Acara II Fix

28
ACARA II OBSERVASI SISTEM KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI MENGAMATI TEKANAN DARAH, DENYUT JANTUNG, DAN DENYUT NADI I. TUJUAN Setelah mengikut praktikum fisiologi hewan dengan materi observasi system kardiovaskuler, mahasiswa mampu : 1. Mengetahui prinsip dan cara-cara pengukuran tekanann darah pada saat distol dan diastol 2. Mengetahui pengaruh aktifitas metabolik pada besarnya tekanan sistol dan diastol. II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sistem Kardiovaskuler Menurut Muttaqin (2009), sistem kardiovaskuler adalah kesatuan organ-organ dalam tubuh manusia yang memiliki fungsi untuk memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Sistem ini juga berfungsi sebagai sistem regulasi untuk melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas

description

fishe

Transcript of Acara II Fix

Page 1: Acara II Fix

ACARA II

OBSERVASI SISTEM KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI MENGAMATI TEKANAN DARAH, DENYUT JANTUNG, DAN

DENYUT NADI

I. TUJUAN

Setelah mengikut praktikum fisiologi hewan dengan materi observasi

system kardiovaskuler, mahasiswa mampu :

1. Mengetahui prinsip dan cara-cara pengukuran tekanann darah pada saat

distol dan diastol

2. Mengetahui pengaruh aktifitas metabolik pada besarnya tekanan sistol

dan diastol.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sistem Kardiovaskuler

Menurut Muttaqin (2009), sistem kardiovaskuler adalah

kesatuan organ-organ dalam tubuh manusia yang memiliki fungsi

untuk memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke

seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses

metabolisme. Sistem ini juga berfungsi sebagai sistem regulasi untuk

melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh

aktivitas tubuh. Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem

transpor tertutup yang terdiri atas jantung, sebagai organ pemompa

darah ke seluruh tubuh. Lalu ada komponen darah, sebagai pembawa

materi oksigen dan nutrisi. Selain itu, ada pembuluh darah yang

memiliki fungsi sebagai media yang mengalirkan komponen darah.

Ketiga komponen tersebut harus berfungsi dengan baik agar seluruh

jaringan dan organ tubuh menerima suplai oksigen dan nutrisi yang

tepat. Otot jantung, pembuluh darah, sistem konduksi, suplai darah,

dan mekanisme saraf jantung harus bekerja secara sempurna agar

Page 2: Acara II Fix

sistem kardiovaskular dapat berfungsi dengan baik. Semua komponen

tersebut bekerja bersama-sama dan mempengaruhi denyutan, tekanan,

dan volume pompa darah untuk menyuplai aliran darah ke seluruh

jaringan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh.

II.2 Tekanan Darah

Menurut Ronny, dkk (2008), tekanan darah adalah tekanan

yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.

Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau

penurunan elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume

darah akan menurun tekanan darah. Darah yang dipompa oleh jantung

akan mengalir ke dalam pembuluh darah arteri. Pada saat darah

mengalir ke dalam arteri, arteri meregang namun karena sifatnya yang

elastisitas arteri akan kembali ke ukuran semula dan dengan demikian

darah akan mengalir ke daerah yang lebih distal.

Menurut Gunawan (2007), tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada

waktu jantung menguncup (sistole). Adapun tekanan darah diastolik

adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali (diastole).

Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih

tinggi daripada tekanan darah diastolik. Tekanan darah manusia

senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak

jantung. Menurut Anggara dan Prayitno (2013), tekanan darah

merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi

homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk

daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler, dan

sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.

Page 3: Acara II Fix

II.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah:

1. Umur Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata

73 mmHg. Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara

bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia,

arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal

ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan

diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah

tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan

darah.

2. Jenis Kelamin Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension,

Oparil menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering

terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung

memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan

risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih

tinggi (Miller, 2010).

3. Olahraga Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.

4. Obat-obatan Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan

atau menurunkan tekanan darah. Universitas Sumatera Utara

6

5. Ras Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa

dengan usia yang sama.

6. Obesitas Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun

dewasa merupakan faktor predisposisi hipertensi.

Page 4: Acara II Fix

II.4 Denyut Jantung dan Denyut Nadi

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang

dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat

tertentu. Pada jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari

noddus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus Rhythim).

Waktu istirahat, jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya

berkurang waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam,

dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadi seseorang akan

terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang

bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi.

Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut

per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam

waktu beberapa menit saja. 30 Tempat meraba denyut nadi adalah:

pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan

(Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido

mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung

(Arteri temparalis) dan di pelipis (Muffichatum, 2006).

II.5 Alat yang DigunakanII.5.1 Spygmomanometer

Menurut Potter (2005), Tensimeter dikenalkan pertama kali

oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari

100 tahun yang lalu. Tensimeter adalah alat pengukuran

tekanan darah sering juga disebut sphygmomanometer.

Sejak itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan

sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh para

dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya

menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang,

kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan

penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh

dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih

Page 5: Acara II Fix

digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Para

dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan

mereka kepada tensimeter air raksa ini.

Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat

udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain,

dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum

stopwatch atau air raksa.

Cara pengukuran tekanan darah

Cara menggunakan tensimeter air raksa adalah

1. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain

(cuff) pada lengan atas.

2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.

3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara

memompakan udara ke dalamnya. Kantong karet yang

membesar akan menekan pembuluh darah lengan

(brachial artery) sehingga aliran darah terhenti

sementara.

4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan

memutar sumbat udara.

5. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada

dua hal yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama,

jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi denyut pembuluh

darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat

terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang

ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah nilai

tekanan sistolik.

6. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi

denyut yang terdengar lewat stetoskop akan

menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum

Page 6: Acara II Fix

penunjuk tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut

tekanan diastolik.

II.5.2 Stetoskop

       Menurut Silvahanan (2010), Stetoskop ditemukan di

Perancis pada 1816 oleh René-Théophile-Hyacinthe Laennec.

Dia terdiri dari tabung kayu kosong. Konon dia menciptakan

stetoskop sehingga ia tidak perlu menaruh telinganya di buah

dada wanita Perancis. Tidak jelas apakah Laennec mencoba

menghindarinya, atau untuk menghindari rasa malu pasien.

Namun begitu, orang mengatakan bahwa “Kebutuhan adalah

ibu dari penemuan”.

        Stetoskop (bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein,

memeriksa) adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa

suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk mendengar

suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga digunakan

untuk mendengar intestine dan aliran darah dalam arteri dan

“vein”.

Ada dua jenis stetoskop: akustik dan elektronik.

a. Stetoskop Akustik 

Stetoskop Akustik adalah stetoskop yang paling

umum digunakan, dan beroperasi dengan menyalurkan

suara dari bagian dada, melalui tabung kosong berisi udara

ke telinga pendengar. Bagian “chestpiece” biasanya terdiri

dari dua sisi yang dapat diletakan di badan pasien untuk

memperjelas suara, sebuah diaphgram (disk plastik) atau

“bell” (mangkok kosong). Bila diaphgram diletakkan di

pasien, suara tubuh menggetarkan diaphgram,

menciptakan tekanan gelombang akustik yang berjalan

sampai ke tube ke telinga pendengar. Bila “bell”

diletakkan di tubuh pasien getaran kulit secara langsung

memproduksi gelombang tekanan akustik yang berjalan ke

Page 7: Acara II Fix

telinga pendengar. Bell menyalurkan suara frekuensi

rendah, sedangkan diaphgram menyalurkan frekuensi

suara yang lebih tinggi. Stetoskop dua sisi ini diciptakan

oleh Rappaport dan Sprague pada awal abad ke-20.

Permasalahan dengan akustik stetoskop adalah tingkatan

suara sangat rendah, membuat diagnosis sulit.

b. Stetoskop elektronik 

Stetoskop jenis ini mengatasi tingkatan suara yang

rendah dengan cara memperkuat suara tubuh. Sekarang

ini, telah ada beberapa perusahaan menawarkan stetoskop

elektronik, dan mungkin dalam beberapa tahun lagi,

stetoskop elektronik akan menjadi lebih umum dari

stetoskop akustik.

Stetoskop digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa

penyakit tertentu. Stetoskop dapat menyalurkan suara

tertentu dan menghilangkan suara yang lain. Sebelum

stetoskop ditemukan, dokter meletakkan telinganya ke

dekat badan pasien dengan harapan untuk mendengarkan

sesuatu. Stetoskop seringkali dianggap sebagai simbol

pekerjaan dokter, karena dokter sering dilihat atau

digambarkan dengan sebuah stetoskop yang tergantung di

sekitar lehernya. Stetoskop juga digunakan oleh mekanik

untuk mengisolasi suara tertentu dari mesin untuk

diagnosa.

Page 8: Acara II Fix

III. METODELOGIIII.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

a. Stetoskop

b. Sphygmomanometer

c. Alat tulis

III.1.2 Bahan

a. Praktikan dalam Keadaan Istirahat

b. Praktikan dalam Keadaan Kerja Fisik atau Aktifias

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Pengukuran Tekanan Darah

a. Dipasang sphygmomanometer pada lengan, setelah

dipasang kemudian diukur dan dilihat pada

sphygmomanometer untuk mengetahui tekanan sistole dan

diastole.

b. Hasil yang didapat kemudian dicatat pada lembar kerja

yang ada.

III.2.2 Pengukuran Denyut Jantung

a. Stetoskop disiapkan.

b. Denyut jantung dicari disekitar dada

c. Setelah didapat denyut jantung disunakan stetoskop.

d. Denyut jantung diukur selama satu menit.

e. Pengukuran denyut jantung dilakukan dalam kurun waktu

menit pertama, lima menit pertama, lima menit kedua, dan

lima menit ketiga.

f. Hasil yang didapatkan kemudian dicatat pada lembar kerja

yang ada.

Page 9: Acara II Fix

III.2.3 Pengukuran Denyut Nadi

a. Dicari denyut nadi pada sekitar lengan tangan dibagian

bawah.

b. Denyut nadi yang didapat kemudian dihitung selama satu

menit.

c. Hasil penghitungan denyut nadi kemudian dicatat dilembar

kerja yang ada.

Page 10: Acara II Fix

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Waktu Pengamatan

Istirahat Kerja Fisik

Tekanan Darah

Denyut Jantung

Denyut Nadi

Tekanan Darah

Denyut Jantung

Denyut Nadi

0'110/80 mmHg 96 84

120/90 mmHg 126 98

5' 100 86 119 10010' 100 88 115 10515' 101 86 119 108

IV.2 Pembahasan Praktikum Fisiologi Hewan acara II yang berjudul “Observasi

Fungsi Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi Serta Mengamati

Tekanan Darah, denyut Jantung, dan Denyut Nadi” dilaksanakan pada

tanggal 29 September 2015 di Laboratorium BSFH. Praktikum ini

bertujuan untuk mengetahui prinsip dan cara-cara pengukuran tekanan

darah pada saat sistol dan diastol, mengetahui pengaruh aktifitas

metabolik pada besarnya tekanan sistol dan diastol. Adapun alat dan

bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu stetoskop,

tensimeter, manusia dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan

beraktifitas.

IV.2.1 Pengukuran Tekanan Darah

Praktikum pengukuran tekanan darah dalam keadaan

istirahat dilakukan dengan waktu pengukuran (0 menit, 5 menit

pertama, 5 menit kedua, dan 5 menit ketiga). Alat yang

digunakan pada percobaan ini adalah stetoskop dan

sphygmomanometer, sedangkan bahan yang digunakan adalah

praktikan dalam keadaan istirahat. Cara kerja yang dilakukan

pada saat pengukuran tekanan darah adalah dengan

Page 11: Acara II Fix

sphygmomanometer. Sphygmomanometer digunakan

mengukur tekanan darah pada manusia. Cara penggunaan

sphygmomanometer adalah melingkarkan manset di lengan

atas probandus, kemudian balon dipompa. Manset

digelembungkan sampai tekanannya melampaui tekanan

sistolik. Lalu balon dikempeskan secara perlahan, lalu diamati

angka yang ditunjukkan monitor saat terdengar bunyi pertama

dan saat suara detak hilang pada stetoskop. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Marliani, 2007), bahwa tekanan darah

manusia diukur menggunakan alat yang bernama

sphygmomanometer. Alat ini dilengkapi dengan manset

pembungkus lengan yang dapat digelembungkan, balon untuk

memompa, monior yang berisi air raksa atau jarum sebagai

indikator untuk menunjukkan hasil pengukuran. Selama

pengukuran, manset dibungkuskan pada lengan atas, lalu balon

dipompa sehingga udara masuk ke dalamnya melalui selang.

Manset digelembungkan sampai tekanan di dalamnya

melampaui tekanan sistolik. Arteri utama dalam lengan (arteri

brakhalis) pun menjadi pipih karena tertekan sehingga darah

tidak bisa mengalir ke bagian bawah lengan. Ini ditandai

dengan tidak adanya suara pada stetoskop yang ditempatkan di

atasnya. Udara kemudian secara perlahan dikeluarkan dengan

jalan membuka kunci di samping balon pemompa sehingga

tekaan pada arteri berkurang. Bila arteri tidak pipih lagi, akan

terdengar bunyi berdetak pertama. Ini menunjukkan

mengalirnya kembali darah dalam pembuluh darah arteri.

Angka yang ditunjuk oleh jarum pada saat terdengar bunyi

pertama itu disebut tekanan sistolik. Pembebasan udara dari

manset menyebabkan tekanan pada arteri brakhialis terus

menurun, dan arteri terbuka lebar. Hal ini dapat diketahui

Page 12: Acara II Fix

dengan tidak adanya suara berdetak pada stetoskop. Angka

yang ditunjukkan merupakan tekanan diastolik.

Pengukuran tekanan darah dilakukan pada 0 menit atau

pada menit pertama hasil yang didapat pada menit pertama

adalah 110/80 mmhg. 110 menunjukkan tekana sistole dan 80

menunjukkan nilai diastole. Nilai tekanan sistole dan diastole

pada saat berada dalam keadaan istirahat adalah normal,

Karena tekanan darah manusia pada saat tidak melakukan apa-

apa bernilai 110/80. Hal ini sesuai dengan pendapat (), bahwa,,

Kemudian hasil pengukuran setelah beraktifitas tekanan darah

mengalami kenaikan yakni 120/90 mmhg. Aktifitas dilakukan

selama 5 menit. Aktifitas praktikan yang dilakukan pada saat

satu menit pertama adalah dengan melakukan push up,

kemudian pada menit kedua melakukan lari lari-lari kecil,

kemudian pada menit ketiga melakukan lari naik-dan turun

tangga, kemudian pada menit terakhir melakukan lari cepat da

naik turun tangga. Akibat dari kegiatan yang dilakukan selama

5 menit menyebabkan tekanan darah naik, hal tersebut

dikarenakan, meningkatnya kebutuhan suplai O2 dalam tubuh

sehingga jantung terpacu untuk menyuplai darah lebih banyak

untuk menyokong kebutuhan O2 dan meningkatkan tekanan

darah dalam tubuh. Perbedaan jenis aktivitas tetap

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Menurut Brata, dkk

(2013), tekanan darah naik setelah melakukan aktifitas

disebabkan karena semakin tinggi aktivitas yang dilakukan

maka akan meningkatkan kerja jantung, karena jantung harus

mengeluarkan tenaga yang tinggi sehingga tekanan darah juga

meningkat . Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi

oleh tingkatan aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas

lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada saat

istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas

Page 13: Acara II Fix

sel tubuh memerlukan pasokan O2  yang banyak akibat

metabolisme tubuh bekerja semakin cepat pula dalam

menghasilkan energi.

IV.2.2 Pengukuran Denyut Jantung

Percobaan pengukuran denyut jantung menggunakan

alat yang bernama stetoskop. Cara kerja yang dilakukan adalah

dengan mencari denyut jantung yang berada di sekitar dada,

kemudian dideteksi dengan mengunakan stetoskop. Setelah

didapatkan denyut jantung, kemudian diukur dengan cara

menghitung denyut jantung selama satu menit. Denyut jantung

keadaan istirahat pada menit pertama adalah 96 permenit,

kemudian pada 5 menit pertama adalah 100, pada 5 menit

kedua adalah 100, dan denyut jantung pada 5 menit ketiga

adalah 101. Hasil perhitungan denyut jantung pada keadaan

istirahat adalah normal. Menurut Campbell (2008), denyut

jantung normal pada keadaan istirahat adalah 75 denyutan per

menit, hal ini terjadi karena saat probandus beristirahat,

probandus tidak beristirahat secara total, melainkan masih

melakukan aktivitas kecil seperti berjalan. Percobaan

pengukuran denyut jantung pada saat setelah melakukan

aktifitas atau kerja fisik mengalami peningkatan. Hasil

pengukuran yang didapat adalah sebagai berikut. Menit

pertama adalah 126, pada menit pertama adalah 119, 5 menit

pertama adalah 119, denyut jatung pada 5 menit kedua adalah

115, kemudian denyut jantung pada 5 menit ketiga adalah 119.

Denyut jantung mengalami peningkatan setelah melakukan

kerja fisik atau beraktifitas karena suhu tubuh probandus

mengalami kenaikan, serta kebutuhan O2 tubuh meningkat

cepat akibat aktivitas tubuh yang lebih berat dari sebelumnya ,

sehingga jantung berdetak lebih cepat guna memompa darah

pembawa O2 ke seluruh tubuh lebih cepat. Hal ini sesuai

Page 14: Acara II Fix

dengan pendapat Sherwood (2011) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi denyut jantung antara lain; usia, ukuran tubuh,

posisi tubuh, latihan fisik, dan faktor lain seperti kerja otot,

suhu tubuh, ketinggian tempat dan suhu lingkungan.

IV.2.3 Pengukuran Denyut Nadi

Percobaan pengukuran jumlah denyut nadi dilakukan

terhadap praktikan berjenis kelamin laki-laki dengan rentang

usia remaja, dimana usia ini juga akan mempengaruhi denyut

nadi. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi

kebutuhan oksigen selama pertumbuhan dan pada masa remaja,

denyut jantung menetap serta dengan iramanya yang teratur

(Siswantiningsih, 2010). Pengukuran jumlah denyut nadi

dilakukan pada saat keadaan istirahat dan setelah melakukan

kerja fisik, pengukuran ini dihitung sebanyak empat kali dalam

jangka waktu yang berbeda-beda (0’, 5’, 10’ dan 15’) saat

istirahat maupun setelah melakukan kerja fisik. Perhitungan

jumlah denyut nadi dilakukan selama 1 menit dengan

menggunakan tangan, denyut nadi yang diukur adalah nadi

yang ada di pergelangan tangan. Pergelangan tangan

merupakan salah satu tempat untuk meraba denyut nadi,

tepatnya di bagian pergelangan tangan bagian depan sebelah

atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis) (Siswantiningsih,

2010). Pengukuran pertama yang dilakukan adalah pada saat

istirahat yaitu praktikan tidak melakukan apa-apa dengan posisi

duduk. Hasil yang diperoleh pada menit ke 0’, jumlah denyut

nadi adalah 84. Menit ke 5’, jumlah denyut nadi adalah 86.

Menit ke 10’, jumlah denyut nadi adalah 88 sedangkan di menit

ke 15’, jumlah denyut nadi adalah 86.

Pengukuran yang kedua dilakukan pada saat setelah

melakukan kerja fisik. Kerja fisik yang dilakukan adalah

selama 2 menit praktikan melakukan push-up, kemudian lari

Page 15: Acara II Fix

naik-turun tangga di menit ke-3, dilanjutkan dengan jalan naik-

turun tangga serta lompat di menit ke 3-4, pada menit ke-5

kembali lari naik-turun tangga. Hasil yang diperoleh pada

menit pertama, jumlah denyut nadi adalah 98. Menit ke 5’,

jumlah denyut nadi adalah 100. Menit ke 10’, jumlah denyut

nadi adalah 105. Perhitungan terakhir yaitu pada menit ke 15’,

jumlah denyut nadi yaitu 108.

Berdasarkan data hasil pengukuran tersebut dapat

disimpulkan bahwa jumlah denyut nadi pada saat istirahat jauh

lebih rendah dibandingkan dengan jumlah denyut nadi setelah

praktikan melakukan kerja fisik. Hal ini sesuai dengan literatur

yaitu pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel-sel

otot sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-

zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot.

Semakin tinggi aktivitas maka semakin meningkat metabolism

otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai

kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah.

Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi

denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada

akhirnya (Siswantiningsih, 2010)

Page 16: Acara II Fix

V. KESIMPULAN

Page 17: Acara II Fix

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Febby. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan

Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jakarta: Jurnal

Ilmiah Kesehatan, 5(1).

Brata, Didik Dwi, dkk. 2013. Tekanan Darah pada Manusia. Jakarta: Universitas

Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Kozier, B., et al, 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb.

Jakarta: EGC.

Marliani, Lili dan Tantan S. 2007. 100 Questions & Answers Hipertensi. Jakarta:

Gramedia.

Miller, C., 2010. Factors Affecting Blood Pressure and Heart Rate. NY: Oxford

University Press.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:

Gramedia Pustak  Utama.

Potter,Patricia A. 2005. Buku ajar pundamental keperawatan.Jakarta: EGC.

Siswantiningsih, Kalpika Anis. 2010. “Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan

Sesudah Bekerja pada Iklim Kerja Panas di Unit Workshop PT. Indo Acidatama

Page 18: Acara II Fix

Tbk Kemiri, Kebakkramat Karanganyar”. Laporan Khusus. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem . Edisi 6.

Jakarta : EGC.

Page 19: Acara II Fix

LEMBAR PENGESAHAN