sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

154
1 JEMAAT AHMADIYAH ASTANA ANYAR KOTA BANDUNG 1948-1980: SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA Oleh : Fajri Hamjah 043369 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

description

ini penting bagi pemerhati ilmu sejarah islam. bagi mereka yang mau melihat lebih dalam lagi.hal ini kan menjadi pion pertama bagi saya.tu;isan ini akan menajdi buruan banyak orang

Transcript of sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

Page 1: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

1

JEMAAT AHMADIYAH ASTANA ANYAR KOTA BANDUNG 1948-1980:

SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Oleh :

Fajri Hamjah

043369

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

Page 2: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Ahmadiyah selalu menjadi fenomena yang ramai dan hangat dalam perkembangan

sosial masyarakat Indonesia. Organisasi ini masuk ke Indonesia pada tahun 1925. Saat itu

wilayah di Nusantara sedang hangatnya juga dengan terbentuknya beberapa organisasi

kemasyarakatan seperti; Muhammadiyah, NU, Persis dan sebagainya. Begitupun Ahmadiyah

yang pada mulanya dari India ini masuk ke Indonesia.

Organisasi Ahmadiyah mulai dari awal berdiri memiliki beragam pro dan kontra dari

mayarakat di Kota Bandung. Sekalipun dalam kondisi pro dan kontra dalam perkembangan

jemaat Ahmadiyah sampai sekarang masih tetap ada dan terus beridiri. Tantangan bagi

jemaat Ahmadiyah di Kota Bandung bukan hanya dari Ormas seperti Persis, bahkan dari

MUI. 1980 MUI mengeluarkan fatwa sesat kepada jemaat Ahmadiyah dan dianggap keluar

dari Islam. Kondisi seperti ini tidak menyurutkan untuk mengembangkan dan memberikan

klarifikasi dengan apa yang dikemukakan oleh MUI. Sarana untuk mengimbangi dari fatwa

tersebut yakni dengan membuat brosur dan dibagikan secara gratis. Sikap ini lantas membuat

MUI makin geram, justru dengan adanya klarifikasi yang disebarkan oleh jemaat Ahmadiyah

terjadi perbedaan mana yang benar apakah yang dikemukakan oleh jemaat Ahmadiyah atau

fatwa yang dikemukakan oleh MUI. Dari kondisi ini penulis berusaha untuk mengklarifikasi

dasar yang diberikan MUI dan pernyataan dari jemaat Ahmadiyah.

Terjadinya hal tersebut diatas jemaat Ahmadiyah terus berkembang sedikit demi

sedikit. Pergerakan jemaat Ahmadiyah lebih melihat dari aspek kultur masyarkat yang ada

dilingkungan jemaat Ahmadiyah. Kota Bandung masyarakat lebih moderat sehingga dalam

Page 3: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

3

melaksanakan Tabligh lebih bersifat dialog secara terbuka yang menjadi partner dialog itu

adalah Pembela Islam (Persis). Kondisi dialog tersebut sempat menyedot perhatian publik

waktu itu sekitar tahun 1933. Dengan adanya dialog terbuka menyebabkan banyak orang

yang luar Ahmadi merasa tertarik dan masuk dalam jemaat Ahmadiyah. Salah satu murid dari

A. Hassan di kemudian hari masuk dalam jemaat Ahmadiyah. Karena sukses dalam setiap

acara dialog tersebut dan sehabis dialog kebanyakan peserta yang hadir menjadi tertarik dan

simpati membuat simpati telah membuat jemaat Ahmdiyah masih tetap berkembang. Bahkan

orang yang anti terhadap jemaat Ahmadiyah sering mengatakan hati-hati berbicara dengan

orang Ahmadiyah nanti terhipnotis. Wacana demikian sangat jitu dalam rangka

mempersempit ruang gerak jemaat Ahmdiyah di Kota Bandung dan sekitarnya. Banyak isu

yang tidak benar terhadap jemaat Ahmadiyah dan salah satunya dikemukakan diatas. Ajaran

Ahmadiyah sungguh suatu ajaran Islam yang unik mereka menginginkan umat Islam

sekarang ini harus lebih cerdas dan rasional dalam kehidupan beragama dan kehidupan dunia.

Kebanyakan orang yang masuk dalam jemaat itu tertarik karena ajaran yang disampaikan

dalam jemaat Ahmadiyah sanagt menarik dan penuh dengan Makrifat. Sehingga tidaklah

heran bila banyak orang Islam pada umumnya sangat takut terhadap jemaat Ahmadiyah bila

sudah berdialog, mereka mengatakan saya takut terpengaruh. Hujjah-hujjah yang

dikemukakan oleh Ahmadiyah tidak bisa dibantah oleh orang yang berdialog dengan

Ahmadiyah. Keyakinan dan fakta dari jemaat Ahmadiyah telah membuat penganutnya puas

secara jasmani dan rohani.

Adapun idiologi yang dipegang Ahmadiyah adalah pertama: Nabi Isa sudah

meninggal, kedua; pintu kenabian masih tetap terbuka ketiga; Khilafat telah berdiri. Dari tiga

ajaran yang dipegang oleh organisasi Ahmadiyah menuai banyak kontra baik dari pihak

Muslim maupun dari pihak Nasrani. Kalangan umat Islam sangat terkejut dengan tiga

keyakinan yang dipegang oleh organisasi Ahmadiyah. Puncak dari permasalahan tersebut

Page 4: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

4

akhirnya dibentuklah suatu diskusi pada tahun 1933 M / 14 H. Acara diskusi tersebut diwakili

oleh Pembela Islam (kemudian menjadi Persatuan Isalam) dan Ahmadiyah Qadian (kemudian

menjadi jemaat Ahmadiyah Indonesia)

Pendebat dari pihak Pembela Islam ialah Ustadz A.Hassan (1887-1958) sedangkan dari pihak Ahmadiyah ialah Maulvi Rahmat Ali H.a O.T. (1893-1958) dan Maulvi Abu Bakar Ayyub (1908-1972) (Officieel Verslag Debat: dalam kata pengantar)

Diskusi tersebut sekitar pembahasan mengenai keyakinan yang diyakini oleh

Organisasi Ahmadiyah. Diskusi pertama Tuan Rahmat Ali memaparkan perihal bahwa Nabi

Isa sudah meninggal.

Tuan Voorzitter dan Pembela Islam!

Ini malam karena berdebat tentang hidup atau matinya Nabi Isa a.s maka saya akan kasih keterangan ini perkara, karena banyak sekali orang yang telah berselisih paham dalamnya. Orang Yahudi, mengatakan Nabi Isa itu bukan nabi, hanya seorang pendusta dan anak zina,, sedang orang Kristen berkata bahwa nabi Isa a.s itu anak Allah, ia telah mengambil dosa manusia. Islam berkata bahwa Nabi Isa itu Nabi yang benar, suci dan bersih bukan anak Allah, dan tidak mati diatas kayu salib, dan tidak terbunuh untuk mangambil dosa manusia. Karena partij Ahmadiyah ada satu partij yang memuliakan akan Nabi Muhammad s.a.w dan mau memajukan Islam di atas dunia, supaya orang menjadi tunduk kepada Rasulullah s.a.w. karena Junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. berkata bahwa nabi Isa itu seorang yang bersih dan suci, dan ia telah mati sebagai nabi-nabi yang lain, dan jikalau satu orang sudah mati, tidak akan bisa datang kedua kali ke dunia ini. Ahmadiyah berkata yang Nabi Isa sudah mati dan cukuplah kita menurut nabi Muhammad s.a.w. saja disini saya akan memberi keterangan dari Al-Qur’an dan Hadits bahwa nabi Isa sudah mati. Pertama saya akan memberi keterangan bahwa Nabi Isa sudah mati, karena dia seorang manusia. Allah Ta’la berkata dalam Al-qur’an:

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Al Maidah 117

Disini tersebut undang-undang untuk umum manusia yakni manusia akan hidup dan akan mati, dan dari bumi dia akan keluar;dan ini bumi tempat tetap. Di dalam ayat yang ketiga, ternyata pula Tuhan berkata: “apakah tidak Kami jadikan bumi ini untuk mengumpulkan orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati?” dengan ini juga dapat tahu bahwa bumi itu ada mempunyai sifat menarik (Officieel Verslag Debat, 1986:8)

Page 5: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

5

Dari kutipan tersebut ternyata pada tahun 1933 Organisasi Ahmadiyah sudah

berkecimpung secara besar dalam cara berfikir. Karena hasil dari diskusi tersebut dibukukan

dan disaksikan oleh berbagai pihak secara luas. Tahun 1933 bukan akhir dari dialog masalah

Ahmadiyah justru dari dialog tersebut awal dari Ahmadiyah banyak dikenal baik yang

bersifat positif maupun negatif. Media yang mengekspos Ahmadiyah hanya surat kabar

berbeda di pasca tahun 1980 media televisi sudah banyak yang punya. Sekalipun organisasi

ini masih tergolong minoritas di Indonesia maupun di Bandung, organisasi ini tidak pernah

berhenti dalam aktivitasnya baik ukhrawi maupun duniawi, tidaklah heran dari tahun ke

tahun jumlah anggota semakin bertambah, dengan latar belakang yang beraneka ragam. Hal

ini terbukti dengan banyaknya mesjid yang didirikan oleh anggotanya.

Majalah Tempo(21 Semtempber 1974) menulis bahwa perdebatan itu terjadi pada “......Zaman ketika kebebasan mimbar terbuka penuh ....... bahkan boleh dipastikan ia lebih aktuil di masa-masa tersebut dibanding sekarang, ketika sudah begitu banyak soal-soal yang lebih merebut minat umat agama’’(Officieel Verslag Debat, 1986:9) Karena organisasi ini bersifat internasional dimanapun organisasi ini berada akan

sangat erat dalam fenomena masalah Internasional maupun lokal. Hal ini terbukti ketika

Indonesia awal merdeka pemimpin Internasional Jemaat Ahmadiyah memberikan Instruksi

kepada seluruh mubaligh di seluruh dunia untuk mengekspos kemerdekaan Indonesia seperti

ke Mesir, Eropa dan Negara lainnya sehingga dunia Internasional mengetahui bahwa

Indonesia sudah merdeka. Pada waktu terjadi agresi militer Belanda kedua di bulan

Desember 1948, peristiwa DI/TII, G30S, banyak tokoh Ahmadiyah yang memberikan

kontribusi dalam menegakkan NKRI. Yang paling menarik adalah ketika kepala penyiaran

RRI Bandung pada tahun 1945 ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaan kepala RRI

waktu itu adalah seorang Ahmadi, dalam hal ini penulis menilai banyak sekali dari

masyarakat Indonesia yang tidak mengenal secara langsung Jemaat Ahmadiyah baik dalam

tataran Ibadah maupun sosial kemasyarakatannya.

Page 6: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

6

Pada awal kemerdekaan kondisi bangsa Indonesia amat sulit baik dari segi ekonomi

atau hankam. Banyaknya rongrongan dari berbagai pihak seperti Belanda pada tahun 1948

dengan adanya Agresi militer Belanda kedua. Kondisi ini membuat stabilias sedikit goyah

termasuk Jemaat Ahmadiyah di Bandung, Bandung yang dikenal sebagai kota penting. Untuk

menjaga eksistensinya Jemaat Ahmadiyah di kota Bandung ditandai dengan membuat suatu

bangunan masjid yang terletak di Jln Haji Sapari, menurut ketua DKM Masjid An Nashir,

Ayo Abdul Khudus menceritakan meski samar-samar Ia masih mengingat bahwa masjid itu

dibuat atas swadaya oleh masyarakat terutama kaum wanita dari jemaah masjid itu (Pikiran

Rakyat, 24 Agustus 2009). Bukti dari eksistensi dari masjid itu dari dulu sampai sekarang

adalah bahwa tertera masjid An Nashir 1948. Tahun 1948 itu seakan-akan menjadi saksi bagi

Jemaat Ahmadiyah Astana Anyar sebagai cikal bakal dari Jemaat Ahmadiyah kota Bandung.

Kegiatan.

Perkembangan Jemaat Ahmadiyah tidak terlepas dari peran Khalifah dalam jemaat.

Setiap perkembangannya akan selalu terus dipantau dan diparhatikan sesuai dengan prosedur

yang ada. Jemaat Ahmadiyah masuk dan berkembang di Kota Bandung tidak lepas dari

instruksi langsung dari Khalifah. Pa Wahid dijadikan pion pertama dalam rangka penyebaran

jemaat Ahmadiyah. Pa Wahid selaku Mubaligh jemaat Ahmadiyah yang belajar langsung

ilmu Ahmadiyah di Pakistan mendapatkan tugas yang besar untuk mengembangkan

Ahmadiyah di kota Bandung. Bandung merupakan tempat yang sangat strategis pada masa

awal kemerdekaan bahkan sampai sekarang Bandung menjadi tempat yang paling padat.

Dari kondisi masyarakat yang majemuk dari berbagai bangsa datang ke Bandung menjadi

daya tarik untuk perkembangan Jemaat Ahmadiyah di Kota Bandung. Pa Wahid kemudian

membeli tanah di daerah Astana Anyar untuk diwaqafkan sebagai mesjid.

Kecamatan Astana Anyar Kota Bandung sudah ada sejak zaman Belanda, sudah

menjadi daerah yang ramai. Kondisi yang strategis inilah yang mendorong Khalifah jemaat

Page 7: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

7

Ahmadiyah pada waktu itu memilih Bandung, untuk mendirikan cabang jemaat Ahmadiyah.

Pemikiran Khalifah jemaat Ahmadiyah kemudian terealisasi dengan semua potensi yang ada

di jemaat dan lingkungan masyarakat di Bandung pada tahun 1948. Tahun 1948 di sekitar

Astana Anyar belum ada satu mesjid pun yang dapat menampung umat Islam untuk sholat.

Tidaklah heran bila melihat kondisi yang demikian Khalifah jemaat Ahmadiyah

menginstruksikan pembuatan cabang di Bandung. Tahun demi tahun cabang di Bandung

semakin banyak dan berkembang tidak hanya di Kota tetapi di kabupaten Bandung pun sudah

berdiri cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah. Lembang, Batujajar, Soreang Banjaran, Majalaya,

Cicalengka.

Skripsi ini semoga bisa menjadi jembatan antara masyarakat Ilmiah dengan

masyarakat pada umumnya dan Jemaat Ahmadiyah sebagai objek penelitian.

I.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang

akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun permasalahan pokok yang akan

dikemukakan ialah:

“ Bagaimana latar belakang perkembangan Jemaat Ahmadiyah Astana Anyar kota

Bandung (1948-1980)”

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan

sekaligus sebagai batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana latar belakang lahirnya jemaat Ahmadiyah Astana Anyar ke Kota

Bandung ?

2. Bagaimana kegiatan jemaat Ahmadiyah Astana Anyar di Kota Bandung dalam

kurun waktu 1948-1980?

Page 8: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

8

3. Bagaimana dampak gerakan Ahmadiyah Astana Anyar terhadap dinamika

kehidupan keberagamaan masyarakat Kota Bandung?

4. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat perkembangan gerakan

Ahmadiyah Astana Anyar Kota Bandung?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penulisan yang relatif komprehensif dan

akurat tengtang jemaat Ahmadiyah Kota Bandung

2. Penelitian ini diharapkan akan dapat mengungkapkan fakta-fakta sejarah baru

mengenai dinamika gerakan keagamaan dan pemikiran Islam di Indonesia pada abad

ke-20, dengan melihat kasus Ahmadiyah.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan terhadap

penelitian yang sejenis yang telah dilakukan sebelumnya dan dapat dijadikan modal

dalam penelitian sejenis, baik dalam masalah yang sama maupun berbeda.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penulisan yang relative konprehensif

dan akurat tentang jemaat Ahmadiyah Astana Anyar .

2. Penelitian ini diharapkan akan dapat mengungkapkan fakta-fakta sejarah yang baru

mengenai gerakan keagamaan dan pemikiran Islam dengan melihat kasus Ahmadiyah

di Kota Bandung

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan terhadap

penelitian yang sejenis yang telah dilakukan sebelumnya dan dapat dijadikan modal

dalam penelitian sejenis, baik dalam masalah yang sama maupun yang beda.

Page 9: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

9

I.5 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Metode ini lazim

digunakan dalam penelitian sejarah. Melalui metode ini dilakukan suatu proses menguji dan

menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1965:32).

Adapun langkah-langkah penelitian ini mengacu pada proses metodologi penelitian dalam

penelitian sejarah, yang mengandung empat langkah penting.

• Heuristik, merupakan upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang

berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam proses mencari sumber-sumber

ini, penulis mendatangi berbagai perpustakaan, seperti perpustakaan UPI, dan

Perpustakaan masjid An Nashir dan Masjid Mubarak. Selain itu penulis pun mencari

buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, seperti membeli buku-

buku di Gramedia, Palasasri, dan mencari sumber-sumber melalui internet. Majalah

Sinar Islam Dari Tahun 1965-1984.

• Kritik, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, baik isi

maupun bentuknya (internal dan eksternal). Kritik internal dilakukan oleh penulis

untuk melihat layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut

untuk selanjutnya dijadikan bahan penelitian dan penulisan. Kritik eksternal dilakukan

oleh penulis untuk melihat bentuk dari sumber tersebut. Dalam tahap ini, penulis

berusaha melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang berkaitan dengan topik

penelitian ini.

• Interpretasi, dalam hal ini penulis memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber

yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Kegiatan penafisran ini

dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data dengan konsep-konsep dan teori-

teori yang telah diteliti oleh penulis sebelumnya. Penulis juga melakukan pemberian

Page 10: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

10

makna terhadap fakta dan data yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan

satu sama lain. Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya

dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan proposal ini. Misalnya,

dalam kegiatan ini, penulis memberi penekanan penafsiran terhadap data dan fakta

yang diperoleh dari sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan

perkembangan jemaat Ahmadiyah, pemikiran-pemikiranya serta dampak yang

ditimbulkan dalam perkembangan organisasi Islam, terutama pasca MUI

mengeluarkan fatwa sesat terhadap Jemaat Ahmadiyah.

• Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penulisan ini. Dalam hal ini penulis

menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya dengan cara

menyusunnya dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan

menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

(Sumber : Helius Sjamsuddin, (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta : Depdikbud

Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Akademik.)

2. teknik Penelitian dan Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Sebagai langkah awal penulis mengumpulkan sumber-sumber yang sesuai dengan

fokus kajian penelitian, yang diperoleh dari berbagai sumber. Setelah itu, penulis

menganalisis setiap sumber yang penulis peroleh dengan membanding sumber yang satu

dengan yang lain sehingga diperoleh data-data yang penulis anggap otentik. Kemudian data-

data tersebut penulis paparkan dalam bentuk tulisan.

b. Wawancara

Adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang

berkenaan dengan pendapat, aspirai, harapan, persepsi, keinginan dan lain-lain. Dari individu

Page 11: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

11

atau responden yang terkait dengan masalah yang diteliti, melalui pertanyaan yang diajukan

kepada responden oleh peneliti.

c. Studi Dokumentasi

Penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman

baik gambar, suara, tulisan dan lain-lain. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan analisis

dokumen/analisis isi.

I.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar penelitian ini dibagi dalam lima bab, masing-masing bab terkait

satu sama lain dan merupakan keutuhan tentang Perkembangan jemaat Ahmadiyah Astana

Anyar.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diungkapkan latar belakang dan alasan pemilihan judul, masalah

pokok yang akan dibahas, maksud dan tujuan, metode yang digunakan termasuk teknik

pengumpulan dan sumber data. Dalam bab ini diakhiri dengan pembahasan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yaitu berisi pemaparan beberapa rujukan, literatur tertulis yang relevan dengan

penelitian yang dikaji titik beratnya antara lain mengenai perkembangan jemaat Ahmadiyah.

Literatur yang penulis dapatkan selain dari intern Ahmadiyah. Penulis juga mengambil

literatur dari ekstern Ahmadiyah. Penulis kemudian memberi klasifikasi literatur ada yang

bersifat Ilmiah dan yang kontra. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan suatu tulisan yang

Ilmiah dan bisa dipertanggung jawabkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Page 12: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

12

Membahas mengenai langkah-langkah metode dan teknik penelitian yang digunakan

oleh penulis dalam mencari sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara

penulisannya.

Dalam penulisan yang lazim dalam penelitian sejarah ada empat tahapan; Heuristik,

Kritik, Interpretasi, Historiografi. Langkah terakhir dalam penelitian adalah laporan hasil

penelitian, proses ini merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap ini, seluruh hasil

penelitian yang telah diperoleh penulis, kemudian disusun menjadi suatu karya tulis ilmiah

yang sistematis dalam bentuk skripsi.

BAB IV JEMAAT AHMADIYAH ASTANA ANYAR KOTA BANDUNG 1948-1980:

SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Pada bab ini terlebih dahulu dibahas biografi pendiri jemaat Ahmadiyah, sebagai awal

dari titik tolak pembahasan Jemaat Ahmadiyah Astana Anyar kota Bandung 1948-1980.

selain itu, dibahas juga konsep-konsep yang diajarkan oleh pendiri jemaat Ahmadiyah.

Konsep-konsep tersebut antara lain: masalah Imam Mahdi, Wahyu, Khalifah dan Jihad.

Pembahasan selanjutnya yakni mengenai sekilas awal masuknya Ahmadiyah ke

Indonesia. Setelah dibahas mengenai biografi pendiri kemudian awal masuk Ahmadiyah ke

Indonesia, barulah penulis memaparkan fokus kajian utama dari penulisan. Kajian utama

dalam penulisan adalah Sejarah dan perkembangan jemaat Ahmadiyah Astana Anyar Kota

Bandung 1948-1980. dalam pembahasan ini penulis memaparkan awal masuk Ahmadiyah ke

Kota Bandung, peranan jemaat Ahmadiyah dan faktor pendukung dan faktor penghambat

perkembangan jemaat Ahmadiyah.

BAB V KESIMPULAN

Akan mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis penulis

terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan

peneliti tentang inti dari pembahasan penulisan skripsi.

Page 13: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian pustaka sangat penting dalam suatu karya Imiah, karena melalui kajian

pustaka ditunjukan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah

penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Fungsi lain dari kajian pustaka adalah sebagai

landasan teoritik dalam analisis temuan. Seperti yang termuat dalam pedoman penulisan

karya ilmiah (2004). Kajian pustaka harus memuat hal-hal berikut :

a). Apakah teori-teori utama dan teori turunannya dalam bidang yang dikaji,

b). Apa yang telah dilakukan oleh orang lain atau peneliti lain dalam bidang yang diteliti,

bagaimana mereka melakukannya (prosedur, subyek), dan temuannya.

Dari prosedur penulisan karya ilmiah di atas penulis mencoba mengkaji beberapa

teori yang berkaitan dengan bidang yang penulis kaji yakni Gerakan Islam, Gerakan

Sempalan, Ahmadiyah serta penelitian terkait yang dilakukan oleh orang lain.

2.1 Gerakan Islam.

Buku pertama yang penulis gunakan adalah karangan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi.

Dengan judul Kebangkitan Gerakan Islam: Dari Masa Transisi Menuju Kematangan. Buku

ini berisi analisa dari Syaikh Yusuf al-Qaradhawi tentang kriteria kebangkitan Islam. Beliau

memberikan sepuluh analisa dari corak beberapa ORMAS Islam. Bagi penulis buku ini

sangat berguna sekali dalam rangka memberikan gambaran atau dasar-dasar bagi organisasi

yang mengatasnamakan kebangkitan Islam. Kelebihan dari Syaikh Yusuf al-Qaradhawi

adalah beliau sama sekali tidak menyinggung satu ORMAS-pun dalam tulisan beliau. Tetapi

beliau memberikan rambu-rambu bagi setiap ORMAS Islam dalam berkiprah dalam bidang

pergerakan Islam. Syaikh Yusuf al-Qaradhawi tidak pernah menyudutkan satu ORMAS

Islam pun dalam bukunya.

Page 14: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

14

Kontribusi buku karangan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi adalah memberikan cakrawala

berfikir bagi penulis dalam rangka menyikapi beberapa fenomena gerakan Islam baik lokal

maupun internasional. Seperti gerakan Islam lokal yang banyak seperti sekarang ini. Seperti

NU, Muhammadiyah, Masyumi, Persis. Juga gerakan Islam pasca reformasi seperti

masuknya HTI, Ikhwanul Muslimin dan sebagainya semunya memberikan warna dalam

pekembangan pergerakan yang mengusung nama Islam.

Sumber kedua yang penulis gunakan adalah tulisan dari makalah M Hilaly Basya.

Judul dari makalahnya adalah NU & Gerakan Islam Transformatif Oleh M Hilaly Basya. M

Hilaly Basya dalam makalahnya memaparkan hasil temuan dari Muktamar NU ke-31 yang

dilaksanakan pada 28 November – 2 Desember 2004. dalam Muktamar tersebut dijelaskan

seharusnya NU lebih menitik beratkan pemberdayaan masyarakat NU. NU tidak boleh

berpolitik praktis, perjuangan NU harus menegaskan bahwa bahwa Islam yang berorientasi

ritual, telah mengebiri ideologi emansipatorisnya.

Kontribusi untuk skripsi bagi penulis adalah bahwa dalam makalah M Hilaly Basya

NU sebaiknya lebih membina mental umat daripada NU terjun ke dunia politik. Hal ini sesuai

sekali dengan pola dan arah kebijakan dari gerakan jemaat Ahmadiyah bahwa kebangkitan

Islam akan terjadi bukan dengan cara-cara yang ditempuh oleh ORMAS Islam saat ini.

Kebangkitan Islam akan terjadi dengan melakukan emansipasi harkat manusia. Islam di awal

pertumbuhannya, mendekonstruksi perbudakan yang saat itu dianggap sebagai sesuatu yang

lumrah. Lantaran itulah, kelompok yang memusuhi Muhammad saw dan umat Islam saat itu

adalah bangsawan Quraisy, sebab mereka terusik. Gerakan Islam saat itu mengancam tatanan

sosial-politik yang menguntungkan mereka. Begitupun gerakan Islam Ahmadiyah dari awal

berdiri sampai sekarang lebih menitik beratkan pada pemberdayaan umat baik kalangan

jemaat maupun luar jemaat.

Page 15: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

15

NU atau ORMAS Islam lainnya harus menegaskan peran agama dalam merespon

problem sosial yang eksploitatif dan tidak adil itu. dinamika sosial yang berubah sangat cepat

akibat modernisasi telah menciptakan kesenjangan sosial yang sangat tajam. Kesenjangan itu

tercipta, tidak semata-mata secara kultural. Kemiskinan yang menimpa sebagian besar rakyat

Indonesia misalnya, bukan semata-mata disebabkan oleh kemalasan rakyat, ada sebuah

sistem yang mengkonstruksinya, sehingga kemiskinan menjadi harga yang harus dibayar oleh

sebagian besar rakyat. Dengan kata lain, kesenjangan dan kemiskinan terjadi secara

struktural. Dalam kaitannya dengan hal ini, sesungguhnya Al-Qur’an banyak berbicara dan

menggugat tentang kemiskinan struktural. Dan raison d’etre Islam sendiri, salah satunya atau

bahkan utamanya adalah menggugat kemiskinan struktural ini.

Sumber ketiga yang penulis gunakan adalah tulisan Donny Sofyan SS, dengan judul

Fundamentalisme Keagamaan dalam Perspektif Kebudayaan. Dalam makalahnya Donny

Sofyan SS memberikan gambaran tiga kategori dalam menjelaskan bagaimana umat,

memaknai agama dan peran umat beragama di dalam kehidupan sosio-politik. Pertama,

kategori yang mengikuti pola paradigma substantif. Kedua, kategori yang dalam hal-hal

tertentu memiliki paradigma sekuleristik, dan ketiga, kategori kelompok yang secara

formalistik bersesuaian dengan faham fundamentalis, terutama ketika dihadapkan kepadanya

tentang relasi antara agama dan negara .

kontribusi dalam penulisan skripsi adalah bahwa tiga ketegori yang dikemukakan oleh

Donny Sofyan SS, telah memberikan gambaran bagaimana kedudukan gerakan jemaat

Ahmadiyah bila ditinjau dari sudut pandang apakah gerakan jemaat termasuk gerakan

fundamentalis atau bukan gerakan fundamentalis. Karena kebanyakan para ahli menafsirkan

bahwa gerakan fundamentalis merupakan gerakan Islam yang tidak pro pemerintah dan

berusaha untuk mengganti pemerintahan yang sekuler dengan pemerintahan Islam. Donny

Page 16: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

16

Sofyan SS, memberikan skema gerakan Fundamentalis adalah sebagai berikut: Gerakan

Politik kekuasaan Ikhwanul Muslimin (Mesir), Jama’ah Islamiyah (Pakistan), Gerakan

Pemikiran Keagamaan Model Syiah (Iran) dan Puritanisme Wahabiah (Timur Tengah dan

Arab Saudi).

Penulis melihat bahwa tidak semua gerakan tersebut berbahaya atau tidak pro

pemerintah. Donny Sofyan SS, lebih memberikan gambaran negatif dari gerakan Islam

seperti disebutkan diatas. Donny Sofyan SS, lebih menitik beratkan dari sisi negatifnya dan

tidak menunjukan sisi baiknya.

Sumber keempat yang penulis gunakan adalah makalah dari Nawal Sa’dawi. Penulis

adalah Mahasiswa Ph.D di bidang political and religious anthropology di Boston University.

Judul maklahnya adalah “there are no secular states. All states are religious.” Dalam

makalahnya Nawal Sa’dawi memberikan kritikan kepada para elit politik di era abad ke-20.

para elit politik menjelang pemilihan wakil rakyat yang duduk di parlemen telah banyak

menggunakan simbol keagamaan. Hal ini berlaku juga buntuk semua negara. Nawal Sa’dawi

mencontohkan bagimana elit politik menjelang pemilu mendekati masyarakat dan seolah-

olah mereka peduli terhadap keberlangsungan agama. Tentu saja kondisi sosial demikian

telah merubah teori klasik dari para Ahli Ilmu Sosial yang mengatakan agama merupakan

sarana penghambat modernisasi. Justru di abad sekarang pertumbuhan dan perkembangan

pemerintah sangat disokong oleh simbol-simbol keagamaan. Pada pra 1980 rezim Soeharto

sangat anti terhadap segala hal berbau agama. Tetapi pasca tahun 1980-1990 rezim Soeharto

mulai lunak selama ORMAS Islam tidak membahayakan pemerintahan ORBA.

Kontribusi dari tulisan Nawal Sa’dawi dalam penulisan ini adalah peran serta

pemerintah dalam keberlangsunagn ORMAS Islam sangat menentukan. Pemerintah dapat

memberikan lampu hijau bagi setiap ORMAS apabila ORMAS tersebut bisa diajak

Page 17: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

17

kompromi dengan pemerintah. Banyak kebijakan pemerintah yang mendukung terhadap

perkembangan jemaat Ahmadiyah. Hal ini karena ORMAS ini tidak pernah berniat untuk

merubah Konstitusi negara. Dari hal inilah pada zaman ORBA Ahmadiyah sedikit

berkembang sekalipun dalam bayang-banyang pemerintah.

Kekurangan dari tulisan ini adalah Nawal Sa’dawi tidak memperhatiakn bahwa

realitas dari suatu ORMAS Islam yang sudah terjun dalam dunia politik lambat laun akan

kehilangan identitas ke-Islaman yang mereka pegang dari awal. Agama bila sudah dalam

bursa politik akan kehilangan wibawanya sekalipun ajaran agamanya bagus tetapi subjeknya

menjadi tidak terkontrol karena yang dilihat bukan ajaran agama justru jabatan dan

sebagainya.

Sumber kelima yang penulis gunakan adalah makalah dari Alfan Alfian M. Peneliti

Katalis dan ACG Consulting Group, Jakarta. Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik

Universitas Indonesia. Dengan judul Momentum Kebangkitan Islam Mederat. Tulisan ini

dilatar belakangi oleh kondisi Objektif saat ini kalangan umat Islam dalam merealisasikan

ajaran agamanya cenderung menggunakan kekerasan. ORMAS Islam seperti ini sering

berdalih bahwa kegiatan yang dilakukannya semata-mata untuk melindungi umat Islam dari

pengaruh kamaksiatan. Kasus yang paling mencuat di sekitar tahun 2001 tidak sedikit kasus

yang menimbulkan keresahan dari oknum ORMAS Islam yang melakukan perbuatan

kekerasan terhadap beberapa kelompok keagamaan yang diluar mereka. Baik Islam maupun

non Islam, sehingga Islam dimata dunia internasional dicap sebagai agama teror.

Kontribusi untuk skripsi ini adalah penulis dapat membandingkan beberapa ORMAS

Islam yang ada di Indonesia umumnya dan di Bandung Khususnya sekitar tahun 1948-1980.

ORMAS Islam di Bandung Khususnya telah mengalami pasang surut baik segi pergerakan

maupun segi amalan lainnya. Penulis melihat kebanyakan ORMAS Islam sekarang yang ada

Page 18: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

18

di Indonesia sudah mulai senang dengan masuk dalam tataran politik praktis. Salah satu

dengan mendirikan parpol, elit keagamaan sudah sibuk dengan mencari kedudukan untuk

bisa menjadi anggota dewan dan sebagainya. Hal ini ironis sekali terkadang untuk meraih

sejumlah pendukung mereka tidak segan-segan melakukan intrik terhadap ORMAS Islam

yang minoritas.

Kekurangan dari tulisan di atas adalah Alfan Alfian M, tidak terlalu mengekspos

Islam yang moderat dan seolah kurang mampu menjawab banyak pertanyaan seputar realitas

dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan belakangan, kecuali lewat wacana-wacana semata.

Inilah yang membuat kelompok fundamentalis-radikal mengerucut, seolah mengambil-alih

hal-hal yang di lapangan tidak dilakukan kalangan moderat. Maka, dalam konteks ini perlu

ada agenda nyata dari kalangan moderat, tak sekadar bergelut di dataran wacana, tetapi juga

aksi nyata di lapangan. Mereka lebih dulu harus merapatkan barisan, antara sesama elemen

Islam moderat, mengingat tugas berat, meneguhkan peran positif Islam dalam merajut

keharmonisan dalam konteks multikulturalisme Indonesia.

Sumber keenam yang penulis gunakan adalah buku terjemahan dari pemikiran hasan

Al- Banna. Penulis Prof. Dr. Abdul Hamid Al-Ghazali, Penerjemah: Wahid Ahmadi dan

Jasiman Lc Judul Asli : Haula Asasiyat Al-Masyru’ Al-Islam Linahdhah Al-Ummah ( Qiraah

fi Fikr AlImam Asy-Syahid Hasan Al-Banna ) / MERETAS JALAN KEBANGKITAN

ISLAM;PETA PEMIKIRAN HASAN AL-BANA.

Pada bab I buku ni mengungkapkan Metodologi Proyek Kebangkitan, yang isinya

antara lain dasar-dasar Metodologi Proyek Kebangkitan, Studi Sejarah, sebagai teropong

empirik untuk mengenal berbagai gerakan; Studi Realitas dan melihat Prospek Kebangkitan

baru. Pada bab II berupa seruan menuju proyek kebangkitan yang didalamnya menjelaskan

tentang: landasan karakteristik da’wah; referensi proyek kebangkitan; tujuan dan unsur

Page 19: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

19

da’wah; dan bangunan Tarbiyah dalam da’wah. Pada bab III memuat tentang mendirikan

negara teladan, yang didalamnya mengupas tentang: Fondasi bangunan negara dan slogan-

slogan operasionalnya; pemikiran politik memuat konsepsi-konsepsi ‘Urubah, Wathaniyah,

Qoumiyah, dan Alamiyah; aktivitas politik; program politik; politik negara; dan aspek

peradaban negara.

Kontribusi buku ini adalah penulis dapat membandingkan konsep-konsep yang

dipegang oleh Hasan Al Banna terhadap kemajuan dan perkembangan Islam.

Proses yang dilakukan oleh Imam Hasan Al Banna dalam mengupayakan kebangkitan Islam,

melalui : Pertama, mengadakan identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh ummat Islam.

Kedua, hasil identifikasi itu, kemudian dirumuskan peta pemikiran, dengan sekaligus

perencanaan gerakan ( yang menyangkut strategi & taktik perjuangannya ). Ketiga, secara

pribadi menyiapkan diri untuk memimpin gerakan kebangkitan Islam. Keempat, terjun

langsung memimpin gerakan kebangkitan Islam dengan pendekatan “menghidupkan kembali

ruhul Islam yang telah mengalir di tubuh ummat “, Ruhul Islam itu akan dapat terus dihayati

oleh ummat apabila Al Qur’an tidak sekedar dibaca, akan tetapi difahami maknanya, dan

diterjemahkan dalam realitas kehidupannmanusia.

Kekurangan dari buku ini adalah bahwa Hasan Al Banna lebih menitik beratkan

pembaharuan dalam bidang politik saja. Bagaimana cara menumbangkan sistem

pemerintahan dan diganti dengan sistem Islam. Padahal kalau kita mencontoh Rasulullah

bagaimana Islam bisa jaya tidak membangun fondasi kenegaraan tetapi membangun mental

masyarakat supaya sesuai dengan Islam. Kondisi ini hampir di semua kalangan para pemikir

Islam di abad ini.

Sumber ketujuh tulisan Hamid Fahmy Zarkasyi (Direktur Eksekutif Institute for the

Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) ) hasil dari seminar dengan judul

Page 20: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

20

Meninjau Kembali Gerakan Religio-Politik Islam. Dihadiri oleh 30 pakar Islam dari

berbagai Negara menyoroti fenomena geliat politik umat Islam di Asia pasca 11 september

2001. Dimasa depan politik Islam akan berada di tangan kelompok non-liberal. Bukan

kelompok radikal liberal.

Seminar diarahkan untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam gerakan politik

Islam baru kemudian mengkaji kelompok mana yang akan memimpin dimasa depan. Namun,

dalam mengidentifikasi kelompok para peserta mempersoalkan klasifikasi umat Islam yang

selama ini didominasi oleh stigma Barat.

Masalah yang mendasar sebelum mengkaji gerakan politik Islam adalah meninjau

hubungan konseptual demokrasi, sekularisme dan Islam. Yang menjadi pertanyaan penting

adalah apakah Islam dan demokrasi itu sesuai (compatible). Bagi Dr. Syed Ali Tawfik al-

Attas, istilah demokrasi dan juga sekularisme yang kini mulai dipertanyakan sebagai standar

kehidupan politik modern, sebenarnya membingungkan ketika harus didefinisikan. Sebab

definisi pun tergantung kepada cara pandang masing-masing ilmuwan. Namun, kajian serius

tentang kedua prinsip itu ujung-ujungnya adalah kebebasan dan keadilan, kesimpulan yang

sama ketika orang mengkaji politik Islam, meskipun dalam pengertian yang berbeda. Namun

ini tidak berarti bahwa sistem demokrasi Barat sepenuhnya sesuai dengan Islam.

Kontribusi hasil dari seminar tersebut dalam rangka penulisan skripsi ini adalah cara

pandang Islam yang dikemukakan oleh sebagian dari ORMAS Islam yang bergerak radikal

dan dalam tataran politik tidak akan langgeng lambat laun akan tidak diminati dan akan

tergerus dengan kemajuan zaman. Sebagai contoh Masyumi, SI dan lainnya lambat laun akan

kehilanagn pamornya sesuai dengan kemajuan zaman. Begitupun ORMAS Islam yang hadir

pada zaman ORBA, seperti PPP, Muhammadiyah dan lainnya sekarang sudah mulai

Page 21: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

21

tersisihkan dengan pendatang baru. Penulis melihat bahwa hampir semua Ormas Islam yang

sudah bergerak dalam bidang politik tidak akan bertahan lama. Tetapi penulis melihat jemaat

Ahmadiyah yang tidak masuk dalam arena politik dapat bertahan sampai sekarang tanpa

menghilangkan identitas aslinya. Sekalipun berjalan perlahan tetapi perkembangannya terus

berlanjut.

Sumber kedelapan yang penulis gunakan adalah dari kitab yang dipegang oleh

kalangan HTI MEMBENTUK PARTAI POLITIK ISLAM SEJATI (TELAAH KITAB AL-

TAKATTUL AL-HIZBIY). Gambaran isi kitab itu adalah debagai berikut: al-Takattul (2001)

Kitab ini pada dasarnya ingin menyampaikan 3 (tiga) penjelasan mendasar menyangkut

gerakan Islam yang bertujuan membangkitkan umat Islam. Tiga penjelasan itu adalah

mengenai :

Pertama, faktor-faktor yang menyebabkan gagalnya berbagai gerakan, dari sisi

pembentukan keorganisasiannya (hal. 1-21).

Kedua, tatacara pembentukan partai politik yang sahih (hal. 22-30)

Ketiga, tahapan kerja partai, hambatan-hambatan, serta bahaya-bahaya yang akan

dihadapinya (hal. 30-53). Berikut ini uraiannya.

Kontribusi dalam skripsi adalah kitab ini sebagai pembanding dalam rangka gagasan-

gagasan untuk membentuk masyarakat Islam yang sejati. Serta faktor-faktor lain yang

mempengaruhi untuk menuju masyarkat Islam yang sejati. Konsep HTI lebih menitik

beratkan pada pembentukan Partai Politik.

Kekurangan dari kitab HTI itu adalah untuk mencapai masyarakat muslim sejati yakni

dengan partai politik. Dalam pandangan penulis HTI tidak sejalan dengan tatanan yang

Page 22: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

22

digariskan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW dalam rangkang membangun

masyarakat Muslim yakni dengan membina masyarakat dari segi mental dan spiritual.

Sedangkan HTI lebih suka dengan membangun struktur politik sedangkan Islam yang

dibangun oleh Nabi Muhammad bertolak belakang dengan keinginan dari HTI.

2.2 Gerakan sempalan

Sumber kesembilan adalah makalah dari Martin van Bruinessen dengan judul

Gerakan Sempalan. Dalam makalah ini Martin van Bruinessen memberikan batasan-batasan

untuk arti dari gerakan sempalan, kalsifikasi gerakan sempalan dan dampak dari gerkan

sempalan. Martin van Bruinessen dalam memberikan klasifikasi tersebut dengan

menggunakan aspek sosiologis.

Kontribusi dari makalah Martin van Bruinessen adalah menjadi patokan bagi setiap

ahli dalam meneliti setiap gerakan sempalan baik yang ada di Indonesia maupun dari luar.

Maka dari itulah tulisan dari Martin van Bruinessen menjadi tulisan yang sangat berharga

untuk memberikan patokan dalam menilai apakah jemaat Ahmadiyah termasuk dalam salah

satu dari sepuluh kategori gerakan sempalan yang dikemukakan oleh Martin van Bruinessen.

Karena Martin van Bruinessen memberikan sepuluh criteria gerakan sempalan yang ada di

Indonesia bila dilihat dari aspek sosiologisnya. Hal ini menjadi sangat menarik karena dalam

penilaian Martin van Bruinessen tidak memberikan justifikasi sesat atau yang lainnya. Karena

dalam pandangan Martin van Bruinessen di Indonesia adalah mayoritas NU sehingga

pandangan masyarakat yang di luar NU adalah semplan dan sesat. Inilah fenomena yang

terjadi dalam masyarakat Indonesia.

Page 23: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

23

Sumber ke sepuluh adalah merupakan kutipan dari wawancara dengan Jaludin rahmat

dengan judul wawancara Serahkan Soal Sempalan ke Mekanisme Free Market of Ideas.

Kutipan dari inti wawancara itu adalah Orang yang mencari kebenaran dan tidak

menemukannya, kata Imam Ali, lebih baik daripada yang mencari kebatilan dan

menemukannya. Artinya, usaha serius mereka itu harus kita hargai. Jadi bukan harus kita

kriminalisasikan. Nanti sejarahlah yang akan menentukan. Marilah itu semua kita serahkan

kepada mekanisme free market of ideas atau pasar bebas ide. Kelompok-kelompok sempalan

tidak harus dikriminalisasi. Biarkan sejarah yang membuktikan apakah mereka benar dan

akan tetap eksis atau menjadi buih lalu pergi. Mekanisme pasar bebas ide juga perlu

diberlakukan dalam menyikapi kelompok ini. Demikian pendapat Jalaluddin Rakhmat dalam

perbincangannya dengan Kajian Islam Utan Kayu (KIUK), Kamis (8/11) lalu, di Kantor

Berita Radio 68H Jakarta.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah pandangan Jalaludin Rahma sangat

moderat penuh kebijaksanaan dalam memandang fenomena keagamaan yang ada di tengah-

tengah masyarakat. Salah satu kasus Amadiyah Jalaludin lebih bersikap netral dengan

pandanagn yang ringan bila suatu ORMAS itu sesat maka lambat laun akan hilang dengan

sendirinya seperti buih di lautan. Ini menjadi pelajaran bagi semua ORMAS untuk menjaga

diri dan tidak saling memfitnah atau membuat suatu perbuatan yang akan merusak kehidupan

bermasyarakat.

Sumber kesebelas yang penulis gunakan adalah artikel yang ditulis oleh: Al-Ustadz

Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi dengan judul artikelnya Mu’tazilah Sekte Sesat

Pemuja Akal. Dalam Artikel ini Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi

memberikan gambaran mengenai akidah yang dinaut oleh sekte Mu’tazilah, sejarah dari sekte

ini dan asas serta landasan dari Mu’tazilah.

Page 24: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

24

Kontribusi untuk penulisan skripsi ini adalah sekalipin tulisan ini hanya berbentuk

artikel tetapi dalam artikel ini memuat beberapaa poin penting yang menggambarkan sekte

Mu’tazilah, awal perkembangan serta landasan dari sekte ini. Sehingga penulis mendapat

gambaran mengapa awal perkembangan Mu’tazilah banyak ditentang, karena Mu’tazilah

dianggap berbeda dengan mayoritas masyarakat. Hal ini berlaku juga dalam jemaat

Ahmadiyah ketika berkembang banyak ditentang karena keyakinan yang dibawa oleh jemaat

Ahmadiyah dianggap bertentangan dengan golongan Islam yang mayoritas. Sehingga bila

dilihat ada kesamaan corak kehidupan masyarakat antara awal perkembangan sekte

Mu’tazilah dan perkembangan Ahmadiyah banyak ditentang. Tetapi lambat laun sekte

Mu’tazilah tidak diperbincangkan lagi dan tidak dianggap sesat. Hal ini sesuai dengan apa

yang dikemukakan oleh jalaludin Rahmat bahwa untuk masalah aliran atau sekte tidak usah

diperbincangkan biarlah mereka berlalu kalu mereka sesat atau tidak benar akan hilang

seperti buih dilautan. Dalam hal aliran keagmaan manusia tidak mempunya otoritas untuk

memvonis.

Adapun kelemahan dari tulisn Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi.

Tulisan ini bersifat subjektif dalam memberikan vonis. Hanya dilihat dari sudut pandang Al-

Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi sehingga beliau memberikan kesan negative

terhadap terhadap sekte Mu’tazilah. Padahal bila dilihat secara aspek sosiologis sesuai

dengan apa yang dikemukakan oleh Martin van Bruinessen, tidaklah perlu untuk memvonis.

Sumber yang ketiga belas yang penulis gunakan adalah petikan khutbah dari Al-

Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi Beliau menyoroti gekan Jamaah Tabligh,

sorotan yang dikemukakan Oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi adalah

dari kitab Kitab Fadha`il Al-A’mal dalam Timbangan As-Sunnah. Menurut sorotan ustadz

tersebut kitab ini menjadi rujukan yang sangat penting bagi Jamaah Tabligh untuk mengkader

anggotanya. Adapun ini dari kitab ini dalam mengungkapkan hadits lebih banyak tanpa

Page 25: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

25

memasuknya perawinya. Tetapi langsung kepada isi dari hadits itu. Sehingga akan sangat

sulit untuk menelah dari sanad dan matannya.

Kontribusi untuk penulisan skripsi ini adalah gerakan jamaah Tabligh di Kota

Bandung tergolong giat. Sekalipun mereka cenderung untuk menutup diri. Hal ini memiliki

kesamaan dengan pola yang dilakukan oleh jemaat Ahmadiyah di bandung. Seperti pola

pengkaderan dari mesjid-ke mesjid. Namun ada yng berdeda kalu jemaah tabligh belum

memilki mesjid yang dibangun sendiri sedangkan jemaat Ahmadiyah telah emilki bangunan

mesjid yang dibangun oleh angota jemaatnya.

Sumber keempat belas adalah buku terjemahan dengan judul aslinya urkah Hasan Al

Banna wa Ahammul Waritsin. Penerjemah Ustadz Ahmad Hamdani Ibnul Muslim. Dalam

buku ini dijelaskan peranan Hasan Al Banna dan sayyid Quthub di Mesir dalam era

pmerintahan gamal Abdul Nasser. Hasan Al Banna dan sayyid Quthub, berusaha untuk

merubah tatanan pemerintahan di Mesir dengan pola pemerintahan Islam. Dalam upayanya

dengan membuat gerakan Ikhwanul Muslimin. Upaya penggulingan pemerintahan tidak

berhasil dan Hassan Al Banna meninggal. Namun dampak dari pergerakan Ikhwanul

Muslimin ini terus berkembang.

Kontribusi dari buku tersebut dalam penulisan skripsi ini adalah pergerakan islam

yang dilakukan oleh jemaat Ahmadiyah sanagt berbeda dengan apa yang dilakukan oleh

Hasan Al Banna dan sayyid Quthub. Jemaat Ahmadiyah lebih memilih jalan untuk tidak

merubah konstruksi Negara tetapi yang dirubah adalah akhlak dari warga Negara supaya

sesuai dengan ajaran Islam. Jemaat Ahmadiyah dalam membangun masyarakat lebih menitik

beratkan dari bawah atau dari warga masyarakat. Tetapi Ikhwanul Muslimin lebih memilih

jalur dari atas terlebih dahulu atau menggunakan system structural.

Page 26: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

26

Kelemahan dari apa yang di kemukakan oleh Ikhwanul Muslimin tidak akan berhasil

karena yang dirubah bukan masyarakat tetapi hanya sarana saja. Sedangkam SDM

masyarakat di kesampingkan. Padahal yang paling penting adalah membina SDM dari warga

Negara. Tidak perlu membuat Negara islam selama masyarakat dari warga tersebut belum

Islami atau belum melaksanakan ajaran Islam. Penulis ingin memberikan gambaran

bagaimana Aceh sekarang dengan menggunakan system pemerintahan Islam dalam mengurus

daerahnya. Sampai saat ini belum ada hasil yang begitu maksimal, karena masyarkatnya

belum terbina dengan baik.

Sumber yang kelimabelas buku dengan judul Kearifan Lokal di Lingkungan

Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa Tengah. Penulis Dra. Titi Mumfangati, dkk. Dalam

buku tersebut Masyarakat Samin memiliki tiga unsur gerakan Saminisme; pertama, gerakan

yang mirip organisasi proletariat kuno yang menentang sistem feodalisme dan kolonial

dengan kekuatan agraris terselubung; kedua, gerakan yang bersifat utopis tanpa perlawanan

fisik yang mencolok; dan ketiga, gerakan yang berdiam diri dengan cara tidak membayar

pajak, tidak menyumbangkan tenaganya untuk negeri, menjegal peraturan agraria dan

pengejawantahan diri sendiri sebagai dewa suci. Menurut Kartodirjo, gerakan Samin adalah

sebuah epos perjuangan rakyat yang berbentuk “kraman brandalan” sebagai suatu babak

sejarah nasional, yaitu sebagai gerakan ratu adil yang menentang kekuasaan kulit putih.

Selain dari itu, dari segi ajaran, Ajaran Samin bersumber dari agama Hidhu-Dharma.

Beberapa sempalan ajaran Kyai Samin yang ditulis dalam bahasa jawa baru yaitu dalam

bentuk puisi tradisional (tembang macapat) dan prosa (gancaran). Secara historis ajaran

Samin ini berlatar dari lembah Bengawan Solo (Boyolali dan Surakarta). Ajaran Samin

berhubungan dengan ajaran agama Syiwa-Budha sebagai sinkretisme antara hindhu budha.

Namun pada perjalannanya ajaran di atas dipengaruhi oleh ajaran ke-Islaman yang berasal

Page 27: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

27

dari ajaran Syeh Siti Jenar yang di bawa oleh muridnya yaitu Ki Ageng Pengging. Sehingga

patut di catat bahwa orang Samin merupakan bagian masyarakat yang berbudaya dan religius.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah bahwa ajaran yang dikemukakan oleh

Samin tersebut sekalipun terdapat sinkretisme antara ajaran agama Syiwa-Budha sebagai

sinkretisme antara hindhu budha. Tetapi ada sesuatu yang menarik yakni dengan kepercayaan

akan datangnya Ratu adil. Konsep tersebut dalam jemaat Ahmadiyah adalah suatu konsep

yang sudah terealisasi dengan datangnya Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi.

Konsep inilah yang menjadi salah satu persamaan sekalipun jalan yang ditempuh oleh ajaran

Samin sangat berbeda.

2.3 Ahmadiyah

Buku yang keenambelas yang penulis gunakan adalah karya Muhammad Zafrullah

Khan (1978) berbahasa Inggeris, buku ini berjudul “Ahmadiyyat The Renaissance of Islam,

dalam buku ini dijelaskan awal berdirinya Jemaat Ahmadiyah, yang didirikan pada bulan

Maret 1889 oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) sampai pada penerus yang ke

tiga yakni Hazrat Mirza Nasir Ahmad (1944-1965). Zafrullah Khan adalah seorang Ahmadi

yang memiliki kedudukan yang tinggi baik di parlemen Pakistan maupun di PBB. Beliau

menjadi hakim untuk masalah HAM, Beliau juga banyak memberikan kontribusi dalam

pembelaan terhadap orang Palestina. Buku ini lebih menitik beratkan kondisi jemaat

ahmadiyah di Pakistan serta peranan jemaat Ahmadiyah dalam dunia internasional.

Kontribusi dalam penulisan skripsi adalah buku karangan Zafrullah Khan bahwa

tulisan dari Zafrullah adalah memberikan pernyataan bahwa jemat Ahmadiyah merupakan

Renaissance of Islam. Dalam buku tersebut menjelaskan secara terinci keorganisasin yang

Page 28: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

28

adadalam jemaat Ahamdiyah. Serta dalam buku tersebut dimuat juga upaya penyelesaian

konflik yang bersifat agama. Zafrullah Khan memberikan contoh kasus mengenai golongan

minoritas harus dihargai dan diayomi.

Adapun kelemahan dari buku ini adalah dalam memberikan penjelasan terhadap

kepemimpinan setiap Khalifah tidak terperinci, hanya berupa garis besar saja. Sehingga tidak

begitu mudah untuk mengetahui gambaran kepemimpinan yang dipegang oleh setiap

Khalifah dalam jemaat Ahmadiyah.

Buku yang ketujuh belas penulis gunakan adalah karya Nur-ud-Din Muneer (1988),

dialih bahasakan oleh Ram saleh, buku ini berjudul “Ahmadi Muslim”, dalam buku ini

dijelaskan gambaran riwayat perjalanan Ahmadiyah, kebangkitannya hingga dapat dikenal,

tujuan dan cita-citanya serta bagaimana dia dapat melaksanakan pekerjaan, mewujudkan

hasratnya untuk kepentingan Islam dan apa pula hasilnya.

Kontribusi buku ini memberikan gambaran perjalanan jemaat Ahmadiyah

mewujudkan segala program kerja. Hal ini sangat penting sebab setiap program kerja dalam

semua wilayah atau semua cabang jemaat adalah sama. Tinggal mengukur seberapa sukses

pertablighan dari semua anggota. Sehingga penulis dapat melihat sejauhmana perkembangan

jemaat Ahmadiyah di bandung yang merupakan bagian dari beberapa cabang yang ada di

seluruh dunia. Apakah telah memenuhi semua program dengan abaik atau sebaliknya.

Buku yang kedelapanbelas yang penulis gunakan adalah karya Syafi R Batuah

(2007), buku ini berjudul”Nabi Isa Dari Palestina Ke Kashmir”, dalam buku ini dijelaskan

bahwa Mirza Ghulam Ahmad pendiri Jemaat Ahmadiyah Adalah Nabi Isa yang turun lagi

untuk yang kedua kalinya, serta didalammnya menjelaskan bahwa Nabi Isa yang dahulu

sudah wafat.

Buku ”Nabi Isa Dari Palestina Ke Kashmir”, sangat menarik karena buku ini

merupakan salah satu dari ajaran atau isme pokok jemaat ahmadiyah bahwa nabi isa sudah

Page 29: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

29

meninggal dengan wajar dan kuburan Nabi Isa bisa dilihat di Kashmir. Buku ini

membuktikan bahwa dalam penyelidikan ilmiah mayat yang ditemukan di Kashmir adalah

nabi isa dengan beberapa bukti yang menguatkan. Dalam perkembangannya di Bandung

Ahmadiyah telah bediskusi dengan ORMAS Islam yang terkenal di Bandung yakni Pembela

Islam (Persis). Dalam dialog tersebut pihak Ahmadiyah menyatakan bahwa nabi Isa sudah

meninggal. Sedangkan dari pihak Pembela Islam mengatakan nabi Isa belum meninggal.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah salah satu dari pokok keyakinan yang

dipegang oleh jemaat Ahmadiyah adalah keyakinan bahwa nabi Isa sudah meninggal. Hal ini

telah banyak menuai reaksi yang amat besar bagi dunia Islam dan Kristen. Karena jemaat

Ahmadiyah telah dianggap nyeleneh dari keyakinan yang dianut oleh dua agama besar itu.

Namun keyakinan dari jemaat Ahmadyah bahwa Nabi Isa sudah meninggal merupakan hal

yang tidak bisa dirubah karena jemaat Ahmadiyah memiliki dalil-dalil yang ada dalam Al-

Qur’an dan juag dari Bible. Sehingga dalam penulisan skripsi ini konsep yang dipegang oleh

jemaat Ahmadiyah akan terus dan tetap dibahas dan merupakan bagian dari karakterstik dari

organisasi ini.

Buku yang kesembilanbelas yang penulis gunakan adalah karya Maulana

Muhammad Ali, M A, LL,B, buku ini berjudul, “The Ahmadiyya Movement As The West sees

It”, dalam buku ini dijelaskan pola penyebaran ajaran Ahmadiyah ke seluruh dunia dalam

rangka menegakan kemurnian Islam. Masuk ke Indonesia tahun 1924 oleh Rahmat Ali.

Sebenarnya buku ini merupakan buku yang dibuat oleh jemaat Ahmadiyah Lahore. Maulana

Muhammad Ali, M A, LL,B, adalah sahabat Mirza Ghulam Ahmad. Namun, setelah

wafatnya Mirza Ghulam Ahmad dan ketika terpilih Khalifah pertama Maulana Muhammad

Ali, M A, LL,B, sudah nampak ketidak setian terhadap Khalifah. Puncak dari ketidak

taatannya adalah ketika terpilih Khalifah kedua Maulana Muhammad Ali, M A, LL,B, tidak

mau berbait.

Page 30: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

30

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah dalam buku yang ditulis oleh Maulana

Muhammad Ali, M A, LL,B, memberikan inspirasi yang menarik. Karena beliau adalah

orang yang memisahkan diri dari jemaat dan tidak mau mengakui bahwa Mirza Ghulam

Ahmad bukan seorang Imam Mahdi. Dan dikemudian hari lebih dikenal dengan jemaat

Ahmadiyah Lahore dengan pusat pekembangan di Indonesia adalah di Yogyakarta.

Sedangkan yang penulis teliti adalah jemaat Ahmadiyah yang mengakui bahwa Mirza

Ghulam Ahmad adalah sebagi sosok Imam Mahdi dan dikemudian hari lebih dikenal dengan

Ahmadiyah Qadian.

Adapun kelemahan dari buku ini adalah bahwa Maulana Muhammad Ali, M A,

LL,B, dalam menyebarkan semua dakwahnya bersumber dari ajaran Mirza Ghulam Ahmad

tetapi bila ada tulisan yang menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagi Imam Mahdi

beliau tidak disampaikan kepada umat. Seharusnya Maulana Muhammad Ali, M A, LL,B,

menjelaskan referensi dari buku yang didakwahkannya di Indonesia. Tetapi dalam hal ini

penulis melihat bahwa sebetulnya dahulu Maulana Muhammad Ali, M A, LL,B, amat dekat

dengan Mirza Ghulam Ahmad. Tetapi karena iri hati tidak terpilih menjadi khalifah

kemudian beliau menjadi orang yang membelot. Untuk perkembangan di Indonesia ajaran

Maulana Muhammad Ali, M A, LL,B hanya lingkup Yogyakarta saja tidak pernah bertambah

luas sekalipun dalam penyebaran masuk ke Indonesia ajaran yang dikembangkan lebih

dahulu selisih dua tahun dengan yang disebarakan oleh jemaat Ahmadiyah yang memprcayai

bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi.

Buku keduapuluh yang penulis gunakan adalah karya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad

cetakan ke 6 (2003) buku ini berjudul, “Penampakan Kebesaran Tuhan”, dalam buku ini

dijelaskan argumentasi kebenaran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi dan

Nabi Isa yang dijanjikan.

Page 31: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

31

Dalam buku tersebut dikemukakan syarat-sayarat sebagai seorang Imam Zaman.

Menjadi seorang Imam Zaman harus meiliki kriteria berdasarkan apa yang sudah digariskan

oleh Rasulullah. Selain membahas mengenai syarat-sayarat sebagai Imam Zaman Mirza

Ghulam Ahmad juga memberikan gambaran perkembangan umat manusia khususnya agama

Islam di kemudian hari bila mereka terus-menerus tidak mau percaya kalau Imam Mahdi

sudah datang.

Dalam tulisan yang dikemukakan oleh Mirza Ghulam Ahmad penulis melihat bahwa

yang dikemukakan oleh beliau adalah merupakan Ilham yang diterima beliau. Dalam hal ini

kita tidak dapat memvonis apakah yang dikemukakan oleh beliau itu benar atau bukan.

Sehingga dalam hal ini penulis lebih setuju apa yang dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat.

Kita serahkan pada pasar. Dalam hal ini apa yang dikemukakan oleh Mirza Ghula Ahmad

biarlah waktu yang akan menjawabnya. Sehingga didalam penulisan skripsi ini penulis hanya

memberikan tanggapan kalau memang Mirza Ghulam Ahmad itu benar pasti akan langeng

ajarannya. Kalau ajarannya salah pasti akan seperti buih di lautan. Hal ini sesuai apa yang

dikemukakan oleh jalaludin Rahmat ketika diwawancara seputar Ahmadoyah dan ORMAS

lainnya.

Buku yang keduapuluhsatu yang penulis gunakan adalah karya H,M Ahmad Cheema ,

HA, Sy, (1995), buku ini berjudul Khilafat telah berdiri, dalam buku ini dijelaskan sistem

Khilafat dalam dunia Islam serta Khilafat telah berdiri, sistem khilafat ini sesuai dengan

nubuwwatan Rasulullah SAW.

Dalam buku ini dijelasakan terbentuknya seuatu Khilafat bukanlah manusia yang

menjadikan atau yang mendirikan suatu lembaga Khilafat. Tetapi dalam hal ini hanya Allah

SWT yang akan membuat Khilafat. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an. Allah akan menurunkan

seorang Kholifah bagi kaum yang beraqwa.

Page 32: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

32

Kontribusi dalam penulisan Skripsi ini adalah apa yang dipaparkan oleh jemaat

Ahmadiyah tentang Khilafat telah berdiri merupakan bagian dari dakwah yang tidak

terpisakan dalam jemaat Ahmadiyah. Seperti yang sudah dikemukakan di atas tentang

keyakinan nabi Isa sudah wafat begitupun masalah Khilafat setiap anggota jemaat sudah

mengenal dan merupakan bagian dari dakwahnya. Hal ini terbukti dari fakta yang terjadi

ketika perkembangan jemaat Ahmadiyah di Bandung periode 1948-1980. masalah Khilafat

merupakan bagian dari dakwah yang tidak terpisahkan. Hal ini apt dilihat dalam setiap

pertemuan tahunan.

Adapun tanggapan yang penulis ajukan adalah penulis melihat fenomena saat ini yang

mengajukan tentang Khilafat Bukan dari jemaat Ahmadiyah saja bahkan dari HTI di awal

tahun 1990, mulai mengemuka. Penulis bagaimana jemaat ahmadiyah menyikapi fenomena

tersebut. Sekalipun dalam hal ini HTI mengenai Khilafat baru sebatas konsep saja.

Sedangkan jemaat Ahmadiyah sudah dalam tataran praktek dan sudah terbentuk Khilafat.

Dalam hal ini penulis hanya bisa melihat ternyata masyarakat Muslim saat ini memang sudah

memerlukan atau sudah menyadari arti penting dengan adanya seorang pemimpin sentral

dalam agama Islam untuk seluruh dunia. Meskipun dalam pandangan yang berbeda-beda.

Baik HTI dan jemaat Ahmadiyah keduanya memiliki simpatasan-simpatisannya.

Buku yang keduapuluhdua penulis gunakan adalah karya Hazrat Mirza Bashiruddin

Mahmud Ahmad, cetakan ke sembilanbelas (2006), buku ini berjudul “ Apakah Ahmadiyah

Itu’’, dalam buku ini merupakan jawaban dari prasangka orang-orang Islam kepada

Ahmadiyah.

Dalam buku ini dijelaskan mengenai konsep yang dipegang oleh Ahmadiyah. Serta

apa yang diyakini dan diamalkan oleh Ahmadiyah sama sekali tidak bertentangan dengan

ajaran Rasulullah dan Allah SWT. Jemaat Ahmdiyah memiliki dasar dalam keyakinan yang

dianutnya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Dalam buku ini juga dipaparkan beberapa

Page 33: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

33

tuduhan yang menyudutkan jemaat Ahmadiyah. serta alasan kaum lain yang non Ahmadiyah

menyatakan pernyataan tersebut.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah buku yang ditulis oleh Hazrat Mirza

Bashiruddin Mahmud Ahmad, sangat membantu bagi penulis untuk melihat dari sudut

pandang jemaat Ahmadiyah dalam rangka menykapi dari semua pernyataan yang

dialamatkan kepada jemaat Ahmadiyah. pihak non Ahmadiyah dalam memberikan

pernyataan terhadap jemaat Ahmadiyah berdasarkan pemahaman yang dianutnya, dalam hal

ini pihak jemaat untuk memberikan klarifikasi berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga

penulis dalam membandingkan setiap pernyataan dari kedua belah pihak menggunakan dasar

Al-Qur’an dan Hadits.

Dalam hal ini penulis lebih tertarik bukan kepada kelemahan dari buku ini tetapi

bagaimana masyarakat nonAhmadiyah kebanyakan belum mengenal buku yang berjudul

Apakah Ahmadiyah Itu. Sehingga penulis lebih tertarik kepada pihak non Ahmadiyah dalam

menyikapai buku tersebut pasti ada yang pro dan kontra. Hal ini sesuai dari sudut pandang

yang dianutnya.

Buku yang kedupuluhtiga penulis gunakan adalah Karya Hazrat Mirza Ghulam

Ahmad, cetakan kelima (2004), buku ini berjudul, “Perlunya Seorang Imam Zaman’’, dalam

buku ini dijelaskan pentingnya seorang Imam zaman yang akan membimbing umat manusia

untuk memperoleh derajat mulia di sisi Allah.

Isi dari buku tersebut mengemukakan dalam setiap seratus tahun Allah akan

membangkitkan seorang Mujadid bagi umat manusia. Maka dalam hal ini Mujadid abad ke

XXIV dalam kalender Hijriyah seharusnya sudah datang seorang Mujadid tersebut. Bahkan

dikalangan ulama Salaf hal ini sudah mereka ketahui berdasarkan Ilham dan hadits dari Nabi

Muhammad SAW. Dalam buku ini dijelaskan mengenai sosok seorang Mirza Ghula Ahmad

Page 34: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

34

sebagai seorang yang menerima Ilaham untuk menjadi seorang Imam Zaman di abad XXIV

dalam kalender Hijriyah.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini, konsep Imam Zaman atau Imam Mahdi

dikalangan masyarkat Jawa Barat sudah mengenal konsep tersebut, mulai dari masyarakat

terpelajar sampai masyarkat awam. Bahkan ketika dalam masa penjajahan Belanda konsep ini

dimanfaat oleh Westerling dengan membuat gerakan politik dengan nama Angkatan Perang

Ratu Adil (APRA). Begitu melekatanya konsep terhadap ratu adil ini bahkan bukan saja di

Jabar bahkan hampir seluruh pelosok Nusantara mengetahui konsep tersebut.namun dalam

hal ini konsep yang dikemukakan oleh jemaat Ahmadiyah memiliki perbedaan dari tataran

prakteknya. Karena konsep yang ada di lokal Nusantara khususnya Bandung adalah konsep

yang dipegang masih berupa pencampuran dengan budaya lokal sperti pengaruh ajaran Sunda

Buhun dan juga Hindu. Sedangkan konsep yang dikemukakan oleh jemaat Ahmadiyah adalah

berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.

Tanggapan dari penulis mengenai buku perlunya seorang Imam Zaman adalah

bagaimana konsep yang dikemukakan oleh jemaat Ahmadiyah dengan keyakinan atau

kearifan lokal masyarakat. Hal ini perlu ditinjau lebih dalam lagi karena sekalipun sama-sama

mengusung Konsep Imam Mahdi tetapi sosok yang dikemukakan antara budaya lokal dengan

jemaat Ahmadiyah belum bisa klop sehingga sampai saat ini konsep tersebut belum banyak

yang merespon secara luas.

Buku yang keduapuluhempat penulis gunakan adalah karya Hazrat Mirza Ghulam

Ahmad, edisi kelima (1997), judul asli Kisti Nuh. (bahasa Urdu), judul terjemahan “Bahtera

Nuh” .dalam buku ini beliau berbicara, kepada kaum agamawan, baik dari Kristen maupun

Islam, dan menunjukan beberapa kekeliruan faham yang dianut mereka. Namun, bobot

kandungan dalam risalah ini bertumpu pada imbauan kepada pencari kebenaran, supaya

mereka boleh melepaskan dahaga mereka sepuas-puasnya dari sumber mata air yang

Page 35: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

35

dipancarkan oleh tangan Tuhan Sendiri. Risalah ini sarat dengan wejangan kepada warga

jemaat bagaimana cara menempuh hidup suci. Tahun 1947 jemaat Tasik pernah menerbitkan

dengan judul yang sama.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa konsep bahtera Nuh zaman sekarang bukanlah suatu

perahu atau wujud nyata dari suatu benda. Tetapi bahtera di sini adlah suatu ikatan bai’at atau

ketaan kepada seorang Imam Zaman, dalam hal ini adalah Mirza Ghulam Ahmad. Buku ini

mengajak umat manusia masuk dalam bahtera atau perahu ruhani supaya terlepas dari Adzab

yang akan menimpa bagi semua kaum. Dalam buku ini dijelaskan juga pentinganya suatu

ikatan bai’at dalam ajaran Islam.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah seluruh dari konsep atau ajaran dari

Mirza ghulam Ahmad mejadi acuan bagi seluruh anggotanya termasuk di Bandung. Hal ini

bisa terlihat dengan sudah diterjemahkannya buku bahtera Nuh ini telah banyak respon dari

dalam perkembangan jemaat Ahmadiyah di Bandung. Salah satu bentuk dari respon tersebut

adalah proses tabligh dan tarbiyat menjadi prioritas untuk setiap individu dalam jemaat.

Sekalipun hal tersebut tidak berjalan secara sempurna. Tetapi penulis melihat ada keinginan

yang kuat dalam setiap anggota untuk terus berjuang untuk menyebarkan dari ajaran buku

tersebut dalam konteks amal perbuatan dalam keseharian anggota.

Buku yang keduapuluhlima penulis gunakan adalah karya Hazrat Mirza Ghulam

Ahmad, (1996), judul asli, “Islami Ushul Ki Filasafi” (bahasa Urdu), judul terjemahan,

“Filsafat ajaran Islam” , buku ini merupakan jawaban pembelaan Islam dari Hazrat Mirza

Ghulam Ahmad dalam Konferensi agama-agama besar di Lahore (1896), konferensi

tersebut mengetengahkan 5 tema: tema pertama keadaan Thabi’i, Akhlaqi dan Ruhani

manusia, tema kedua bagaimanakah keadaan manusia sesudah mati, tema ketiga apa tujuan

manusia hidup di dunia dan bagaimana dapat mencapainya, tema kempat, karma yakni apa

Page 36: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

36

dampak amal perbuatan di dunia dan di akhirat, tema kelima sarana-sarana dan jalan apa saja

untuk mendapatkan ilmu yakni ma’rifat.

Kontribusi buku ini adalah konsep mengenai perkembangan akhlak manusia.

Sehingga penulis dapat melihat dan membandingkan konsep-konsep akhlak yang

dikemukakan oleh Mirza Ghulam Ahmad dalam mengimplementasikan dari ajarannya itu.

Penulis melihat dari hal ini ternyata jemaat Ahmadiyah secara global konsep akhlakul

karimah telah ditegakkan. Bukti dari itu adalah ketika terjadi hujatan terhadap jemaat

Ahmadiyah, seluruh anggota menyikapi dengan sabar dan penuh ketawakalan kepada Allah

SWT. Hal inilah yang menyebabkan jemaat ini terlihat kuat karena dalam setiap hujatan tidak

dibalas dengan hujatan lagi. Tetapi ditampilkan rasa hormat dan menghormati.

Adapun segi kekurangan itu adalah terkadang setiap anggota dalam menyikapi buku

tersebut lebih terkesan fatalistis. Semua diserahkan kepada Allah SWT, terkadang seperti

terlihat tidak mau berusaha untuk membela diri. Mereka lebih condong kita berdo’a saja.

Dalamhal ini penulis percaya terhadap setiap do’a. Tetapi kalau dilihat secra global fenomena

tersebut oleh orang non Ahmdiyah justru menjadi suatu hal yang dipandang negatif.

Buku keduapuluhenam adalah karya Ian Adamson (1989), dengan judul Mirza

Ghulam Ahmad of Qadian, buku ini menjelaskan biografi Mirza Ghulam Ahmad dan

pendakwaannya sebagai Imam Mahdi. Selain itu, pokok utama yang diterangkan dalam buku

ini bahwa Mirza Ghulam Ahmad memberikan gambaran bahwa nabi Isa itu tidak mati di

tiang salib. Mirza Ghulam Ahmad juga memaparkan tentang kuburan nabi Isa yang ada di

Srinagar, Pakistan.

Buku ini berisi biografi dari sosok Mirza Ghulam Ahmad. Dalam buku ini dijelaskan

kehidupan leluhur dari Mirza Ghulam Ahmad, kelahiran Mirza Ghulam Ahmad, kehidupan

Page 37: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

37

remaja beliau, kehidupan setelah beliau menerima Ilham sebagai Imam Mahdi. Reaksi dari

tokoh Muslim dan non Muslim dari pendakwaan beliau.

Adapun kekurangan dari buku ini yang penulis lihat untuk segi terjemahan atau dalam

hal ini penerjemah kurang memahami konsep antara tahun hijrah dengan tahun masehi unuk

menilai kedatangan Imam Mahdi. Penerjemah menyatakan bahwa ada keraguan terhadap

konsep yang dikemukakan Mirza Ghulam Ahmad tentang Imam Mahdi. Penerjemah melihat

berdasarkan analisa dari tahun masehi sedangkan Mirza Ghulam Ahmad memaparkan dari

tahun Hijriyah. Inilah hal sangat disayangkan dalam buku terjemahan ini. Sedangkan dalam

teks aslinya yang berbahasa Inggeris tidak terdapat analisa tersebut.

Buku keduapuluhtujuh buku karangan Ghulam Bari Saif, dengan judul menjawab

Tuduhan Inilah Qadhiani . isi buku ini merupakan klarifikasi serta bantahan dari semua

tuduhan terhadap jemaat Ahmadiyah. Buku ini sangat bagus sebab kalangan umat Islam di

Indonesia dalam kasus terhadap jemaat Ahmadiyah mengacu kepada buku ini. Buku ini

sebenarnya dibuat oleh kedutaan Arab Saudi dengan judul asli hadzihi Hiyal Qadianiah dan

edisi bahasa Inggeris berjudul This is Qadiyaniyat . penyebarluasan di Indonesia dicetak

olah P.T. Alma’arif, Bandung. Dengan semua tuduhan tersebut akhirnya jemaat Ahmadiyah

memberikan klarifikasi dalam buku ini.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah bahwa semua isu yang berkembang

dalam masyarakat baik di Bandung maupun di luar Bandung adalah semuanya sama yakni

bersumber dari kedutaan Arab Saudi. Sedangkan umat Islam di Indonesia sangat Arab sentris

dalam hal keagamaan Islam. Sehingga segala hal yang dikemukakan dari Arab akan ditelan

langsung tanpa dilihat dari segi lainnya. Inilah yang menjadi daya tarik tersebut bagi

perkembangan jemaat Ahmadiyah. Jemaat ini harus bisa bertahan dari tekanan dari dalam

dan luar. Tidaklah mengherankan dengan adanya fatwa dari Arab tersebut telah membuat

Page 38: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

38

jemaat Ahmadiyah di Bandung sedikit mengalami guncangan puncak dari itu adalah dengan

keluarnya fatwa MUI tahun 1980 mengenai sesatnya Ahmadiyah. Fatwa tersebut MUI ambil

secara bulat-bulat dari instruksi kedutaan Arab Saudi.

Kelemahan sungguh sangat disayangkan dari efek tersebut ternyata telah membawa

efek yang sangat besar dari jemaat Ahmadiyah secara fisik jemaat ini mengalami kerugian

yang besar bahkan sampai nyawa melayang karena dampak fawa tersebut. Namun penulis

melihat dari sisi positif justru masyarakat lebih banyak mengetahui secara langsung ketika

pasca fatwa tersebut. Namun penulis melihat banyak factor negative. Fenomena ini penulis

lebih setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat bahwa untuk menilainya

serahkan saja pada pasar. Dalam hal ini biarlah sejarah yang akan menentukan.

Buku kedupuluhdelapan karangan Muhammad Zafrullah Khan, dengan judul Islam

And Human Right. Buku ini mengetengahkan keindahan Islam, juga buku ini merupakan isi

pidato beliau untuk membela masalah Palestina dan dunia Arab dari interfensi Uni Soviet AS

dan Inggeris. Beliau sendiri adalah seorang Ahmadi.

Kontribusi dalam skripsi ini adalah ajaran jemaat Ahmadiyah ternyata tidak hanya

bidang hubungan dengan Allah SWT saja tetapi hubungan sesama manusia juga sangat

diperhatikan. Salah satu buktinya adalah dengan adanya Donor Mata. Penulis melihat bahwa

baru jemaat Ahmadiyah saja yang telah peduli dengan keadaan saudaranya yang tidak bisa

melihat, khususnya perkembangan ini dapat dilihat dan dirasakan di Bandung. Bukti dari itu

adalah jemaat Ahmadiyah telah menjalin hubungan dengan Rumah Sakit Cicendo. Kerjasama

ini sudah berjalan lebih dari 25 tahun dan samapi sekarang masih terus berjalan.

Buku keduapuluhsembilan yang penulis gunakan adalah karangan Mirza Ghulam

Ahmad, dengan judul asli, Eek Ghalti Ka Izalah (bahasa: Urdu), judul terjemahan

“Memperbaiki Suatu Kesalahan”, dalam buku ini Mirza Ghulam Ahmad mendapat Kasyaf

akan terjadinya perpecahan dalam jemaat Ahmadiyah. Oleh karena itu beliau berpesan

Page 39: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

39

supaya tetap teguh dalam kehilafatan dalam jemaat Ahmadiyah. Terbentuknya Ahmadiyah

Lahore dan Qadian sudah dinubuwwatkan dalam pandangan Kasyaf beliau.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah jemaat Ahmadiyah yang penulis teliti

adalah jemaat Ahmadiyah Qadian. Dan mengapa terjadi perpecahan tersebut adalah karena

kasus dari sahabat Mirza Ghula Ahmad yang tidak mau berbai’at kepada Mirza Bashiruddin

Mahmud Ahmad. Karena soal ego. Hal ini menjadi bukti dalam perkembangan jemaat

Ahmadiyah di Bandung. Jemaat Ahmadiyah Qadian lebih bisa bertahan ketimbang jemaat

Ahmadiyah Lahore yang tidak memiliki Khalifah. Jemaat ahmadiyah Lahore hanya

berkembang di Yogyakarta saja.

Buku yang ketigapuluh yang penulis gunakan adalah biografi anggota jemaat

Ahmadiyah, dengan judul, “Riwayat hidup Tiga Serangkai, 1. Mln. M. Abubakar Ayyub HA, ;

2. Mln Zaini Dahlan ;3 Mln Ahmad Nuruddin”. Dalam buku ini menjelaskan kehidupan dan

perjuangan tiga tokoh tersebut dalam memperjuangkan Ahmadiyah.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah buku ini sangatlah penting sekali karena

perkembangan jemaat Ahmadiyah di Bandung sangat dipengaruhi oleh ketiga tokoh tersebut.

Kendati tokoh tersebut tidak hanya mengembangkan jemaat di Bandung saja. Tetapi

sumbangan tenaga dari tokoh ini tidak ternilai harganya baik tenaga maupun harta. Kalau

bukan karena inisiatif dari PaWahid untuk membuat mesjid di jalan Safari, mungkin sampai

sekarang jemaat Ahmadiyah di Bandung tidak akan ada bekasnya. Karena bukti dari

kegigihan mereka bertiga lah dapat terwujud jemaat yang bisa berkembang sampai sekarang.

Buku yang ketigapuluhsatu yang penuls gunakan adalah karangan Rafik Ahmad dan

Dr. ir. Sudaryanto, dengan judul “Mengapa Orang Muslim Ahmadi Tidak Boleh Bersholat di

Belakang Imam yang bukan Ahmadi”. Buku ini sangat menarik untuk ditampilkan karena

dalam buku ini Ahmadiyah memberikan alasan-alasan bagi anggota jemaat untuk tidak

Page 40: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

40

berma’mum kepada imam yang bukan Ahmadi. Kondisi ini tentu membuat kontroversial

dikalangan umat Islam. Banyak kalangan umat Islam mengatakan eksklusif.

Kontribusi ini dalam penulisan skripsi ini adalah fenomena bahwa jemaat Ahmadiyah

tidak mau bermakmum kedapa orang yang diluar jemaatnya menjadi sangat ramai. Padahal

penulis melihat bukan hanya jemaat Ahmadiyah saja yang tidak mau bermakmum kepada

orang yang diluar jemaatnya. ORMAS lainpun sama ketika Imam Sholat yang didepannya

bukan dari golongannya mereka tidak mau bermakmum. Fenomena ini menjadi sangat marak

dan hal ini wajar tidak perlu dibesar-besarkan mengapa jemaat Ahmadiyah tidak mau

bermakmum kepada orang yang diluar jemaatnya. Yang perlu diperhatikan adalah akar

permasalahan dari setiap ORMAS tersebut. Dalam hal ini penulis menilai adalah adanya

unsure yang kuat bahwa ORMAS yang diluar mereka tidak sebaik yang mereka anut.

Buku yang ketigapuluhdua yang penulis gunakan adalah karangan M. A Suryaman,

dengan judul “Bukan Sekedar Hitam Putih: Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah”. Buku ini

merupakan salah satu buku Ilmiah yang ditulis oleh orang non Ahmadi. Dawam Rahardjo

memberikan sambutan dalam buku ini. Ini sangat menarik dalam kondisi zaman yang

semakin maju saat ini.

Kontribusi dalam penulisan skrisi ini adalah jemaat Ahmdiyah jangan sampai

dijadikan bahan eksploitasi bagi oknum yang tidak bertanggung jawab. Karena dalam hal ini

penulis melihat bagaimana konsep yang dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat dan golongan

lainnya. Biarlah jemaat ini berkembang dan kalau ada yang tidak setuju pilih jalan dialog

untuk mengatasi perdebatan, atau dengan hal lainnya. Buku ini sangat berharga karena

memuat bagaimana konsep kebebasan untuk berpendapat, kebebasan berekspresi.

Adapun kelemahan dari buku ini adalah buku ini hanya memuat fenomena pasca

tahun 2000 saja. Sehingga untuk mengkomparasikan dengan kehidupan jemaat Ahmadiyah

Page 41: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

41

sebelum tahun 2000 akan sangat sulit. Penulis melihat mungkin karena sumber yang dimiliki

oleh MA Suryaman belum terlalu banyak untuk tahun sebelum 2000.

Buku yang tigapuluhtiga yang penulis gunakan kumpulan beberapa artikel yang

dibukukan: A Syafi’I Ma’arif; M Dawam Rahardjo; KH Mustofa Bisri; MasdarF.Mas’udi;

Hendardi; Ulil Absar Abdala; Abdul Moqsith Ghazali dan Rumadi. Semua artikel itu

terkumpul menjadi buku dengan judul “Kala Fatwa Jadi Penjara”.

Dalam kumpulan artikel ii banyak dibahas mengenai isu kontemporer yang

menyangkut masalah dampak dari adnya fatwa yang telah dikemukakan oleh MUI. Buku ini

banyak memuat peristiwa-peristiwa pengrusakan yang dilakukan oleh oknum yang

menamakan diri untuk menegakan syariah dan menghapus kesesatan.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah artikel ini memuat kondisi jemaat

Ahmadiyah dalam kancah pergolakan dari aksi yang dilakaukan oleh ORMAS yang tidak

senang. Artikel ini juga memuat faktor-faktor yang menyebabakan golongan di luar jemaat

Ahmadiyah melakukan tindakan tersebut. Bahkan penulis melihat bukan hanya Ahmadiyah

saja yang terkena dampak dari fatwa tersebut bahkan ORMAS lain pun yang dinggap

menyimpang dari kepercayaan diluar MUI dianggap sesat.

Adapun kekurangan dari kutipan artikel ini adalah lebih banyak mengetengahkan

kondisi aksi dari kekerasan saja serta hanya melihat dari sudut pandang golongan yang

terdindas. Sehingga terkesan membela dari dolongan tersebut.

Buku yang ketigapuluhempat yang penulis gunakan adalah pidato pembelaan dai

Khalifah III Jemaat Ahmadiyahn di hadapan Parlemen Pakistan, dengan Judul Mahzarnamah

(Petisi). Pidato tersebut kemudian dibukukan. Isi pidato tersebut sangat menarik mengenai

tuduhan-tuduhan yang menyudutkan jemaat Ahmadiyah. Sekalipun pidato tersebut secara

khusus untuk parlemen Pakistan, tetapi isi dan kondisi Pakistan dan Indonesia hampir mirip.

Sehingga, sangat menarik untuk dikaji.

Page 42: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

42

Isi dari pidato yang dibukukan tersebut memuat kondisi jemaat Ahmadiyah di

Pakistan pada masa pemerintahan Ali Bhotu. Pada masa pemerintahan Ali bhotu jemaat

Ahmadiyah di Pakistan mendapat perlakuan yang sangat diskriminatif yakni dengan

dikeluarkannya fatwa bahwa orang Ahmadiyah bukanlah golongan Muslim hal ini

ditindaklanjuti dengan dikleuarkannya dalam bentuk kartu penduduk.

Kontribusi dari tulisan tersebut dalam penulisan skripsi ini adalah bahwa apa yang

dikemukakan dalam pidato pemimpin ketiga jemaat Ahmdiyah itu telah membawa dampak

yang sangat besar pasca pmerintah Pakistan mengeluarkan fatwa orang Ahmadi bukan

Muslim. Sekalipun dampak di Indonesia tidak sekeras dengan di Pakistan namun memilkiki

faktor yang sangat kuat untuk menuju ke sana. Dalam hal ini penulis melihat bagaimana

golongan yang tidak senang terhadap jemaat Ahmadiyah mengadakan semacam aksi untuk

menuju kearah sana dan menjadikan pemerintah Pakistan sebagai contoh dari model yang

akan diterapkan untuk perkembangan jemaat Ahmadiyah di Indonesia. Namun sampai saat

ini kondisi Ahmadiyah masih tetap sebagai kaum Muslim dalam kacamata pemerintah

Indonesia.

Tanggapan penulis terhadap pidato dari pemimpin ketiga jemaat Ahmadiyah itu

adalah penulis melihat bahwa yang dikemukakan oleh pemimpin ketiga jemaat Ahmadiyah

itu adalah sebagai pembelaan dari kondisi yang dialami oleh warga Ahmadiyah yang ada di

Pakistan. Kendati dalam pidato tersebut dibahas juga golongan minoritas namun dalam

ekspos dari pidato tersebut lebih banyak membela kaum Ahmadiyah saja. Padahal dalam

pandanagn penulis kaum minoritas di Pakistan tidak hanya Ahmadiyah saja.

Sumber yang ketigahpuluhlima adalah Disertasi, dengan judul GERAKAN

AHMADIYAH DI INDONESIA 1920-1942. disertasi ini memberikan gambaran

perkembangan awal jemaat Ahmadiyah masuk ke Indonesia hingga awal tahun menjelang

Page 43: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

43

kemerdekaan. Disertasi ini sangat penting sekali untuk dijadikan acuan untuk pembahasan

jemaat Ahmadiyah pada awal kemerdekaan hingga pada masa revolusi fisik di Indonesia.

Jemaat Ahmadiyah banyak memberikan kontribusi dalam upaya kemerdekaan Indonesia dan

dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah untuk membahas jemaat Ahmdiyah di

awal pembahasan Disertasi ini sangat berharga karena memuat seluruh dari perkembangan

awal masuknya ke Indonesia. faktor pendukung dan penghambat dari perkembangan tersebut.

Adapun kelemahan dari Disertasi ini adalah disertasi ini memuat seluruh aspek jemaat

Ahmadiyah baik yang Qadian maupun Lahore. Sehingga dalam pembahasan terlihat campur

aduk kadang membahas Lahore kadang membahas Qadian. Sehingga persegmennnya sulit

untuk membedakan antara pembahasan tokoh Lahore atau Qadian. Kalau orang yang awam

akan sanagt sulit untuk menelaah dari Disertasi ini.

Sumber ketigapuluhenam yang penulis gunakan adalah berupa majalah dari kalanagn

jemaat Ahmadiyah. Ada empat jenis majalah yang ada dalam jemaat Ahmadiyah. Pertama

majalah Bulanan yang bersifat umum untuk semua kalangan artinya yang menjadi motor

penggeraknya adalah tidak terbatas pria maupun wanita, nama majalahnya Sinar Islam.

Kedua adalah majalah yang motor penggeraknya kaum tua yakni kaum bapak yang usianya

40 tahun ke atas nam majalahnya adalah Anshorullah. Ketiga adalah majalah yang motor

pengeraknya kaum muda dengan nama majalahnya adalah GEMA. Keempat adalah majalah

untuk kalangn ibu-ibu sering disebut dengan majalah Lajnah Imailah (LI).

Kontribusi dalam penulisan skripsi ini adalah keempat majalah tersebut semuanya

memuat pemberitaaan semua aktivitas jemaat baik di Bandung maupun luar Bandung.

Sehinnga penulis merasa lebih mudah untuk menggali semua informasi yang menyangkut

Ahmadiyah dalam empat media cetak yang dikeluarkan oleh jemaat tersebut. Yang tentu saja

Page 44: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

44

hal yang menjadi sorotan adalah kegiatan besar saja seperti pertemuan tahunan, Ijtima, dan

acara pemilihan Amir nasional.

Page 45: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Metode ini lazim

digunakan dalam penelitian sejarah. Melalui metode ini dilakukan suatu proses menguji dan

menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986:32).

Selanjutnya Ismaun (1992:125-131) mendeskripsikan tentang langkah-langkah dalam metode

historis, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Heuristik, merupakan upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang

berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam proses mencari sumber-sumber

ini, penulis mendatangi berbagai perpustakaan, seperti perpustakaan UPI,

Perpustakaan daerah Jawa Barat (PUSDA), perpustakaan Jemaat Ahmadiyah di Jalan

Safari 47, perpustakaan UIN Sunan Gunung Jati. Selain itu penulis pun mencari buku-

buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, seperti membeli buku-buku di

toko buku Gramedia, Palasari, pusat penjualan buku Kautamaan Istri, Gunung Agung,

pameran buku dan mencari sumber-sumber melalui internet.

2. Kritik, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, baik isi

maupun bentuknya (internal dan eksternal). Kritik internal dilakukan oleh penulis

untuk melihat layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut

untuk selanjutnya dijadikan bahan penelitian dan penulisan. Kritik eksternal dilakukan

oleh penulis untuk melihat bentuk dari sumber tersebut. Dalam tahap ini, penulis

berusaha melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang berkaitan dengan topik

penelitian ini.

3. Interpretasi, dalam hal ini penulis memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber

Page 46: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

46

yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Kegiatan penafsiran ini

dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data dengan konsep-konsep dan teori-

teori yang telah diteliti oleh penulis sebelumnya. Penulis juga melakukan pemberian

makna terhadap fakta dan data yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan

satu sama lain. Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya

dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini. Misalnya,

dalam kegiatan ini, penulis memberi penekanan penafsiran terhadap data dan fakta

yang diperoleh dari sumber-sumber yang berkaitan dengan gerakan jemaat

Ahmadiyah Kota Bandung

4. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penulisan ini. Dalam hal ini penulis

menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya dengan cara

menyusunnya dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan

menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

3.1.2. Teknik Penelitian

Dalam pengkajian “JEMAAT AHMADIYAH ASTANA ANYAR KOTA

BANDUNG 1948-1980: SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA “. Penulis

menggunakan studi literatur. Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan

sistem Harvard. Alasannya adalah sistem penulisan ini lazim dan biasa digunakan dalam

penulisan Skripsi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

3.2 Tahap-Tahap Penelitian

3.2.1. Persiapan Penelitian

Page 47: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

47

Tahap ini merupakan langkah awal yang penulis lakukan, dalam tahap ini ada

beberapa langkah yang penulis lakukan, diantaranya:

1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian.

Tahap ini merupakan langkah awal penulis dalam melakukan penelitian. Penulis

dalam tahap ini mengajukan rencana tema penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan

Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hal ini dilakukan karena merupakan prosedur baku

yang harus penulis jalani sebelum melakukan penelitian lebih lanjut lagi. Pengajuan tema

penelitian ini penulis lakukan pada bulan September 2009.

Tema yang penulis angkat adalah perkembangan gerakan jemaat Ahmadiyah Astana

Anyar Kota Bandung yang kemudian penulis tuangkan ke dalam judul “JEMAAT

AHMADIYAH ASTANA ANYAR KOTA BANDUNG 1948-1980: SEJARAH DAN

PERKEMBANGANNYA “. Dalam tahap pengajuan tema ini penulis mengkonsultasikan

terlebih dahulu kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) dalam hal ini penulis

mengajukan rencana tema ini kepada sekretaris TPPS.

2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini berbentuk proposal, berisi tentang kerangka dasar yang

menjadi acuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan melakukan penyusunan

laporan penelitian. Proposal penelitian ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, metode dan teknik penulisan, tinjauan pustaka, sitematika

penulisan dan daftar pustaka.

Proposal ini kemudian diserahkan kepada TPPS pada tanggal 9 September 2009.

Sebelum proposal di seminarkan terlebih dahulu penulis melakukan revisi terhadap proposal

yang penulis ajukan karena dalam latar belakang pengambilan judul kurang adanya

Page 48: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

48

penekanan tentang ketertarikan pengambilan judul. Setelah diadakannya revisi kemudian

proposal diserahkan kembali kepada TPPS dan dijadwalkan untuk di seminarkan. Seminar

dilaksanakan pada tanggal 11 September 2009 dan dihadiri oleh beberapa dosen. Selama

seminar penulis mendapatkan beberapa masukan dari para dosen terutama calon Pembimbing

yang mengharuskan penulis mengubah judul. Setelah dilakukan konsultasi dengan calon

Pembimbing I maka judul yang penulis angkat adalah “JEMAAT AHMADIYAH ASTANA

ANYAR KOTA BANDUNG 1948-1980: SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA “.

3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan tahapan dalam metode yang penulis

gunakan yaitu metode historis. Menurut Ismaun (1992:125) ada empat langkah dalam

tahapan penelitian diantaranya adalah Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Penulisan Sejarah

(Historiografi).

a. Heuristik

Penulis sebelum melakukan pencarian sumber terlebih dahulu menentukan tema

penelitian atau topik penelitian. Topik yang penulis angkat adalah ajaran atau dakwah dari

Jemaat Ahmadiyah yang kemudian penulis lebih menyoroti sejarah dam perkembangan

jemaat ahmadiyah di Kota Bandung. Selanjutnya penulis mencari sumber yang berkaitan

dengan topik di atas. Menurut Sjamsudin (2007:95), sumber sejarah merupakan segala

sesuatu yang langsung maupun tidak langsung menceritakan kepada kita mengenai suatu

kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau (past actually). Sedangkan

Kuntowidjoyo (2005:95) menyatakan bahwa sumber sejarah disebut juga data sejarah.

Sementara Ismaun (1992: 125) menyatakan bahwa heuristik adalah mencari sumber-sumber

sejarah, sumber sejarah bisa berupa peristiwa maupun kisah. Para pakar metodologi

mengklasifikasikan sumber ke dalam tiga bentuk yakni: a) sumber benda, b) sumber tertulis,

c) sumber lisan misalnya wawancara.

Page 49: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

49

Pada tahap ini penulis melakukan pencarian sumber, baik itu dari media buku, artikel,

jurnal maupun sumber online dari internet. Untuk melakukan hal ini penulis mengunjungi

berbagai perpustakaan yang ada diantaranya perpustakaan Jemaat Ahmadiyah di Jalan safari

47, Universitas Pendidikan Indonesia, perpustakaan Daerah Jawa Barat, Perpustakaan

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung, toko buku Gramedia, toko buku

Palasari dan juga penelusuran Internet, serta koleksi pribadi penulis. Tahap pencarian sumber

ini penulis lakukan pada bulan Oktober-November 2008.

Sumber yang penulis dapat dari koleksi pribadi penulis Officiel Verslag Debat antara

Pembela Islam dan ahmadiyah Qadian. Terbitan dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

Mengapa Orang Ahmadi Tidak Boleh Bershalat di Belakang Imam yang Bukan Ahmadi

penerbit Jemaat Ahmadiyah Bandung. (1999). Kemudian buku karya Saiful Abdullah SH.

MH (2009) Hukum Aliran Sesat.

Sumber yang penulis dapatkan dari perpustakaan jemaat Ahmadiyah di Jalan safari 47

berisi beberpa majalah Sinar Islam, Buku fiqih Ahmadiyah, buku karya Muhammad

Zafrullah Khan (1988) Islam and Human Rigths. Yang diterbitkan Islam International

Publications Limited U.K.

Sumber yang penulis dapatkan dari perpustakaan Asia Afika adalah Kami orang Islam

yang diterbitkan oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1990).

b. Kritik

Tahap ini penulis lakukan setelah melakukan pencarian sumber. Kritik sumber

umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber utama, kritik ini menyangkut verifikasi sumber

yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Dalam metode

sejarah dikenal dengan kritik ekstern dan juga kritik intern (Sjamsuddin, 1996: 104). Setiap

sumber pasti memiliki aspek ekstern maupun aspek intern. Aspek ekstern berkaitan dengan

Page 50: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

50

persoalan apakah sumber itu memang merupakan sumber, artinya sumber yang kita

butuhkan. Aspek intern berkaitan dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan

informasi yang kita butuhkan.

Ismaun (1992: 128) menyebutkan bahwa kritik ekstern bertugas menjawab tiga

pertanyaan mengenai sumber yakni:

1) Apakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki ?

2) Apakah sumber itu asli atau turunan ?

3) Apakah sumber itu utuh atau telah di ubah-ubah ?

Sjamsuddin (1996: 104) menyatakan bahwa, “kritik ekstern adalah cara melakukan

verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Kritik ekstern

dimaksudkan untuk meneliti asal usul dari sumber. Pengujian di dasarkan pada otentisitas

sumber sejarah. Pada tahapan kritik ekstern ini sumber sejarah dapat dilihat seberapa besar

keaslian dari sumber yang di dapat, misalkan sumber itu benar-benar berasal dari orang yang

dianggap peneliti sebagai pembuatnya. Sumber asli artinya sumber yang tidak palsu,

sedangkan sumber otentik ialah sumber yang melaporkan dengan benar mengenai suatu

subjek yang tampaknya benar (Barzun dan Graff, 1972: 102; Sjamsuddin, 1996: 105). Dalam

tahapan ini penulis melihat sumber yang didapatkan tentang buku-buku yang berkaitan

dengan fiqih Islam, terutama fiqih Imam Abu Hanifah.

Aspek yang dilihat adalah keaslian dari buku yang dilihat adalah bagian luar buku

yakni judul buku, pengarang serta tahun terbit. Apakah buku ini diterbitkan oleh jemat

Ahmadiyah. Misalkan dalam hal ini penulis melakukan kritik ekstern terhadap sumber-

sumber utama. Sumber yang penulis pakai sebagai rujukan utama ini adalah buku hasil

diskusi antara Pembela Islam dengan Ahmadiyah Qadian. Hasil diskusi tersebut dibukukan

dan disebarkan kepada seluruh cabang di Indonesia. Bahkan ke kalangan non-ahmadi pun

dibagikan sperti pers Sipatahunan, Tempo, Sumangat, Sikap, Adil, Siang Po, Jawa Barat,

Page 51: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

51

Bintang Timur, Pemandangan, serta dibagikan juga ke beberapa ormas Islam lainnya seperti

Pemuda Muslim Indonesia, Persatuan Indonesia, Persatuan Islam Garut, persatuan Islam

Leles, Nahdatul Islam Menes Al-Islamiyah, Persatuan Islam Bandung, Ahmadiyah Cabang

Padang. Dengan kondisi demikian penulis percaya bahwa apa yang tertulis dalam buku

verslag Debat itu merupakan hasil dari diskusi antara Pembela Islam dan Ahmadiyah Qadian

yang dapat dipercaya karena hasil diskusi tersebut dibagikan ke semua peerta yang hadir

dalam diskusi tersebut.

Kritik Intern, mulai bekerja setelah kritik ekstern dilaksanakan yakni dokumen yang

kita hadapi merupakan dokumen yang kita butuhkan. Kritik intern harus membuktikan,

bahwa kesaksian yang diberikan oleh suatu sumber itu memang dapat dipercaya, buktinya

dapat diperoleh dengan cara, a) Penilaian intrinsik terhadap sumber-sumber, b)

Membandingkan kesaksian dari berbagai sumber (Ismaun, 1992: 129). Sedangkan menurut

Sjamsuddin (1996: 111) bahwa, “kritik intern merupakan kebalikan dari kritik ekstern yaitu

menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber.”

Kritik intern penulis lakukan dengan melihat isi dari buku tersebut dengan

membandingkannya dengan buku lain yang memiliki kesamaan. Misalkan yang penulis pakai

dari buku jemaat Ahmadiyah yakni tentang keyakinan bahwa nabi isa telah wafat:

Tuan Voorzitter dan Pembela Islam!

Ini malam karena berdebat tentang hidup atau matinya Nabi Isa a.s maka saya akan kasih keterangan ini perkara, karena banyak sekali orang yang telah berselisih paham dalamnya. Orang Yahudi, mengatakan Nabi Isa itu bukan nabi, hanya seorang pendusta dan anak zina,, sedang orang Kristen berkata bahwa nabi Isa a.s itu anak Allah, ia telah mengambil dosa manusia. Islam berkata bahwa Nabi Isa itu Nabi yang benar, suci dan bersih bukan anak Allah, dan tidak mati diatas kayu salib, dan tidak terbunuh untuk mangambil dosa manusia. Karena partij Ahmadiyah ada satu partij yang memuliakan akan Nabi Muhammad s.a.w dan mau memajukan Islam di atas dunia, supaya orang menjadi tunduk kepada Rasulullah s.a.w. karena Junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. berkata bahwa nabi Isa itu seorang yang bersih dan suci, dan ia telah mati sebagai nabi-nabi yang lain, dan jikalau satu orang sudah mati, tidak akan bisa datang kedua kali ke dunia ini. Ahmadiyah berkata yang Nabi Isa sudah mati dan cukuplah kita menurut nabi Muhammad s.a.w. saja disini saya akan memberi keterangan dari Al-Qur’an dan Hadits bahwa nabi Isa sudah mati. Pertama saya akan memberi keterangan bahwa Nabi Isa sudah mati, karena dia seorang manusia. Allah Ta’la berkata dalam Al-qur’an:

Page 52: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

52

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Al Maidah 117

Disini tersebut undang-undang untuk umum manusia yakni manusia akan hidup dan akan mati, dan dari bumi dia akan keluar;dan ini bumi tempat tetap. Di dalam ayat yang ketiga, ternyata pula Tuhan berkata: “apakah tidak Kami jadikan bumi ini untuk mengumpulkan orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati?” dengan ini juga dapat tahu bahwa bumi itu ada mempunyai sifat menarik (Officieel Verslag Debat, 1986:8)

Tulisan ini diambil dari buku Officieel Verslag Debat, untuk melihat keabsahan

tulisan ini penulis bandingkan langsung dengan tulisan aslinya dari buku Officieel Verslag

Debat yang telah di terbitkan dan dicetak yaitu buku Officieel Verslag Debat. Setelah penulis

lihat bahwa apa yang di tulis di dalam buku tersebut benar adanya dan dapat di jadikan

sumber dalam penulisan ini.

c. Interpretasi dan Historiografi

Ismaun (1992: 130) menyebutkan bahwa, “interpetasi adalah menafsirkan keterangan

sumber-sumber”. Setelah melakukan kritik ekstern dan juga kritik intern tentunya kita telah

banyak menghimpun informasi. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut kita sudah bisa

menghimpun fakta-fakta sejarah yang dapat kita buktikan kebenarannya.

Dalam tahap ini penulis mencoba menafsirkan berbagai informasi yang telah penulis

dapat dari sumber yang penulis peroleh untuk di jadikan fakta sejarah. Dari Informasi yang

penulis dapat dari semua sumber bahwa pergerakan jemaat Ahmadiyah tidak lepas dari

tabligh yang mengatakan bahwa Nabi isa telah wafat, serta Mirza ghulam Ahmada Adalah

sebagai Imam Mahdi.

Page 53: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

53

Awal perkembangan di Kota Bandung dipelopori dengan adanya diskusi dengan

Pembela Islam tahun 1933. Diskusi ini diselenggarakan dua kali dibandung dan di Jakarta.

Dalam perjuangan dakwah jemaat Ahmadiyah mengalami pasang surut hal ini tidak lepas

dari situasi politik dalam negeri yang pada tahun 1948-1980 terdapat beberapa peristiwa yang

besar sperti agree militer Belenda II tahun 1948, peristiwa DI/TII 1962, G30 S dan pergantian

dari ORLA ke ORBA. Situasi ini telah mewarnai pergerakan jemaat yang sangat siginikan di

Kota Bandung.

Tahap interpretasi atau penafsiran sejarah tidak akan terlepas dengan hal penulisan

sejarah atau historiografi, karena tentunya setelah informasi terkumpul dan fakta sejarah

tersusun maka langkah selanjutnya adalah menuliskannya secara sistematis sesuai kaidah

penulisan. Dalam tahap inilah, penulis secara teliti menuliskan segala fakta yang telah penulis

temukan. Seperti kita tahu bahwa, walaupun sumber sejarah telah kita susun dan temukan

namun hal ini akan berkaitan dengan teknik yang kita pakai dan juga keindahan tulisan yang

kita pakai, maka penulis dalam tahap terakhir ini adalah mencoba menyusun tulisan ini

dengan sebaik mungkin.

3.2.2 Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan yakni melakukan

pelaporan terhadap penelitian. Peneliti dalam tahapan ini melakukan berbagai analisis dan

juga sintesis terhadap fakta-fakta yang penulis dapatkan dari berbagai sumber setelah terlebih

dahulu dilakukan kritik, baik itu kritik ekstern dan juga Intern. Tujuan dilakukannya analisis

dan juga sintesis ini adalah untuk memperjelas bahasan yang dikaji, serta terpecahkannya

berbagai rumusan yang diajukan. Analisis ini penulis paparkan dengan mendeskripsikan

semua temuan yang di peroleh dari sumber dan menuliskannya dengan teknik dan metode

yang benar.

Page 54: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

54

Penulis dalam tahap ini menggunakan teknik penulisan berdasarkan sistem Harvard.

Sistem ini sudah sangat lazim digunakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam

menulis sebuah karya ilmiah. Alasan lain, karena sistem Harvard, sangat mudah untuk

diterapkan dalam penulisan karena skemanya yang sederhana dan mudah di mengerti.

Page 55: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

55

Bab IV Pembahasan

4.1 Sekilas Biografi Pendiri Jemaat Ahmadiyah

Pembasahan organisasi Ahmadiyah ini sangat erat hubungannya dengan pendiri dari

organisasi ini, yakni Mirza Ghulam Ahmad. Banyak penulis yang membuat biografi ini baik

dari Negara Barat maupun dari Negara kita, dengan berbagai macam perspektif. Dari

berbagai perspektif yang timbul penulis melihat nampaknya perlu ditampilkan berbagai

perspektif yang positif maupun yang negative, mulai dari leluhurnya dan kondisi kehidupan

beliau. Seorang penulis dari Barat Ian Adamson memberikan gambaran tentang kelahiran

Mirza Ghulam Ahmad sebagai berikut:

Mirza Ghulam Ahmad was born on Februari 13th, 1835, the second son of Mirza

Ghulam Murtaza. He was a twin, but his sister died a few days after deir birth. His

birth was period of rejoicing for the family for at that time financial adversity also

ended for the family. Five villages, part of the family estate confiscated when the Sikhs

took power in the Punjab, were restored to them.

It was also the time forecast by tradition for the coming of the Promsed Mesiah. There

was general agreement among Muslim that The Mahdi, which translates in English as

“The Guide One” , would appear at the beginning of the 14th century of the Hegira,

which corresponds roughly to the last decade of the 19th century of the Christian

calendar. Yesus had also indicated that the time of second coming would be signaled

by wars, epidemics and general tribulation. The Firsr World War, the Spainish flue

epidemic which killed millions fulfilled these conditions. And among many Christian

denominations it was believed that the late 19th or early 20th century was the period

when Jesus would come again to the world.(Iain Adamsom Mirza Ghulam Ahmad Of

Qadian ;7).

Penulis dari Indonesia seperti Alhadar pernah menulis dalam bukunya Ahmadiyah

Telanjang Bulat di Panggung Sejarah. Dalam tulisan Alhadar tersebut berusaha

mengungkapkan fakta-fakta atau kelemahan-kelamahan dari pendiri jemaat Ahmadiyah. Dan

Page 56: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

56

hal ini kemudian meresap dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada umumnya

masyarakat di Indonesia mengetahui isu-isu Ahmadiyah itu sebagai berikut:

1. Orang Ahmadiyah Syahadatnya berbeda

2. Orang Ahmadiyah Qur’annya beda

3. Orang Ahmadiyah mesjidnya tidak menghadap kiblat

4. Orang Ahmadiyah puasanya berbeda

Banyak lagi isu yang masuk ke telinga bangsa Indonesia termasuk penulis sendiri.

Ketika penulis membaca literatur dari Pakistan ternyata isu yang timbul terhadap

Ahmadiyah itu sedikit berbeda. Orang Pakistan tidak menyebutkan Tadzkirah itu sebagai

kitab sucinya jemaat Ahmadiyah. Mereka mengetahui betul sejarah ditulisnya Tadzkirah itu.

Tadzkirah hanyalah sebuah tulisan yang di dalamnya memuat kumpulan catatan rohani

Mirza Ghulam Ahmad dan ditulisnya pun 30 tahun sesudah Mirza Ghulam Ahmad wafat.

Bahkan masyarakat di Negara ini dan di zaman sekarang yang serba modern masih

sangat sedikit kemauan untuk membaca dan menelaah sendiri. Kebanyakan dari kita lebih

suka mendengar dari para ulama. Ulama dijadikan patokan dalam menentukan hukum

sekalipun hukum yang diberikan atau difatwakan bertentangan dengan Al-Qur’an:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku

tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah

Page 57: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

57

kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al

Maidah:8).

Basyirudin (Saif, 1982:48-50) menyatakan bahwa suatu kutipan lain dalam buku

Inilah Qadiani hal 52 “kita bertentangan dengan kaum muslim lain dalam segala hal; tentang

Allah, Rasul, Al-Qur’an, Shalat, haji dan Zakat. Antara kami dan mereka terdapat

pertentangan yang esensial dalam semua itu”. Kutipan itu tidak memuat secara lengkap dan

detail, sebenarnya Hadhrat Basyirudin Mahmud Ahmad r.a. beliau menyatakan bahwa Zat

Allah swt, wujud Rasulullah saw, Al-Qur’an, Shalat, Puasa, Naik Haji dan Zakat. Ringkasnya

tiap-tiap hal terdapat perbedaan. Mengenai hal tersebut dijelaskan secara panjang lebar

tulisan ini ditulis dalan (Al-Fazal 30 Juli 1931).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana kebanyakan dari kalangan umat Islam

baik semasa Mirza Ghulam Ahmad pertentangan kepada beliau sangat banyak. Pendakwaan

Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi yang dijanjikan telah banyak menuai kontroversi

dari umat Islam. Bahkan Mirza Ghulam Ahmad pernah menulis dalam buknya yang berjudul

Perlunya Seorang Imam Zaman semasa beliau masih hidup, sedikitnya seseorang untuk

menjadi seorang Imam Zaman harus memiliki tiga kriteria (Ahmad: 2004:12-14).

Pertama ialah daya akhlak. Sebab Imam harus berhubungan dengan orang-orang

berandalan yang berbudi rendah dan yang bermulut kotor. Oleh Karena itu, di dalam diri

mereka harus bermukim daya akhlak yang tinggi tarafnya supaya di dalam diri mereka jangan

timbul tabiat pemberang dan gelora emosi kegila-gilaan sehingga orang-orang tidak terluput

dari kebajikan-kebajikannya.

Memalukan sekali orang yang disebut sahabat Tuhan tetapi terperangkap dalam

akhlak rendah dan tidak dapat menahan perkataan kasar sedikit pun. Barang siapa yang

disebut Imam Zaman tetapi demikian mentah tabiatnya menyala, ia sekali-kali tidak dapat

disebut Imam Zaman.

Page 58: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

58

kedua adalah daya keimaman (Imamat) yang karenanya ia dijuluki Imam, yakni

kegairahan melangkah maju dalam hal-hal terpuji, amal-amal saleh, segala kearifan Ilahi dan

kecintaan Ilahi: yaitu jiwanya tidak menyukai kerugian suatu apa pun dan tidak menyenangi

suatu keadaan cacat apa pun. Ia merasa prihatin lagi sedih kalau ia terhalang dari kamajuan.

Hal ini merupakan suatu daya fitrat yang bermukim dalam diri sang Imam. Seandainya ia

mengikuti cahayanya, maka dari segi daya fitratnya ia tetap seorang Imam juga adanya.

Walhasil, makrifat halus ini patut dicamkan bahwasanya keimaman merupakan suatu

daya tertanam di dalam wujud fitratnya guna melaksanakan tugasnya itu dan tersirat dalam

kehendak Ilahi. Apabila kata Imamat harus diterjemahakan, maka kata itu dapat dikatakan

kemampuan kepemimpinan (wujud yang harus diikuti).

Tegasnya, fungsi keimaman ini bukan suatu kedudukan yang bersifat sementara dan

datang turun temurun. Melainkan, seperti halnya daya penglihatan, daya simak dan daya

pengertian demikian pula halnya daya ini merupakan daya untuk maju ke depan serta meraih

martabat paling awal dalam urusan-urusan Ketuhanan. Sedangkan kata Imamat itu

mengisyaratkan kepada kandungan makna itu pula.

Ketiga adalah keleluasaan di dalam Ilmu yang penting bagi seorang Imam. Ciri khas

ini penting sekali karena wawasan keimanan menghendaki tindak langkah ke depan dalam

kebenaran, kearifan, kebutuhan cinta kasih, kelurusan dan kesetian. Oleh karena itu, ia

menggunakan seluruh potensi lainnya dalam pengabdian ini serta ia setiap saat sunguh-

sungguh memanjatkan do’a.

Selain itu, kedatangan Imam Zaman tidak akan pernah terputus. (Abu Daud & Misykat hal

36).

“Sesungguhnya Allah swt. Akan mengirimkan untuk umat ini pada permulaan setiap

seratus tahun seorang Mujadid (Pembaharu) yang akan memperbaiki agamanya”.

Page 59: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

59

Sumber lain yang berbicara tentang kedatangan seorang Mujadid di tiap permulaan

seratus tahun itu tertulis dalam kitab (Hijajul Kiramah: 135-139). Dalam kitab tersebut

dijelaskan beberapa Mujadid setelah Khulafaurrasyidin, daftar Mujadid tersebut sebagai

berikut:

1. Umar bin Abdul Aziz

2. Imam Syafi’i

3. Abu Syarah/ Abu Hasan Asysyar

4. Abu Ubaidullah Nisyapuri/ Abu Bakar Baqlani

5. Imam Gazali

6. Sayyid Abdul Qadir Jaelani

7. Imam Ibnu Taimiya/ Khwaja Mu’inuddin Chsiti

8. Hafidz Ibnu Hajar Asqalani/ Saleh bin Umar

9. Imam Suyuti

10. Imam Uhammad Tahir Gujrati

11. Mujadid Alif Tsani Sarhindi

12. Syah Waliullah Muhaddas Dhelwi

13. Syid Ahmad Brelwi

14. Imam Mahdi & Masih Mau’ud

Dari semua Mujadid tersebut dalam catatan sejarah semasa hidup Mujadid tersebut

mendapatkan cercaan dan makian yang tidak sedikit. Mereka dituduh banyak hal mulai dari

mereka dituduh makar kepada pemerintah dan dituduh membuat ajaran yang sudah

menyimpang dengan keyakinan kebanyakan para ulama setempat. Namun, setelah ratusan

tahun baru mereka mengenang jasa dari para Mujadid tersebut. Tetapi, di awal kehidupannya

kalangan masyarakat banyak menentang dan mencaci.

Penulis melihat seperti doktrin yang diterapkan dan diajarkan oleh Mirza Ghulam

Ahmad seperti masalah Al Mahdi dan Al Masih, Mujadid, Kenabian, Wahyu, Khalifah Jihad.

Ajaran tersebut kemudian menjadi sesuatu yang khas dalam jemaat Ahmadiyah dimanapun

mereka berada. Mereka meyakini apa yang diajarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad itu

Page 60: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

60

merupakan suatu ajaran kebenaran dan tanpa paksaan mereka meyakini dan mengimani

ajaran tersebut walau harus dibayar dengan nyawa sekalipun untuk lebih melihat lebih jauh

arah ajaran yang diajarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad perlu diuraikan secara rinci dalam

(Zulkarnain: 112)

a. Masalah al-Mahdi dan al-Masih

Masalah al-Mahdi dan al-Masih adalah merupakan ajaran pokok dalam Ahmadiyah.

Menurut Ahmadiyah paham tentang al-Mahdi tidak dapat dipisahkan dengan masalah

kedatangan kembali Isa al-Masih di akhir zaman, karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu

tokoh, satu pribadi, yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Tuhan. Ia ditugaskan oleh

Tuhan untuk membunuh Dajjal, mematahkan tiang salib, yaitu mematahkan argumen-

argumen agama Nasrani dengan dalil-dalil atau bukti-bukti yang meyakinkan serta

menunjukkan kepada para pemeluknya tentang kebenaran Islam. Disamping itu, ia pun

ditugaskan untuk menegakkan kembali syari’at Nabi Muhammad, sesudah umatnya

mengalami kemerosotan dalam kehidupan beragama.

Dasar yang mereka gunakan mengenai kedatangan al-Mahdi dan al-Masih yang

dijanjikan, adalah sabda Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Bukair, dari al-

Laits dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dari nafi’ Maulana Abi Qatadah al-Anshari, dari Abu

Hurairah:

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: “Bagaimanakah (Sikap)

kamu sekalian apabila Ibnu Maryam datang (bersamamu), sedangkan imamu berasal dari

kalanganmu”.

Page 61: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

61

Dalam hadits tersebut, Ahmadiyah memahami bahwa kata-kata Imamukum minkum

( ) menunjukan bahwa yang dimaksud ialah seorang diantara umat Islam

sendiri. Artinya, bukan imam yang datang diluar umat Islam, misalnya dari Bani Israil.

Dengan demikian al-Masih yang datang di akhir zaman itu bukanlah Nabi Isa a.s yang telah

wafat, melainkan seorang Islam yang mempunyai perangai atau sifat-sifat seperti nabi Isa as,

al-Masih yang dijanjikan, yaitu Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian dan pengakuan sebagai

al-Masih itu ia umumkan pada tahun 1891

Mengenai nuzul al-Masih, kaum Muslimin pada umumnya berpendapat bahwa al-

Masih yang akan datang pada akhir zaman itu adalah Ibnu Maryam as, yang diutus kepada

Bani Israil. Beliau sekarang masih hidup di langit. Nanti pada hari akhir akan turun dari

langit ke dunia dengan dibantu Imam Mahdi. Beliau akan berperang melawan orang-orang

non Muslim dan tidak akan berhenti berperang selama musuh-musuh Islam belum mati atau

memeluk Islam. Sesudah itu akan didirikan kerajaan Islam di dunia ini.

Sejalan dengan ini ibu Khaldun Sosiolog Muslim mengemukakan sebagai berikut

(Zulkarnain, 2000: 115) telah dikenal di kalangan umat Islam sepanjang masa bahwa pada

akhir zaman pasti akan lahir seorang laki-laki dari ahli bait yang akan menguatkan agama,

melahirkan keadilan dan menjadi ikutan kaum Muslimin. Ia akan mengusai kerajaan-

kerajaan Islam dan ia dinamai Mahdi. Keluarnya Dajjal dan tanda-tanda hari Qiamat yang

tersebut dalam hadits-hadits shahih sesudah datang Dajjal, adalah terjadinya mengikuti

Mahdi. Dan Nabi Isa akan turun kemudian ia membunuh Dajjal dan ia shalat beriman

kepada Mahdi.

Sedang golongan lain, yakni Ahmadiyah memahami hadits-hadits tentang nuzul al-

Masih secara kiasan. Mereka berpendapat bahwa al-Masih (Nabi Isa) ibnu Maryam yang

diutus kepada Bani Israil telah wafat secara wajar dalam usia lanjut. Orang yang sudah wafat

Page 62: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

62

tidak akan dibangkitkan lagi sebelum hari Qiamat datang. Dasar yang dipakai adalah surat

al-Mukmin (23): 16 dan 100

Artinya:

Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari

kiamat. (al-Mukmin: 16)

Artinya:

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.

Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada

dinding sampai hari mereka dibangkitkan . (al-Mukmin: 100)

Sehingga menurut Ahmadiyah, Isa dan al-Mahdi adalah satu pribadi, bukan

sebagaimana yang dipahami orang pada umumnya. Selain ayat tersebut diatas.

Terdapat juga hadits yang menjadi dasar kayakinan Ahmadiyah yang diriwayatkan

oleh Ibnu Majah dari Yunus ibn Abdul A’la, dari Muhammad Idris al-Syafi’i, dari

Muhammad ibn Khalid al-Janadi, dari Abban ibn Shaleh, dari al-Hasan, dari anas ibn Malik:

Artinya: dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah saw, bersabda, tidaklah urusan

bertambah kecuali kesulitan; dunia dunia tidak bertambah kecuali kemunduran; tidaklah

Page 63: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

63

bertambah manusia keculi cucuran air mata; tidaklah tiba hari Qiamat kecuali atas orang-

orang yang jahat; dan tiada seorangpun (sebagai) al-Masih selain Isa ibn Maryam.

Dengan demikian hadits tentang nuzulul Masih menurut Ahmadiyah tidak dapat

dipahami secara harfiah, melainkan harus dipahami secara kiasan alasan yang digunakan

adalah:

1. Sabda nabi itu secara lahiriah ditujukan kepada sahabat beliau, akan tetapi pada

hakekatnya yang dimaksud adalah umat Islam pada akhir zaman.

2. Nabi Isa tidak dapat digolongkan ke dalam kata “antun” (kamu umat Muhammad),

karena:

a. Nabi Isa memang bukan umat Muhammad

b. Nabi Isa adalah Imam bani Israil

c. Nabi Isa sudah wafat

d. Orang yang sudah wafat sebelum hari Qiamat tidak akan dibangkitkan lagi

kedunia.

Selain hadits yang digunakan beberapa ayat al-Qur’an dijadikan pijakan dalam

memberikan penafsiran bahwa yang didakwakan oleh Mirza Ghulam Ahmad itu semasa

hidupnya adalah suatu kebenaran ayat al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:

Artinya:

Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra

Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)

menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi

mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,

Page 64: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

64

benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai

keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka

tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (Annisa: 157)

Artinya:

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Annisa: 158)

Dalam ayat tersebut jemaat Ahmadiyah memahami ma shalabuhu ( ) itu

sama sekali tidak menyangkal Nabi Isa dinaikkan ke atas tiang salib tetapi menyangkal

kematian Nabi Isa di tiang salib.. jadi arti kata ma shalabuhu ( ) artinya mereka

tidak menyebabkan dia mati pada kayu palang atau mereka tak menyalibkan dia (Isa). Disalib

artinya dihukum mati dengan jalan memakukan atau mengikatkan pada kayu salib dan

dibiarkannya sampai mati, yang biasanya memakan waktu lama sekali. Nabi Isa dinaikkan ke

atas tiang salib hanya kira-kira tiga jam saja. Bukti lain bahwa nabi Isa tidak mati di tiang

salib adalah dalam kitab Injil bahwa nabi Isa disalib hanya beberapa jam saja. (Markus, 15:12

dan Yahya 19:14). Dan kematian karena di salib memakan waktu agak lama (Yahya, 19:32-

33). Nabi Isa pidah ke Kashmir (India) dan meninggal secara wajar dalam usia 120 tahun

Demikianlah Nabi Isa telah menyempurnakan tugasnya, ia meninggal dunia,

sebagaimana biasanya manusia dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir. Atas penyelidikan

Mirza Ghulam Ahmad, pendiri jemaat Ahmadiyah, telah menunjukan kuburan Nabi Isa yaitu

di Mohala Khan Yar di kota Srinagar, dan kuburan itu masih dapat dikunjungi di sana

(Batuah, 2007: 30-31).

Mengenai kata syubbiha lahum ( ) menurut Ahmadiyah dapat

ditafsirkan ditampakkan bagi mereka demikian, yakni seperti nabi Isa itu telah Mati di tiang

salib. Jadi Nabi Isa di atas tiang salib belum meninggal. Dengan demikian kata tersebut

Page 65: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

65

menurut Ahmadiyah tidak dapat diterjemahkan “orang yang diserupakan dengan Isa Bagi

mereka”. Kata syubbiha ( ) dalam pandangan jemaat Ahmadiyah kata tersebut

dapat ditafsikran dua macam, pertama, ia dibuat seperti itu atau dibuat menyerupai itu, dan

kedua, perkara itu dibuat samar-samar atau kabur. Jadi nabi Isa diserupakan itu.

Sedang kata rafa’a ( ) mempunyai dua arti, yakni mengangkat atau menaikkan

dan meninggikan atau memuliakan. Tetapi kata rafa’ailallah dalam al-Qur’an selalu

mengandung arti meninggikan atau memuliakan. Jadi rafa’ahullahu ilaihi artinya “Allah

mengangkat dia ke hadapan-Nya”. Mengangkat artinya memuliakan, dalam hal ini derajat

atau pujian bukan tempat dan arah adapun uraian mengakat dan meninggikan Nabi Isa itu

merupakan jawaban dari usaha yang dilakukan oleh kaum Yahudi untuk membunuh Nabi Isa

di tiang salib. Hal serupa juga diungkapkan oleh mubaligh Ahmadiyah yang di Inggeris

tentang Nabi Isa tidak mati di tiang salib dan nabi Isa tidak naik ke langit. Keyakinan tersebut

tidak pernah ada pada masa Kristen awal. Sham menjelaskan dalam buknya Where Did Jesus

Die.

“ascention is not mentioned in the earliest Christian writings, namely, the Epistles,

nor apparently, was it referred to in the earliest Gospel, that of St. mark, for the

words, “He was received up into heaven”, are quite vague and are included in those

last twelve verses of the book which are now recognized by practically all Biblical

scholars as a much later addition’. Further, he say:-

“such an ascension into the sky was the usual end to the mythical legends of the

live of the pagan gods, just as it was to the very legendary life of Elijah. The god

Adonis, whose worship flourished in the lands in wich Christinity grew up, was

thought to have ascended into the sky the presence of his followers after his

resurrection, and similarly Dionysos, Herakles, Hyacinth, Krisna, Mitra and other

deities went un into heaven”.

The conclusion at wich we arrive is that it is wrong to base the theory of the

Ascention on cuch insecure grounds. (Sham, 1978: 61-62).

Page 66: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

66

Jelas sekali apa yang disebutkan oleh Sham tadi yang juga ia menjabat sebagai

mubaligh untuk Inggeris mengatakan bahwa Nabi Isa naik ke langit itu tidak ada dasarnya

sama sekali bahkan pada masa Kristen awal hal itu tidak diketahui. Keyakinan tentang Nabi

Isa naik ke langit itu merupakan adopsi dari keyakinan Paganisme legenda mitologi saja.

Dalam hal ini Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai al-Masih (Isa Muhammad),

selain wahyu yang ia terima dan bukti-bukti dalam al-Qur’an dan hadits karena ia

mempunyai kesamaan dengan Nabi Isa as. (Isa Israili). Adapun kesamaan Isa Israili dengan

Isa Muhammadi antara lain dalam (Zulkarnain, 2000: 122-123).

1. Keduanya terjadi setelah memasuki abad ke-14. Isa Israili yang dijanjikan muncul

pada abad ke-14 sesudah Nabi Musa. Dan Isa Muhammadi muncul pada abad ke-14

sesudah Nabi Muhammad saw.

2. Keduanya menegakkan syari’at Nabi yang diikutinya. Isa Israili mengikuti syari’at

Musa, sedang Isa Muhammadi (al-Masih) mengikuti syari’at Muhammad saw.

3. Isa al-Masih adalah Masih Mau’ud dalam syari’at Musa Israili. Sedang Mirza Ghulam

Ahmad adalah Masih Mau’ud dalam syari’at Muhammad saw. Sedang tugas al-Masih

dan al-Mahdi yang dijanjikan antara lain:

1. Memperbaharui agama

2. Memecahkan salib

3. Membunuh babi

Mengenai tanda-tanda kedatangan al-Masih al-Mahdi yang dijanjikan, jemaat

Ahmadiyah mendasarkan ayat al-Qur’an antara lain al-Qur’an sendiri banyak memberikan

nubuwwatan tentang hal tersebut, sebagai berikut:

Page 67: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

67

Artinya:

Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat

dari seluruh tempat yang tinggi.(Al-Anbiya: 96).

Ayat ini menerangkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj pun walau mereka menguasai

seluruh dunia, mereka tunduk pada undang-undang itu. Dan yang dimaksud mereka mengalir

dari tiap-tiap tempat yang tinggi ialah bahwa mereka akan merampas tiap-tiap tempat yang

nyaman dan menguntungkan hingga dikuasailah seluruh dunia.

Ayat tersebut mengambarkan merajalelanya Ya’juj dan Ma’juj di dunia

mengisyaratkan penjajahan Eropa di seluruh dunia. Dengan demikian ramalan dalan al-

Qur’an mengenai merajalelenya Ya’juj dan Ma’juj pada Zaman akhir, telah muncul pada

zaman sekarang ini.

Pandangan pendiri Ahmadiyah mengenai masalah tersebut sangat aneh bagi kalangan

masyarakat. Kendati di Negara Indonesia sudah mengenal dengan akan datangnya “ratu adil”

telah banyak menuai pro-kontra apakah memang ada wujudnya atau pandangan yang

lainnya. Penulis tidak dapat akan memperpanjang siapa al-Mahdi dan al-Masih itu, karena

masalah tersebut adalah masalah soal keyakinan dari setiap individu yang kemudian

teraktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pada masa penjajahan Belanda penduduk

pribumi termasuk di dalamnya masyarakat Sunda sangat mendambakan datangnya ”Ratu

Adil” itu.

Dalam “Uga” cerita leluhur orang sunda datangnya “Ratu Adil “ itu adalah di alun-alun

kota Bandung. Bila kita lihat atau cermati alun-alun kota Bandung itu dahulu adalah Tegal-

lega. Dan pertama kalinya datang penyebar Ahmadiyah itu ke Kota Bandung, tempat yang

pertama disinggahi adalah Tegal-Lega itu. Dikalangan jemaat Ahmadiyah kota Bandung

dengan adanya “Uga” tersebut dijadikan dalil dalam rangka penyebaran Ahmadiyah di Kota

Page 68: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

68

Bandung, dengan memanfaatkan situasi kultur masyarakat Bandung yang pada waktu itu

masih sangat kuat dengan keyakinan terhadap’’Uga”. Hal seperti ini tidak hanya berlaku

untuk Bandung saja bahkan daerah lain di Nusantara ini jemaat Ahmadiyah dalam rangka

menyebarkan ajarannya lebih dulu mengenal situasi kondisi masyarakat untuk lebih

memudahkan dalam kegiatan penyiaran ajarannya.

b. Kenabian

masalah kenabian ini sangatlah penting sekali untuk dibahas karena terdapat

perbedaan yang menarik atara pengertian kenabian. Golongan Sunni mengangggap antara

nabi dan Rasul itu berbeda. Nabi adalah orang yang menerima wahyu dan tidak diwajibkan

menyampakan kepada umatnya. Sedangkan Rasul adalah orang yang menerima wahyu dan

juga punya kewajiban meyampaikan kepada umatnya.

Sedangkan dalam pandangan jemaat Ahmadiyah nabi berasal dari kata naba yang

berarti membawa kabar ghaib, juga berarti ramalan tentang peristiwa yang akan terjadi.

Menurut jemaat Ahmadiyah, istilah nabi secara syar’i hanya diterapkan kepada orang yang

dipilih Allah, diutus unutk menyampaikan perintah Allah kepada manusia. Ia juga disebut

rasul (utusan Allah). Dengan demikian semua nabi adalah rasul. Dengan kata lain nabi dan

rasul adalah satu mafhum, tidak berbeda. Jemaat Ahmadiyah menggunakan dasar dari surat

Yunus:47

Artinya:

47. Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah

keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.

Dalam pandangan jemaat Ahmadiyah ada tiga klasifikasi dalam masalah kenabian

Page 69: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

69

1. Nabi Syahibu al-syari’ah dan Musytaqil. Artinya nabi yang membawa syari’at

(hukum-hukum) untuk manusia. Mustaqillah, artinya menjadi nabi dengan tidak

karena hasil itha’at, mengikuti kepada nabi sebelumnya. Seperti nabi Musa a.s. ;

beliau menjadi nabi bukanlah hasil dari mengikuti nabi atau syari’at sebelumnya.

Langsung menjadi nabi dan membawa Taurat, begitu pula nabi Muhammad saw. Nabi

semacam ini dapat juga disebut Nabi tasyri’i dan Mustaqil (langsung).

2. Nabi musytaqil ghiar al-Tasyri’I,artinya ia, menjadi nabi dengan langsung bukan hasil

mengikuti kepada nabi sebelumnya. Artinya ia ditugaskan Tuhan menjalankan

syari’at yang dibawa nabi sebelumnya. Seperti nabi Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria,

Yahya dan nabi Isa a.s. kesemuanya itu menjadi nabi secara langsung (mustaqil),

tidak karena hasil mengikuti nabi Musaa.s atau nabi lain sebelumnya. Mereka dengan

langsung diangkat Tuhan menjadi nabi dan ditugaskan menjalankan syariat Taurat.

3. Nabi zhilli ghair al-Tasyri’i, artinya ia mendapat anugrah Allah menjadi nabi semata-

mat karena hasil kepatuhan kepada nabi sebelumnya dan juga mengikuti syari’atnya.

Jadi kenabian itu di bawah kenabian sebelumnya dan tidak ada syari’at baru. Seperti

kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Yang mengikuti syari’at nabi Muhammad saw.

Menurut paham Ahmadiyah, hanya nabi-nabi yang membawa syari’at saja yang sudah

berakhir. Karena lembaga kenabian sudah tertutup. Sedangkan, nabi-nabi yang tidak

membawa syari’at akan tetap berlangsung.

c. Wahyu

Sebagaimana pembahasan tentang kenabian, pembahasan masalah wahyu di kalangan

jemaat Ahmadiyah juga merupakan pembahasan penting.

Wahyu Allah tidak hanya di turunkan kepada para nabi Allah saja. Melainkan,

dikaruniakan pula kepada semua umat manusia. Bahkan dikaruniakan kepada semua

Page 70: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

70

ciptaannya seperti hewan dan tumbuhan. Ringkasnya dalam al-Qur’an dikemukakan macam–

macam wahyu

1. Wayu Allah kepada makhluk yang tak bernyawa seperti bumi dan langit (41:11-12).

2. Wahyu kepada binatang seperti Lebah (16:68-69).

3. Wahyu kepada Malaikat (8:12).

4. Wahyu kepada manusia biasa baik laki-laki maupun perempuan yang bukan nabi

seperti para sahabat Nabi Isa (5:11) dan ibu Nabi Musa (28:7).

5. Wahyu kepada nabi dan rasul (21:7 dan 4:164).

d. Khalifah

Menurut Mirza Basyirruddin Mahmud Ahmad dalam al-Qur’an perkataan khalifah

dalam tiga pengertian:

1. Khalifah dipergunakan untuk nabi-nabi yang seakan-akan menjadi pengganti Allah di

dunia. Umpamanya Nabi Adam disebut khalifah (2:31-32) dan Nabi Daud

disebutkan sebagai khalifah (38:27).

2. Khalifah diartikan sebagai kaum yang datang kemudian dalam surat al-A’raf (70 dan

75) khalifah pengganti nabi juga di tunjuk oleh kaum seperti khalifah Abu Bakar

yang menggantikan Mabi Muhammad

3. Khalifah dipergunakan untuk pengganti nabi karena mereka mengikuti jejak nabi

sebelum mereka. khalifah semacam ini diangkat oleh Tuhan.

e. Jihad

Hakikat Jihad Islami dipaparkan oleh pendiri jema’at Ahmadiyah.

“Sekarang saya ingin menuliskan jawaban pertanyaan, mengapa Islam memerlukan

Jihad dan apa yang dimaksud dengan Jihad? Hendaknya jelas ketika Islam lahir, sejak saat

itu juga Islam terpaksa menghadapi kesulitan-kesulitan besar dan segenap kaum telah

Page 71: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

71

menjadi musuhnya. Ini memang merupakan suatu hal yang wajar, ketika seorang nabi atau

rasul diutus dari Allah dan orang-orang di dalam golongannya tampak merupakan suatu

kelompok yang memiliki kemampuan tinggi, muttaqi, tangguh dan penuh kemajuan, maka

mengenai nabi/rasul tersebut tentu timbul semacam kedengkian di dalam kalbu kaum-kaum

dan golongan-golongan yang ada saat itu. Khususnya para ulama dan tokoh di setiap agama,

menampakan banyak sekali kedengkian. Dan semata-mata dengan mengikuti nafsu, mereka

merancang rencana-rencana untuk menimbulkan kemudharatan. Bahkan kadang-kadang

mereka juga merasakan di dalam kalbu-kalbu mereka bahwa mereka secara aniaya

menimbulkan penderitaan terhadap seorang hamba Allah yang berhati suci sehingga mereka

menjadi sasaran kemurkaan Allah. Dan perbuatan-perbuatan mereka juga, yang setiap saat

tampil pada diri mereka untuk menimbulkan kelicikan dan pergolakan yang menentang,

senantiasa memperlihatkan kondisi kalbu mereka yang bersalah. namun, tetap saja lokomotif

api kedengkian yang laju itu terus membawa mereka ke jurang permusuhan. itulah faktor-

faktor yang membuat para ulama dari kalangan musyrik, Yahudi dan Kristen di masa

Rosullullah saw. Tidak hanya luput dari menerima kebenaran, melainkan juga telah

menggerakan mereka untuk melakukan permusuhan yang sengit. Untuk itu mereka telah

berpikir keras, yakni bagaimana menghapuskan Islam dari muka bumi ini. Dan dikarenakan

orang-orang Islam pada masa permulaan Islam itu berjumlah sedikit, oleh sebab itu para

penentang mereka melakukan sikap permusuhan keras terhadap orang-orang Islam. Pada

waktu itu, yakni para sahabat, para penentang itu melakukan permusuhan karena rasa

takabur yang secara fitrat yang tertanam di dalam kalbu dan pikiran golongan-golongan

demikian yang menganggap diri mereka lebih unggul di bandingkan golongan lain dalam hal

harta, kekayaan, jumlah pengikut, kehormatan dan martabat. Dan mereka sangat memusuhi

orang-orang Islam saat itu, yakni para sahabah. Dan mereka tidak menghendaki tumbuhan

Page 72: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

72

samawi ini tegak di bumi.bahkan mereka berusaha keras untuk membunuh orang-orang saleh

tersebut.

Banyak tanggapan yang beragam terhadap jihad yang dikemukakan oleh pendiri

jemaat Ahmadiyah. Kalangan yang tidak setuju mengatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad

tidak percaya dengan Jihad. Jauh sebelum itu Mirza Ghulam Ahmad menerangkan semasa

hidup beliau bahwa Jihad pada zaman sekarang di abad ke XX ini hendaknya Jihad dengan

pena. Sebab musuh Islam dalam melawan Islam tidak menggunakan fisik melainkan

menggunakan teknologi informasi. Hal tersebut disebut oleh Mirza Ghulam Ahmad sebagai

jihad kabir yakni jihad dalam rangka menerangkan isi dan misi Islam kepada kaum yang

membenci Islam dengan jalam damai. Islam terlahir sebagai rahmatan lil’alamin, berarti

setiap tindakan warga muslim dimanapun harus mencerminkan kehidupan yang

menyejukkan, bersahaja santun, ramah dan sifat terpuji lainnya. Islam tidak pernah

mengajarkan hidup dengki, karena kedengkian menganiaya diri sendiri dan memepersempit

tali persaudaraan dalam kehidupan.

Dalam hal ini penulis dalam mengemukakan kehidupan Mirza Ghulam Ahmad adalah

dilihat dari sudut konsep yang beliau kemukakan, Mirza Ghulam Ahmad menilai bahwa

kalangan ulama saat ini telah menyimpang dalam beberapa konsep Islam sehingga beliau

merasa terpanggil unutk memberikan penjelasan bagaiaman Islam menurut Rasulullah itu.

Dasar yang dikemukakan oleh Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.

Mirza Ghulam Ahmad ingin memberikan cermin bahwa Islam itu adalah agama yang penuh

dengan perdamaian penuh dengan kasih sayang seperti yang diajarkan oleh Rasulullah.

Begitulah kiranya sejak beliau menerima wahyu tahun 1889, beliau banyak dihujat oleh

berbagai pihak terutama kalangan umat Islam, sampai akhir hayat beliau tidak hentinya

mengatakan dan menyebarkan Islam sebagai agama yang penuh dengan perdamaian. Mirza

ghulam Ahmad meninggal tahun 1908. Sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad tampuk

Page 73: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

73

kepemimpinan dipegang oleh hakim Nuruddin. Beliau sebagai khalifah pertama dalam

jemaat Ahmadiyah.

4.2 Sekilas Awal Masuk Ahmadiyah Ke Indonesia

Maulana Rahmat Ali (1893-1958), adalah seorang Muballigh Ahmadiyah pertama yang diutus ke

Indonesia oleh Khalifatul Ahmadiyah dari Qadian, Khalifatul Masih II Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din

Mahmood Ahmad.[1] Maulana Rahmat Ali dikenal sebagai Sang Penabur Benih Jemaat Ahmadiyah di Indonesia.

Ia juga dikalangan Ahmadiyah memiliki kedudukan istimewa sebagai tabiin dari Imam Mahdi Masih Mau'ud as.

Hz.Mirza Ghulam Ahmad as..

Dilahirkan pada tahun 1893. Setelah lulus sebagai pelajar generasi pertama dari Madrasah Ahmadiyah

di Qadian pada tahun 1917 menjadi guru Bahasa Arab dan Agama pada Ta'limul Islam High School di Qadian.

Tahun 1924 dipindahkan ke Departemen Tabligh (Nizarat Da'wat Tabligh). Dari bulan Juli 1925 sampai Mei 1950

bertugas sebagai mubaligh di Indonesia. Beberapa tahun ditugaskan sebagai mubaligh di pakistan Timur.

Tanggal 31 Agustus 1958 wafat di Rabwah. (Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000),

h.19)

Atas undangan pelajar-pelajar indonesia yang sedang belajar di Qadian, tepatnya pada tanggal 2

Oktober 1925, ia tiba pertama kali di Tapaktuan, Aceh. Di latar belakangi kepercayaan akan datangnya Imam

Mahdi, dan surat yang sering dikirimkan para pelajar Indonesia di Qadian agar apabila utusan pertama dari Imam

Mahdi datang supaya diterima baik-baik, tibanya Maulana Rahmat Ali rahmatullah. di pantai Tapaktuan disambut

oleh ratusan penduduk yang menunggu kedatangan utusan Imam Mahdi. Diantara mereka ada yang menerima

dan masuk menjadi pengikut Ahmadiyah. Selaku juru bahasa dalam bahasa Arab pada waktu itu adalah seorang

pemuda bernama Abdul Wahid, yang kemudian hari pemuda tersebut belajar ke Qadian dan mewakafkan

hidupnya menjadi Muballigh Ahmadiyah. ( Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000),

h.21)

Pada tahun 1931 Maulana Rahmat Ali berangkat menuju Jakarta atau Batavia waktu itu. Melalui

diskusi-diskusi perorangan yang ingin mengetahui tentang Ahmadiyah maupun diskusi secara terbuka, dakwah

Ahmadiyah di tanah jawa mendapat perhatian yg luar biasa. Perdebatan-perdebatan resmi terjadi antara

Ahmadiyah, Ulama Islam, Pendeta di Jakarta, Bogor, Bandung, sampai Garut..

Dalam tahun 1933 telah terjadi tiga kali perdebatan pihak Ahmadiyah Muballigh Maulana Rahmat Ali,

Maulana Abu Bakar Ayyub HA, Maulana Moh. Sadiq HA dengan Pembela Islam yang diwakili dari organisasi

Persis (Persatuan Islam) yang dipimpin oleh A. Hassan yang lebih dikenal dengan "Hassan Bandung" guru dari

Page 74: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

74 Almarhum Mohammad Natsir mantan Ketua Rabithah Alam Islami dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

(DDII) yang terkenal. Diawali surat menyurat diskusi Ahmadiyah lewat majalah bulanan Ahmadiyah "Sinar Islam"

dan majalah "Pembela Islam" yang merupakan media Persis waktu itu, yang selanjutnya menimbulkan

kesepakatan diantara kedua belah pihak untuk mengadakan suatu pertemuan yang ketika itu disebut "Openbare

Debatvergadering (Pertemuan Debat Terbuka) yang pertama kalinya diadakan pada tanggal 14, 15, dan 16 April,

3 hari berturut-turut, bertempat di gedung Sociteit "Ons Genoegen" Naripanweg, Bandung, dengan pengunjung

lebih kurang 1000 orang. Perdebatan kedua adalah lanjutan dari perdebatan pertama, dan menarik perhatian

masyarakat kurang lebih 2000 orang, terjadi di Batavia pada bulan September, 3 hari berturut-turut dari tanggal

28, 29, 30, tepatnya di Gedung Permufakatan Nasional di Gang Kenari Salemba, Batavia Centrum. Ahmadiyah ,

(Sebuah Titik Yang Dilupa" Majalah Tempo nomor 29, 21 September 1974)

Ketika Maulana Rahmat Ali tinggal di Batavia, tepatnya di masa perjuangan kemerdekaan RI beberapa

tokoh perjuangan seperti Ir. Sukarno, Sutan Syahrir, dan Tan Malaka pernah mendatanginya (Maulana Rahmat

Ali) untuk mendiskusikan berbagai hal di antaranya mengenai Islam, Nasionalisme dan Tatanan Dunia Baru.

Juga di masa lalu Haji Agus Salim sering merekomendasikan orang-orang yang ingin mendalami Islam agar

datang ke mesjid Gang Gerobak. Disebut mesjid Gang Gerobak, karena di masa itu gang di mana mesjid ini

berada selalu penuh dengan berbagai macam gerobak. tempat itu sekarang dikenal dengan alamat Jalan

Balikpapan I/10.

4.3 Peranan Ahmadiyah di Bandung

Perkembangan Ahmadiyah di Kota Bandung tidak lepas dari peranan mubaligh asal

Sumatera Barat, Abdul Wahid. Secara kebetulan pada tahun 1933 sudah berdiam keluarga

Padang yang beriat berdagang di Bandung. Abdul Wahid yang semula berdiam di Garut,

pada tahun itu juga ia berpindah ke Bandung, bersama dengan keluarga Ahmadi asal padang

tersebut, abdul Wahid mengembangkan Ahmadiyah di Bandung.

Tempat kegiatan pertama kali di daerah Nyengseret, selama lebih kurang empat puluh

hari mereka berdiam di rumah sederhana di tempat itu, sebelum selanjutnya mereka

berpindah ke jalan Pejagalan No 35 C.

Setelah pendudukan Jepang yang sama sekali tidak memberikan ruang kebebasan

beragama, yang disusul dengan kemerdekaan dan kedatangan kembali Belanda, para

mubaligh di kalangan jemaat Ahmadiyah tidak tinggal diam. Mubaligh Abdul Wahid dan

Page 75: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

75

mubaligh asal Pakistan, Aziz Ahmad Khan tidak tinggal diam, membantu mempertahankan

kemerdekaan dengan bekerja sebagai penyiar bahasa Urdu di RRI Bandung. Mereka bekerja

di RRI Bandung hingga meletusnya Bandung Lautan Api. Pada peristiwa tersebut banyak

penduduk yang mengungsi tidak terkecuali Abdul Wahid sekeluarga, mereka mengungsi ke

Garut.

Abdul Wahid kembali lagi ke Bandung tahun 1948. Pada tahun itu pula atas keinginan

dan instruksi dari Khalifah ke-2 maka Abdul Wahid berinisiatif membuat Mesjid di daerah

Pejagalan. Namun karena harga tanah di daerah tersebut mahal maka pembelian tanah pun

kemudian dialihkan di daerah Astana Anyar yang pada waktu itu masih berupa hamparan

sawah dan tanah kosong untuk pekuburan. Kendati demikian semuanya masih terasa sangat

berat karena warga Ahmadiyah masih sangat sedikit dan masih pada kurang mampu sehingga

istri Abdul Wahid sendiri sampai menjual perhiasan paling berharga yakni emas 3 gram,

untuk membeli sebidang tanah di daerah Astana Anyar. Selain dari Bandung banyak juga

yang menyumbang dari daerah Garut, Tasik. Banyak sekali yang membantu dalam

pembuatan mesjid tersebut. Abdul Wahid sebagai perintis memiliki segudang pengalaman

dan segudang makna kehidupan yang patut diteladanai oleh generasi muda saat itu.

Perjuangan Abdul Wahid dalam pandangan penulis memiliki arti yang sangat penting sama

halnya seperti Ahmdiyah Indonesia dengan Rahmat Ali dan Ahmadiyah Bandung identik

dengan Abdul Wahid begitulah kiranya sejarah kehidupan beliau sangat penting untuk

dikemukakan dalam pembahasan ini.

Waktu itu 21 Februari 1982 usianya sudah 80 tahun, nampak segar berjemur

dihalaman rumah jalan cikutra no 159 Bandung. Itulah mubaligh pertama Markazi Abdul

Wahid. Wafat tanggal 22 feb 1982. di RSHS. Beliau dimakamkan tidak jauh dari rumahnya

di pemakaman umum Cikutra. Abdul Wahid berkiprah di Jemaat dari tahun 1936 – 1972. 36

tahun sudah kiprah beliau dan dinyatakan pensiun olleh Hadzat Khalifatul Masih ke-2 Miza

Page 76: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

76

Bashirudin Mahmud Ahmad. Awal kiprahnya dimulai dari Sumatera kala itu siswa Tawalib

sedang merindukan pendidikan ke Hindustan karena terpengaruh oleh pidatonya Khawaja

Kamaludin, yang datang ke Yogyakarta, berita itu sangat menggema Karena diberitakan

dalam surat kabar Tjahaya Sumatera, pengaruhnya sangat besar kala itu termasuk pemuda

Abdul Wahid..

Karena kecintaannya kepada agama Islam setamatnya dari sekolah Tawalib beliau

pergi ke Tapak Tuan (Aceh) dan mendirikan sekolah setingkat SMA. Beliau merupakan anak

ke delapan dari dari 13 bersaudara kelahiran april 1904 dari bapak H Idris dari Ngarai Sianok

Bukit Tinggi dan ibunya Hj Jawiah dari Natal Sumatera Utara.

Selang dua tahun kemudian setalah kedatangan Khawaja Kamaludin Rahmat Ali datang ke

Aceh tepatnya di daerah Tapak Tuan. Dengan berbekal Ilmu agama yang cukup Rahmat Ali

Akhirnya bisa menaklukan beberapa hulu balang diantara yang terang-terangan bergabung

dengan Ahmadiyah

1. Abdul Rahman

2. Muhammad Syam

3. Mahdi Sutan Singasoro

4. Mamak Gamuk

5. Munir

6. Ali Sutan Marajo

7. Sulaeman

8. Datuk Dagang Muhamad Hasan

9. Abdu Wahid

10. Muhamad Yakin Munir

11. Abas dan Teuku Nasrudin.

Page 77: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

77

Sejarah mencatat akhirnya hanya dua oranglah yang yang menjadi Mubaligh pertama

Ahmadiyah yakni Abdul Wahid dan dan Muhamd Yakin Munir. Tempat pertemuan biasanya

dilakukan di Rumah Mamak Gamuk, yang menjadi pendengar ada juga dari pelajar Sumatera

Tawalib. Keberadaan Rahmat Ali membuat Reputasi Ulama Aceh mulai goyah. Maka

dengan cara menghasut pejabat pemrintah Akhirnya Rahmat Ali pergi dari Aceh ke Padang.

Dengan kepergian Rahmat Ali dari Aceh ke padang membuat pelajar itu menjadi kekurangan

Ilmu untuk mengisi kekurangan itu dengan inisiatif mereka mengirim keluarga mereka untuk

pergi belajar ke Qadian. Mamak Sulaeman yang termasuk baiat awal mengirimkan tiga orang

putranya dan dua orang kemenakan. Putranya adalah Abdul Qayyum, Abdul Rahman dan

Abdul Rahim, kemenakannya adalah Abdul Wahid dan Muhammad Yakin Munir. 9 Juni

1926 mereka berangkat menuju Qadian dari lima orang itu yang menjadi orang berhasil

belajar sampai tamat adalah Abdul Wahid.

Sewaktu di Lahore sempat bertemu dengan Harsono Cokroaminoto, tokoh

Muhammadiyah. Sesampainya di Qadian suatu tempat yanmg terpencil tetapi sarat dengan

orang-orang yang dekat dengan Allah swt, kehidupan yang sangat sederhana, sangat jauh dari

kemewahan dunia mulailah suasana baru dalam kehidupan masyarakat setempat. Pergaulan

dengan sahabat Hadzrat Masih Ma’ud as dengan Khalifah ke II Hadzarat Mirza Bashirudin

Mahmud Ahmad lingkungan masyarakat yang mewaqafkan diri dalam mengkhidmati

Agama. Dengan berbekal ketekunan maka gelar HA pun diraihnya pada tahun 1933. dan

langsung masuk Mubaligh Class yang diselesaikannya dalam waktu dua tahun lulus tahun

1935 bulan oktober 1935 beliau diangkat menjadi Mubaligh Markazi kemudian bekerja di

Sadr Anjuman pada tahun itu juga mendaftar sebagai Musi dengan nomor musi 4434.

Pada tanggal 16 Februari Bapak Abdul Wahid meninggalkan Qadian dan kembali

Nusantara. Kemudian menikah dengan orang Garut. Kebetulan di Garut sudah terbentuk

cabang Garut yang di motori oleh Rahmat Ali sekitar 3 tahun sebelum kedatangan Pa Wahid.

Page 78: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

78

Ketua dari cabang Garut yang pertama adalah Pa Ganda sekretaris Pa Yahya keuangan Pa

Udin Sayudin. Sekretaris Tabligh adalah Pa E Muhammad Toyyib. Dengan sudah

terbentuknt\ya cabang tersebut maka bagi orang yang sudah menerima kebenaran bahwa

Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi maka segeralah baiat. Yang melaksanakan baiat

tersebut adalah sebagai berikut Udin Sayudin, Pa Ganda, Pa Yahya, Pa Amat bin Abdullah Pa

Haji Mansur Pa H Amir dan keluarga Pa Satibi beserta tujuh bersaudara. Termasuk Ibu

Tasliamah dan adiknya Kausar.

Kegiatan Tarbiyat meliputi kajian Tafsir, Hadits Nabi Muhammad Ilmu Nahwu

Sejarah Islam. Dan juga suka ada ceramah keluar dan berbincang dengan organisasi lainnya

seperti Muhammadiyah, NU, Persis, Syarikat Islam ,PNI , Partai Pasundan dan juga

Komunis.

Pada zaman Jepang banyak orang yang ditahan oleh Jepang baik dari Ahmadi maupun

dari bukan Ahmadi karena berbagai hal yang sekiranya berbahaya bagi Jepang saat itu. Ada

11 orang yang tercatat yang di tahan oleh Jepang. Sekalipun tuduhan yang tidak jelas. Ke 11

orang itu adalah 1. Bpk Abdul Wahid ketika sedang di Garut. 2. Bpk Sayyid Syah

Muhammad Di Kebumen, 3. Bpk Malik Aziz khan di Kebumen, 4. Bpk Abdul Samik di

Bandung, 5. Bpk Yahya di Garut, 6. Bpk Syarif di Tasikmalaya, 7. Bpk Rasli di Tasikmalaya,

8. Bpk Sadkar di Tasikmalaya, 9. Bpk E Mohammad Toyyib di Singaparna, 10. Bpk Jumria

di Singaparna, 11. Bpk Surya di Indihiang. Setelah 83 hari baru mereka dibebaskan Karena

tuduhan terhadap mereka tidak terbukti, kecuali Bpk E Mohammad Toyyib dibebaskan

setahun kemudian karena diduga terlibat dalam kasus Sukamanah.

Bandung yang juga sabagai kota yang dangat berpengaruh baik dari zaman Belanda ,

Zaman Jepang sampai Zaman revolusi kemerdekaan memiliki arti yang sangat strategis

dalam berbagai aspek. Arti strategis ini dibayar dengan kondisi Bandung yang selalu hangat

dengan berbagai gejolak baik Bandung Lautan Api dan sebagainnya. Kondisi ini tidak

Page 79: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

79

menyurutkan Bapak Abdul Wahid untuk merencakan membuat Mesjid. Dengan berbekal

modal pertama dari menjual berlian 3 Karat milik istrinya seharga Rp. 1.200 yang hasilnya

digunakan untuk membeli tanah di jalan Haji Safari (nama jalan ini tidak berubah sampai

penulis menulis Skripsi). Kemudian Pa Wahid menghimbau anggota Jemaat untuk bergotong

royong membangun. Gambar Mesjid dibuat Oleh Bapak Guniwa Partokoesoemah, serta

menyumbang f 500 guna membeli genteng sedang pelaksananya Bapak Momon dan Bapak

Jamhur. Bantuan datang tidak dari warga Bandung saja bahkan dari luar Bandung ada dari

Garut yang membawa Kusen-kusen bekas bangunan Pabrik dodol yang hancur akibat di bom,

termasuk pintu jendela. Bapak Satibi menyumbang reng yang sudah diremdam 2 tahun. Ibu

Ombi menyumbang kayu yang asalnya mau membuat rumah pribadi ibu-ibu dari Bandung

dan Garut menyumbang 2/3 dari biaya pembangunannya dan Bapak Bagindo Zakaria

menyumbang f 300 untuk membeli cat selain itu Bapak Neneng Satraamijaya menyumbang

600 gram emas. Bulan juli 1948 mulailah peletakan batu pertama yang upacara peletakan

batu pertama oleh bapak Rahmat Ali. Tamu yang datang selain dari pengurs besar dari

Jakarta juga dari daerah Jawa Barat. 1950 Mesjid ini selesai dibangun. 1951 diadakan

Konrges II Jemaat Ahmadiyah di Mesjid ini yang dihadiri sekitar 200 orang dari seluruh

Indonesia. Kendati masih menggunakan MCK yang masih darurat.

Ketika bapak Rais Ut Tabligh ( kepala Mubaligh) Sayyid Syah Muhammad Ali pergi

Rabwah untuk cuti Pa Wahid selaku wakil menerima undangan dari Presiden Soekarno

untuk ke Istana negara. Kemudian Pa Wahid memberikan Tafsir Qur’an dalam Bahasa

Belanda De Heilige Qur’an.

Tahun 1955 kiprah Pa Wahid terus berkembang dangan izin dari Khalifah Masih II

beliau berkesempatan untuk studi banding ke Timur Tengah dan juga untuk memperdalam

bahasa Arab. Ruang lingkup Tabligh yang diemban oleh Pa Wahid selaku Mubaligh Markazi

sangatlah luas selain Jawa Barat beliau juga pernah berutugas di Jawa Tengah.

Page 80: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

80

Kiprah seorang Mubaligh Markazi harus mampu membina Jemaatnya dari tataran

intern hal ini dibuktikan dengan adanya pembuatan Tarbiyat yang sudah dibentuk seperti di

cabang Wansigra, Manislor. Yang sampai sekarang tempat tersebut menjadi berkembang. Di

Bandung tidak ketinggalan. Sebagai daerah yang sangat strategis Bandung banyak mencetak

banyak kegiatan yang bersejarah bagi Jemaat Ahmadiyah.

Seperti yang disebutkan dalam paragaraf diatas awal masuk jemaat Ahmadiyah ke

Kota Bandung tahun 1933 dengan adanya debat antara Ahmadiyah dengan A.Hassn dari

Persis. Debat ini sangat menarik walau masing-masing dalam keyakinannya. Semua

persoalan menjadi tertuangkan dalam debat tersebut. Buku Verslag Debat. Di kalnagn jemaat

Ahmadiyah buku ini sanagt populer hamper di tiap lembaran terakhir selalu diiklankan

tentang buku tersebut. Dalam iklan tersebut menyatakan buku yang benilai abadi. Penulis

membaca dari majalah sinar Islam dari tahun 80-an mulai dicetak dan hamper tiap bulan ada

iklan mengnai buku tersebut. Ada beberapa dialog antara rahmat Ali dengan A.Hassn tentang

maslah agama yang menurut pandangan penulis sanagt penting untuk disimak dari sekian

debat yang telah berlangsung, dalam kutipan ini merupakan jawaban penutup dari Rahmat

Ali. Dari semua dialog pada tahun 1933 yang memakan waktu tiga hari dan dihadri banyak

penonton kesemua dialog tersebut penulis melihat hanya pada bagian penutup yang mampu

meneangkan hsemua dari dialog yang diadakan tahun 1933 di Bandung, kutipannya sebagai

berikut:

Saya sudah terangkan kebenaran Mirza Ghulam Ahmad menurut Qur’an, tetapi saya

tidak dengar satu ayatpun yang dikemukakan oleh pembela Islam buat bantah keterangan saya

itu. Kalau pembela Islam benar haruslah ia bantah keterangan saya itu dengan ayat-ayat

Qur’an pula. Saya hanya dengar ikhtilaf-ikhtilah yang ada dalam buku karanagn Mirza

Ghulam Ahmad.

Page 81: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

81

Pembela Islam berkata: bahwa Ahmadiyah sudah menambah party, bukan

memepersatukan umat, ini keterangan bukanlah berarti menolak akan kebenarannya. Karena

dimasa nabi Isa orang Yahudi dan Nazara berkata semacam ini pula.

Pembela Islam berkata: Mirza Ghulam Ahmad dating untuk menghabiskan salib,

padahal sesudah datangnya Mirza Ghulam Ahmad Kristen kelihatan bertambah maju dari

yang telah sudah.

Betul orang Kristen ada betambah, tatepi bukan dari party Ahmadiyah.

Adapun perkara memecah salib, yang tersebut dalam hadits, itu sudah dikemukakan

oleh Mirza Ghulam Ahmad. Karena yang dimaksud memecah salib itu, ialah membatalkan

agama Nasara..

Ulama-ulama sendiri sudah berkata bahwa memecah salib adalah membatalkan

Agama Nasara. Tentang pekerjaan Mirza Ghulam Ahmad terhadap kepada membantah

Nasara, itu sudah dilihat dan disaksikan oleh musuh-musuh sendiri.

Mirza Ghulam Ahmad tidak saja mengatakan Nabi Isa sudah mati, malahan sudah

terangkan juga di mana kuburnya. Adalah lagi pemecahan salib yang lebih terang dari ini?.

Pembela Islam berkata bahwa pujian dari orang itu mudah diperdapat; ia juag bisa

dapat pujian dari orang lain, jika ia menulis buku dan minta pujian dari orang yang lain.

Sekarang saya kasih keterangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad, sekali-kali tidak

meminta pujian dari pada orang yang lain, hanya orang sendiri yang terpaksa mengucapkan

pujian kepadanya, setelah mereka melihat saha yang besar itu terhadap memajukan Islam.

(offcieel Verslag Debat 1986;110-111).

Kutipan dari Verslag Debat tersebut merupakan bagian Akhir dari apa yang

diperdebatkan. Walau masing-masing pihak dalam posisi masing-masing. Hanya para

penonton sajalah yang memberikan gambaran dan media massa yang memberikan tanggapan.

Dengan adanya debat tersebut perkembangan jemaat Ahmadiyah semakin terus berkembang.

Banyak dari media yang ingin melihat meliput berbagai kegiatan.

Page 82: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

82

Bukan berarti perkembangan jemaat Ahmadiyah berjalan dengan mulus saja. Kondisi

politik zaman penjajahan Belanda dan Jepang sanagt mempengaruhi dalam perkembangan

jemaat Ahmadiyah di Indonesia. Seperti yang disebutkan di atas zaman Jepang sempat

terjadi kevakuman dalam jemaat Ahmadyah di Kota Bandung. Karena orang-orang penting

dalam jemaat Ahmadiyah ditangkap Jepang. Bahkan penulis melihat kevakuman organisasi-

organisasi banyak yang vakum zaman Jepang. Tentara Jepang banyak mengawasi pergerakan

massa bukan hanya berbau keilmuan bahkan samapi acara hiburanpun tidak luput dari

pantauan tentara Jepang. Ruang lingkup untuk pengerahan massa sangat ketat pada tahu-

tahun itu hamper semua vakum.

Begitu awal merdeka, mulai organisasi-organisasi yang tidur mulai bangun dan

berkiprah dengan pesat. Tidak ketinggalan jemaat Ahmadiyah pada awal kemerdekaan orang

Ahmadiyah yang bertugas sebagai mubaligh di luar Indonesia mendapat instruksi dari

khalifah ke-2 untuk memberitakan kemerdekaan Indonesia dimana mereka bertugas sebagai

Mubaligh, dan seluruh anggota dimanapun mereka berada. Berita ini dimuat dalam surat

kabar Kedaulatan Rakyat edisi selasa Legi 10-12-1946. Dan juga dimuat kembali dalam

Sinar Islam Agustus 1986.

Sperti yang diberitakan oleh surat kabar Kedaulatan Rakyat peranan jemaat

Ahmadiyah sangat besar sekali hamper setiap event nasional jemaat Ahmadiyah selalau

tampil ke depan. Hal inilah yang patut kita perhatikan betapa besar dan berpengaruh jemaat

Ahmadiyah pada kemajuan bangsa Indonesia. Hal ini juga dapat dilihat Ketika pada pawai

kemerdekaan RI ke-XIX barisan pemuda (Khuddam), mengikuti pawai pada tanggal 18-8-

1964. (Sinar Islam Djuli/Agustus ‘64). Semua pemuda tergabung dalam satu rangkaian arak-

arakan di Ibukota. Yangtentunya para pemuda Ahmadiyah dari beberapa Kota ikut serta

termasuk dari Bandung juga. Pawai itu memepunyai arti tersendiri dalam pandangan penulis

bagaimanapun juga jemaat Ahmadiyah dan ormas lain tidak salaing bergesekan semua

Page 83: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

83

lapisan masyarakat turut dalam kegiatan tersebut. Pemerintah tidak pernah membedakan

latarbelakang dan dari mana semua turut memeperingati kemerdekaan yang dicita-citakan.

Fondasi inilah yang harus tetap dipertahankan jangan sampai keharmonisan dan

kerukunan beragama pecah karena ego masing-masing. Keharmonisan dan kerukunan antarm

warga di Kota Bandung sudah terjalin dengan baik, tidaklah mengherankan banyak acara

berskla nasional dalam jemaat Ahmadiyah bias diselenggarakan di Bandung. Ini merupakan

suatu bukti yang telah diciptakan warga Kota Bandung dalam melihat dan menjaliani

kehidupan bermasyarakat yang plural. Jauh sebelum pemerintah zaman sekrang mengatakan

masyarakat Madani. Warga kota Bandung telah memberikan contoh yang nyata.

Keharmonisan jemaat Ahmadiyah mulai terusuik di awal kemerdekaan ini adalah

beberpa kasusu seperti DII/TII, PKI. Dua peristiwa ini banyak menyita perhatian bagai

jemaat Ahmadiyah. Namun, yang paling dirasakan besar pengaruhnya bagi warga

Ahmadiyah Astana Anyar adalah kasus PKI. Karena PKI melakukan aksinya di Jantung Kota

seperti Jakrta dan Bandung. Jelaslah ini membuat warga Ahmadiyah banyak yang dituduh

oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan alas an-alasan yang tidak logis.

Warga ahmadiyah dituduh maker, dituduh hal-hal yang menyudutkan. Padahal kalau disimak

dari syarat-syarat bai’at sudah jelas setiap anggota Ahamadi akan menjunjung tinggi kesetian

kepada pemerintah. Untuk lebih jelasnya ada 10 ayarat bai’at yang harus dipenuhi oleh warga

Ahmadi. Sebagai berikut:

1. Dia akan menjauhi syirik sampai meninggal dunia.

2. Dia akan menjauhkan diri dari zina, berdusta, memandang wanita yang bukan muhrim

dan menjauhi segala macam kedurhakaan dan kemaksiatan, penganiayan dan

pengkhianatan. Dan akan menjauhi perbuatan yang berupa pemberontakan dan

kekacauan. Dan tidak akan membiarkan dirinya diklahkan oleh dorongan-dorongan hawa

nafsunya, walau berapa kuat dan hebatnya.

3. Dia kan tetap mendirikan sembahyang yang lima waktu, sesuai dengan perintah-perintah

Allah Ta’aladan rasul-Nya. Dan senantiasa sedapat mungkin untuk mendirikan tahjjud

(sembahyang malam), menghaturkan salawat salam untuk Nabi Muhammad saw dan

Page 84: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

84

meminta ampun kepada Tuahnnya dari dosa-dosanya dan mengucapkan istigfar dan

mengingat setiap saat akan nikmat-nikmat-Nya dan karunia-karunia-Nya dengan ikhlas

hatinya serta bersyukur kepada-Nya dan membiasakan memuji dan menyanjung-Nya.

4. Dia, walaupun ada dorongan hawa nafsunya, tidak akan menyakiti satu orangpun dari

makhluk Allah pada umumnya, dan kaum Muslimin pada khususnya.baik dengan

tangannya ataupun dengang lidahnya ataupun dengan jalan lain.

5. Dia akan tulus dan ikhlas kepada Allah, dan ridho kepada keputusan-Nya dalam segala

hal, baik waktu dukaatau waktu sukar dan senang, atau waktu sempit dan lapang. Dan dia

bersedia untuk menerima segala macam kehinaan dan menderita segala kesulitan pada

jalan-jalan-Nya, dan dia tidak akan memalingkan diri dari pada-Nya ketika dating suatu

musibah atau turun suatu bala, bahkan ia akan lebih akrab mendekati-Nya.

6. Dia akan berhenti dari mengikuti adat istiadat yang buruk dan keinginan-keinginan yang

jahat. Dia akan tunduk sepenuhnya pada ajaran-ajaran Al Qur’an dan akan menjadikan

firman Allah ta’ala dan sabda Rasul-Nya saw sebagai pedoman bagi amal perbuatanya.

7. Dia akan membuang jauh sifat sombong dan angkuh, dan berlaku sepanjang hidupnya

merendahkan diri dan akan menghadapi ummat manusia dengan muka jernihdan bergaul

dengan mereka yang sopan santun dan budi pekerti yang baik.

8. Dia akan memandang agma, kehormatan agma dan kewajiban agma Islam lebih mulia

dari jiwa raganya, harta bendanya, anak cucunya dan dari segala apa saja yang

dicintainya.

9. Dia akan menolong dan mengasihi segala makhluk Allah semata-mata mencari

keridhaan-Nya. Dan sebisa-bisanya mengorbankan apa-apa yang telah diberikan Allah

kepadanya berupa kekuatan dan kekayaan untuk kebaikan sesamanya.

10. Dia akan mengikat janji persaudaraan dengan hamba Allah ini (Masih Mau’ud a.s)

semata-mata karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, yakni bahwa dia akan aku dalam

segala hal ma’ruf yang akau anjurkan kepadanya, kemudian dia tidak akan berpaliang dari

padanya dan tidak akan pula memungkirinya sampai mati. Dan janji persaudaraan ini

hendaklah menjadi sempurnanya sehingga tidak ada pertalian-pertalian dunia yang dapat

menyamainya, baik pertalian kekeluargaan atau persahabatan ataupun perniagaan.

(sepuluh syarat bai’at 1889).

Demikian suatau tatan yang diberikan oleh pendiri jemaat Ahmadiyah kepada para

pengikutnya segala kehidupan antara ibadah vertikal dan horizontal harus selaras. Harus taat

kepada Allah juga taat pada pemerintah. Jadi ketika kasus PKI muncul orang Ahmadi di

Astana Anyar dan kota sekitarnya menjadi panas. Isu ini menjadi hangat bahkan dengan isu

Page 85: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

85

ini pemerintah semakin ketat dalam memantau setiap perkumpulan. Dari berdiri sampai

kapanpun jemaat Ahmadiyah tidak akan pernah ikut dalam suatu politik praktis. Karena

dalam pandangan pendiri jemaat ahmadiyah memenangkan Islam bukan dengan jalan politik

praktis tetapi bagaimana membina akhlak masyarakat supaya masyarkat tersebut dapat

menjalankan nilai-nilai ke-Islaman. Banyak ormas Islam yang lari masukdalam bidang politik

yang akhirnya mereka menjadi kerdil dalam melihat kehidupan beragama. Inilah yang paling

berbahaya ketika Islam dibawa dalam arena politik. Dari tahun 1955 pemilu pertama Ormas

Islam pecah terus bergulir sampai akhirnya Orde Lama memasuki Orde Baru Partai Islam

dijadikan satu. Namun apa yang terjadi semua itu tidak berarti ketika umat Islam disibukkan

dengan hal seperti itu. Apa yang disuarakan bukanlah Islam yang hakiki tetapi bagaimana

meraup massa yang banyak.

Tahun 1965 penulis melihat bagaimana telah terjadi benih-benih konspirasi

permusuhan, kendati terjadi demikian jemaat Ahmadiyah terus saja berlangsung dalam

menghidmati keyankinan yang mereka anut. Ketaatan kepada khalifah dalam nizam jemaat

terus dipupuk. Para nggota Ahmadi taat kepada pemimpin ruhani mereka. Bukti ketaatan

warga Ahmadi itu dan bukti kecintaan kepada sang pemimpin dapat dibuktikan ketika

wafatnya Hadzrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, pada hari senin 8 nopember 1965

02:25 dini hari. Seluruh warga Ahmadi sangat bersedih mengingat peranan beliau yang

sangat besar sekali dalam menyebarkan paham Ahmdiyah di Astana Anyar. Seperti Rahmat

Ali, Abdul Wahid dan semua orang yang terlibat dalam penyiaran paham Ahmadiyah semua

dipantau dan mendapat petunjuk dari beliau. Perkembangan jemaat Astana Anyar sendiri

berdasarkan anjuran dari Hadzrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. (sinar Islam edisi

khusus Fadzl Umar 1965).

Kesedihan warga Ahmadi astana Anyar terobati dengan diadakannya pertemuan

tahunan yang rutin selalu diselenggarakan warga Ahmadi. Kali ini Bandung menjadi tuan

Page 86: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

86

rumah dalam rangka JALSAH SALANAH KE XXIV. Dalam setiap kegaitan berskala

nasional atau wilayah hasil kegiatan tersebut selalu dibukukan. Hal inilah yang membauat

penulis merasa menarik jemaat ini sudah membauat tertib administrasi. Seperti Jalsah

Salanah yang ke-XXIV, yang penyelenggaraannya ditempatkan di Bandung.

Peserta Jalasah Salanah sangatlah banyak sekali. Unutk menampung jemaat yang

banyak dari seluruh Indonesia juga ada tamu undanagn dari Malaysia dan Singapura. Melihat

kondisi demikian tempat pelaksanaan di temapatkan di GOR Saparua. Acara ini dihadiri juga

oleh pejabat teras di lingkungan Pemkot dan Pemda. Serta dari Kodam III Sliwangi..

Bandung sampai tahun 1964 pernah menjadi tuan rumah dalam acara Jalsah salanah

sebanyak empat kali tahun 1950, 1960, 1963 dan tahun 1964 yakni tahun ini. Acara ini

memilki tujuan yang sangat bagus dalam pandangan pendiri jemaat Ahmadiyah. Acara ini

pertama kali digelar di Qadian dengan jumalah peserta hanya 75 orang namun stelah tahun

1972 peserta yang hadir mencapai 100.000 orang. Suatau hal yang hebat sekali dari tahun ke

tahun jumlah peserta yang hadir selalau bertambah banyak. Begitupun di Bandung pada

tahun 1950 yakni sua tahun pasca pembangunan mesjid peserta masih bias ditampung dalam

Mesjid namun setelah tahun 1964 mesjid tidak dapat menampun jumlah peserta yang banyak

itu. Unutk panginapan peserta Jalsah ditemapatkan di sekolah yang kebeltulan sedang libur

yakni di SMP 10 jalan Maluku. Bias dibayangkan bagaimana kota Bandung tahun 1964

melihat ribuan orang dating ke Bandung dengan tujuan mengikuti Jalsah Salanah ini. Warga

Bandung tidak keberatan menampung orang Ahmadi untuk menginap di sekolah tersebut dan

mengadakan kegiatan di GOR Saparua. Yang menjadi Mubaligh saat itu adalah masih dari

Pakistan yakni Mian Abdul Hayye HP.

Kesusksesan kegiatan tersbut disambut hangat oleh beberapa pihak termasuk

kalangan Ahmdi wanita atau sering Di sebut LI (Lajnah Imaillah). Kesuksesan acara di

Bandung menjadi Inspirasi bagi LI untuk mengadakan acara Ijtima di Bandung. Karena

Page 87: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

87

kondisi yang sangat kondusif sehingga di tahun 1973 pengurus pusat LI mengadakan rapat

tahunan di Bandung di Mesjid Annatsir acar tersebut diadakan pada tanggal 8 malam sampai

9 Desember. Hasil dari rapat pengurus Pusat LI sebagi berikut:

1. Telah dibuat contoh Vaandel Lajnah Imaillah Indonesia yang bagus sekali, dan

juga cap (stempel) seragam unutk Lajnah Imaillah Indonesia. Harga Vaandel Rp.

1000 dan cap Rp 750 yang semua ini dapat dipesan dan dilihat dalam Ijtima LI

tahun depan. Bagi cabang-cabang yang menginginkan, supaya mengetahui

sebelumnya.

2. Majalah Suara lajnah Insya Allah mulai tahun 1974 ini terbit 2 bulan sekali.

Sumbangan karanagn cukup menggembirakan, hanya kesulitannya kurang

lancarnya beberpa cabang yang kurang cepat mengirim weselnya. Kalau

pembayaran-pembayaran darai cabang-cabang cukup lancer, maka Insya Allah

tidak ada kesulitan. Masih diharapkan agar jumlah langganan di tiap cabang

bertambah.

3. Tabligh yang akan dilaksanakan oleh Pengurus Pusat LI, tahun depan kalau tiada

halangan, Insya Allah diadakan di Kota Bogor. Semoga cara ini sukses dan

selamat bekerja bagi Lajnai Imaillah Bogor.

4. Dari segenap cabang LI di Indonesia diminta mengumpulkan foto-foto bersejarah

dari pejuangan-perjuangan lajnah sejak permulaan, kegiatan-kegiatan dan foto-

foto anggota. Yang nanti diharapkan bias diserahkan di Ijtima LI ke-II.

5. Ijtima yang kedua dari Lajnah Imailla Indonesia, Insya Allah akan diadakan di

Tasikmalaya pada bulan April 1974. Seperti diketahui pada bulan tersebut kita

mengharapkan kunjungan Hudzur yang tercinta ke Indonesia, juga pada bulan

tersebut ada Majlis Musyawarah. Adapun acara-acaranya sebagai berikut:

a. Lomba baca Al-Qur’an, pidato, cerdas tangkas dan mengarang.

b. Lomba olah Raga dan memasak.

c. Rapat Musyawarah dengan wakil-wakil cabang.

d. Rekreasi

e. Dari hati ke hati semua akan dilaksanakan dua hari dua malam (Suara

Lajnah 1974)

Page 88: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

88

Perjuangan para anggota jemaat Ahmadiyah baiak orang Indonesia atau orang

Pakistan telah menorehan sejarah dalam merebut dana memepertahankan kmerdekaan. Berita

ini dari masa-ke masa terus dibahas. Dengan tujuan untuk menumbuhkan bibit pejuang baru

dikalang muda. Bahkan berita miltansi anggota Ahmadi ini diberitakan dalam majlah Suara

Lajnah Mei 1974 sebagai beriku:

Perang yang merubah jalan hidup bangsa Indonesia

Ketika jemaat telah mulai tersebar di beberapa Negara di Timur, kemudian ada perang

besar, yang kemudian seolah-olah menghambat tabligh Ahmadiyah, hubungan dengan pusat

terputus. Jepang kemudian berkuasa di bekas jajahn belanda dan Inggeris, yang kemudian

seolah-olah menghnetikan segala kegiatan-kegiatan termasuk aktivitas beragama. Tabligh

kita hanya dilakuakn perorangan dan dari mulut ke mulut, sedang maulana Rahmat Ali dan

Malik Aziz Ahmad Khan sibuk menterjemahkan buku-buku yang sanagt penting untuk

literature jemaat Ahmadiyah.

4.4 Faktor-faktor penunjang dan Penghambat Perkembangan jemaat Ahmadiyah di Kota bandung

4.4.1 Faktor-faktor Penunjang Perkembangan jemaat Ahmadiyah

4.4.1.1Pendekatan rasional

Sebagai gerakan keagamaan Ahmadiyah ingin memperbaharui dan mengangkat

kembali keadaan umat Islam melalui perubahan pola pikir dan pola sikap dalam memahami

keadaan umat Islam yang disesuaikan dengan perubahan zaman. Hal ini dilakukan untuk

menghadapi serangan terhadap berbagai bentuk keyakinan yang sudah tidak murni lagi.

Perubahan pola pikir yang ditawarkan Ahmadiyah yang menurut mereka merupakan

pembaharuan adalah pemikiran-pemikiran keagamaan khususnya yang bersifat teologis,

antara lain pandangannya tentang kenabian, wahyu, mujadid, masih dan mahdi.

Page 89: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

89

Sebagai contoh dalam kaitan pemikirannya tentang kenabian, Ahmadiyah

berpandangan bahwa nabi adalah seorang yang dipilih oleh Tuhan diantara hamba-hamba-

Nya karena kecintaan dan kesetiannya pada Tuhan, untuk diberi tugas memimpin umat

manusia lainnya. Menurut Ahmadiyah setiap umat manusia tiba dalam suatu masa dimana

mereka berada dalam suasana kegelapan yang menimpa hidupnya. Mereka diliputi oleh

problema kehidupan yang berat dalam bidang ekonomi, politik dan pergaulan sosial lainnya.

Terlebih lagi bilamana pada saat itu umat manusia telah bergelimang dalam dosa-dosa, baik

berupa peperangan yang tidak mengenal kemanusian atau pemerkosaan hak-hak asasi

manusia lainnya, bahkan terjadinya bencana alam yang terus bergulir tanpa henti, mereka

mengaku beriman kepada Allah tetapi dalam kenyataan hidup jauh dari tuntunan Islam.

Mereka mengaku Islam tetapi perilakunya lebih buruk dari binatang. Kondisi seperti ini dapat

kita lihat sekarang ini dimana kondisi masyarakat yang serba instan telah membuat mereka

lupa diri, sombong pada Tuhan, manusia zaman sekarang ini bila kita lihat dan komparasikan

dengan umat nabi terdahulu jauh lebih buruk moralnya, pembunuhan pada bayi sudah kian

banyak di televisi, anak membunuh ibu dan sebaliknya, bapak membunuh anak dan

sebaliknya, kekacauan demi kekacauan kian banyak merajalela. Bahkan bila kita kaji ternyata

harus kita pahami secara bijak keburukan umat nabi terdahulu telah diperagakan oleh umat

nabi Muhammad. Dari sinilah diperlukan Mujadid yang harus mengembalikan manusia

kepada ajaran yang benar dengan contoh yang nyata dari pribadi yang utuh, serta hal ini

sudah dinubuwwatkan oleh nabi Muhammad saw, bahwa umat Islam ini tidak akan hancur

bila di awal ada aku dan di akhir ada mahdi.

Dalam pandangannya tentang wahyu, bahwa wahyu adalah pembicaraan Allah swt

secara langsung dengan hamba-Nya, sehingga hamba dapat memastikan tanpa ragu-ragu

bahwa dirinya sedang berbicara atau menerima wahyu dari Allah, hal itu hanya bisa jika

wahyu itu turun dengan kata-kata atau lafadz-lafadz bukan dengan inspirasi.

Page 90: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

90

Wahyu yang turun dengan dengan lafdz-lafadz itu tidak hanya dapat diterima oleh

para nabi dan rasul saja. Bahkan para wali dan mujadid juga dapat menerima wahyu yang

tidak berbeda oleh para nabi dan rasul. Disamping itu, dinyatakan pula bahwa orang

awampun dapat menerima wahyu yang tidak berbeda dengan para nabi dan rasul, bilamana

telah berhasil mendapatkan kecintaan kepada Allah.

Pemikiran keagamaan tersebut yang dinilai berbeda dengan keyakinan umat Islam

lainnya, dari satu sisi dapat dilihat sebagai suatu ungkapan dari keinginan menunjukan

kebenaran Islam dalam terminologi yang dapat dipahami oleh sebagian umat Islam dan

pemeluk agama lain, seperti agama Kristen, walaupun dari sisi lain karena berbeda kayakinan

menyebabkan ajaran-ajaran yang dikembangkan menyebabkan kontroversial, terutama di

kalangan Muslim sunni.

Pemikiran keagamaan yang dimunculkan, seperti yang tertuang dalam tulisan Mirza

Ghulam Ahmad dalam bukunya yang berbahasa Urdu yang terjemahakan dalam bahasa

Indonesia dengan judul Filsafat Ajaran Islam. Dalam buku tersebut telah dibahas lima

maslah pokok yakni pertama, keadaan jasmani, akhlak dan ruhani manusia; kedua, keadaan

manusia sesudah mati; ketiga, tujuan sebenarnya hidup di dunia dan cara mencapainya;

keempat, dampak amal perbuatan manusia di dunia dan di hari kemudian; kelima, jalan dan

sarana-sarana untuk mencapai Ilmu ma’rifat Ilahi. Sebagai contoh pembahasan tentang roh

makhluk. Dalam buku tersebut dikemukakan bahwa roh adalah cahaya yang latif (halus),

tumbuh dari dalam diri manusia juga serta dibesarkan dalam rahim ibunya. Yang dimaksud

tubuh ialah bahwa pada taraf permulaan ia tersembunyi, tak diketahui dan kemudian tampak

nyata. Pada taraf permulaan bibitnya sudah terkandung dalam tetes nutfah, sehingga terjadi

pertalian ajaib antara roh dan nutfah sesuai dengan kehendak, izin Tuhan. Dan roh

merupakan inti cahaya ruhani nutfah. Dalam hal ini roh tidak dapat dikatakan bagian dari

nutfah dalam arti kata yang sama seperti satu benda merupakan bagian dari benda lain; dan

Page 91: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

91

juga tidak dapat dikatan bahwa roh datang dari luar atau jatuh ke tanah, bercampur dengan

bahan nutfah. Melainkan roh tersembunyi (laten) di dalam nutfah seperti keadaan api

tersembunyi dalam batu api. Dan yang dimaksud dalam al-Qur’an bukanlah bahwa roh turun

secara terpisah atau jatuh ke bumi dari angkasa, kemudian secara kebetulan terpadu dengan

nutfah, lalu masuk ke dalam rahim ibu, tetapi roh tumbuh dalam tubuh itu juga. Dengan

demikian roh adalah satu mahkluk.

Pemikiran-pemikiran keagaman yang ditawarkan menawarkan pilihan yang lebih

halus, membuka wawasan baru dalam memahami Islam yang lebih rasional. Semangat

melawan peradaban Barat ditiupkan dengan penuh semangat dan diterima hangat oleh para

pendengar dan pembaca artikelnya. Majalah ilmiah bulan Sinar Islam sangat diminati oleh

kaum terpelajar.

Dengan demikian, pandangannya tentang keagamaan yang bercorak rasional itu, dari

satu sisi menjadi factor [penunjang terhadap pengenbangan Ahmadiyah.

4.4.1.2 Militansi tokoh Ahmadiyah Kuntowijoyo menyatakan bahwa para nabi, filsuf, pendiri madzhab pendiri sekte dan

pemikir adalah individu yang mengubah sejarah. Sejalan dengan pernyataan tersebut tidaklah

diragukan lagi bahwa gerakan Ahmdiyah di Indonesia tidak terpelas dari peranan Maulana

Rahmat Ali. Beliau adalah lulusan pertama Madrasah Ahmadiyah di Qadian 1917. Kemudian

beliau menjadi guru “Ta’limul Islam High School”, beliau mendapatkan tugas dari khalifah

II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, untuk menyebarkan ajaran Ahmadiyah di Indonesia.

Dalam penyebaran paham Ahmdiyah di Jawa, Rahmat Ali juga mendapat

kesulitan tidak jauh berbeda dari kawasan Sumatera. Kalau di Sumatera dalam menghadapi

ulama lebih banyak berbentuk tulisan, baik berupa pamfet-pamflet maupun buku-buku, di

Jawa ternyata lebih keras. Rahmat Ali mendapatkan tantangan dari ulama terkanal bernama

A. Hassan dari Persatuan Islam (Persis). Tantanagn berat itupun harus dilayani. Rahmat Ali

dibantu tokoh militan Ahmadiyah lain yakni, Abu Bakar Ayyub H.A dan Moh Sodik

Page 92: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

92

melakukan debat terbuka dengan A. Hassan di hadapan pengunjung bertempat di Bandung.

Materi yang diperdebatkan berkisar masalah kenabian dan hidup atau matinya Nabi Isa a.s.

peristiwa itu terjadi pada bulan April 1933. Setelah debat berakhir mereka tetap dalam

pendirian masing-masingdan hasil perdebatan itu telah dibukukan dengan diberi judul

Officieel Verslag Debat antara Penbela Islam dan Ahmadiyah Qadian.

Debat terbuka tersebut nampaknya belum ada kepuasan, maka pada bulan

September tahun yang sama, diadakan debat terbuka untuk kedua kalinya. Dengan materi

yang sama dengan debat pertama namun tempat berbeda tidak di Bandung melainkan di

Jakarta (Batavia). Hal ini menunjukkan betapa militansi mereka dalam menyebarkan

Ahmadiyah di Jawa terutama di Bandung. Yang hadir dalam acara tersebut tidak hanya dari

Persis saja bahkan dari PSII, NU dan media Massa menjadi ramai memberitakan kejadian

tersebut. Karena acara tersebut dihadari banyak sekali warga masyarakat kota Bandung.

Bahkan dari luar Bandung seperti Garut, Tasik ikut serta dalam melihat acara perdebatan itu.

Saat itu Ahmadiyah semakin dikenal oleh masyarkat Bandung yang Plural. Hasil dari

perdebatan itu malah jumlah anggota yang tidak disangka-sangka bertambah. Maksud hati

melihat berdebat bahkan ada yang menjadi masuk Ahmadiyah setelah melihat perdebatan itu.

Penulis melihat perkembangan jemaat Ahmadiyah Kota Bandung, Astana Anyar

sebagai titik pertama perjuangan penyebaran Ahmadiyah telah terbukti dengan begitu

banyaknya mesjid dan anggota yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Cabang terbesar

adalah Mesjid An Nashir jalan H. safari no 47 dan cabang Mesjid Mubarak jalan Pahlawan

no 71.

Pasca 1980 cabang jemaat Ahmadiyah tidak hanya di Kota bahkan sampai ke

Kabupaten di Bandung. Semua cabang yang ada di Kota dan kabupaten Bandung semuanya

menuakan kepada orang-orang atau pelaku sejarah dari perjuang dan pengembangan jemaat

Ahmadiyah yang ada di jalan H. Safari. Jalan ini lebih pantas diebut sebagai gang karena

Page 93: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

93

jalannya hanya cukup untuk satu mobil saja. Dari zaman dahulu sampai sekarang nama jalan

ini tidak berubah. Dan mesjid An-Nashir ini seni bangunan yang dipakainya juga tidak

pernah berubah.

Dari sini penulis melihat bagaimana militansi yang dimiliki oleh orang awwalin

dalam menyebarkan ajaran Ahmadiyah memilki keteguhan dan ketabahan hingga sekarang

organisasi ini masih tetap eksis sampai sekarang. Jumlah anggota yang tercatat di Bandung

hampir berjumlah dua ribu. Walaupun bila dibandingkan dengan organisasi Islam lainnya

jumlahnya masih relaif kecil.

4.4.1.3 Sikap pemerintah yang netral Kota Bandung memiliki berbagai macam julukan mulai dari zaman Belanda sudah

disebut dengan Paris Van Java. Hal ini menandakan bahwa Kota Bandung memiliki sejuta

pesona kehidupan yang ramai dari berbagai segi, budaya ras agama dan sebagainya.

Kesemuanya bersatu padu dalam harmoni di Bandung. Kota tempat tujuan wisata yang

sangat menarik. Dari kondisi yang seperti inilah pemerintah Kota Bandung dari awal

kemerdekaan sudah membuat kenyamanan dan kebebasan berekspresi bagi warga Kota

Bandung. Segala bentuk aksi anarkis yang berbau SARA sudah di counter oleh pemerintah.

Termasuk kasus Ahmadiyah. Perintah tidak membuat keputusan yang mendeskriditkan

jemaat Ahmadiyah. Pemerintah Kota Bandung tidak gegabah dalam bertindak, hal ini

terbukti dengan memberikan kepastian kenyamanan dan keamana dalam berkeyakinan dan

berpendapat.

Pemerintah kota Bandung bila menetapkan atau membuat Perda pelarangan

terhadap Ahmadiyah, efeknya akan lain masyarakat akan kacau. Pasti akan terjadi kasus

seperti di daerah Poso. Bila kenyaman dan keaman tidak terjamin maka Bandung tidak akan

jadi kota tujuan wisata. Dalam hal inilah penulis melihat efek yang ditimbulkan kondisi

Ahmadiyah sebenarnya pemerintah tidak turut campur dalam soal Aqidah tetapi pemerintah

Page 94: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

94

memikirkan kondisi kemanan dalam masyarakat dan tugas pemerintah tidak menyangkut

harus mengurusi dan mencampuri Aqidah warga masyarakat. Semua itu termaktub dalam

UUD ’45 Pasal 29. Tidaklah benar bila pemerintah melanggar aturan dalam kebebasan

berkeyakinan.. sikap inilah yang penting untuk disimak bagi kita segala gejala dalam

masyarkat tidak bisa dilihat hanya dari satu faktor saja. Banyak faktor yang menyertai suatu

gejala dalam masyarkat. Seperti kasus perang dunia kedua dan ketiga banyak faktor yang

menyertai suatu kejadian tersebut. Kasus Ahmadiyah pun tidak jauh berbeda dengan kasus

sosial kemasyarakatan lainnya. Kalau melihat kasus Ahmadiyah hanya melihat dari satu sisi

saja akan terjebak dengan perang saudara.

Bahkan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, khalifah ke-2 Islam menghendakai

agar setiap orang loyal kepada Negara dimana ia berada. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa

setia kepada pemerintah atau Negara diperinytahkan oleh al-Qur’an, yang berarti perintah

Tuhan. Imam atai khalifah tidak mempunyai hak unutk merubah sesuatu perintah yang

terdapat dalam al-Qur’an. (Sinar Islam, no 9 1980)

Sejak permulaan pendiri jemaat Ahmadiyah mengatakan organisasi ini bukan

organisasi politik unutk lebih tegasnya sebagai berikut:

f. jemaat Ahmadiyah bukanlah gerakan politik dan tidak mencampuri

perjuangan politik apa saja dan dimanapun juga.

g. Jemaat Ahmadiyah tidak akan merampas hak politik anggotanya selama

gerakan politik itu tidak bertentangan dengan asas Ketuhanan Yang Maha

Esa, namun jemaat Ahmadiyah memperingatkan anggotanya agar tetap setia

kepada bai’atnya, hendak menjunjung agma lebih dari dunia.

Penerbitan buku

NO NAMA BUKU PENGARANG PENERJEMAH JML

DICETAK 1 AL-QUR’AN DAN MIRZA R. Ahmad Anwar, 1.500

Page 95: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

95

TAFSIR SINGKAT (30 juz)

BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD

R. Sukri Barmawi, Mian Abdul Hayyee

2 PENGNATAR MEMPELAJARI

AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

R. Ahmad Anwar, R. Sukri, Syafi R.

Batuah

3.000

3 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

D. MARBUN (BHS BATAK)

3.000

4 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

R.SOEKARSONO MALANGJOEDO,

ABU BAKAR BASALAMAH, R. AHMAD SARIDO

H. SUHADI (BHS JAWA)

3.000

5 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

H. IWAN DARMAWAN (BHS BALI)

3.000

6 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

DJAJADI, J.D NARASOMA,

ANWARI (BHS SUNDA)

3.000

7 KUMPULAN HADITS-HADITS

H.J NURJEHAN SUSANTO SH, SABHUNUR

QOYUM

3.000

8 KUMPULAN HADITS-HADITS

D.MARBUN (BHS BATAK)

3.000

9 KUMPULAN HADITS-HADITS

BASALAMAH, R. AHMAD SARIDO

H. SUHADI (BHS JAWA)

3.000

10 KUMPULAN HADITS-HADITS

H. IWAN DARMAWAN

(BHS BALI

3.000

11 KUMPULAN HADITS-HADITS

SADKAR 3.000

12 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

R. AHMAD ANWAR

3.000

13 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

D.MARBUN (BHS BATAK)

3.000

14 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

H. IWAN DARMAWAN

(BHS BALI

3.000

Page 96: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

96

15 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

R. AHMAD ANWAR (BHS

SUNDA)

3.000

16 DA’WATUL AMIR MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

SAYYID SHAH MUHAMMAD, R. AHMAD ANWAR

3.000

17 YASSARNAL QUR’AN

3.000

18 KEMENANGAN ISLAM

MIRZA GHULAM AHMAD

MT.SUPARMAN 3.000

19 KAMI ORANG ISLAM

H.S.YAHYA PONTOH CS.

3.000

20 APAKAH AHMADIYAH ITU

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

R. AHMAD ANWAR

10.000

21 ISRA DAN MI’RAJ H.Ch. MAHMUD AHMAD

CHEEMA

10.000

22 TIGA MASALAH PENTING

H.Ch. MAHMUD AHMAD

CHEEMA

10.000

23 ARTI KHATAMAN NABIYYIN

H.Ch. MAHMUD AHMAD

CHEEMA

10.000

24 PERCAKAPAN ANTARA MUSLIM DAN KRISTEN

FAZL AHMAD ANWARI BA

SALEH A. NAHDI 10.000

25 NABI ISA DARI PELSTINA KE KASHMIR

SYAFI .R. BATUAH

10.000

26 ANALISA TENTANG KHATMAN NABIYYIN

MUHAMMAD SADIQ bin

BARAKATULLAH

10.000

27 FIQIH AHMADIYAH

HAFIDZ BOSHAN ALI

R. AHMAD ANWAR

3.000

28 FILSAFAT AJARAN ISLAM

MIRZA GHULAM AHMAD

SAYYID SHAH MUHAMMAD

6.500

29 SUARA SAKA LANGIT

MIRZA GHULAM AHMAD

R. AHMAD ANWAR

3.000

30 KEADAAN MUSLIM AHMADI SETELAH TERBIT FAJAR DEMOKRASI DI PAKISTAN

MT. SUPARMAN, R. AHMAD

ANWAR

3.000

Page 97: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

97

31 THE SITUATION OF AHMADI MUSLIM AFTER DAWN OF DEMOCRCY IN PAKISTAN

500

32 BROSUR LENGKAP TENTANG TASYAKUR SEABAD KHILAFAT

1.100

33 AMANAT KHALIFATL MASIH IV PADA PERAYAAN TASYAKUR SEABAD KHILAFAT

5.000

34 AMNAT RAISUTTABLIGH PADA PERAYAAN TASYAKUR SEABAD KHILAFAT

1.500

35 SATU ABAD AHMADIYAH

Ir SYARIF AHMAD LUBIS

MSc

2.000

36 PERKEMBANGAN JEMAAT AHMADIYAH DI SELURUH DUNIA

Ir. PIPI SUMANTRI

3.000

37 RIWYAT HIDUP DAN TUGAS MIRZA GHULAM AHMAD

SAYUTI AZIZ AHMAD, Sy

500

Sumber: Buku Tasyakur seabad khilafat Ahmadiyah di Indonesia tahun 1989 5 Faktor-faktor penghambat perkembangan jemaat Ahmadiyah

a. Kontroversi bidang teologi

Berbagai pandangan mengenai kenabian, wahyu, kematian Nabi Isa a.s al-masih dan

al-mahdi yang dipandang oleh Ahmadiyah sebagi pembaharuan dan suatu ungkapan dari

keinginan menunjukkan kebenaran Islam, ternyata dinilai berbeda oleh kebanyakan umat

Islam, bahkan menimbulkan kontroversi dan mengundang reaksi.

Page 98: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

98

Di bandung paham Ahmadiyah ditentang oleh A. Hassan seorang ulama terkenal dari

Persatuan Islam. Bentuk pertentangan berupa debat terbuka yang juga dihadiri oleh

organisasi Islam dan pers. Dari organisasi-organisasi Islam yakni Muhammadiyah Garut,

Muhammadiyah pekalongan, PSII Bandung. Sedang dikalangan pers antara lain bintang

Timur, Sinar Islam, Pembela Islam dan Tjahaja Islam.

Pandang Ahmadiyah khusunya dalam bidang teologi yang sekaligus sebagai doktrin

Ahamdiyah ternyata masih sulit diterima oleh kalangan umat Islam di Bandung khusunya,

bahkan selalu mendatangkan perdebatan yang tidak pernah selesai. Doktrin yang

dikemukakan oleh Ahmadiyah seperti masalah wahyu, kenabian, al-Masih dan al-Mahdi yang

dipandang masih controversial dengan pemahaman mayoritas umat Islam, dapat menjadi

factor penghambat perkembangan ahmadiyah khususnya di Bandung.

b. Dijadikan objek politik Awal perkembangan jemaat Ahmadiyah selalu mendapat pertentanagn dari kalangan

umat Islam. Pertentangan itu menyebabkan sedikit memberikan guncangan bagi

keberlangsungan organisasi ini. Penulis melihat pasca kemerdekaan Indonesia 1945, kondisi

Negara sedang kurang menguntungkan stabilitas kemanan kurang baik kondisi ekonomi

sangat memperihatinkan. Dengan kondisi seperti inilah ada pihak yang mencoba

menunggangi masyarakat dengan berbagai isu. Pemberontakan-pemberontakan dari berbagai

wilayah termasuk di Jawa Barat. Kartosuwiryo (DI/TII) 1962, PKi 1965. Banyak dari

masyarakat yang tidak senagn dengan keberadaan Ahmadiyah membuat fitnah kepada jemaat

Ahmadiyah bahwa anggota jemaat ada yang terlibat dengan kasus pemberontakan tersebut.

Melihat kondisi yang seperti inilah membuat pengurus jemaat Ahmadiyah Indonesia

mengeluarkan instruksi dan sekaligus mempertegas bahwa oerganisasi ini bukan organisasi

politik, seperti yang sudah digariskan oleh pendirinya yang menyatakan bahwa organisasi ini

sampai kapanpun bukanlah organisasi politik, cara memenangkan agama Islam bukan melalui

partai politik atau politik praktis tetapi melalui pembinaan akhlak setiap anggotanya.

Page 99: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

99

Pernyataan bahwa organisasi ini tidak terlibat dalam politik praktis atau lebih jauhnya mau

mengadakan kudeta kepada pemerintah maka pada tahun 1965 bulan Agustus,

pernyataannya sebagai berikut;

No.48/sekr. Ch./65

PENGURUS BESAR JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

MEMPERHATIKAN:

1. Tindakan yang dilakukan oleh apa jangdinamakan “GERAKAN 30 September”

adalah tindakan kontra revolusioner:

2. Pemerintah telah membekukan PAarpol/Ormas jang tersangkut dalam “Gerakan 30

September” itu

MENGINGAT:

1. Djemaat Ahmadiyah Indonesia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Anggaran

Dasar Pasal V dan ART pasal 8b, patuh pada pemerintah Republik Indonesia.

2. Djemaat Ahmadiyah Indonesia, sesuai dengan pelajaran menganggap, bahwa

tindakan-tindakan jang dilakukan “Gerakan 30 September” itu adalah terkutuk.

3. Bahwa diantara anggota-anggota Ahmadiyah mungkin sekali ada jang termasuk

dalam Paropol/Ormas jang kegiatannya telah dibekukan oleh pemerintah karena

tersangkut dalam “Gerakan 30 September itu.

MENIMBANG:

Perlu diadakan pembersihan dalam lingkungan Djemaat Ahmadiyah Indonesia:

MEMUTUSKAN

1. Memetjat setiap anggota Ahmadiyah jang telah ditahan oleh alat Negara atas tuduhan

ikut serta aktif dalam “Gerakan 30 September “ dan mulai sejak penahanan orang

tersebut tidak lagi memepunjai hubungan dengan Djemaat Ahmadiyah Indonesia.

2. Memerintahkan kepada setiap anggota Ahmadiyah jang termasuk dalam dalam

Parpol/Ormas jang kegiatannya sudah dibekukan itu supaja menjatakan menarik diri

dari keanggotaan Parpol/Ormas tersebut. Pernyataan penarikan diri dari Parpol/Ormas

itu harus dilakukan dengan tertulis dan tembusannya disampaikan kepada Pengurus

Djemaat.

3. Memerintahkan kepada Pengurus Tjabang Djemaat Ahmadiyah Indonesia untuk

mengusahakan agar ad1 dan 2 diatas terlaksana dalam waktu 3x 24 djam sesudah

surat keputusan ini sampai ketangannja dan melaporkan kepada Pengurus Besar

dengan segera nama-nama orang-orang yang jang kepda mereka telah didjalankan

tindakan seperti jang dimaksudkan dalam ad1 dan 2 diatas.

Page 100: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

100

Dekeluarkan di Djakarta

Pada tanggal 10 Nopember 1965

Pengurus Besar Djemaat Ahmadiyah Indonesia

Mengetahui:

Raisuttabligh:

(Imamuddin H.A)

Ketua:

(Sukri Barmawi)

Pernyataan tersebut dibuat karena kondisi jemaat Ahmadiyah Indonesia sedang dalam

keadaan kurang menguntungkan ditahun 1965 karena kasus Gerakan 30 September. Yang

menjadi ketua adalah Sukri Barwawi beliau juga merupakan perintis dari jemaat Ahmadiyah

di Bandung. Karena di tahun 1948-180an jemaat masih sangat sedikit jadi para pengmbang

jemaat Ahmadiyah dalam melaksanakan penyebaran banyak yang merangkap jabatan, ada

ayng menjadi ketua di Bandung juga bias merangkap jabatan yang sama di daerah lainnya

selama daerah tersebut masih berdekatan. Seperti halnya pa Wahid yang mengembangkan

jemaat Hamdiyah di Bandung, beliau juga mengmbangkan jemaat hamdiyah di Jawa Tengah.

Bahkan seorang Mubaligh Pakistan sayyid Muhammad Shah. Beliau dalam perang

kemerdekaan bahkan pasca kemerdekaan banyak terlibat membantu merebut dan

mempertahankan kemerdekaan di beberapa wilayah di Indonesia. Sekalipun tuigas utamanya

adalah memeprkuat penyebaran Ahmadiyah di Bandung. Karena kondisi yang sangat

membutuhkan bantuan maka beliau sendiri membantu tidak mengenal wilayah dimana beliau

ditugaskan oleh Khalifah jemaat Ahmadiyah.

Karena jemaat Ahmadiyah sangat kompak hal inilah yang membuat oknum dari

masyarakat yang meras terusik banyak menybarkan desas-desus bahwa hamdiyah adalah

agen Amaerika ahmadiyah agen Yahudi. Tuduhan seperti itu bila dilihat masih berlaku dalam

masyarakat. Oknum yang tidak senag kepada jemaat Ahmadiyah berusdaha membuat

Page 101: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

101

konspirasi dengan membuat tuduhan yang dialamatkan kepada jemaat Ahmadiyah. Dengan

tuduhan seperti itu jemaat Ahmadiyah semakian sulit untuk berkembang.

Page 102: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

102

Bab IV Pembahasan

4.1 Sekilas Biografi Pendiri Jemaat Ahmadiyah

Pembasahan organisasi Ahmadiyah ini sangat erat hubungannya dengan pendiri dari

organisasi ini, yakni Mirza Ghulam Ahmad. Banyak penulis yang membuat biografi ini baik

dari Negara Barat maupun dari Negara kita, dengan berbagai macam perspektif. Dari

berbagai perspektif yang timbul penulis melihat nampaknya perlu ditampilkan berbagai

perspektif yang positif maupun yang negative, mulai dari leluhurnya dan kondisi kehidupan

beliau. Seorang penulis dari Barat Ian Adamson memberikan gambaran tentang kelahiran

Mirza Ghulam Ahmad sebagai berikut:

Mirza Ghulam Ahmad was born on Februari 13th, 1835, the second son of Mirza

Ghulam Murtaza. He was a twin, but his sister died a few days after deir birth. His

birth was period of rejoicing for the family for at that time financial adversity also

ended for the family. Five villages, part of the family estate confiscated when the Sikhs

took power in the Punjab, were restored to them.

It was also the time forecast by tradition for the coming of the Promsed Mesiah. There

was general agreement among Muslim that The Mahdi, which translates in English as

“The Guide One” , would appear at the beginning of the 14th century of the Hegira,

which corresponds roughly to the last decade of the 19th century of the Christian

calendar. Yesus had also indicated that the time of second coming would be signaled

by wars, epidemics and general tribulation. The Firsr World War, the Spainish flue

epidemic which killed millions fulfilled these conditions. And among many Christian

denominations it was believed that the late 19th or early 20th century was the period

when Jesus would come again to the world.(Iain Adamsom Mirza Ghulam Ahmad Of

Qadian ;7).

Penulis dari Indonesia seperti Alhadar pernah menulis dalam bukunya Ahmadiyah

Telanjang Bulat di Panggung Sejarah. Dalam tulisan Alhadar tersebut berusaha

mengungkapkan fakta-fakta atau kelemahan-kelamahan dari pendiri jemaat Ahmadiyah. Dan

Page 103: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

103

hal ini kemudian meresap dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada umumnya

masyarakat di Indonesia mengetahui isu-isu Ahmadiyah itu sebagai berikut:

5. Orang Ahmadiyah Syahadatnya berbeda

6. Orang Ahmadiyah Qur’annya beda

7. Orang Ahmadiyah mesjidnya tidak menghadap kiblat

8. Orang Ahmadiyah puasanya berbeda

Banyak lagi isu yang masuk ke telinga bangsa Indonesia termasuk penulis sendiri.

Ketika penulis membaca literatur dari Pakistan ternyata isu yang timbul terhadap

Ahmadiyah itu sedikit berbeda. Orang Pakistan tidak menyebutkan Tadzkirah itu sebagai

kitab sucinya jemaat Ahmadiyah. Mereka mengetahui betul sejarah ditulisnya Tadzkirah itu.

Tadzkirah hanyalah sebuah tulisan yang di dalamnya memuat kumpulan catatan rohani

Mirza Ghulam Ahmad dan ditulisnya pun 30 tahun sesudah Mirza Ghulam Ahmad wafat.

Bahkan masyarakat di Negara ini dan di zaman sekarang yang serba modern masih

sangat sedikit kemauan untuk membaca dan menelaah sendiri. Kebanyakan dari kita lebih

suka mendengar dari para ulama. Ulama dijadikan patokan dalam menentukan hukum

sekalipun hukum yang diberikan atau difatwakan bertentangan dengan Al-Qur’an:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku

tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah

Page 104: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

104

kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al

Maidah:8).

Basyirudin (Saif, 1982:48-50) menyatakan bahwa suatu kutipan lain dalam buku

Inilah Qadiani hal 52 “kita bertentangan dengan kaum muslim lain dalam segala hal; tentang

Allah, Rasul, Al-Qur’an, Shalat, haji dan Zakat. Antara kami dan mereka terdapat

pertentangan yang esensial dalam semua itu”. Kutipan itu tidak memuat secara lengkap dan

detail, sebenarnya Hadhrat Basyirudin Mahmud Ahmad r.a. beliau menyatakan bahwa Zat

Allah swt, wujud Rasulullah saw, Al-Qur’an, Shalat, Puasa, Naik Haji dan Zakat. Ringkasnya

tiap-tiap hal terdapat perbedaan. Mengenai hal tersebut dijelaskan secara panjang lebar

tulisan ini ditulis dalan (Al-Fazal 30 Juli 1931).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana kebanyakan dari kalangan umat Islam

baik semasa Mirza Ghulam Ahmad pertentangan kepada beliau sangat banyak. Pendakwaan

Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi yang dijanjikan telah banyak menuai kontroversi

dari umat Islam. Bahkan Mirza Ghulam Ahmad pernah menulis dalam buknya yang berjudul

Perlunya Seorang Imam Zaman semasa beliau masih hidup, sedikitnya seseorang untuk

menjadi seorang Imam Zaman harus memiliki tiga kriteria (Ahmad: 2004:12-14).

Pertama ialah daya akhlak. Sebab Imam harus berhubungan dengan orang-orang

berandalan yang berbudi rendah dan yang bermulut kotor. Oleh Karena itu, di dalam diri

mereka harus bermukim daya akhlak yang tinggi tarafnya supaya di dalam diri mereka jangan

timbul tabiat pemberang dan gelora emosi kegila-gilaan sehingga orang-orang tidak terluput

dari kebajikan-kebajikannya.

Memalukan sekali orang yang disebut sahabat Tuhan tetapi terperangkap dalam

akhlak rendah dan tidak dapat menahan perkataan kasar sedikit pun. Barang siapa yang

disebut Imam Zaman tetapi demikian mentah tabiatnya menyala, ia sekali-kali tidak dapat

disebut Imam Zaman.

Page 105: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

105

kedua adalah daya keimaman (Imamat) yang karenanya ia dijuluki Imam, yakni

kegairahan melangkah maju dalam hal-hal terpuji, amal-amal saleh, segala kearifan Ilahi dan

kecintaan Ilahi: yaitu jiwanya tidak menyukai kerugian suatu apa pun dan tidak menyenangi

suatu keadaan cacat apa pun. Ia merasa prihatin lagi sedih kalau ia terhalang dari kamajuan.

Hal ini merupakan suatu daya fitrat yang bermukim dalam diri sang Imam. Seandainya ia

mengikuti cahayanya, maka dari segi daya fitratnya ia tetap seorang Imam juga adanya.

Walhasil, makrifat halus ini patut dicamkan bahwasanya keimaman merupakan suatu

daya tertanam di dalam wujud fitratnya guna melaksanakan tugasnya itu dan tersirat dalam

kehendak Ilahi. Apabila kata Imamat harus diterjemahakan, maka kata itu dapat dikatakan

kemampuan kepemimpinan (wujud yang harus diikuti).

Tegasnya, fungsi keimaman ini bukan suatu kedudukan yang bersifat sementara dan

datang turun temurun. Melainkan, seperti halnya daya penglihatan, daya simak dan daya

pengertian demikian pula halnya daya ini merupakan daya untuk maju ke depan serta meraih

martabat paling awal dalam urusan-urusan Ketuhanan. Sedangkan kata Imamat itu

mengisyaratkan kepada kandungan makna itu pula.

Ketiga adalah keleluasaan di dalam Ilmu yang penting bagi seorang Imam. Ciri khas

ini penting sekali karena wawasan keimanan menghendaki tindak langkah ke depan dalam

kebenaran, kearifan, kebutuhan cinta kasih, kelurusan dan kesetian. Oleh karena itu, ia

menggunakan seluruh potensi lainnya dalam pengabdian ini serta ia setiap saat sunguh-

sungguh memanjatkan do’a.

Selain itu, kedatangan Imam Zaman tidak akan pernah terputus. (Abu Daud & Misykat hal

36).

“Sesungguhnya Allah swt. Akan mengirimkan untuk umat ini pada permulaan setiap

seratus tahun seorang Mujadid (Pembaharu) yang akan memperbaiki agamanya”.

Page 106: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

106

Sumber lain yang berbicara tentang kedatangan seorang Mujadid di tiap permulaan

seratus tahun itu tertulis dalam kitab (Hijajul Kiramah: 135-139). Dalam kitab tersebut

dijelaskan beberapa Mujadid setelah Khulafaurrasyidin, daftar Mujadid tersebut sebagai

berikut:

15. Umar bin Abdul Aziz

16. Imam Syafi’i

17. Abu Syarah/ Abu Hasan Asysyar

18. Abu Ubaidullah Nisyapuri/ Abu Bakar Baqlani

19. Imam Gazali

20. Sayyid Abdul Qadir Jaelani

21. Imam Ibnu Taimiya/ Khwaja Mu’inuddin Chsiti

22. Hafidz Ibnu Hajar Asqalani/ Saleh bin Umar

23. Imam Suyuti

24. Imam Uhammad Tahir Gujrati

25. Mujadid Alif Tsani Sarhindi

26. Syah Waliullah Muhaddas Dhelwi

27. Syid Ahmad Brelwi

28. Imam Mahdi & Masih Mau’ud

Dari semua Mujadid tersebut dalam catatan sejarah semasa hidup Mujadid tersebut

mendapatkan cercaan dan makian yang tidak sedikit. Mereka dituduh banyak hal mulai dari

mereka dituduh makar kepada pemerintah dan dituduh membuat ajaran yang sudah

menyimpang dengan keyakinan kebanyakan para ulama setempat. Namun, setelah ratusan

tahun baru mereka mengenang jasa dari para Mujadid tersebut. Tetapi, di awal kehidupannya

kalangan masyarakat banyak menentang dan mencaci.

Penulis melihat seperti doktrin yang diterapkan dan diajarkan oleh Mirza Ghulam

Ahmad seperti masalah Al Mahdi dan Al Masih, Mujadid, Kenabian, Wahyu, Khalifah Jihad.

Ajaran tersebut kemudian menjadi sesuatu yang khas dalam jemaat Ahmadiyah dimanapun

mereka berada. Mereka meyakini apa yang diajarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad itu

Page 107: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

107

merupakan suatu ajaran kebenaran dan tanpa paksaan mereka meyakini dan mengimani

ajaran tersebut walau harus dibayar dengan nyawa sekalipun untuk lebih melihat lebih jauh

arah ajaran yang diajarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad perlu diuraikan secara rinci dalam

(Zulkarnain: 112)

f. Masalah al-Mahdi dan al-Masih

Masalah al-Mahdi dan al-Masih adalah merupakan ajaran pokok dalam Ahmadiyah.

Menurut Ahmadiyah paham tentang al-Mahdi tidak dapat dipisahkan dengan masalah

kedatangan kembali Isa al-Masih di akhir zaman, karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu

tokoh, satu pribadi, yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Tuhan. Ia ditugaskan oleh

Tuhan untuk membunuh Dajjal, mematahkan tiang salib, yaitu mematahkan argumen-

argumen agama Nasrani dengan dalil-dalil atau bukti-bukti yang meyakinkan serta

menunjukkan kepada para pemeluknya tentang kebenaran Islam. Disamping itu, ia pun

ditugaskan untuk menegakkan kembali syari’at Nabi Muhammad, sesudah umatnya

mengalami kemerosotan dalam kehidupan beragama.

Dasar yang mereka gunakan mengenai kedatangan al-Mahdi dan al-Masih yang

dijanjikan, adalah sabda Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Bukair, dari al-

Laits dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dari nafi’ Maulana Abi Qatadah al-Anshari, dari Abu

Hurairah:

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: “Bagaimanakah (Sikap)

kamu sekalian apabila Ibnu Maryam datang (bersamamu), sedangkan imamu berasal dari

kalanganmu”.

Page 108: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

108

Dalam hadits tersebut, Ahmadiyah memahami bahwa kata-kata Imamukum minkum

( ) menunjukan bahwa yang dimaksud ialah seorang diantara umat Islam

sendiri. Artinya, bukan imam yang datang diluar umat Islam, misalnya dari Bani Israil.

Dengan demikian al-Masih yang datang di akhir zaman itu bukanlah Nabi Isa a.s yang telah

wafat, melainkan seorang Islam yang mempunyai perangai atau sifat-sifat seperti nabi Isa as,

al-Masih yang dijanjikan, yaitu Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian dan pengakuan sebagai

al-Masih itu ia umumkan pada tahun 1891

Mengenai nuzul al-Masih, kaum Muslimin pada umumnya berpendapat bahwa al-

Masih yang akan datang pada akhir zaman itu adalah Ibnu Maryam as, yang diutus kepada

Bani Israil. Beliau sekarang masih hidup di langit. Nanti pada hari akhir akan turun dari

langit ke dunia dengan dibantu Imam Mahdi. Beliau akan berperang melawan orang-orang

non Muslim dan tidak akan berhenti berperang selama musuh-musuh Islam belum mati atau

memeluk Islam. Sesudah itu akan didirikan kerajaan Islam di dunia ini.

Sejalan dengan ini ibu Khaldun Sosiolog Muslim mengemukakan sebagai berikut

(Zulkarnain, 2000: 115) telah dikenal di kalangan umat Islam sepanjang masa bahwa pada

akhir zaman pasti akan lahir seorang laki-laki dari ahli bait yang akan menguatkan agama,

melahirkan keadilan dan menjadi ikutan kaum Muslimin. Ia akan mengusai kerajaan-

kerajaan Islam dan ia dinamai Mahdi. Keluarnya Dajjal dan tanda-tanda hari Qiamat yang

tersebut dalam hadits-hadits shahih sesudah datang Dajjal, adalah terjadinya mengikuti

Mahdi. Dan Nabi Isa akan turun kemudian ia membunuh Dajjal dan ia shalat beriman

kepada Mahdi.

Sedang golongan lain, yakni Ahmadiyah memahami hadits-hadits tentang nuzul al-

Masih secara kiasan. Mereka berpendapat bahwa al-Masih (Nabi Isa) ibnu Maryam yang

diutus kepada Bani Israil telah wafat secara wajar dalam usia lanjut. Orang yang sudah wafat

Page 109: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

109

tidak akan dibangkitkan lagi sebelum hari Qiamat datang. Dasar yang dipakai adalah surat

al-Mukmin (23): 16 dan 100

Artinya:

Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari

kiamat. (al-Mukmin: 16)

Artinya:

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.

Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada

dinding sampai hari mereka dibangkitkan . (al-Mukmin: 100)

Sehingga menurut Ahmadiyah, Isa dan al-Mahdi adalah satu pribadi, bukan

sebagaimana yang dipahami orang pada umumnya. Selain ayat tersebut diatas.

Terdapat juga hadits yang menjadi dasar kayakinan Ahmadiyah yang diriwayatkan

oleh Ibnu Majah dari Yunus ibn Abdul A’la, dari Muhammad Idris al-Syafi’i, dari

Muhammad ibn Khalid al-Janadi, dari Abban ibn Shaleh, dari al-Hasan, dari anas ibn Malik:

Artinya: dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah saw, bersabda, tidaklah urusan

bertambah kecuali kesulitan; dunia dunia tidak bertambah kecuali kemunduran; tidaklah

Page 110: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

110

bertambah manusia keculi cucuran air mata; tidaklah tiba hari Qiamat kecuali atas orang-

orang yang jahat; dan tiada seorangpun (sebagai) al-Masih selain Isa ibn Maryam.

Dengan demikian hadits tentang nuzulul Masih menurut Ahmadiyah tidak dapat

dipahami secara harfiah, melainkan harus dipahami secara kiasan alasan yang digunakan

adalah:

3. Sabda nabi itu secara lahiriah ditujukan kepada sahabat beliau, akan tetapi pada

hakekatnya yang dimaksud adalah umat Islam pada akhir zaman.

4. Nabi Isa tidak dapat digolongkan ke dalam kata “antun” (kamu umat Muhammad),

karena:

e. Nabi Isa memang bukan umat Muhammad

f. Nabi Isa adalah Imam bani Israil

g. Nabi Isa sudah wafat

h. Orang yang sudah wafat sebelum hari Qiamat tidak akan dibangkitkan lagi

kedunia.

Selain hadits yang digunakan beberapa ayat al-Qur’an dijadikan pijakan dalam

memberikan penafsiran bahwa yang didakwakan oleh Mirza Ghulam Ahmad itu semasa

hidupnya adalah suatu kebenaran ayat al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:

Artinya:

Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra

Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)

menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi

mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,

Page 111: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

111

benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai

keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka

tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (Annisa: 157)

Artinya:

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Annisa: 158)

Dalam ayat tersebut jemaat Ahmadiyah memahami ma shalabuhu ( ) itu

sama sekali tidak menyangkal Nabi Isa dinaikkan ke atas tiang salib tetapi menyangkal

kematian Nabi Isa di tiang salib.. jadi arti kata ma shalabuhu ( ) artinya mereka

tidak menyebabkan dia mati pada kayu palang atau mereka tak menyalibkan dia (Isa). Disalib

artinya dihukum mati dengan jalan memakukan atau mengikatkan pada kayu salib dan

dibiarkannya sampai mati, yang biasanya memakan waktu lama sekali. Nabi Isa dinaikkan ke

atas tiang salib hanya kira-kira tiga jam saja. Bukti lain bahwa nabi Isa tidak mati di tiang

salib adalah dalam kitab Injil bahwa nabi Isa disalib hanya beberapa jam saja. (Markus, 15:12

dan Yahya 19:14). Dan kematian karena di salib memakan waktu agak lama (Yahya, 19:32-

33). Nabi Isa pidah ke Kashmir (India) dan meninggal secara wajar dalam usia 120 tahun

Demikianlah Nabi Isa telah menyempurnakan tugasnya, ia meninggal dunia,

sebagaimana biasanya manusia dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir. Atas penyelidikan

Mirza Ghulam Ahmad, pendiri jemaat Ahmadiyah, telah menunjukan kuburan Nabi Isa yaitu

di Mohala Khan Yar di kota Srinagar, dan kuburan itu masih dapat dikunjungi di sana

(Batuah, 2007: 30-31).

Mengenai kata syubbiha lahum ( ) menurut Ahmadiyah dapat

ditafsirkan ditampakkan bagi mereka demikian, yakni seperti nabi Isa itu telah Mati di tiang

salib. Jadi Nabi Isa di atas tiang salib belum meninggal. Dengan demikian kata tersebut

Page 112: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

112

menurut Ahmadiyah tidak dapat diterjemahkan “orang yang diserupakan dengan Isa Bagi

mereka”. Kata syubbiha ( ) dalam pandangan jemaat Ahmadiyah kata tersebut

dapat ditafsikran dua macam, pertama, ia dibuat seperti itu atau dibuat menyerupai itu, dan

kedua, perkara itu dibuat samar-samar atau kabur. Jadi nabi Isa diserupakan itu.

Sedang kata rafa’a ( ) mempunyai dua arti, yakni mengangkat atau menaikkan

dan meninggikan atau memuliakan. Tetapi kata rafa’ailallah dalam al-Qur’an selalu

mengandung arti meninggikan atau memuliakan. Jadi rafa’ahullahu ilaihi artinya “Allah

mengangkat dia ke hadapan-Nya”. Mengangkat artinya memuliakan, dalam hal ini derajat

atau pujian bukan tempat dan arah adapun uraian mengakat dan meninggikan Nabi Isa itu

merupakan jawaban dari usaha yang dilakukan oleh kaum Yahudi untuk membunuh Nabi Isa

di tiang salib. Hal serupa juga diungkapkan oleh mubaligh Ahmadiyah yang di Inggeris

tentang Nabi Isa tidak mati di tiang salib dan nabi Isa tidak naik ke langit. Keyakinan tersebut

tidak pernah ada pada masa Kristen awal. Sham menjelaskan dalam buknya Where Did Jesus

Die.

“ascention is not mentioned in the earliest Christian writings, namely, the Epistles,

nor apparently, was it referred to in the earliest Gospel, that of St. mark, for the

words, “He was received up into heaven”, are quite vague and are included in those

last twelve verses of the book which are now recognized by practically all Biblical

scholars as a much later addition’. Further, he say:-

“such an ascension into the sky was the usual end to the mythical legends of the

live of the pagan gods, just as it was to the very legendary life of Elijah. The god

Adonis, whose worship flourished in the lands in wich Christinity grew up, was

thought to have ascended into the sky the presence of his followers after his

resurrection, and similarly Dionysos, Herakles, Hyacinth, Krisna, Mitra and other

deities went un into heaven”.

The conclusion at wich we arrive is that it is wrong to base the theory of the

Ascention on cuch insecure grounds. (Sham, 1978: 61-62).

Page 113: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

113

Jelas sekali apa yang disebutkan oleh Sham tadi yang juga ia menjabat sebagai

mubaligh untuk Inggeris mengatakan bahwa Nabi Isa naik ke langit itu tidak ada dasarnya

sama sekali bahkan pada masa Kristen awal hal itu tidak diketahui. Keyakinan tentang Nabi

Isa naik ke langit itu merupakan adopsi dari keyakinan Paganisme legenda mitologi saja.

Dalam hal ini Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai al-Masih (Isa Muhammad),

selain wahyu yang ia terima dan bukti-bukti dalam al-Qur’an dan hadits karena ia

mempunyai kesamaan dengan Nabi Isa as. (Isa Israili). Adapun kesamaan Isa Israili dengan

Isa Muhammadi antara lain dalam (Zulkarnain, 2000: 122-123).

4. Keduanya terjadi setelah memasuki abad ke-14. Isa Israili yang dijanjikan muncul

pada abad ke-14 sesudah Nabi Musa. Dan Isa Muhammadi muncul pada abad ke-14

sesudah Nabi Muhammad saw.

5. Keduanya menegakkan syari’at Nabi yang diikutinya. Isa Israili mengikuti syari’at

Musa, sedang Isa Muhammadi (al-Masih) mengikuti syari’at Muhammad saw.

6. Isa al-Masih adalah Masih Mau’ud dalam syari’at Musa Israili. Sedang Mirza Ghulam

Ahmad adalah Masih Mau’ud dalam syari’at Muhammad saw. Sedang tugas al-Masih

dan al-Mahdi yang dijanjikan antara lain:

4. Memperbaharui agama

5. Memecahkan salib

6. Membunuh babi

Mengenai tanda-tanda kedatangan al-Masih al-Mahdi yang dijanjikan, jemaat

Ahmadiyah mendasarkan ayat al-Qur’an antara lain al-Qur’an sendiri banyak memberikan

nubuwwatan tentang hal tersebut, sebagai berikut:

Page 114: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

114

Artinya:

Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat

dari seluruh tempat yang tinggi.(Al-Anbiya: 96).

Ayat ini menerangkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj pun walau mereka menguasai

seluruh dunia, mereka tunduk pada undang-undang itu. Dan yang dimaksud mereka mengalir

dari tiap-tiap tempat yang tinggi ialah bahwa mereka akan merampas tiap-tiap tempat yang

nyaman dan menguntungkan hingga dikuasailah seluruh dunia.

Ayat tersebut mengambarkan merajalelanya Ya’juj dan Ma’juj di dunia

mengisyaratkan penjajahan Eropa di seluruh dunia. Dengan demikian ramalan dalan al-

Qur’an mengenai merajalelenya Ya’juj dan Ma’juj pada Zaman akhir, telah muncul pada

zaman sekarang ini.

Pandangan pendiri Ahmadiyah mengenai masalah tersebut sangat aneh bagi kalangan

masyarakat. Kendati di Negara Indonesia sudah mengenal dengan akan datangnya “ratu adil”

telah banyak menuai pro-kontra apakah memang ada wujudnya atau pandangan yang

lainnya. Penulis tidak dapat akan memperpanjang siapa al-Mahdi dan al-Masih itu, karena

masalah tersebut adalah masalah soal keyakinan dari setiap individu yang kemudian

teraktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pada masa penjajahan Belanda penduduk

pribumi termasuk di dalamnya masyarakat Sunda sangat mendambakan datangnya ”Ratu

Adil” itu.

Dalam “Uga” cerita leluhur orang sunda datangnya “Ratu Adil “ itu adalah di alun-alun

kota Bandung. Bila kita lihat atau cermati alun-alun kota Bandung itu dahulu adalah Tegal-

lega. Dan pertama kalinya datang penyebar Ahmadiyah itu ke Kota Bandung, tempat yang

pertama disinggahi adalah Tegal-Lega itu. Dikalangan jemaat Ahmadiyah kota Bandung

dengan adanya “Uga” tersebut dijadikan dalil dalam rangka penyebaran Ahmadiyah di Kota

Page 115: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

115

Bandung, dengan memanfaatkan situasi kultur masyarakat Bandung yang pada waktu itu

masih sangat kuat dengan keyakinan terhadap’’Uga”. Hal seperti ini tidak hanya berlaku

untuk Bandung saja bahkan daerah lain di Nusantara ini jemaat Ahmadiyah dalam rangka

menyebarkan ajarannya lebih dulu mengenal situasi kondisi masyarakat untuk lebih

memudahkan dalam kegiatan penyiaran ajarannya.

g. Kenabian

masalah kenabian ini sangatlah penting sekali untuk dibahas karena terdapat

perbedaan yang menarik atara pengertian kenabian. Golongan Sunni mengangggap antara

nabi dan Rasul itu berbeda. Nabi adalah orang yang menerima wahyu dan tidak diwajibkan

menyampakan kepada umatnya. Sedangkan Rasul adalah orang yang menerima wahyu dan

juga punya kewajiban meyampaikan kepada umatnya.

Sedangkan dalam pandangan jemaat Ahmadiyah nabi berasal dari kata naba yang

berarti membawa kabar ghaib, juga berarti ramalan tentang peristiwa yang akan terjadi.

Menurut jemaat Ahmadiyah, istilah nabi secara syar’i hanya diterapkan kepada orang yang

dipilih Allah, diutus unutk menyampaikan perintah Allah kepada manusia. Ia juga disebut

rasul (utusan Allah). Dengan demikian semua nabi adalah rasul. Dengan kata lain nabi dan

rasul adalah satu mafhum, tidak berbeda. Jemaat Ahmadiyah menggunakan dasar dari surat

Yunus:47

Artinya:

47. Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah

keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.

Dalam pandangan jemaat Ahmadiyah ada tiga klasifikasi dalam masalah kenabian

Page 116: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

116

4. Nabi Syahibu al-syari’ah dan Musytaqil. Artinya nabi yang membawa syari’at

(hukum-hukum) untuk manusia. Mustaqillah, artinya menjadi nabi dengan tidak

karena hasil itha’at, mengikuti kepada nabi sebelumnya. Seperti nabi Musa a.s. ;

beliau menjadi nabi bukanlah hasil dari mengikuti nabi atau syari’at sebelumnya.

Langsung menjadi nabi dan membawa Taurat, begitu pula nabi Muhammad saw. Nabi

semacam ini dapat juga disebut Nabi tasyri’i dan Mustaqil (langsung).

5. Nabi musytaqil ghiar al-Tasyri’I,artinya ia, menjadi nabi dengan langsung bukan hasil

mengikuti kepada nabi sebelumnya. Artinya ia ditugaskan Tuhan menjalankan

syari’at yang dibawa nabi sebelumnya. Seperti nabi Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria,

Yahya dan nabi Isa a.s. kesemuanya itu menjadi nabi secara langsung (mustaqil),

tidak karena hasil mengikuti nabi Musaa.s atau nabi lain sebelumnya. Mereka dengan

langsung diangkat Tuhan menjadi nabi dan ditugaskan menjalankan syariat Taurat.

6. Nabi zhilli ghair al-Tasyri’i, artinya ia mendapat anugrah Allah menjadi nabi semata-

mat karena hasil kepatuhan kepada nabi sebelumnya dan juga mengikuti syari’atnya.

Jadi kenabian itu di bawah kenabian sebelumnya dan tidak ada syari’at baru. Seperti

kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Yang mengikuti syari’at nabi Muhammad saw.

Menurut paham Ahmadiyah, hanya nabi-nabi yang membawa syari’at saja yang sudah

berakhir. Karena lembaga kenabian sudah tertutup. Sedangkan, nabi-nabi yang tidak

membawa syari’at akan tetap berlangsung.

h. Wahyu

Sebagaimana pembahasan tentang kenabian, pembahasan masalah wahyu di kalangan

jemaat Ahmadiyah juga merupakan pembahasan penting.

Wahyu Allah tidak hanya di turunkan kepada para nabi Allah saja. Melainkan,

dikaruniakan pula kepada semua umat manusia. Bahkan dikaruniakan kepada semua

Page 117: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

117

ciptaannya seperti hewan dan tumbuhan. Ringkasnya dalam al-Qur’an dikemukakan macam–

macam wahyu

6. Wayu Allah kepada makhluk yang tak bernyawa seperti bumi dan langit (41:11-12).

7. Wahyu kepada binatang seperti Lebah (16:68-69).

8. Wahyu kepada Malaikat (8:12).

9. Wahyu kepada manusia biasa baik laki-laki maupun perempuan yang bukan nabi

seperti para sahabat Nabi Isa (5:11) dan ibu Nabi Musa (28:7).

10. Wahyu kepada nabi dan rasul (21:7 dan 4:164).

i. Khalifah

Menurut Mirza Basyirruddin Mahmud Ahmad dalam al-Qur’an perkataan khalifah

dalam tiga pengertian:

4. Khalifah dipergunakan untuk nabi-nabi yang seakan-akan menjadi pengganti Allah di

dunia. Umpamanya Nabi Adam disebut khalifah (2:31-32) dan Nabi Daud

disebutkan sebagai khalifah (38:27).

5. Khalifah diartikan sebagai kaum yang datang kemudian dalam surat al-A’raf (70 dan

75) khalifah pengganti nabi juga di tunjuk oleh kaum seperti khalifah Abu Bakar

yang menggantikan Mabi Muhammad

6. Khalifah dipergunakan untuk pengganti nabi karena mereka mengikuti jejak nabi

sebelum mereka. khalifah semacam ini diangkat oleh Tuhan.

j. Jihad

Hakikat Jihad Islami dipaparkan oleh pendiri jema’at Ahmadiyah.

“Sekarang saya ingin menuliskan jawaban pertanyaan, mengapa Islam memerlukan

Jihad dan apa yang dimaksud dengan Jihad? Hendaknya jelas ketika Islam lahir, sejak saat

itu juga Islam terpaksa menghadapi kesulitan-kesulitan besar dan segenap kaum telah

Page 118: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

118

menjadi musuhnya. Ini memang merupakan suatu hal yang wajar, ketika seorang nabi atau

rasul diutus dari Allah dan orang-orang di dalam golongannya tampak merupakan suatu

kelompok yang memiliki kemampuan tinggi, muttaqi, tangguh dan penuh kemajuan, maka

mengenai nabi/rasul tersebut tentu timbul semacam kedengkian di dalam kalbu kaum-kaum

dan golongan-golongan yang ada saat itu. Khususnya para ulama dan tokoh di setiap agama,

menampakan banyak sekali kedengkian. Dan semata-mata dengan mengikuti nafsu, mereka

merancang rencana-rencana untuk menimbulkan kemudharatan. Bahkan kadang-kadang

mereka juga merasakan di dalam kalbu-kalbu mereka bahwa mereka secara aniaya

menimbulkan penderitaan terhadap seorang hamba Allah yang berhati suci sehingga mereka

menjadi sasaran kemurkaan Allah. Dan perbuatan-perbuatan mereka juga, yang setiap saat

tampil pada diri mereka untuk menimbulkan kelicikan dan pergolakan yang menentang,

senantiasa memperlihatkan kondisi kalbu mereka yang bersalah. namun, tetap saja lokomotif

api kedengkian yang laju itu terus membawa mereka ke jurang permusuhan. itulah faktor-

faktor yang membuat para ulama dari kalangan musyrik, Yahudi dan Kristen di masa

Rosullullah saw. Tidak hanya luput dari menerima kebenaran, melainkan juga telah

menggerakan mereka untuk melakukan permusuhan yang sengit. Untuk itu mereka telah

berpikir keras, yakni bagaimana menghapuskan Islam dari muka bumi ini. Dan dikarenakan

orang-orang Islam pada masa permulaan Islam itu berjumlah sedikit, oleh sebab itu para

penentang mereka melakukan sikap permusuhan keras terhadap orang-orang Islam. Pada

waktu itu, yakni para sahabat, para penentang itu melakukan permusuhan karena rasa

takabur yang secara fitrat yang tertanam di dalam kalbu dan pikiran golongan-golongan

demikian yang menganggap diri mereka lebih unggul di bandingkan golongan lain dalam hal

harta, kekayaan, jumlah pengikut, kehormatan dan martabat. Dan mereka sangat memusuhi

orang-orang Islam saat itu, yakni para sahabah. Dan mereka tidak menghendaki tumbuhan

Page 119: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

119

samawi ini tegak di bumi.bahkan mereka berusaha keras untuk membunuh orang-orang saleh

tersebut.

Banyak tanggapan yang beragam terhadap jihad yang dikemukakan oleh pendiri

jemaat Ahmadiyah. Kalangan yang tidak setuju mengatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad

tidak percaya dengan Jihad. Jauh sebelum itu Mirza Ghulam Ahmad menerangkan semasa

hidup beliau bahwa Jihad pada zaman sekarang di abad ke XX ini hendaknya Jihad dengan

pena. Sebab musuh Islam dalam melawan Islam tidak menggunakan fisik melainkan

menggunakan teknologi informasi. Hal tersebut disebut oleh Mirza Ghulam Ahmad sebagai

jihad kabir yakni jihad dalam rangka menerangkan isi dan misi Islam kepada kaum yang

membenci Islam dengan jalam damai. Islam terlahir sebagai rahmatan lil’alamin, berarti

setiap tindakan warga muslim dimanapun harus mencerminkan kehidupan yang

menyejukkan, bersahaja santun, ramah dan sifat terpuji lainnya. Islam tidak pernah

mengajarkan hidup dengki, karena kedengkian menganiaya diri sendiri dan memepersempit

tali persaudaraan dalam kehidupan.

Dalam hal ini penulis dalam mengemukakan kehidupan Mirza Ghulam Ahmad adalah

dilihat dari sudut konsep yang beliau kemukakan, Mirza Ghulam Ahmad menilai bahwa

kalangan ulama saat ini telah menyimpang dalam beberapa konsep Islam sehingga beliau

merasa terpanggil unutk memberikan penjelasan bagaiaman Islam menurut Rasulullah itu.

Dasar yang dikemukakan oleh Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.

Mirza Ghulam Ahmad ingin memberikan cermin bahwa Islam itu adalah agama yang penuh

dengan perdamaian penuh dengan kasih sayang seperti yang diajarkan oleh Rasulullah.

Begitulah kiranya sejak beliau menerima wahyu tahun 1889, beliau banyak dihujat oleh

berbagai pihak terutama kalangan umat Islam, sampai akhir hayat beliau tidak hentinya

mengatakan dan menyebarkan Islam sebagai agama yang penuh dengan perdamaian. Mirza

ghulam Ahmad meninggal tahun 1908. Sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad tampuk

Page 120: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

120

kepemimpinan dipegang oleh hakim Nuruddin. Beliau sebagai khalifah pertama dalam

jemaat Ahmadiyah.

4.2 Sekilas Awal Masuk Ahmadiyah Ke Indonesia

Maulana Rahmat Ali (1893-1958), adalah seorang Muballigh Ahmadiyah pertama yang diutus ke

Indonesia oleh Khalifatul Ahmadiyah dari Qadian, Khalifatul Masih II Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din

Mahmood Ahmad.[1] Maulana Rahmat Ali dikenal sebagai Sang Penabur Benih Jemaat Ahmadiyah di Indonesia.

Ia juga dikalangan Ahmadiyah memiliki kedudukan istimewa sebagai tabiin dari Imam Mahdi Masih Mau'ud as.

Hz.Mirza Ghulam Ahmad as..

Dilahirkan pada tahun 1893. Setelah lulus sebagai pelajar generasi pertama dari Madrasah Ahmadiyah

di Qadian pada tahun 1917 menjadi guru Bahasa Arab dan Agama pada Ta'limul Islam High School di Qadian.

Tahun 1924 dipindahkan ke Departemen Tabligh (Nizarat Da'wat Tabligh). Dari bulan Juli 1925 sampai Mei 1950

bertugas sebagai mubaligh di Indonesia. Beberapa tahun ditugaskan sebagai mubaligh di pakistan Timur.

Tanggal 31 Agustus 1958 wafat di Rabwah. (Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000),

h.19)

Atas undangan pelajar-pelajar indonesia yang sedang belajar di Qadian, tepatnya pada tanggal 2

Oktober 1925, ia tiba pertama kali di Tapaktuan, Aceh. Di latar belakangi kepercayaan akan datangnya Imam

Mahdi, dan surat yang sering dikirimkan para pelajar Indonesia di Qadian agar apabila utusan pertama dari Imam

Mahdi datang supaya diterima baik-baik, tibanya Maulana Rahmat Ali rahmatullah. di pantai Tapaktuan disambut

oleh ratusan penduduk yang menunggu kedatangan utusan Imam Mahdi. Diantara mereka ada yang menerima

dan masuk menjadi pengikut Ahmadiyah. Selaku juru bahasa dalam bahasa Arab pada waktu itu adalah seorang

pemuda bernama Abdul Wahid, yang kemudian hari pemuda tersebut belajar ke Qadian dan mewakafkan

hidupnya menjadi Muballigh Ahmadiyah. ( Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000),

h.21)

Pada tahun 1931 Maulana Rahmat Ali berangkat menuju Jakarta atau Batavia waktu itu. Melalui

diskusi-diskusi perorangan yang ingin mengetahui tentang Ahmadiyah maupun diskusi secara terbuka, dakwah

Ahmadiyah di tanah jawa mendapat perhatian yg luar biasa. Perdebatan-perdebatan resmi terjadi antara

Ahmadiyah, Ulama Islam, Pendeta di Jakarta, Bogor, Bandung, sampai Garut..

Dalam tahun 1933 telah terjadi tiga kali perdebatan pihak Ahmadiyah Muballigh Maulana Rahmat Ali,

Maulana Abu Bakar Ayyub HA, Maulana Moh. Sadiq HA dengan Pembela Islam yang diwakili dari organisasi

Persis (Persatuan Islam) yang dipimpin oleh A. Hassan yang lebih dikenal dengan "Hassan Bandung" guru dari

Page 121: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

121 Almarhum Mohammad Natsir mantan Ketua Rabithah Alam Islami dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

(DDII) yang terkenal. Diawali surat menyurat diskusi Ahmadiyah lewat majalah bulanan Ahmadiyah "Sinar Islam"

dan majalah "Pembela Islam" yang merupakan media Persis waktu itu, yang selanjutnya menimbulkan

kesepakatan diantara kedua belah pihak untuk mengadakan suatu pertemuan yang ketika itu disebut "Openbare

Debatvergadering (Pertemuan Debat Terbuka) yang pertama kalinya diadakan pada tanggal 14, 15, dan 16 April,

3 hari berturut-turut, bertempat di gedung Sociteit "Ons Genoegen" Naripanweg, Bandung, dengan pengunjung

lebih kurang 1000 orang. Perdebatan kedua adalah lanjutan dari perdebatan pertama, dan menarik perhatian

masyarakat kurang lebih 2000 orang, terjadi di Batavia pada bulan September, 3 hari berturut-turut dari tanggal

28, 29, 30, tepatnya di Gedung Permufakatan Nasional di Gang Kenari Salemba, Batavia Centrum. Ahmadiyah ,

(Sebuah Titik Yang Dilupa" Majalah Tempo nomor 29, 21 September 1974)

Ketika Maulana Rahmat Ali tinggal di Batavia, tepatnya di masa perjuangan kemerdekaan RI beberapa

tokoh perjuangan seperti Ir. Sukarno, Sutan Syahrir, dan Tan Malaka pernah mendatanginya (Maulana Rahmat

Ali) untuk mendiskusikan berbagai hal di antaranya mengenai Islam, Nasionalisme dan Tatanan Dunia Baru.

Juga di masa lalu Haji Agus Salim sering merekomendasikan orang-orang yang ingin mendalami Islam agar

datang ke mesjid Gang Gerobak. Disebut mesjid Gang Gerobak, karena di masa itu gang di mana mesjid ini

berada selalu penuh dengan berbagai macam gerobak. tempat itu sekarang dikenal dengan alamat Jalan

Balikpapan I/10.

4.3 Peranan Ahmadiyah di Bandung

Perkembangan Ahmadiyah di Kota Bandung tidak lepas dari peranan mubaligh asal

Sumatera Barat, Abdul Wahid. Secara kebetulan pada tahun 1933 sudah berdiam keluarga

Padang yang beriat berdagang di Bandung. Abdul Wahid yang semula berdiam di Garut,

pada tahun itu juga ia berpindah ke Bandung, bersama dengan keluarga Ahmadi asal padang

tersebut, abdul Wahid mengembangkan Ahmadiyah di Bandung.

Tempat kegiatan pertama kali di daerah Nyengseret, selama lebih kurang empat puluh

hari mereka berdiam di rumah sederhana di tempat itu, sebelum selanjutnya mereka

berpindah ke jalan Pejagalan No 35 C.

Setelah pendudukan Jepang yang sama sekali tidak memberikan ruang kebebasan

beragama, yang disusul dengan kemerdekaan dan kedatangan kembali Belanda, para

mubaligh di kalangan jemaat Ahmadiyah tidak tinggal diam. Mubaligh Abdul Wahid dan

Page 122: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

122

mubaligh asal Pakistan, Aziz Ahmad Khan tidak tinggal diam, membantu mempertahankan

kemerdekaan dengan bekerja sebagai penyiar bahasa Urdu di RRI Bandung. Mereka bekerja

di RRI Bandung hingga meletusnya Bandung Lautan Api. Pada peristiwa tersebut banyak

penduduk yang mengungsi tidak terkecuali Abdul Wahid sekeluarga, mereka mengungsi ke

Garut.

Abdul Wahid kembali lagi ke Bandung tahun 1948. Pada tahun itu pula atas keinginan

dan instruksi dari Khalifah ke-2 maka Abdul Wahid berinisiatif membuat Mesjid di daerah

Pejagalan. Namun karena harga tanah di daerah tersebut mahal maka pembelian tanah pun

kemudian dialihkan di daerah Astana Anyar yang pada waktu itu masih berupa hamparan

sawah dan tanah kosong untuk pekuburan. Kendati demikian semuanya masih terasa sangat

berat karena warga Ahmadiyah masih sangat sedikit dan masih pada kurang mampu sehingga

istri Abdul Wahid sendiri sampai menjual perhiasan paling berharga yakni emas 3 gram,

untuk membeli sebidang tanah di daerah Astana Anyar. Selain dari Bandung banyak juga

yang menyumbang dari daerah Garut, Tasik. Banyak sekali yang membantu dalam

pembuatan mesjid tersebut. Abdul Wahid sebagai perintis memiliki segudang pengalaman

dan segudang makna kehidupan yang patut diteladanai oleh generasi muda saat itu.

Perjuangan Abdul Wahid dalam pandangan penulis memiliki arti yang sangat penting sama

halnya seperti Ahmdiyah Indonesia dengan Rahmat Ali dan Ahmadiyah Bandung identik

dengan Abdul Wahid begitulah kiranya sejarah kehidupan beliau sangat penting untuk

dikemukakan dalam pembahasan ini.

Waktu itu 21 Februari 1982 usianya sudah 80 tahun, nampak segar berjemur

dihalaman rumah jalan cikutra no 159 Bandung. Itulah mubaligh pertama Markazi Abdul

Wahid. Wafat tanggal 22 feb 1982. di RSHS. Beliau dimakamkan tidak jauh dari rumahnya

di pemakaman umum Cikutra. Abdul Wahid berkiprah di Jemaat dari tahun 1936 – 1972. 36

tahun sudah kiprah beliau dan dinyatakan pensiun olleh Hadzat Khalifatul Masih ke-2 Miza

Page 123: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

123

Bashirudin Mahmud Ahmad. Awal kiprahnya dimulai dari Sumatera kala itu siswa Tawalib

sedang merindukan pendidikan ke Hindustan karena terpengaruh oleh pidatonya Khawaja

Kamaludin, yang datang ke Yogyakarta, berita itu sangat menggema Karena diberitakan

dalam surat kabar Tjahaya Sumatera, pengaruhnya sangat besar kala itu termasuk pemuda

Abdul Wahid..

Karena kecintaannya kepada agama Islam setamatnya dari sekolah Tawalib beliau

pergi ke Tapak Tuan (Aceh) dan mendirikan sekolah setingkat SMA. Beliau merupakan anak

ke delapan dari dari 13 bersaudara kelahiran april 1904 dari bapak H Idris dari Ngarai Sianok

Bukit Tinggi dan ibunya Hj Jawiah dari Natal Sumatera Utara.

Selang dua tahun kemudian setalah kedatangan Khawaja Kamaludin Rahmat Ali datang ke

Aceh tepatnya di daerah Tapak Tuan. Dengan berbekal Ilmu agama yang cukup Rahmat Ali

Akhirnya bisa menaklukan beberapa hulu balang diantara yang terang-terangan bergabung

dengan Ahmadiyah

12. Abdul Rahman

13. Muhammad Syam

14. Mahdi Sutan Singasoro

15. Mamak Gamuk

16. Munir

17. Ali Sutan Marajo

18. Sulaeman

19. Datuk Dagang Muhamad Hasan

20. Abdu Wahid

21. Muhamad Yakin Munir

22. Abas dan Teuku Nasrudin.

Page 124: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

124

Sejarah mencatat akhirnya hanya dua oranglah yang yang menjadi Mubaligh pertama

Ahmadiyah yakni Abdul Wahid dan dan Muhamd Yakin Munir. Tempat pertemuan biasanya

dilakukan di Rumah Mamak Gamuk, yang menjadi pendengar ada juga dari pelajar Sumatera

Tawalib. Keberadaan Rahmat Ali membuat Reputasi Ulama Aceh mulai goyah. Maka

dengan cara menghasut pejabat pemrintah Akhirnya Rahmat Ali pergi dari Aceh ke Padang.

Dengan kepergian Rahmat Ali dari Aceh ke padang membuat pelajar itu menjadi kekurangan

Ilmu untuk mengisi kekurangan itu dengan inisiatif mereka mengirim keluarga mereka untuk

pergi belajar ke Qadian. Mamak Sulaeman yang termasuk baiat awal mengirimkan tiga orang

putranya dan dua orang kemenakan. Putranya adalah Abdul Qayyum, Abdul Rahman dan

Abdul Rahim, kemenakannya adalah Abdul Wahid dan Muhammad Yakin Munir. 9 Juni

1926 mereka berangkat menuju Qadian dari lima orang itu yang menjadi orang berhasil

belajar sampai tamat adalah Abdul Wahid.

Sewaktu di Lahore sempat bertemu dengan Harsono Cokroaminoto, tokoh

Muhammadiyah. Sesampainya di Qadian suatu tempat yanmg terpencil tetapi sarat dengan

orang-orang yang dekat dengan Allah swt, kehidupan yang sangat sederhana, sangat jauh dari

kemewahan dunia mulailah suasana baru dalam kehidupan masyarakat setempat. Pergaulan

dengan sahabat Hadzrat Masih Ma’ud as dengan Khalifah ke II Hadzarat Mirza Bashirudin

Mahmud Ahmad lingkungan masyarakat yang mewaqafkan diri dalam mengkhidmati

Agama. Dengan berbekal ketekunan maka gelar HA pun diraihnya pada tahun 1933. dan

langsung masuk Mubaligh Class yang diselesaikannya dalam waktu dua tahun lulus tahun

1935 bulan oktober 1935 beliau diangkat menjadi Mubaligh Markazi kemudian bekerja di

Sadr Anjuman pada tahun itu juga mendaftar sebagai Musi dengan nomor musi 4434.

Pada tanggal 16 Februari Bapak Abdul Wahid meninggalkan Qadian dan kembali

Nusantara. Kemudian menikah dengan orang Garut. Kebetulan di Garut sudah terbentuk

cabang Garut yang di motori oleh Rahmat Ali sekitar 3 tahun sebelum kedatangan Pa Wahid.

Page 125: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

125

Ketua dari cabang Garut yang pertama adalah Pa Ganda sekretaris Pa Yahya keuangan Pa

Udin Sayudin. Sekretaris Tabligh adalah Pa E Muhammad Toyyib. Dengan sudah

terbentuknt\ya cabang tersebut maka bagi orang yang sudah menerima kebenaran bahwa

Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi maka segeralah baiat. Yang melaksanakan baiat

tersebut adalah sebagai berikut Udin Sayudin, Pa Ganda, Pa Yahya, Pa Amat bin Abdullah Pa

Haji Mansur Pa H Amir dan keluarga Pa Satibi beserta tujuh bersaudara. Termasuk Ibu

Tasliamah dan adiknya Kausar.

Kegiatan Tarbiyat meliputi kajian Tafsir, Hadits Nabi Muhammad Ilmu Nahwu

Sejarah Islam. Dan juga suka ada ceramah keluar dan berbincang dengan organisasi lainnya

seperti Muhammadiyah, NU, Persis, Syarikat Islam ,PNI , Partai Pasundan dan juga

Komunis.

Pada zaman Jepang banyak orang yang ditahan oleh Jepang baik dari Ahmadi maupun

dari bukan Ahmadi karena berbagai hal yang sekiranya berbahaya bagi Jepang saat itu. Ada

11 orang yang tercatat yang di tahan oleh Jepang. Sekalipun tuduhan yang tidak jelas. Ke 11

orang itu adalah 1. Bpk Abdul Wahid ketika sedang di Garut. 2. Bpk Sayyid Syah

Muhammad Di Kebumen, 3. Bpk Malik Aziz khan di Kebumen, 4. Bpk Abdul Samik di

Bandung, 5. Bpk Yahya di Garut, 6. Bpk Syarif di Tasikmalaya, 7. Bpk Rasli di Tasikmalaya,

8. Bpk Sadkar di Tasikmalaya, 9. Bpk E Mohammad Toyyib di Singaparna, 10. Bpk Jumria

di Singaparna, 11. Bpk Surya di Indihiang. Setelah 83 hari baru mereka dibebaskan Karena

tuduhan terhadap mereka tidak terbukti, kecuali Bpk E Mohammad Toyyib dibebaskan

setahun kemudian karena diduga terlibat dalam kasus Sukamanah.

Bandung yang juga sabagai kota yang dangat berpengaruh baik dari zaman Belanda ,

Zaman Jepang sampai Zaman revolusi kemerdekaan memiliki arti yang sangat strategis

dalam berbagai aspek. Arti strategis ini dibayar dengan kondisi Bandung yang selalu hangat

dengan berbagai gejolak baik Bandung Lautan Api dan sebagainnya. Kondisi ini tidak

Page 126: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

126

menyurutkan Bapak Abdul Wahid untuk merencakan membuat Mesjid. Dengan berbekal

modal pertama dari menjual berlian 3 Karat milik istrinya seharga Rp. 1.200 yang hasilnya

digunakan untuk membeli tanah di jalan Haji Safari (nama jalan ini tidak berubah sampai

penulis menulis Skripsi). Kemudian Pa Wahid menghimbau anggota Jemaat untuk bergotong

royong membangun. Gambar Mesjid dibuat Oleh Bapak Guniwa Partokoesoemah, serta

menyumbang f 500 guna membeli genteng sedang pelaksananya Bapak Momon dan Bapak

Jamhur. Bantuan datang tidak dari warga Bandung saja bahkan dari luar Bandung ada dari

Garut yang membawa Kusen-kusen bekas bangunan Pabrik dodol yang hancur akibat di bom,

termasuk pintu jendela. Bapak Satibi menyumbang reng yang sudah diremdam 2 tahun. Ibu

Ombi menyumbang kayu yang asalnya mau membuat rumah pribadi ibu-ibu dari Bandung

dan Garut menyumbang 2/3 dari biaya pembangunannya dan Bapak Bagindo Zakaria

menyumbang f 300 untuk membeli cat selain itu Bapak Neneng Satraamijaya menyumbang

600 gram emas. Bulan juli 1948 mulailah peletakan batu pertama yang upacara peletakan

batu pertama oleh bapak Rahmat Ali. Tamu yang datang selain dari pengurs besar dari

Jakarta juga dari daerah Jawa Barat. 1950 Mesjid ini selesai dibangun. 1951 diadakan

Konrges II Jemaat Ahmadiyah di Mesjid ini yang dihadiri sekitar 200 orang dari seluruh

Indonesia. Kendati masih menggunakan MCK yang masih darurat.

Ketika bapak Rais Ut Tabligh ( kepala Mubaligh) Sayyid Syah Muhammad Ali pergi

Rabwah untuk cuti Pa Wahid selaku wakil menerima undangan dari Presiden Soekarno

untuk ke Istana negara. Kemudian Pa Wahid memberikan Tafsir Qur’an dalam Bahasa

Belanda De Heilige Qur’an.

Tahun 1955 kiprah Pa Wahid terus berkembang dangan izin dari Khalifah Masih II

beliau berkesempatan untuk studi banding ke Timur Tengah dan juga untuk memperdalam

bahasa Arab. Ruang lingkup Tabligh yang diemban oleh Pa Wahid selaku Mubaligh Markazi

sangatlah luas selain Jawa Barat beliau juga pernah berutugas di Jawa Tengah.

Page 127: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

127

Kiprah seorang Mubaligh Markazi harus mampu membina Jemaatnya dari tataran

intern hal ini dibuktikan dengan adanya pembuatan Tarbiyat yang sudah dibentuk seperti di

cabang Wansigra, Manislor. Yang sampai sekarang tempat tersebut menjadi berkembang. Di

Bandung tidak ketinggalan. Sebagai daerah yang sangat strategis Bandung banyak mencetak

banyak kegiatan yang bersejarah bagi Jemaat Ahmadiyah.

Seperti yang disebutkan dalam paragaraf diatas awal masuk jemaat Ahmadiyah ke

Kota Bandung tahun 1933 dengan adanya debat antara Ahmadiyah dengan A.Hassn dari

Persis. Debat ini sangat menarik walau masing-masing dalam keyakinannya. Semua

persoalan menjadi tertuangkan dalam debat tersebut. Buku Verslag Debat. Di kalnagn jemaat

Ahmadiyah buku ini sanagt populer hamper di tiap lembaran terakhir selalu diiklankan

tentang buku tersebut. Dalam iklan tersebut menyatakan buku yang benilai abadi. Penulis

membaca dari majalah sinar Islam dari tahun 80-an mulai dicetak dan hamper tiap bulan ada

iklan mengnai buku tersebut. Ada beberapa dialog antara rahmat Ali dengan A.Hassn tentang

maslah agama yang menurut pandangan penulis sanagt penting untuk disimak dari sekian

debat yang telah berlangsung, dalam kutipan ini merupakan jawaban penutup dari Rahmat

Ali. Dari semua dialog pada tahun 1933 yang memakan waktu tiga hari dan dihadri banyak

penonton kesemua dialog tersebut penulis melihat hanya pada bagian penutup yang mampu

meneangkan hsemua dari dialog yang diadakan tahun 1933 di Bandung, kutipannya sebagai

berikut:

Saya sudah terangkan kebenaran Mirza Ghulam Ahmad menurut Qur’an, tetapi saya

tidak dengar satu ayatpun yang dikemukakan oleh pembela Islam buat bantah keterangan saya

itu. Kalau pembela Islam benar haruslah ia bantah keterangan saya itu dengan ayat-ayat

Qur’an pula. Saya hanya dengar ikhtilaf-ikhtilah yang ada dalam buku karanagn Mirza

Ghulam Ahmad.

Page 128: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

128

Pembela Islam berkata: bahwa Ahmadiyah sudah menambah party, bukan

memepersatukan umat, ini keterangan bukanlah berarti menolak akan kebenarannya. Karena

dimasa nabi Isa orang Yahudi dan Nazara berkata semacam ini pula.

Pembela Islam berkata: Mirza Ghulam Ahmad dating untuk menghabiskan salib,

padahal sesudah datangnya Mirza Ghulam Ahmad Kristen kelihatan bertambah maju dari

yang telah sudah.

Betul orang Kristen ada betambah, tatepi bukan dari party Ahmadiyah.

Adapun perkara memecah salib, yang tersebut dalam hadits, itu sudah dikemukakan

oleh Mirza Ghulam Ahmad. Karena yang dimaksud memecah salib itu, ialah membatalkan

agama Nasara..

Ulama-ulama sendiri sudah berkata bahwa memecah salib adalah membatalkan

Agama Nasara. Tentang pekerjaan Mirza Ghulam Ahmad terhadap kepada membantah

Nasara, itu sudah dilihat dan disaksikan oleh musuh-musuh sendiri.

Mirza Ghulam Ahmad tidak saja mengatakan Nabi Isa sudah mati, malahan sudah

terangkan juga di mana kuburnya. Adalah lagi pemecahan salib yang lebih terang dari ini?.

Pembela Islam berkata bahwa pujian dari orang itu mudah diperdapat; ia juag bisa

dapat pujian dari orang lain, jika ia menulis buku dan minta pujian dari orang yang lain.

Sekarang saya kasih keterangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad, sekali-kali tidak

meminta pujian dari pada orang yang lain, hanya orang sendiri yang terpaksa mengucapkan

pujian kepadanya, setelah mereka melihat saha yang besar itu terhadap memajukan Islam.

(offcieel Verslag Debat 1986;110-111).

Kutipan dari Verslag Debat tersebut merupakan bagian Akhir dari apa yang

diperdebatkan. Walau masing-masing pihak dalam posisi masing-masing. Hanya para

penonton sajalah yang memberikan gambaran dan media massa yang memberikan tanggapan.

Dengan adanya debat tersebut perkembangan jemaat Ahmadiyah semakin terus berkembang.

Banyak dari media yang ingin melihat meliput berbagai kegiatan.

Page 129: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

129

Bukan berarti perkembangan jemaat Ahmadiyah berjalan dengan mulus saja. Kondisi

politik zaman penjajahan Belanda dan Jepang sanagt mempengaruhi dalam perkembangan

jemaat Ahmadiyah di Indonesia. Seperti yang disebutkan di atas zaman Jepang sempat

terjadi kevakuman dalam jemaat Ahmadyah di Kota Bandung. Karena orang-orang penting

dalam jemaat Ahmadiyah ditangkap Jepang. Bahkan penulis melihat kevakuman organisasi-

organisasi banyak yang vakum zaman Jepang. Tentara Jepang banyak mengawasi pergerakan

massa bukan hanya berbau keilmuan bahkan samapi acara hiburanpun tidak luput dari

pantauan tentara Jepang. Ruang lingkup untuk pengerahan massa sangat ketat pada tahu-

tahun itu hamper semua vakum.

Begitu awal merdeka, mulai organisasi-organisasi yang tidur mulai bangun dan

berkiprah dengan pesat. Tidak ketinggalan jemaat Ahmadiyah pada awal kemerdekaan orang

Ahmadiyah yang bertugas sebagai mubaligh di luar Indonesia mendapat instruksi dari

khalifah ke-2 untuk memberitakan kemerdekaan Indonesia dimana mereka bertugas sebagai

Mubaligh, dan seluruh anggota dimanapun mereka berada. Berita ini dimuat dalam surat

kabar Kedaulatan Rakyat edisi selasa Legi 10-12-1946. Dan juga dimuat kembali dalam

Sinar Islam Agustus 1986.

Sperti yang diberitakan oleh surat kabar Kedaulatan Rakyat peranan jemaat

Ahmadiyah sangat besar sekali hamper setiap event nasional jemaat Ahmadiyah selalau

tampil ke depan. Hal inilah yang patut kita perhatikan betapa besar dan berpengaruh jemaat

Ahmadiyah pada kemajuan bangsa Indonesia. Hal ini juga dapat dilihat Ketika pada pawai

kemerdekaan RI ke-XIX barisan pemuda (Khuddam), mengikuti pawai pada tanggal 18-8-

1964. (Sinar Islam Djuli/Agustus ‘64). Semua pemuda tergabung dalam satu rangkaian arak-

arakan di Ibukota. Yangtentunya para pemuda Ahmadiyah dari beberapa Kota ikut serta

termasuk dari Bandung juga. Pawai itu memepunyai arti tersendiri dalam pandangan penulis

bagaimanapun juga jemaat Ahmadiyah dan ormas lain tidak salaing bergesekan semua

Page 130: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

130

lapisan masyarakat turut dalam kegiatan tersebut. Pemerintah tidak pernah membedakan

latarbelakang dan dari mana semua turut memeperingati kemerdekaan yang dicita-citakan.

Fondasi inilah yang harus tetap dipertahankan jangan sampai keharmonisan dan

kerukunan beragama pecah karena ego masing-masing. Keharmonisan dan kerukunan antarm

warga di Kota Bandung sudah terjalin dengan baik, tidaklah mengherankan banyak acara

berskla nasional dalam jemaat Ahmadiyah bias diselenggarakan di Bandung. Ini merupakan

suatu bukti yang telah diciptakan warga Kota Bandung dalam melihat dan menjaliani

kehidupan bermasyarakat yang plural. Jauh sebelum pemerintah zaman sekrang mengatakan

masyarakat Madani. Warga kota Bandung telah memberikan contoh yang nyata.

Keharmonisan jemaat Ahmadiyah mulai terusuik di awal kemerdekaan ini adalah

beberpa kasusu seperti DII/TII, PKI. Dua peristiwa ini banyak menyita perhatian bagai

jemaat Ahmadiyah. Namun, yang paling dirasakan besar pengaruhnya bagi warga

Ahmadiyah Astana Anyar adalah kasus PKI. Karena PKI melakukan aksinya di Jantung Kota

seperti Jakrta dan Bandung. Jelaslah ini membuat warga Ahmadiyah banyak yang dituduh

oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan alas an-alasan yang tidak logis.

Warga ahmadiyah dituduh maker, dituduh hal-hal yang menyudutkan. Padahal kalau disimak

dari syarat-syarat bai’at sudah jelas setiap anggota Ahamadi akan menjunjung tinggi kesetian

kepada pemerintah. Untuk lebih jelasnya ada 10 ayarat bai’at yang harus dipenuhi oleh warga

Ahmadi. Sebagai berikut:

11. Dia akan menjauhi syirik sampai meninggal dunia.

12. Dia akan menjauhkan diri dari zina, berdusta, memandang wanita yang bukan muhrim

dan menjauhi segala macam kedurhakaan dan kemaksiatan, penganiayan dan

pengkhianatan. Dan akan menjauhi perbuatan yang berupa pemberontakan dan

kekacauan. Dan tidak akan membiarkan dirinya diklahkan oleh dorongan-dorongan hawa

nafsunya, walau berapa kuat dan hebatnya.

13. Dia kan tetap mendirikan sembahyang yang lima waktu, sesuai dengan perintah-perintah

Allah Ta’aladan rasul-Nya. Dan senantiasa sedapat mungkin untuk mendirikan tahjjud

(sembahyang malam), menghaturkan salawat salam untuk Nabi Muhammad saw dan

Page 131: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

131

meminta ampun kepada Tuahnnya dari dosa-dosanya dan mengucapkan istigfar dan

mengingat setiap saat akan nikmat-nikmat-Nya dan karunia-karunia-Nya dengan ikhlas

hatinya serta bersyukur kepada-Nya dan membiasakan memuji dan menyanjung-Nya.

14. Dia, walaupun ada dorongan hawa nafsunya, tidak akan menyakiti satu orangpun dari

makhluk Allah pada umumnya, dan kaum Muslimin pada khususnya.baik dengan

tangannya ataupun dengang lidahnya ataupun dengan jalan lain.

15. Dia akan tulus dan ikhlas kepada Allah, dan ridho kepada keputusan-Nya dalam segala

hal, baik waktu dukaatau waktu sukar dan senang, atau waktu sempit dan lapang. Dan dia

bersedia untuk menerima segala macam kehinaan dan menderita segala kesulitan pada

jalan-jalan-Nya, dan dia tidak akan memalingkan diri dari pada-Nya ketika dating suatu

musibah atau turun suatu bala, bahkan ia akan lebih akrab mendekati-Nya.

16. Dia akan berhenti dari mengikuti adat istiadat yang buruk dan keinginan-keinginan yang

jahat. Dia akan tunduk sepenuhnya pada ajaran-ajaran Al Qur’an dan akan menjadikan

firman Allah ta’ala dan sabda Rasul-Nya saw sebagai pedoman bagi amal perbuatanya.

17. Dia akan membuang jauh sifat sombong dan angkuh, dan berlaku sepanjang hidupnya

merendahkan diri dan akan menghadapi ummat manusia dengan muka jernihdan bergaul

dengan mereka yang sopan santun dan budi pekerti yang baik.

18. Dia akan memandang agma, kehormatan agma dan kewajiban agma Islam lebih mulia

dari jiwa raganya, harta bendanya, anak cucunya dan dari segala apa saja yang

dicintainya.

19. Dia akan menolong dan mengasihi segala makhluk Allah semata-mata mencari

keridhaan-Nya. Dan sebisa-bisanya mengorbankan apa-apa yang telah diberikan Allah

kepadanya berupa kekuatan dan kekayaan untuk kebaikan sesamanya.

20. Dia akan mengikat janji persaudaraan dengan hamba Allah ini (Masih Mau’ud a.s)

semata-mata karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, yakni bahwa dia akan aku dalam

segala hal ma’ruf yang akau anjurkan kepadanya, kemudian dia tidak akan berpaliang dari

padanya dan tidak akan pula memungkirinya sampai mati. Dan janji persaudaraan ini

hendaklah menjadi sempurnanya sehingga tidak ada pertalian-pertalian dunia yang dapat

menyamainya, baik pertalian kekeluargaan atau persahabatan ataupun perniagaan.

(sepuluh syarat bai’at 1889).

Demikian suatau tatan yang diberikan oleh pendiri jemaat Ahmadiyah kepada para

pengikutnya segala kehidupan antara ibadah vertikal dan horizontal harus selaras. Harus taat

kepada Allah juga taat pada pemerintah. Jadi ketika kasus PKI muncul orang Ahmadi di

Astana Anyar dan kota sekitarnya menjadi panas. Isu ini menjadi hangat bahkan dengan isu

Page 132: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

132

ini pemerintah semakin ketat dalam memantau setiap perkumpulan. Dari berdiri sampai

kapanpun jemaat Ahmadiyah tidak akan pernah ikut dalam suatu politik praktis. Karena

dalam pandangan pendiri jemaat ahmadiyah memenangkan Islam bukan dengan jalan politik

praktis tetapi bagaimana membina akhlak masyarakat supaya masyarkat tersebut dapat

menjalankan nilai-nilai ke-Islaman. Banyak ormas Islam yang lari masukdalam bidang politik

yang akhirnya mereka menjadi kerdil dalam melihat kehidupan beragama. Inilah yang paling

berbahaya ketika Islam dibawa dalam arena politik. Dari tahun 1955 pemilu pertama Ormas

Islam pecah terus bergulir sampai akhirnya Orde Lama memasuki Orde Baru Partai Islam

dijadikan satu. Namun apa yang terjadi semua itu tidak berarti ketika umat Islam disibukkan

dengan hal seperti itu. Apa yang disuarakan bukanlah Islam yang hakiki tetapi bagaimana

meraup massa yang banyak.

Tahun 1965 penulis melihat bagaimana telah terjadi benih-benih konspirasi

permusuhan, kendati terjadi demikian jemaat Ahmadiyah terus saja berlangsung dalam

menghidmati keyankinan yang mereka anut. Ketaatan kepada khalifah dalam nizam jemaat

terus dipupuk. Para nggota Ahmadi taat kepada pemimpin ruhani mereka. Bukti ketaatan

warga Ahmadi itu dan bukti kecintaan kepada sang pemimpin dapat dibuktikan ketika

wafatnya Hadzrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, pada hari senin 8 nopember 1965

02:25 dini hari. Seluruh warga Ahmadi sangat bersedih mengingat peranan beliau yang

sangat besar sekali dalam menyebarkan paham Ahmdiyah di Astana Anyar. Seperti Rahmat

Ali, Abdul Wahid dan semua orang yang terlibat dalam penyiaran paham Ahmadiyah semua

dipantau dan mendapat petunjuk dari beliau. Perkembangan jemaat Astana Anyar sendiri

berdasarkan anjuran dari Hadzrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. (sinar Islam edisi

khusus Fadzl Umar 1965).

Kesedihan warga Ahmadi astana Anyar terobati dengan diadakannya pertemuan

tahunan yang rutin selalu diselenggarakan warga Ahmadi. Kali ini Bandung menjadi tuan

Page 133: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

133

rumah dalam rangka JALSAH SALANAH KE XXIV. Dalam setiap kegaitan berskala

nasional atau wilayah hasil kegiatan tersebut selalu dibukukan. Hal inilah yang membauat

penulis merasa menarik jemaat ini sudah membauat tertib administrasi. Seperti Jalsah

Salanah yang ke-XXIV, yang penyelenggaraannya ditempatkan di Bandung.

Peserta Jalasah Salanah sangatlah banyak sekali. Unutk menampung jemaat yang

banyak dari seluruh Indonesia juga ada tamu undanagn dari Malaysia dan Singapura. Melihat

kondisi demikian tempat pelaksanaan di temapatkan di GOR Saparua. Acara ini dihadiri juga

oleh pejabat teras di lingkungan Pemkot dan Pemda. Serta dari Kodam III Sliwangi..

Bandung sampai tahun 1964 pernah menjadi tuan rumah dalam acara Jalsah salanah

sebanyak empat kali tahun 1950, 1960, 1963 dan tahun 1964 yakni tahun ini. Acara ini

memilki tujuan yang sangat bagus dalam pandangan pendiri jemaat Ahmadiyah. Acara ini

pertama kali digelar di Qadian dengan jumalah peserta hanya 75 orang namun stelah tahun

1972 peserta yang hadir mencapai 100.000 orang. Suatau hal yang hebat sekali dari tahun ke

tahun jumlah peserta yang hadir selalau bertambah banyak. Begitupun di Bandung pada

tahun 1950 yakni sua tahun pasca pembangunan mesjid peserta masih bias ditampung dalam

Mesjid namun setelah tahun 1964 mesjid tidak dapat menampun jumlah peserta yang banyak

itu. Unutk panginapan peserta Jalsah ditemapatkan di sekolah yang kebeltulan sedang libur

yakni di SMP 10 jalan Maluku. Bias dibayangkan bagaimana kota Bandung tahun 1964

melihat ribuan orang dating ke Bandung dengan tujuan mengikuti Jalsah Salanah ini. Warga

Bandung tidak keberatan menampung orang Ahmadi untuk menginap di sekolah tersebut dan

mengadakan kegiatan di GOR Saparua. Yang menjadi Mubaligh saat itu adalah masih dari

Pakistan yakni Mian Abdul Hayye HP.

Kesusksesan kegiatan tersbut disambut hangat oleh beberapa pihak termasuk

kalangan Ahmdi wanita atau sering Di sebut LI (Lajnah Imaillah). Kesuksesan acara di

Bandung menjadi Inspirasi bagi LI untuk mengadakan acara Ijtima di Bandung. Karena

Page 134: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

134

kondisi yang sangat kondusif sehingga di tahun 1973 pengurus pusat LI mengadakan rapat

tahunan di Bandung di Mesjid Annatsir acar tersebut diadakan pada tanggal 8 malam sampai

9 Desember. Hasil dari rapat pengurus Pusat LI sebagi berikut:

6. Telah dibuat contoh Vaandel Lajnah Imaillah Indonesia yang bagus sekali, dan

juga cap (stempel) seragam unutk Lajnah Imaillah Indonesia. Harga Vaandel Rp.

1000 dan cap Rp 750 yang semua ini dapat dipesan dan dilihat dalam Ijtima LI

tahun depan. Bagi cabang-cabang yang menginginkan, supaya mengetahui

sebelumnya.

7. Majalah Suara lajnah Insya Allah mulai tahun 1974 ini terbit 2 bulan sekali.

Sumbangan karanagn cukup menggembirakan, hanya kesulitannya kurang

lancarnya beberpa cabang yang kurang cepat mengirim weselnya. Kalau

pembayaran-pembayaran darai cabang-cabang cukup lancer, maka Insya Allah

tidak ada kesulitan. Masih diharapkan agar jumlah langganan di tiap cabang

bertambah.

8. Tabligh yang akan dilaksanakan oleh Pengurus Pusat LI, tahun depan kalau tiada

halangan, Insya Allah diadakan di Kota Bogor. Semoga cara ini sukses dan

selamat bekerja bagi Lajnai Imaillah Bogor.

9. Dari segenap cabang LI di Indonesia diminta mengumpulkan foto-foto bersejarah

dari pejuangan-perjuangan lajnah sejak permulaan, kegiatan-kegiatan dan foto-

foto anggota. Yang nanti diharapkan bias diserahkan di Ijtima LI ke-II.

10. Ijtima yang kedua dari Lajnah Imailla Indonesia, Insya Allah akan diadakan di

Tasikmalaya pada bulan April 1974. Seperti diketahui pada bulan tersebut kita

mengharapkan kunjungan Hudzur yang tercinta ke Indonesia, juga pada bulan

tersebut ada Majlis Musyawarah. Adapun acara-acaranya sebagai berikut:

a. Lomba baca Al-Qur’an, pidato, cerdas tangkas dan mengarang.

b. Lomba olah Raga dan memasak.

c. Rapat Musyawarah dengan wakil-wakil cabang.

d. Rekreasi

e. Dari hati ke hati semua akan dilaksanakan dua hari dua malam (Suara

Lajnah 1974)

Page 135: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

135

Perjuangan para anggota jemaat Ahmadiyah baiak orang Indonesia atau orang

Pakistan telah menorehan sejarah dalam merebut dana memepertahankan kmerdekaan. Berita

ini dari masa-ke masa terus dibahas. Dengan tujuan untuk menumbuhkan bibit pejuang baru

dikalang muda. Bahkan berita miltansi anggota Ahmadi ini diberitakan dalam majlah Suara

Lajnah Mei 1974 sebagai beriku:

Perang yang merubah jalan hidup bangsa Indonesia

Ketika jemaat telah mulai tersebar di beberapa Negara di Timur, kemudian ada perang

besar, yang kemudian seolah-olah menghambat tabligh Ahmadiyah, hubungan dengan pusat

terputus. Jepang kemudian berkuasa di bekas jajahn belanda dan Inggeris, yang kemudian

seolah-olah menghnetikan segala kegiatan-kegiatan termasuk aktivitas beragama. Tabligh

kita hanya dilakuakn perorangan dan dari mulut ke mulut, sedang maulana Rahmat Ali dan

Malik Aziz Ahmad Khan sibuk menterjemahkan buku-buku yang sanagt penting untuk

literature jemaat Ahmadiyah.

4.4 Faktor-faktor penunjang dan Penghambat Perkembangan jemaat Ahmadiyah di Kota bandung

8.4.1 Faktor-faktor Penunjang Perkembangan jemaat Ahmadiyah

4.4.1.1Pendekatan rasional

Sebagai gerakan keagamaan Ahmadiyah ingin memperbaharui dan mengangkat

kembali keadaan umat Islam melalui perubahan pola pikir dan pola sikap dalam memahami

keadaan umat Islam yang disesuaikan dengan perubahan zaman. Hal ini dilakukan untuk

menghadapi serangan terhadap berbagai bentuk keyakinan yang sudah tidak murni lagi.

Perubahan pola pikir yang ditawarkan Ahmadiyah yang menurut mereka merupakan

pembaharuan adalah pemikiran-pemikiran keagamaan khususnya yang bersifat teologis,

antara lain pandangannya tentang kenabian, wahyu, mujadid, masih dan mahdi.

Page 136: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

136

Sebagai contoh dalam kaitan pemikirannya tentang kenabian, Ahmadiyah

berpandangan bahwa nabi adalah seorang yang dipilih oleh Tuhan diantara hamba-hamba-

Nya karena kecintaan dan kesetiannya pada Tuhan, untuk diberi tugas memimpin umat

manusia lainnya. Menurut Ahmadiyah setiap umat manusia tiba dalam suatu masa dimana

mereka berada dalam suasana kegelapan yang menimpa hidupnya. Mereka diliputi oleh

problema kehidupan yang berat dalam bidang ekonomi, politik dan pergaulan sosial lainnya.

Terlebih lagi bilamana pada saat itu umat manusia telah bergelimang dalam dosa-dosa, baik

berupa peperangan yang tidak mengenal kemanusian atau pemerkosaan hak-hak asasi

manusia lainnya, bahkan terjadinya bencana alam yang terus bergulir tanpa henti, mereka

mengaku beriman kepada Allah tetapi dalam kenyataan hidup jauh dari tuntunan Islam.

Mereka mengaku Islam tetapi perilakunya lebih buruk dari binatang. Kondisi seperti ini dapat

kita lihat sekarang ini dimana kondisi masyarakat yang serba instan telah membuat mereka

lupa diri, sombong pada Tuhan, manusia zaman sekarang ini bila kita lihat dan komparasikan

dengan umat nabi terdahulu jauh lebih buruk moralnya, pembunuhan pada bayi sudah kian

banyak di televisi, anak membunuh ibu dan sebaliknya, bapak membunuh anak dan

sebaliknya, kekacauan demi kekacauan kian banyak merajalela. Bahkan bila kita kaji ternyata

harus kita pahami secara bijak keburukan umat nabi terdahulu telah diperagakan oleh umat

nabi Muhammad. Dari sinilah diperlukan Mujadid yang harus mengembalikan manusia

kepada ajaran yang benar dengan contoh yang nyata dari pribadi yang utuh, serta hal ini

sudah dinubuwwatkan oleh nabi Muhammad saw, bahwa umat Islam ini tidak akan hancur

bila di awal ada aku dan di akhir ada mahdi.

Dalam pandangannya tentang wahyu, bahwa wahyu adalah pembicaraan Allah swt

secara langsung dengan hamba-Nya, sehingga hamba dapat memastikan tanpa ragu-ragu

bahwa dirinya sedang berbicara atau menerima wahyu dari Allah, hal itu hanya bisa jika

wahyu itu turun dengan kata-kata atau lafadz-lafadz bukan dengan inspirasi.

Page 137: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

137

Wahyu yang turun dengan dengan lafdz-lafadz itu tidak hanya dapat diterima oleh

para nabi dan rasul saja. Bahkan para wali dan mujadid juga dapat menerima wahyu yang

tidak berbeda oleh para nabi dan rasul. Disamping itu, dinyatakan pula bahwa orang

awampun dapat menerima wahyu yang tidak berbeda dengan para nabi dan rasul, bilamana

telah berhasil mendapatkan kecintaan kepada Allah.

Pemikiran keagamaan tersebut yang dinilai berbeda dengan keyakinan umat Islam

lainnya, dari satu sisi dapat dilihat sebagai suatu ungkapan dari keinginan menunjukan

kebenaran Islam dalam terminologi yang dapat dipahami oleh sebagian umat Islam dan

pemeluk agama lain, seperti agama Kristen, walaupun dari sisi lain karena berbeda kayakinan

menyebabkan ajaran-ajaran yang dikembangkan menyebabkan kontroversial, terutama di

kalangan Muslim sunni.

Pemikiran keagamaan yang dimunculkan, seperti yang tertuang dalam tulisan Mirza

Ghulam Ahmad dalam bukunya yang berbahasa Urdu yang terjemahakan dalam bahasa

Indonesia dengan judul Filsafat Ajaran Islam. Dalam buku tersebut telah dibahas lima

maslah pokok yakni pertama, keadaan jasmani, akhlak dan ruhani manusia; kedua, keadaan

manusia sesudah mati; ketiga, tujuan sebenarnya hidup di dunia dan cara mencapainya;

keempat, dampak amal perbuatan manusia di dunia dan di hari kemudian; kelima, jalan dan

sarana-sarana untuk mencapai Ilmu ma’rifat Ilahi. Sebagai contoh pembahasan tentang roh

makhluk. Dalam buku tersebut dikemukakan bahwa roh adalah cahaya yang latif (halus),

tumbuh dari dalam diri manusia juga serta dibesarkan dalam rahim ibunya. Yang dimaksud

tubuh ialah bahwa pada taraf permulaan ia tersembunyi, tak diketahui dan kemudian tampak

nyata. Pada taraf permulaan bibitnya sudah terkandung dalam tetes nutfah, sehingga terjadi

pertalian ajaib antara roh dan nutfah sesuai dengan kehendak, izin Tuhan. Dan roh

merupakan inti cahaya ruhani nutfah. Dalam hal ini roh tidak dapat dikatakan bagian dari

nutfah dalam arti kata yang sama seperti satu benda merupakan bagian dari benda lain; dan

Page 138: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

138

juga tidak dapat dikatan bahwa roh datang dari luar atau jatuh ke tanah, bercampur dengan

bahan nutfah. Melainkan roh tersembunyi (laten) di dalam nutfah seperti keadaan api

tersembunyi dalam batu api. Dan yang dimaksud dalam al-Qur’an bukanlah bahwa roh turun

secara terpisah atau jatuh ke bumi dari angkasa, kemudian secara kebetulan terpadu dengan

nutfah, lalu masuk ke dalam rahim ibu, tetapi roh tumbuh dalam tubuh itu juga. Dengan

demikian roh adalah satu mahkluk.

Pemikiran-pemikiran keagaman yang ditawarkan menawarkan pilihan yang lebih

halus, membuka wawasan baru dalam memahami Islam yang lebih rasional. Semangat

melawan peradaban Barat ditiupkan dengan penuh semangat dan diterima hangat oleh para

pendengar dan pembaca artikelnya. Majalah ilmiah bulan Sinar Islam sangat diminati oleh

kaum terpelajar.

Dengan demikian, pandangannya tentang keagamaan yang bercorak rasional itu, dari

satu sisi menjadi factor [penunjang terhadap pengenbangan Ahmadiyah.

5.4.1.2 Militansi tokoh Ahmadiyah Kuntowijoyo menyatakan bahwa para nabi, filsuf, pendiri madzhab pendiri sekte dan

pemikir adalah individu yang mengubah sejarah. Sejalan dengan pernyataan tersebut tidaklah

diragukan lagi bahwa gerakan Ahmdiyah di Indonesia tidak terpelas dari peranan Maulana

Rahmat Ali. Beliau adalah lulusan pertama Madrasah Ahmadiyah di Qadian 1917. Kemudian

beliau menjadi guru “Ta’limul Islam High School”, beliau mendapatkan tugas dari khalifah

II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, untuk menyebarkan ajaran Ahmadiyah di Indonesia.

Dalam penyebaran paham Ahmdiyah di Jawa, Rahmat Ali juga mendapat

kesulitan tidak jauh berbeda dari kawasan Sumatera. Kalau di Sumatera dalam menghadapi

ulama lebih banyak berbentuk tulisan, baik berupa pamfet-pamflet maupun buku-buku, di

Jawa ternyata lebih keras. Rahmat Ali mendapatkan tantangan dari ulama terkanal bernama

A. Hassan dari Persatuan Islam (Persis). Tantanagn berat itupun harus dilayani. Rahmat Ali

dibantu tokoh militan Ahmadiyah lain yakni, Abu Bakar Ayyub H.A dan Moh Sodik

Page 139: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

139

melakukan debat terbuka dengan A. Hassan di hadapan pengunjung bertempat di Bandung.

Materi yang diperdebatkan berkisar masalah kenabian dan hidup atau matinya Nabi Isa a.s.

peristiwa itu terjadi pada bulan April 1933. Setelah debat berakhir mereka tetap dalam

pendirian masing-masingdan hasil perdebatan itu telah dibukukan dengan diberi judul

Officieel Verslag Debat antara Penbela Islam dan Ahmadiyah Qadian.

Debat terbuka tersebut nampaknya belum ada kepuasan, maka pada bulan

September tahun yang sama, diadakan debat terbuka untuk kedua kalinya. Dengan materi

yang sama dengan debat pertama namun tempat berbeda tidak di Bandung melainkan di

Jakarta (Batavia). Hal ini menunjukkan betapa militansi mereka dalam menyebarkan

Ahmadiyah di Jawa terutama di Bandung. Yang hadir dalam acara tersebut tidak hanya dari

Persis saja bahkan dari PSII, NU dan media Massa menjadi ramai memberitakan kejadian

tersebut. Karena acara tersebut dihadari banyak sekali warga masyarakat kota Bandung.

Bahkan dari luar Bandung seperti Garut, Tasik ikut serta dalam melihat acara perdebatan itu.

Saat itu Ahmadiyah semakin dikenal oleh masyarkat Bandung yang Plural. Hasil dari

perdebatan itu malah jumlah anggota yang tidak disangka-sangka bertambah. Maksud hati

melihat berdebat bahkan ada yang menjadi masuk Ahmadiyah setelah melihat perdebatan itu.

Penulis melihat perkembangan jemaat Ahmadiyah Kota Bandung, Astana Anyar

sebagai titik pertama perjuangan penyebaran Ahmadiyah telah terbukti dengan begitu

banyaknya mesjid dan anggota yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Cabang terbesar

adalah Mesjid An Nashir jalan H. safari no 47 dan cabang Mesjid Mubarak jalan Pahlawan

no 71.

Pasca 1980 cabang jemaat Ahmadiyah tidak hanya di Kota bahkan sampai ke

Kabupaten di Bandung. Semua cabang yang ada di Kota dan kabupaten Bandung semuanya

menuakan kepada orang-orang atau pelaku sejarah dari perjuang dan pengembangan jemaat

Ahmadiyah yang ada di jalan H. Safari. Jalan ini lebih pantas diebut sebagai gang karena

Page 140: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

140

jalannya hanya cukup untuk satu mobil saja. Dari zaman dahulu sampai sekarang nama jalan

ini tidak berubah. Dan mesjid An-Nashir ini seni bangunan yang dipakainya juga tidak

pernah berubah.

Dari sini penulis melihat bagaimana militansi yang dimiliki oleh orang awwalin

dalam menyebarkan ajaran Ahmadiyah memilki keteguhan dan ketabahan hingga sekarang

organisasi ini masih tetap eksis sampai sekarang. Jumlah anggota yang tercatat di Bandung

hampir berjumlah dua ribu. Walaupun bila dibandingkan dengan organisasi Islam lainnya

jumlahnya masih relaif kecil.

5.4.1.3 Sikap pemerintah yang netral Kota Bandung memiliki berbagai macam julukan mulai dari zaman Belanda sudah

disebut dengan Paris Van Java. Hal ini menandakan bahwa Kota Bandung memiliki sejuta

pesona kehidupan yang ramai dari berbagai segi, budaya ras agama dan sebagainya.

Kesemuanya bersatu padu dalam harmoni di Bandung. Kota tempat tujuan wisata yang

sangat menarik. Dari kondisi yang seperti inilah pemerintah Kota Bandung dari awal

kemerdekaan sudah membuat kenyamanan dan kebebasan berekspresi bagi warga Kota

Bandung. Segala bentuk aksi anarkis yang berbau SARA sudah di counter oleh pemerintah.

Termasuk kasus Ahmadiyah. Perintah tidak membuat keputusan yang mendeskriditkan

jemaat Ahmadiyah. Pemerintah Kota Bandung tidak gegabah dalam bertindak, hal ini

terbukti dengan memberikan kepastian kenyamanan dan keamana dalam berkeyakinan dan

berpendapat.

Pemerintah kota Bandung bila menetapkan atau membuat Perda pelarangan

terhadap Ahmadiyah, efeknya akan lain masyarakat akan kacau. Pasti akan terjadi kasus

seperti di daerah Poso. Bila kenyaman dan keaman tidak terjamin maka Bandung tidak akan

jadi kota tujuan wisata. Dalam hal inilah penulis melihat efek yang ditimbulkan kondisi

Ahmadiyah sebenarnya pemerintah tidak turut campur dalam soal Aqidah tetapi pemerintah

Page 141: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

141

memikirkan kondisi kemanan dalam masyarakat dan tugas pemerintah tidak menyangkut

harus mengurusi dan mencampuri Aqidah warga masyarakat. Semua itu termaktub dalam

UUD ’45 Pasal 29. Tidaklah benar bila pemerintah melanggar aturan dalam kebebasan

berkeyakinan.. sikap inilah yang penting untuk disimak bagi kita segala gejala dalam

masyarkat tidak bisa dilihat hanya dari satu faktor saja. Banyak faktor yang menyertai suatu

gejala dalam masyarkat. Seperti kasus perang dunia kedua dan ketiga banyak faktor yang

menyertai suatu kejadian tersebut. Kasus Ahmadiyah pun tidak jauh berbeda dengan kasus

sosial kemasyarakatan lainnya. Kalau melihat kasus Ahmadiyah hanya melihat dari satu sisi

saja akan terjebak dengan perang saudara.

Bahkan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, khalifah ke-2 Islam menghendakai

agar setiap orang loyal kepada Negara dimana ia berada. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa

setia kepada pemerintah atau Negara diperinytahkan oleh al-Qur’an, yang berarti perintah

Tuhan. Imam atai khalifah tidak mempunyai hak unutk merubah sesuatu perintah yang

terdapat dalam al-Qur’an. (Sinar Islam, no 9 1980)

Sejak permulaan pendiri jemaat Ahmadiyah mengatakan organisasi ini bukan

organisasi politik unutk lebih tegasnya sebagai berikut:

f. jemaat Ahmadiyah bukanlah gerakan politik dan tidak mencampuri

perjuangan politik apa saja dan dimanapun juga.

g. Jemaat Ahmadiyah tidak akan merampas hak politik anggotanya selama

gerakan politik itu tidak bertentangan dengan asas Ketuhanan Yang Maha

Esa, namun jemaat Ahmadiyah memperingatkan anggotanya agar tetap setia

kepada bai’atnya, hendak menjunjung agma lebih dari dunia.

Penerbitan buku

NO NAMA BUKU PENGARANG PENERJEMAH JML

DICETAK 1 AL-QUR’AN DAN MIRZA R. Ahmad Anwar, 1.500

Page 142: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

142

TAFSIR SINGKAT (30 juz)

BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD

R. Sukri Barmawi, Mian Abdul Hayyee

2 PENGNATAR MEMPELAJARI

AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

R. Ahmad Anwar, R. Sukri, Syafi R.

Batuah

3.000

3 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

D. MARBUN (BHS BATAK)

3.000

4 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

R.SOEKARSONO MALANGJOEDO,

ABU BAKAR BASALAMAH, R. AHMAD SARIDO

H. SUHADI (BHS JAWA)

3.000

5 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

H. IWAN DARMAWAN (BHS BALI)

3.000

6 AYAT-AYAT PILIHAN DARI AL-QUR’AN

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

DJAJADI, J.D NARASOMA,

ANWARI (BHS SUNDA)

3.000

7 KUMPULAN HADITS-HADITS

H.J NURJEHAN SUSANTO SH, SABHUNUR

QOYUM

3.000

8 KUMPULAN HADITS-HADITS

D.MARBUN (BHS BATAK)

3.000

9 KUMPULAN HADITS-HADITS

BASALAMAH, R. AHMAD SARIDO

H. SUHADI (BHS JAWA)

3.000

10 KUMPULAN HADITS-HADITS

H. IWAN DARMAWAN

(BHS BALI

3.000

11 KUMPULAN HADITS-HADITS

SADKAR 3.000

12 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

R. AHMAD ANWAR

3.000

13 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

D.MARBUN (BHS BATAK)

3.000

14 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

H. IWAN DARMAWAN

(BHS BALI

3.000

Page 143: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

143

15 KUTIPAN-KUTIPAN TERPILIH

MIRZA GHULAM AHMAD

R. AHMAD ANWAR (BHS

SUNDA)

3.000

16 DA’WATUL AMIR MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

SAYYID SHAH MUHAMMAD, R. AHMAD ANWAR

3.000

17 YASSARNAL QUR’AN

3.000

18 KEMENANGAN ISLAM

MIRZA GHULAM AHMAD

MT.SUPARMAN 3.000

19 KAMI ORANG ISLAM

H.S.YAHYA PONTOH CS.

3.000

20 APAKAH AHMADIYAH ITU

MIRZA BASYIRUDDIN

MAHMUD AHMAD

R. AHMAD ANWAR

10.000

21 ISRA DAN MI’RAJ H.Ch. MAHMUD AHMAD

CHEEMA

10.000

22 TIGA MASALAH PENTING

H.Ch. MAHMUD AHMAD

CHEEMA

10.000

23 ARTI KHATAMAN NABIYYIN

H.Ch. MAHMUD AHMAD

CHEEMA

10.000

24 PERCAKAPAN ANTARA MUSLIM DAN KRISTEN

FAZL AHMAD ANWARI BA

SALEH A. NAHDI 10.000

25 NABI ISA DARI PELSTINA KE KASHMIR

SYAFI .R. BATUAH

10.000

26 ANALISA TENTANG KHATMAN NABIYYIN

MUHAMMAD SADIQ bin

BARAKATULLAH

10.000

27 FIQIH AHMADIYAH

HAFIDZ BOSHAN ALI

R. AHMAD ANWAR

3.000

28 FILSAFAT AJARAN ISLAM

MIRZA GHULAM AHMAD

SAYYID SHAH MUHAMMAD

6.500

29 SUARA SAKA LANGIT

MIRZA GHULAM AHMAD

R. AHMAD ANWAR

3.000

30 KEADAAN MUSLIM AHMADI SETELAH TERBIT FAJAR DEMOKRASI DI PAKISTAN

MT. SUPARMAN, R. AHMAD

ANWAR

3.000

Page 144: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

144

31 THE SITUATION OF AHMADI MUSLIM AFTER DAWN OF DEMOCRCY IN PAKISTAN

500

32 BROSUR LENGKAP TENTANG TASYAKUR SEABAD KHILAFAT

1.100

33 AMANAT KHALIFATL MASIH IV PADA PERAYAAN TASYAKUR SEABAD KHILAFAT

5.000

34 AMNAT RAISUTTABLIGH PADA PERAYAAN TASYAKUR SEABAD KHILAFAT

1.500

35 SATU ABAD AHMADIYAH

Ir SYARIF AHMAD LUBIS

MSc

2.000

36 PERKEMBANGAN JEMAAT AHMADIYAH DI SELURUH DUNIA

Ir. PIPI SUMANTRI

3.000

37 RIWYAT HIDUP DAN TUGAS MIRZA GHULAM AHMAD

SAYUTI AZIZ AHMAD, Sy

500

Sumber: Buku Tasyakur seabad khilafat Ahmadiyah di Indonesia tahun 1989 6 Faktor-faktor penghambat perkembangan jemaat Ahmadiyah

c. Kontroversi bidang teologi

Berbagai pandangan mengenai kenabian, wahyu, kematian Nabi Isa a.s al-masih dan

al-mahdi yang dipandang oleh Ahmadiyah sebagi pembaharuan dan suatu ungkapan dari

keinginan menunjukkan kebenaran Islam, ternyata dinilai berbeda oleh kebanyakan umat

Islam, bahkan menimbulkan kontroversi dan mengundang reaksi.

Page 145: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

145

Di bandung paham Ahmadiyah ditentang oleh A. Hassan seorang ulama terkenal dari

Persatuan Islam. Bentuk pertentangan berupa debat terbuka yang juga dihadiri oleh

organisasi Islam dan pers. Dari organisasi-organisasi Islam yakni Muhammadiyah Garut,

Muhammadiyah pekalongan, PSII Bandung. Sedang dikalangan pers antara lain bintang

Timur, Sinar Islam, Pembela Islam dan Tjahaja Islam.

Pandang Ahmadiyah khusunya dalam bidang teologi yang sekaligus sebagai doktrin

Ahamdiyah ternyata masih sulit diterima oleh kalangan umat Islam di Bandung khusunya,

bahkan selalu mendatangkan perdebatan yang tidak pernah selesai. Doktrin yang

dikemukakan oleh Ahmadiyah seperti masalah wahyu, kenabian, al-Masih dan al-Mahdi yang

dipandang masih controversial dengan pemahaman mayoritas umat Islam, dapat menjadi

factor penghambat perkembangan ahmadiyah khususnya di Bandung.

d. Dijadikan objek politik Awal perkembangan jemaat Ahmadiyah selalu mendapat pertentanagn dari kalangan

umat Islam. Pertentangan itu menyebabkan sedikit memberikan guncangan bagi

keberlangsungan organisasi ini. Penulis melihat pasca kemerdekaan Indonesia 1945, kondisi

Negara sedang kurang menguntungkan stabilitas kemanan kurang baik kondisi ekonomi

sangat memperihatinkan. Dengan kondisi seperti inilah ada pihak yang mencoba

menunggangi masyarakat dengan berbagai isu. Pemberontakan-pemberontakan dari berbagai

wilayah termasuk di Jawa Barat. Kartosuwiryo (DI/TII) 1962, PKi 1965. Banyak dari

masyarakat yang tidak senagn dengan keberadaan Ahmadiyah membuat fitnah kepada jemaat

Ahmadiyah bahwa anggota jemaat ada yang terlibat dengan kasus pemberontakan tersebut.

Melihat kondisi yang seperti inilah membuat pengurus jemaat Ahmadiyah Indonesia

mengeluarkan instruksi dan sekaligus mempertegas bahwa oerganisasi ini bukan organisasi

politik, seperti yang sudah digariskan oleh pendirinya yang menyatakan bahwa organisasi ini

sampai kapanpun bukanlah organisasi politik, cara memenangkan agama Islam bukan melalui

partai politik atau politik praktis tetapi melalui pembinaan akhlak setiap anggotanya.

Page 146: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

146

Pernyataan bahwa organisasi ini tidak terlibat dalam politik praktis atau lebih jauhnya mau

mengadakan kudeta kepada pemerintah maka pada tahun 1965 bulan Agustus,

pernyataannya sebagai berikut;

No.48/sekr. Ch./65

PENGURUS BESAR JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

MEMPERHATIKAN:

3. Tindakan yang dilakukan oleh apa jangdinamakan “GERAKAN 30 September”

adalah tindakan kontra revolusioner:

4. Pemerintah telah membekukan PAarpol/Ormas jang tersangkut dalam “Gerakan 30

September” itu

MENGINGAT:

4. Djemaat Ahmadiyah Indonesia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Anggaran

Dasar Pasal V dan ART pasal 8b, patuh pada pemerintah Republik Indonesia.

5. Djemaat Ahmadiyah Indonesia, sesuai dengan pelajaran menganggap, bahwa

tindakan-tindakan jang dilakukan “Gerakan 30 September” itu adalah terkutuk.

6. Bahwa diantara anggota-anggota Ahmadiyah mungkin sekali ada jang termasuk

dalam Paropol/Ormas jang kegiatannya telah dibekukan oleh pemerintah karena

tersangkut dalam “Gerakan 30 September itu.

MENIMBANG:

Perlu diadakan pembersihan dalam lingkungan Djemaat Ahmadiyah Indonesia:

MEMUTUSKAN

4. Memetjat setiap anggota Ahmadiyah jang telah ditahan oleh alat Negara atas tuduhan

ikut serta aktif dalam “Gerakan 30 September “ dan mulai sejak penahanan orang

tersebut tidak lagi memepunjai hubungan dengan Djemaat Ahmadiyah Indonesia.

5. Memerintahkan kepada setiap anggota Ahmadiyah jang termasuk dalam dalam

Parpol/Ormas jang kegiatannya sudah dibekukan itu supaja menjatakan menarik diri

dari keanggotaan Parpol/Ormas tersebut. Pernyataan penarikan diri dari Parpol/Ormas

itu harus dilakukan dengan tertulis dan tembusannya disampaikan kepada Pengurus

Djemaat.

6. Memerintahkan kepada Pengurus Tjabang Djemaat Ahmadiyah Indonesia untuk

mengusahakan agar ad1 dan 2 diatas terlaksana dalam waktu 3x 24 djam sesudah

surat keputusan ini sampai ketangannja dan melaporkan kepada Pengurus Besar

dengan segera nama-nama orang-orang yang jang kepda mereka telah didjalankan

tindakan seperti jang dimaksudkan dalam ad1 dan 2 diatas.

Page 147: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

147

Dekeluarkan di Djakarta

Pada tanggal 10 Nopember 1965

Pengurus Besar Djemaat Ahmadiyah Indonesia

Mengetahui:

Raisuttabligh:

(Imamuddin H.A)

Ketua:

(Sukri Barmawi)

Pernyataan tersebut dibuat karena kondisi jemaat Ahmadiyah Indonesia sedang dalam

keadaan kurang menguntungkan ditahun 1965 karena kasus Gerakan 30 September. Yang

menjadi ketua adalah Sukri Barwawi beliau juga merupakan perintis dari jemaat Ahmadiyah

di Bandung. Karena di tahun 1948-180an jemaat masih sangat sedikit jadi para pengmbang

jemaat Ahmadiyah dalam melaksanakan penyebaran banyak yang merangkap jabatan, ada

ayng menjadi ketua di Bandung juga bias merangkap jabatan yang sama di daerah lainnya

selama daerah tersebut masih berdekatan. Seperti halnya pa Wahid yang mengembangkan

jemaat Hamdiyah di Bandung, beliau juga mengmbangkan jemaat hamdiyah di Jawa Tengah.

Bahkan seorang Mubaligh Pakistan sayyid Muhammad Shah. Beliau dalam perang

kemerdekaan bahkan pasca kemerdekaan banyak terlibat membantu merebut dan

mempertahankan kemerdekaan di beberapa wilayah di Indonesia. Sekalipun tuigas utamanya

adalah memeprkuat penyebaran Ahmadiyah di Bandung. Karena kondisi yang sangat

membutuhkan bantuan maka beliau sendiri membantu tidak mengenal wilayah dimana beliau

ditugaskan oleh Khalifah jemaat Ahmadiyah.

Karena jemaat Ahmadiyah sangat kompak hal inilah yang membuat oknum dari

masyarakat yang meras terusik banyak menybarkan desas-desus bahwa hamdiyah adalah

agen Amaerika ahmadiyah agen Yahudi. Tuduhan seperti itu bila dilihat masih berlaku dalam

masyarakat. Oknum yang tidak senag kepada jemaat Ahmadiyah berusdaha membuat

Page 148: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

148

konspirasi dengan membuat tuduhan yang dialamatkan kepada jemaat Ahmadiyah. Dengan

tuduhan seperti itu jemaat Ahmadiyah semakian sulit untuk berkembang.

Page 149: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

149

BAB V Kesimpulam

Telaah ini berusaha mengetengahkan penjelasan komprehensif tentang JEMAAT

AHMADIYAH ASTANA ANYAR KOTA BANDUNG 1948-1980: SEJARAH DAN

PERKEMBANGANNYA, baik yang menyangkut aspek historis, doktrin, organisasi,

kontribusi dan posisinya dalam wacana keislaman di Indonesia.

Gerakan Ahmadiyah lahir di India pada tahun 1888, didirikan oleh Mirza Ghulam

Ahmad, kelahiran 1835 di Qadian, Punjab, India dan meninggal tahun 1908 di Lahore.

Lahirnya gerakan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal saja, melainkan juga

karena faktor internal.

Faktor internal yang dimaksud adalah faktor dari kalangan kaum muslim sendiri,

yakni sikap umat Islam yang tradisonal dan fatalistis, yang membuat mereka statis, sehingga

umat Islam mengalami kemunduran dalam banyak bidang termasuk bidang keagamaan.

Munculnya Ahmadiyah adalah sebagai protes atas kemerosotan Islam pada saat itu. Sedang

faktor eksternal dan missionaris Kristen terhadap Ahmadiyah.

Mengenai masuknya Ahmadiyah Qadian di Indonesia berdasarkan perintah langsung

dari Khalifah II jemaat Ahmadiyah. Beliau mengutus Maulana Rahmat Ali. Beliau

merupakan lulusan pertama dari sekolah Mubalighin yang ada di Pakistan. Rahmat Ali

mendapatkan tugas untuk menyebarkan jemaat Ahmadiyah di Indonesia dan Asia Tenggara.

Selain itu, juga ada permintaan dari pelajar dari Sumatera untuk dikirim seorang utusan untuk

menyebarkan dan menyiarkan Ahmadiyah, mereka itu ialah, Abu Bakar Ayyub, Zaini

Dahlan, Ahmad Nurudin dan kawan-kawan lainnya., yang mayoritas dari Sumatera Barat.

Sebagai gerakan dakwah Ahmadiyah menitik beratkan aspek spiritual Islam yang

bersifat mahdiistis yaitu adanya suatu keyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al

Mahdi atau juru selamat yang mengemban misi, melenyapkan kegelapan dan menciptakan

Page 150: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

150

perdamain di dunia. Di samping itu gerakan Ahmadiyah menempatkan diri sebagai gerakan

pembaharuan yang bertujuan mengembalikan umat Islam kepada pangkal kebenaran Islam,

berdasarkan al-Qur’an dan Hadits serta menyebarkan, menurut ajaran Mirza Ghulam Ahmad

berdasarkan wahyu yang diterimanya. Ia berkeyakinan bahwa untuk mempersatukan umat

beragama dan menjauhkan dari sikap permusuhan diantara mereka dengan jalan membawa

mereka ke dalam Islam dengan menunjukan bukti-bukti kekeliruan mereka.

Salah satu perdebatan yang selalu muncul di kalangan umat Islam adalah seputar

pemahaman dan gerakan pembaharuan. Bagi Ahmadiyah, pembaharunya tidak dapat

dipisahkan dangan al-Qur’an surat Annur 24:55. menurut tafsir Ahmadiyah, ayat ini bukan

saja meramalkan berdirinya kerajaan Islam, melainkan juga kelangsungannya, sehingga perlu

dibangkitkan para khalifah yang akan menggantikan nabi Muhammad s.a.w. sebagai

pembaharu agama, selain al-Khulafa’ al-Rasyidin. Menurut Ahmadiyah, pembaharu tersebut

berdasarkan pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sendiri yang kedatangannya sudah diramalkan

sebelumnya.

Disamping membawa ajaran kemahdian, yang membedakan Ahmadiyah dari gerakan

keagamaan lain, pemikiran-pemikiran Ahmadiyah bercorak rasional, khususnya dalam

menafsirkan ayat al-Qur’an yang menyangkut aqidah, seperti persoalan kenabian, wahyu, dan

penjelmaan al-Masih ibn Maryam.

Sedang persamaan dengan gerakan kegaamaan lain, misalnya dengan

Muhammadiyah, NU, Persis, PSII dalam perjuangannya sama-sama ingin menyebarkan

Islam berdasarkan pada al-Qur’an dan Hadits, namun dengan penekanan dan pendekatan

yang berbeda. Sebagai contoh, Muhammadiyah dalam dakwahnya lebih menekankan bidang

sosial dan pendidikan, NU bidang Ibadah, PSII bidang politik, Persis bidang pendidikan dan

penerbitan dan Ahmadiyah bidang tabligh, penerbitan dan pendidikan.

Page 151: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

151

Dari segi perkembangan selama 32 tahun (1948-1980). Di Bandung telah banyak

berkembang dari kota hingga kabupaten di Bandung, dengan jumlah anggota semakin

bertambah namun tidak sepesat dengan organisasi lainnya. Dari segi jumlah anggota

Ahmadiyah merupakan organisasi keagamaan yang kurang mendapat pendukung dan

merupakan organisasi yang kurang begitu pesat dalam perkembangannya. Hal itu terjadi

karena antara lain kehadiran Ahmadiyah di Indonesia sejak awal sudah merupakan tantangan

bagi mayoritas umat Islam. Terutama para ulama dan organisasi keagamaan. Tantangan itu

terjadi kerena Ahmadiyah menyebarkan doktrin teologi yang dipandang kontroversial oleh

kaum sunni, khususnya masalah teologi kenabian, yakni masih adanya nabi setelah nabi

Muhammad s.a.w. disamping itu, khususnya Ahmadiyah Qadian merupakan gerakan

keagamaan yang bersifat sektarian, pemikiran-pemikiran keagamaan yang menimbulkan

reaksi sesama Muslim, selain kafir mengkafirkan satu sama lain. Tema-tema keagamaan

seperti penerimaan wahyu, pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, sebagai Imam

mahdi dan penjelmaan al-Masih ibn Maryam, mengundang reaksi yang beragam dari

kalangan umat Islam.

Dalam menyebarkan paham keagamaan, Ahmadiyah melakukan kegiatan tabligh di

kalangan anggota dan simpatisannya, di samping penerbitan. Bagi Ahmadiyah Qadian

metode penyebarannya ditambah lagi dengan bentuk perdebatan.

Terlepas dari setuju atau tidak setuju, secara empiris dan objektif kehadiran

Ahmadiyah banyak mendapat tantangan dari para ulama dan organisasi-organisasi

keagamaan lainnya seperti Muhammadiyah, NU dan Persatuan Islam. Ternyata masih dapat

bertahan hingga saat ini.

Disamping itu, Ahmadiyah dalam perkembangannya telah memberikan kontribusi

terhadap umat Islam, sebagi berikut:

Page 152: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

152

1. Dalam kegiatan dakwah, Ahmadiyah (Qadian) telah memiliki jaringan internasional

melalui Muslim Television Ahmadiyah (MTA) yang berpusat di London, sehingga

para jemaatnya bisa mengetahui kegiatan Ahmadiyah di seluruh dunia (195 negara).

Dengan demikian, Ahmadiyah telah memperkenalkan model dakwah dengan

pemanfaatan teknologi, media TV dengan jangkauan luas, sehingga dakwah

Ahmadiyah tidak hanya dilihat dan didengar oleh pengikut Ahmadiyah saja,

melainkan juga dari kalangan luar Ahmadiyah.

2. Dalam berdakwah, pemakain cara “debat terbuka” menunjukkan sikap berani dan

percaya diri dalam mempertahankan kayakinannya, disamping seberapa jauh

kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian Ahmadiyah telah menciptakan “tradisi

dialog” bukan hanya untuk kalangan Ahmadiyah saja, melainkan juga untuk

kalangan intelektual secara umum.

3. Ahmadiyah telah memberikan pengalaman berharga dalam berdakwah, yakni sikap

santun, ramah, tidak suka menempuh jalan kekerasan dalam menghadapi lawan, ulet,

gigih, sabar dan sikap percaya diri, sehingga mengundang simpatik terhadap

masyarakat.

4. Literatur-literaturnya menggunakan pendekatan rasional, sehingga kalangan

intelektual tertarik untuk mempelajarinya.

5. Literatur-literatunya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, sehingga jangkaunnya

sampai pada tingkat dunia (internasional). Seperti tafsir The Holy Qur’an, Arabic

text, English Translation and Comentary karangan khalifah II jemaat Ahmadiyah

Mirza Bashirudan Mahmud Ahmad.

Dalam bidang pendidikan, sekarang ini Ahmadiyah (Qadian) memiliki Jami’ah

Ahmadiyah Indonesia yang berpusat di kampus Mubarak, Bogor Jawa Barat. Jami’ah tersebut

Page 153: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

153

khusus untuk pendidikan kader mubaligh dari seluruh Indonesia. Selama pendidikan (3

sampai 5 tahu), mereka tinggal di asrama tanpa dipungut biaya termasuk makan.

Dengan demikian, terlebih semakin diterimanya pluralisme, agama dan paham

keagamaan, gerakan Ahmadiyah tidaklah dapat dikesampingkan begitu saja dan Ahmadiyah

tetap memiliki ruang lingkup untuk berkembang. Namun, karena Ahmadiyah memiliki

doktrin teologi yang tidak paralel dengan paham sunni, padahal ia hidup ditengah-tengah

masyarakat sunni, penulis memprediksi bahwa Ahmadiyah perkembangannya masih perlu

berjuang dan bersabar.

Mengenai posisinya dalam keputusan dan rekomendasinya organisasi-organisasi

Islam se-Dunia di Mekkah 14 sampai dengan 18 Rabi’ul Awwal 1394 H. Dinyatakan sebagai

golongan kafir dan keluar dari Islam. Begitu pula Almarhum Hamka, ketua MUI waktu itu,

juga almarhum K.H hasan Basri, Ketua MUI, dan Quraish Shihab, ketua Majlis Fatwa MUI,

memberikan fatwa yang sama dengan keputusan Rabitah Alam Islami dan pemerintah

Pakistan. Meskipun sudah ada Fatwa MUI, sampai saat ini Ahmadiyah masih tetap ada

walaupun kurang berkembang.

Kondisi seperti itu penulis memberikan tiga solusi dalam menghadapi kondisi

kehidupan bermasyarakat dan beragamasolusi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Harus ditetapkan bahwa undang-undang pengikut suatu agama boleh memaparkan

keindahan-keindahan agamanya, tetapi dilarang untuk menyerang agama lain.

Peraturan ini tidak akan mengganggu kemerdekaan beragama dan tidak akan

membantu suatu agama tertentu dengan berat sebelah. Hendaknya tiap-tiap agama

pun menyetujui peratuan yang adil ini, yakni tidak boleh menyerang agama lain.

2. Jika peraturan no 1 tidak disetujui, sekurang-kurangnya ditetapkan bahwa suatu

agama tidak dibenarkan menyerang atau mencela perkara-perkara tertentu dalam

agama lain yang mana perkara-perkara tersebut ditemukan juga dalam agama itu

Page 154: sejarah ahmadiyah bandung 1948-1980

154

sendiri. Yakni tidak boleh mencela agama lain, dimana cela itu pun terdapat di dalam

agamanya sendiri.

3. Sekiranya peraturan no 2 pun tidak diterima, sebaiknya pemerintah meminta dari

pihak masing-masing agama mendaftar kitab-kitabnya yang sah dan resmi, untuk

menetapkan sebuah peraturan bahwa agama itu tidak boleh dicela tentang hal-hal

yang tidak terkandung di dalam kitab-kitabnya tersebut. (surat dari Mirza Ghulam

Ahmad kepada Lord Eligen September 1897)