acara 1

16
I. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentukan larutan. Apabila fase larutan dan fase zat-zat pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya. Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalu pembuatannya secara langsung. Disamping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder, larutan ini kebekuannya (kapasitas molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak

Transcript of acara 1

Page 1: acara 1

I. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Kata larutan (solution) sering dijumpai.  Larutan merupakan campuran

homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis.  Ada dua komponen utama

pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan pelarut  (solvent).

Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada

sifat kedua komponen pembentukan larutan.  Apabila fase larutan dan fase

zat-zat pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak

umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya.

Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk

memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang

ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalu pembuatannya

secara langsung.  Disamping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku

sekunder, larutan ini kebekuannya (kapasitas molaritasnya) ditetapkan

langsung terhadap larutan baku primer.

Dalam  pembuatan  larutan  dengan  konsentrasi  tertentu  sering

dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu

diperlukan  praktikum.dan  pada  praktikum  acara  ini  akan dilaksanakan

acara  pembuatan  dan  standarisasinya.  Dalam  hal  ini  adalah membuat

larutan 0,1 N HCl dan standarisasi HCl serta menentukan kadar Na2CO3

dengan HCl. Dalam pembuatan  larutan harus dilakukan seteliti mungkin

dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan

sesuai  dengan  yang  diharapkan.  Untuk  mengetahui  konsentrasi

sebenarnya  dari  larutan  yang  dihasilkan  maka  dilakukan standarisasi.

Dalam dunia pertanian larutan sangat berguna misalnya untuk

pembuatan pupuk dan pestisida. Dalam hal ini konsentrasi yang tepat

sangatlah diperlukan dalam pembuatan pupuk dan pestisida. Karena jika

salah dalam penentuan konsetrasi bisa-bisa tanaman yang diberikan pupuk

atau pestisida akan mati, selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan

Page 2: acara 1

tanah. Sehingga peranan teori tentang pembuatan larutan dan

standarisasinya sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak

diinginkan dalam pembuatan larutan.

Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering

dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Untuk

mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan, maka perlu

dilakukan standarisasi. Larutan standart selanjutnya biasa digunakan dalam

proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa. Prinsip prosedur ini

adalah untuk menentukan jumlah asam maka ditambahkan asam dalam

jumlah yang ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi diakhiri bila telah

mencapai titik ekuivalen, yaitu titik dimana penambahan sedikit titran akan

menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.

Titik titrasi biasanya ditandai dengan perubahan warna indicator pH.

Indikator adalah molekul pewarna yang warnanya tergantung pada

konsentrasi H2O. Indikator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau

basa lemah yang konjugasinya menjadi asam-basa menyebabkan perubahan

warna.

2.Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum pembuatan larutan dan standarisasinya adalah

sebagai berikut :

a. Membuat larutan 0,1 N HCl

b. Standarisasi HCl

c. Penentuankadar Na2CO3

3. Waktu dan Tempat

Praktikum Pembuatan Larutan dan Standarisasinya dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 1 November 2011 pukul 10.00 – 12.30 di Laboratorium

Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 3: acara 1

B. Tinjauan pustaka

Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, maupun ion

dari dua zat atau lebih suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat

diubah – ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga

tidak dapat diamati bagian – bagian yang berlainan bahkan dengan mikroskop

optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan – permukaan tertentu

dapat dideteksi antara bagian – bagian atau fase – fase yang terpisah

( Pudjaatmaka, 1999 ).

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air. Selain air

yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,

minyak, asam asetat. Akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak

disebutkan (Gunawan,2004).

Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan

konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi

sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan

titrasi (Harjadi, 2000). 

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan

konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah

pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam

sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-

satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta

ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)

dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih

besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang

sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran

asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat

pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air

ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian

besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan

Page 4: acara 1

asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini

merusak kulit (Brady, 1999).

Titik titrasi biasanya ditandai dengan perubahan warna indicator pH.

Indicator adalah molekul pewarna yang warnanya tergantung pada konsntrasi

H2O. Indicator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau basa lemah yang

konjugasinya menjadi asam-basa menyebabkan perubahan warna. Indicator pH

yang biasa digunakan dalam titrasi adalah Methyl Orange (pH 2,1-4,4) dengan

perubahan wana dari orange menjadi kuning (Anonim, 2010).

Page 5: acara 1

C. Alat, bahan, dan cara kerja

1. Alat

a. gelas ukur

b. labu takar

c. Erlenmeyer

d. Pipet

e. Alat titrasi

f. Statif

g. Corong

h. Gelas piala

i. Gelas arloji

2. Bahan

a. Larutan HCl pekat

b. Larutan Na2B4O7.10H20 0,4gr

c. Larutan Na2CO3 0,75gr

d. Indikator MO (Methyl Orange)

e. Aquadest

3. Cara Kerja

a. PembuatanlarutanHCl 0,1 N

a.1. Mengambil 1,19 ml HCl pekat lalu memasukkannya kedalam labu

takar 100 ml.

a.2. Mengisi labu takar yang berisi 1,19 ml HCl pekat dekat aquades

sampai tanda garis.

a.3. Mengocok campuran 1,19 ml HCl pekat dan aquades dalam labu

takar hingga homogen lalu memindahkannya ke Erlenmeyer.

b. Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax(Na2 BO4 O7.10H 2 O)

b.1. Mengambil 0,4 gr borax murni

b.2. Memasukkan 0,4 gr borax murni dalam Erlenmeyer kemudian

melarutkannya dengan 50 ml aquades ditambah 3 tetes indicator

mo

Page 6: acara 1

b.3. Memasukkan HCl dalam tabung titrasi lalu menitrasi campuran

borax ditambah aquades dan ditambah 3 tetes mo tadi hingga

terjadi perubahan warna.

b.4. Mengamati perubahan warna yang terjadi lalu menghitung N HCl

yang dibutuhkan dalam standarisasi 0,1 N HCl.

c. Penentuan kadar Na2CO3

c.1. Menimbang 0,75 gr Na2CO3

c.2. Memasukkan 0,75 gr Na2CO3 dalam labu takar 50 ml lalu

menambahkan air pada labu takar tersebut sampai tanda batas.

c.3. Mengambil 10 ml campuran 0,75 gr Na2CO3 dan air lalu

memasukkannya dalam Erlenmeyer.

c.4. Menambahkan indicator mo 3 tetes kedalam Erlenmeyer.

c.5. Menitrasi campuran larutan tadi dengan HCl sampai terjadi

perubahan warna.

c.6. Mengamati perubahan warnanya dan kemudian menentukan kadar

Na2CO3

Page 7: acara 1

D. Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Pembuatan larutan HCl 0,1 NV HCl BJ HCl Kadar HCl X HCl1 ml 1,19 g/ml 37% 0,83 M

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 1.2 Standarisasi 0,1 N HCl dengan Boraxborax V HCl Warna awal Warna proses Warna akhir0,4 gr 11 ml Orange pekat Orange kekuningan kuning

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 1.3 Penentuan Kadar Na2CO3

V HCl Kadar (Na2CO3) BM (Na2CO3) Warna awal Warna proses Warna akhir25 ml 45 % 13,6 Orange pekat Orange kekuningan kuning

Sumber : Laporan Sementara

2. Analisis hasil pengamatan

1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N

Diketahui :

V =1 ml

K =1,19 g/ml

L =37%

Ditanya :

X ?

Jawab :

X=3,65 .V10 . K . L

X= 3,65 .1

10 .1,19 . 0,37

X= 3,65

4,403

X= 0,83 M

2. Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax

Diketahui :

Massa borak = 0,4 gr

Valensi HCl = 2

BM Borax = 382

Page 8: acara 1

V HCl = 11 ml

Ditanya :

N HCl ?

Jawab :

N HCl= massa borax . valensi HCl

BM borax .V HCl

N HCl= 0,4 gr .2

382. 11ml

N HCl= 0,8

4202

N HCl= 0,0002 N

N HCl 2.10−4 N

3. Penentuan Kadar Na2CO3

Diketahui :

V HCl = 25 ml

N HCl = 0,1 N

BM Na2CO3= 13,6

gr Na2C 03 = 0,75 gr

Ditanya :

Kadar Na2CO3 ?

Jawab :

KadarNa2CO3= V HCl . N HCl . BM Na2 CO3 . 100 %

gr Na2 CO3

KadarNa2CO3= 25.0,1 .13,6 .1

0,75

KadarNa2CO3= 34

0,75

Kadar Na2CO3= 45%

Page 9: acara 1

E. Pembahasan dan Kesimpulan

1. Pembahasan

Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat

berbeda jenis.  Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat

terlarut (solution), dan pelarut  (solvent). 

Dalam pembuatan larutan, dikenal larutan baku, dimana larutan baku   

adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat

melalui dua cara.  Kedua cara tersebut masing-masing tergantung dari

penggunaan bahan baku.  Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat

dipergunakan untuk membuat larutan baku primer dan untuk menetapkan

kenormalan larutan baku sekunder.   Larutan baku primer adalah suatu

larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode

gravimetri, sedangkan larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana

konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan

baku primer dan biasanya melalui metode titrimetri.

Pada percobaan ini,  yang bertindak sebagai larutan baku primer

adalah asam klorida (HCl) karena berat molekulnya lebih kecil dan derajat

kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer,  larutannya relatif

stabil dalam penyimpanan,  Sedangkan yang bertindak sebagai larutan baku

primer adalah natrium karbonat (Na2CO3), karena berat molekulnya lebih

besar, mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam

keadaan murni,  tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam

penimbangan di udara.

Pada pembuatan larutan HCl 0,1 N adalah mencampurkan 1,19 ml

HCl pekat dan aquades dalam labu takar hingga homogen. Kemudian

setelah diamati diperoleh kadar 37 % dan setelah dihitung diperoleh

normalitas HCl 2.10-4 N.

Pada standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax(Na2 BO4 O7.10H 2 O)

langkah pertama adalah mengambil 0,4 gr borax murni kemudian

memasukkan 0,4 gr borax murni dalam Erlenmeyer kemudian

melarutkannya dengan 50 ml aquades ditambah 3 tetes indicator mo setelah

Page 10: acara 1

itu memasukkan HCl dalam tabung titrasi lalu menitrasi campuran borax

ditambah aquades dan ditambah 3 tetes mo tadi hingga terjadi perubahan

warna, yang tadinya orange pekat berubah menjadi kuning.

Pada Penentuan kadar Na2CO3 tahap pertama adalah menimbang 0,75

gr Na2CO3 kemudian memasukkan 0,75 gr Na2 CO3dalam labu takar 50 ml

lalu menambahkan air pada labu takar tersebut sampai tanda batas lalu

mengambil 10 ml campuran 0,75 gr Na2CO3dan air lalu memasukkannya

dalam Erlenmeyer setelah itu menambahkan indicator mo 3 tetes kedalam

Erlenmeyer kemudian menitrasi campuran larutan tadi dengann HCl, dan

setelah diamati terjadi perubahan warna dari orange pekat menjadi kuning.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan data hasil

percobaan dengan hasil yang ideal antara lain karena perubahan konsentrasi

komponen yang kadarnya mudah menguap saat pengambilan.

2. Kesimpulan

Berdasarakan pengamatan mengenai pembuatan larutan dan

standarisasinya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Dalam pembuatan larutan 0,1 N HCl diperlukan 0,83 ml HCl pekat.

b. Konsentrasi larutan sebenarnya dapat diketahui dengan standarisasi yang

dilakukan dengan cara titrasi.

c. Pada penitrasian borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3 diperoleh warna

orange pekat diawal, kemudian warna orange kekuningan pada proses,

dan warna kuning di akhir.

Page 11: acara 1

Daftar Pustaka

Anonim. 2010 http://answer.yahoo.com. Diakses 2 November 2011 pukul 17.30

WIB.

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung

Mangkurat. Banjarbaru.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.

Harjadi, W.2000. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta

Pudjaatmaka, H. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.

Wismono, Jaka. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca Exact.