Acara 4. evapotranspirasi

40
LAPORAN PRAKTIKUM HUBUNGAN TANAH, AIR DAN TANAMAN EVAPOTRANPIRASI Oleh : Ade Putri Aryani NIM A1H012060

description

bnnn

Transcript of Acara 4. evapotranspirasi

LAPORAN PRAKTIKUM HUBUNGAN TANAH, AIR DAN TANAMANEVAPOTRANPIRASI

Oleh :Ade Putri AryaniNIM A1H012060

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangAir sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tumbuhan, air menyusun 70%-80% dari berat tumbuhan ketika tanaman masih hidup. Air juga berfungsi sebagai media transportasi unsur hara dan terlibat dalam reaksi biokimia dalam sel tumbuhan. Dibidang pertanian, air diperoleh dari hujan atau irigasi, Sebagian air juga berasal dari bawah tanah yang bergerak ke atas secara lambat sebagai pengganti kehilangan air pada tanaman (Satrodarsono dan Takeda, 2003).Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktorfaktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Soewarno, 2005).Evapotransiprasi dalam bidang pertanian dapat disebut sebagai ET. ET merupakan kebutuhan air pada tanaman. Kebutuhan air pada tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET)dari tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Usman, 2004)

B. Tujuan1. Mahasiswa dapat menghitung dan menganalisis water balance harian pada lahan2. Mahasiswa dapat menghitung air yang dibutuhkan oleh tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKAKodoati dan Rustam (2008) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di atmosfir, tanah dan badan-badan airyang tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalambentuk air, es,atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:Evaporasi / transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktorfaktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi) ( Kodoati dan Rustam, 2008).Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman (Allen et al. 2008).Kondisi cuaca sangat menentukan laju evapotranspirasi dan sebaliknya evapotranspirasi mempengaruhi iklim. Jumlah terbesar dari energi yang digunakan pada evapotranspirasi disediakan hamper seluruhnya dari dua sumber: energi radiasi dan energi dari udara yang lebih panas daripada permukaan tanaman.Radiasi netto adalah sumber energi utama untuk evapotranspirasi, karena itu radiasi netto berbanding lurus dengan laju evapotranspirasi. Adveksi panas terasa adalah perpindahan energy dalam arah horizontal. Waktu tanah basah hamper semua energi dari radiasi neto digunakan untuk panas laten, jika tanah menjadi kering hanya sedikit radiasi netto untuk panas laten, mulailah terbentuk panas terasa. Jika panas terasa ini bertiup diatas permukaan basah maka akan terjadi evapotranspirasi (Usman, 2004).Angin memindahkan uap air ke udara yang lebih kering sehingga laju penguapan menjadi cepat. Angin juga menjadi alat memindahkan panas terasa dari daerah kering ke daerah lembab/basah. Kelembaban udara. Kalau udara jenuh (penuhuap) evaporasi tidak akan terjadi. Laju evaporasi akan meningkat jika ada perbedaan kelembaban yang besar antara permukaan tanaman dan udara (Fontenot,2004).Perhitungan evaporasi dengan cara ini disebut juga dengan storage equation approach, yaitu dengan menarik suatu keseimbangan yang tetap pada semua air yang masuk dan meninggalkan daerah aliran (catchmen, drainage basin).Bila hujan jatuh di daerah aliran dan dapat diukur, kemudian aliran yang terjadi akibat hujan tersebut pada suatu titik pengamatan (check point/out let) juga dapat diukur, maka yang menyebabkan tidak sama antara besarnya hujan yang jatuh dengan besarnya aliran yang terjadi ada tiga, yaitu : 1. Perubahan storage dalam daerah aliran, salah satunya adalah danau atau air tanah (aquifer). 2. Perbadaan dalam aliran air tanah yang masuk dan keluar dari daerah aliran. 3. Karena evaporasi dan transpirasi, perubahan storage dalam daerah aliran, salah satunya adalah danau/air tanah (aquifer). Perbadaan dalam aliran air tanah yang masuk dan keluar dari daerah aliran.

III. METODOLOGIA. Alat dan Bahan

1. Sensor kadar air2. Gelas ukur3. Penggaris4. Selang kapiler5. Pectometer6. Alat tulis7. Kalkulator

B. Prosedur Kerja1. Mengukur kandungan air yang terdapat di dalam tanah2. Mengukur jumlah air irigasi yang diberikan ketanaman menggunakan gelas ukur.3. Mengukur volume curah hujan harian4. Mengukur perkolasi dalam tanah menggunakan alat pectometer5. Menghitung laju evapotranspirasi menggunakan persamaan rumus:

Dimana:S = kandungan air dalam tanah (mm)R = Curah hujan (mm)I = irigasi (mm)Dr = Drainase (mm)P = perkolasi dalam (mm)ET = Evapotranspirasi

Tabel 1. Hasil pengukuran water balanceHSTSIRPrDrET

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilBerat cawan kosong= 32.17 gramBerat tanah awal= 169.24 gramBerat tanah akhir= 110.83 gramD ember= 28 cmT ember= 25 cm

Volume air irigasi= 3 (r2t)= 3 (3.14 x 142 x 25)= 46.158 cm3= 0.46158 liter = 461580 mmDrainase= 0 mmCurah hujan= 0 mm

Perkolasi a. Pagi= 22 cmb. Sore= 9 cmt perkolasi= 13 cmD pipa peroklasi= 11 cmVolume air perkolasi= 2 (r2t)= 2 (3.14 x 5.52 x 13)= 2469.61 cm3= 2.46961 liter= 2469610 mmKadar air= = x 100%= 34.513%S= masa awal tanah masa akhir tanah= 169.24 gram 110.83 gram= 58.41 gram= 58.41 x 103 mm3Perhitungan evapotranspirasiS= (R + I) (Dr + P + Et)S= (0 + 461580) (0 + 2469610 + Et)S= 461580 2469610 EtEt= 461580 2469610 SEt= 461580 2469610 58410Et= -2066440 mm

B. PembahasanEvapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktorfaktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi) ( Kodoati dan Rustam, 2008).Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman (Allen et al. 2008).Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktorfaktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Soewarno, 2005).Evaporasi dapat diukur dengan alat seperti Atmometer Piche, Atmometer Living Stone dan Pan evaporasi. Ukuran alat Pan evaporasi U.S.A, Standar (the class a evaporation pan) berbentuk lingkaran dengan diameter 121 cm dan dalamnya 25,50 cm. Pan evaporasi ini biasanya ditempatkan pada stasiun klimatologi dan dicatat setiap hari berkisar pukul 07.00 pagi, alat ini di letakan rangka kayu setinggi 15 m dari permukaan tanah agar turbulensi angin yang berpengaruh terhadap rata-rata penguapan dapat dikurangi. Adapun jenis Pan evaporasi ini mempunyai koefisien (C) 0,60 dan 0,80. Untuk memasukan massa air dibuat jenis Pan yang lain yaitu floting pan alatnya sama dengan class a pan evaporasi tetapi di pasang di waduk, danau tempat genangan air yang lain untuk koefisien (C) alat ini besarnya 0,80. Dari hasil pengamatan di lapangan biasanya angka penguapan pada pan evaporasi lebih besar dari penguapan sebenarnya, sehingga angka yang di dapat dari pengukuran harus dikalikan koefisien yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Perbedaan ini di sebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:a. Pada Pan evaporasi tidak ada gelombang karena turbulensi udara diatas air panci lebih kecil dari danau atau waduk. b. Terjadinya pertukaran panas antara Pan evaporasi dengan tanah, air dan udara disekitarnya. c. Kemampuan menyimpan panas berbeda antara Pan evaporasi dan danau. d. Ada tambahan radiasi matahari pada sistem Pan evaporasi. e. Pengaruh panas, kelembaban, angin akan berbeda antara permukaan kecil dan besar.Metode yang dapat digunakan untuk mengitung evapotranspirasi tanaman adalah :1. Metode Penman Daerah dimana tersedia data temperatur udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan radiasi matahari, dianjurkanmenggunakan perhitungan evaporasi dengan metode Penman, dimana metode ini lebih teliti apabila dibandingkan dengan metode lain, karena menggunakan variabel meteorologi yang lebih lengkap. Aslinya metode Penman (1948) dihasilkan dari percobaan untuk memperkirakan evaporasi permukaan air, kemudian dikembangkan untuk menghitung kehilangan air pada tanaman akibat transpirasi yaitu dengan cara mengalikan faktor tanaman (C) dengan evaporasi. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai evpotranspirasi. Metode Penman terdiri dari 2 metode yaitu : a. Metode Penman Modifikasi Food and agriculture organization of the united nation (FAO), pada buku pedoman untuk memprediksi kebutuhan air untuk tanaman (guidelines for predicting crop water reqruitments) tahun 1977, telah sedikit memodifikasi persamaan Penman untuk perhitungan penetapan nilai evapotranspirasi (ETo), terrmasuk revisi bagian fungsi kecepatan angin. Metode ini membutuhkan data rata-rata iklim harian, kondisi cuaca sepanjang siang dan malam hari yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap evapotranspirasi.Prosedur untuk perhitungan evapotranspirasi terlihat lebih komplikasi dikarenakan rumus persamaannya berisi komponen yang dibutuhkan derivasi data pengukuran yang berhubungan dengan iklim.Namun demikian apabila tidak ada data pengukuran, dapat dilakukan langkah perhitungan dengan menggunakan variabel-variabel yang ada.Sebagai contoh apabila suatu tempat tidak ada data pengukuran langsung net radiation (Rn), variabelnya dapat dipenuhi dari data pengukuran radiasi matahari, lama penyinaran matahari atau observasi awan, bersamaan dengan pengukuran humidity dan temperatur udara.

b. Metode Penman Monteith Pada tahun 1948, penmann telah mengkombinasikan keseimbangan energi dengan metode transfer massa, kemudian diturunkan untuk menghitung evaporasi dari permukaan air berdasarkan pencatatan data klimatologi. Selanjutnya persamaan penmann dikembangkan oleh parapeneliti untuk menghitung evaporasi permukaan tanaman dengan mempertimbangkan faktor-faktor resistensi.Faktor-faktor resistensi ini dapat dibedakan antara faktor resistensi permukaan terhadap radiasi dan resistensi aerodinamis.Resistensi permukaan (Rs) menerangkan resistensi aliran uap melalui stomata daun, total luas dedaunan dan luas permukaan tanah.Resistensi aerodinamis (ra)menerangkan resistensi dari vegetasi ke atas dan termasuk gesekan aliran udara di atas permukaan vegetasi. Walaupun proses perubahan pada lapisan vegetasi lebih komplek, ini dapat diterangkan secara utuh oleh dua faktor resistensi. Misalnya, korelasi yang baik akan dapat dicapai antara pengukuran dan perhitungan evapotranspirasi khususnya pada permukaan rumput yang seragam. 2. Metode Thornthwaite Mather Apabila suatu daerah hanya mempunyai data temperatur udara saja, maka perhitungan evaporasi dapat dihitung dengan metode Thornthwaite Mather walaupun hasilnya sangat kasar, karena variabel iklim lainnya tidak diperhitungkan.Metode Thornhwaite Mather ini biasannya digunakan untuk perhitungan neraca air sebagai fungsi meteorologis untuk evaluasi ketersediaan air di suatu wilayah terutama untuk mengetahui kapan terjadi surplus dan defisit air. Rumus ini diturunkan dari hasil percobaan Dr. Thornthwaite, berdasarkan data temperatur udara rata-rata bulanan yang terapkan pada tanaman-tanaman rendah sehingga menghasilkan evapotranspiasi potensial.3. Metode Blaney- CriddleMetode Blaney-Criddle disarankan digunakan pada daerah dimana data klimatologi yang tersedia juga hanya temperatur udara saja, seperti halnya metode Thornthwaite.Pada dasarnya metode Blaney-Criddle (1950) untuk mengukur kebutuhan air konsumtif bagi tanaman yang diairi. 4. Metode Truc-Langbein-Wundt Apabila stasiun klimatologi hanya mempunyai data temperatur udara dan hujan saja, maka untuk menghitung evaporasi daerah sekitarnya dapatdigunakan metode pendekatan Truc-Langbein-Wundt, dimana metode ini dihasilkan dari percobaan neraca air pada 254 daerah aliran sungai. 5. Metode Hargreaves Hargreaves menganjurkan pemakaian Class A Evaporation Pan sebagai indek iklim untuk perhitungan pendekatan evapotranspirasi aktual, akan tetapi Class A EvaporationPan evaporasi pan ini tidak selalu terdapat di beberapa daerah maka Hargreaves mengembangkan rumus empiris yang dianggap sama dengan Class A Evaporation Pan.

6. Metode Chirtiansen Persamaan Chirstiansen dikembamgkan dari korelasi antara pengukuran Pan Evaporasi dengan data klimatologi pada tempat yang lokasinya berbeda.Persamaan Chistiansen bukanlah merupakan persamaan yang dihasilkan dari perhitungan analistis, tetapi dihasilkan dari percobaan lapangan. Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui sejumlah proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-beda. Beberapa proses aliran air dan kisaran waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah:Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan yang masuk ke petak atau run-on) dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan limpasan permukaan (dan/atau genangan di permukaan) dalam skala waktu detik sampai menit.Infiltrasi kedalam tanah dan drainasi (pematusan) dari dalam tanah melalui lapisan- lapisan dalam tanah dan/atau lewat jalan pintas seperti retakan yang dinamakan by-pass flow dalam skala waktu menit sampai jam.Drainasi lanjutan dan aliran bertahap untuk menuju kepada kesetimbangan hidrostatik dalam skala waktu jam sampai hari.

Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran massa (mass flow) . Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala waktu jam sampai hari. Penyerapan air oleh tanaman dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi sebagian besar terjadi pada siang hari ketika stomata terbuka. Kesetimbangan hidrostatik melalui sistem perakaran dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi hampir semua terjadi pada malam hari pada saat transpirasi nyaris tidak terjadi. Pengendali hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda terjadinya kekurangan air) dalam skala waktu jam hingga minggu.Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan dan pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta pembentukan dan penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini terjadi dalam skala waktu hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah terhadap aliran air melalui jalan pintas (by-pass flow) dan penghambatan proses pencucian unsur hara.Konsep water balance (Neraca Air) merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari siklus hidrologi tersebut. Pada proses presipitasi, hujan yang jatuh kepada suatu daerah menyebar pada emapt arah; dapat menjadi runoff permukaan (Surface runoff) yang mengalir di atas permukaan daratan, dapat terinfiltrasi dalam tanah melalui aliran air di bawah permukaan tanah, melakukan perkolasi secara vertikal ke dalam air tanah yang dalam, dan juga dapat melakukan evaporasi kembali dari berbagai permukaan dan transpirasi dari daun-daunan. Karena volume total dari air hujan adalah sama dengan keempat komponen tersebut, maka hubungan ini dikenal sebagai Neraca Air.Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air sertasaluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air.2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Irigasi dan drainase merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air di bidang pertanian maupun tata ruang.Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air.Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah itu sendiri. Di dalam tanah, air mengalir ke arah pinggir, sebagai aliran perantara menuju mata air, danau, dan sungai atau secara vertikal yang dikenal dengan penyaringan menuju air tanah. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk seterusnya mengalir ke sungai di sekitar. Air hujan atau air irigasi dapat digunakan oleh tanaman setelah melalui proses infiltrasi ke dalam tanah menjadi kadar air. Faktor yang berpengaruh terhadap infiltrasi adalah jenis tanah dan kadar lengas awal menentukan hisapan kapiter dan konduktivitas hidrolik tanah.Proses pengambilan data evapotranspirasi kelompok kami yaitu menghitung diameter ember dan tinggi ember yang digunakan untuk menyiram lahan pada tanaman padi. Selanjutnya menunggu air pada talang perlokasi .sampai terisi dengan air, lalu mengukur tinggi air tersebut menggunakan penggaris, setelah mendapat data tersebut maka menghitung volume air irigasi. Setelah data tersebut diolah maka selanjutnya untuk menghitung volume air perlokasi, kadar air, dan evapotranspirasi.Kendala yang dialami saat praktikum yaitu tidak ada air yang tertampug pada talang, karena kondisi tanah yang kering. Sehingga kelompok kami harus bolak-balik mengambil air agar talang terisi dengan air.Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi :1. Radiasi MatahariRadiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.2. TemperaturTemperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.3. Kelembaban UdaraPada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.4. Kecepatan AnginPenguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering.

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

1. Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).Rumus umum neraca air adalah :

2. Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). B. SaranPraktikum sudah berjalan dengan baik dan lancar, namun alangkah baiknya wadah yang digunakan untuk menyiram tanaman (skala besar) di sediakan, sehingga tidak kebingungan mencari wadah.

DAFTAR PUSTAKAAllen, R. G. 1998. Crop Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop Requirements. Irrigation and Drainage Paper No. 56, FAO, Rome, Italy.

Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Eko Sulistyono, Suwarto dan Yulianti Ramdiani.2005. Evaluasi Metode Penman-Monteith dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran Rendah Propinsi Lampung, Indonesia

Fontenot, R.L. 2004. An evaluation of reference evapotranspiration models in Louisiana. MSc thesis, Louisiana State Univ., Baton Rouge, La.

Kodoatie, RJ dan Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi. Yogyakarta

Nasir A.N, dan S. Effendy. 1999. Konsep Neraca Air Untuk Penentuan Pola Tanam. Kapita Selekta Agroklimatologi Jurusan Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor.

Satrodarsono, dan Takeda, K.2003. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya Paramitha : Jakarta

Soewarno. 2005. Hidologi Operasional. Bandung : Nova.

Tumiar Katarina Manik, R. Bustomi Rosadi dan Agus Karyanto Defisit Evapotranspirasi sebagai Indikator Kekurangan Air pada Padi Gogo (Oryza sativa L.) Bul. Agron.

Usman, 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta. Bumi Aksara. 101 hal.