agroekosistem (OPT)
-
Upload
saifur-ridhal -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
description
Transcript of agroekosistem (OPT)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci dalam pemenuhan
kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman hayati (biodiversiy) yang merupakan
semua jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu
ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian. Namun demikian dalam
kenyataannya pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami
menjadi tanaman monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir pertanian adalah
produksi ekosistem buatan yang memerlukan perlakuan oleh pelaku pertanian secara konstan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan agrokimia
(terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak
dikehendaki (Tobing, 2010).
Hamparan lahan pertanian sebenarnya merupakan suatu ekosistem binaan, yaitu
ekosistem yang telah mendapat campur tangan manusia sehingga struktur dan dinamikanya
berbeda dengan ekosistem alami. Meskipun demikian, beberapa ciri ekosistem masih dapat
ditemukan, seperti komponen ekosistem, aliran energi, materi dan informasi, jaring-jaring
makanan dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut melahirkan sifat ekosistem bersangkutan yang
terdiri atas produktifitas (productivity), kebertahanan (stability), kemerataan (equitability),
dan keberlanjutan (sustainability). Ekosistem alami mempunyai produktifitas rendah sampai
sedang, stabilitas sedang sampai tinggi, serta kemerataan dan keberlanjutan yang tinggi.
Sedangkan, ekosistem binaan (agro ekosistem) mempunyai produktifitas rendah sampai
tinggi, kebertahanan rendah sampai sedang.
Produktivitas tanaman bisa terganggu oleh adanya OPT (organisme pengganggu
tumbuhan) yang bisa berupa penyakit. Penyakit tumbuhan adalah penyimpanan dari sifat
internal yang menyebabkan tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan pertumbuhan yang
biasa. Ditinjau dari segi ekonomi, penyakit tumbuhan adalah ketidakmampuan tumbuhan
untuk memberikan hasil yang cukup kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan gejala
(sympton) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukan oleh tumbuhan itu sendiri, sebagai
akibat dari adanya penyebab penyakit (Tuswanto, 2013).
Sifat kimia tanah telah diketahui dapat mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman.
Tanah endemik dan non endemik penyakit layu bakteri diperoleh dari delapan lokasi berbeda
berdasarkan indikator tinggi tempat dan persentase penyakit. Faktor abiotik adalah komponen
dalam suatu lingkungan yang tidak hidup (Ibrahim, 2012). Salah satu komponen penting
dalam faktor abiotik yaitu tanah, yang berperan penting dalam menopang kehidupan suatu
organisme. Komponen didalam tanah meliputi sifat fisika dan kimia tanah. Sifat fisika tanah
ialah sifat fisik tanah berupa tekstur tanah, struktur, kemantapan, warna dan permeabilitas,
sedangkan sifat kimia tanah berupa kandungan yang terdapat didalam tanah meliputi derajad
keasaman (pH), bahan organik dan unsur hara. Unsur hara ialah kandungan bahan–bahan
mineral yang terdapat didalam tanah, salah satunya Unsur hara makro berupa nitrogen (N),
fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S) (Hafiah, 2015).
Salah satu penyakit tanaman padi di Indonesia adalah hawar daun bakteri (HDB) yang
disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Penggunaan varietas tahan
merupakan cara pengendalian yang efektif, murah, dan ramah lingkungan. Beberapa upaya
pengendalian penyakit HDB telah dilakukan diantaranya dengan antibiotik, peramalan,
sanitasi, kombinasi antagonis menyatakan bahwa pengendalian tersebut belum memuaskan
karena keragaman Xoo yang tinggi disebabkan oleh lingkungan, varietas yang digunakan, dan
mengalami mutasi gen. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian
yang efektif, murah, dan ramah lingkungan. Selain itu penggunaan varietas tahan merupakan
cara pengendalian yang paling umum dan mudah dilakukan oleh petani (Hafiah, 2015).
1.2 Tujuan
Mempelajari, mengamati dan membandingkan berbagai gejala penyakit pada tanaman
pertanian yangdisebabkan oleh parasit dari golongan tertentu, sebagai indikator awal untuk
mengenal bahwa tanaman dikatakan sakit.
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Agroteknologi dengan judul “Mengenal Komponen Agroekosistem untuk
Kelangsungan Hidup Tanaman” dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Oktober 2015 pada pukul
12.15 - 14.15 WIB. Bertempat di Laboratorium Perlindungan Tanaman Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Jember.
2.2 Bahan dan Alat
2.2.1 Bahan
1. Preparat penyakit
2. Preparat hama
2.2.2 Alat
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Laptop
4. Worksheet
2.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengamati preparat
3. Mencatat hasil pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
Hafiah, W., A.L. Abadi dan L. Qurata’aini. 2015. Ketahanan Lima Galur Padi (oryza sativa l.) Terhadap Dua Isolat Xanthomonas oryzae pv. Oryzae Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi. HPT, 3(2): 9-17.
Hafiah, W., A.L. Abadi dan L. Qurata’aini. 2015. Pengaruh Faktor Abiotik Kimia Tanah Terhadap Supressifitas Tanah Dalam Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum mill). HPT, 3(2): 1-8.
Tobing, M.C. 2010. Keanekaragaman Hayati Dan Pengelolaan Serangga Hama Dalam Agroekosistem. Agrikultur, 1(1): 1-33.
Tuswanto dan A. Fadlil. 2013. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Hama Dan Penyakit Tanaman Bawang Merah Menggunakan Certainty Factor. Sarjana Teknik Informa 1(1): 21-31.