ADAPTASI

12
1 1. PERKEMBANGAN PSIKIS DAN FISIK PADA MASA KANAK - KANAK A. Perkembangan Fisik Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa kanak-kanak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat. 1. Tinggi dan berat badan Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat badan bertambah antara 2,5 kg.. ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang. 2. Perkembangan otak Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak- anak awal ialah perkembangan otak dan sistem syaraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertambah pada masa awal. Namun tidak sepesat pada masa bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Beberpa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel pada lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psiklogi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak.[4] 3. Postur tubuh

description

adaptasi

Transcript of ADAPTASI

Page 1: ADAPTASI

1

1. PERKEMBANGAN PSIKIS DAN FISIK PADA MASA KANAK - KANAK

A.   Perkembangan Fisik

Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan

tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai

munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua tahun menjelang anak matang secara seksual dan

pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa kanak-kanak pertumbuhan fisik

mengalami perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan motorik kasar dan motorik halus justru

berkembang pesat.

1.    Tinggi dan berat badan

Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat badan bertambah

antara 2,5 kg.. ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi

dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin

langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang.

2.    Perkembangan otak

Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan

otak dan sistem syaraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertambah pada masa awal. Namun

tidak sepesat pada masa bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang

dewasa, dan pada usia 5 tahun ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Beberpa

pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-

sel urat saraf  ditutup  dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel pada lemak. Proses ini berdampak

terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psiklogi

perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan

anak.[4]

3.  Postur tubuh

Perbedaan dalam postur tubuh untuk pertama kali tampak jelas dalam masa anak-anak awal. Ada

yang postur tubuh gemuk lembek atau endomorfik, ada yang kuat berotot (mesomorfik) dan ada lagi

yang relatif kurus (ektomorfik)

4.   Tulang dan otot

Tingkat pengerasan otot bervariaasi pada bagian-bagian tubuh mengikuti hukum perkembangan arah

otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun

beratnya tambah.[5]

5.   Perkembangan motorik

Perkembangan fisik masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya ketrampilan motorik, baik

kasar maupun halus, sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun

anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan

kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju mundur, jalan cepat, dan pelan-pelan,

melompat dan berjingkrak dan sebagainyayang semuanya dilakukan dengan lebih baik halus dan

Page 2: ADAPTASI

2

bervariasi selam itu anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan tertentu secara akurat, seperti

menangkap bola dengan baik, melukis, menggunting, melipat kertas dll.

Secara singkat ada 5 tanda-tanda esensial yang dapat disebut dalam perkembangan seorang anak

antara akhir tahun pertama dan permulaan usia 4 tahun. Diperiode ini mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Kemungkinan-kemungkinan ini dapat dilihat pada periode tersebut dalam suatu kenyataan

yang ada ekmajuan-kemajuan-kemajuan itu adalah :

1.      Pada periode ini anak bisa duduk, berdiri, dan berjalan dengan bantuan. Bila anak berusia 4 tahun

ia dapat meloncat-loncat, memanjat, merangkak dibawah meja dan kursi, dapat melakukan gerakan-

gerakan yang kasar dan halus dengan tanan, kaki dan jari-jarinya.

2.      Pada usia 4 tahun anak sudah dapat berbahasa, ia dapat mengambil bagian secara aktif dalam

percakapan dirumah dengan teman-temanya.

3.      Pada periode ini anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda-benda dan bentuknya,

membedakan antara suara yang keras dan lembut, ia dapat mengerti nama benda dan dapat menanyakan

nama benda yang belum diketahui.

4.      Kelebihan untuk aktif, artinya perbuatan tingkah lakunya tidak lagi ditentukan secara kebetulan

sesuai dengan apa yang ada, anak sudah membuat rencana, memikirkan apa yang akan dilakukan.

5.      Pengertian akan norma-norma pada anak usia 4 tahun juga sudah ada kata-kata baik, buruk, tidak

boleh disebut untuk mengatur tingkah laku.[6]

C.    Perkembangan Kognitif/psikis

Menurut pieget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu

tahapan dimana anak belum mampu mengusai operasi mental secara logis. Yang dimaksud adalah

kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan

berkembangnya respresentasional atau ”synbolic function” yaiotu kemampuan menggunakan suatu

untuk mempresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol (kata-kata,

gesture/bahasa gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai ”simiotic function”, yaitu kemampuan

untuk menggunakansimbol-simbol (bahasa, gambar, tanda, syarat, benda, gesture atau peristiwa) untuk

melambangkan sesuatu kegiatan, benda yang nyata atau peristiwa-peristiwa.[7]

2. ADAPTASI

adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam merespons terhadap perubahan

yang ada di lingkungan dan dapat memengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun

psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.

Tujuan Adaptasi

a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.

b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.

c. Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif.

d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.

Page 3: ADAPTASI

3

Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap respon adaptasi

diantaranya, sbb:

a.Fungsi Fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi, nutrisi,

eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi

neurologis dan endokrin.

b.Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam

berhubungan dengan orang lain.

c.Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran

seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan

orang lain.

d.Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,

cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu

maupun kelompok.

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:

a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).

b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.

c. Kompromi (kesepakatan).

Contoh:

Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin is akan bekerja keras (terang-

terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau mengulang lagi dengan

berusaha semampunya (kompromi).

Jenis Adaptasi

a. Adaptasi fisiologik—Bisa terjadi secara lokal atau umum.

Contoh:

- Seseorang yang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya

tidak pucat.

- Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan merasa mengalami gangguan

apa-apa pada organ tubuh.

b. Adaptasi psikologis—Bisa terjadi secara:

• Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah

• Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).

• Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/ psikosomatik.

Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan,

maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres. Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri

tidak terpenuhi.

Terdapat dua respon adaptasi

yang dinyatakan Roy yaitu:

a.Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan

Page 4: ADAPTASI

4

atau keseimbangan sistem tubuh manusia.

b.Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari terminologi

keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai tujuan yang akan

diraih.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.

Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri.

Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian

diri. Penentu penyesuaian diri identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya

pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan

system otot, kesehatan, penyakit, dsb.

2. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, social, moral, dan emosional.

3. Penentuan psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penetuan diri,

frustasi, dan konflik.

4. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.

5. Penentuan cultural termasuk agama.

Pemahaman tentang faktor-faktor ini dapat dan bagaimana fungsinya dalam penyesuaian merupakan syarat

untuk memahami proses penyesuaian, karena penyesuaian tumbuh antara faktor-faktor ini dan tuntutan

individu.

Masalah yang sering dihadapi dalam proses adaptasi

Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri

Di antara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang

menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan anak/remaja dengan orang dewasa terutama

orang tua.

Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orangtua dan suasana

psikologi dan social dalam keluarga.

Sikap orangtua yang otoriter, yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan

menghambat proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk menentang kekuasaan orang

tua dan pada gilirannya ia kan cenderung otoriter terhadap teman-temannya dan cenderung menentang

otoritas yang ada baik di sekolah maupun dimasyarakat.

Permasalahn-permasalahan penyesusaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis

keluaraga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup dalam rumah tangga yang retak,

mengalami masalah emosi, tampak padanya ada kecendrungan yang besar untuk marah, suka menyendiri,

disamping kuran kepekaanterhjadsap penerimaan social dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisa

dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Terbukti pula bahwa

kebanyakan anak-anak yang dikeluarkan dari sekolah karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah mereka

yang datang dari rumah tangga yang pecah/ retak.

Page 5: ADAPTASI

5

Adapula masaalah yang yimbul dari teman remaja; perpindahan ketempat/ masyarakat baru, berarti

kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru. Banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam

mencari/ membentuk persahabatan dengan hubungan social yang baru. Mungkin remaja berhasil baik

dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah keskolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan

tidak ada yang memperhatikan. Di sini remaja dituntut untuk dapat lebih mamapu menyesuaikan diri

dengan masyarakat yang baru, sehingga dia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu.

Penyesusaian diri remaja dengan kehidupan disekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin

akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama

maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru-

guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara laim adalah prestasi belajar menjadi menurun

dibanding dengan prestasi disekolah sebelumnya.

Persoalan-persoalan umum yang seringkali dihadapi remaja antaralain memilih sekolah. Jika kita

mengharapkan remaja mempunyai penyesuaian diri yang baik, seyogyianya kita tidak mendikte mereka

agar memilih jenis sekolah tertentu sesuai keinginan kita. Orangtua/ peendidik hendaknya mengarahkan

pilihan sekolah sesuai dengan kemampuan, bakat, dan sifat-sifat pribadinya. Tidak jarang terjadi anak tidak

mau sekolah, tidak mau belajar, suka membolos, dan sebagainya karena ia dipaksa oleh orangtuanya untuk

masulk sekolah yang tidak ia sukai.

Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan kebiasaan belajar

yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami mkesulitan dalam membagi

waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan

sosial, kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya.

TAHAP-TAHAP PROSES ADAPTASI

A. Adaptif

Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa

beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-

perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk

dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila

terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak

seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah,

cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan

dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan

konflik.

a. Frustasi

Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena: (1) Tertundanya

pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu. (2) Sesuatu yang

Page 6: ADAPTASI

6

menghambat apa yang sedang dilakukan. Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen

dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat

berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor

eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif.

Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Konflik

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu

contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’.

Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku.

Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.

1. Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.

2. Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.

3. Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak me-

nyenangkan.

4. Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya

Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk

menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya.

Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks

(berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan

dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and

error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’.

Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.

1. Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.

2. Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.

3. Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.

4. Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.

5. Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari

perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.

6. Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan

7. Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi.

Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-

sekolah.

8. Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.

9. Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak

bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.

Page 7: ADAPTASI

7

B.Maladaptif

Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpangaik secara

statistik maupun norma sosiaI. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada

pribadi seseorang dan/atau kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal kemudian disebut perilaku mal

adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak yang merugikan dan

membahayakan orang lain atau masyarakat.

Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Mal

adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme. sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi

antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif. Berbagai

faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), belum ada suatu

kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor

yang mungkin mempengaruhi antara lain :

ü Faktor pencetus

1. Faktor perkembangan

Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan

respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu

yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan

diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan

keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai

peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak

juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif.

Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk

mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara

kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya

mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.

2. Faktor Biologis

Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial

maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam

perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai

kebenaran keterlibatan neurotransmiter.

3. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari

norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota

masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat

terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya

mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan

dengan gangguan ini.

Karekteristik dari perilaku maladaptif adalah:

Page 8: ADAPTASI

8

a. Manipulasi

Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, berorientasi pada

diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.

b. Impulsif

Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk,

tidak dapat diandalkan.

c. Narkisisme

Harga diri yang rapuh secara terusmenerus berusaha mendapatkanpenghargaan dan pujian, sikap

egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:

a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat

mengkritisi diri sendiri.

b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan.