ACARA I

44
ACARA I ALKALIMETRI – ASIDIMETRI A. Tujuan Tujuan dari paraktikum Acara I. Alkalimetri- Asidimetri adalah : 1. Melakukan standarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH) 2 .2H 2 O (asam oksalat) dan standarisasi HCl dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. 2. Menghitung kadar asam laktat pada susu dan susu asam serta kadar basa pada berbagai macam soda. 3. Menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta dapat menentukan letak titik ekivalen bahan uji. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Yoghurt merupakan salah satu jenis produk susu fermentasi tipe asam yang terkenal. Kadar asam laktat yoghurt tercapai antara 0.3-0.6%. Laktosa akan dihidrolisis dengan produk akhir asam piruvat. Selanjutnya asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenase. Secara sederhana, reaksi perubahan laktosa menjadi asam laktat adalah sebagai berikut :

description

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Transcript of ACARA I

Page 1: ACARA I

ACARA I

ALKALIMETRI – ASIDIMETRI

A. Tujuan

Tujuan dari paraktikum Acara I. Alkalimetri-Asidimetri adalah :

1. Melakukan standarisasi NaOH dengan larutan baku primer

(COOH)2.2H2O (asam oksalat) dan standarisasi HCl dengan larutan

NaOH yang telah distandarisasi.

2. Menghitung kadar asam laktat pada susu dan susu asam serta kadar

basa pada berbagai macam soda.

3. Menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta dapat

menentukan letak titik ekivalen bahan uji.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Yoghurt merupakan salah satu jenis produk susu fermentasi tipe

asam yang terkenal. Kadar asam laktat yoghurt tercapai antara 0.3-

0.6%. Laktosa akan dihidrolisis dengan produk akhir asam piruvat.

Selanjutnya asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat oleh enzim

laktat dehidrogenase. Secara sederhana, reaksi perubahan laktosa

menjadi asam laktat adalah sebagai berikut :

C12H22O11 + H2O → 4C3H6O3

Laktosa air asam laktat

Asam yang terbentuk selama fermentasi terutama adalah asam laktat.

Untuk sintesis ini, bakteri asam laktat membutuhkan enzim laktat

dehidrogenase (LDH) (Alviana, 2006).

Metil merah akan berwarna kuning dalam suasana basa dan

berwarna merah dalam suasana asam. Na2CO3 disebut soda abu,

biasanya dipakai sebagai zat penetral yang diperdagangkan. Titrasi

dengan larutan baku asam sampai pada titik akhir metil jingga

Page 2: ACARA I

menunjukkan kadar seluruh basa yang terutama terdiri dari Na2CO3

(Underwood, 1981).

Soda kaustik (NaOH) mempunyai kadar basa sekitar 1,25%

sedangkan soda abu mempunyai kadar basa sekitar 0,94%. Kadar basa

dapat didefinisikan sebagai suatu besaran pada kapasitas suatu air

untuk menetralkan menjadi larutan yang netral. Karakteristik soda abu

adalah berwarna putih, anhidrat, berbentuk bubuk atau butiran dengan

kandungan lebih dari 99% sodium karbonat. Larutan soda merupakan

larutan basa dikarenakan larutan tersebut yang mengalami karbonisasi

yang berlebihan sehingga sifat basa nya dapat menutupi sifat asamnya

(Vincent, 2008).

Yogurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi.

Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa abadyang

lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami masam pada

suhu panas, mungkin sekitar 40º – 50º C. Yogurt dibuat dengan

fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus sehingga

mengandung asam laktat yang lebih tinggi daripada susu UHT. Susu

UHT diolah dengan suhu yang sangat tinggi sehinnga kandungan asam

laktat nya lebih rendah daripada yogurt (Gaman, 1992).

2. Tinjauan Teori

Titrasi asam-basa memerlukan indikator untuk menunjukkan

perubahan warna pada setiap interval derajad keasaman (pH). Indikator

herbal tersebut dibuat dengan cara mengekstrak bahan dengan

mengunakan pelarut metanol-asam asetat. Kemudian dievaluasi

dengan indikator pembanding fenolftalein dan metil oranye (produksi

E merck) untuk titrasi asam-basa yaitu asam kuat-basa kuat, basa

lemah-asam kuat dan asam lemah-basa kuat. Indikator yang digunakan

ditentukan dengan pH faktor pembanding yang cocok dengan bahan

(Nuryanti, 2012).

Indikator metil merah (4-dimetil amino benzena 2-asam

karboksilat) termasuk salah satu indikator yang sering digunakan

Page 3: ACARA I

dalam titrasi asam basa. Dengan menyiapkan larutan yang pH nya

sama dengan range metil merah, maka titrasi dapat dilakukan dan saat

terdapat perubahan warna pada larutan yang sudah ditetesi metil

merah. Dalam titrasi asam basa, indikator digunakan untuk

menunjukkan perubahan warna pada rentang pH suatu indikator. Pada

metil merah bila suatu larutan asam akan berwarna merah dan bila basa

akan berwarna kuning (Shubham, 2011).

Titrasi digunakan untuk menentukan jumlah suatu asam di dalam

larutan tertentu. Volume tertentu dari asam ditritasi oleh larutan basa,

biasanya Natrium hidroksida yang mempunyai konsentrasi yang

diketahui dengan tepat. NaOH ditambahkan perlahan lahan sampai

asam tepat dinetralisasi, seperti yang ditunjukkan oleh indikator

tertentu atau pH meter. Dengan mengetahui volume dan konsentrasi

NaOH yang ditambahkan, konsentrasi asam di dalam larutan yang

dititrasi dapat dihitung. Pemetaan pH larutan terhadap jumlah NaOH

yang ditambahkan sampai titik ini disebut kurva titrasi

(Hopkins, 1982).

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila

pH lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun

basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan

mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan

elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan

pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa)

atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari

tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari

konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat

ditentukan dengan indikator asam basa (Ratna, 2008).

Titrasi adalah penambahan dengan cermat volume suatu larutan

yang mengandung zat A yang diketahui kepada larutan kedua yang

mengandung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui yang

mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya

Page 4: ACARA I

reaksi, yaitu titik akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis,

misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat dideteksi

dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat

yang disebut indikator yang mengubah warna pada titik akhir.

Fenolftalein merupakan salah satu indikator yang mengubah warna

menjadi merah bila larutan berubah dari asam ke basa (Oxtoby, 2001).

Indikator asam basa biasanya dibuat dalam bentuk (dalam air,

etanol, atau pelarut lain). Dalam titrasi asam basa sejumlah kecil

(beberapa tetes) larutan indikator ditambahkan ke dalam larutan yang

sedang dititrasi. Untuk mencari titik ekivalen diperlukan tindakan yang

hati hati pada waktu menambahkan basa kepada asam. Dalam titrasi,

suatu larutan yang harus dinetralkan misalnya asam kedalam tabung.

Larutan lain yaitu basa dimasukkan kedalam buret lalu dimasukkan

kedalam asam tetes demi tetes sampai titik setara dari titrasi tercapai.

Titik pada titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik

akhir dari indikator (Suminar, 1992).

Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan

baku asam untuk menentukan jumlah basa yang ada. Alkalimetri

adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk

menentukan jumlah asam yang ada. NaOH merupakan larutan baku

sekunder sehingga perlu distandarisasi dengan asam oksalat dihidrat

yang merupakan larutan baku primer. Ini dikarenakan NaOH bersifat

higroskopis dan tidak stabil. Syarat senyawa dapat dijadikan standar

primer:kemurnian 100%,bersifat stabil pada suhu kamar dan suhu

pemanasan karena biasanya standar primer dipanaskan dahuu sebelum

ditimbang, tersedia dimana saja, memiliki berat molekul (Mr) yang

tinggi, hal ini untuk menghindari kesalahan relatif pada saat

menimbang (Nursaja,2012).

Page 5: ACARA I

C. Metodologi

1. Alat

a. Pipet ukur

b. Pipet tetes

c. Beker glass 10ml

d. Buret

e. pH meter

2. Bahan

a. 10 ml (COOH)2.2H2O (asam oksalat) 0,1 N

b. Indikator PP 1%

c. Larutan NaOH

d. 5 ml yogurt

e. 5 ml susu UHT

f. Aquades

g. Larutan HCl

h. Indikator metil merah

i. Larutan Na2CO3 (soda abu)

Page 6: ACARA I

3. Cara kerja

a. Standarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH)2.2H2O

3 tetes indikator pp 1%

Dipipet kedalam beker glass

Ditambahkan kedalam beker glass

10ml (COOH)2.2H2O (asam oksalat) 0,1 N

NaOH

Disiapkan kedalam buret

(COOH)2.2H2O + 3 tetes indikator pp 1%

Dihitung Normalitas NaOH dengan rumus :

(N.V) asam oksalat = (N.V) NaOH

Dititrasi dengan NaOH dari buret hingga terjadi (tepat)

perubahan warna, hentikan titrasi

Page 7: ACARA I

b. Penentuan kadar asam laktat pada susu UHT dan pada yoghurt

Dipipet kedalam beker glass

Dicampur dengan 5 ml aquades

5 ml susu UHT / 5 ml yoghurt

3 tetes indikator pp 1%

Ditambahkan dalam larutan

5 ml susu UHT / yoghurt + 3 tetes indikator pp 1%

Dihitung kadar asam laktat

Dititrasi dengan NaOH yang telah terstandarisasi, hingga

terjadi (tepat) perubahan warna, dan hentikan titrasi

Digambar kurva titrasi pada kertas milimeter

Dihitung Ph titrat pada NaOH 0 ml; 2ml; 5ml; 10ml; 15ml;

20ml dan pada saat titrat tepat berubah warna

Page 8: ACARA I

c. Standarisasi HCl dengan larutan baku primer NaOH

3 tetes indikator metil merah

Dipipet kedalam beker glass

Ditambahkan kedalam beker glass

10ml NaOH yang telah distandarisasi

HCl

Disiapkan kedalam buret

NaOH + 3 tetes indikator metil merah

Dihitung Normalitas HCl dengan rumus :

(N.V) NaOH = (N.V) HCl

Dititrasi dengan HCl dari buret hingga terjadi (tepat)

perubahan warna, hentikan titrasi

Page 9: ACARA I

d. Penentuan kadar basa pada berbagai macam soda

Diencerkan denga aquades dalam labu takar 50

ml sampai tanda tera

0,1gram Na2CO3 / 0,1gram NaOH

3 tetes indikator metil merah

Ditambahkan dalam larutan

10ml Na2CO3 / 10ml NaOH + 3 tetes metil merah

Dihitung kadar basa pada masing masing sampel

Dititrasi dengan HCl yang telah terstandarisasi, hingga terjadi

(tepat) perubahan warna, dan hentikan titrasi

Digambar kurva titrasi pada kertas milimeter

Dihitung Ph titrat pada HCl 0 ml; 2ml; 5ml; 10ml; 15ml; 20ml

dan pada saat titrat tepat berubah warna

Dipipet 10 ml kedalam beker glass yang lain

Page 10: ACARA I

D. Pembahasan

Tabel 1.1 Standarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH)2.2H2O

Kel

N (COOH)2.2H2O

(N)

V (COOH)2.2H2O

(ml)

N NaOH (N)

V NaOH (ml)

Perubahan warna

2 0,1 N 10 ml 0,054 18,5 mlBening →

merah muda13, 22

0,1 N 10 ml 0,053 18,7 mlBening →

merah muda

24 0,1 N 10 ml 0,052 19,37 mlBening →

merah mudaRata - rata 0,053

Sumber : Laporan sementara

NaOH bukan merupakan larutan baku primer, karena bersifat

higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara sehingga NaOH harus

distandarisasi terlebih dahulu sehingga normalitas yang didapat lebih

akurat. NaOH distandarisasi menggunakan larutan baku primer seperti

asam oksalat. 10 ml larutan asam oksalat dimasukkan kedalam beker glass

dan ditambahkan 3 tetes indikator pp 1%. Karena larutan NaOH termasuk

basa kuat sedangkan larutan asam oksalat termasuk asam lemah, Maka, pH

saat terjadi titik ekivalen bersifat basa. Oleh karena itu digunakan indikator

fenolftalein, dengan trayek PH antara 8,3-10.

Titik ekivalen adalah titik dimana suatu larutan yang dititrasi tepat

berubah warna. Terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah

muda. Pada kelompok 2 perubahan warna terjadi pada saat volume NaOH

18,5ml sehingga normalitasnya 0,054 N, pada kelompok 13 dan 22 terjadi

perubahan warna pada saat volume NaOH 18,7ml sehingga normalitas nya

0,053 N, pada kelompok 24 terjadi perubahan warna pada saat volume

NaOH 19,37ml, sehingga normalitas nya 0,052 N. Sehingga bila di rata-

rata, didapat normalitas NaOH sebesar 0,053 N. Reaksi yang terjadi saat

standarisasi adalah

H2C2O4.2H2O(S) + 2NaOH(aq)          Na2C2O4 (aq) + 4H2O(l)

Page 11: ACARA I

Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya normalitas NaOH

adalah volume asam oksalat, normalitas asam oksalat dan volume NaOH

saat tepat terjadi perubahan warna.

Tabel 1.2 Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu dan Susu Asam

Bahan Uji

Kelml

Bahan

V NaOH (ml)

N NaOH

(N)

Perubahan warna

Kadar asam laktat (%)

Yogurt

6, 10 5 ml 5,5 ml 0,053Putih →

merah muda0,525 %

17, 21 5 ml 5 ml 0,053Putih →

merah muda0,477 %

28 5 ml 4,7 ml 0,053Putih →

merah muda0,449 %

Susu UHT

4, 8 5 ml 1 ml 0,053Putih →

merah muda0,095 %

15, 19 5 ml 1 ml 0,053Putih →

merah muda0,095 %

26 5 ml 1 ml 0,053Putih →

merah muda0,095 %

Sumber : Laporan sementara

Alkalimetri adalah penentuan kadar asam dari suatu bahan dengan

menggunakan larutan baku standar basa, serta indikator pH yang sesuai.

Dalam praktikum kali ini alkalimetri yang dilakukan adalah penentuan

kadar asam laktat pada yogurt dan susu UHT, indikator yang dipakai

adalah fenolftalein karena range pH yang sesuai dengan sifat basa titran

yaitu NaOH yang sudah terstandarisasi. Yogurt dan susu UHT dalam

alkalimetri ini bertindak sebagai titrat sedangkan NaOH sebagai titran nya.

Pada penentuan kadar asam laktat pada bahan uji 5 ml yogurt, data

kelompok 6 dan 10 terjadi tepat perubahan warna dari putih menjadi

merah muda saat volume NaOH 5,5 ml, sehingga dengan menggunakan

rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui kadar nya sebesar

0,525%. Pada kelompok 17 dan 21 terjadi tepat perubahan warna dari

putih menjadi merah muda saat volume NaOH 5 ml, sehingga dengan

menggunakan rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui kadar

nya sebesar 0,477%. Sedangkan pada kelompok 28 terjadi tepat perubahan

Page 12: ACARA I

warna dari putih menjadi merah muda saat volume NaOH 4,7 ml, sehingga

dengan menggunakan rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui

kadar nya sebesar 0,449%.

Pada penentuan kadar asam laktat pada bahan uji 5ml susu UHT,

data pada kelompok 4 dan 8; kelompok 15 dan 19; kelompok 26

menunjukka hasil yang sama yaitu terjadi tepat perubahan warna dari putih

menjadi merah muda pada saat volume NaOH sebesar 1 ml sehingga

dengan menggunakan rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui

kadar asam laktat pada susu UHT sebesar 0,095%. Pada hasil praktikum

kadar asam laktat pada yogurt lebih besar daripada kadar asam laktat pada

susu UHT, hal ini dikarenakan yogurt yang lebih bersifat asam yaitu

produk hasil fermentasi susu sehingga kadar asam laktat jelas lebih besar

daripada susu UHT yang merupakan produk hasil pasteurisasi dengan

suhu tinggi sehingga kadar asam laktat nya rendah. Reaksi yang terjadi

dari penentuan kadar asam laktat adalah

C3H6O3 + NaOH → NaC3H5O3 + H2O

Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya kadar asam laktat

pada yogurt dan susu UHT adalah volume NaOH, berat bahan yang

ditimbang, BE (berat ekuivalen) asam laktat dan normalitas NaOH.

Page 13: ACARA I

Tabel 1.3 Standarisasi HCl dengan larutan baku primer NaOH

KelN NaOH

(N)V NaOH

(ml)N HCl

(N)V HC (ml)

Perubahan warna

1, 11 0,053 N 10 ml 0,027 20 mlKuning →

merah

12 0,053 N 10 ml 0,027 20 mlKuning →

merah

13 0,053 N 10 ml 0,026 20,35 mlKuning →

merahRata - rata 0,026

Sumber : Laporan sementara

HCl merupakan larutan baku sekunder, karena bersifat higroskopis

dan mudah menyerap CO2 dari udara sehingga HCl harus distandarisasi

terlebih dahulu sehingga normalitas yang didapat lebih akurat. HCl

distandarisasi menggunakan larutan baku primer NaOH 0,053 N yang

sudah distandarisasi terlebih dahulu. 10 ml larutan NaOH dimasukkan

kedalam beker glass dan ditambahkan 3 tetes indikator metil merah 1%.

Pada standarisasi larutan HCl dengan larutan NaOH, karena larutan HCl

termasuk asam kuat, sedangkan larutan NaOH merupakan basa kuat.

Maka, pH saat titik ekivalen terjadi bersifat netral. Oleh karena itu,

indikator yang dipakai adalah indikator metil merah (MM), dengan trayek

pH antara 4,8 – 6 yang mendekati pH larutan netral. Saat titrasi larutan

HCl dengan larutan NaOH, warna larutan berubah dari kuning menjadi

merah.

Titik ekivalen adalah titik dimana suatu larutan yang dititrasi tepat

berubah warna. Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah. Pada

kelompok 1 dan 11 perubahan warna terjadi pada saat volume HCl 20ml

sehingga normalitasnya 0,027 N, pada kelompok 12 terjadi perubahan

warna pada saat volume HCl 20 ml sehingga normalitas nya 0,027 N, pada

kelompok 23 terjadi perubahan warna pada saat volume HCl sebesar 20,35

ml, sehingga normalitas nya 0,026 N. Sehingga didapat rata rata

Page 14: ACARA I

normalitas HCl sebesar 0,026 N. Reaksi yang terjadi saat standarisasi

adalah HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(aq)

Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya normalitas HCl

adalah volume NaOH, normalitas NaOH yang sudah distandarisasi dan

volume HCl saat tepat terjadi perubahan warna.

Tabel 1.4 Penentuan Kadar Basa Pada Soda Abu dan Soda Kaustik

Bahan Uji

Kelgr

Bahan

V NaOH (ml)

N NaOH

(N)

Perubahan warna

Kadar asam laktat (%)

Soda abu

3, 7 0,1 gr 6 ml 0,026Kuning →

kuning kemerahan

8,385 %

14, 18 0,1 gr 6,1 ml 0,026Kuning →

kuning kemerahan

8,525 %

25 0,1 gr 6,5 ml 0,026Kuning →

kuning kemerahan

9,084 %

Soda kaustik

5, 9 0,1 gr 10 ml 0,026Kuning →

Kuning merah pekat

10,546 %

16, 20 0,1 gr 9,8 ml 0,026Kuning →

Kuning merah pekat

10,335 %

27 0,1 gr 9,7 ml 0,026Kuning →

Kuning merah pekat

10,230 %

Sumber : Laporan sementara

Asidimetri adalah penentuan kadar basa dari suatu sampel dengan

menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan

baku standar yang digunakan dalam penentua kadar basa pada praktikum

kali ini adalah HCl 0,026 N yang sudah distandarisasi yang juga bertindak

sebagai titran. Sedangkan titratnya adalah sampel soda abu (Na2CO3) dan

soda kaustik (NaOH). Indikator yang digunakan adalah metil merah yang

mempunyai trayek pH 4,8 – 6. Menggunakan indikator metil merah karena

hasil reaksi yang menunjukkan sifat asam lemah menuju larutan netral

sehingga indikator yang sesuai adalah metil merah.

Page 15: ACARA I

Pada praktikum kali ini sampel yang akan ditentukan kadar basa

nya adalah 0,1 gram soda abu dan 0,1 gram soda kaustik. Pada data

kelompok 3 dan 7 pada titrasi sampel soda abu terjadi tepat berubah warna

dari kuning menjadi semburat merah pada saat volume HCl sebesar 6 ml.

Sehingga kadar basa nya sebesar 8,385%. Pada data kelompok 14 dan 18

pada titrasi sampel soda abu terjadi tepat berubah warna dari kuning

menjadi semburat merah pada saat volume HCl sebesar 6,1 ml. Sehingga

kadar basa nya sebesar 8,525%. Pada data kelompok 25 pada titrasi

sampel soda abu terjadi tepat berubah warna dari kuning menjadi semburat

merah pada saat volume HCl sebesar 6,5 ml. Sehingga kadar basa nya

sebesar 9,084%.

Pada data kelompok 5 dan 9 pada titrasi dengan sampel soda

kaustik terjadi tepat berubah warna dari kuning menjadi merah saat

volume HCl sebesar 10 ml sehingga kadar basanya dapat dihitung yaitu

sebesar 10,546%. Pada data kelompok 16 dan 20 pada titrasi dengan

sampel soda kaustik terjadi tepat berubah warna dari kuning menjadi

merah saat volume HCl sebesar 9,8 ml sehingga kadar basanya dapat

dihitung yaitu sebesar 10,335%. Pada data kelompok 27 pada titrasi

dengan sampel soda kaustik terjadi tepat berubah warna dari kuning

menjadi merah saat volume HCl sebesar 9,7 ml sehingga kadar basanya

dapat dihitung yaitu sebesar 10,230%.

Dari hasil praktikum yang diperoleh dapat diketahui bahwa kadar

basa dari soda kaustik lebih besar daripada soda abu. Hal ini dikarenakan

soda kaustik (NaOH) yang bersifat basa kuat sedangkan soda abu

(Na2CO3) bersifat basa lemah. Sehingga kadar basa nya lebih besar milik

NaOH. Reaksi yang terdapat pada penentuan kadar basa ini adalah

Pada sampel soda kaustik : HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(aq)

Pada sampel soda abu : Na2CO3 + 2HCl → 2NaCl + H2O + CO2

Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya kadar basa pada soda

kaustik dan soda abu adalah volume HCl, normalitas HCl, BE (berat

Page 16: ACARA I

ekuivalen) pada sampel soda abu maupun pada soda kaustik, serta berat

sampel yang ditimbang.

Tabel 1.5 Kurva Titrasi Bahan Uji Berupa Yogurt Dengan NaOH

ml titran ( x ) pH ( y )

0 3,95

0,2 4,12

0,5 4,23

2 4,92

x = 4 6

5 9,49

10 11,2

Tabel 1.6 Kurva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH

ml titran ( x ) pH ( y )

0 7,14

0,2 7,34

0,5 7,82

x = 1 8,98

2 10,05

5 11,24

10 11,63

0 2 4 6 8 10 120

2

4

6

8

10

12

14

YoghurtSusu UHT

Titik ekivalen (x) saat titran 4mlpH = 6

Titik ekivalen (x) saat titran 1 ml, pH = 8,98

Page 17: ACARA I

Gambar 1.1 Kurva Titrasi Bahan Uji Yogurt Dan Susu UHT Dengan NaOH

Pada tabel 1.5 dapat dilihat bahwa titik ekivalen titrasi sampel

yogurt tersebut adalah pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 4

ml dan pH larutan sebesar 6. Titik ekivalen adalah pada saat tepat terjadi

perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit titran maka pH

akan berubah sangat drastis. Dapat diketahui pada tabel 1.5 setelah

mencapai titik ekivalen, pH larutan menjadi 9,49 yang berarti langsung

menjadi basa hanya dengan penambahan sedikit titran.

Pada tabel 1.6 dapat dilihat juga bahwa titik ekivalen titrasi sampel

susu UHT tersebut adalah pada saat penambahan volume NaOH sebanyak

1 ml dan pH larutan sebesar 8,98. Titik ekivalen adalah pada saat tepat

terjadi perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit titran maka

pH akan berubah sangat drastis. Pada kurva titrasi bahan uji susu UHT dan

yogurt dihasilkan bentuk kurva yang terus naik yang diakibatkan

penambahan NaOH yag bersifat basa sehingga semakin ditambah NaOH

maka pH sampel terus naik. Kurva pada sampel susu UHT berada diatas

yang berarti lebih bersifat basa daripada kurva pada sampel yogurt. Ini

diakibatkan sifat sampel yogurt yang asam sehingga jika ditambah dengan

NaOH, larutan yogurt masih mempertahankan sifat asamnya, hal ini

berbeda dengan sampel susu UHT yang tidak bersifat asam, sehingga bila

ditambahkan NaOH sifat susu UHT langsung menjadi basa.

Dari uji titrasi yang dilakukan pada dua sampel yaitu susu yogurt

dan susu UHT, dihasilkan grafik yang sudah sesuai dengan teori. Menurut

Underwood (1980), grafik titrasi basa dengan titran NaOH yang merupaka

larutan basa kuat, akan menghasilkan grafik yang terus naik, dan

mempunyai satu titik ekivalen dimana sampel tepat terjadi perubahan

warna. Hal ini sudah sesuai dengan hasil praktikum dimana grafik titrasi

pada kedua sampel yang naik dan mempunyai titik ekivalen.

Page 18: ACARA I

Kurva yang sesuai pada praktikum titrasi sampel susu UHT dan

yogurt pada penambahan NaOH adalah

(sumber : Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.)

Page 19: ACARA I

Tabel 1.7 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu dengan HCl

ml titran ( x ) pH ( y )

0 10,83

2 9,76

5 6,77

x = 5,7 6,09

10 1,80

15 1,50

Tabel 1.8 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Kaustik dengan HCl

ml titran ( x ) pH ( y )

0 11,8

2 11,73

5 11,50

x = 10 6,20

15 1,79

0 2 4 6 8 10 12 14 160

2

4

6

8

10

12

14

soda abukaustik soda

Titik ekivalensaat titran 10 mlpH = 6,20

Titik ekivalensaat titran 5,7 mlpH = 6,09

Page 20: ACARA I

Gambar 1.2 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu Dan Soda Kaustik Dengan HClPada tabel 1.7 dapat dilihat bahwa titik ekivalen titrasi sampel soda

abu tersebut adalah pada saat penambahan volume HCl sebanyak 5,7 ml

dan pH larutan sebesar 6,09. Titik ekivalen adalah pada saat tepat terjadi

perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit titran maka pH

akan berubah sangat drastis. Dapat diketahui pada tabel 1.7 setelah

mencapai titik ekivalen, pH larutan menjadi 1,80 yang berarti langsung

menjadi asam hanya dengan penambahan sedikit titran.

Pada tabel 1.8 dapat dilihat juga bahwa titik ekivalen titrasi pada

sampel soda kaustik tersebut adalah pada saat penambahan volume HCl

sebanyak 10 ml dan pH larutan sebesar 6,20. Titik ekivalen adalah pada

saat tepat terjadi perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit

titran maka pH akan berubah sangat drastis. Dapat diketahui pada tabel 1.7

setelah mencapai titik ekivalen, pH larutan menjadi 1,79 yang berarti

langsung menjadi asam hanya dengan penambahan sedikit titran.

Pada kurva titrasi bahan uji sada abu dan soda kaustik dihasilkan

bentuk kurva yang terus turun yang diakibatkan penambahan HCl yang

bersifat asam kuat sehingga semakin ditambah HCl maka pH sampel terus

turun. Kurva pada sampel soda kaustik berada diatas yang berarti lebih

bersifat basa daripada kurva pada sampel yogurt. Ini diakibatkan sifat

sampel soda kaustik yang basa kuat sehingga jika ditambah dengan HCl,

larutan soda kaustik masih mempertahankan sifat basa nya, hal ini berbeda

dengan sampel soda abu yang tidak bersifat basa kuat, sehingga bila

ditambahkan HCl sifat soda abu langsung menjadi asam.

Dari uji titrasi yang dilakukan pada dua sampel yaitu soda kaustik

dan soda abu, dihasilkan grafik yang sudah sesuai dengan teori. Menurut

Underwood (1980), grafik titrasi basa dengan titran HCl akan

menghasilkan grafik yang terus menurun, dan mempunyai satu titik

ekivalen dimana sampel tepat terjadi perubahan warna. Hal ini sudah

Page 21: ACARA I

sesuai dengan hasil praktikum dimana grafik titrasi pada kedua sampel

yang menurun dan mempunyai titik ekivalen.

Kurva yang sesuai pada titrasi sampel soda abu dan soda kaustik dengan penambahan HCl adalah

(sumber : Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.)

Page 22: ACARA I

E. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara I. Alkalimetri - Asidimetri antara

lain :

1. NaOH distandarisasi dengan asam oksalat 0,1 N dan diperoleh rata

rata normalitas NaOH sebesar 0,053N serta HCl distandarisasi

dengan NaOH 0,053 N dan diperoleh rata rata normalitas HCl

sebesar 0,026 N

2. Kadar asam laktat pada susu UHT rata rata sebesar 0,095% dan

kadar asam laktat pada yogurt rata rata sebesar 0,484%. Kadar basa

pada soda abu rata rata sebesar 8,665% sedangkan pada soda

kaustik rata rata sebesar 10,370%.

3. Titik ekivalen yogurt pada saat ditambahkan NaOH sebanyak 4 ml

dan pH larutan 6. Dan titik ekivalen susu UHT terjadi pada saat

penambahan NaOH sebanyak 1 ml dan pH larutan 8,98. Titik

ekivalen pada soda abu saat ditambahkan HCl sebanyak 5,7 ml

dan pH larutan 6,09. Titik ekivalen soda kaustik pada saat

ditambahkan HCl sebanyak 10 ml dan pH larutan 6,20.

4. Kurva titrasi pada susu UHT dan yogurt terus naik, karena

penambahan NaOH yang bersifat basa. Sehingga dinamakan kurva

titrasi basa. Kurva titrasi pada soda abu dan soda kaustik terus

menurun, karena penambahan HCl yang bersifat asam. Sehingga

dinamakan kurva titrasi asam.

Page 23: ACARA I

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Suminar. 1992. Prinsip dan Aplikasi Kimia Universal Edisi Keempat. Penerbit Gelora Aksara. Jakarta.

Agrawal, Shubham. 2011. Isolation of Herbal Acid Base Indicator from The Seeds of Punica granatum. Department of Pharmatical Chemistry Technocrats Intitute of Technology Pharmacy. India. Vol.3. No.2. Hal.168-171.

Gaman. 1993. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hart, Vincent. 2008. Alkalinity Addition Utilizing Carbondioxide and Lime. Florida Water Resources Journal. Florida. Vol.1. Hal.17-18. April 2008.

Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses Politeknik LPP. Yogyakarta. Vol. 2. No. 2. Hal. 49-50.

Hopkins. 1982. Dasar Dasar Biokimia Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nursaja. 2012. http://nursajadidotcom.wordpress.com/2012/04/11/titrasi-asam-basa-nanu/. Diakses pada tanggal 9 Mei 2013 pukul 23.00 WIB.

Nuryanti, Siti. 2012. Indikator Titrasi Asam Basa dari Ekstraksi Bunga Sepatu. Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Vol.2. Hal.1.

Oxtoby, David. 2001. Prinsip Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Ramadzanti, Alviana. 2006. Aktivitas Protease dan Kandungan Asam Laktat pada Yogurt yang Dimodifikasi. Program Studi Biokimia Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal.2-3.

Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Page 24: ACARA I

LAMPIRAN

Perhitungan kadar asam laktat pada yogurt

Gambar 1.1 Susu Yogurt saat terjadi tepat perubahan warna

Gambar 1.2 Susu Yogurt saat penambahan 20 ml NaOH

Page 25: ACARA I

Gambar 1.3 Susu UHT saat terjadi pada saat titik titrasi

Gambar 1.4 Warna Soda kaustik pada saat terjadi titik titrasi

Page 26: ACARA I

A. Analisis perhitungan1. Perhitungan standarisasi NaOH dan HCl

Rumus :

Standarisasi NaOH : ( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH

1.1 Standarisasi NaOH

a. Kelompok 2

( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH

10 . 0,1 = 18,5 . N NaOH

N NaOH = 0,054

b. Kelompok 13, 22( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH

10 . 0,1 = 18,7 . N NaOH

N NaOH = 0,053

c. Kelompok 24

( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH

10 . 0,1 = 19,37 . N NaOH

N NaOH = 0,052

d. Rata – rata N NaOH

0,054+0,053+0,0523

=0,053

Page 27: ACARA I

1.2 Standarisasi HCl

Rumus :

Standarisasi HCl : ( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl

a. Kelompok 1, 11

( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl

10 . 0,053 = 20 . N HCl

N HCl = 0,027

b. Kelompok 12( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl

10 . 0,053 = 20 . N HCl

N HCl = 0,027

c. Kelompok 13

( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl

10 . 0,053 = 20,35 . N HCl

N HCl = 0,026

d. Rata – rata N HCl

0,027+0,027+0,0263

=0,026

Page 28: ACARA I

2. Perhitungan kadar asam laktatRumus :

% asamlaktat=( N xml ) NaOH x BE asam laktat x

110

gram sampel

Valensi asam laktat = 1 ; BM asam laktat = 90

2.1 Sampel yogurt

a. Kelompok 6, 10

ml bahan = 5 ml

V NaOH = 5,5 ml

N NaOH = 0,053

% asam laktat = (0,053 x5,5 ) x

901

x1

105

=0,525 %

b. Kelompok 17, 21

ml bahan = 5 ml

V NaOH = 5 ml

N NaOH = 0,053

% asam laktat = (0,053 x5 ) x

901

x1

105

=0,477 %

c. Kelompok 28

ml bahan = 5 ml

V NaOH = 4,7 ml

N NaOH = 0,053

% asam laktat = (0,053 x4,7 ) x 90

1x

110

5=0,449 %

Page 29: ACARA I

2.2 Sampel susu UHT

a. Kelompok 4, 8

ml bahan = 5 ml

V NaOH = 1 ml

N NaOH = 0,053

% asam laktat = (0,053 x1 ) x

901

x1

105

=0,095 %

b. Kelompok 15, 19

ml bahan = 5 ml

V NaOH = 1 ml

N NaOH = 0,053

% asam laktat = (0,053 x1 ) x

901

x1

105

=0,095 %

c. Kelompok 26

ml bahan = 5 ml

V NaOH = 1 ml

N NaOH = 0,053

% asam laktat = (0,053 x1 ) x

901

x1

105

=0,095 %

Page 30: ACARA I

3. Perhitungan kadar basa

Rumus :

% kadar basa=( N x ml ) HCl x BE basa x

110

grambahan

3.1 Sampel soda abu

a. Kelompok 3,7

gram bahan = 0,1 gram

V HCl = 6 ml

N HCl = 0,026

Valensi soda abu = 2

BM soda abu = 105,975

% kadar basa = (0,026 x6 ) x 105,975

2x

110

0,1=8,385 %

b. Kelompok 14, 18

gram bahan = 0,1 gram

V HCl = 6,1 ml

N HCl = 0,026

Valensi soda abu = 2

BM soda abu = 105,975

Page 31: ACARA I

% kadar basa = (0,026 x6,1 ) x

105,9752

x1

100,1

=8,525 %

c. Kelompok 25

gram bahan = 0,1 gram

V HCl = 6,5 ml

N HCl = 0,026

Valensi soda abu = 2

BM soda abu = 105,975

% kadar basa = (0,026 x6,5 ) x 105,975

2x

110

0,1=9,084 %

3.2 Sampel soda kaustik

a. Kelompok 5, 9

gram bahan = 0,1 gram

V HCl = 10 ml

N HCl = 0,026

Valensi soda abu = 1

BM soda abu = 39,988

% kadar basa = (0,026 x10 ) x

39,9881

x1

100,1

=10,546 %

b. Kelompok 16, 20

gram bahan = 0,1 gram

V HCl = 9,8 ml

N HCl = 0,026

Valensi soda abu = 1

BM soda abu = 39,988

% kadar basa = (0,026 x9,8 ) x 39,988

1x

110

0,1=10,335 %

Page 32: ACARA I

c. Kelompok 27

gram bahan = 0,1 gram

V HCl = 9,7 ml

N HCl = 0,026

Valensi soda abu = 1

BM soda abu = 39,988

% kadar basa = (0,026 x9,7 ) x 39,988

1x

110

0,1=10,230 %