Airtanah

12
Airtanah? Apa dan Bagaimana Mencarinya? Posted on 24 Agustus 2006 by Rovicky Jam 19:15 18 Votes Seorang kawan (Rachmat Fajar Lubis) yg sedang berada di Jepang, bukan belajar gempa tetapi tentang air tanah. Ya, belajar tentang air tanah. mengapa ? Karena air akan menjadi bahan komoditi ketika nanti kita kesulitan mencari air tawar dan air baku untuk kehidupan sehari- hari. Pak Fajar ini mempelajari pengelolaan air tanah, beliau bekerja di Indonesia sebagai ahli air tanah di Direktorat Geolog i Geotek LIPI, Bandung. Pak Fajar saat ini berada di Chiba, Jepang dalam rangka Joint Research. Berikut tulisan sekelumit beliau tentang air tanah. Airtanah? Apa dan Bagaimana Mencarinya? Rachmat Fajar Lubis Pertanyaan diatas seringkali muncul ketika sumber air yang kita gunakan selama ini seperti air sungai, danau atau air hujan tidak bisa kita dapatkan. Satu hal yang pasti ini adalah salahsatu jenis air juga. Hanya dikarenakan jenis air ini tidak terlihat secara langsung, banyak kesalahfahaman dalam masalah ini. Banyak orang secara umum menganggap airtanah itu sebagai suatu danau atau sungai yang mengalir di bawah tanah. Padahal, hanya dalam kasus dimana suatu daerah yang memiliki gua dibawah tanahlah kondisi ini adalah

Transcript of Airtanah

Page 1: Airtanah

Airtanah? Apa dan Bagaimana   Mencarinya?

Posted on 24 Agustus 2006 by Rovicky     Jam 19:15   18 Votes

Seorang kawan (Rachmat Fajar Lubis) yg sedang berada di Jepang, bukan belajar gempa tetapi tentang air tanah. Ya, belajar tentang air tanah. mengapa ? Karena air akan menjadi bahan komoditi ketika nanti kita kesulitan mencari air tawar dan air baku untuk kehidupan sehari-hari. Pak Fajar ini mempelajari pengelolaan air tanah, beliau bekerja di Indonesia sebagai ahli air tanah di Direktorat Geologi Geotek LIPI, Bandung. Pak Fajar saat ini berada di Chiba, Jepang dalam rangka Joint Research.

Berikut tulisan sekelumit beliau tentang air tanah.

Airtanah? Apa dan Bagaimana Mencarinya?

Rachmat Fajar Lubis

Pertanyaan diatas seringkali muncul ketika sumber air yang kita gunakan selama ini seperti air sungai, danau atau air hujan tidak bisa kita dapatkan. Satu hal yang pasti ini adalah salahsatu jenis air juga.

Hanya dikarenakan jenis air ini tidak terlihat secara langsung, banyak kesalahfahaman dalam masalah ini. Banyak orang secara umum menganggap airtanah itu sebagai suatu danau atau sungai yang mengalir di bawah tanah. Padahal, hanya dalam kasus dimana suatu daerah yang memiliki gua dibawah tanahlah kondisi ini adalah benar. Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan

(Model aliran airtanah melewati rekahan dan butir batuan)

Page 2: Airtanah

Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut dengan akifer. Bagaimana interaksi kita dalam penggunaan airtanah? Yang alami adalah dengan mengambil airtanah yang muncul di permukaan sebagai mataair atau secara buatan. Untuk pengambilan airtanah secara buatan, mungkin analogi yang baik adalah apabila kita memegang suatu gelas yang berisi air dan es. Apabila kita masukkan sedotan, maka akan terlihat bahwa air yang berada di dalam sedotan akan sama dengan tinggi air di gelas. Ketika kita menghisap air dalam gelas tersebut terus menerus pada akhirnya kita akan menghisap udara, apabila kita masih ingin menghisap air yang tersimpan diantara es maka kita harus menghisapnya lebih keras atau mengubah posisi sedotan. Nah konsep ini hampirlah sama dengan teknis pengambilan airtanah dalam lapisan akifer (dalam hal ini diwakili oleh es batu) dengan menggunakan pompa (diwakili oleh sedotan)

Hal yang menarik, jika kita tutup permukaan sedotan maka akan terlihat bahwa muka air di dalam sedotan akan berbeda dengan muka air didalam gelas. Perbedaan ini akan mengakibatkan pergerakan air. Sama dengan analog ini, airtanahpun akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pola gradien ini dapat ditentukan dengan menarik kesamaan muka airtanah yang berada dalam satu sistem aliran airtanah yang sama.

Mengapa pergerakan atau aliran airtanah ini menjadi penting? Karena disinilah kunci dari penentuan suatu daerah kaya dengan airtanah atau tidak. Perlu dicatat : tidak seluruh daerah memiliki potensi airtanah alami yang baik.

Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.

Page 3: Airtanah

(Model siklus hidrologi, dimodifikasi dari konsep Gunung Merapi-GunungKidul)

Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan  atau struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan airtanah (discharge zone). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran airtanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).

Dalam perjalananya aliran airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.

Airtanah bebas  (water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai airtanah dangkal (Padahal dangkal atau dalam itu sangat relatif lho).

Airtanah tertekan/ airtanah terhalang inilah yang seringkali disebut sebagai air sumur artesis (artesian well). Pola pergerakannya yang menghasilkan gradient potensial, mengakibatkan adanya istilah artesis positif ; kejadian dimana potensial airtanah ini berada diatas permukaan tanah sehingga airtanah akan mengalir vertikal secara alami menuju kestimbangan garis potensial khayal ini. Artesis nol ; kejadian dimana garis potensial khayal ini sama dengan permukaan tanah sehingga muka airtanah akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis negatif ; kejadian dimana garis potensial khayal ini dibawah permukaan tanah sehingga muka airtanah akan berada di bawah permukaan tanah..

Jadi, kalau tukang sumur bilang bahwa dia akan membuat sumur artesis, itu artinya dia akan mencari airtanah tertekan/airtanah terhalang ini.. belum tentu airnya akan muncrat dari tanah ;p

Page 4: Airtanah

Lalu airtanah mana yang akan dicari?

Itulah yang pertama kali harus kita tentukan. Tiap jenis airtanah memerlukan metode pencarian yang spesifik. Tapi secara umum bisa kita bagi menjadi :

Metode berdasarkan aspek fisika (Hidrogeofisika) : Penekanannya pada aspek fisik yaitu merekonstruksi pola sebaran lapisan akuifer. Beberapa metode yang sudah umum kita dengar dalam metode ini adalah pengukuran geolistrik yang meliputi pengukuran tahanan jenis, induce polarisation (IP) dan lain-lain. Pengukuran lainnya adalah dengan menggunakan sesimik, gaya berat dan banyak lagi.

Metode berdasarkan aspek kimia (Hidrogeokimia) : Penekanannya pada aspek kimia yaitu mencoba merunut pola pergerakan airtanah. Secara teori ketika air melewati suatu media, maka air ini akan melarutkan komponen yang dilewatinya. Sebagai contoh air yang telah lama mengalir di bawah permukaan tanah akan memiliki kandungan mineral yang berasal dari batuan yang dilewatinya secara melimpah.

Metode manakah yang terbaik?

Kombinasi dari kedua metode ini akan saling melengkapi dan akan memudahkan kita untuk mengetahui lebih lengkap mengenai informasi keberadaan airtanah di daerah kita.

Selamat mencari airtanah… untuk kehidupan yang lebih baik.Chiba, 23 Agustus 2006

– Kalau tertarik dengan teori dan contoh aplikasi Geolistrik silahkan klik sini

Potensi Air Bawah Tanah

 

Berdasarkan evaluasi data air bawah tanah bebas dan tertekan serta debit mataair maka wilayah Kabupaten Lamongan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) wilayah potensi air bawah tanah (Lampiran Peta Potensi) sebagai berikut: 1.Wilayah Potensi Air Bawah Tanah Sedang Penyebaran terdapat di bagian tengah meliputi Kecamatan Laren, Kec. Sekaran, Pucuk, Kec. Babat, Kec. Sukodadi, Kec. Lamongan, Kec. Tikung, Kec. Sugio, Kec. Karangbinangun, Kec. Kalitengah, Kec. Turi, Kec. Karanggeneng, Kec. Modo bagian utara, Kec. Kedungpring bagian utara, Kec. Kembangbahu bagian utara. Akuifer sedang dengan penyebaran luas, keterusan sedang sampai rendah. Kedalaman muka air tanah bebas beragam dari 1 7 meter di bawah permukaan tanah, kualitas air bawah tanah terlihat pada nilai daya hantar listrik (DHL) antara 600 9400 mikromhos/cm, pada umumnya nilai DHL di atas 1500 mikromhos/cm yang menunjukan air payau. Air bawah tanah bebas ini umumnya dimanfaatkan oleh penduduk dengan cara membuat sumurgali. Akuifer tertekan pada umumnya terdapat pada kedalaman 30 90 m. Muka air bawah tanah umumnya dekat permukaan tanah bahkan di beberapa tempat berada di atas permukaan tanah

Page 5: Airtanah

atau artesis. Penyebaran di dataran pantai utara termasuk dalam wilayah Kec. Brondong meliputi Desa Pliwetan, Ds. Labuhan, Ds. Cumpleng, dan Kec. Paciran meliputi Ds. Blimbing, Ds. Paciran, Ds. Kemantren. Kedalaman muka air tanah beragam dari 2 17,5 meter di bawah permukaan tanah, kualitas air bawah tanah terlihat pada nilai daya hantar listrik (DHL) antara 800 7.500 mikromhos/cm, pada umumnya nilai DHL di atas 1000 mikromhos/cm. 2.Wilayah Potensi Air Bawah Tanah Kecil Penyebaran luas terdapat di bagian selatan meliputi Kecamatan Sukorame, Kec. Bluluk, Kec. Modo, Kec. Kedungpring, Kec. Kembangbahu, dan Kec. Tikung. Kedalaman muka air tanah bebas beragam dari 1 7 meter di bawah permukaan tanah, kualitas air bawah tanah terlihat pada nilai daya hantar listrik (DHL) antara 900 4.400 mikromhos/cm. Air bawah tanah bebas ini umumnya dimanfaatkan oleh penduduk dengan cara membuat sumurgali. Penyebaran di bagian utara meliputi Desa Brengkok, Ds. Pambon, Ds. Asinan, Ds. Dadapan, Ds. Sumuran, Ds. Payaman, Ds. Tenggulun, Ds. Sumurgayam, Ds. Sendangagung, Ds. Tunggul, Ds. Takerharjo, Ds. Banyubang, Ds. Campurejo, Ds. Banjaranyar. Penyebaran sebagian kecil di dataran bagian tengah meliputi Desa Banyuurip, Ds. Longgean, dan Ds. Gempolmadu bagian selatan termasuk dalam wilayah Kec. Modo, Kec. Kedungpring, Kec. Sugio, dan Kec. Babat. 3.Wilayah Potensi Air Bawah Tanah Langka Wilayah potensi air bawah tanah langka terdapat di daerah perbukitan di bagian selatan dan di bagian utara. Di bagian selatan terdapat di Kec. Kedungpring meliputi Desa Waduk Prijetan, di Kec. Sugio meliputi Ds. Wadukgondang dan Ds. Buluplapak. Wilayah ini tersusun oleh batulempung berlapis berselingan dengan napal, batupasir kuarsa dan batupasir gampingan, kelulusan rendah. Di bagian utara terdapat di Ds. Podang, Ds. Lembor, Ds. Lengor, Ds. Sedayulawas, Ds. Langgarejo, Ds. Tenggulun, Ds. Sugihan, Ds. Gayaran, Ds. Sidodadi, Ds. Takerharjo. Wilayah ini tersusun oleh batulempung berlapis berselingan dengan napal, batupasir kuarsa dan batupasir gampingan, kelulusan rendah. Kedalaman muka air tanah bebas beragam dari 2,5 10 meter di bawah permukaan tanah, kualitas air bawah tanah terlihat pada nilai daya hantar listrik (DHL) antara 700 2.100 mikromhos/cm. Untuk Lebih Lengkap klik disini

SOP Air Bawah Tanah

SOP (Standart Operasional Prosedur)

Izin Pengeboran Dan Pengambilan Air Bawah Tanah 

DASAR :

Page 6: Airtanah

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan 

Hidup;

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;

4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengambilan Air 

Tanah;

5. Surat   Keputusan   Gubernur   Nomor   67   Tahun   2003   tentang   Petunjuk   Pelaksanaan 

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Air Tanah

PROSEDUR PERMOHONAN :

1. Pemohon   mengajukan   permohonan   izin   tertulis   kepada   Gubernur   Jawa   Tengah 

cq.Walikota Salatiga, dengan melengkapi berkas sebagai berikut;

Fotocopi Izin Lokasi (IMB) dan Izin Ganggguan (HO)

Peta topografi skala 1 : 50.000

Peta situasi skala 1: 10.000

Informasi Pengeboran Air Bawah Tanah (bermaterai) 

Dokumen UKL dan UPL 

Surat kesanggupan memasang meter air (bermaterai) .

Data dan informasi Geolistrik

2. Apabila   permohonan   diterima   dan   telah   memenuhi   syarat   yang   telah   ditentukan 

selanjutnya dilakukan peninjauan lokasi yang meliputi ;

Lokasi dan kedalaman pengeboran/penggalian air tanah

Jenis dan kedalaman akuifer yang disadap

Debit pengambilan air tanah

Page 7: Airtanah

Kualitas air tanah

Peruntukkan penggunaan air tanah

3. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah mengirim surat ke Walikota 

Salatiga setelah melakukan penelitian dan pemeriksaan secara  teknis  sesuai  dengan 

informasi Pengeboran Air Bawah Tanah yang disampaikan oleh Pemohon.

4. Izin Pengeboran/Pengambilan air   tanah diterbitkan setelah mendapatkan Rekomendasi 

dari  Walikota   Salatiga   yang  meliputi   pertimbangan   dari   aspek   sosial,   ekonomi   dan 

lingkungan masyarakat.

5. Rekomendasi   dari  Walikota   Salatiga   yang  meliputi   pertimbangan   dari   aspek   sosial, 

ekonomi dan lingkungan masyarakat, dibahas oleh tim di tingkat Kota Salatiga untuk 

kemudian   diterbitkan   Rekomendasi   tentang   Pemberian   Izin   Pengeboran   dan 

Pengambilan Air Bawah Tanah.

6. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh Walikota Salatiga dapat dicabut apabila;

a. Berakhir masa berlakunya dan tidak diperpanjang;

b. Melanggar   ketentuan   dalam   izin   dan   peraturan   yang   berlaku   sehingga   terjadi 

ketidakseimbangan air tanah secara setempat atau regional;

c. Terjadi kerusakan lingkungan hidup.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup

Kota Salatiga

Bambang Pamulardi, SH, MSi

Pembina NIP.19600311 199003 1 006

1. Letak dan Luas

Kota Pekanbaru terletak antara 101°14' - 101°34' Bujur Timur dan 0°25' - 0°45' Lintang Utara. Dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 5 - 50 meter.Permukaan wilayah bagian utara landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 5 - 11 meter.Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987 Tanggal 7 September 1987 Daerah Kota

Page 8: Airtanah

Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 Km² menjadi ± 446,50 Km², terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 Kelurahan/Desa. Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 Km².

Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya kegiatan penduduk disegala bidang yang pada akhirnya meningkatkan pula tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas dan utilitas perkotaan serta kebutuhan Lainnya. Untuk lebih terciptanya tertib pemerintahan dan pembinaan wilayah yang cukup luas, maka dibentuklan Kecamatan Baru dengan Perda Kota Pekanbaru No. 4 Tahun 2003 menjadi 12 Kecamatan dan Kelurahan/Desa baru dengan Perda tahun 2003 menjadi 58 Kelurahan/Desa.

2. Batas

Kota Pekanbaru berbatasan dengan daerah Kabupaten/Kota :

Sebelah Utara    :     Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar Sebelah Selatan :     Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan Sebelah Timur    :    Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan Sebelah Barat    :     Kabupaten Kampar

3. Sungai

Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur. Memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Siban, Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan Sungai Sail.Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.

4. Iklim

Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,1º C - 35,6º C dan suhu minimum antara 20,2º C - 23,0º CCurah hujan antara 38,6 - 435,0 mm/tahun dengan keadaan musim berkisar :

 Musim hujan jatuh pada bulan Januari s/d April dan September s/d Desember.  Musim Kemarau jatuh pada bulan Mei s/d Agustus

Kelembapan maksimum antara 96% - 100%. Kelembapan minimum antara 46% - 62%.

5. Jarak Ibukota

Kota Pekanbaru merupakan Ibukota Propinsi Riau yang mempunyai jarak lurus dengan kota-kota lain sebagai Ibukota Propinsi lainnya sebagai berikut :Pekanbaru Taluk Kuantan = 118 Km

Rengat = 159 Km

Tembilahan = 21.3,5 Km

Page 9: Airtanah

Kerinci = 33,5 Km

Siak = 74,5 Km

Bangkinang = 51 Km

Pasir Pangaraian = 132,5 Km

Bengkalis = 128 Km

Bagan = 192,5 Km

Dumai = 125 Km

Geografi

Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.

Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum antara 20.2 °C hingga 23.0 °C.[11]

Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km². Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan dimekarkan menjadi 12 kecamatan.[11]