BERITA ACARA SERAH TERIMA GEDUNG PKM BANJAR AGUNG (HARTONO).docx
Acara 4.docx
-
Upload
mega-santoso -
Category
Documents
-
view
62 -
download
0
Transcript of Acara 4.docx
ACARA IV
UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST)
A. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara satu atau lebih sampel
dengan sampel baku dan untuk memperkirakan besarnya perbedaan yang ada.
B. TINJAUAN TEORI
1. Tinjauan Bahan
Mie/bihun adalah salah satu bentuk olahan pangan sumber karbohidrat
yang dapat digunakan sebagai alternaive makanan pokok. Mie/bihun
merupakan produk yang dibuat dari adonan terigu dengan bentuk spiral yang
khas dengan adonan terigu dengan bentuk spiral yang khas dengan diameter
tertentu. Data penelitian yang terkumpul adalah data primer yang terdiri dari
mutu organoleptik yang meliputi warna, aroma, kekenyalan, rasa, kesukaan
dari mie/bihun. Data dikumpulkan dengan metode observasi melalui uji
organoleptik dengan instrumen lembar observasi dalam bentuk check list dari
sebanyak 15 panelis. Analisis data yang sesuai untuk hasil penilaian mutu
organoleptik mie/bihun adalah ANOVA klasifikasi ganda dengan bantuan
progam statistik SPSS (Pangesti, 2009).
Bahan utama bihun adalah beras keras yang masih mentah yang
mengandung banyak amilosa. Kandungan amilosa tepung beras berpengaruh
terhadap mutu bihun yang dihasilkan. Kandungan amilosa yang tinggi sangat
diperlukan untuk tekstur bihun yang berbentuk seperti pilinan, dengan berat
jenis yang lebih kecil dan lebih putih. Beras yang bagus sebagai komposisi
bihun adalah beras yang keras atau telah lama disimpan sehingga didapat nasi
yang jika dimasak tidak lengket satu sama lain.
. Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bihun berbahan
dasar tapioka, bihun berbahan dasar tepung beras, bihun berbahan dasar
tepung jagung. Komposisi Bihun tepung tapioka antara lain gandum, air,
garam dapur, minyak goreng dan seasoning. Air dalam pembuatan tepung
tapioka berfungsi untuk membentuk konsistensi adonan yang dikehendaki,
umumnya penambahan air yang ditambahkan 30-35% (bhusuk dan Rhasper,
1994). Garam dapur berperan sebagai pemberi rasa, memperkuat tekstur mie
dan membantu reaksi antara glutenin dan karbohidrat, minyak goreng
berfungsi memperbaiki tekstur dan cita rasa dari bahan pangan, seasoning
yang berfungsi sebagai penyedap pada bihun. Komposisi tepung berbahan
dasar beras adalah beras pera yanng telah dihaluskan. Komposisi bihun
jagung yaitu tepung jagung yang sudah termodofikasi berbahan dasar tepung
dan air. Dari ketiga sampel tersebut antara bihun tepung beras, bihun tepung
tapioka dan bihun tepung jagung memiliki perbedaan pada komposisinya,
pada bihun tepung jagung tidak menggunakan garam atau minyak goreng
seperti pada bihun tepung tapioka, dan bihun tepung beras hanya terbuat dari
beras pera yang telah dihaluskan.
2. Tinjauan Teori
Tipe pengujian uji perbandingan jamak dirancang untuk masalah khusus,
yakni standar yang disajikan tidak dapat hanya satu sampel, tetapi lebih dari
satu, umumnya 3 sampai 5. Contoh standar mempunyai sifat-sifat yang sama,
tetapi berbeda intensitasnya. Perbedaan intensitas tersebut relatif kecil.
Pengujiannya ini digunakan untuk menilai apakah suatu sampel dapat
dikategorikan satu kelompok sifat dengan standar-standar yang digunakan
( Kartika, 1999).
Pengujian organoleptik menggunakan metode free choice proffiling.
Metode ini biasanya digunkan untuk produk yang belum ada kriteria
sesnsorinya, sehingga tujuannya mengumpulkan data dari deskripsi panelis
terlatih. Pemilihian metode FP meliputi analisis penampakan, warna, sensori
aroma dan rasa. Hal ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi dari panelsi
terhadap kesan penampakan, warna, aroma dan rasa
(Koesoemawardani, 2007).
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang dimiliki bihun berbahan dasar pati
sagu dapat dimanfaatkan untuk bahan non-pangan. Produk-produk olahan
yang berasal dari bahan dasar sagu sebenarnya sudah banyak diantaranra
bihun dan mie. Produk pangan instan merupakan bahan makanan kering yang
praktis dalam penyajian. Maka produk pangan instan saat ini perlu dilakukan
usaha pengolahan sohun instan dan pati sagu untuk dianalisis melalui uji
organoleptik yang meliputi warna, tekstur, aroma, rasa dan overall.
Penellitian menggunakan rancangan acak lengkap untuk analisis sifat
fisikokimia. Untuk uji organoleptik sohun instan dari pati sagu menggunakan
rancangan acak kelompok. Analisis data statistik menggunakan software
produck and servive solution (SPSS) dengan metoda one way anova
(Rahim, 2009).
Analisis sensori adalah suatu proses identifikasi, pengukuran ilmiah,
analisis, dan interpretasi atribut-atribut produk melalui 5 pancaindra. Analisis
sensori melibatkan suatu pengukuran, yang dapat bersifat kuantitatif ataupun
kualitatif. Uji pembedaan umumnya berhubungan dengan pengendalian
pengembangan produk, meliputi pengembangan suatu produk, penentuan
umur simpan, dan identifikasi adanya kemungkinana kerusakan pada produk.
Pengujian ini sangat bergantung pada kemampuan panelis dalam medeteksi
dan mengetahui adanya perbedaan (Setyanningsih, 2010).
Prosedur yang digunakan untuk menghasilkan enalisis variasi satu arah
untuk variable dependent dengan tipe data kualitatif dengan sebuah variable
independent sebagai variable factor sering disebut one way anova. Analisis
varians digunakan untuk uji hipotesis beberapa rata-rata yang sama. Teknik
ini merupakan perluasan dari T-Test Dua Sampel. Ada dua tipe test dalam
membandingkan rata-rata antara lain A Priority Contrast yaitu test yang
dilakukan sebelum eksperimen dilakukan dan Post Hoc Test yaitu test yang
dilakukan setelah eksperimen dilakukan (Komputer, 2009).
Perbandingan jamak digunakan hanya ketika perbedaan yang signifikan
antara kelompok keseluruhan yang telah diperoleh dengan menggunakan nilai
F dari analisis variasi. Beberapa teknik membutuhkan ukuran sampel yang
sama yang tampak ada beberapa perbedaan dalam literatur tentang teknik-
teknik yang paling tepat. Pertimbangan yang paling tepat adalah posteriori
atau post hoc pairwise test (Black, 2010).
Uji perbandingan jamak digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan diantara satu atau lebih contoh dengan contoh baku (kontrol) dan
untuk memperkirakan besarnya perbedaan yang ada, pada umumnya, satu
contoh dijadikan sebagao kontrol atau baku dan contoh yang lain dievaluasi
seberapa berbeda masing-masing contoh dengan kontrol
(Setyaningsih, 2010).
Hipotesis adalah pernyataan sementara tentang hubungan antara benda-
benda. Hubungan hipotesis ini diajukan dalam bentuk dugaan kerja atau teori
yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut.
Hipotesis hanya merupakan dugaan yang beralasan, teruji kebenarannya,
yang kemudian diterapkan pada data yang baru. Dalam kedua hal diatas,
hipotesis berfungsi untuk mengikat data sedemikian rupa, sehingga hubungan
yang diduga dapat kita gambarkan, dan penjelasan yang mungkin dapat kita
ajukan (Suriasumantri, 2001).
Metode inferensi beberapa statistik dipisahkan menjadi dua jenis utama,
multiple confidence, interval metode dan metode uji multiple. Untuk prosedur
pengujian multiple telah disarankan beberapa jenis properti, tes dianjurkan
harus mempunyai beberapa tipe dalam rangka untuk memberikan
perlindungan yang memuaskan terhadap keputusan yang salah. Beberapa dari
mereka didasarkan pada keputusan teoritis konsepsi, sementara yang lain
didasarkan pada probabilitas membuat keputusan yang salah. Dalam jurnal ini
kita mempelajari prosedur tes multiple dan kita menggunakan jenis yang
paling umum terhadap kesalahan jenis pertama dengan meminta tes untuk
melihat kemungkinan kecil untuk menolak setiap hipotesis yang benar
(Holm, 1979).
Evaluasi sensori dilakukan dengan sampel tetentu sebagai control dan
beberapa sampel lain sebagai contoh untuk diuji dengan metode multiple
comparison test menggunakan beberapa panelis. Perbedaan signifikandiantara
Mulai menguji sampel sesuai instruksi yang ada dalam borang penilaian. Menulis hasil penilaian pada borang yang telah disediakan.
Dibaca intruksi yang ada dalam borang penilaian dengan teliti kemudian periksa kelengkapan sampel yang ada di hadapan. Jika belum lengkap, mintalah tim penyaji untuk melengkapi
Setelah selesai periksa kembali apakah hasil pengujian sudah ditulis seluruhnya. Bila sudah lengkap, serahkan borang penilaian yang sudah diisi kepada tim penyaji.
Ditulis dalam borang benilaian nama, tanggal pengujian dan produk yang diuji
keseluruhan control dansampel terpercaya dievaluasi dengan multiples
comparison tables (Salehifar, 2007).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Piring saji
b. Nampan
c. Borang
d. Tissue
2. Bahan
a. Bihun
b. Air Putih
3. Cara Kerja
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Uji Perbandingan Jamak pada Sampel Bihun
Sampel Parameter
Warna Aroma Rasa Tekstur KenampakanBihun Jagung 5,00b 5,32a 5,16a 4,77b 4,94b
Bihun Beras 6,77c 5,71a 5,29a 5,97c 6,55c
Bihun tapioka 2,55a 5,68a 4,48a 3,48a 3,71a
Sumber : Laporan Sementara
Multiple comparison test adalah uji perbandingan jamak yang pada
dasarnya merupakan uji skalar dengan menggunakan satu sampel baku sebagai
pembanding dan dua atau lebih sampel uji utuk dievaluasi seberapa berada
dengan sampel baku.
Dari tabel Analisis Post Hoc Test Homogeneous Subset yang diperoleh
berdasar analisis SPSS, dapat dilihat untuk atribut warna bahwa sampel bihun
tapioca, bihun beras dan bihun jagung berada pada beda subset dengan nilai
5,00b pada bihun jagung, 6,77c dan bihun jagung dengan nilai 2,55a yang
menyatakan sangat beda nyata. Hal ini bertolak belakang pada parameter
aroma yang menunjukkan tidak ada beda antara bihun jagung, bihun beras dan
bihun tapioca. Pada bihun jagung nilai subsetnya adalah 5,32a, bihun beras
nilainya 5,71a, dan bihun tapioca 5,68a. Ketiga sampel terletak pada satu subset,
oleh sebab itulah pada parameter aroma sampel tidak menunjukkan adanya
perbedaan.
Untuk penilaian atribut rasa bahwa sampel bihun beras, bihun tapioka
dan bihun jagung berada pada satu subset. Dari segi rasa, tidak ada perbedaan
yang nyata antar sampel yaitu dengan nilai 5,16a untuk bihun jagung, 5,29a
untuk bihun beras dan 4,48a untuk bihun tapioca. Sedangkan untuk atribut
tekstur memiliki tekstur yang berbeda nyata. Ketiga sampel barada pada beda
subset. Bihun tapioca bernilai 3,71a, bihun jagung bernilai 4,94b dan 6,55c
untuk nilai bihun beras.
Yang terakhir pada atribut kenempakan atau overall, ketiga sampel
terlihat beda nyata dikarenakan bihun jagung, bihun beras dan bihun tapioca
terletak pada beda subset. Yang pertama subset 3,71a adalah bihun tapioca,
kemudian subset 4,94b pada bihun jagung dan yang terakhir 6,55c adalah bihun
beras.
Komposisi ketiga sampel tersebut diatas sangatlah berbeda sehingga
terlihat pada percobaan multiple comparison test kali ini. Komposisi bihun
tepung tapioka antara lain adalah gandum, air, garam dapur, minyak goreng
dan seasoning. Air dalam pembuatan tepung tapioka berfungsi untuk
membentuk konsistensi adonan yang dikehendaki, umumnya penambahan air
yang ditambahkan 30-35% (bhusuk dan Rhasper, 1994). Garam dapur
berperan sebagai pemberi rasa, memperkuat tekstur mie dan membantu reaksi
antara glutenin dan karbohidrat, minyak goreng berfungsi memperbaiki tekstur
dan cita rasa dari bahan pangan, seasoning yang berfungsi sebagai penyedap
pada bihun. Komposisi tepung berbahan dasar beras adalah beras beras pera
yang telah dihaluskan. Komposisi bihun jagung yaitu tepung jagung yang
sudah termodifikasi berbahan dasar tepung dan air. Dari ketiga sampel tersebut
antara bihun tepung beras, bihun tepung tapioka dan bihun tepung jagung
memiliki perbedaan pada komposisinya, pada bihun tepung jagung tidak
menggunakan garam atau minyak goreng seperti pada bihun tepung tapioka,
dan bihun tepung beras hanya terbuat dari beras pera yang telah dihaluskan.
Perbedaan nyata antara ketiga sampel tersebut diatas terdapat pada
komposisi bahan itu sendiri dan kandungan kimiawi yang memang sudah ada
dalam bahan. Dari tekstur sudah sangat jelas berbeda karena bahan yang
digunakan untuk pembuatan bihun berbeda, dari warna bihun juga berbeda
diduga karena cara pembuatan bihun yang berbeda perlakuan pula. Dari hasil
pengamatan parameter aroma dan rasa, hipotesa ditolak karena dari ketiga
sampel nyaris tidak ada beda. Oleh karena itu pada tabel hasil pengamatan
parameter aromadan rasa terletak pada subset yang sama yaitu subset “a”.
Bahan baku pembuatan bihun tapioca yang digunakan untuk binder
(biang) adalah tepung sagu aren, air, dan kalium aluminium sulfat (tawas).
Sedangkan bihun beras memiliki kadar amilosa dan amilopektin yang
mempengaruhi tekstur. Sifat tekstur beras dapat dilihat dari perbandingan
antara amilosa dan amilopektin (Somantri, 1983; Allidawati dan Bambang,
1989; Damardjati, 1995). Kadar amilosa lebih banyak menentukan sifat tekstur
daripada sifat-sifat fisik lainnya, seperti suhu gelatinasi dan gel konsistensi
(Suwarno et al,. 1982; Damardjati, 1995). Kadar amilosa dalam beras berkisar
1-3% (Somantri, 1983). Oleh sebab itu dari pengamatan tekstur ketiga sampel
sangatlah berbeda dikarenakan komposisi bahannya yang berbeda pula serta
kandungan amilosa dan amilopektin yang berbeda tingkatannya mempengaruhi
kekenyalan bihun. Serta cara pembuatan bihun tapioca yang menggunakan
binder (biang) terlebih dahulu tersebut memungkinkan adanya perbedaan
tekstur dengan bihun-bihun lain.
Tabel 4.2 Hasil Analisis SPSS Anova
Parameter F Sig.
Warna 79,965 0,000
Aroma 0,364 0,696
Rasa 2,075 0,132
Tekstur 15,153 0,000
Kenampakan 13,597 0,000
Sumber : Hasil SPSS
Hipotesis untuk uji ini adalah :
Ho= tidak ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku,
sedangkan
H1= ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku.
0,05
Mekanisme pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut :
Sig < tolak Ho
Sig > terima Ho
Dari segi atribut warna, berdasarkan tabel ANOVA yang diperoleh,
diketahui bahwa signifikansi untuk warna adalah 0,000. Nilai signifikansi
lebih kecil dibandingkan alfa. maka disimpulkan bahwa Ho ditolak. Ada
beda nyata antara warna sampel uji dengan warna sampel baku.
Dari segi atribut aroma, berdasarkan tabel ANOVA yang
diperoleh, diketahui bahwa signifikansi untuk aroma adalah 0,696.
Signifikansi lebih besar dibanding alfa. Maka kesimpulannya adalah Ho
diterima.
Dari segi atribut rasa, berdasarkan tabel ANOVA yang diperoleh,
diketahui bahwa signifikansi untuk rasa adalah 0,132. Nilai signifikansi
lebih besar dibandingkan alfa. Sama dengan atribut aroma yang
menunjukkan bahwa signifikansi lebih besar daripada alfa maka ho
diterima.
Dari segi atribut tekstur dan kenampakan, berdasarkan tabel
ANOVA yang diperoleh, diketahui bahwa signifikansi untuk tekstur
adalah 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari alfa. Dari atribut tekstur
dan kenampakan keduanya menolak Ho. Yang menunjukkan bahwa ada
beda yang nyata antar sampel uji dan sampel baku.
E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum acara IV tentang Uji Pembanding Jamak atau Multiple Comparison Test adalah sebagai berikut :1. Sampel yang digunakan untuk Uji Perbandingan jamak adalah bihun
dengan 3 jenis bahan. Sampel pertama adalah bihun jagung diberi kode
127, sampel kedua adalah bihun beras yang diberi kode 421, dan sampel
ketiga adalah bihun tapioca diberi kode 658.
2. Untuk atribut warna, sampel bihun beda subset. Bihun jagung, beras dan
tapioca bernilai 5,00b; 6,77c; 2,55a.
3. Untuk aroma penilaian antar ketiga sampel bihun tidak berbeda nyata.
4. Dari segi rasa, tidak ada perbedaan yang nyata antar ketiga sampel.
5. Dari segi tekstur, ada perbedaan yang nyata antar sampel.
6. Keseluruhannya ketiga sampel memiliki perbedaan yang nyata dari segi
warna, tekstur dan kenampakan. Untuk aroma dan rasa tidak beda nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Rahim, Abdul, Mappiratu, dan Amalia Noviyanty. 2009. Sifat Fisikokimia Sensoris Sohun Instan dari Pati Sagu. Jurnal Gizi dan Makanan. Volume 16 Number 02.
Black, Ken. 2010. Business for Contemporary Decision Making Statistics, sixth edition. Acid free paper. United States of America.
Holm, Sture. 1979. A Simple Sequentially Rejective Multiple Test Procedure. Jurnal Scand J Statist 6: 65-70, 1979. Chalmers University of Technology, Goteborg
Kosoemawardani, dyah. 2007. Analisis Sensori Rusip dari Sungai Liat – Bangka. Jurnal Teknologi dan Hasil Pertanian. Vol. 12 No. 2
Kartika, Bambang dkk. 1999. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. UGM Press. Yogyakarta.
Pangesti, Lucia. 2009. Pemanfaatan Pati Ganying pada Pembuatan Mie Segar sebagai Upaya penganekaragaman Pangan Non Beras. Jurnal Media Pendidikan Gizi dan Kuliner. Vol. 1 No. 1.
Salehifar, M. Shahedi, M. 2007. Effects of Oat Flour on Dough Rheology, Texture and Organoleptic Properties of Taftoon Breads. Jurnal Agric. Sci. Technol. (2007) Vol. 9: 227-234. Islamic Republic of Iran.
Setyaningsih, Dwi dkk. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.
Suriasumantri, Jujun S. 2001. Ilmu dalam Perspektif. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Komputer, Wahana. 2009. Solusi Mudah Dan Cepat Menguasai Spss 17.0 untuk
Pengolahan Data Statistik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.