ACARA I Timvvv

15
LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI MANUSIA ACARA I SEX RATIO Dibuat oleh : Nama : Timtim Deby Purnasebta NIM : 12/332008/SV/00724 Hari/Tanggal : Rabu/19 Maret 2014 Pukul : 13.00 – 15.00 WIB Kelompok : 2 Asisten : 1. Marfidha Dian Ayu 2. Lilis Suryani PROGRAM DIPLOMA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

description

gm

Transcript of ACARA I Timvvv

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOGRAFI MANUSIAACARA I

SEX RATIO

Dibuat oleh :

Nama : Timtim Deby Purnasebta

NIM : 12/332008/SV/00724

Hari/Tanggal : Rabu/19 Maret 2014

Pukul : 13.00 – 15.00 WIB

Kelompok : 2

Asisten : 1. Marfidha Dian Ayu

2. Lilis Suryani

PROGRAM DIPLOMA

PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOKYAKARTA

2014

ACARA 1

I. JUDUL

Sex Ratio

II. TUJUAN

1. Memahami konsep sex ratio

2. Mengetahui fungsi dari perhitungan sex ratio

3. Mampu menghitung sex ratio penduduk propinsi DIY.

4. Mengetahui penyebab terjadinya perubahan komposisi jenis kelamin

penduduk di suatu wilayah

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Alat tulis

2. Flasdisk

3. Laptop/ komputer

Bahan

1. Data Tabel 1-15 (Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Daerah

Perkotaan/ Perdesaan/ Perkotaan+Perdesaan Propinsi DIY) tahun 1971,

1980, 1985, 1990 dan 1995.

2. Modul praktikum Geodemografi Acara I

3. Software microsoft Excel

IV. DASAR TEORI

Sensus adalah penghitungan jumlah penduduk, ekonomi, dan sebagainya

yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, dilakukan secara

serentak, dan bersifat menyeluruh dalam suatu batas negara untuk kepentingan

demografi negara yang bersangkutan (Triyono, 2009).

Sensus, kadangkala juga disebut cacah jiwa adalah sebuah proses mendapatkan informasi tentang anggota sebuah populasi (tidak hanya populasi manusia). Sensus digunakan untuk demokrasi (pemilu), pengumpulan pajak, juga digunakan dalam ekonomi.

Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan

semua unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh

karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. Sensus dilaksanakan sekurang-

kurangnya 10 (sepuluh) tahun sekali yang meliputi:

a. Sensus Penduduk, yang dilaksanakan pada tahun berakhiran angka 0 (nol);

b. Sensus Pertanian, yang dilaksanakan pada tahun berakhiran angka 3 (tiga);

c. Sensus Ekonomi, yang dilaksanakan pada tahun berakhiran angka 6

(enam).

Pada pelaksanaannya, metode pencatatan atau sensus yang digunakan

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode householder dan metode canvaser.

a. Metode Householder

Pada metode ini, pengisian daftar pertanyaan tentang data kependudukan

diserahkan kepada penduduk atau responden, sehingga penduduk diberi daftar

pertanyaan untuk diisi dan akan diambil kembali beberapa waktu kemudian.

Metode semacam ini hanya dapat dilakukan pada daerah yang tingkat pendidikan

penduduknya relatif tinggi, karena mereka mampu memahami dan menjawab

setiap pertanyaan yang diserahkan kepada mereka.

b . Metode Canvaser

Pada metode ini, pengisian daftar pertanyaan tentang data kependudukan

dilakukan oleh petugas sensus dengan cara mendatangi dan mewawancarai

penduduk atau responden secara langsung. Petugas sensus mengajukan

pertanyaan-pertanyaan sesuai daftar dan penduduk yang didatangi menjawab

secara lisan sesuai dengan keadaan atau kondisi yang sebenarnya. Adapun

berdasarkan status tempat tinggal penduduknya, sensus dapat dibedakan menjadi

sensus de facto dan sensus de jure.

a. Sensus De Facto

Pada metode ini, pencatatan dilakukan oleh petugas pada setiap orang

yang ada di daerah tersebut pada saat sensus diadakan. Metode sensus ini tidak

membedakan antara penduduk asli yang menetap ataupun penduduk yang hanya

tinggal sementara waktu.

b . Sensus De Jure

Pada metode ini, pencatatan penduduk dilakukan oleh petugas hanya untuk

penduduk yang secara resmi tercatat dan tinggal sebagai penduduk di daerah

tersebut pada saat dilakukannya sensus, sehingga dapat dibedakan antara

penduduk asli yang menetap dan penduduk yang hanya tinggal untuk sementara

waktu atau yang belum terdaftar sebagai penduduk setempat. Dengan

menggunakan sensus de jure, penduduk yang belum secara resmi tercatat sebagai

penduduk di daerah tersebut tidak disertakan dalam penghitungan.

Di Indonesia, pada umumnya sensus penduduk dilakukan dengan metode

canvaser dengan mengombinasikan antara sensus de facto dan sensus de jure.

Bagi mereka yang bertempat tinggal tetap dipakai cara de jure, sedangkan untuk

yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah dengan cara de facto. Sensus penduduk

perlu dilakukan agar pemerintah memiliki data kependudukan yang up to date

(sesuai perkembangan zaman), sehingga pemerintah dapat:

mengetahui perkembangan jumlah penduduk,

mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk,

mengetahui persebaran dan kepadatan penduduk,

mengetahui komposisi penduduk (berdasarkan jenis kelamin, tingkat

pendidikan, umur, mata pencaharian, dan sebagainya),

mengetahui arus migrasi

merencanakan pembangunan sarana dan prasarana sosial sesuai dengan

kondisi kependudukan daerah.

2. Registrasi Penduduk

Selain melalui sensus data kependudukan juga dapat diperoleh melalui

registrasi. Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang

dilaksanakan oleh pemerintah setempat yang meliputi pencatatan kelahiran,

kematian, perkawinan, perceraian, perubahan tempat tinggal atau perubahan

pekerjaan. Tujuan registrasi penduduk yaitu sebagai suatu catatan resmi dari

peristiwa tertentu dan sebagai sumber yang berharga bagi penyusunan yang

langsung dapat digunakan dalam proses perencanaan kemasyarakatan. Di

Indonesia, sistem registrasi tidak dilakukan oleh satu departemen tetapi oleh

beberapa departemen. Misalnya peristiwa kelahiran dicatat oleh Departemen

Dalam Negeri, kematian oleh Departemen Kesehatan, migrasi penduduk oleh

Departemen Kehakiman. Data-data tersebut kemudian dihimpun oleh Badan Pusat

Statistik dan diterbitkan dalam seri registrasi penduduk.

3 . Survai Penduduk

Hasil sensus dan registrasi penduduk masih mempunyai keterbatasan

karena hanya menyediakan data statistik kependudukan dan kurang memberikan

informasi, tentang sifat dan perilaku penduduk tersebut. Untuk mengatasi

keterbatasan tersebut, maka perlu dilaksanakan survai penduduk yang sifatnya

lebih terbatas dan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan lebih mendalam.

Pada umumnya survai kependudukan ini dilaksanakan dengan sistem sampel atau

dalam bentuk studi kasus.

Mengingat pelaksanaan sensus yang dilakukan hanya tiap 10 tahun, maka

untuk memperoleh data yang up to date dengan segera, pemerintah mengadakan

penghitungan penduduk di luar jadwal sensus, misalnya dengan melakukan Survai

Penduduk Antarsensus (Supas) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Jenis-jenis pencatatan penduduk tersebut pada dasarnya untuk mengetahui

permasalahan kependudukan dari segi kuantitas dan kualitas penduduk (Triyono,

2009).

Manfaat sensus

Pencacahan dalam sensus penduduk dilaksanakan untuk mengumpulkan

karakteristik pokok dan rinci terhadap seluruh penduduk baik yang bertempat

tinggal tetap maupun yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap (tuna wisma,

anak buah kapal Indonesia, manusia/ orang perahu, dan suku terasing).

Karakteristik pokok dan rinci tersebut mencakup karakteristik tentang penduduk,

perumahan dan lingkungannya, dan karakteristik lain yang termasuk dalam

lingkup standar bidang kependudukan. Sensus penduduk terakhir dilaksanakan

pada tahun 2000, dengan desain untuk pencacahan lengkap terhadap perumahan

(12 karakteristik) dan penduduk (15 karakteristik).

Pencacahan dalam sensus pertanian dilaksanakan untuk mengumpulkan

karakteristik pokok dan rinci terhadap seluruh petani, perusahaan pertanian, dan

pengukuran obyek kegiatan statistik pertanian. Karakteristik pokok dan rinci

tersebut mencakup karakteristik petani, tanah, tanaman, kegiatan usaha di bidang

pertanian, serta karakteristik lain yang termasuk dalam lingkup statistik dasar

bidang pertanian.

Pencacahan dalam sensus ekonomi dilaksanakan untuk mengumpulkan

karakteristik pokok dan rinci terhadap seluruh perusahaan dan kegiatan usaha di

bidang ekonomi (kecuali pertanian) di seluruh wilayah Indonesia baik yang

diusahakan secara permanen maupun tidak permanen termasuk pertambangan dan

penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan dan

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan industri jasa. Karakteristik

produksi, pemakaian bahan baku, serta karakteristik lain yang termasuk dalam

lingkup statistik dasar bidang ekonomi.

Badan yang mengurusi sensus adalah badan pusat statistik atau yang lebih

dikenal dengan (BPS). BPS merupakan satu-satunya badan resmi yang dibentuk

pemerintah negara republik Indonesia untuk bertugas sebagai surveier data-data

mengenai penduduk. (http://sensuspenduduk.blogspot.com/)

Objek material geografi yang telah dikenal tentang lapisan-lapisan bumi

yaitu geosfer dan salah satu bagian geosfer adalah antroposfer. Antroposfer adalah

lapisan yang khusus melihat aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan manusia di

permukaan bumi. Manusia yang hidup dan menetap di satu wilayah dalam kurun

waktu tertentu dinamakan penduduk.

Gejala-gejala yang terjadi diseputar kependudukan, salah satunya adalah

dengan melihat komposisi penduduk. Komposisi penduduk adalah

pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Terdapat 4 jenis komposisi penduduk yang dikenal di ilmu kependudukan yaitu:

1. Komposisi biologis, yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan jenis

kelamin dan umur.

2. Komposisi sosial, yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria

sosial seperti pendidikan, kesehatan, mata pencaharian dan lainnya.

3. Komposisi ekonomi, yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria

ekonomi seperti tingkat pendapatan, konsumsi, kesejahteraan dan lainnya.

4. Komposisi geografis, yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan letak

wilayahnya.

Makna yang bisa diambil dari komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis

kelamin adalah :

Menentukan jumlah usia tenaga kerja produktif dan tidak produktif

Melihat pertambahan penduduk

Menentukan jumlah angka ketergantungan

Usia produktif adalah usia penduduk antara 15 tahun sampai 59 tahun.

Disebut produktif karena pada usia seperti itu diperkirakan orang ada pada

rentang usia masih bisa bekerja.

Usia tidak produktif adalah usia penduduk yang ada direntang 0 – 14 tahun

dan 60 tahun keatas. Pada usia seperti itu penduduk dipandang belum atau sudah

tidak produktif lagi bekerja.

Komposisi penduduk ini bertujuan diantaranya untuk melihat

perkembangan penduduk dari masa ke masa di suatu wilayah pada umumnya.

Dengan begitu para pengambil kebijakan akan mengevaluasi setiap perkembangan

yang ada dan nantinya akan dijadikan tolak ukur pembuatan kebijakan yang

berhubungan dengan masalah kependudukan tadi. Komposisi penduduk

berdasarkan jenis kelamin dapat dihitung untuk memperoleh nilai rasio atau

perbandingannya. Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan angka perbandingan

antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu

daerah. Penyajian data mengenai sex ratio dapat ditampilkan secara umum (tanpa

melihat kelompok umur) atau juga dapat didasarkan kelompok umur tertentu.

Rasio jenis kelamin dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut ini.

SR= M/F x K

Dimana:

SR = Sex Ratio atau rasio jenis kelamin

M = Male atau jumlah penduduk laki-laki

F = Female atau jumlah penduduk perempuan

K = Konstanta (nilai 100)

Sex Ratio disuatu daerah misalnya, diperoleh nilai 99,83. Artinya, setiap

100 penduduk perempuan di daerah tersebut terdapat 99,83 penduduk laki-laki.

(Hardjo, 2005)

VI. HASIL PRAKTIKUM

1. Tabel Sex Ratio Provinsi DIY Tahun 1971 - 1995

TahunWilayah

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

1971 99 93 941980 101 95 961985 97 95 961990 98 95 971995 99 97 98

2. Grafik Sex Ratio

a) Grafik Sex Ratio Perkotaan Propinsi DIY Tahun 1971- 1995

b) Grafik Sex Ratio Perdesaan Propinsi DIY Tahun 1971- 1995

c) Grafik Sex Ratio Perdesaan dan Perkotaan Propinsi DIY Tahun

1971- 1995

DAFTAR PUSTAKA

Giyarsih, Sri Rum dan Karen Slamet Hardjo. 2005. Modul Praktikum

Geodemografi. Yogyakarta: Program Diploma Penginderaan Jauh dan

SIG.

http://sensuspenduduk.blogspot.com/ (diakses pada hari Selasa, 25 Maret 2014

jam 16.33 WIB.)

Triyono, Slamet. 2009. Sensus Penduduk. http://slamet-triyono.blogspot.com /

2009/11/sensus-penduduk.html (diakses pada hari Selasa, 25 Maret 2014

jam 16.55 WIB)

Wirosuhardjo, kartomo. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.