AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

33
1 AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI OLEH : TOTOK SUHADAK NIM. I1A113010 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI 2017

Transcript of AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

Page 1: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

1

AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 – 2013

SKRIPSI

OLEH :

TOTOK SUHADAK

NIM. I1A113010

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JAMBI

2017

Page 2: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

2

AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 – 2013

Skripsi ini di ajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Jambi sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana S1 dalam

Ilmu Sejarah ( S.Hum )

Oleh : Totok Suhadak ( I1A113010 )

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JAMBI

2017

Page 3: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

3

Page 4: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

4

ABSTRAK

Nama : Totok Suhadak

NIM : I1A113010

Jurusan : Ilmu Sejarah

Judul : “Ahmadiyah di Sarolangun 1978– 2013”

Skripsi ini berjudul“Ahmadiyah di Sarolangun 1978 – 2013’’ Adapun

yang dimaksud adalah melihat perkembangan Ahmadiyah di Sarolangun dari awal

kedatangannya pada tahun 1978 hingga setelah konflik yang terjadi pada tahun

2013.Rumusan masalah penelitian ini membahas bagaimana kedatangan

Ahmadiyah di Sarolangun pada tahun 1978?, Apa aliran Ahmadiyah yang sedang

berkembang di Sarolangun?. Bagaimana perkembangan Ahmadiyah serta respon

masyarakat sekitar terhadap organisasi Ahmadiyah Pasca konflik 4 Desember

2013 ?Tujuan dari penelitian inimelihat bagaimana proses kedatangan Ahmadiyah

ke Sarolangun pada tahun 1978, kemudian untuk mengetahui aliran Ahmadiyah

yang sedang bekembang di Sarolangun, hingga mengetahui bagaimana

perkembangan serta respon masyarakat sekitar setelah terjadi konflik pada tahun

2013 lalu.

Berdasarkan penjelasan skripsi ini, maka dapat disimpulakan bahwa

kemunculan Ahmadiyah di Sarolangun melalui program transmigrasi pada tahun

1978. kemudian setelah terjadinya konflik di tahun 2013, menjadikan kegiatan

Ahmadiyah semakin aktif, mereka mengatakan bahwa itu suatu cobaan yang harus

dilalui oleh seorang yang beriman, dan kegiatan keagamaan masih dilakukan

hingga saat ini, ternyata masyarakat sekitar tidak terlalu mempermasalahkan

adanya Ahmadiyah dilingkunganya, masyarakat sekitar mengatakan bahwa telah

bersama dari dahulu sejak awal transmigrasi, jadi tidak mempermasalahkan

adanya perbedaan dalam suatu kepercayaan.Perubahan dakwah yang dilakukan

pun sangat menarik perhatian, awalnya dakwah dilakukan melalui buku-buku

yang di tulis oleh seorang khalifah pusat Ahmadiyah kemudian di kirim ke

Sarolangun dan disampaikan lagi oleh mubalight setempat, seiring perkembangan

zaman, Ahmadiyah di Sarolangun mengadopsi Media dalam dakwahnya,dimana

setiap malam minggu melakukan nonton bareng siaran televisi Ahmadiyah (MTA)

dengan bahasa Inggris kemudian dijelaskan dandi artikan kembali oleh mubaligh

daerah yang terjemahannyadikirim melalui Aplikasi WhatsApp yang di siarkan

kepada Para jema’ah yang hadir di malam minggu tersebut.

Kata Kunci : Perkembangan Ahmadiyah di Sarolangun

Page 5: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

5

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul................................................................................................i

Persetujuan Pembimbing...............................................................................ii

Halaman Pengesahan ...................................................................................iii

Halaman Pernyataan.....................................................................................iv

Halaman Moto ..............................................................................................v

Halaman Persembahan .................................................................................vi

Kata Pengantar.............................................................................................vii

Daftar Isi.......................................................................................................xi

Daftar Gambar............................................................................................xiii

Daftar Lampiran...........................................................................................xv

Abstrak........................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................6

1.3. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................7

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................9

1.5. Tinjauan Pustaka.........................................................................10

1.6. Landasan Teori ..........................................................................12

1.7. Sumber dan Metode Penelitian..................................................14

1.8. Sistematika Penulisan.................................................................18

BAB II KEADAAN UMUM SAROLANGUN

2.1. Kabupaten Sarolangun.................................................................19

2.2. Sistem Pemerintahan Sarolangun................................................20

Page 6: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

6

2.3. Perekonomian di Sarolangun.......................................................24

2.4. Agama Masyarakat Sarolangun...................................................26

BAB III SEJARAH AHMADIYAH

3.1. Pengenalan..................................................................................29

3.2. Biografi Mirza Ghulam Ahmad..................................................30

3.3.Awal Pengakuan sebagai Nabi....................................................31

3.4.Meninggalnya Mirza Ghulam Ahmad........................................33

3.5. Awal Kemunculan Ahmadiyah di India....................................34

3.6.Pertumbuhan dan Perkembangan Sekte Ahmadiyah.................36

3.7.Ideologi Ahmadiyah..................................................................38

BAB IV SEJARAH AHMADIYAH DI SAROLANGUN

4.1.Awal Masuknya Ahmadiyah ke Indonesia..................................44

4.2. Awal Masuknya Ahmadiyah ke Sarolangun..............................45

4.3. Aliran Ahmadiyah di Sarolangun..............................................54

4.4. Ahmadiyah PascaKonflik..........................................................63

4.5. Kegiatan KeagamaanJemaat Ahmadiyah di Sarolangun............65

4.6. Respon Masyarakat Sekitar Terhadap Kegiatan Ahmadiyah....78

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan...................................................................................84

5.2. Saran............................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................93

Page 7: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

7

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harun Nasution yang dikutip oleh Benny Agusti Putra, Islammerupakan

agama yang ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi

Muhammad SAW,sebagai rasul Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran

yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari

kehidupan manusia.1 Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek

itu ialah Al-Quran dan hadis. Kedua sumber ini mempengaruhi dinamika konsep-

konsep pemikiran keislaman. Hal ini juga akan berdampak pada dinamika

genologi perkembangan pemikiran tentang konsep keislaman yang ada di negara-

negara Islam, khususnya negara Indonesia yang merupakan mayoritas penduduk

beragama islam.

Karakteristik ajaran Islam yang turun pertama kali oleh Muhammad

Saw.Muhammad adalah seorang Nabi dan rosul terakhir Islam keturunan Quraisy

yang lahir di Mekah, bangsa Quraisy memberinya julukan Al-amin ( yang

terpercaya ) sebuah gelar yang cukup terhormat sekitar 157 M.2

Beliaumengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat

baik dan mengajak pada keselamatan. Inilah yang selanjutnya dapat dijadikan

landasan untuk membangun konsep toleransi dalam beragama.Perpecahan

didalam tubuh umat Islam awal yang timbul akibat masalah politik pada masa 1Benny Agusti putra.Persepsi Majalah Tempo dan Sabili Tentang Terorisme di

Indonesia 2011.Padang : Skripsi IAIN Imam Bonjol.2012. Hlm.1 2 Philip K. Hitti. History Of The Arabs.Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta. 2008. Hlm.

139

Page 8: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

8

khalifah Ar-Rasyidah,3 menyebabkan sebuah peristiwa yang dikenal dengan

sejarah Islam sebagai Al-Fitnah Al-Kubra ( Malapetaka Besar ) yang berpuncak

dengan kematian dua orang khalifah, yaitu Usman bin Aaffan ( 656 M/ 34 H )

dan Ali bin Abi Thalib ( 661 H ) pada abad ke-7 M. Hal ini mendorong lahirnya

sekte-sekte di dalam agama islam dengan doktrin atau ajaran masing-masing

yang berbeda, seperti syiah, sunni dan muktazilah.4

Dalam proses selanjutnya, penyebaran dan perkembangan Agama Islam

ke berbagai wilayah, khotbah yang dilakukan nabi adalah kebanyakan disebuah

pasar, pasar tempat khotbah pertama yaitu pasar mekah, hingga ada kaum yang

tidak mau mendengarkan khotbahnya sehingga memancing sebuah

persekongkolan untuk membunuhnya, lalu beliau melarikan diri ke madinah

bersama muridnya yaitu abu bakar demi mengumpulkan para pengikutnya lalu

kembali kemadinah hingga ajal menjemputnya.5

Penyebaran selanjutnya masuk Kawasan Afrika utara hingga kewilayah

anak Benua India yang telah menghasilkan peradaban-peradaban besar dan

berusia ribuan tahun, menyebabkan timbunya proses perpaduan antara budaya

setempat dengan budaya Islam. Proses perpadua antar budaya ini pada akhirnya

melahirkan suatu bentuk ajaran Islam yang berbeda dengan islam di jazirah arab,

seperti aliran bahaisme yang dipelopori oleh seorang ulama Persia, yaitu Mirza

ali muhammad Al-syirazi dan Ahmadiyah di india oleh mirza ghulam ahmad,

3Ibid. Hlm. 217

4Ibid. Hlm. 541 – 546

5Jonathan Black. Sejarah Dunia yang di Sembunyikan.Ciputat : PT Pustaka Alvabet.

2008. Hlm. 330

Page 9: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

9

yang mana keduanya muncul pada abad ke 19.6

Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan yang didirikan oleh Mirza Ghulam

Ahmad pada tahun 1889 M bertepatan dengan tahun 1306 H. Ahmadiyah adalah

sebutan singkat dari jemaat Ahmadiyah. Jemaat berarti kumpulan individu yang

bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama

dari Islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu perkumpulan, Himpunan atau Organisasi

yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu progaram yang sama.

Ahmadiyah diambil dari salah satu nama Rosulullah Saw. Yang di

informasikan kepada Nabi Isa.A.S dalam surat Ash Shaf ayat 6 yang menyatakan

akan datang seorang Nabi yang bernama Ahmad, menjelang lahir dan berdirinya

Ahmadiyah, keadaan dunia sangat diliputi oleh berbagai masalah yang sangat

pelik yang hampir sangat sulit dicarikan solusinya. Berbagai tindakan kejahatan,

keterpurukan moral, dan masih banyak lagi yang menjadi nuansa kejadian

masyarakat pada saat itu.7

Ahmadiyah terbagi menjadi menjadi dua kelompok, yaitu ahmadiyah

Qodian dan Lohore, Ahmadiyah Qadian menganggap mirza sebagai Nabi dan

Ahmadiyah lohore menganggap mirza sebagai mujaddid atau pembaharu

Islam.8Organisasi Ahmadiyah ada di Indonesia sejak tahun 1925, Ketika

Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, di dalam meraih

6Dwi Rendi Maulana.Ahmadiyah Lohore di Yogyakarta 1924-1930 : Suatu

Pertumbuhan Awal Dipulau Jawa.Depok : Universitas Indonesia. 2010. Hlm.1 7A.Fajar Kurniawan.Teologi Kenabian Ahmadiyah. Jakarta : RMBOOKS. 2006. Hlm.

15-16 8Rizem Aizid. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta :DIVA Press. 2015.

Hlm. 86

Page 10: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

10

kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan

meraih kemerdekaan,misalnya (alm) R. Muhyiddin dibunuh oleh tentara Belanda

pada tahun 1946 karena merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan

Indonesia,ada juga beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia.Para Ahmadi mengorbankan diri mereka untuk

Negara,sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing

untuk kemerdekaan Indonesia, seperti alm. Mln. Abdul Wahid dan alm. Mln.

Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan

kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.Sementara itu, mubaligh yang lain

Alm.Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan salah satu tokoh penting,

sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia di kemudian hari

menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi kepada Negara.9

Dilihat dari perkembanganya, pemberlakuan prinsip baru dalam kajian

sejarah sosial juga akan mendorong sejarawan Indonesia menulis sejarah sosial

yang sangat memperhatikan pengalaman hidup sehari-hari masyarakat dan orang

kebanyakan.10

Ahmadiyah sampai saat ini masih berkembang di berbagai Negara,

salah satunya adalah Indonesia, proposal dengan judul “Ahmadiyah di

Sarolangun 1978 – 2013” ini memang mempunyai arti tersendiri bagi penulis,

karena penulisan proposal ini lahir dari keinginan pribadi,antara kepribadian dan

9Diambil dari Wikipedia. Ahmadiyah. Diakses di

https://id.Wikipedia.org/w/indext,padatanggal. 27 Februari 2015 jam 22.17 WIB.

10

Henk Schulte Nordholt. Dkk. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta

:Yayasan Obor Indonesia. 2008. Hlm. 272

Page 11: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

11

apresiasi penulis terhadap situasi dan kondisi yang dialami organisasi Ahmadiyah

yang merasakan perlakuan berbeda di republik ini.

Keinginan penulis hadir atas penetapan judul skripsi yang terinspirasi oleh

aksi demo dikepungnya masjid Ahmadiyah serta pelepasan papan nama Jemaat

Ahmadiyah Desa Batu Putih di Sarolangun pada tanggal 4 desember 2013, aksi

radikalisme yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa itu menamakan agama

dan mengklaim sebagai representasi Allah SWT, kemudian mengkafirkan dan

menghakimi keyakinan kelompok yang berbeda, Aksi yang dinilai sebagai jihad

di jalan Allah SWTsebenarnya telah mencederai nilai–nilai kedamaian Islam dan

dasar-dasar demokrasi di Indonesia.

Apresiasi untuk Ahmadiyah di Sarolangun ini mereka selalu terbuka

untuk melakukan dialog dengan siapapun, dan menghadapi semua masalah

dengan tenang dan anggun ditengah situasi yang penuh ketakutan dan tekanan

dari berbagai pihak, sehingga apresiasi dan keprihatinan penulis tersebut

kemudian ingin dijadikan sebuah proses refleksi intelektual yang tertuang dalam

bentuk karya ilmiah.

Mampu melihat permasalahan secara objektif dan lebih arif, penulisan

Skripsi ini bagi penulis mempunyai nilai tersendiri, disamping nilai historis dan

filosofis, karena penyusunanya lahir dari sebuah realitas kekinian, dari situ keluar

dari fikiran penulis untuk meneliti Ahmadiyah yang ada di Sarolangun, yang

selanjutnya tulisan ini akan mengarah dan melihat bagaimana Ahmadiyah

Page 12: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

12

bisaberada di Sarolangun, tepatnya di Desa Batu Putih Kecamatan Pelawan,

Untuk itu, penelitian ini diberi judul: Ahmadiyah di Sarolangun 1978 – 2013.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini menitikberatkan perhatian pada dunia perkembangan sejarah

agama, dimana penulis nanti akan melakukan penelitian dengan pendekatan

sejarah mentalitas sensibilitas, menurut kuntowijoyopendekatan sejarah

mentalitassebenarnya dapat mencakup menyangkut banyak hal, yang termasuk

dalam sejarah intelektual, sejarah sosial, sejarah kebudayaan, sejarah kesenian,

dan sejarah sensibilitas. Sedangkan pendekatan sejarah sensibilitas adalah bagian

dari sejarah mentalitas atau sebagai spesialisasinya.11

Yang akan

menggambarkan Aliran Ahmadiyah di Sarolangun, dimana penulis ingin

menggambarkan bagaimana Ahmadiyah bisa datang ke daerah Sarolangun Desa

Batu Putih Kecamatan Pelawan.

Kehadiran Ahmadiyah di Sarolangun menarik untuk dikaji karena

beberapa hal. Pertama, masalah tersebut belum ada yang mengkaji secara ilmiah

dari perspektif sejarah. Kedua, kedatangan nya melalui jalur Transmigrasi dimana

yang lain dengan cara dakwah mengirim mubalignya ke berbagai wilayah.

Ketiga, Ahmadiyah hingga sekarang tetap berkembang meski dianggap sesat oleh

umat muslim lain.

Dalam penelitian sudah tentu timbul suatu permasalahan yang perlu

diteliti, dimana dalam penelitian ini akan menggambarkan bagaimana

11

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Jakarta :PT.Tiara Wacana Yogya. 2003. Hlm, 169 –

171

Page 13: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

13

perkembangan Ahmadiyah di Sarolangun, selanjutnya dicari jalan pemecahanya.

Berangkat dari permasalahan itu, penelitian ini selanjutnya menjawab beberapa

pertanyaan yang diharapkan mengarahkan dan membatasi penelitian. Pertanyaan

itu seperti yang disajikan di bawah ini adalah sebagai berikut :

1). Bagaimana proses kedatangan Ahmadiyah kesarolangun pada tahun 1978?

2). Apa Aliran Ahmadiyah yang berkembang di Sarolangun ?

3). Bagaimana perkembangan Ahmadiyah serta respon masyarakat sekitar

terhadap organisasi Ahmadiyah Pasca konflik 4 Desember 2013 ?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Rangkaian latar belakang dan rumusan masalah diatas penulis

menentukan rentang waktu penelitian ini dari tahun 1978 – 2013, agar

permasalahan tidak terlalu luas dan fokusnya terarah, maka penulis membatasi

pada usaha-usaha Jemaat Ahmadiyah dengan cakupan wilayah dan cakupan

waktu. Dalam cakupan wilayah, penulis membatasi wilayah yang hendak di teliti

yaitu yang berada dikabupaten Sarolangun, baik di daerah perkotaan maupun

daerah pedesaan. Wilayah itu adalah Sarolangun, Singkut, Pelawan, Air Hitam,

Batang Asai, Bathin VIII, Cerminan Gedang, Limun, mandiangin, Pauh. Batasan

waktu yang meliputi tahun 1978 – 2013, dan Batasan awal merupakan tahun

kedatangan Ahmadiyah ke Sarolangun pada tahun 1978, menurut Soekasdi pada

Page 14: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

14

tahun 1978 transmigrasi dilakuakan disarolangun.12

Tahun 2013 sebagai batasan

akhir penulis, dimana menurut Edi Kusnadi pada tanggal 04 Desember 2013

Jemaat Ahmadiyah di kepung oleh masyarakat dan mahasiswa.13

Pembahasan

waktu penelitian ini diharapkan menjadi formulasi untuk dapat menjawab

problematika Ahmadiyah pada masa kontemporer ini, kemudian Penelitian ini

akan membahas aliran Ahmadiyah yang merupakan Agama yang dipercayai oleh

pengikutnya. Maka penelitian ini masuk kedalam kategori sejarah Agama, yaitu

suatu kajian dalam sejarah yang menggunakan pendekatan sejarah mentalitas dan

sensibilitas.14

Batasan lain yang perlu dikemukakan adalah pembatasan fokus kajian.

Penelitian ini hanya akan memfokuskan pengamatan, terutama pada sejarah

masuknya Jemaat Ahmadiyah di Sarolangun dan penyebaranya, susunan

organisasi, Aliran yang berada disarolangun serta aktifitas Jemaat Ahmadiyah

pasca terjadinya konflik pada 4 desember 2013 lalu. Aspek lain yang tidak

dibahas di antaranya adalah penyebab konflik yang terjadi pada tahun 2013,

dimana penulis belom bisa meneliti hal tersebut karna terkendala dengan

biayadan waktu, dimana para pemimpin utama demo/aksi tersebut susah ditemui,

dan ada beberapa yang berpindah daerah keluar Sumatera, sehingga dalam

penelitian ini hanya menyajikan perkembangan dan Aliran, pada tahun 2013

12

Soekasdi.Selayang Pandang Proyek Transmigrasi Propinsi Jambi. Jambi : Staf Kamwil

Ditjen Transmigrasi Propinsi Jambi. 1980. Hlm. 34 13

Edi Kusnadi. Jambi Dalam Berita. Jambi : TVRI. 04 Desember 2013 14

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Jakarta :PT.Tiara Wacana yogya. 2003. Hlm. 169 –

171

Page 15: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

15

tersebut sebagai batasan waktu bagi peneliti untuk melihat perkembangan

Ahmadiyah disarolangun Pasca Aksi 2013 lalu. Dengan adanya pembatasan

cakupan ini diharapkan dapat memperjelas dan memperdalam fokus kajian

sehingga tujuan utama untuk memahami penyebaran Jemaat Ahmadiyah di

Sarolangun selama kurun waktu 35 tahun ini dapat dicapai.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Masuknya Ahmadiyah ke indonesia, selain disambut secara positif oleh

masyarakat pendukungnya, juga disambut secara negatif oleh masyarakat yang

anti terhadap ahmadiyah. Namun demikian, Jemaat Ahmadiyah yang masuk ke

Sarolangun pada 1978 sedikit demi sedikit pengikutnya bertambah dari sebagian

masyarakat di Sarolangun. Dari ulasan tersebut penulis ingin membahas tujauan

dari penelitian ini dimana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan permasalahan

yang tertuang dalam sub-bab sebelumnya, yaitu :

1). Untuk mengetahui bagaimana proses kedatangan Ahmadiyah ke Sarolangun

pada tahun 1978

2). Untuk mengetahui Aliran Ahmadiyah yang sedang berkembang di Sarolangun

3). Untuk mengetahui Respon masyarakat sekitar terhadap organisasi Ahmadiyah

setelah konflik pada 4 Desember 2013.

Untuk Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, diharapkan

melahirkan temuan-temuan baru dalam khasanah Sejarah Agama, yang otomatis

akan memperkaya khasanah penulisan Sejarah Agama, pada umumnya Agama

yang berkembang di seluruh Indonesia dan di Sarolangun khususnya. Dengan

Page 16: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

16

begitu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian Agama yang

berguna bagi peneliti lain dalam bidang sejarah sendiri, maupun dalam bidang

ilmu lain, serta berguna pula bagi pelajar dan mahasiswa maupun bagi

masyarakat umum.

Disamping itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan studi yang

berguna bagi pemerintah terkait dalam mengambil kebijakan, terkhusus kebijakan

mengenai Agama di seluruh Indonesia umumnya dan di Sarolangun khususnya.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa tulisan seperti buku dan skripsi yang berbicara tentang

Ahmadiyah di Indonesia, pertama berjudul Teologi Kenabian

Ahmadiyahsebagaimana terbaca dari judulnya, buku ini berbicara tentang

bagaimana cara memandang tuhan yang dilakukan para pengikut aliran

Ahmadiyah. didalam buku ini juga di singgung mengenai dalil dan ayat-ayat Al-

Qur’an yang dipakai dalam menambah keyakinan para pengikutnya disetiap

dakwah yang dilakukan oleh mubalignya. Beberapa kajian lain yang lebih kurang

mirip dengan kajian yang dilakukan A.Fajar kurniawan diatas dapat disebut karya

Rizem Aizid,secara umum karyanya berbicara tentang sejarah peradaban Islam

dimana di dalam nya terdapat beberapa ulasan mengenai penyebaran aliran

Ahmadiyah.

Tulisan lain yang juga membahas tentang Ahmadiyah yaitu berjudul

Perlindungan Konstitusional Terhadap Kebebasan Beragama dalam Kaitanya

Dengan Keberadaan Jamaah Ahmadiyah Indonesia.Tulisan berbentuk skripsi ini

Page 17: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

17

di tulis oleh seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura

pontianak, tulisan ini membahas tentang bagaimana aliran Ahmadiyah dengan

perlindungan-perlindungan hukumnya.

Ada juga mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Indonesia yang menulis skripsinya yang berjudul Ahmadiyah Lohore di

Yogyakarta 1924 – 1930 : Suatu Pertumbuhan Awal Dipulau Jawa.Skripsi ini

berbicara tentang bagaimana perkembangan Ahmadiyah Lohore di pulau Jawa

dan menceritakan beberapa pejuang Ahmadiyah yang membantu membela

bangsa dalam kemerdekaanya.

Tulisan lain berbentuk skripsi dari Fakultas Ushuluddin, Sosial Agama,

yang berjudul Respon Masyarakat Sekitar Kampus Al-Mubarok Parung Bogor

Jawa Barat Terhadap Ahmadiyah.Skripsi ini lebih terfokus kepada kehidupan

sosial masyarakat sekitar kampus Al-mubarok dengan keberadaan Ahmadiyah di

sekitarnya, yang dimana mereka dapat hidup secara berdampingan dalam

bermasyarakat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang

sejarah Ahmadiyah di Sarolangun Desa Batu Putih Kecamatan Pelawan

khususnya belum pernah ada yang melakukan sama sekali, oleh karena itu

penelitian ini berfokus pada perkembangan Ahmadiyah yang ada di Sarolangun

Kecamaan Pelawan.

F. Landasan Teori

Landasan Teori merupakan landasan penelitian yang akan penulis

lakukan, dimana penulis menggunakan Teori Perubahan Sosial yang dicetuskan

Page 18: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

18

oleh Talcott Persons. Talcott Melahirkan teori fungsional tentang Perubahan

Sosial seperti para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial

pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen

utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi

bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda

berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi

masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat

tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi

permasalahan hidupnya.

Dapat dikatakan, Parsons termasuk dalam golongan yang memandang

optimis sebuah proses perubahan sosial. Bahasan tentang struktural fungsional

Parsons ini akan diawali dengan empat fungsi yang penting untuk semua sistem

tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan pada

pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons menyampaikan

empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan, yaitu:

1. Adaptasi, sebuah sistem harus mampu menanggulangi situasi eksternal yang

gawat, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan

utamanya.

3. Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi

komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi

penting lainnya.

Page 19: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

19

4. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan

memperbaiki motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan

dan menopang motivasi.

Talcott menjelaskan kondisi masyarakat yang heterogen, dalam artian

tidak hanya terdiri dari satu suku saja. Masyarakat yang plural dapat berinteraksi

secara harmonis karena dipersatukan oleh konsensus tentang nilai-nilai dan

peranan-peranan tertentu, diantaranya banyak kepentingan dan pengertian yang

berbeda-beda, terdapat suatu kesatuan mendasar yang mencangkup dimensi sosial

kelakuan manusia, sehingga terjalin hubungan sosial.15

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sosio-Historis

yaitu memahami suatu pristiwa dengan melihat kaitannya yang erat dengan

kesatuan mutlak waktu, tempat, lingkungan dan kebudayaan dimana pristiwa itu

terjadi.16

Maupun pendekatan sosiologi karena pendekatan sejarah tidak terbatas

pada hal-hal yang informatif, pendekatan ini misalnya melihat pada respon

tentang perubahan keadaan masyarakat sekitar.17

Dalam penelitian ini teori yang dianggap relevan oleh penulis adalah

Perubahan Sosial. Metode perubahan Sosial, bertujuan untuk meneliti perubahan-

peruahan dalam masyarakat. Metode tersebut berpendirian pokok bahwa unsur-

unsur yang mempengaruhi masing-masing mempunyai fungsi tersendiri terhadap

15

Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah.(Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. 1992). Hlm 123. 16

Mukti Ali. Agama Sebagai Sarana Penelitian dan Penelaahan di Indonesia

(Yogyakarta: al-Jamia’ah IAIN No. 11. 1987). Hlm. 49 17

Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta: PT

Gramedia. 1992). Hlm. 4.

Page 20: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

20

masyarakat. Dalam bidang sosiologi metode ini diterapkan oleh Talcott Persons.18

Perubahan Sosial ini memandang suatu gejala terjadi di waktu tertentu

dan bertanya tentang apa efeknya bagi kesatuan yang lebih besar, Teori

Perubahan Sosial ini digunakan untuk meneliti organisasi Ahmadiyah dalam

perubahan sosial yang terjadi pada masyarakatyang berada di Sarolangun.

G. Sumber dan Metode Penelitian

Sumber data adalah segala keterangan atau informasi tentang jejak-jejak

masa lampau, hal ini tentunya berkaitan dengan tujuan penelitian. Agar sesuai

dengan tujuan penelitian, maka data yang di gunakan mencakup dua jenis data

yaitu :

1. Sumber Data Primer

Berupa data atau informasi yang akan penulis dapat langsung dari media

cetak, Media elektronik dan pelaku utama yang berkaitan dengan Ahmadiyah di

Sarolangun yang masih hidup.

2. Sumber Data Sekunder

Bahan-bahan atau data yang digunakan serta diperoleh dari buku-buku

dan literatur yang berkaitan dengan pokok persoalan ahmadiyah yang relevan

dengan pokok persoalan yang akan membantu sebuah penulisan sejarah yang

objektif, data-data tersebut akan penulis cari di :

18

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Grafindo Persada. Cetakan ke-

44. Januari 2012). Hlm 44-45.

Page 21: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

21

a. Perpustakaan Wilayah Daerah Jambi

b. Perpustakaan Universitas Jambi

c. Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya

d. Perpustakaan Universitas Batanghari

e. Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Jambi

f. Perpustakaan Museum Siginjei Provinsi Jambi

g. Perpustakaan BPCB Provinsi Jambi

Peneliti harus terjun kelapangan guna melengkapi sumber data primer

meliputi wawancara dengan informan-informan yang berkaitan dengan penulisan

skripsi,19

maupun melengkapi data sekunder dengan mencari buku-buku yang

berkaitan dengan pokok persoalan penulisan. Kemudian Sumber-sumber dikritisi

dengan memakai metode kritik intern dan ekstern. Hasil penelusuran sumber-

sumber tersebut akan di klasifikasikan menjadi fakta-fakta. Kemudian fakta-fakta

tersebut akan dihubungkan, disintesiskan sehingga memasukan pikiran-pikiran

penulis, dan menginterpretasikan fakta-fakta tersebut. Hasil di deskripsikan

secara naratif dan akan dianalisis secara kritis.

Metode sejarah merupakan petunjuk pelaksanaan dan teknis tentang

bahan, kritik, interpretasi, dan penyajian sejarah,20

Dimana prosedur penelitian ini

menggunakan metode penelitian sejarah diantaranya :

19

Kuntowijoyo.Metodologi Sejarah.Jakarta :PT.Tiara Wacana Yogya. 2003. Hlm. 169 –

171 20

Ibid. Hlm,xix

Page 22: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

22

1. Heuristik : pengumpulan Sumber

Merupakan kegiatan menghimpun sumber-sumber sejarah, biasanya

metode ini dilakukan dengan studi pustaka, dengan mencari literatur buku yang

ada hubunganya dengan pokok permasalahan, selanjutnya studi

kearsipan/dokumenter, dimana tehnik ini dilakukan dengan mempelajari arsip dan

dokumen yang dapat digunakan sebagai data penelitian. Selanjutnya

menggunakan tehnik wawancara, dengan mewawancarai pihak terkait yang dapat

memberikan kesaksian atau keterangan secara lisan sehubungan dengan topik

yang akan diteliti seperti para pelaku dan saksi sejarah.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber yaitu proses penyaringan data untuk dijadikan fakta sejarah

yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam penulisan atau meneliti apakah sumber

itu sejati, baik bentuk maupun isinya, dimana kritik sumber dilakuakan dengan

dua tahap yaitu :

a. Kritik Ekteren, yang menyangkut ke absahan dan otentitas sumber sejarah.

b. Kritik interen, yaitu menyangkut sumber melalui kritik atas pembuat sumber

atau informasi serta membandingkanya dengan sumber sejarah lain.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya penulis dalam menerangkan dan

menghubungkan fakta, sehingga membentuk suatu gambaran sejarah yang

sistematis/teratur dengan baik/dan konfrehensif/mempunyai wawasan yang luas.

Page 23: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

23

Dalam arti lain, dapat menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-

fakta yang telah diverifikasi.

4. Historiografi

Historiografi adalah upaya untuk menuangkan hasil – hasil penelitian ke

dalam bentuk penulisan sejarah, atau penyajian hasil sintesis yang diperoleh

dalam bentuk suatu kisah sejarah.21

Pendekatan Sejarah pada gilirannya akan membimbing kearah

pengembangan teori tentang evolusi agama dan perkembangan tipologi

keagamaan-keagamaan, dan tidak hanya digunakan oleh para sejarawan,

melainkan oleh ilmuan lain dikalangan sosiolog agama misalnya Talcott Parson

yang menggunakannya dalam rangka menjelaskan evolusi agama.22

Penelitian ini

merupakan penelitian sejarah yang sepenuhnya memakai metode penelitian

sejarah. Batasan waktu yang cukup panjang, yaitu tahun 1978 - 2013. Sumber-

sumber dikumpulkan dari berbagai keriteria, baik berupa buku, arsip, wawancara,

foto, dan sumber terkait lain yang dapat memberikan keterangan.

H. Sistematika Penulisan

Hasilpenulisan ini akan disajikan dalam lima bab dan dari masing-masing

bab terdiri dari beberapa sub-sub bab. Bab I sebagai pengantar kajian ke pokok

permasalahan dan metode yang digunakan dalam penelitian. Bab II membahas

21

Daliman.A. Metodologi Penelitian Sejarah .yogyakarta:Penerbi Ombak. 2015. Hlm. 28-

29 22

Dudung Abdurrahman. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta : Penerbit

Ombak. 2011. Hlm. 23

Page 24: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

24

tentang keadaan umum Sarolangun. Bab III berisi pembahasan tentang Profil

Pendiri Ahmadiyah, awal kemunculan Ahmadiyah di india, serta Ideologi yang

dianut oleh Jemaat Ahmadiyah. Bab IV Membahas awal masuknya Ahmadiyah

ke Indonesia, dilanjutkan dengan Masuknya Ahmadiyah ke Sarolangun, serta

mengetahui aliran Ahmadiyah yang berada di Sarolangun, dan mengtahui

keadaan Ahmadiyah setelah terjadinya konflik pada 04 Desember

2013,sertamengetahui respon masyarakat terhadap kegiatan Ahmadiyah yang

selama ini dilakukan. Bab V adalah Bab kesimpulan dan saran, berisi temuan-

temuan yang didapatkan dari penelitian.

Page 25: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

25

KESIMPULAN

Pada bab kelima ini akan ditutup dengan kesimpulan dan saran berkenaan

dengan adanya Jemaat Ahmadiyah di Sarolangun yang telah mencapai jangka

waktu 39 tahun. Suatu waktu yang cukup untuk menilai kekuatannya di tengah

masyarakat. Banyak perkumpulan atau organisasi yang tumbuh di Indonesia

bahkan mencapai keberhasilannya namun akhirnya hilang ditelan waktu. Berbeda

halnya dengan Jemaat Ahmadiyah, meskipun sejak awal terdapat banyak

rintangan yang menghalangi, namun setahap demi setahap Ahmadiyah dapat

berkembang dan mendapat tempat di hati para anggotanya sehingga sulit

digoyahkan oleh berbagai godaan bahkan ancaman kematian sekalipun.

Jemaat Ahmadiyah yang didirikan oleh Mirza ulama Ahmad pada 1889 di

India terus tumbuh dan berkembang ke seluruh pelosok dunia. Perjuangan awal

Ghulam Ahmad dalam membela Islam di India dari serangan – serangan kaum

Hindu Arya Samaj dan kaum misionaris Kristen, dilakukanya secara penuh

setelah kewafatan ayahnya pada 1876. Untuk memperkuat perjuangannya itu, ia

mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara menjalani kehidupan yang suci dan

berpuasa hingga menurut pengakuanyamendapat wahyu untuk melawan orang-

orang yang menghina Agama Islam. Ia pun kemudian membela Islam melalui

tulisan-tulisannya di media massa hingga mengarang buku yang terkenal, yaitu

“Barahiyn Ahmadiyah”. Dengan tersiarnya buku ini yang sangat dipuji-puji oleh

kaum Islam khususnya maka Ghulam Ahmad pun dianggap sebagai mujaddid (

pembaharu ). Gelar mujadid ini membuat Ghulam Ahmad semakin yakin untuk

Page 26: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

26

menulis buku - buku lainnya dalam menyebarkan Ideologinya. Ghulam Ahmad

mengaku bahwa kepercayaan diri itu muncul karena adanya bimbingan dari Allah

SWT.

Pada masa awal, umat Islam di India sangat menyokong perjuangan

Ghulam Ahmad dalam membela Islam, namun setelah Ghulam Ahmad

menyatakan diri mendapatkan wahyu dan telah ditunjuk oleh tuhan sebagai Al-

masih dan Al-Mahdi maka banyak orang, terutama para ulama di India

menentang dan memusuhinya. Berbagai cara telah dilakukan oleh Ghulam

Ahmad untuk meyakinkan kepada khalayak ramai bahwa ia telah diutus oleh

Tuhan sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan, namun berbagai

usaha itu semakin mendapat tentangan yang keras. Selain pengakuan sebagai Al-

Masih dan Al-Mahdi, Ghulam Ahmad mengaku bahwa ia telah diutus oleh Tuhan

sebagai Nabi yang tidak membawa Syari’at. Sebenarnya, Ghulam Ahmad tidak

membatasi pengakuanya pada Al-Masih dan Imam mahdi bagi kaum muslimin

dan Kristen saja, tetapi juga para penganut agama Budha, Sikh, Zoroaster, dan

Krishna bagi kaum Hindu. Di sini nampak bahwa Ghulam Ahmad bercita-cita

untuk menyatukan semua agama di bawah panji Islam.

Berbagai gelar yang disandang oleh Ghulam Ahmad makin menyebabkan

masyarakat awam memusuhinya. Bahkan para ulama menganggap bahwa

Ghulam Ahmad sesat dan keluar dari Islam. Berbagai upaya juga dilakukan oleh

para ulama di India untuk menentang gerakan Ahmadiyah, Namun tidak berhasil.

Bahkan semakin kuat tentangan dari masyarakatterhadap Ghulam Ahmad,

Page 27: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

27

semakin kuat pula Ghulam Ahmad dan para pengikutnya mempertahankan

Ideologinya. Bagi para anggota Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad merupakan

wujud Al-Masih dan Al-Mahdi yang kemunculannya ditunggu-tunggu pada akhir

zaman. Wujud Al-Masih dan Al-Mahdi bagi Ghulam Ahmad adalah prinsip

keyakinan dan merupakan Ideologi inti paham Ahmadiyah. Jemaat Ahmadiyah

semakin tersebar ke seluruh dunia setelah Ghulam Ahmad meninggal dunia.

Setelah kematian Ghulam Ahmad pada 1908, para penentangnya

menyangka bahwa Ahmadiyah akan tamat riwayatnya. Namun tidak demikian

Halnya, seperti yang ditulis oleh Ghulam Ahmad dalam Al-wasiyat sebelum ia

meniggal dunia bahwa gerakan ini akan melahirkan “kudrat kedua”, yaitu

munculnya institusi khilafat. Para pengganti Mirza Ghulam Ahmad yang

memimpin Jemaat Ahmadiyah sebagai Khalifatul Masih dan institusi Khilafah

penuh yakin tidak saja merupakan suatu institusi yang amat penting dalam Jemaat

Ahmadiyah. Para pengikut Jemaat Ahmadiyah percaya meyakini bahwa ketika

pemilihan Khalifatul Masih terjadi secara mendadak maka pikiran dan kalbu para

anggota jemaat dibimbing oleh Allah Swt. untuk memberi suaranya kepada orang

pilihannya. Oleh karena Khalifatul Masih dipilih sejalan dengan kehendak Ilahi

maka para pengikut Jemaat Ahmadiyah harus patuh kepadanya. Jika mereka tidak

menunjukan kepatuhan kepada Khalifatul Masih dapat diartikan tidak patuh

kepada tuhan. Dengan sendirinya kepatuhan kepada Khalifatul Masih merupakan

sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.Hingga sejauh ini, setelah Khalifatul Masih

I ( Maulvi hakim Nuruddin ) meniggal dunia pada 1914, para Khalifah Yang

Page 28: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

28

terpilih itu masih keturunan dari pendiri Ahmadiyah, Yaitu Mirza ghulam

Ahmad. Namun demikian, para Khalifatul Masih ini masih sangat dipercaya dan

dihormati, bahkan “disucikan” oleh para pengikut Jemaat Ahmadiyah di seluruh

dunia. Berkat para Khalifatul Masih ini, sebagai mengganti Mirza Ghulam

Ahmad, maka Ahmadiyah dapat tersebar ke seluruh dunia.

Dibawah kepemimpinan Khallifatul masih II, Bashiruddin Mahmud,

Jemaat Ahmadiyah dapat tersebar ke Indonesia. Orang yang berjasa dalam

memperkenalkan Ahmadiyah ke Indonesia adalah tiga orang pemuda dari

Sumatera Barat, Yaitu Abubakar Ayyub, Ahmad Nuruddin dan Zaini Dahlan.

Mereka sebenarnya ingin melanjutkan studi ke Mesir yang pada masa itu terkenal

sebagai pusat kajian Islam, Namun guru mereka menjadi anggota Ahmadiyah.

Nasihat para gurunya itu merupakan penentu munculnya Ahmadiyah di

Indonesia.

Pada umumnya penyebaran Ahmadiyah dari India ke negara-negara lain

bukan merupakan permintaan atau undangan dari negara-negara tertentu, akan

tetapi merupakan keputusan Khalifatul Masih untuk mengirimkan mubaligh nya

ke tempat atau negara tertentu. Berbeda halnya dengan Indonesia karena orang-

orang Indonesia lah, khususnya dari Sumatera Barat yang mengundang Khalifatul

Masih II, Mirza Basyiruddin Mahmud untuk berkunjung ke Indonesia pada 1924.

Oleh karena Khalifatul Masih II tidak dapat memenuhi undangan itu maka ia

mengirimkan Mubalighnya M. Rahmat Ali yang tiba di Tapaktuan, Aceh pada 02

Oktober 1925. Pada 1926 ia meneruskan perjalanannyake padang dan di tempat

Page 29: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

29

inilahpada 1926 paham Ahmadiyah mulai terbangun. Dengan berbagai

pertimbangan, pada 1931 M.Rahmat Ali datang ke Batavia ( jakarta ), di Pulau

jawa. Jakarta pada masa penjajahan kolonial Belanda merupakan Ibu Kota Hindia

Belanda.

Tumbuh pesatnya Jemaat Ahmadiyah di Indonesia mulai nampak setelah

M. Rahmat Ali berada di Jakarta. Di daerah ini, M. Rahmat Ali menemukan

daerah yang baik untuk perkembangan Ahmadiyah. Dengan usaha keras dan

kesabaran maka dalam masa yang relatif singkat, M.Rahmat Ali dapat

mengumpulkan orang-orang yang terdiri dari berbagaikalangan, di antaranya para

kelompok terpelajar, pedagang, dan masyarakat awam Baiat masuk menjadi

anggota Ahmadiyah di tangannya. Dengan banyaknya orang menganut paham

Ahmadiyah maka di kota Jakarta inilah dibangun Pengurus Besar pada Desember

1935. Kedatangan M. Rahmat Ali ke Kota Jakarta merupakan peristiwa penting

dalam perkembangan Ahmadiyahdi Jawa barat khususnya.

Tidak bisa dipungkiri setelah Ahmadiyah berhasil berkembang diberbagai

negara salah satnya Indonesia, di Indonesia pun Ahmadiyah tersebar ke berbagai

wilayah seperti di Padang, Aceh, Parung Bogor, jogja, dan sebagainya, dimana

dalam penyebaran ke berbagai wilayah, Ahmadiyah ini mengirim Mubaligh nya

ketempat Misionaris yang mereka tuju, tetapi berbeda Halnya dengan masuknya

Ahmadiyah di Sarolangun ini dimana kedatangan Ahmadiyah ke daerah ini

mealui jalur Transmigrasi yang terlaksana di zaman orde baru tepatnya di tahun

1978, dimana pada awal kedatanganya, anggota sendiri berjumlah 30 jiwa atau 8

Page 30: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

30

Kepala Keluarga, hingga sekarang perkembangannya sangat pesat dimana jumlah

anggitanya menjadi 119 anggota diantaranya terdapat kurang lehib 50 kk di desa

Sungai merah dan sisanya terdapat di pusat kegiatan Ahmadiyah yaitu di Desa

Batu Putih Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun.

Pada awal kedatangannya masyarakat sarolangun menyambut dengan baik

seluruh perbedaan yang datang di daerah mereka, tetapi seiring berjalanya waktu

ada pihak-pihak yang merasa di untungkan dan dirugikan sehingga membuat isu

tentang aliran Ahmadiyah yang berada di daerah Sarolangun ini sehingga

menimbulkan keresahan, Puncak nya adalah pada 04 Desember 2013 dimana

Masyarakat dan mahasiswa menggelar masa dan meminta agar para pengikut

aliran Ahmadiyah kembali kepada Islam yang sebenar-benarnya sesuai dengan

Fatwa MUI dan SKB 3 Menteri yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Mengenai Aliran Jemaat Ahmadiyah sendiri, Indonesia sejak kedatangan

Ahmadiyah memiliki dua aliran yaitu Ahmadiyah Qadian yang datang pada

tahun1925 dan Ahmadiyah Lohore yang datang pada tahun 1924.Di Sarolangun

sendiriterdapatAliran Ahmadiyah Qadian,dibuktikan oleh Suat Keputusan dan

ADART yang peneliti dapat bahwa disitu tertulis Jemaat Ahmadiyah Indonesia

dimana penyebutan itu digunakan uqntuk Aliran Qadian yang berada di

Indonesia. Sesuai dengan penelitian penulis, hingga kini baruada satu aliran

Ahmadiyah yang berada di Sarolangun, yaitu Qadian.

Sejak terjadinya konflik pada Ahmadiyah di tahun 2013 itupun

membawakan perubahan yang sangat baik oleh para pengikut aliran Ahmadiyah,

Page 31: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

31

dimana mereka semakin terbuka khususnya dalam kegiatan sosial seperti

mengadakan pengobatan gratis kepada masyarakat Sarolangun, mengikuti

kegiatan yang diadakan oleh pemerintah daerah baik itu desa, kecamatan,

maupun kabupaten, mengadakan Program Donor Darah dimana pendonornya

adalah dari golongan Ahmadiyah itu sendiri, bahkan sebagian dari mereka

membuat surat perjanjian untuk mendonorkan Kornea Matanya jikalau mereka

sudah meniggal dunia.

Perubahan-perubahan itu tidak berhenti pada kegiatan sosial mereka,

dimana setelah terjadi penetrasi masa di tahun 2013 itu, kegiatan keagamaan

Ahmadiyah semakin kuat dan bertambah, dimana pengakuan mereka itu adalah

ujian dari Allah SWT guna memperkuat keimanan dan ketakwaan mereka,

dimana mereka melakukan kegiatan mingguan yang hampir setiap hari dilakukan.

Kegiatan dakwah pun mengikuti perkembangan zaman dimana mubaligh yang

memipin kegiatan itu menggunakan media sosial seperti saat melakukan nobar

dimalam Sabtu, mubaligh itu menterjemahkan bahasa yang disampaikan oleh

pemimpin tertinggi dengan menggunakan aplikasi Watshap kemudia

menerangkan kembali kepada jemaah yang berada di sekitarnya. Sehingga

sembari menonton ceramah di televisi dengan bahasa Urdu India, penontonpun

disuguhkan dengan Arti yang terjemahkan oleh mubaligh yang ada diwilayah

tersebut. Dari sini dapat kita lihat bahwa integrasi mereka dari pusat hingga

wilayah-wilayah disetiap daerah berjalan dengan Struktural dan rapi, sehingga

Page 32: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

32

mereka menjadi satu pemikiran, baik yang dari tingkat pusat hingga tingkat

wilayah daerah yang terpencil sekalipun.

SARAN

Untuk menjaga kehidupan keagamaan di tengah masyarakat Indonesia

makan pemerintah harus bersikap arif dan adil, pemerintah harus menempatkan

fatwa MUI sebagai bagian dari dinamika perbedaan pendapat dalam kehidupan

beragama, karena perbedaan pendapat itu merupakan rahmat bagi umat manusia.

Pihak pemerintah yang mempunyai otoritas, terutama aparat pemerintah atau

polisi tidak dapat menjadikan fatwa MUI atau desakan dari masyarakat yang anti

terhadap Ahmadiyah, sebagai dalil untuk menutup tempat – tempat aktivitas

Ahmadiyah. Pihak pemerintah, khususnya polisi harus menjalankan undang-

undang dengan cara melindungi para anggota dari tindakan pidana oleh kumpulan

atau orang-orang yang membenci Ahmadiyah. Tindakan yang arif dan adil dari

pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang

tentram dan damai di bawah payung Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia. Hal yang paling baik adalah pemerintah menjadi menjadi penengah

untuk mengadakan dialog secara damai antara MUI dengan jemaat Ahmadiyah.

Dengan dilakukan nya dialog in, pasti ada jalan terbaik untuk meyelesaikan

perbedaan paham ini. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa penyelesaian

konflik itu harus berdasarkan kepada empat hal, yaitu Undang-Undang Dasar

1945, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indnesia ( NKRI ), dan Bhineka

Tunggal Ika.

Page 33: AHMADIYAH DI SAROLANGUN 1978 2013 SKRIPSI

33

Hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa suatu keyakinan agama

tidak bisa dihancurkan oleh siapapun. Ia akan hidup dalam tiap fikiran dan hati

setiap penganutnya. Demikian pula keyakinan yang dianut oleh para anggota

Jemaat Ahmadiyah akan terus hidup sesuai dengan keyakinannya. Kalau

Ahmadiyah memang tidak benar, pasti dengan sendirinya akan hilang dari muka

bumi ini dan Tuhan sendiri pasti akan menghukumnya.