Agregat Putri

9
D. Aplikasi Model Teori Precede dan Proceed Pada Agregat Yang Sesuai Green menganalisis perilaku manusia dimulai dari tingkat kesehatan, bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku (non behavior causes). Model Precede merupakan model yang lebih mengarah kepada upaya-upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan seperti perilaku merokok pada remaja, perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah, depresi pada lansia dan masalah kesehatan reproduksi pada ibu hamil. Model teori precede –proceed bisa diaplikasikan pada semua jenis agregat karena kedelapan fase dari model ini menciptakan program promosi kesehatan. Secara bertahap, proses mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi program (Fertman, 2010). 1. Aplikasi model teori precede-proceed pada perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah

description

HHHHH

Transcript of Agregat Putri

Page 1: Agregat Putri

D. Aplikasi Model Teori Precede dan Proceed Pada Agregat Yang Sesuai

Green menganalisis perilaku manusia dimulai dari tingkat kesehatan,

bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku (non behavior

causes). Model Precede merupakan model yang lebih mengarah kepada upaya-

upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan seperti perilaku merokok pada

remaja, perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah, depresi pada

lansia dan masalah kesehatan reproduksi pada ibu hamil. Model teori precede –

proceed bisa diaplikasikan pada semua jenis agregat karena kedelapan fase dari

model ini menciptakan program promosi kesehatan. Secara bertahap, proses

mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi

program (Fertman, 2010).

1. Aplikasi model teori precede-proceed pada perilaku hidup bersih dan

sehat pada anak usia sekolah

Perilaku sehat adalah variabel yang penting dalam hubungannya

dengan fokus intervensi tenaga kesehatan professional, termasuk perawat

komunitas dalam rangka meningkatkan pencapaian hasil status kesehatan

masyarakat yang optimal. Banyak teori model yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kerangka intervensi dalam meningkatkan perilaku sehat,

yang salah satunya adalah teori model precede-proceed seperti penelitian

yang dilakukan Dina Fitriani (2011), yang mengidentifikasi “Pengaruh

Edukasi Sebaya Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada

Agregat Anak Usia Sekolah Yang Beresiko Kecacingan Di Desa Baru

Page 2: Agregat Putri

Kecamatan Manggar Belitung Timur “ diperoleh pengkajian berdasarkan

model teori precede - proceed seperti faktor-faktor predisposisi

(predisposing factors); merupakan faktor yang menjadi motivasi perilaku

seseorang yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai, dan persepi kebutuhan dan kemampuan seseorang.

Faktor-faktor predisposisi berhubungan dengan motivasi seseorang

atau kelompok untuk mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat,

termasuk perilaku sehat dalam mencegah kecacingan.Pendapat ini didukung

oleh penelitian Jalaluddin (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap anak usia sekolah

tentang perilaku hidup sehat untuk mencegah kecacingan yang buruk,

dengan kejadian kecacingan. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Sari

(2007) juga menunjukkan fakta yang sama bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara faktor-faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap, usia,

nilai, dan tradisi, dengan penerapan perilaku sehat pada anak jalanan. Anak

jalanan dengan pengetahuan, sikap, usia, nilai, dan tradisi, yang semakin

tinggi dan atau semakin baik, maka akan memiliki perilaku sehat yang

semakin baik pula.

Faktor-faktor pemungkin (enabling factors); merupakan faktor yang

memfasilitasi motivasi seseorang untuk mempraktikan perilaku sehat, yang

terwujud dalam bentuk kondisi lingkungan, seperti: ketersediaan sumber-

sumber kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan sumber pelayanan

kesehatan, aturan, prioritas dan komitmen pemerintah/masyarakat terhadap

Page 3: Agregat Putri

kesehatan, serta keterampilan baru yang dibutuhkan untuk mengubah

perilaku atau lingkungan.

Faktor-faktor penguat (reinforcing factors); merupakan konsekuensi

dari tindakan yang menentukan apakah seseorang sebagai pelaku kesehatan

menerima umpan balik yang positif atau negatif, yang mana dalam hal ini

didukung secara sosial setelah praktik perilaku sehat dilakukan.Faktor

penguat akan mempertahankan kesinambungan atau pengulangan dari

perilaku sehat seseorang. Faktor-faktor penguat tersebut seperti: dukungan

sosial, dukungan keluarga, pengaruh kelompok sebaya atau anjuran/saran

dari petugas kesehatan.

2. Aplikasi model teori precede-proceed pada perilaku merokok remaja

Perilaku kesehatan yang nantinya akan memengaruhi kualitas

hidup seseorang melalui faktor predisposing, reinforcing, enabling.

Penelitian yang dilakukan Faisal Kholid Fahdi, Henni Djuhaeni, Ahmad

Yamin (2011), yang mengidentifikasi “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

terhadap Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Merokok Pada Remaja Di

Desa Jati Kabupaten Garut” Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat

pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode precede-proceed model

pada remaja merokok di Desa Jati wilayah kerja Puskesmas Tarogong

Kalender Kabupaten Garut Jawa Barat.

Ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

pada kelompok intervensi yang mendapatkan pendidikan kesehatan

melalui metode precede proceed model dimana pada kelompok intervensi

Page 4: Agregat Putri

terjadi peningkatan yang bermakna. Tidak terdapat perbedaan sikap,

sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol yang mendapatkan

pendidikan kesehatan melalui metode precede proceed model dimana pada

kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan yang bermakna. Terdapat

peningkatan pengetahuan dan tindakan pada kelompok intervensi yang

mendapatkan pendidikan kesehatan. Dengan demikian ada pengaruh

pendidikan kesehatan melalui precede proceed model pada remaja

merokok di desa jati.

3. Aplikasi model teori precede-proceed pada masalah kesehatan

reproduksi pada ibu hamil

Aplikasi model precede-proceed pada agregat ibu hamil dapat

dicontohkan dengan diagnosis sosial berupa kesejahteraan rendah,

kebahagiaan rendah, produktifitas yang disebabkan oleh masalah kesehatan

berupa anemia pada kehamilan di daerah dataran tinggi. Pengkajian dengan

model precede-proceed pada masalah kesehatan reproduksi pada ibu hamil

sebagai berikut : Faktor predisposing seperti pengetahuan, persepsi, sikap,

penyuluhan. Faktor reinforcing sikap dan perilaku orang terdekat seperti

keluarga, TOMA, petugas kesehatan, kelurahan / PEMDA, Faktor enabling

termasuk akses, affordability, Ketersediaan informasi tentang kesehatan dan

fasilitas kesehatan, Kemampuan penderita untuk mendapatkan pengobatan

Ketersediaan SDM pelayanan, Adanya peraturan / UU, Adanya Kebijakan,

Faktor Perilaku seperti : Kepatuhan minum tablet Fe, mengantisipasi

dampak anemia, perilaku yang mendukung, peningkatan gizi , perilaku Ante

Page 5: Agregat Putri

Natal Care, Kepedulian masyarakat terhadap kesehatan lingkungan dan

faktor lingkungan seperti: Norma sosial masyarakat terhadap anemia pada

kehamilan, Kualitas dan kuantitas, pelayanan bagi ibu hamil anemia,

Sosial ekonomi masyarakat, Keberadaan sarana pelayanan kesehatan.

4. Aplikasi model teori precede - proceed pada depresi lansia

Sebuah penelitian yang dilakukan I Wayan Suardana (2011), yang

mengidentifikasi “ Hubungan Faktor Sosiodemografi, Dukungan Sosial

Dan Status Kesehatan Dengan Tingkat Depresi Pada Agregat Lanjut Usia

Di kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Bali ” diperoleh

pengkajian berdasarkan model teori precede - proceed seperti predisposing

factor adalah faktor internal lansia yang dapat menjadi penyebab timbulnya

depresi (wright et al. 2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi

terjadinya depresi adalah karakteristik dari individu, pengetahuan tentang

depresi, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, persepsi, kebutuhan yang dirasakan

dan motivasi untuk mengatasi masalah. Yeo, Berzins dan Addington (2007)

mengatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi pasien.

Pengetahuan tentang depresi dari masyarakat dan keluarga sangat membantu

dalam membantu diagnosis depresi secara dini.

Reinforcing factor adalah faktor yang memperkuat atau menghambat

upaya mengurangi depresi sesuai dengan yang diketahui. Faktor yang

memperkuat perilaku lansia antara lain dukungan sosial dari kelompok

seusia, keluarga, teman, pasangan hidup, dan petugas kesehatan (Wright et

al, 2006). Status kesehatan seperti kondisi sakit, keterbatasan, kecacatan,

Page 6: Agregat Putri

perilaku negatif berulang dapat menjadi faktor negatif dalam upaya

penanganan depresi (Merryl, 2010). Status kesehatan yang umum berkaitan

dengan gangguan mental antara lain : riwayat penyakit pada pasien maupun

keluarga, Body Mass Indeks (BMI), tekanan darah, merokok, penggunaan

obat-obatan, riwayat pengobatan dan riwayat skrening (Parks, Radke dan

Mazade, 2008).

Enabling factor adalah karakteristik yang memfasilitasi perubahan

perilaku antara lain : tersedianya informasi, kemudahan mengakses layanan

(accessibility), ketersediaan layanan (availability, ketrampilan petugas

(skill), aturan terkait upaya tersebut (laws) (Green, 1991; Wright et al,

2006).