Akhlak

15
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akhlak terhadap diri sendiri pada dasarnya mutlak diperlukan oleh semua manusia utamanya bagi seluruh umat muslim. Seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri, sebelum ia berakhlak yang baik terhadap orang lain. Dan ternyata hal ini sering dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Secara garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi tiga bagian yaitu: terhadap fisiknya, terhadap akalnya, dan terhadap hatinya. Karena memang setiap insan memiliki tiga komponen tersebut dan kita dituntut untuk memberikan hak kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang terdapat dalam dirinya tersebut. Namun, tanpa disadari seseorang telah berakhlak tidak baik pada dirinya sendiri. Misalnya saja merokok, seorang perokok bisa dikatakan berakhlak tidak baik pada dirinya sendiri. Karena dengan merokok, lama kelamaan akan menyebabkan paru-paru menjadi rusak dan hal itu sama artinya dengan kita tidak menjaga tubuh kita dengan baik atau berakhlak tidak baik pada diri sendiri. Ada satu hal yang kerap kali dilakukan oleh seseorang yang menurut pelakunya adalah hal biasa namun hal tersebut juga termasuk Akhlak Terhadap Diri Sendiri 1

Transcript of Akhlak

Page 1: Akhlak

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Akhlak terhadap diri sendiri pada dasarnya mutlak diperlukan oleh semua manusia

utamanya bagi seluruh umat muslim. Seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya

sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa

yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, Islam memandang

bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya

sendiri, sebelum ia berakhlak yang baik terhadap orang lain. Dan ternyata hal ini sering

dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin.

Secara garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi tiga

bagian yaitu: terhadap fisiknya, terhadap akalnya, dan terhadap hatinya. Karena memang

setiap insan memiliki tiga komponen tersebut dan kita dituntut untuk memberikan hak

kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang terdapat dalam dirinya tersebut.

Namun, tanpa disadari seseorang telah berakhlak tidak baik pada dirinya sendiri.

Misalnya saja merokok, seorang perokok bisa dikatakan berakhlak tidak baik pada

dirinya sendiri. Karena dengan merokok, lama kelamaan akan menyebabkan paru-paru

menjadi rusak dan hal itu sama artinya dengan kita tidak menjaga tubuh kita dengan baik

atau berakhlak tidak baik pada diri sendiri. Ada satu hal yang kerap kali dilakukan oleh

seseorang yang menurut pelakunya adalah hal biasa namun hal tersebut juga termasuk

akhlak tidak baik pada diri sendiri yaitu begadang. Orang yang tidur terlalu larut malam

sehingga hal itu dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.

Jadi, sebagai manusia atau sebagai seorang muslim yang baik hendaklah kita selalu

berakhlak baik dalam hal apapun. Karena sesungguhnya, Allah SWT menciptakan

manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam

pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala

larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya

untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan

dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membenci manusia yang melakukan

tindakan merusak yang ada. Karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka

orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, menyadari bahwa jika melakukan

perbuatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 1

Page 2: Akhlak

lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya. Untuk itulah materi akhlak

terhadap diri sendiri ini sangatlah penting untuk dipahami, dipelajari dan diteladani.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul makalah, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa definisi akhlak terhadap diri sendiri?

2. Apa saja macam-macam akhlak terhadap diri sendiri?

3. Apa saja manfaat akhlak terhadap diri sendiri?

I.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Agar kita dapat memahami tentang arti dan pentingnya akhlak terhadap diri sendiri.

2. Agar kita sebagai umat muslim senantiasa berakhlak baik dalam hal apapun karena

Allah SWT menciptakan kita pada dasarnya untuk menjadi khalifah di bumi.

3. Agar pembaca senantiasa ingat kepada Allah SWT dan berakhlak baik terhadap diri

sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 2

Page 3: Akhlak

BAB IIPEMBAHASAN

II.1 Definisi Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak menurut kamus Al-munajid adalah Akhlak budi pekerti, perangai tingkah

laku atau tabiat. Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah

kebiasaan kehendak. Jadi pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia

sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang

terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Manusia dapat diperbaiki

akhlaknya dengan menghilangkan akhlak-akhlak tercela. Di sinilah terletak tujuan

pokok agama, yakni mengajarkan dan menawarkan sejumlah nilai moral atau akhlak

mulia agar mereka menjadi baik dan bahagia dengan melatih diri untuk melakukan hal

yang terbaik. Iman tidak akan sempurna kecuali dengan menghiasi diri dengan Akhlak.

Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita dan jangan pernah memaksa diri

kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.

Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita

melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak

begadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan

paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang, dan minuman keras yang dapat

membahayakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau berakhlak

baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa

bersifat psikis. Misalkan iri, dengki, munafik, dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat

membahayakan jiwa kita. Semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.

Hati yang berpenyakit seperti iri, dengki, munafik, dan lain sebagainya akan sulit sekali

menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran dan iman

tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.

Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali

berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan

tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran.

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 3

Page 4: Akhlak

II.2 Macam-macam Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1.) Berakhlak Terhadap Jasmani

a. Menjaga Kebersihan Dirinya

Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan

secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga badan. Rasulullah memerintahkan

sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik, dan rapi

terutamanya pada hari Jumat, memakai wewangian.Allah SWT berfirman :

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu

adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan

diri137 dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati

mereka, sebelum mereka suci138. Apabila mereka telah suci, maka

campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah:222)

b. Menjaga Makandan Minumnya

Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampaui dilarang

dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan,

sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk bernafas. Allah SWT

berfirman :

Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah

diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya

kepada-Nya saja menyembah. (QS. An Nahl:114)

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 4

Page 5: Akhlak

c. Menjaga Kesehatan

Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau

bagaimanapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa

mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya. Dalam

arti ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang sesuai kemampuan diri, adat

bermasyarakat dan lainnya.

Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang

kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing

memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang

bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan

jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka

katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh

Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim)

d. Berbusana yang Islami

Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-

bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas

untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan

manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam

sekitarnya, seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT

memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah SWT

menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai

penutup badan. A llah SWT berfirman :

  

Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan

kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk

perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu

adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan

mereka selalu ingat. (QS. Al A’raf:26)

2.) Berakhlak Terhadap Akal

a. Memenuhi Akalnya dengan Ilmu

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 5

Page 6: Akhlak

Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambil sesuatu

yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun

potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal

ialah mengisinya dengan ilmu. Ilmu fardh‘ain yang menjadi asas bagi diri

seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh

siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Nabi Muhammad menempati

kedudukan sebagai manusia sempurna. Sebuah hadits Rasulullah SAW

menggambarkan :

( ماجه ) ابن رواه العلم مسلم طلب

كل على فريضة

Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang

jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min

adalah yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan

dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun

dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

b. Penguasaan Ilmu

Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya

manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan

kealfaan umat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini. Perkara utama yang

patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya, tajwidnya,

dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan

juga sejarah Islam, hukum-hukum ibadah serta muamalah. Sementara itu umat

islam hendaklah membuka tingkat pikirannya kepada segala bentuk ilmu,

termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat.

Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan

Syiria. Diantara sahabat Rasululllah, Abdullah bin Zubair merupakan sahabat

yang memahami dan menguasai bahasa asing. Beliau mempunyai seratus orang

khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan dan apabila berhubungan

dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.

c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 6

Page 7: Akhlak

Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah

menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada

orang yang membutuhkan ilmunya. Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang

lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada

orang yang mempunyai pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui”

(Q.S. An-Nahl:43)

d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan

Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya

adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena

akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak

mengamalkannya. Firman Allah SWT :

Artinya : “(1) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2) Amat besar

kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.” (QS. Ash-Shaff:2-3)

3.) Berakhlak Terhadap Jiwa

a. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar

Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan,

menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan

teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut

pada waktu yang akan datang. Allah SWT berfirman :

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 7

Page 8: Akhlak

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah

dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-

mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan

memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-

sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang

mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan

dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb

kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;

Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim:

8)

b. Bermuraqabah

Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia

selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam

dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia

merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan

menerima-Nya serta menolak selain Dia.

Firman Allah SWT:

. . . . . . . . .

Artinya : “. . . . . . . . . . . Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.”

(QS. An-Nisa : 1)

c. Bermuhasabah

Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri

pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya.

Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya

maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya.

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 8

Page 9: Akhlak

Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan

bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon

ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali.

Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri,

membina, menyucikan, dan membersihkannya. Firman Allah

SWT :

 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)

d. Mujahadah

Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang

melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan

untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang

mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat

kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari

bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan

berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk

menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya. Firman

Allah SWT :

Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena

sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu

yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha

Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 9

Page 10: Akhlak

II.3 Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1.) Berakhlak terhadap jasmani:

a. Jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan

b. Tubuh menjadi sehat dan selalu bugar

c. Menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah

2.) Berakhlak terhadap akal:

a. Memperoleh banyak ilmu

b. Dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain

c. Membantu orang lain

d. Mendapat pahala dari Allah SWT

3.) Berakhlak terhadap jiwa:

a. Selalu dalam lindungan Allah SWT

b. Jauh dari perbuatan yang buruk

c. Selalu ingat kepada Allah SWT

BAB IIIPENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dari pembahasan tentang akhlak terhadap diri sendiri maka dapat disimpulkan:

1.) Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik

itu jasmani sifatnya atau rohani.

2.) Akhlak terhadap diri sendiri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu akhlak

terhadap jasmani, akhlak terhadap akal, dan akhlak terhadap jiwa.

3.) Berakhlak terhadap jasmani, meliputi menjaga kebersihan, menjaga

makan dan minum, menjaga kesehatan, dan berbusana yang

islami.

4.) Berakhlak terhadap akal, meliputi memenuhi akalnya dengan

ilmu, penguasaan ilmu, mengajarkan ilmu kepada orang lain, dan

mengamalkan ilmu dalam kehidupan.

5.) Manfaat akhlak terhadap diri sendiri:

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 10

Page 11: Akhlak

a. Berakhlak terhadap jasmani:

Jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan

b. Berakhlak terhadap akal:

Memperoleh banyak ilmu

c. Berakhlak terhadap jiwa:

Selalu dalam lindungan Allah SWT

III.2 Saran

1.) Dengan adanya pembahasan tentang akhlak terhadap diri sendiri ini diharapkan kita

semua dapat menentukan sikap yang baik terhadap dirinya sehingga jasmani dan

rohaninya tetap terjaga.

2.) Akan lebih baik apabila setiap manusia senantiasa melakukan akhlak terpuji bagi

dirinya sendiri dengan demikian manusia akan bisa menjadi insan kamil.

3.) Semoga kita semua lebih berusaha untuk memahami dan menerapkan akhlak-

akhlak kharimah utamanya akhlak terhadap dirinya sendiri sehingga kehidupannya

selalu disertai dengan kebahagiaan.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. 2012. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta.

Ilyas Yunahar, 2009. Kurnia Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar offset.

http://yogiprames.blogspot.com/2013/02/akhlak-seorang-muslim-kepada-dirinya.html

(Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 pukul 19.05)

Akhlak Terhadap Diri Sendiri 11