Administrasi Dan Manajemen Zakat

13
1 ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN ZAKAT Oleh Drs. H. Kgs. M. Daud, M.HI ( Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Palembang ) ABSTRAK Para ahli hukum sepakat berpendapat bahwa zakat itu hukumnya wajib, karena merupakan perintah Allah dan perintah Rosulullah SAW yang merupakan hukum Islam yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan dan pribadi bagi orang yang melaksanakannya. Dimana cara pengelolaannya dan pelaksanaannya sesuai dengan pos-pos yang telah ditentukan Al Qur’an yaitu kepada yang berhak menerimanya (Mustahiq). Para ahli berpendapat sebaiknya dianjurkan untuk dikelola dan dilaksanakan melalui suatu Badan atau Rumah Zakat. Sehingga zakat akan lebih baik dalam membantu pendapatan keuanga negara, terutama sekali membantu kepada orang yang berhak menerimanya. A. PENDAHULUAN Zakat merupakan salah satu rukun Islam memiliki makna strategis dalam kehidupan sosial umat. Menunaikan zakat selain sebagai implementasi kewajiban seorang muslim, juga merupakan wujud solidaritas sosial terhadap sesama. Dalam kehidupan keseharian, kita dihadapkan pada realitas sosial ekonomi umat yang masih memerlukan perhatian dan solusi. Konsepsi pemberdayaan ekonomi umat melalui pengamalan ibadah zakat yang diajarkan dalam Islam merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh dalam mengatasi masalah sosial dimaksud. Potensi zakat yang cukup signifikan tersebut perlu digali secara optimal agar dapat digunakan untuk ikut menggerakkan perekonomian umat disamping potensi-potensi yang lain sehingga taraf hidup umat menjadi terangkat. Namun yang menjadi masalah selama ini antara lain adalah masalah pengelolaan zakat yang belum dilakukan secara professional sehingga pengumpulan dan penyaluran zakat menjadi kurang terarah disamping masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap permasalahan zakat terutama masalah yang aktual dan kontemporer seperti zakat penghasilan (al-maal al-mustafad). Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 muncul dalam semangat agar lembaga pengelola zakat tampil dengan professional, amanah dan mandiri. Masih rendahnya kepercayaan terutama para muzakki terhadap para amil zakat juga menjadi salah satu masalah

description

Administrasi dan Manajemen Zakat

Transcript of Administrasi Dan Manajemen Zakat

Page 1: Administrasi Dan Manajemen Zakat

1

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN ZAKAT

Oleh

Drs. H. Kgs. M. Daud, M.HI

( Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Palembang )

ABSTRAK

Para ahli hukum sepakat berpendapat bahwa zakat itu hukumnya wajib, karena merupakan perintah Allah dan perintah Rosulullah SAW yang merupakan hukum Islam yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan dan pribadi bagi orang yang melaksanakannya. Dimana cara pengelolaannya dan pelaksanaannya sesuai dengan pos-pos yang telah ditentukan Al Qur’an yaitu kepada yang berhak menerimanya (Mustahiq). Para ahli berpendapat sebaiknya dianjurkan untuk dikelola dan dilaksanakan melalui suatu Badan atau Rumah Zakat. Sehingga zakat akan lebih baik dalam membantu pendapatan keuanga negara, terutama sekali membantu kepada orang yang berhak menerimanya. A. PENDAHULUAN

Zakat merupakan salah satu rukun Islam memiliki makna strategis dalam kehidupan

sosial umat. Menunaikan zakat selain sebagai implementasi kewajiban seorang muslim, juga

merupakan wujud solidaritas sosial terhadap sesama. Dalam kehidupan keseharian, kita

dihadapkan pada realitas sosial ekonomi umat yang masih memerlukan perhatian dan solusi.

Konsepsi pemberdayaan ekonomi umat melalui pengamalan ibadah zakat yang

diajarkan dalam Islam merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh dalam mengatasi

masalah sosial dimaksud. Potensi zakat yang cukup signifikan tersebut perlu digali secara

optimal agar dapat digunakan untuk ikut menggerakkan perekonomian umat disamping

potensi-potensi yang lain sehingga taraf hidup umat menjadi terangkat.

Namun yang menjadi masalah selama ini antara lain adalah masalah pengelolaan zakat

yang belum dilakukan secara professional sehingga pengumpulan dan penyaluran zakat

menjadi kurang terarah disamping masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap

permasalahan zakat terutama masalah yang aktual dan kontemporer seperti zakat penghasilan

(al-maal al-mustafad).

Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 muncul dalam semangat agar lembaga

pengelola zakat tampil dengan professional, amanah dan mandiri. Masih rendahnya

kepercayaan terutama para muzakki terhadap para amil zakat juga menjadi salah satu masalah

Page 2: Administrasi Dan Manajemen Zakat

2

yang perlu mendapat perhatian. Selain itu kesadaran umat untuk berzakat, berinfaq dan

bershadaqah juga masih harus ditumbuhkan.

Kegiatan pelayanan dan sosialiasi yang dilaksanakan selama ini dengan menggunakan

pola-pola selama ini perlu diinovasi dengan menggunakan system manajemen modern dan

memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini, sehingga setiap data maupun informasi

dapat diolah secara akurat dan dengan cepat dapat diakses oleh masyarakat.

B. TUJUAN DAN SASARAN

a. Tujuan

a) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat sesuai dengan tuntunan syari’at.

b) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

b. Sasaran

a) Peningkatan kesadaran berzakat.

b) Pendistribusian yang proporsional dan mengacu kepada kemashlahatan umum.

c) Peningkatan tarap ekonomi umat.

d) Peningkatan profesionalisme pengurus BAZ dalam mengelola zakat, infaq dan

shadaqah.

Paradigma Pengelolaan Zakat

Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat telah melahirkan

paradigma baru pengolaan zakat yang diantara lain mengatur bahwa pengelolaan zakat

dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah yang terdiri dari unsur

masyarakat dan Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sepenuhnya dibentuk oleh

dan dari masyarakat. Dengan lahirnya paradigma baru ini, maka semua lembaga amil zakat

harus menyesuaikan diri dengan amanat undang-undang yakni pembentukannya berdasarkan

kewilayahan pemerintah negara mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dan

kecamatan.

Pengelolan zakat oleh lembaga amil zakat, memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

Pertama, untuk menjamin kepastian dan displin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga

perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat

Page 3: Administrasi Dan Manajemen Zakat

3

dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat

dalam penggunaan harta zakat menurut skala perioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat,

untuk memperlihatkan syi'ar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang

islami.

Pengelolaan Zakat

1. Pengelolaan zakat sesuai pasal 4 UU No.38/1999 berazaskan.

a. Iman dan takwa

b. Keterbukaan

c. Kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 45

2. Tujuan pengelolaan zakat sesuai pasal 5 UU No.38/1999 :

a. Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan

tuntunan agama.

b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

3. Ruang lingkup pengelolaan zakat menurut pasal 1 ayat 1, yang berbunyi:

"Pengolahan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan mencakup mengumpulkan, pendistribusian serta pendayagunaan zakat".

4. Kegiatan zakat meliputi- pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

C. PERAN PEMERINTAH

1. Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan: perlindungan,

pembinaan dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq dan amil zakat (Pasal 3).

2. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban

menunaikan zakat.

3. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat.

4. Amil Zakat adalah Pengurus BAZ Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur yang terdiri dari Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan

Badan Pelaksana.

Keorganisasian

Organisasi Badan Amil Zakat (BAZ) sesuai dengan pasal 6 ayat 5 terdiri dari :

1. Dewan Pertimbangan

Page 4: Administrasi Dan Manajemen Zakat

4

2. Komisi Pengawas

3. Badan Pelaksana.

Dewan Pertimbangan

1. Susunan Dewan Pertimbangan BAZ terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil

Sekretaris, dan Anggota.

2. Dewan Pertimbangan mempunyai peran dan fungsi memberikan pertimbangan, fatwa,

saran dan rekomendasi tentang pengembangan hukum dan pemahaman mengenai

pengelolaan zakat

3. Dewan Pertimbangan mempunyai tugas :

a. Menetapkan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat bersama Komisi

Pengawas dan Badan Pelaksana.

b. Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum

zakat yang wajib diikuti oleh Pengurus Badan Amil Zakat.

c. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan

Komisi Pengawas.

d. Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umat tentang pengelolaan zakat.

Komisi Pengawas

1. Susunan Komisi Pengawas terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,

dan Anggota.

2. Komisi Pengawas mempunyai peran dan fungsi melaksanakan pengawasan internal atas

operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana.

3. Komisi Pengawas mempunyai tugas :

a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.

b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana yang mencakup

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.

d. Melakukan pemeriksaan opersional dan pemeriksaan syariah dan peraturan undang-

undang.

e. Menunjuk Akuntan Publik.

Badan Pelaksana

Badan Pelaksana terdiri dari oleh 2 lembaga yaitu :

Page 5: Administrasi Dan Manajemen Zakat

5

1. Badan Pelaksana BAZ (BP BAZ)

2. Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

D. TUGAS, PERAN DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA

1. Badan Amil Zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan

mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama (pasal 8).

2. Badan Amil Zakat bertanggungjawab sesuai dengan tingkatannya, (Pasal 9).

3. Badan Pelaksana mempunyai peran dan fungsi melaksanakan kebijakan dan

pendayagunaan zakat.

4. Badan Pelaksana mempunyai tugas :

a. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan, penyaluran dan

pendayagunaan zakat

b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan

dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Menyusun Laporan Tahunan dan Laporan Audit

d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pemerintah Provinsi dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

e. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik ke

dalam maupun ke luar.

Hubungan Kerja BAZ Provinsi dan BAZ Kab/Kota

Hubungan Badan Amil Zakat Provinsi dengan BAZ Kabupaten/Kota mempunyai

hubungan kerja yang bersifat :

- Koordinatif

- Konsultatif

- informatif

Tata Kerja

1. BAZ Provinsi dalam melaksanakan tugasnya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi antara Badan Amil

Zakat di semua tingkatan.

2. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan

bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan

tugas staf pelaksana.

Page 6: Administrasi Dan Manajemen Zakat

6

3. Setiap Ketua Bidang meyampaikan laporan kepada Ketua Badan Amil Zakat melalui

Sekretaris. Sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan

berkala.

4. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan BAZ akan diolah dan digunakan sebagai

bahan :

a. untuk menyusun laporan lebih lanjut.

b. untuk memberikan arahan kepada staf pelaksana.

5. Setiap pimpinan satuan organisasi BAZ masing-masing wajib mengadakan rapat secara

berkala.

Manajemen Terpadu

Badan Amil Zakat melakukan Akuntabilitas manajemen dengan tiga pilar utama:

1. Amanah

Sifat amanah merupakan kunci jaminan mutu dalam menumbuhkan kepercayaan

masyarakat.

2. Profesional

Efesiensi dan efektivitas manajemen memerlukan sikap profesional dari semua pengurus.

3. Transparan

Sistem kontrol yang baik akan terjadi jika jiwa transparansi dalam pengelolaan dana umat

dapat dilaksanakan.

Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

1. UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat dengan tugas untuk

melayani Muzakki, Munfiq dan Mutashaddiq.

2. UPZ BAZ adalah satuan organisasi dalam koordinasi BAZ yang dibentuk pada

Dinas/Instansi/Lembaga/ Kantor Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, BUMN/BUMD

dan Perusahaan Swasta yang berkedudukan di tingkatnya.

3. Keputusan pembentukan UPZ dikeluarkan oleh Ketua BAZ.

4. UPZ bertugas pengumpulkan dana zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat

di unit masing-masing dengan menggunakan formulir yang dibuat oleh Badan Amil Zakat

dan hasilnya disetorkan kepada bagian pengumpul BAZ.

5. Kepengurusan UPZ terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris, seorang bendahara dan

beberapa, orang anggota.

6. Masa kerja Pengurus UPZ paling lama 3 tahun.

Page 7: Administrasi Dan Manajemen Zakat

7

7. UPZ tidak bertugas menclayagukan zakat, kecuali ada kesepakatan antara Pengurus BAZ

Provinsi dengan UPZ.

E. SISTEM PENGUMPULAN

a. Zakat terdiri dari zakat maal (harta) dan zakat fitrah (pasal 11 ayat 1).

b. Harta yang dikenai zakat (pasal 11 ayat 2) adalah :

1) Emas, perak, dan uang

2) Perdagangan dan perusahaan

3) Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan

4) Hasil pertambangan

5) Hasil peternakan

6) Hasil pendapatan dan jasa

7) rikaz.

c. Zakat, infaq dan shadaqah perorangan pada instansi/lembaga setiap bulan

dikumpulkan melalui UPZ.

d. Zakat, infaq dan shadaqah badan dan perorangan dikumpulkan juga secara langsung

oleh Pengurus BAZ Provinsi.

e. Untuk kepentingan Muzakki, BAZ Provinsi, Kabupaten/Kota mengirimkan

pemberitahuan kepada muzakki badan/perorangan untuk menyetorkan zakatnya

disertai dengan Pedoman Perhitungan Zakat Sendiri.

f. Pengurus BAZ dapat membantu Muzakki dalam menghitung zakatnyaPenghitungan

zakat dilakukan menurut nishab, kadar dan waktunya berdasarkan ketentuan hukum

agama.

g. Pengurus BAZ menerima zakat dengan menerbitkan formulir bukti setor zakat.

h. Pengurus BAZ selain menerima zakat dapat menerima infaq, shadaqah, hibah, wasiat,

waris dan kafarat (pasal 13)

i. Bukti setor zakat mencantumkan hal-hal sebagai berikut :

a) Nama BAZ dan logonya serta alamat.

b) Nomor urut bukti setor.

c) Nama Muzakki, Alamat Muzakki, Telepon, Fax, dan email.

d) NPWZ (nomor Pokok Wajib Zakat) terdiri dari 15 digit :

- 2 digit pertama kode Muzakki. 01 Muzakki perorangan, 02 Muzakki

Perusahaan.

Page 8: Administrasi Dan Manajemen Zakat

8

- 6 digit kedua menjelaskan nomor urut Muzakki. Penulisan dimulai dari digit

terakhir, misalnya nomor urut muzakki 1, maka ditulis 000001.

- 1 digit ketiga, menjelaskan kode lembaga amil.

A : Kode BAZNAS

B : Kode BAZDA

C : Kode LAZNAS

D : Kode LAZDA

E : Kode UPZ

- 3 digit keempat nomor urut Wilayah Provinsi Sumatera Selatan, yaitu 005.

- 3 digit kelima nomor urut Kabupaten/Kota, misalnya muzakki Palembang,

yaitu 011.

e) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), KMJ (Kartu Jamaah Masjid), Nama Masjid.

f) Jumlah setoran dengan dicancumkan tahun haul dan diberikan penjelasan :

1) Penyetoran zakat,

2) Penyetoran infaq,

3) Shadaqah,

4) Wakaf,

5) Waris,

6) Kafarat dll

g) Nama dan Tanda Tangan penyetor

h) Nama, tanda tangan dan jabatan petugas BAZDA Provinsi serta tanggal

penerimaan setoran.

i) Bukti Setor Zakat dibuat dalam rangkap 5 dengan distribusi :

1) Lembar asli : untuk Arsip Pajak

2) Lembar kedua : untuk Arsip Wajib Zakat

3) Lembar ketiga : untuk Arsip BAZ

4) Lembar Keempat : untuk Arsip UPZ

5) Lembar kelima : untuk Bank Tempat Menyetor.

Pengurus BAZ penerima setoran Zakat, Infaq dan Shadaqah ditampung dalam

rekening Dana BAZ.

j) Zakat yang ditunaikan melalui BAZ dapat dikurangkan dari penghasilan dari wajib

pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 9: Administrasi Dan Manajemen Zakat

9

F. SISTEM PENYALURAN

Dasar-dasar pertimbangan

1. Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 Bab V pasal 16 ayat (2) dijelaskan

"Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas mustahiq dan

dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif". Pasal 17 menegaskan bahwa : "Hasil

penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat sebagaimana dimaksud

dalam pasal 13 didayagunakan untuk usaha produktif".

2. Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat Pasal pada masing-masing daerah. Untuk

Provinsi Sumatera Selatan Perda Nomor 6 Tahun 2005 pasal 10 menjelaskan bahwa :

Hasil penerimaan Infaq, Shadaqah, wasiat, waris dan kafarat didayagunakan terutama

untuk usaha yang produktif.

3. Zakat sebagaimana Rukun Islam yang merupakan kewajiban bagi kelompok

masyarakat, mampu memiliki implikasi individu dan sosial. Untuk itu, sudah saatnya,

zakat tidak semata dilihat dari gugurnya kewajiban seseorang muslim yang

berkewajiban mengeluarkan zakat tersebut bagi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.

4. Hendaknya zakat diposisikan sebagai instrumen penting dalam pemberdayaan

ekonomi umat dan bangsa baik dalam skala kecil, menengah maupun besar. Oleh

karenanya kita perlu bersama-sama mengubah pandangan mengenai zakat sebagai

"dana bantuan" yang semata-mata sebagai alat belas kasihan orang-orang kaya kepada

orang miskin.

5. Menurut DR. Yusuf Qardhawi:

a. Apabila harta zakat itu banyak dan semua sasaran ada, zakat harus dibagikan

kepada semua mustahiq. Hal itu tergantung pada jumlah dan pada kebutuhannya.

Sebab terkadang ada pada suatu daerah seribu orang fakir, sementara dari orang

yang berhutang atau ibnu sabil hanya sepuluh orang. Pendapat Imam Malik dan

Ibnu Syhab mendahulukan sasaran yang paling banyak jumlah dan kebutuhannya.

b. Diperbolehkan memberikan semua zakat, tertuju pada sebagian sasaran tertentu

saja dengan alasan untuk mewujudkan kemaslahatan. Juga diperbolehkan

melebihkan antara yang satu dengan yang lain sesuai dengan kebutuhan.

c. Hendaknya golongan fakir dan miskin adalah sasaran pertama yang harus

menerima zakat, karena memberi kecukupan kepada mereka merupakan tujuan

utama dari zakat.

d. Bagian ‘amilin tidak boleh lebih dari 1/8.

Page 10: Administrasi Dan Manajemen Zakat

10

6. Zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul melalui BAZ didistribusian kepada yang

berhak menerimanya dan dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

7. Penyaluran dana yang terkumpul dapat bersifat konsumtif dan dapat bersifat produktif

dengan memperioritaskan mustahiq di wilayahnya.

8. Khusus dana zakat disalurkan kepada 8 (delapan) asnaf dan dana lainnya

diprioritaskan untuk menunjang usaha produktif.

9. Pendistribusian dana zakat kepada 8 asnaf diatur sesuai persetujuan Dewan

Pertimbagan, misalnya :

a. Fakir/Miskin+ Riqab+ Gharimin : 50 %

b. Sabilillah + Muallaf : 25%

c. Ibnu Sabil : 12,5%

d. Amilin : 12,5%

10. Penyaluran DANA BAZ bersifat :

a. Bantuan sesaat (konsumtif), yaitu membantu mustahiq dalam menyelesaikan atau

mengurangi masalah yang sangat mendesak atau darurat.

b. Bantuan Pemberdayaan (produktif), yaitu membantu mustahiq untuk

meningkatkan kesejahteraannya baik secara perorangan maupun kelompok melalui

program atau kegiatan yang berkesinambungan.

11. Dana dari infaq, shadaqah, hibah dan kafarat didayagunakan untuk usaha produktif.

Sementara untuk wasiat dan waris didistribusikan sesuai dengan permintaan dari

pemberi wasiat dan waris. Apabila tidak ditentukan oleh pemberi wasiat, maka dana

keduanya didayagunakan untuk keperluan produktif.

12. Dana BAZ didistribusikan dengan persyaratan:

a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf.

b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar

secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.

13. Bantuan dana BAZ baik bantuan sesaat maupun bantuan pemberdayaan dapat terdiri :

a. Bantuan uang konsumtif bagi fakir dan bagi kaum miski.n

b. Bantuan pengobatan dan perawatan dokter/ rumah sakit bagi fakir dan miskin.

c. Bantuan untuk anak yatim.

d. Bantuan makanan bulanan bagi siswa sekolah dasar dan sekolah menengah.

e. Bantuan pendidikan, bea siswa, uang sekolah dan uang kursus atau uang kursus-

kursus.

Page 11: Administrasi Dan Manajemen Zakat

11

f. Bantuan untuk sarana sekolah dan pembangunan gedung sekolah, panti asuhan,

pesantren dan madrasah.

g. Bantuan sarana hiclup bagi fakir dan miskin seperti; sews rumah, bantuan

perumahan dan tempat tinggal.

h. Bantuan operasional kepada masjid dan mushalla.

i. Bantuan untuk pendirian dan pembangunan masjid atau langgar/musholla.

j. Bantuan rehabilitasi/perbaikan bangunan masjid/musholla.

k. Bantuan penambahan sarana pokok/pendukung masjid/mushollah.

l. Bantuan Pembangunan Rumah Sakit, Poloklinik dan Puskesmas.

m. Bantuan untuk pembelian al-Qur'an dan buku-buku agama lainya.

n. Bantuan program dakwah

o. Bantuan kepada muallaf

p. Bantuan untuk menyelesaikan hutang

q. Bantuan untuk ibnu sabil.

r. Bantuan berniaga untuk pemula dan mereka yang berbakat wiraswasta.

s. Bantuan bencana alam.

t. Bantuan untuk guru TK/TPA dan Madrasah.

u. Bantuan untuk Desa Binaan.

14. Penyaluran BANTUAN DANA BAZ keluar wilayah kerjanya terlebih dahulu

mengadakan koordinasi dengan Badan Amil Zakat yang berada diatasnya atau yang

berada di wilayah tersebut.

15. Mustahiq yang akan menerima BANTUAN DANA BAZ yang bersifat produktif

dengan mengisi formulir isian mencantumkan:

a. Nama mustahiq, alamat mustahiq, pekerjaan dan daftar keluarga.

b. Rekomendasi dari Ketua RT/RW

c. Usul dan alasan untuk menerima bantuan Dana BAZ.

d. Jenis bantuan yang diharapkan dan jumlahnya

e. Keterangan mengenai Bantuan yang pernah diterima mustahiq dan instansi atau

organisasi yang telah memberikan bantuan tersebut.

f. Rekomendasi dari atasan tempat kerja jika mustahiq bekerja, atau

g. Rekomendasi dari Pengurus UPZ, dimana mustahiq menjada anggota instansi

tempat UPZ berada, atau

h. Rekomendasi dari Ketua Majelis Taklim/ Pengurus Masjid/Pengurus

Mushalla/Pengurus Langgar, atau

Page 12: Administrasi Dan Manajemen Zakat

12

i. Rekomendasi dari Pengurus BAZ Provinsi Sumatera Selatan.

16. Pendayagunaan DANA BAZ untuk usaha yang produktif dilakukan berdasarkan

persyaratan sebagai berikut :

a. Terdapat usaha atau usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan

b. Mendapat persetujuan dari Dewan Pertimbangan.

17. Pendayagunaan DANA BAZ dari zakat dan non zakat untuk usaha produktif

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Dilakukan studi kelayaan.

b. Ditetapkan jenis usaha produktif

c. Dilakukan bimbingan dan penyuluhan

d. Dilakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan

e. Dilakukan evaluasi

f. Membuat laporan.

Bidang Sasaran Penyaluran

1. Pendidikan

2. Ekonomi

3. Kesehatan

4. Sosial

5. Dakwah

G. KESIMPULAN

Zakat yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan mustahiq lainnya, sebagai tanda

syukur atas nikmat Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta untuk membersihkan

diri dan hartanya sebagaimana diketahui bahwa zakat adalah salah satu sumber pemasukan

keuangan Negara (Negara Islam). Berbeda dengan di Indonesia ini, pada umumnya anggota

masyarakat langsung menyerahkan zakatnya kepada yang berhak, walaupun sudah mulai

berjalan peenyerahan zakat kepada BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah). Pada

akhir-akhir ini yang pada umumnya di Indonesia sudah dibentuk Badan Amil Zakat (BAZ)

baik tingkat pusat, tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota dan bahkan tingkat kecamatan.

Page 13: Administrasi Dan Manajemen Zakat

13

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 6, Jakarta, 1996. Departemen Agama RI, Pedoman Zakat 9 Seri Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan

Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta, 1998 – 1999. Departemen Agama RI, Pembinaan Lembaga Amil Zakat, 2004. Departemen Agama RI, Peraturan Perundang-undangan Pengelolaan Zakat, Jakarta, 2009. Departemen Agama RI, Fiqh Zakat, Jakarta, 2008. Syauqi Ismail Syahatih, Penerapan Zakat dalam Dunia Modern, Jakarta, 1987. Yusuf Qodowi, Hukum Zakat, Litera Antar Nusa dan Mizan, Jakarta – Bandung, 1996.