanita, Panti

Sosial Bina Karya untuk rehabilitasi penyandang masalah gelandangan

dan pengemis, dan lembaga lainnya sejenis d). Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza, seperti Panti Sosial Pamardi Putra

(PSPP) dan lembaga lainnya sejenis. e). Pelayanan lanjut usia, seperti

Panti Sosial Tresna Werdha, Sasana Tresana Werdha, Klub Lansia,

Pusaka (di DKI Jakarta), Karang Werdha, dan sebagainya dan lembaga

lainnya sejenis.B. Nilai dan Prinsip Akreditasi 1. Nilai a.

Profesionalisme Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan etika

moral dalam menjalankan tugas-tugas akreditasi. b. Akuntabilitas

Penyelenggaraan Akreditasi dapat dipertanggungjawabkan.

Pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan

termasuk keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan. xiii

14. c. Transparan Data/ Informasi akreditasi dan pelaksanaan kerja

organisasi akreditasi dapat diakses oleh publik, d. Pengawasan

Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan akreditasi

dengan mengusahakan keterlibatan masyarakat luas. e. Mudah, Cepat

dan Tepat2. Prinsip Penyelenggaraan Akreditasi a. Prinsip Komitmen

Setiap Anggota, Sekretariat dan Asesor Badan Akreditasi harus

berkomitmen untuk: 1) mematuhi peraturan perundang-undangan dan

ketentuan; 2) menjunjung tinggi independensi, integritas dan

profesionalisme; 3) menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan

kredibilitas Badan Akreditasi; 4) mendorong LKS dan UPT/UPTD agar

berorientasi pada upaya peningkatan mutu lembaganya dan bukan

sekedar untuk memperoleh peringkat akreditasi semata; 5) tidak

Page 13: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

menyalahgunakan identitas, jabatan, dan sumberdaya lembaga untuk

kepentingan pribadi; b. Prinsip Integritas Untuk menjamin integritasnya

dalam menjalankan tugas dan wewenang setiap Anggota, Sekretariat

dan Asesor Badan Akreditasi dilarang: 1) menerima pemberian dalam

bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung yang diduga atau

patut diduga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugasnya; 2)

menyalahgunakan wewenangnya sebagai pihak yang mengakreditasi

guna memperkaya atau menguntungkan diri sendiri atau pihak lain; 3)

membuat kesepakatan atau bargaining dalam arti negatif dengan pihak

yang diakreditasi; 4) menggurui dan atau mendebat argumentasi pihak

yang diakreditasi; c. Prinsip Independensi Untuk menjamin

independensi dalam menjalankan tugas dan wewenang setiap Anggota,

Sekretariat dan Asesor Badan Akreditasi wajib: 1) bersikap netral dan

tidak memihak; xiv

15. 2) menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam

melaksanakan kewajibannya; d. Prinsip Kerahasiaan 1) merahasiakan

proses akreditasi; 2) menyampaikan informasi tentang lembaga kepada

professional terkait hanya untuk kepentingan akreditasiC. Pengukuran

Akreditasi 1. Penentuan Tingkat Akreditasi Akreditasi untuk Lembaga

di bidang kesejahteraan sosial dikelompokkan 3 kategori: a. Kategori A

(baik sekali) adalah Lembaga di bidang kesejahteraan sosial yang

memperoleh skor/ nilai ≥ 86- 100% b. Kategori B (baik) adalah

Lembaga di bidang kesejahteraan sosial yang memperoleh skor/ nilai

antara 68-85% c. Kategori C (cukup) adalah Lembaga di bidang

kesejahteraan sosial yang memperoleh skor/ nilai ≤ 50 - 67% d. < 50

belum terakreditasi Nilai tersebut diperoleh melalui Nilai Gabungan

dari 3 instrumen : a. Instrumen isian lembaga di bidang kesejahteraan

sosial. b. Instrumen Diskripsi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial

c. Hasil penilaian asesor xv

Page 14: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

16. BAB IV PENYELENGGARAAN AKREDITASIA. Tata Cara

Akreditasi 1. Proses Akreditasi Tingkat kelayakan dan standardisasi

lembaga di bidang kesejahteraan sosial ditentukan melalui suatu proses

akreditasi. Secara umum, proses pelaksanaan akreditasi lembaga di

bidang kesejahteraan sosial dapat digambarkan sebagai berikut: xvi

17. Keterangan : a. Instrumen Daftar isian lembaga di bidang

Kesejahteraan sosial: Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dengan

mengisi instrumen.; b. Mengajukan Permohonan: Lembaga di bidang

Kesejahteraan Sosial mengajukan permohonan akreditasi kepada Ketua

Badan Akreditasi dengan melampirkan isian instrumen dan persyaratan

administrasi ke kantor Badan Akreditasi; c. Verifikasi oleh Sekretariat

Badan Akreditasi untuk memeriksa kelengkapan instrumen beserta

lampiran-lampirannya. Apabila memenuhi persyaratan dilanjutkan

dengan Visitasi ke Lembaga di Bidang Kesos, apabila tidak memenuhi

persyaratan dikembalikan kepada lembaga di bidang Kesejahteraan

Sosial; d. Penugasan asesor ke Lembaga di Bidang Kesos melalu

Visitasi dan Penyusunan Laporan Hasil Visitasi kepada Badan

Akreditasi: Visitasi dilakukan oleh asesor dan Tim; e. Rapat Pleno

Pengusulan Penetapan Hasil Akreditasi oleh Badan Akreditasi Rapat

pleno dihadiri minimal 2/3 dari anggota Badan Akreditasi untuk

mengusulkan hasil penilaian akreditasi dan dimohonkan pertimbangan

dari Dewan kehormatan Akreditasi. f. Penetapan Hasil Akreditasi oleh

Menteri Sosial atas Pertimbangan Dewan Kehormatan Akreditasi hasil

pertimbangan dewan kehormatan diusulkan kepada kepada Menteri

Sosial untuk ditetapkan akreditasi. g. Penerbitan Sertifikat Akreditasi:

Sertifikat akreditasi diterbitkan oleh Menteri Sosial dan berlaku sesuai

dengan tingkatan akreditasi yang di capai oleh Lembaga di Bidang

Kesejahteraan Sosial.B. Alur Kegiatan Akreditasi 1. Penyampaian

informasi mengenai kebijakan, tatacara dan penetapan formasi

Page 15: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

akreditasi dalam tahun anggaran melalui surat kilat khusus,

P4s.kemsos.go.id; dan/atau ; www.depsos.go.id. 2. LKS atau

UPT/UPTD yang akan mengikuti akreditasi diwajibkan mengisi

‘Formulir Online’ dan men-scan, meng- up load berkas yang di

persyaratkan. dan di kirim melalui P4s.kemsos.go.id. 3. Badan

Akreditasi melakukan penelaahan kelengkapan administrasi yang

dikirim lembaga pemohon xvii

18. 4. Badan Akreditasi menginformasikan hasil penelaahan

administrasi melalui p4s.kemsos.go.id kepada peserta akreditasi.

Peserta akreditasi yang memenuhi syarat akan mendapatkan ‘Kartu

Peserta penilaian akreditasi’ 5. Setelah itu dilakukan penilaian lembaga

pemohon oleh asesor yang ditugaskan badan akreditasi sesuai dengan

urutan penilaian akreditasi (dengan menggunakan instrumen) 6. Hasil

penilaian disampaikan kepada badan akreditasi 7. Badan akreditasi

selanjutnya menelaah hasil penilaian yang hasil penilaian itu

disampaikan kepada Menteri Sosial 8. Menteri Sosial atas dasar

pengajuan badan akreditasi dan pertimbangan dewan kehormatan

akreditasi menetapkan akreditasi lembaga di bidang kesejahteraan

sosial. Penetapan itu diwujudkan dalam bentuk Piagam Akreditasi

Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial 9. Surat Penetapan Akreditasi

tersebut disampaikan kepada lembaga dimaksud dan dipublikasikan

dalam bentuk informasi digital dan tertulis melalui media yang ada.C.

Hasil Akreditasi 1. Lembaga yang sudah telah memenuhi ketentuan

administratif dan penilaian, maka yang bersangkutan akan memperoleh

bukti berupa sertifikat akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Sosial.

2. Masa berlaku sertifikat akreditasi sesuai dengan tingkatan akreditasi

yang diperoleh lembaga di bidang kesejahteraan sosial tersebut, yaitu:

a. Akreditasi A (baik sekali) berlaku selama 5 (lima) tahun b.

Akreditasi B (baik) berlaku selama 3 (tiga) tahun. c. Akreditasi C

Page 16: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

(cukup) berlaku selama 2 (dua) tahun. 3. Lembaga yang tidak

memenuhi syarat akreditasi diberikan kesempatan untuk mengajukan

kembali dan apabila masa berlakunya akreditasi telah berakhir maka

lembaga yang bersangkutan mengajukan permohonan kembali. 4.

Pengumuman hasil akreditasi dilakukan melalui: P4s.kemsos.go.id; dan

; www.depsos.go.id dan sertifikat akan dikirimkan kepada LKS

dan/atau UPT/UPTD yang telah mengikuti akreditasi. xviii

19. BAB V PENGENDALIAN AKREDITASIA. Supervisi Supervisi

adalah asistensi/ bimbingan teknis terhadap proses akreditasi Lembaga

Kesejahteraan Sosial (LKS) dan UPT/UPTD yang dilaksanakan oleh

Kementerian Sosial. Pelaksana : Kementerian Sosial dan Badan

Akreditrasi sesuai kewenangan masing- masing Tujuan supervisi

adalah: 1. Melakukan pembinaan kepada yang disupervisi (LKS dan

UPT/D) agar kinerja pelayanan kesejahteraan sosial semakin baik

sesuai standar pelayanan minimal. 2. Membangun kesiapan diri LKS

dan UPT/D mengikuti akreditasi 3. LKS dan UPT/D menyiapkan

perangkat software dan hardware. 4. Membantu menganalisis faktor

penghambat dan pendukung proses akreditasi yang sesuai dengan

standar pelayanan minimal Pelaksana supervisi adalah: 1. Kementerian

Sosial RI cq. Badiklit: memberikan bimbingan teknis kepada LKS dan

UPT/D agar dapat menyiapkan diri mengikuti akreditasi. 2. Badan

Akreditasi a. Bimbingan teknis kepada perwakilan Badan Akreditasi di

daerah b. Bimbingan teknis kepada para asesor didalam melakukan

penilaian akreditasi Langkah-langkah supervisi: 1. Menyusun panduan

dan instrument supervisi 2. Melaksanakan supervisi 3. Laporan hasil

supervisi. xix

20. B. Monitoring Monitoring merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang terencana dan sistematis dan dilakukan oleh Kementerian Sosial

Page 17: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

dalam rangka untuk memantau situasi dan kondisi, baik terhadap LKS

dan/atau UPT/UPTD yang belum maupun yang telah terakreditasi.

Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala setiap triwulan, semester

dan tahunan. Tujuan Monitoring adalah memberikan jaminan bagi

terlaksananya proses akreditasi sesuai dengan rencana, dengan

melakukan pengecekan terhadap aktivitas-aktivitas yang dijalankan,

mencatat kemajuan-kemajuan yang sesuai dengan rencana,

menemukenali kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah yang timbul

dan melakukan penyesuaian dengan adanya perubahan yang terus

terjadi di lingkungan program/ kegiatan akreditasi Lembaga dibidang

kesejahteraan sosial. Pelaksana Monitoring 1. Kementerian Sosial RI

cq. Badiklit: Melakukan pemantauan perkembangan akreditasi terhadap

LKS dan UPT/D. 2. Badan Akreditasi a. Pemantauan perkembangan

penilaian akreditasi kepada perwakilan Badan Akreditasi di daerah b.

Pemantauan terhadap berfungsi atau tidaknya peran asesor didalam

melakukan penilaian akreditasi. Hasil monitoring digunakan sebagai: 1.

Masukan untuk proses verifikasi dan validasi; 2. Bahan pertimbangan

untuk penetapan kebijakan; dan/atau 3. Masukan untuk proses

pengambilan keputusan akreditasi.C. Evaluasi Evaluasi merupakan

suatu rangkaian kegiatan penilaian yang terencana dan terjadwal. 1.

Tujuan evaluasi dilakukan untuk menilai: a. Kinerja dan kemajuan yang

dicapai pada setiap tahapan kegiatan (evaluasi proses); xx

21. b. Tingkat keberhasilan yang dicapai pada tahapan akhir kegiatan

(evaluasi hasil); c. Situasi umum perkembangan LKS dan/atau

UPT/UPTD ybs; d. Pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan

akreditasi; e. Faktor-faktor pelancar dan pembatas (hambatan) dalam

proses pelaksanaan akreditasi LKS dan/atau UPT/UPTD.2. Pelaksana

Evaluasi a. Kementerian Sosial RI cq. Badiklit: Melakukan penilaian

perkembangan akreditasi terhadap LKS dan UPT/D. b. Badan

Page 18: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

Akreditasi 1) Penilaian akreditasi kepada perwakilan Badan Akreditasi

di daerah 2) Penilaian terhadap berfungsi atau tidaknya peran asesor

didalam melakukan penilaian akreditasi.D. Pelaporan Laporan

merupakan suatu rangkaian aktivitas penyampaian data dan informasi

yang terencana dan terjadwal. Bentuk laporan pelaksanaan kegiatan

akreditasi baik yang dilakukan oleh Kementerian Sosial maupun yang

dilakukan oleh Badan Akreditasi terdiri dari: a. Laporan hasil visitasi/

pelaksanaan akreditasi b. Laporan pelaksanaan hasil supervisi c.

Laporan pelaksanaan hasil monitoring; d. Laporan pelaksanaan hasil

evaluasi; e. Laporan rutin berkala, baik laporan semester maupun

laporan akhir tahun; f. Laporan pertanggungjawaban penggunaan

anggaran. xxi

22. BAB VI P E N U T U P Buku Panduan Umum ini disusun untuk

menjadi acuan dan pegangan bagi parapenanggung-jawab program

pada Kementeria/Instansi/Lembaga yang menjadi mitraBadan

Akreditasi, baik di tingkap pusat, di provinsi maupun di

kabupaten/kota. BukuPanduan Umum ini, diharapkan dapat dijadikan

sebagai acuan oleh semua pihak, baiksegenap civitas Badan Akreditasi

maupun Kementerian/ Instansi/Lembaga terkait dankhususnya para

penyelenggara lembaga kese-jahteraan sosial yang berada

diberbagaiwilayah Indonesia. Kehadiran buku panduan ini, pada

prinsipnya tidak hanya sebagai acuan bagipihak terkait, akan tetapi juga

dimaksudkan sebagai upaya perluasan informasi dalamrangka

peningkatan pemahaman dari segenap pemangku kepentingan

(stakeholders)khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dengan

tersusunnya buku ini, segenap civitas Badan Akreditasi berharap

agarproses pelaksanaan akreditasi terhadap lembaga di bidang

kesejahteraan dapat berjalansesuai ketentuan yang berlaku. xxii

Page 19: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

Follow us on LinkedIn

Follow us on Twitter

Find us on Facebook

Find us on Google+

LEARN ABOUT US

About

Careers

Our Blog

Press

Contact Us

Help & Support

USING SLIDESHARE

SlideShare 101

Terms of Use

Privacy Policy

Akreditasi Rumah Sakit, Pengakuan Atas Kualitas LayananTulis apa yang kamu kerjakan. Kerjakan apa yang kamu tulis.

drg. Puti Aulia Rahma, MPH

(seperti ditulis dalam Majalah Dental&Dental edisi September-Oktober 2012)

Saat ini masyarakat semakin sadar untuk memilih layanan kesehatan yang baik.

Beberapa contohnya adalah masyarakat saat ini tidak sungkan lagi untuk

mempertanyakan alternatif perawatan yang akan mereka terima sesuai dengan kondisi

keuangan mereka saat ini. Mereka juga tidak sungkan lagi untuk berdiskusi dengan

dokter mengenai kegunaan dan efek samping obat yang diresepkan dokter kepada

mereka. Masyarakat juga mulai kritis mempertanyakan apakah alat kedokteran yang

digunakan untuk memeriksa mereka sudah steril atau belum. Bahkan tidak sedikit orang

yang ingin melihat proses sterilisasi tersebut. Bila ada pelayanan yang dirasa kurang

memuaskan, masyarakat saat ini tidak malas lagi menegur staf medis yang

bersangkutan atau mengeluarkan unek-unek mereka melalui kotak saran. Singkatnya

masyarakat mau yang terbaik untuk diri mereka sesuai kondisi mereka saat ini.

Untuk menghadapi dinamika masyarakat sedemikian rupa, pemerintah melalui

Kementerian Kesehatan tidak tinggal diam. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

mewajibkan dilaksanakannya akreditasi rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan

pelayanan rumah sakit di Indonesia. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di rumah sakit

adalah UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah

Search

Page 20: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

sakit dan Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang organisasi dan tata kerja

kementerian kesehatan. Akreditasi mengandung arti suatu pengakuan yang diberikan

pemerintah kepada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditetapkan.

Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa

semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar. Sarana dan prasarana

yang dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar. Prosedur yang dilakukan kepada

pasien juga sudah sesuai dengan standar.

Berdasarkan standar akreditasi versi 2007, terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan

akreditasi yaitu akreditasi tingkat dasar, akreditasi tingkat lanjut serta akreditasi tingkat

lengkap. Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu:

Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan

Gawat Darurat dan Rekam Medik. Akreditasi tingkat lanjut menilai 12 kegiatan

pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat dasar ditambah

Farmasi, Radiologi, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko Tinggi,

Laboratorium serta Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3).

Akreditasi tingkat lengkap menilai 16 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu:

pelayanan yang diakreditasi tingkat lanjut ditambah Pelayanan Intensif, Pelayanan

Tranfusi Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Pelayanan Gizi. Rumah sakit boleh

memilih akan melaksanakan akreditasi tingkat dasar (5 pelayanan), tingkat lanjut (12

pelayanan) atau tingkat lengkap (16 pelayanan) tergantung kemampuan, kesiapan dan

kebutuhan rumah sakit baik pada saat penilaian pertama kali atau penilaian ulang

setelah terakreditasi. Berdasarkan standar akreditasi versi 2007 ini, sertifikasi yang

diberikan kepada rumah sakit berupa: tidak terakreditasi, akreditasi bersyarat, akreditasi

penuh dan akreditasi istimewa. Tidak terakreditasi artinya hasil penilaian mencapai 65%

atau salah satu kegiatan pelayanan hanya mencapai 60%. Akreditasi bersyarat artinya

penilaian mencapai 65% - 75% dan berlaku satu tahun. Akreditasi penuh artinya hasil

penilaian mencapai 75% dan berlaku selama 3 tahun. Akreditasi istimewa diberikan

apabila dalam tiga tahun berturut-turut rumah sakit mencapai nilai terakreditasi penuh

dan status ini berlaku selama 5 tahun. Rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi

minimal 6 bulan setelah SK perpanjangan izin keluar dan 1 tahun setelah SK izin

operasional.

Manfaat implementasi standar akreditasi versi 2007 ini terutama ditujukan bagi penerima

layanan kesehatan, pasien. Selain bermanfaat bagi pasien, akreditasi juga bemanfaat

bagi petugas kesehatan di rumah sakit, bagi rumah sakit itu sendiri, bagi pemilik rumah

sakit dan bagi perusahaan asuransi. Bagi tenaga kesehatan di rumah sakit, akreditasi

berfungsi untuk menciptakan rasa aman bagi mereka dalam melaksanakan tugasnya.

Mereka akan merasa aman karena sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit

sudah memenuhi standar sehingga tidak akan membahayakan diri mereka. Selain itu,

Page 21: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

sarana dan prasarana yang sesuai standar juga sangat membantu mempermudah

proses kerja mereka. Bagi rumah sakit, akreditasi bermanfaat sebagai alat untuk

negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi atau perusahaan. Dalam hal ini,

akreditasi bisa dibilang berfungsi sebagai salah satu alat berpromosi. Bagi pemilik

rumah sakit, akreditasi berfungsi sebagai alat untuk mengukur kinerja pengelola rumah

sakit. Sedangkan bagi perusahaan asuransi, akreditasi bermanfaat sebagai acuan

dalam memilih dan mengadakan kontrak dengan rumah sakit. Perusahaan asuransi

enggan mempertaruhkan nama baiknya dihadapan kliennya dengan memilih rumah

sakit berpelayanan buruk.

Dalam penerapannya, standar akreditasi versi 2007 memiliki banyak kekurangan.

Seperti dilansir dalam situs Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), standar akreditasi

versi 2007 lebih berfokus pada penyedia layanan kesehatan (rumah sakit), kuat pada

input dan dokumen namun lemah dalam implementasi dan dalam proses akreditasi

kurang melibatkan petugas. Untuk menutupi kekurangan ini, KARS mengembangkan

standar akreditasi versi 2012. Standar akreditasi versi 2012 ini memiliki kelebihan yaitu

lebih berfokus pada pasien; kuat dalam porses, output dan outcome; kuat pada

implementasi serta melibatkan seluruh petugas dalam proses akreditasinya. Dengan

adanya perbaikan ini diharapkan rumah sakit yang lulus proses akreditasi versi 2012 ini

benar-benar dapat meningkatkan mutu pelayanannya dengan lebih berfokus pada

keselamatan pasien.

Standar akreditasi 2012 ini mirip dengan standar akreditasi internasional. Dalam standar

akreditasi baru ini terdapat 4 kelompok standar yang terdiri dari 1.048 elemen yang akan

dinilai. Keempat kelompok standar akreditasi rumah versi 2012 yaitu: kelompok standar

pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran

keselamatan pasien rumah sakit dan sasaran Millenium Development Goals. Dalam

kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, komponen penilaian selain berfokus

pada hal – hal terkait pelayanan pasien dan keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak

pasien, pendidikan pasien dan keluarga sampai ke pelayanan yang akan diberikan

kepada pasien. Pada kelompok standar manajemen rumah sakit, komponen yang dinilai

misalnya upaya manajemen untuk memberikan dukungan agar rumah sakit dapat

memberi pelayanan yang baik kepada pasien. Sasaran keselamatan pasien di rumah

sakit dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan lebih baik dan memperhatikan

keselamatan pasien. Jangan sampai pasien yang datang ke rumah sakit membawa

pulang penyakit lagi. Sasaran Millenium Development Goals merupakan komponen

penilaian tambahan dalam standar akreditasi rumah sakit, khusus di Indonesia.

Sasaran-sasarannya berupa penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan kasus

HIV dan AIDS serta pengendalian tuberkulosis. Tingkat-tingkat kelulusan berdasarkan

standar akreditasi versi 2012 adalah dasar, madya, utama dan paripurna. Tingkat

Page 22: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

paripurna adalah tingkat kelulusan tertinggi yang dapat diraih oleh rumah sakit. Dalam

pelaksanaan akreditasi rumah sakit menggunakan standar akreditasi versi 2012 ini,

surveyor akan menemui pasien untuk mencari bukti adanya peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit yang berfokus pada keselamatan pasien. Bila tidak ditemukan

bukti, maka proses penilaian tidak akan lanjut ke komponen lain. Saat ini seluruh rumah

sakit memiliki kewajiban untuk menjaga mutu pelayanannya dengan melaksanakan

akreditasi minimal setiap 3 tahun sekali.

Manfaat langsung dari implementasi standar akreditasi versi 2012 adalah rumah sakit

akan lebih mendengarkan keluhan pasien dan keluarganya. Rumah sakit akan lebih

"lapang dada" menerima kritik dan saran dari pasien dan keluarganya, tidak lagi menjadi

pihak yang selalu benar. Rumah sakit juga akan lebih menghormati hak-hak pasien dan

melibatkan pasien dalam proses perawatan sebagai mitra. Dalam hal ini, pasien dan

keluarganya akan diajak berdiskusi dalam menentukan perawatan terbaik sesuai kondisi

pasien saat ini. Implementasi standar akreditasi versi 2012 juga diharapkan dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit telah melakukan upaya

peningkatan mutu pelayanan berdasar keselamatan pasien. Selain itu, implementasi

standar akreditasi versi 2012 juga akan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan

efisien sehingga berkontribusi terhadap kepuasan karyawan. Rumah sakit yang telah

lulus akreditasi versi 2012 akan memiliki modal negosiasi dengan perusahaan asuransi

kesehatan dan sumber pembayar lainnya dengan lengkapnya data tentang mutu

pelayanan rumah sakit. Implementasi standar akreditasi versi 2012 akan dapat

menciptakan budaya belajar dengan adanya sistem pelaporan yang tepat dari kejadian

yang tidak diharapkan di rumah sakit. Manfaat lain dari implementasi standar akreditasi

versi 2012 adalah terbangunnya kepemimpinan kolaboratif yang menetapkan kualitas

dan keselamatan pasien sebagai prioritas dalam semua tahap pelayanan.

Tahapan yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan akreditasi adalah: pembinaan

akreditasi oleh Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan, bimbingan akreditasi oleh

surveyor pembimbing, survei akreditasi oleh surveyor akreditasi dan pendampingan

pasca akreditasi oleh tim pendampingan yang terdiri dari Kemenkes, KARS (Komite

Akreditasi Rumah Sakit), PERSI daerah dan Dinas Kesehatan. Tahap pembinaan

akreditasi bertujuan untuk menyiapkan sistem pelayanan di rumah sakit. Hasil

pembinaan berupa rekomendasi yang mencakup aspek hukum atau aspek manajemen

pelayanan yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah rumah sakit perlu bimbingan

atau tidak. Tahap bimbingan akreditasi bertujuan untuk memberikan penjelasan,

pemahaman dan penerapan standar pelayanan yang menjadi item penilaian dalam

akreditasi. Hasil bimbingan ini berupa rekomendasi tentang langkah-langkah yang perlu

dilakukan rumah sakit dan dokumen yang perlu disediakan untuk mencapai akreditasi.

Bila masih membutuhkan bimbingan, rumah sakit berhak untuk meminta bimbingan dari

Page 23: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

konsultan luar selain KARS untuk mendapat bimbingan lebih intensif. Tahap survey

akreditasi merupakan saatnya penilaian terhadap pemenuhan standar rumah sakit

menggunakan instrumen akreditasi yang dikeluarkan oleh KARS. Survei akreditasi

dilakukan oleh KARS sedangkan sertifikasi diberikan oleh Dirjen Pelayanan Medik

DepKes RI berdasarkan rekomendasi KARS. Rumah sakit tidak dapat memilih surveyor

akreditasi untuk menjamin objektivitas penilaian. Tahap pendampingan pasca akreditasi

bertujuan menindaklanjuti rekomendasi hasil survey akreditasi agar rumah sakit yang

telah terakreditasi dapat meningkatkan mutu pelayanan yang masih dibawah standar

dan tetap mempertahankan mutu pelayanan yang sudah tercapai. Pendampingan

dilaksanakan secara berkala minimal 6 bulan pasca survey akreditasi.

Selain diakreditasi dengan standar nasional, beberapa rumah sakit di Indonesia,

khususnya rumah sakit pemerintah, juga akan diakreditasi menggunakan standar

internasional. Sebenarnya telah banyak rumah sakit di Indonesia yang terakreditasi

secara internasional, namun kebanyakan rumah sakit swasta. Kondisi ini semakin

menanamkan kesan bahwa rumah sakit pemerintah memang kurang layak dipercaya

dan kurang mampu memberikan pelayanan terbaik baik masyarakat. Rencananya, tujuh

rumah sakit besar pemerintah akan dipersiapkan untuk akreditasi internasional pada

tahun 2013. Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah bekerjasama dengan lembaga

akreditasi internasional yaitu Joint Commission International (JCI) dari Amerika Serikat.

JCI dipilih karena paling banyak berafiliasi dengan berbagai rumah sakit besar di dunia

dan merupakan salah satu lembaga akreditasi yang dianggap berpengalaman.

Akreditasi internasional ini bertujuan untuk "menyetarakan" mutu pelayanan rumah sakit

pemerintah dengan rumah sakit internasional. Dengan adanya akreditasi internasional

ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari masyarakat bahwa rumah

sakit pemerintah mampu memberikan layanan kesehatan terbaik. Dengan pengakuan ini

diharapkan dapat membendung arus masyarakat yang berlomba-lomba berobat ke luar

negeri. Dengan adanya akreditasi internasional ini, pemerintah menjamin adanya

peningkatan mutu layanan kesehatan di rumah sakit pemerintah tanpa diiringi dengan

kenaikan harga. Kedepannya, tidak hanya rumah sakit swasta atau pemerintah yang

akan mendapat akreditasi tetapi juga Rumah Sakit TNI atau Polri dan Rumah Sakit

pendidikan. Terutama rumah sakit pendidikan, penting untuk mendapatkan akreditasi

untuk membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan rumah sakit ini memang benar-

benar merupakan layanan bermutu. Adanya akreditasi bagi Rumah Sakit Pendidikan

juga diharapkan dapat meluruskan anggapan masyarakat bahwa mereka akan menjadi

"kelinci percobaan" bila menjadi pasien di rumah sakit tersebut.

Untuk mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya kerja

sama antar semua pihak di rumah sakit. Semua staf rumah sakit, mulai dari pimpinan

puncak sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang sama dalam

Page 24: Akreditasi RS Adalah Bentuk Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diwajibkan Oleh Pemerintah Dengan Tujuan Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

mewujudkannya. Pimpinan puncak hingga ke staf lapisan bawah harus memiliki

pemahaman yang sama mengenai alasan dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai

ada pihak yang menganggap bahwa akreditasi ini akan menjadi beban yang

menambah-nambah kerjaan mereka karena harus bekerja sesuai standar-standar

akreditasi. Sejatinya, standar-standar yang dijadikan komponen penilaian dalam survey

akreditasi adalah untuk dipenuhi dan diimplementasikan dalam jangka panjang bukan

hanya pada saat survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama dan semangat yang

sama tinggi dari semua pihak di rumah sakit, bukan hal mustahil akan terciptanya

layanan kesehatan berkualitas tinggi yang langgeng bagi masyarakat.