agroekosistem (OPT)

5
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci dalam pemenuhan kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman hayati (biodiversiy) yang merupakan semua jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian. Namun demikian dalam kenyataannya pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami menjadi tanaman monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir pertanian adalah produksi ekosistem buatan yang memerlukan perlakuan oleh pelaku pertanian secara konstan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan agrokimia (terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak dikehendaki (Tobing, 2010). Hamparan lahan pertanian sebenarnya merupakan suatu ekosistem binaan, yaitu ekosistem yang telah mendapat campur tangan manusia sehingga struktur dan dinamikanya berbeda dengan ekosistem alami. Meskipun demikian, beberapa ciri ekosistem masih dapat ditemukan, seperti komponen ekosistem, aliran energi, materi dan informasi, jaring-jaring makanan dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut melahirkan sifat ekosistem bersangkutan yang terdiri atas produktifitas (productivity), kebertahanan (stability), kemerataan (equitability), dan keberlanjutan (sustainability). Ekosistem alami mempunyai produktifitas rendah sampai sedang, stabilitas sedang sampai tinggi, serta kemerataan dan keberlanjutan yang tinggi.

description

laporan praktikum 'hama dan penyakit tumbuhan'

Transcript of agroekosistem (OPT)

Page 1: agroekosistem (OPT)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci dalam pemenuhan

kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman hayati (biodiversiy) yang merupakan

semua jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu

ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian. Namun demikian dalam

kenyataannya pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami

menjadi tanaman monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir pertanian adalah

produksi ekosistem buatan yang memerlukan perlakuan oleh pelaku pertanian secara konstan.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan agrokimia

(terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak

dikehendaki (Tobing, 2010).

Hamparan lahan pertanian sebenarnya merupakan suatu ekosistem binaan, yaitu

ekosistem yang telah mendapat campur tangan manusia sehingga struktur dan dinamikanya

berbeda dengan ekosistem alami. Meskipun demikian, beberapa ciri ekosistem masih dapat

ditemukan, seperti komponen ekosistem, aliran energi, materi dan informasi, jaring-jaring

makanan dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut melahirkan sifat ekosistem bersangkutan yang

terdiri atas produktifitas (productivity), kebertahanan (stability), kemerataan (equitability),

dan keberlanjutan (sustainability). Ekosistem alami mempunyai produktifitas rendah sampai

sedang, stabilitas sedang sampai tinggi, serta kemerataan dan keberlanjutan yang tinggi.

Sedangkan, ekosistem binaan (agro ekosistem) mempunyai produktifitas rendah sampai

tinggi, kebertahanan rendah sampai sedang.

Produktivitas tanaman bisa terganggu oleh adanya OPT (organisme pengganggu

tumbuhan) yang bisa berupa penyakit. Penyakit tumbuhan adalah penyimpanan dari sifat

internal yang menyebabkan tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan pertumbuhan yang

biasa. Ditinjau dari segi ekonomi, penyakit tumbuhan adalah ketidakmampuan tumbuhan

untuk memberikan hasil yang cukup kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan gejala

(sympton) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukan oleh tumbuhan itu sendiri, sebagai

akibat dari adanya penyebab penyakit (Tuswanto, 2013).

Sifat kimia tanah telah diketahui dapat mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman.

Tanah endemik dan non endemik penyakit layu bakteri diperoleh dari delapan lokasi berbeda

berdasarkan indikator tinggi tempat dan persentase penyakit. Faktor abiotik adalah komponen

dalam suatu lingkungan yang tidak hidup (Ibrahim, 2012). Salah satu komponen penting

dalam faktor abiotik yaitu tanah, yang berperan penting dalam menopang kehidupan suatu

Page 2: agroekosistem (OPT)

organisme. Komponen didalam tanah meliputi sifat fisika dan kimia tanah. Sifat fisika tanah

ialah sifat fisik tanah berupa tekstur tanah, struktur, kemantapan, warna dan permeabilitas,

sedangkan sifat kimia tanah berupa kandungan yang terdapat didalam tanah meliputi derajad

keasaman (pH), bahan organik dan unsur hara. Unsur hara ialah kandungan bahan–bahan

mineral yang terdapat didalam tanah, salah satunya Unsur hara makro berupa nitrogen (N),

fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S) (Hafiah, 2015).

Salah satu penyakit tanaman padi di Indonesia adalah hawar daun bakteri (HDB) yang

disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Penggunaan varietas tahan

merupakan cara pengendalian yang efektif, murah, dan ramah lingkungan. Beberapa upaya

pengendalian penyakit HDB telah dilakukan diantaranya dengan antibiotik, peramalan,

sanitasi, kombinasi antagonis menyatakan bahwa pengendalian tersebut belum memuaskan

karena keragaman Xoo yang tinggi disebabkan oleh lingkungan, varietas yang digunakan, dan

mengalami mutasi gen. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian

yang efektif, murah, dan ramah lingkungan. Selain itu penggunaan varietas tahan merupakan

cara pengendalian yang paling umum dan mudah dilakukan oleh petani (Hafiah, 2015).

1.2 Tujuan

Mempelajari, mengamati dan membandingkan berbagai gejala penyakit pada tanaman

pertanian yangdisebabkan oleh parasit dari golongan tertentu, sebagai indikator awal untuk

mengenal bahwa tanaman dikatakan sakit.

Page 3: agroekosistem (OPT)

BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Agroteknologi dengan judul “Mengenal Komponen Agroekosistem untuk

Kelangsungan Hidup Tanaman” dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Oktober 2015 pada pukul

12.15 - 14.15 WIB. Bertempat di Laboratorium Perlindungan Tanaman Jurusan Hama dan

Penyakit Tumbuhan (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Jember.

2.2 Bahan dan Alat

2.2.1 Bahan

1. Preparat penyakit

2. Preparat hama

2.2.2 Alat

1. Alat tulis

2. Kamera

3. Laptop

4. Worksheet

2.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mengamati preparat

3. Mencatat hasil pengamatan

Page 4: agroekosistem (OPT)

DAFTAR PUSTAKA

Hafiah, W., A.L. Abadi dan L. Qurata’aini. 2015. Ketahanan Lima Galur Padi (oryza sativa l.) Terhadap Dua Isolat Xanthomonas oryzae pv. Oryzae Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi. HPT, 3(2): 9-17.

Hafiah, W., A.L. Abadi dan L. Qurata’aini. 2015. Pengaruh Faktor Abiotik Kimia Tanah Terhadap Supressifitas Tanah Dalam Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum mill). HPT, 3(2): 1-8.

Tobing, M.C. 2010. Keanekaragaman Hayati Dan Pengelolaan Serangga Hama Dalam Agroekosistem. Agrikultur, 1(1): 1-33.

Tuswanto dan A. Fadlil. 2013. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Hama Dan Penyakit Tanaman Bawang Merah Menggunakan Certainty Factor. Sarjana Teknik Informa 1(1): 21-31.