ACARA I
ALKALIMETRI – ASIDIMETRI
A. Tujuan
Tujuan dari paraktikum Acara I. Alkalimetri-Asidimetri adalah :
1. Melakukan standarisasi NaOH dengan larutan baku primer
(COOH)2.2H2O (asam oksalat) dan standarisasi HCl dengan larutan
NaOH yang telah distandarisasi.
2. Menghitung kadar asam laktat pada susu dan susu asam serta kadar
basa pada berbagai macam soda.
3. Menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta dapat
menentukan letak titik ekivalen bahan uji.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Yoghurt merupakan salah satu jenis produk susu fermentasi tipe
asam yang terkenal. Kadar asam laktat yoghurt tercapai antara 0.3-
0.6%. Laktosa akan dihidrolisis dengan produk akhir asam piruvat.
Selanjutnya asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat oleh enzim
laktat dehidrogenase. Secara sederhana, reaksi perubahan laktosa
menjadi asam laktat adalah sebagai berikut :
C12H22O11 + H2O → 4C3H6O3
Laktosa air asam laktat
Asam yang terbentuk selama fermentasi terutama adalah asam laktat.
Untuk sintesis ini, bakteri asam laktat membutuhkan enzim laktat
dehidrogenase (LDH) (Alviana, 2006).
Metil merah akan berwarna kuning dalam suasana basa dan
berwarna merah dalam suasana asam. Na2CO3 disebut soda abu,
biasanya dipakai sebagai zat penetral yang diperdagangkan. Titrasi
dengan larutan baku asam sampai pada titik akhir metil jingga
menunjukkan kadar seluruh basa yang terutama terdiri dari Na2CO3
(Underwood, 1981).
Soda kaustik (NaOH) mempunyai kadar basa sekitar 1,25%
sedangkan soda abu mempunyai kadar basa sekitar 0,94%. Kadar basa
dapat didefinisikan sebagai suatu besaran pada kapasitas suatu air
untuk menetralkan menjadi larutan yang netral. Karakteristik soda abu
adalah berwarna putih, anhidrat, berbentuk bubuk atau butiran dengan
kandungan lebih dari 99% sodium karbonat. Larutan soda merupakan
larutan basa dikarenakan larutan tersebut yang mengalami karbonisasi
yang berlebihan sehingga sifat basa nya dapat menutupi sifat asamnya
(Vincent, 2008).
Yogurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi.
Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa abadyang
lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami masam pada
suhu panas, mungkin sekitar 40º – 50º C. Yogurt dibuat dengan
fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus sehingga
mengandung asam laktat yang lebih tinggi daripada susu UHT. Susu
UHT diolah dengan suhu yang sangat tinggi sehinnga kandungan asam
laktat nya lebih rendah daripada yogurt (Gaman, 1992).
2. Tinjauan Teori
Titrasi asam-basa memerlukan indikator untuk menunjukkan
perubahan warna pada setiap interval derajad keasaman (pH). Indikator
herbal tersebut dibuat dengan cara mengekstrak bahan dengan
mengunakan pelarut metanol-asam asetat. Kemudian dievaluasi
dengan indikator pembanding fenolftalein dan metil oranye (produksi
E merck) untuk titrasi asam-basa yaitu asam kuat-basa kuat, basa
lemah-asam kuat dan asam lemah-basa kuat. Indikator yang digunakan
ditentukan dengan pH faktor pembanding yang cocok dengan bahan
(Nuryanti, 2012).
Indikator metil merah (4-dimetil amino benzena 2-asam
karboksilat) termasuk salah satu indikator yang sering digunakan
dalam titrasi asam basa. Dengan menyiapkan larutan yang pH nya
sama dengan range metil merah, maka titrasi dapat dilakukan dan saat
terdapat perubahan warna pada larutan yang sudah ditetesi metil
merah. Dalam titrasi asam basa, indikator digunakan untuk
menunjukkan perubahan warna pada rentang pH suatu indikator. Pada
metil merah bila suatu larutan asam akan berwarna merah dan bila basa
akan berwarna kuning (Shubham, 2011).
Titrasi digunakan untuk menentukan jumlah suatu asam di dalam
larutan tertentu. Volume tertentu dari asam ditritasi oleh larutan basa,
biasanya Natrium hidroksida yang mempunyai konsentrasi yang
diketahui dengan tepat. NaOH ditambahkan perlahan lahan sampai
asam tepat dinetralisasi, seperti yang ditunjukkan oleh indikator
tertentu atau pH meter. Dengan mengetahui volume dan konsentrasi
NaOH yang ditambahkan, konsentrasi asam di dalam larutan yang
dititrasi dapat dihitung. Pemetaan pH larutan terhadap jumlah NaOH
yang ditambahkan sampai titik ini disebut kurva titrasi
(Hopkins, 1982).
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila
pH lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun
basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan
mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan
elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan
pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa)
atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari
tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari
konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat
ditentukan dengan indikator asam basa (Ratna, 2008).
Titrasi adalah penambahan dengan cermat volume suatu larutan
yang mengandung zat A yang diketahui kepada larutan kedua yang
mengandung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui yang
mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya
reaksi, yaitu titik akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis,
misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat dideteksi
dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat
yang disebut indikator yang mengubah warna pada titik akhir.
Fenolftalein merupakan salah satu indikator yang mengubah warna
menjadi merah bila larutan berubah dari asam ke basa (Oxtoby, 2001).
Indikator asam basa biasanya dibuat dalam bentuk (dalam air,
etanol, atau pelarut lain). Dalam titrasi asam basa sejumlah kecil
(beberapa tetes) larutan indikator ditambahkan ke dalam larutan yang
sedang dititrasi. Untuk mencari titik ekivalen diperlukan tindakan yang
hati hati pada waktu menambahkan basa kepada asam. Dalam titrasi,
suatu larutan yang harus dinetralkan misalnya asam kedalam tabung.
Larutan lain yaitu basa dimasukkan kedalam buret lalu dimasukkan
kedalam asam tetes demi tetes sampai titik setara dari titrasi tercapai.
Titik pada titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik
akhir dari indikator (Suminar, 1992).
Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan
baku asam untuk menentukan jumlah basa yang ada. Alkalimetri
adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk
menentukan jumlah asam yang ada. NaOH merupakan larutan baku
sekunder sehingga perlu distandarisasi dengan asam oksalat dihidrat
yang merupakan larutan baku primer. Ini dikarenakan NaOH bersifat
higroskopis dan tidak stabil. Syarat senyawa dapat dijadikan standar
primer:kemurnian 100%,bersifat stabil pada suhu kamar dan suhu
pemanasan karena biasanya standar primer dipanaskan dahuu sebelum
ditimbang, tersedia dimana saja, memiliki berat molekul (Mr) yang
tinggi, hal ini untuk menghindari kesalahan relatif pada saat
menimbang (Nursaja,2012).
C. Metodologi
1. Alat
a. Pipet ukur
b. Pipet tetes
c. Beker glass 10ml
d. Buret
e. pH meter
2. Bahan
a. 10 ml (COOH)2.2H2O (asam oksalat) 0,1 N
b. Indikator PP 1%
c. Larutan NaOH
d. 5 ml yogurt
e. 5 ml susu UHT
f. Aquades
g. Larutan HCl
h. Indikator metil merah
i. Larutan Na2CO3 (soda abu)
3. Cara kerja
a. Standarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH)2.2H2O
3 tetes indikator pp 1%
Dipipet kedalam beker glass
Ditambahkan kedalam beker glass
10ml (COOH)2.2H2O (asam oksalat) 0,1 N
NaOH
Disiapkan kedalam buret
(COOH)2.2H2O + 3 tetes indikator pp 1%
Dihitung Normalitas NaOH dengan rumus :
(N.V) asam oksalat = (N.V) NaOH
Dititrasi dengan NaOH dari buret hingga terjadi (tepat)
perubahan warna, hentikan titrasi
b. Penentuan kadar asam laktat pada susu UHT dan pada yoghurt
Dipipet kedalam beker glass
Dicampur dengan 5 ml aquades
5 ml susu UHT / 5 ml yoghurt
3 tetes indikator pp 1%
Ditambahkan dalam larutan
5 ml susu UHT / yoghurt + 3 tetes indikator pp 1%
Dihitung kadar asam laktat
Dititrasi dengan NaOH yang telah terstandarisasi, hingga
terjadi (tepat) perubahan warna, dan hentikan titrasi
Digambar kurva titrasi pada kertas milimeter
Dihitung Ph titrat pada NaOH 0 ml; 2ml; 5ml; 10ml; 15ml;
20ml dan pada saat titrat tepat berubah warna
c. Standarisasi HCl dengan larutan baku primer NaOH
3 tetes indikator metil merah
Dipipet kedalam beker glass
Ditambahkan kedalam beker glass
10ml NaOH yang telah distandarisasi
HCl
Disiapkan kedalam buret
NaOH + 3 tetes indikator metil merah
Dihitung Normalitas HCl dengan rumus :
(N.V) NaOH = (N.V) HCl
Dititrasi dengan HCl dari buret hingga terjadi (tepat)
perubahan warna, hentikan titrasi
d. Penentuan kadar basa pada berbagai macam soda
Diencerkan denga aquades dalam labu takar 50
ml sampai tanda tera
0,1gram Na2CO3 / 0,1gram NaOH
3 tetes indikator metil merah
Ditambahkan dalam larutan
10ml Na2CO3 / 10ml NaOH + 3 tetes metil merah
Dihitung kadar basa pada masing masing sampel
Dititrasi dengan HCl yang telah terstandarisasi, hingga terjadi
(tepat) perubahan warna, dan hentikan titrasi
Digambar kurva titrasi pada kertas milimeter
Dihitung Ph titrat pada HCl 0 ml; 2ml; 5ml; 10ml; 15ml; 20ml
dan pada saat titrat tepat berubah warna
Dipipet 10 ml kedalam beker glass yang lain
D. Pembahasan
Tabel 1.1 Standarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH)2.2H2O
Kel
N (COOH)2.2H2O
(N)
V (COOH)2.2H2O
(ml)
N NaOH (N)
V NaOH (ml)
Perubahan warna
2 0,1 N 10 ml 0,054 18,5 mlBening →
merah muda13, 22
0,1 N 10 ml 0,053 18,7 mlBening →
merah muda
24 0,1 N 10 ml 0,052 19,37 mlBening →
merah mudaRata - rata 0,053
Sumber : Laporan sementara
NaOH bukan merupakan larutan baku primer, karena bersifat
higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara sehingga NaOH harus
distandarisasi terlebih dahulu sehingga normalitas yang didapat lebih
akurat. NaOH distandarisasi menggunakan larutan baku primer seperti
asam oksalat. 10 ml larutan asam oksalat dimasukkan kedalam beker glass
dan ditambahkan 3 tetes indikator pp 1%. Karena larutan NaOH termasuk
basa kuat sedangkan larutan asam oksalat termasuk asam lemah, Maka, pH
saat terjadi titik ekivalen bersifat basa. Oleh karena itu digunakan indikator
fenolftalein, dengan trayek PH antara 8,3-10.
Titik ekivalen adalah titik dimana suatu larutan yang dititrasi tepat
berubah warna. Terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah
muda. Pada kelompok 2 perubahan warna terjadi pada saat volume NaOH
18,5ml sehingga normalitasnya 0,054 N, pada kelompok 13 dan 22 terjadi
perubahan warna pada saat volume NaOH 18,7ml sehingga normalitas nya
0,053 N, pada kelompok 24 terjadi perubahan warna pada saat volume
NaOH 19,37ml, sehingga normalitas nya 0,052 N. Sehingga bila di rata-
rata, didapat normalitas NaOH sebesar 0,053 N. Reaksi yang terjadi saat
standarisasi adalah
H2C2O4.2H2O(S) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 (aq) + 4H2O(l)
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya normalitas NaOH
adalah volume asam oksalat, normalitas asam oksalat dan volume NaOH
saat tepat terjadi perubahan warna.
Tabel 1.2 Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu dan Susu Asam
Bahan Uji
Kelml
Bahan
V NaOH (ml)
N NaOH
(N)
Perubahan warna
Kadar asam laktat (%)
Yogurt
6, 10 5 ml 5,5 ml 0,053Putih →
merah muda0,525 %
17, 21 5 ml 5 ml 0,053Putih →
merah muda0,477 %
28 5 ml 4,7 ml 0,053Putih →
merah muda0,449 %
Susu UHT
4, 8 5 ml 1 ml 0,053Putih →
merah muda0,095 %
15, 19 5 ml 1 ml 0,053Putih →
merah muda0,095 %
26 5 ml 1 ml 0,053Putih →
merah muda0,095 %
Sumber : Laporan sementara
Alkalimetri adalah penentuan kadar asam dari suatu bahan dengan
menggunakan larutan baku standar basa, serta indikator pH yang sesuai.
Dalam praktikum kali ini alkalimetri yang dilakukan adalah penentuan
kadar asam laktat pada yogurt dan susu UHT, indikator yang dipakai
adalah fenolftalein karena range pH yang sesuai dengan sifat basa titran
yaitu NaOH yang sudah terstandarisasi. Yogurt dan susu UHT dalam
alkalimetri ini bertindak sebagai titrat sedangkan NaOH sebagai titran nya.
Pada penentuan kadar asam laktat pada bahan uji 5 ml yogurt, data
kelompok 6 dan 10 terjadi tepat perubahan warna dari putih menjadi
merah muda saat volume NaOH 5,5 ml, sehingga dengan menggunakan
rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui kadar nya sebesar
0,525%. Pada kelompok 17 dan 21 terjadi tepat perubahan warna dari
putih menjadi merah muda saat volume NaOH 5 ml, sehingga dengan
menggunakan rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui kadar
nya sebesar 0,477%. Sedangkan pada kelompok 28 terjadi tepat perubahan
warna dari putih menjadi merah muda saat volume NaOH 4,7 ml, sehingga
dengan menggunakan rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui
kadar nya sebesar 0,449%.
Pada penentuan kadar asam laktat pada bahan uji 5ml susu UHT,
data pada kelompok 4 dan 8; kelompok 15 dan 19; kelompok 26
menunjukka hasil yang sama yaitu terjadi tepat perubahan warna dari putih
menjadi merah muda pada saat volume NaOH sebesar 1 ml sehingga
dengan menggunakan rumus penentuan kadar asam laktat dapat diketahui
kadar asam laktat pada susu UHT sebesar 0,095%. Pada hasil praktikum
kadar asam laktat pada yogurt lebih besar daripada kadar asam laktat pada
susu UHT, hal ini dikarenakan yogurt yang lebih bersifat asam yaitu
produk hasil fermentasi susu sehingga kadar asam laktat jelas lebih besar
daripada susu UHT yang merupakan produk hasil pasteurisasi dengan
suhu tinggi sehingga kadar asam laktat nya rendah. Reaksi yang terjadi
dari penentuan kadar asam laktat adalah
C3H6O3 + NaOH → NaC3H5O3 + H2O
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya kadar asam laktat
pada yogurt dan susu UHT adalah volume NaOH, berat bahan yang
ditimbang, BE (berat ekuivalen) asam laktat dan normalitas NaOH.
Tabel 1.3 Standarisasi HCl dengan larutan baku primer NaOH
KelN NaOH
(N)V NaOH
(ml)N HCl
(N)V HC (ml)
Perubahan warna
1, 11 0,053 N 10 ml 0,027 20 mlKuning →
merah
12 0,053 N 10 ml 0,027 20 mlKuning →
merah
13 0,053 N 10 ml 0,026 20,35 mlKuning →
merahRata - rata 0,026
Sumber : Laporan sementara
HCl merupakan larutan baku sekunder, karena bersifat higroskopis
dan mudah menyerap CO2 dari udara sehingga HCl harus distandarisasi
terlebih dahulu sehingga normalitas yang didapat lebih akurat. HCl
distandarisasi menggunakan larutan baku primer NaOH 0,053 N yang
sudah distandarisasi terlebih dahulu. 10 ml larutan NaOH dimasukkan
kedalam beker glass dan ditambahkan 3 tetes indikator metil merah 1%.
Pada standarisasi larutan HCl dengan larutan NaOH, karena larutan HCl
termasuk asam kuat, sedangkan larutan NaOH merupakan basa kuat.
Maka, pH saat titik ekivalen terjadi bersifat netral. Oleh karena itu,
indikator yang dipakai adalah indikator metil merah (MM), dengan trayek
pH antara 4,8 – 6 yang mendekati pH larutan netral. Saat titrasi larutan
HCl dengan larutan NaOH, warna larutan berubah dari kuning menjadi
merah.
Titik ekivalen adalah titik dimana suatu larutan yang dititrasi tepat
berubah warna. Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah. Pada
kelompok 1 dan 11 perubahan warna terjadi pada saat volume HCl 20ml
sehingga normalitasnya 0,027 N, pada kelompok 12 terjadi perubahan
warna pada saat volume HCl 20 ml sehingga normalitas nya 0,027 N, pada
kelompok 23 terjadi perubahan warna pada saat volume HCl sebesar 20,35
ml, sehingga normalitas nya 0,026 N. Sehingga didapat rata rata
normalitas HCl sebesar 0,026 N. Reaksi yang terjadi saat standarisasi
adalah HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(aq)
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya normalitas HCl
adalah volume NaOH, normalitas NaOH yang sudah distandarisasi dan
volume HCl saat tepat terjadi perubahan warna.
Tabel 1.4 Penentuan Kadar Basa Pada Soda Abu dan Soda Kaustik
Bahan Uji
Kelgr
Bahan
V NaOH (ml)
N NaOH
(N)
Perubahan warna
Kadar asam laktat (%)
Soda abu
3, 7 0,1 gr 6 ml 0,026Kuning →
kuning kemerahan
8,385 %
14, 18 0,1 gr 6,1 ml 0,026Kuning →
kuning kemerahan
8,525 %
25 0,1 gr 6,5 ml 0,026Kuning →
kuning kemerahan
9,084 %
Soda kaustik
5, 9 0,1 gr 10 ml 0,026Kuning →
Kuning merah pekat
10,546 %
16, 20 0,1 gr 9,8 ml 0,026Kuning →
Kuning merah pekat
10,335 %
27 0,1 gr 9,7 ml 0,026Kuning →
Kuning merah pekat
10,230 %
Sumber : Laporan sementara
Asidimetri adalah penentuan kadar basa dari suatu sampel dengan
menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan
baku standar yang digunakan dalam penentua kadar basa pada praktikum
kali ini adalah HCl 0,026 N yang sudah distandarisasi yang juga bertindak
sebagai titran. Sedangkan titratnya adalah sampel soda abu (Na2CO3) dan
soda kaustik (NaOH). Indikator yang digunakan adalah metil merah yang
mempunyai trayek pH 4,8 – 6. Menggunakan indikator metil merah karena
hasil reaksi yang menunjukkan sifat asam lemah menuju larutan netral
sehingga indikator yang sesuai adalah metil merah.
Pada praktikum kali ini sampel yang akan ditentukan kadar basa
nya adalah 0,1 gram soda abu dan 0,1 gram soda kaustik. Pada data
kelompok 3 dan 7 pada titrasi sampel soda abu terjadi tepat berubah warna
dari kuning menjadi semburat merah pada saat volume HCl sebesar 6 ml.
Sehingga kadar basa nya sebesar 8,385%. Pada data kelompok 14 dan 18
pada titrasi sampel soda abu terjadi tepat berubah warna dari kuning
menjadi semburat merah pada saat volume HCl sebesar 6,1 ml. Sehingga
kadar basa nya sebesar 8,525%. Pada data kelompok 25 pada titrasi
sampel soda abu terjadi tepat berubah warna dari kuning menjadi semburat
merah pada saat volume HCl sebesar 6,5 ml. Sehingga kadar basa nya
sebesar 9,084%.
Pada data kelompok 5 dan 9 pada titrasi dengan sampel soda
kaustik terjadi tepat berubah warna dari kuning menjadi merah saat
volume HCl sebesar 10 ml sehingga kadar basanya dapat dihitung yaitu
sebesar 10,546%. Pada data kelompok 16 dan 20 pada titrasi dengan
sampel soda kaustik terjadi tepat berubah warna dari kuning menjadi
merah saat volume HCl sebesar 9,8 ml sehingga kadar basanya dapat
dihitung yaitu sebesar 10,335%. Pada data kelompok 27 pada titrasi
dengan sampel soda kaustik terjadi tepat berubah warna dari kuning
menjadi merah saat volume HCl sebesar 9,7 ml sehingga kadar basanya
dapat dihitung yaitu sebesar 10,230%.
Dari hasil praktikum yang diperoleh dapat diketahui bahwa kadar
basa dari soda kaustik lebih besar daripada soda abu. Hal ini dikarenakan
soda kaustik (NaOH) yang bersifat basa kuat sedangkan soda abu
(Na2CO3) bersifat basa lemah. Sehingga kadar basa nya lebih besar milik
NaOH. Reaksi yang terdapat pada penentuan kadar basa ini adalah
Pada sampel soda kaustik : HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(aq)
Pada sampel soda abu : Na2CO3 + 2HCl → 2NaCl + H2O + CO2
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya kadar basa pada soda
kaustik dan soda abu adalah volume HCl, normalitas HCl, BE (berat
ekuivalen) pada sampel soda abu maupun pada soda kaustik, serta berat
sampel yang ditimbang.
Tabel 1.5 Kurva Titrasi Bahan Uji Berupa Yogurt Dengan NaOH
ml titran ( x ) pH ( y )
0 3,95
0,2 4,12
0,5 4,23
2 4,92
x = 4 6
5 9,49
10 11,2
Tabel 1.6 Kurva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH
ml titran ( x ) pH ( y )
0 7,14
0,2 7,34
0,5 7,82
x = 1 8,98
2 10,05
5 11,24
10 11,63
0 2 4 6 8 10 120
2
4
6
8
10
12
14
YoghurtSusu UHT
Titik ekivalen (x) saat titran 4mlpH = 6
Titik ekivalen (x) saat titran 1 ml, pH = 8,98
Gambar 1.1 Kurva Titrasi Bahan Uji Yogurt Dan Susu UHT Dengan NaOH
Pada tabel 1.5 dapat dilihat bahwa titik ekivalen titrasi sampel
yogurt tersebut adalah pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 4
ml dan pH larutan sebesar 6. Titik ekivalen adalah pada saat tepat terjadi
perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit titran maka pH
akan berubah sangat drastis. Dapat diketahui pada tabel 1.5 setelah
mencapai titik ekivalen, pH larutan menjadi 9,49 yang berarti langsung
menjadi basa hanya dengan penambahan sedikit titran.
Pada tabel 1.6 dapat dilihat juga bahwa titik ekivalen titrasi sampel
susu UHT tersebut adalah pada saat penambahan volume NaOH sebanyak
1 ml dan pH larutan sebesar 8,98. Titik ekivalen adalah pada saat tepat
terjadi perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit titran maka
pH akan berubah sangat drastis. Pada kurva titrasi bahan uji susu UHT dan
yogurt dihasilkan bentuk kurva yang terus naik yang diakibatkan
penambahan NaOH yag bersifat basa sehingga semakin ditambah NaOH
maka pH sampel terus naik. Kurva pada sampel susu UHT berada diatas
yang berarti lebih bersifat basa daripada kurva pada sampel yogurt. Ini
diakibatkan sifat sampel yogurt yang asam sehingga jika ditambah dengan
NaOH, larutan yogurt masih mempertahankan sifat asamnya, hal ini
berbeda dengan sampel susu UHT yang tidak bersifat asam, sehingga bila
ditambahkan NaOH sifat susu UHT langsung menjadi basa.
Dari uji titrasi yang dilakukan pada dua sampel yaitu susu yogurt
dan susu UHT, dihasilkan grafik yang sudah sesuai dengan teori. Menurut
Underwood (1980), grafik titrasi basa dengan titran NaOH yang merupaka
larutan basa kuat, akan menghasilkan grafik yang terus naik, dan
mempunyai satu titik ekivalen dimana sampel tepat terjadi perubahan
warna. Hal ini sudah sesuai dengan hasil praktikum dimana grafik titrasi
pada kedua sampel yang naik dan mempunyai titik ekivalen.
Kurva yang sesuai pada praktikum titrasi sampel susu UHT dan
yogurt pada penambahan NaOH adalah
(sumber : Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.)
Tabel 1.7 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu dengan HCl
ml titran ( x ) pH ( y )
0 10,83
2 9,76
5 6,77
x = 5,7 6,09
10 1,80
15 1,50
Tabel 1.8 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Kaustik dengan HCl
ml titran ( x ) pH ( y )
0 11,8
2 11,73
5 11,50
x = 10 6,20
15 1,79
0 2 4 6 8 10 12 14 160
2
4
6
8
10
12
14
soda abukaustik soda
Titik ekivalensaat titran 10 mlpH = 6,20
Titik ekivalensaat titran 5,7 mlpH = 6,09
Gambar 1.2 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu Dan Soda Kaustik Dengan HClPada tabel 1.7 dapat dilihat bahwa titik ekivalen titrasi sampel soda
abu tersebut adalah pada saat penambahan volume HCl sebanyak 5,7 ml
dan pH larutan sebesar 6,09. Titik ekivalen adalah pada saat tepat terjadi
perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit titran maka pH
akan berubah sangat drastis. Dapat diketahui pada tabel 1.7 setelah
mencapai titik ekivalen, pH larutan menjadi 1,80 yang berarti langsung
menjadi asam hanya dengan penambahan sedikit titran.
Pada tabel 1.8 dapat dilihat juga bahwa titik ekivalen titrasi pada
sampel soda kaustik tersebut adalah pada saat penambahan volume HCl
sebanyak 10 ml dan pH larutan sebesar 6,20. Titik ekivalen adalah pada
saat tepat terjadi perubahan warna pada larutan dan bila ditambah sedikit
titran maka pH akan berubah sangat drastis. Dapat diketahui pada tabel 1.7
setelah mencapai titik ekivalen, pH larutan menjadi 1,79 yang berarti
langsung menjadi asam hanya dengan penambahan sedikit titran.
Pada kurva titrasi bahan uji sada abu dan soda kaustik dihasilkan
bentuk kurva yang terus turun yang diakibatkan penambahan HCl yang
bersifat asam kuat sehingga semakin ditambah HCl maka pH sampel terus
turun. Kurva pada sampel soda kaustik berada diatas yang berarti lebih
bersifat basa daripada kurva pada sampel yogurt. Ini diakibatkan sifat
sampel soda kaustik yang basa kuat sehingga jika ditambah dengan HCl,
larutan soda kaustik masih mempertahankan sifat basa nya, hal ini berbeda
dengan sampel soda abu yang tidak bersifat basa kuat, sehingga bila
ditambahkan HCl sifat soda abu langsung menjadi asam.
Dari uji titrasi yang dilakukan pada dua sampel yaitu soda kaustik
dan soda abu, dihasilkan grafik yang sudah sesuai dengan teori. Menurut
Underwood (1980), grafik titrasi basa dengan titran HCl akan
menghasilkan grafik yang terus menurun, dan mempunyai satu titik
ekivalen dimana sampel tepat terjadi perubahan warna. Hal ini sudah
sesuai dengan hasil praktikum dimana grafik titrasi pada kedua sampel
yang menurun dan mempunyai titik ekivalen.
Kurva yang sesuai pada titrasi sampel soda abu dan soda kaustik dengan penambahan HCl adalah
(sumber : Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.)
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara I. Alkalimetri - Asidimetri antara
lain :
1. NaOH distandarisasi dengan asam oksalat 0,1 N dan diperoleh rata
rata normalitas NaOH sebesar 0,053N serta HCl distandarisasi
dengan NaOH 0,053 N dan diperoleh rata rata normalitas HCl
sebesar 0,026 N
2. Kadar asam laktat pada susu UHT rata rata sebesar 0,095% dan
kadar asam laktat pada yogurt rata rata sebesar 0,484%. Kadar basa
pada soda abu rata rata sebesar 8,665% sedangkan pada soda
kaustik rata rata sebesar 10,370%.
3. Titik ekivalen yogurt pada saat ditambahkan NaOH sebanyak 4 ml
dan pH larutan 6. Dan titik ekivalen susu UHT terjadi pada saat
penambahan NaOH sebanyak 1 ml dan pH larutan 8,98. Titik
ekivalen pada soda abu saat ditambahkan HCl sebanyak 5,7 ml
dan pH larutan 6,09. Titik ekivalen soda kaustik pada saat
ditambahkan HCl sebanyak 10 ml dan pH larutan 6,20.
4. Kurva titrasi pada susu UHT dan yogurt terus naik, karena
penambahan NaOH yang bersifat basa. Sehingga dinamakan kurva
titrasi basa. Kurva titrasi pada soda abu dan soda kaustik terus
menurun, karena penambahan HCl yang bersifat asam. Sehingga
dinamakan kurva titrasi asam.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 1992. Prinsip dan Aplikasi Kimia Universal Edisi Keempat. Penerbit Gelora Aksara. Jakarta.
Agrawal, Shubham. 2011. Isolation of Herbal Acid Base Indicator from The Seeds of Punica granatum. Department of Pharmatical Chemistry Technocrats Intitute of Technology Pharmacy. India. Vol.3. No.2. Hal.168-171.
Gaman. 1993. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hart, Vincent. 2008. Alkalinity Addition Utilizing Carbondioxide and Lime. Florida Water Resources Journal. Florida. Vol.1. Hal.17-18. April 2008.
Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses Politeknik LPP. Yogyakarta. Vol. 2. No. 2. Hal. 49-50.
Hopkins. 1982. Dasar Dasar Biokimia Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Nursaja. 2012. http://nursajadidotcom.wordpress.com/2012/04/11/titrasi-asam-basa-nanu/. Diakses pada tanggal 9 Mei 2013 pukul 23.00 WIB.
Nuryanti, Siti. 2012. Indikator Titrasi Asam Basa dari Ekstraksi Bunga Sepatu. Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Vol.2. Hal.1.
Oxtoby, David. 2001. Prinsip Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Ramadzanti, Alviana. 2006. Aktivitas Protease dan Kandungan Asam Laktat pada Yogurt yang Dimodifikasi. Program Studi Biokimia Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal.2-3.
Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan kadar asam laktat pada yogurt
Gambar 1.1 Susu Yogurt saat terjadi tepat perubahan warna
Gambar 1.2 Susu Yogurt saat penambahan 20 ml NaOH
Gambar 1.3 Susu UHT saat terjadi pada saat titik titrasi
Gambar 1.4 Warna Soda kaustik pada saat terjadi titik titrasi
A. Analisis perhitungan1. Perhitungan standarisasi NaOH dan HCl
Rumus :
Standarisasi NaOH : ( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH
1.1 Standarisasi NaOH
a. Kelompok 2
( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH
10 . 0,1 = 18,5 . N NaOH
N NaOH = 0,054
b. Kelompok 13, 22( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH
10 . 0,1 = 18,7 . N NaOH
N NaOH = 0,053
c. Kelompok 24
( V.N ) (COOH)2.2H2O = ( V.N ) NaOH
10 . 0,1 = 19,37 . N NaOH
N NaOH = 0,052
d. Rata – rata N NaOH
0,054+0,053+0,0523
=0,053
1.2 Standarisasi HCl
Rumus :
Standarisasi HCl : ( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl
a. Kelompok 1, 11
( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl
10 . 0,053 = 20 . N HCl
N HCl = 0,027
b. Kelompok 12( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl
10 . 0,053 = 20 . N HCl
N HCl = 0,027
c. Kelompok 13
( V.N ) NaOH = ( V.N ) HCl
10 . 0,053 = 20,35 . N HCl
N HCl = 0,026
d. Rata – rata N HCl
0,027+0,027+0,0263
=0,026
2. Perhitungan kadar asam laktatRumus :
% asamlaktat=( N xml ) NaOH x BE asam laktat x
110
gram sampel
Valensi asam laktat = 1 ; BM asam laktat = 90
2.1 Sampel yogurt
a. Kelompok 6, 10
ml bahan = 5 ml
V NaOH = 5,5 ml
N NaOH = 0,053
% asam laktat = (0,053 x5,5 ) x
901
x1
105
=0,525 %
b. Kelompok 17, 21
ml bahan = 5 ml
V NaOH = 5 ml
N NaOH = 0,053
% asam laktat = (0,053 x5 ) x
901
x1
105
=0,477 %
c. Kelompok 28
ml bahan = 5 ml
V NaOH = 4,7 ml
N NaOH = 0,053
% asam laktat = (0,053 x4,7 ) x 90
1x
110
5=0,449 %
2.2 Sampel susu UHT
a. Kelompok 4, 8
ml bahan = 5 ml
V NaOH = 1 ml
N NaOH = 0,053
% asam laktat = (0,053 x1 ) x
901
x1
105
=0,095 %
b. Kelompok 15, 19
ml bahan = 5 ml
V NaOH = 1 ml
N NaOH = 0,053
% asam laktat = (0,053 x1 ) x
901
x1
105
=0,095 %
c. Kelompok 26
ml bahan = 5 ml
V NaOH = 1 ml
N NaOH = 0,053
% asam laktat = (0,053 x1 ) x
901
x1
105
=0,095 %
3. Perhitungan kadar basa
Rumus :
% kadar basa=( N x ml ) HCl x BE basa x
110
grambahan
3.1 Sampel soda abu
a. Kelompok 3,7
gram bahan = 0,1 gram
V HCl = 6 ml
N HCl = 0,026
Valensi soda abu = 2
BM soda abu = 105,975
% kadar basa = (0,026 x6 ) x 105,975
2x
110
0,1=8,385 %
b. Kelompok 14, 18
gram bahan = 0,1 gram
V HCl = 6,1 ml
N HCl = 0,026
Valensi soda abu = 2
BM soda abu = 105,975
% kadar basa = (0,026 x6,1 ) x
105,9752
x1
100,1
=8,525 %
c. Kelompok 25
gram bahan = 0,1 gram
V HCl = 6,5 ml
N HCl = 0,026
Valensi soda abu = 2
BM soda abu = 105,975
% kadar basa = (0,026 x6,5 ) x 105,975
2x
110
0,1=9,084 %
3.2 Sampel soda kaustik
a. Kelompok 5, 9
gram bahan = 0,1 gram
V HCl = 10 ml
N HCl = 0,026
Valensi soda abu = 1
BM soda abu = 39,988
% kadar basa = (0,026 x10 ) x
39,9881
x1
100,1
=10,546 %
b. Kelompok 16, 20
gram bahan = 0,1 gram
V HCl = 9,8 ml
N HCl = 0,026
Valensi soda abu = 1
BM soda abu = 39,988
% kadar basa = (0,026 x9,8 ) x 39,988
1x
110
0,1=10,335 %
c. Kelompok 27
gram bahan = 0,1 gram
V HCl = 9,7 ml
N HCl = 0,026
Valensi soda abu = 1
BM soda abu = 39,988
% kadar basa = (0,026 x9,7 ) x 39,988
1x
110
0,1=10,230 %