Ajaran Islam

6
5.2. Manifestasi Tauhid 5.2.1. Ujian Hidup Hidup ini penuh ujian. Setiap orang pasti mengalami berbagai ujian atau cobaan hidup yang dapat menggoyangkan iman. Allah SWT berfirman : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi/ (2) Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.(3)” (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3) Ujian hidup manusia itu bisa berupa harta dan anak-anak (QS. 18;46), dan dapat pula berbentuk sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan (QS,21 : 35). Setiap nikmat wajib disyukuri dan seseorang yang mensyukuri nikmat akan semakin bertambah. Orang yang tidak mensyukuri nikmat berarti kafir dan ia akan memperoleh azab dari Allah. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14] : 7) Pernyataan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam : Setiap umat terdahulu telah mengalami berbagai ujian. Ujian terberat bagi umat Muhammad SAW adalah harta benda. Ujian terberat bagi kaum pria adalah wanita (HR. Bukhari-Muslim).

description

Agama Islam (sumber : Pendidikan Agama Islam untuk Politeknik Adep Tamyiz, S.Ag

Transcript of Ajaran Islam

Page 1: Ajaran Islam

5.2. Manifestasi Tauhid

5.2.1. Ujian Hidup

Hidup ini penuh ujian. Setiap orang pasti mengalami berbagai ujian atau cobaan hidup yang dapat menggoyangkan iman. Allah SWT berfirman :

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi/ (2) Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.(3)”

(QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)

Ujian hidup manusia itu bisa berupa harta dan anak-anak (QS. 18;46), dan dapat pula berbentuk sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan (QS,21 : 35).

Setiap nikmat wajib disyukuri dan seseorang yang mensyukuri nikmat akan semakin bertambah. Orang yang tidak mensyukuri nikmat berarti kafir dan ia akan memperoleh azab dari Allah.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14] : 7)

Pernyataan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam :

Setiap umat terdahulu telah mengalami berbagai ujian. Ujian terberat bagi umat Muhammad SAW adalah harta benda. Ujian terberat bagi kaum pria adalah wanita (HR. Bukhari-Muslim).

Setiap bentuk musibah, penderitaan, dan kepahitan hidup dapat berfungsi sebagai kifarat (penghapus) dosa jika dihadapi dengan penuh kesabaran (HR. Bukhari-Muslim). (Miftah faridl, 1993:83)

5.2.2. Manifestasi Tauhid dalam Kehidupan Muslim

Manifestasi Tauhid dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim mencerminkan pandangan hidup yang dilandasi tauhid, tidak terbatas dalam beribadah dan berdo’a, melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari.

a. Tauhid dalam doa dan ibadah

Page 2: Ajaran Islam

Ibadah dari seorang muslim hanya ditujukan kepada Allah, sesuai dengan ikrarnya “Iyyakana’ budu wa iyyaka nasta’in” = hanya kepada Engkau-lah kami tunduk dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan”.

b. Tauhid dalam Kehidupan ekonomi

Seorang muslim mempunya I’tikad bahwa yang menganugerahkan rizki kepada makhluk hidup, termasuk manusia hanyalah Allah SWT.

“Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang member rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

(QS. Hud [11] : 6)c. Tauhid dalam bidang pendidikan

Seorang muslim beri’tikad bahwa yang dapat menjadikan seseorang itu baik atau buruk hanyalah Allah SWT karena hanya Allah-lah yang mampu memberikan petunjuk kepada seseorang.

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah member petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashash [28] : 56)

d. Tauhid dalam bidang politik

Politik yang merupakan kebijakan atau kebijaksanaan negara dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan, tidak boleh ditempuh dengan menghalalkan segala cara. Aqidah Islam mengajarkan bahwa yang benar adalah benar, yang salah adalah salah, tidak boleh dicampuradukkan. Allah SWT berfirman :

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu[43], sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 42)

Prinsip yang berlaku dalam bidang politik adalah sama dengan prinsip yang berlaku dalam bidang kemasyarakatan pada umumnya, yaitu tegaknya “amar ma’ruf nahi mungkar”.

e. Tauhid dalam ucapan sehari-hari

Page 3: Ajaran Islam

Seorang muslim harus selalu menunjukkan jiwa tauhidnya dalam kehidupannya, termasuk dalam ucapan sehari-hari, sebagai bukti bahwa dirinya selalu dalam keadaan sadar sebagai hamba Allah dimana pun berada.

5.2.3 Hal-hal yang Merusak Aqidah

Ada lima sifat yang dinyatakan sebagai hal-hal yang merusak aqidah,yaitu : (1) riya, (2) ananiyah, (3) takut atau bimbang, (4) zalim, dan (5) hasad (Imaduddin, 1993 : 119-146).

a. Sifat Riya

Kelemahan yang terdapat dalam diri manusia adanya sikap tidak stabil, yang dapat membuat cemas akan eksistensi dirinya.

Sinyalemen itu dinyatakan dalam firman Allah SWT :

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifatkeluh kesah lagi kikir. [19] Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. [20] Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. [21] Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. [22] (QS. Al-Ma’arij [70] ; 19-22)

Kecemasan akan eksistensi dirinya diawali sejak proses kejadiannya yang berasal dari setetes sperma (mani) yang terbentuk dari hasil perjuangan hidup mati ratusan juta spermatozoa yang memancar dalam rahim ibu. Padahal dengan kehendak Allah manusia telah diangkat sebagai Khalifah (pengusa) di muka bumi.

Kedua kenyataan ini menyebabkan ketidakstabilan watak (mental) manusia sehingga hal itu sangat membutuhkan pengakuan atau penghargaan atau pujian dari orang lain. Inilah pokok pangkal dari sifat riya (ingin dipuji). Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mengingatkan bahwa “riya merupakan syirik khafi (syirik kecil)” yang mudah berubah menjadi besar berupa sifat sombong, jika hal itu tidak terkendali. (Imanuddin, 1993 : 123).

Dalam suatu hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

“Tidak akan masuk syurga orang yang didalam hatinya terdapat sifat kibr (sombong) sekecil apapun” (HR. Muslim dan al-Turmudzi).

b. Sifat Ananiyah

Kemungkinan kedua bagi orang yang tidak stabil pribadinya adalah sifat ananiyah (egoism = mementingkan diri sendiri). Sikap ini tumbuh di dalam perjuangan hidup-mati (to be or not to be) ketika manusia masih berbentuk spermatozoa (Imanuddin, 1993 : 126).

Sikap mementingkan diri sendiri merupakan satu kenyataan yang diperlukan, dalam rangka berjuang untuk hidup (struggle for life) dan berjuang untuk kelangsungan hidup (struggle for existence).

Page 4: Ajaran Islam

Namun suatu kenyataan pula bahwa sebagai bagian dari alam yang diciptakan Tuhan, manusia tidak bisa hidup sendiri, melainkan terikat oleh ketentuan-ketentuan hidup bermasyarakat. Tanpa itu hidup manusia akan menjurus kepada sikap yang ekstrim, sehingga mempertuhan dirinya sendiri, yang ditampilkan dengan sikap sombong dan angkuh.

Sebagai makhluk individu manusia bersifat mementingkan diri sendiri, dan sebagai makhluk sosial, manusia bersifat social, yaitu menghargai kepentingan orang lain. Batas antara kedua kepentingan tersebut akan sangat sukar jika ditentukan oleh manusia sendiri. Oleh sebab itu adanya peranan peraturan Tuhan mutlak diperlukan .

Memang, manusia sendiri memiliki potensi, baik potensi hidup sesat maupun potensi hidup taqwa, sebagaimana Allah SWT firmanakan :

“ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams [91] : 8)

Oleh sebab itu sifat egoisme (ananiyah) itu hanya dapat diatasi jika dilakukan dengan menempuh jalan ihsan bahwa dimana pun dan dalam keadaan apapun ia harus selalu sadar sebagai hamba Allah dan oleh sebab itu selalu berusaha menjadi hamba yang baik, dengan melakukan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan buruk.

c. Sifat Penakut

Penyakit takut atau bimbang tibul akibat kurang yakinnya seseorang akan kemutlakan kekuasaan Allah SWT. Kurang yakin akan kemutlakan kekuasaan Allah SWT maka pada diri seseorang akan muncul rasa bimbang, yang dapat berkembang menjadi takut. Sifat takut dan bimbang merupakan gejala jiwa yang tidak bertauhid. Dengan kata lain, sifat takut dan bimbang itu merupakan pertanda syirik.

d. Sifat Zalim

Zalim merupakan meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, atau melakukan sesuatu yang tidak semestinya.

e. Sifat Hasad

Sifat hasad tumbuh di hati seseorang apabila tidak senang terhadap keberhasilan orang lain.