Acara V

download Acara V

of 9

description

free

Transcript of Acara V

ACARA VDASAR-DASAR PENGUJIAN FUNGISIDA

I. TUJUANTujuan praktikum Pestisida dan Biopestisida Pertanian acara Dasar Dasar Pengujian Fungisida adalah mengukur daya racun fungisida terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan perkembangan jamur pathogen.

II. LANDASAN TEORIBerbagai bahan kimia termasuk fungisida dapat berpengaruh terhadap proses fisiologi dan kondisi morfologi jasad renik, termasuk mikroba pathogen tanaman. Untuk mengetahui pengaruh fungisida terhadap perkembangan pathogen perlu diadakan pengujian terlebih dahulu. Hal ini perlu sekali dilakukan untuk mengetahui evektifitas fungisida yang digunakan untuk mengendalikan suatu penyakit tanaman (Soedarmo,2006)Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya (Anonim,2010)a. Fungisida nonsistemikFungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringan Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi barub. Fungisida sistemikFungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal)c. Fungisida sistemik lokal Fungisida sistemik lokal diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya akan terserap ke sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga pembuluh angkut.Menurut mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:a. Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah maneb, mankozeb, zineb, probineb, ziram, thiram.b. Monosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yaitu fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya yang hanya bekerja di satu tempat ini (spectrum sempit) menyebabkan mudah timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya adalah metalaksil, oksadisil, dan benalaksil.(Wurdianto,1997)Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit (Anonim,2010).Fusarium merupakan kelompok jamur penting penyebab penyakit pada banyak tanaman dan merugikan secara ekonomi. Fusarium adalah genus besar jamur berfilamen luas di tanah dan dalam hubungannya dengan tanaman. Kebanyakan spesies saprobes berbahaya, dan relatif anggota melimpah dari komunitas mikroba tanah. Beberapa spesies menghasilkan mikotoksin dalam tanaman serealia yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan jika mereka memasuki rantai makanan. Racun utama yang dihasilkan oleh spesies Fusarium adalah fumonisins dan trichothecenes (Anonim,2010)

III. BAHAN DAN ALATA. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum dasar-dasar pengujian fungisida adalah fungisida dithane m-45, akua steril, media PDA, dan suspensi jamur fusarium.B. Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum dasar-dasar pengujian fungisida adalah tabung reaksi, timbangan analitik, pipet tetes, gelas objek lekuk, cawan petri, beker glass, cover glass, kertas dan mikroskop.

C. PROSEDUR KERJAa. Pengujian fungisida dengan cara pemeriksaan perkecambahan sporaFungisida dithane ditimbang seberat 0,2mg kemudian dilarutkan dalam 100ml aqua steril setelah homogen ambil 1ml dan dicampur kedalam 9ml aquades untuk dilakukan pengenceran, pengenceran dilakukan sampai pengenceran ke enam. Setelah dilakukan pengenceran kemudian fungisida dibikin 3 konsentrasi/ dosis yaitu 100mg/50, 200mg/ml, 300mg/ml. Diambil beberapa ml suspensi jamur menggunakan pipet dan ditaruh di atas gelas objek yang lekuk dibagian tengahnya dan dibiarkan menguap hingga kering kemudian tetesi suspensi jamur yang sudah kering dengan fungisida yang sudah ditentukan dosisnya kemudian ditaruh dalam ruangan yang lembab selama satu malam kemudian amati pertumbuhan jamurnya dibawah mikroskop. Dilakukan dalam 4 perlakuan yaitu k0 (suspense jamur+aquades steril), k1 (suspense jamur+ fungisida 100mg/ml), k2 (suspense jamur+200mg/ml) dan k3 (suspense jamur+300mg/ml).

b. Pengujian fungisida dengan pemeriksaan pertumbuhan jamur dengan menaruh bundaran-bundaran kertas yang dibuat dengan perforatorFungisida dithane ditimbang seberat 0,2mg kemudian dilarutkan dalam 100ml aqua steril setelah homogen ambil 1ml dan dicampur kedalam 9ml aquades untuk dilakukan pengenceran, pengenceran dilakukan sampai pengenceran ke enam. Setelah dilakukan pengenceran kemudian fungisida dibikin 3 konsentrasi/ dosis yaitu 100mg/50, 200mg/ml, 300mg/ml. kemudian kertas bundaran direndam dalam masing-masing dosis fungisida yang telah dibuat dan di dalam aqua steril selama 10 menit. Kemudian bundaran-bundaran kertas yang sudah direndam diletakkan diatas media PDA di dalam cawan petri masing-masing berjarak 1 cm dari pinggir cawan sebanyak empat potong hingga merupakan suatu bujur sangkar ditengahnya ditaruh inokulum jamur kemudian diinkubasikan. Diamati pertumbuhan inokulum jamur dan daerah yang bebas dari inokulum diukur.c. Pengujian fungisida dengan pemeriksaan pertumbuhan jamur yang di tumbuhkan dengan cara melarutkan fungisida kedalam media inokulum.Fungisida dithane ditimbang seberat 0,2mg kemudian dilarutkan dalam 100ml aqua steril setelah homogen ambil 1ml dan dicampur kedalam 9ml aquades untuk dilakukan pengenceran, pengenceran dilakukan sampai pengenceran ke enam. Setelah dilakukan pengenceran kemudian fungisida dibikin 3 konsentrasi/ dosis yaitu 100mg/50, 200mg/ml, 300mg/ml. 15 ml media PDA dimasukka ke dalam cawan petri kemudian tetesi 1 cc fungisida dengan dosis yang telah ditentukan dan aqua steril sebagai control diaduk dengan memutar cawan petri agar merata. Setelah media membeku tetesi dengan inokulasi jamur ditengah media PDA. Diamati pertumbuhannya setiap hari.D. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. Perkecambahan spora Ko k1 k2k3

2. Adish Dod1 d2 d3

3. PDA + Fungi Do d1 d2 d3Hasil perhitungan diameter jamur dengan perlakuan adish dan PDA+fungi terlampir.B. PembahasanJamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis (Anonim,2010)Perkembangan dan pertumbuhan jamur dapat dihambat oleh pestisida jenis fungisida. Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan (fungi) penyebab penyakit. Fungisida dapat berbentuk cair (paling banyak digunakan), gas, butiran, dan serbuk.Praktikum dasar-dasar pengujian fungisida dilakukan untuk mengukur daya racun fungisida terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan jamur pathogen. Jamur yang digunakan dalam praktikum adalah jamur fusarium sedangkan fungisida yang digunakan adalah fungisida dithane m-45. Jamur Fusarium sp. merupakan patogen tular tanah atau soil-borne pathogen yang termasuk parasit lemah. Jamur ini menular melalui tanah atau rimpang yang berasal dari tanaman jahe sakit, dan menginfeksi tanaman melalui luka pada rimpang. Luka tersebut dapat terjadi karena pengangkutan benih, penyiangan, pembumbunan, atau karena serangga dan nematode lebih lanjut dikatakan, apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan, jamur bertahan hidup dalam rimpang, baik di lapangan maupun selama masa penyimpanan. Pada saat kondisi lingkungan menguntungkan, jamur akan menyebabkan pembusukan rimpang dan menular ke rimpang yang lain. Walaupun rimpang sudah tertular, gejala penyakit belum nampak karena memerlukan waktu beberapa bulan dan bila digunakan sebagai bibit sebagian besar tanaman akan terinfeksi jamur patogen tersebut. Klasifikasi dari jamur fusarium adalah: Kingdom: FungiSubkingdom: DikaryaFilum: AscomycotaSubfilum: PezizomycotinaKelas: SordariomycetesOrder: HypocrealesKeluarga: NectriaceaeGenus: FusariumSpesies: Fusarium spDithane 45 merupakan Fungisida kontak berbentuk tepung yang dapat disuspensikan dalam air berwarna kuning terang, fungisida ini mengandung bahan aktif mankozeb 80%. Dithane 45 mudah larut dan tidak mudah mengendap, ukuran partikel kecil sehingga larut dengan sempurna membuat hasil semprotan lebih luas dan lebih merata. Tidak menimbulkan keracunan (Fitotoksis) pada tanaman. Mengendalikan semua penyakit tanaman akibat serangan jamur patogen. Tidak mudah menimbulkan resistensi pathogen serta membunuh jamur patogen dengan cara merusak enzym metabolisme (Anonim,2010).Praktikum dasar-dasar pengujian fungisida dilakukan dengan cara pemeriksaan perkecambahan spora, menggunakan bundaran-bundaran kertas yang dibuat dengan perforator (adish) dan dengan melarutkan fungisida kedalam media inokulum yang akan ditumbuhkan.Pada pengujian fungisisda dengan cara pemeriksaan perkecambahan spora diperoleh hasil pada k0 (aquades steril) tumbuh banyak miselium, pada k1(100mg/50ml) tumbuh miselium dan terdapat spora, pada k2 (200mg/50ml) tidak terjadi pertumbuhan jamur dan pada k3 (300mg/50ml) tumbuh jamur tetapi tidak berkecambah. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai karena seharusnya pada k0 (aqua steril) terjadi pertumbuhan jamur paling banyak karena pada k0 tidak diberi perlakuan fungisida yang dapat menghambat pertumbuhan jamur namun yang tumbuh justru miselium yang merukapan kumpulan dari hifa. Sedangkan untuk k3 seharusnya yang paling sedikit tumbuh jamur bahkan bias terjadi tidak ada pertumbuhan karena pada k3 diberi prlakuan dengan fungisida dengan dosis paling tinggi sehingga sangat menghambat pertumbuhan jamur. Hasil yang tidak sesuai ini bias terjadi karena proses pengerjaannya yang tidak sesuai seperti tidak sterilnya saat mengerjakan serta pemberian air yang terlalu banyak pada cawan petri sehingga terlalu lembab dan dapat menyebabkan pertumbuhan jamur terganggu.Pada pengujian fungisida dengan pemeriksaan pertumbuhan jamur yang diberi bundaran-bundaran kertas yang dibuat perforator (adish) diperoleh hasil diameter pertumbuhan jamur makin hari makin meningkat, pertumbuhan jamur yang paling cepat ditunjukkan pada d0 (aquades steril) hal ini dapat terjadi karena pada d0 ini tidak diberi perlakuan menggunakan pestisida sehingga pertumbuhan jamur tidak terhambat sedangakan pertumbuhan jamur yang paling lambat adalah pada perlakuan d3 (300mg/50ml) hal ini terjadi karena pada k3 ini diberi perlakuan pemberian fungisida dengan dosis paling tinggi sehingga sangat menghambat pertumbuhan jamur. Zona hambat muncul pada hari ke empat. Zona hambat adalah daerah dimana pertumbuhan jamur mengalami hambatan atau pertumbuhannya tidak sempurna. Zona hambat terjadi pada bundaran-bundaran kertas yang di taruh di pinngir cawan sehinnga pertumbuhan jamur tidak berbentuk bundar mengikuti cawan.Pada pengujian fungisida dengan pemeriksaan pertumbuhan jamur pada media PDA yang sudah dilaruti fungisida (PDA+fungi) diperoleh hasil pada d0 (aqua steril) dan d2 (200mg/ml) tidak tumbuh jamur sedang pada d1 (100mg/ml) dan d3 (300mg/ml) mengalami pertumbuhan namun tidak maksimal. Hasil ini tidak sesui karena harusnya pertumbuhan maksimal terjadi pada d0 kemudian d1, d2 dan yang paling sedikit tumbuh pada d3, hasil yang tidak sesuai ini dapat terjadi karena proses yang kurang benar seperti proses yang kurang steril dan penuangan media PDA ke cawan petri terlalu lama sehingga agar sudah menggumpal dan tidak dapat tercampur rata dengan fungisida.Media yang digunakan adalah media PDA karena media PDA adalah media yang digunakan digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang sehingga diharapkan jamur akan tumbuh.Menurut wachjadi dan tardjoko (2004) fungisida akan menghambat atau membunuh sasaran jamur melalui sasaran peracunan antara lain:1. Merusak dinding sel dan pembagi sel2. Mempengaruhi permeabilitas membrane3. Mempengaruhi kerja enzim4. Mempengaruhi pembentukan konstituen sel dan presipitasinya5. Mempengaruhi satu atau beberapa tahap reaksi sebagai anti metabolit6. Mempengaruhi sintesa protein.

E. KESIMPULANAplikasi atau pemberian fungisida dithane m-45 mampu menghambat perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan jamur pathogen. Semakin tinggi dosis fungisida maka daya racunnya semakin tinngi sehinnga daya hambatnya terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan jamur pathogen makin besar. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.Dithane m-45. http://barokahsatu.blogspot.com/2010/06/dithane-m-45-500-gr_02.html. Diakses pada tanggal 15 april 2011.

Anonim.2010.Pengenalan fungisida. http://anekaplanta.wordpress.com/2010/01/19/pengenalan-fungisida/. Diakses pada tanggal 15 april 2011.

Anonim.2010.Fusarium Oxysporum. http://z47d.wordpress.com/2010/04/18/fusarium-oxysporum/. Diakses pada tanggal 15 april 2011.

Soedarmo, S.2006. Pestisida. Kanisius. YogyakartaWachjadi,muljo dan tardjoko.2004.Buku Ajar Pestisida Dan Teknik Aplikasi.Universitas Jenderal Soedirman,Puwokerto

Wudianto, R. 1997. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta