ABSTRAK Bakrudin Profesionalisme Guru Pendidikan Agama...
Transcript of ABSTRAK Bakrudin Profesionalisme Guru Pendidikan Agama...
i
ABSTRAK
Bakrudin
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam SMP Islam Al-Fajar Kedaung
Pamulang (Deskripsi Analisis Penelitian Kualitatif) Skripsi, Jakarta: FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Skripsi ini berjudul profesionalisme guru pendidikan agama Islam (Deskripsi
Analisis Penelitian Kualitatif). Alasan penulis tertarik dengan judul di atas karena
masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan tingkat profesionalisme guru pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini dilakuakan di SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang,
Pendekatan dan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kuanlitatif dan
metode yang digunakan adalah metode survey, dalam bentuk penelitian deskriptif
analisis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar guru PAI SMP Islam
Al-Fajar kurang profesional, karena masih banyak kekurangan dalam beberapa
kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi personal maupun kompetensi profesional.
Sebagaimana tergambar dalam uraian skripsi ini.
PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM SMP ISLAM AL-FAJAR KEDAUNG PAMULANG
(DESKRIPSI ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF)
SKRIPSI
Oleh
Oleh:
BAKRUDIN
NIM: 104011000006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
i
ABSTRAK
Bakrudin
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam SMP Islam Al-Fajar Kedaung
Pamulang (Deskripsi Analisis Penelitian Kualitatif) Skripsi, Jakarta: FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Skripsi ini berjudul profesionalisme guru pendidikan agama Islam (Deskripsi
Analisis Penelitian Kualitatif). Alasan penulis tertarik dengan judul di atas karena
masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan tingkat profesionalisme guru pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini dilakuakan di SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang,
Pendekatan dan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kuanlitatif dan
metode yang digunakan adalah metode survey, dalam bentuk penelitian deskriptif
analisis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar guru PAI SMP Islam
Al-Fajar kurang profesional, karena masih banyak kekurangan dalam beberapa
kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi personal maupun kompetensi profesional.
Sebagaimana tergambar dalam uraian skripsi ini.
iii
KATA PENGANTAR
Al-Hamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. atas karuniaNya yang tidak terhingga, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Salawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar
Muhamad SAW. semoga terlimpah pula pada keluarganya, para sahabatnya dan
kita sebagai umatnya. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak.
Amin. ya rabbal’alamin.
Dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah
membantu, melancarkan dan membimbing serta memberikan saran-saran kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini, semoga mereka selalu mendapat keberkahan
serta rahmat yang banyak dari Allah SWT. yaitu antara lain kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Bapak Prof. Dr. Dede
Rosyada, MA, serta para pembantu dekan.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Drs. Bahrissalim, M.Ag
dan Sekertaris Jurusan Bapak Drs. Sapiudin, M. Ag dan seluruh staf
Jurusan Pedidikan Agama Islam.
3. Para Dosen Jurusan PAI serta para asisten dosen yang telah ikhlas dan
sabar untuk membimbing dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan
kepada penulis.
4. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M. Phill. Selaku pembimbing skripsi,
yang telah sabar membimbing penulis, memberikan motivasi, saran dan
arahan serta meluangkan waktu dan tenaga serta pemikiran di sela-sela
kesibukannya.
5. Kepala Sekolah SMP Islam Al-Fajar beserta wakil dan jajarannya, serta
seluruh dewan guru khususnya guru pendidikan agama Islam (PAI) yang
telah berpartisipasi dan memberikan konstribusinya dalam berbagi
informasi dan data-data, juga telah meluangkan waktunya kepada penulis
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
iv
6. Pimpinan dan para staf administrasi Perpustakaan Utama (PU) UIN
Jakarta dan Perpustakaan FITK UIN Jakarta yang telah melayani pinjaman
buku kepada penulis untuk penulisan skripsi ini.
7. Kepada Ibunda tercinya Ibu Murminah dan ayahhanda Bapak Rakmin
yang telah memberikan doa yang tak pernah putus, perhatian yang tak
pernah surut dan kasih sayang yang setulus-tulusnya kepada penulis yang
dhoif ini. Semoga Allah memberikan ampunan dan kasih sayang kepada
keduanya dan semoga mendapatkan kehormatan yang agung di sisi Allah
SWT.
8. Kepada Bapak H. Dhabas Rahmat, MPd beserta keluarga yang telah
memberikan banyak hal untuk penulis. Semoga Allah memberikan
keberkahan dan perlindungan.
9. Kepada para sahabat yang selalu memberika motivasi dan bantuannya,
yaitu teman-teman Kelas A Jurusan PAI angkatan 2004.
10. Kepada teman-teman kosan Alm. Bapak Wagiman dan sahabat karib yang
di kampung. Semoga Allah membalasnya dengan ampunan dan rizki yang
tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa dalam skiripsi ini banyak sekali kekurangan
serta kesalahan. Maka penulis mengharapkan sekali koreksi, saran dan kritik yang
membangun, dengan kerendahan hati penulis terima sehingga dapat lebih
sempurna lagi skripsi ini. Harapan penulis, mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi siapa saja yang membacanya sebagai
penambah khazanah ilmu pengetahuan serta pendidikan.. Amin
Jakarta, 15 Februari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian ....................................................................... 6
2. Kompetensi Guru ............................................................ 15
3. Prinsip-prinsip Profesionalisme Guru ............................. 21
B. Guru Pendidikan Agama Islam .......................................... 23
1. Pengertian ...................................................................... 23
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI ........................... 30
C. Kerangka Berfikir ............................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 38
B. Pendekatan dan Metode ..................................................... 38
C. Populasi dan Sampel .......................................................... 38
D. Variabel Penelitian ............................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 39
G. Kisi-kisi dan Instrumen ...................................................... 40
v
BAB IV GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL-FAJAR & HASIL
PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Fajar ............................. 42
B. Data Guru, Karyawan dan Siswa ....................................... 43
C. Sarana dan Prasarana .......................................................... 46
D. Analisis .............................................................................. 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 57
B. Saran-saran ......................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................. 61
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Surat Permohonan Izin Observasi ............................................ 65
2 Pengajuan Judul Skripsi .......................................................... 66
3 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................... 67
4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ....................... 68
5 Struktur Organisasi SMP Islam Al-Fajar ................................ 69
6 Profil Sekolah .......................................................................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia, pendidikan yang
berkualitas akan membawa perubahan yang besar dalam pola hidup manusia.
Indonesia yang terdiri dari beribu pulau masih banyak anak bangsanya yang
belum terjamah oleh pendidikan. Sebagai akibatnya terjangkitlah wabah
pengangguran, kemiskinan dan krisis yang merata di segala aspek kehidupan
masyarakat Indonesia. Ini terjadi tidak lain adalah karena masih mengabaikan
pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan orang yang memiliki
peranan penting dalam dunia pendidikan. Guru merupakan unsur yang paling
sering berhubungan langsung dengan anak didik. Ini membuktikan suksesnya
sebuah proses kegiatan belajar mengajar sedikit banyaknya tergantung pada
guru. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar.
Pemerintah juga tidak diam saja dalam menghadapi situasi ini,
pemerintah telah merancang dan menetapkan standar kompetensi, kualifikasi
dan sertifikasi guru sebagai usaha untuk menghasilkan guru profesioal yang
memilkiki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya. Dapat diidentifikasikan
beberapa karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional: (1)
mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, (2) mampu
melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, (3) mampu bekerja untuk
2
mewujudkan pendidikan di sekolah, (4) mampu melaksanakan peran dan
fungsinya dalam pembelajaran di kelas.1
Jabatan guru adalah sebuah profesi. Ini berarti seorang guru
membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus di bidang pendidikan dan
pengajaran. Tidak hanya itu, guru dituntut memiliki kepribadian yang tinggi,
karena ia dapat mempengaruhi anak didik. Pendidikan tidak hanya membuat
anak didik memiliki intelektual yang tinggi tetapi juga harus memiliki
kepribadian yang baik.
Kondisi yang ada menunjukan, banyak guru yang bukan lulusan
pendidikan keguruan, beberapa pengamat menyatakan bahwa kondisi ini
menjadi penyebab merosotnya mutu pendidikan di Indonesia. Apakah mereka
mengerti berbagai metode, strategi belajar mengajar, memahami KTSP,
menguasai pelajaran dan sebagainya?. Apakah mereka dapat menjalankan
profesinya sebagai guru dengan profesional?, karena apabila mutu hasil
peserta didik rendah, maka pertama yang menjadi sorotan utama adalah guru,
sehingga masih banyak yang memandang rendah profesi guru. A. Malik Fajar
mengungkapkan “Mereka (guru agama) umumnya berlatar belakang
pendidikan non keguruan, di samping keadaannya pun tidak heterogen. oleh
karena itu tidaklah salah apabila masyarakat meragukan para guru ini. Baik
kapasitas maupun metodologi. Keberadaan guru yang kurang menguntungkan
ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan baik.”2
Untuk menjadi seorang guru tidak hanya dibutuhkan pengetahuan tetapi juga
harus memiliki keahlian khusus, sehingga ketika para peserta didik tidak dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi atau tidak memiliki kemampuan yang
baik, maka orang tua tidak akan menyalahkan atau menuding guru tidak
kompeten, tidak berkualitas, tidak profesional dan sebagainya maka sangatlah
penting untuk meningkatkan profesionalisme guru.
1 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2010), cet. Ke7, hal. 38. 2 A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Moderinitas, (Bandung: 1999, Mizan),
cet. II, hal. 42.
3
Guru pendidikan agama Islam yang sangat berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan kecerdasan spiritual anak didik, untuk itu diperlukan
kinerja yang profesional, guru pendidikan agama Islam harus memiliki
pengetahuan yang luas serta metode yang efektif dalam penyampaian dan
penerapan materi yang benar tentang agama Islam. Karena setiap tingkah laku
guru menjadi panutan bagi peserta didik.
Pendidikan Islam di Indonesia hingga saaat ini masih mengalami
berbagai tantangan dan kritik dari berbagai pihak, di antara kritik yang patut di
cermati adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih terkonsentrasi pada masalah-
masalah teoritis keagamaan yang bersifat kognitif dan amalan-amalan
ibadah praktis dan lebih berorientasi pada belajar tentang agama,
kurang concern terhadap persoalan tentang mengubah pengetahuan
agama yang kognitif menjadi “makna” dan ”nilai” yang perlu
diinternalisasikan dalam diri siswa.
2. Metodologi PAI tidak kunjung berubah ia berjalan secara
konvensional/tradisional dan monoton.
3. Kegiatan PAI kebanyakan bersifat menyendiri, kurang berinteraksi
dengan yang lain, bersifat marginal dan periferal.
4. Pendidikan PAI cenderung normatif, tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya.
5. Guru PAI terlalu terpaku pada GBPP mata pelajaran PAI.
6. Guru PAI lebih bernuansa guru spiritual/moral dan kurang diimbangi
dengan nuansa intelektual dan profesional, dan suasana hubungan
antara GPAI dan siswa lebih berperspektif doktriner, kurang tercipta
susana hubungan kritis dinamis yang dapat berimplikasi dan
berkonsentrasi pada peningkatan daya kreatifitas, etos ilmu dan etos
kerja amal.
Berbagai tantangan dan kritik tersebut perlu dicarikan solusi
pemecahannya, mulai dari penggalian kembali akar permasalahan sampai
dengan perbaikan dan penyempurnaan dimensi-dimensi oprasionalnya,
4
menurut hemat penulis diantara akar permasalahanya terletak pada
keprofesionalan Guru Pendidikan agama Islam dalam arti lemahnya semangat
dan cara kerja, sengat keilmuan Guru PAI dalam pengembangan pendidikan
Agama di sekolah, komitmen guru PAI untuk menjadikan siswa mengamalkan
ajaran Agama dan dijadikan sebagai pedoman dasar kehidupan.
Dalam konteks pendidikan agama Haidar Putra Daulay menyatakan
bahwa “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, membentuk potensi jasmaniyah dan rohaniyah,
menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah,
manusia dan alam semesta.”3 Untuk itu peran guru agama di samping
melaksanakan tugas pengajaran, ia juga harus melaksanakan tugas pendidikan
dan pembinaan bagi anak didik, guru membantu pembentukan kepribadian
akhlak serta menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan
para pesrta didik, maka untuk melaksanakan itu semua, guru agama Islam
dituntut untuk memiliki profesionalisme yang tinggi dan baik.
Untuk menilai seorang guru profesional atau tidak, dapat melibatkan
berbagai kalangan, baik itu kepala sekolah, para guru, anak didik serta
masyarakat yang ada kaitannya dengan pendidikan. Dalam penulisan skripsi
ini penulis melibatkan guru agama untuk mendapatkan hasil penelitian.
Karena guru agama sendirilah yang telah berpengalaman dalam melakukan
berbagai kegiatan dan interkasi dalam masalah pendidikan di sekolah.
Beberapa hal di atas menjadi latar belakang masalah yang akan
diangkat oleh penulis yaitu mengenai “Profesionalisme guru pendidikan
Agama Islam SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang (Deskripsi
Analisis Penelitian Kualitatif)”
3 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: dalam Sitem Pendidikan Nasional di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004) hal. 153.
5
B. Identifikasi Masalah
Sebelum melakukan pembahasan masalah, berikut ini penulis
identifikasikan masalah yang berkenaan dengan profesionalisme, antara lain:
1. Minimnya upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam
usaha peningkatan keprofesionalannya.
2. Kurangnya upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan
keprofesionalan guru pendidikan agama Islam.
3. Lemahnya penguasaan metode pembelajaran oleh guru pendidikan agama
Islam.
4. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar
sehingga proses pembelajaran kurang efektif.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan
diteliti dibatasi pada masalah:
1. Masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam.
2. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar
sehingga proses pembelajaran kurang efektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis merumuskan skripsi
pada masalah mengenai profesionalisme guru agama Islam.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. SMP Islam Al-Fajar, sebagai bahan rujukan dalam usaha sekolah untuk
mengadakan pengembangan profesionalsime guru PAI
2. Guru, sebagai kajian/referensi dalam menambah wawasan dan
pengetahuan tentang pengembangan profesionalisme guru PAI.
3. Penulis, sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar S-1/Strata Satu
Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian
Istilah profesionalisme berasal dari bahasa Inggris “Profession” yang
berarti pekerjaan, pernyataan. Professional berarti Ahli, Sedangkan
Professionalism berarti sifat profesional3. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia arti profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi bidang keahlian
(keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Profesional adalah:
1) Bersangkutan dengan profesi.
2) Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankanya
3) Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan
amatir).
Sedangkan arti profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak-
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional. Dan
profesionalitas adalah
1) Perihal Profesi;keprofesian.
2) Kemamupuan untuk bertindak secara professional.4
Dari beberapa pengertian menurut bahasa di atas dapat diketahui
bahwa, profesionalisme ialah akar kata dari profesi, yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian yang diperoleh melalui kejuruan,
3 Jhon M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2006), Cet XXVI, hal. 449. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gramedia, 2008) , edisi 4 cet, II, h. 1104.
7
pelatihan, pendidikan dan sebagainya. Profesi juga berarti suatu pekerjaan,
pernyataan, sumpah setia, dsb. Sedangkan profesional ialah pekerjaan yang
memerlukan keahlian atau kepintaran khusus di bidangnya dan memerlukan
pembayaran, lawan dari pada amatir. Orang yang menjabat suatu profesi
mereka akan dibayar atau digaji, seperti petinju profesional ataupun pesepak
bola profesional mereka akan diberikan pembayaran sedangkan pesepak bola
amatir atau yang amatir yang aliannya mereka tidak diberi pembayaran.
Pengertian dasar dari profesionalisme ialah suatu tindakan seseorang pada
suatu bidang pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus di bidangnya dan
didasari dengan pendidikan atau pelatihan sesuai dengan bidangnya tersebut.
Profesionalisme juga bisa diartikan sebagai mutu atau suatu usaha yang telah
berhasil atau memiliki kualitas, yang dijamin bahwa pelaku usaha tersebut
memiliki berbagai kemampuan-kemampuan dan pengalaman-pengalaman
yang merupakan ciri-ciri orang yang memiliki keahlian kemampuan dalam
bidangnya.
Menurut Sikun Pribadi sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik
bahwa “Profesi itu pada hakekatnya suatu pernyataan atau suatu janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau
pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu”. Kemudian Oemar Hamalik memperjelas definisi di
atas bahwa “Hakikat Profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang
terbuka, profesi mengandung unsur pengabdian dan profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan.”5
1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau janji yang terbuka
Pernyataan atau suatu janji yang terbuka dinyatakan oleh tenaga
profesional mengandung makna yang sungguh-sungguh yang keluar dari
dalam lubuk hatinya. Pernyataan yang demikian mengandung norma atau
nilai-nilai etik, janji yang bersifat etik itu mau tak mau akan berhadapan
5 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Ikrar
Mandiriabadi, 2006) Cet. 4, hal. 1-3.
8
dengan sanksi-sanksi tertentu, bila ia melanggar janjinya ia akan berhadapan
dengan sanksi-sanksi tersebut.
2. Profesi mengandung unsur pengabdian
Suatu profesi bukan berarti mencari kekayaan bagi dirinya sendiri,
baik dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis tetapi untuk pengabdian
kepada masyarakat, ini berati profesi tidak boleh sampai merugikan,
merusak, atau menimbulkan malapetaka bagi orang lain dan bagi masyarakat.
Sebaliknya profesi itu harus berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan
dan kesempurnaan dan kesejateraan bagi masyarakat.
3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu
yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan ketrampilan
tertentu pula. Dalam profesi tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar
profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya, dalam hal ini pekerjaan
profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya Oleh sebab mempunyai fungsi
sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat.
Jadi, dapat dipahami bahwa profesi ialah suatu pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus di bidangnya, yang dianggap pekerjaan itu
adalah suatu pengabdian kepada masyrakat yang ikhlas, serta rela dalam
bekerja dalam rangka mengembangkannya agar menjadi lebih baik.
Profesionalisme juga diartikan sebagai sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik
profesinya, yang dilakukan secara terus menerus, ditingkatkan dan
dikembangkan kemapuan profesionalismenya sesuai dengan profesinya itu
atau dapat juga diartikan sebagai derajat penampilan seseorang profesional,
atau suatu profesi ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.
Dalam Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
9
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.6
Dalam pengertian tersebut dapat pahami bahwa: pekerjaan profesional
adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber penghasilan ini berarti
sorang pekerja profesional memahami pekerjaannya itu bukan sebagai
pekerjaan sampingan, yang dilakukan ketika ada waktu senggang, iseng dsb.
Dan pekerjaan profesional juga membutuhkan keahlian khusus di bidangnya,
ini berarti suatu pekerjaan yang tidak dilakukan dengan asal-asalan dan
memerlukan pendidikan serta pelatihan sesuai dengan profesinya tersebut.
Pekerjaan profesional akan selalu membutuhkan kode etik, norma dan cara
yang apabila tidak dipergunakan akan mengakibatkan kekacauan. Pekerjaan
profesional selalu membutuhkan kemampaun-kemampuan yang diperolehnya
melalui pendidikan dan pengalaman yang panjang. Apabila dia seorang
dokter maka memerlukan ilmu kedokteran, maka apabila dia seorang guru
maka memerlukan ilmu kependidikan.
Islam juga telah menjelaskan mengenai profesionalisme, bahwa
apabila suatu pekerjaan yang diamanatkan atau diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya maka terjadilah kiamat atau kehancuran. Hadis di bawah ini
menceritakan bahwa, ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW. mengenai kapan datangnya hari kiamat maka Rasulullah
SAW. menjawab bahwa terjadinya hari kiamat atau kehancuran itu akan
terjadi apabila suatu amanat diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya.
Sebagaimana hadis dibawah ini:
6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan
Dosen, Pasal. I .(Ciputat Press, 2006), hal. 4.
10
7
“Muhammad ibn Sinan menceritakan kepada kami Berkata:
Fulaih menceritakan kepada kami Ibrahim ibn Mundzir berkata:
menceritakan kepada kami Muhammad ibn Fulaih berkata:
menceritakan pada kami Bapak saya menceritakan pada kami
Hilal ibn „Ali bin A‟tha bin Yasar, dari Abi Hurairah ra. Ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila amanat (jujuran)
telah diabaikan, maka nantikanlah hari kiamat”, Seorang Badui
bertanya, “Bagaimana mengabaikan amanat (kejujuran) itu, wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan
kepada seseorang yang bukan ahlinya (dalam bidangnya), maka
nantikanlah hari kiamat”. (HR. Bukhari)8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum
profesionalisme diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjutan yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Pekerjaan
profesional akan senantiasa menguanakan teknik dan kode etik yang berpijak
pada landasan intelektual yang harus dipelajari dengan sengaja, terencana dan
kemudian dipergunakan dan diimplementasikan demi kemaslahatan bersama.
Pendidikan, pelatihan, dan kejuruan sangat dianjurkan dalam
meningkatkan profesionalitas seseorang, agar mempunyai kemampuan-
kemampuan dan teknik-teknik yang diharapkan mampu diterapkan dalam
pekerjaanya itu. Seperti yang diungkapkan oleh Beckerbahwa “Training as
focusing on the development of technical that abilities that are linked to
specific vocations or are generic across on the development the field of
employment.”9Pelatihan adalah usaha dalam mengembangkan kemampuan-
kemampuan suatu teknik yang dapat dihubungkan secara langsung pada
kesempatan kerja. Meskipun ada orang yang profesional dalam bidang
tertentu dan benar-benar ahli dibidangnya tersebut dan tidak memiliki
7Imam al-Hafizd Abi Abdillah bin Ismail al-Bukhary, Shahih Bukhary (Bairut: al-
Maktabah al-Asy’ariyah, 1997) Juz 1, h. 22. 8 Zainudin Hamidy, Dkk. Terjemah Shahih Bukhari (Semarang: CV. Wicaksana,
1992) Jilid. 1, h.40. 9Jhon Sharp, dkk, Educatonal Studies (Exeter: Learning Matter, 2006), hal. 2.
11
pengalaman pekerjaan akan terlihat perbedaan dengan orang yang profesional
tetapi melalui pendidikan dan latihan, yaitu orang yang memilki sifat
profesional atau profesionalisme tersebut lebih memilki kode etik dan norma
yang relevan dengan bidangnya itu dan tidak didedikasikan atau diabdikan
kepada masyarakat. mungkin karena orang tersebut telah terbiasa dalm
pekerjaan tersebut, seperti terkutip dalam pepatah yang mengatakan bahwa
“Bisa karena biasa”.
Setelah dijelaskan secara panjang lebar mengenai profesionlasime
maka selanjutnya akan dipaparkan tentang profesionalsime guru. Secara
sederhana profesionalisme guru merupakan suatu pandangan mengenai orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan,
sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai guru
dengan baik dan profesional.
Untuk menunjukan tuntutan akan guru profesional, maka seorang guru
dituntut memiliki lima hal yang akan menjadi ciri dari guru profesional, yaitu:
a. Guru memiliki komitmen pada siswa dalam proses pembelajarannya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan
diajarkannya kepada siswa.
c. Guru bertanggung jawab menilai hasil belajar siswa memalui berbagai
teknik evaluasi.
d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang akan dilakukannya
dan belajar dari pengalamannya.
e. Guru idealnya adalah sebagai bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.10
Guru merupakan pekerjaan profesional, untuk dapat melaksanakan
tugas tersebut dengan baik, selain harus memiliki komitmen, menguasai
bahan pelajaran yang akan diajarkan, memiliki sikap tanggung jawab
terhadap siswa dan mengabdi kepada masyarakat, guru juga harus memiliki
ilmu dan kecakapan-kecakapan keguruan. Ilmu dan kecakapan-kecakapan
tersebut diperoleh selama menempuh pelajaran di lembaga keguruan.
10
M. Ali 7 Mukti Ali, Kapita Selekta Penddidikan Islam ( Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2003) Cet. I, hal. 83.
12
Selain pengetahuan dan kecakapan-kecakapan di atas, ada beberapa
sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru profesional, yaitu: fleksibel,
bersikap terbuka, berdiri sendiri, peka, tekun, realistik, melihat ke depan,
rasa ingin tahu, ekspresif, menerima diri.11
a. Fleksibel, Seorang guru adalah orang yang telah memilki pegangan
hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik di
dalam nilai-nilai maupun ilmu pengetahuan. Dalam menyatakan dan
menyampaikan prinsip dan pendiriannya, ia harus fleksibel, tidak
kaku, disesuaikan dengan situasi, tahap perkembangan, kemampuan
sifat serta latar belakang siswa. Guru harus bisa bertindak bijaksana,
yaitu menggunakan cara atau pendekatan yang tepat terhadap orang
yang tepat dalam situasi yang tepat.
b. Bersikap terbuka, seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka,
baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk ditanya oleh siswa,
untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri. Kelemahan atau
kesulitan yang dihadapi oleh para siswa adakalanya disebabkan karena
kelemahan dan kesalahan oleh para guru. Untuk memperbaiki
kelemahan siswa, terlebih dalu harus didahului oleh perbaikan pada
diri guru. Upaya ini menuntut keterbukaan pada pihak guru.
c. Berdiri sendiri, seorang guru adalah orang yang telah dewasa, ia telah
sanggup berdiri sendiri, baik secara intelektual, sosial maupaun
emosional. Berdiri sendiri secara intelektual berarti ia telah mempuyai
pengetahuan yang cukup untuk mengajar, juga telah mampu
memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional dalam mengambil
suatu keputusan atau pemecahan masalah. Berdiri sendiri secara sosial
berarti ia telah menjalin hubungan sosial yang wajar, baik dengan
siswa, sesama guru, orang tua serta petugas-petugas lain yang terlibat
dalam kegiatan di sekolah. Berdiri sendiri secara emosional berarti
11
Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Rosada Karya,
2007) cet. 4, hal. 256.
13
guru telah dapat mengendalikan emosinya, telah dapat dengan tepat
kapanpun di manapun ia menyatakan suatu emosi.
d. Peka, seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para
siswanya. Peka atau sensitif berbeda dengan mudah tersinggung. Peka
atau sensitif berarti cepat mengerti, memahami atau melihat dengan
perasaan apa yang diperlihatkan oleh siswa. Dari ekspresi muka atau
suara, gerak gerik, jalan nafasnya dsb. Guru hendaknya memahani apa
yang dialami oleh siswa. Meskipun seorang siswa melakukan suatu
kesalahan hendaknya jangan dulu diberi tindakan atas kesalahannya,
apabila ia masih memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, ketakutan,
kesedihan dan kemarahan dsb.
e. Tekun. Pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik di
dalam mempersiapkan, melaksanakan, menilai maupun
menyempurnakan pengajaran. Di sekolah guru tidak hanya
berhadapan dengan anak-anak pandai tetapi juga anak kurang pandai.
Mereka membutuhkan bantuan yang tekun sedekit demi sedikit dan
penuh kesabaran. Tugas guru bukan hanya dalam bentuk interaksi
dengan siswa di kelas, tetapi menyiapkan bahan pelajaran serta
memberi penilaian atas semua pekerjaan siswa. Semua tugas-tugas
tersebut menuntut ketekuanan.
f. Realistik, seorang guru hendaknya bisa berfikir dan berpandangan
realistik, artinya melihat kenyataan, melihat apa adanya. Kita
mengharapkan semua siswa adalah pandai-pandai, rajin-rajin, tekuh-
tekun, lancar perkembangannya, sopan-sopan, bertutur kata baik,
berprilaku baik dsb. Tetapi dalam kenyataanya tidak selalu demikian.
Guru hendaknya dapat memahami situasi yang demikian, dapat
menerimanya dan terus memperbaikinya. Banyak tuntutan yang
ditunjukan kepada guru baik dalam melaksanaan tugas maupun
tuntutan nilai tetapi juga guru menghadapi kenyataan-kenyataan yang
membatasinya, baik keterbatasan kemampuan dirinya maupun
keterbatsan fasilitas yang ada di sekolah. Dalam menghadapi situasi
14
demikian guru tidak boleh mundur, ia harus berupaya mengerjakan
yang terbaik yang dapat ia kerjakan.
g. Melihat kedepan, tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi
penerus bagi kehidupan di masa yang akan datang. Karena tugasnya
yang demikian, maka ia harus melihat ke depan, kehidupan bagaimana
yang akan dimasukai para siswanya kelak, tuntutan apa yang dihadapi
oleh para siswa dalam kehidupan tersebut, hal-hal apa yang dapat ia
berikan kepada siswa untuk menghadapi masa yang akan datang.
h. Rasa ingin tahu, guru berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan
dan tekologi kepada para siswa. Agar ilmu dan tekologi yag
disampaikan sejalan dengan perkembangan zaman, maka ia dituntut
agar terus belajar, mencari dan menemukan sendiri. Untuk itu ia
memerlukan rasa ingin tahu atau curiousity yang besar. Ia belajar
bukan hanya untuk kemajuan dirinya tetapi juga untuk kemajuan
siswanya.
i. Ekspresif. Belajar merupakan suatu tugas yang tidak ringan, menuntut
semangat dan suasana yang menyenangkan. Guru harus berusaha
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Salah satu faktor
penting dalam menciptakan kelas yang menyenangkan adalah
penapilan guru yang menyenangkan, yang memancarkan emosi dan
perasaan yang menarik. Untuk itu diperlukan ekspresi yang tepat.
Baik eksprsi dalam wajah, gerak-gerik maupun bahasa dan suara.
Guru hendaknya eksresif dapat menyatakan ekspresi yang tepat dan
menarik, guru tidak boleh bebal, datar dan tawar. Penampilan yang
datar dan tawar akan sangat membosankan para siswanya.
j. Menerima diri, seorang guru selain bersikap realistis, ia juga harus
seorang yang menerima keadaan dan kondisi dirinya. Manusia adalah
makhluk yang memiliki kondisi kelebihan dan kekurangan-
kekurangan. Sebagai guru ia harus memahami semua kelebihan dan
kekurangan tersebut dan kemudian dapat menerimanya dengan wajar.
15
2. Kompetensi Guru
a. Pengertian
Agar guru dapat menunaikan dan melaksanakan tugasnya dengan baik
dan bertindak sebagai tenaga pengajar yang profesional, maka ia harus
memiliki berbagai kompetensi keguruan dalam melaksanakan fungsinya
sebagai guru tersebut. Sebelum menjelaskan macam-macam kompetensi yang
harus dikuasai guru terlebih dalu akan dijelaskan apa itu kompetensi.
Kompetensi dalam bahasa Inggris “competence” yang berarti
kecakapan, kompetensi dan kewenangan.12
Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan suatu). 13
Pengertian dasar kompetensi yakni
kemampuan atau kecakapan. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang
tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian
selaras dengan tuntunan bidang kerja yang bersangkutan.14
Menurut Abdul Majid, sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrahman
dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar bahwa kompetensi adalah
seperangkat tindakan intelligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas
dalam bidang pekerjaan tertentu.15
Menurut Calvin S. Hall dkk. Sebagaimana dikutip oleh Hamzah B.
Uno, bahwa Salah satu teori yang dapat dijadikan landasan terbentuknya
kompetensi seseorang adalah teori medan yang dirintis oleh Kurt Lewin.
Asal teori medan itu sendiri berangkat dari teori psikologi Gestal yang
dipelopori oleh tiga psikolog Jerman, yakni Max Wartheimer, Kohler dan
Kofka, di mana dalam teori mereka disebutkan bahwa kemampuan seseorang
12
Jhon M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggis Indonesia, (Cetakan Awal di
New York, Cornell University,1975)&( cet. XXVIII di Jakarta: Gramedia, 2006) hal. 132 13
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2008) ed. 4, Cet 1, Hal. 719-720. 14
Hamzah B. Uno, Profesi Pendidikan: Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cet. 3, hal. 62. 15
Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 44
16
ditentukan oleh medan psikofisis yang terorganisasi yang hampir sama
dengan medan gravitasi. Perhatian utama dalam teori ini adalah masalah
persepsi, belajar dan berfikir. Selanjutnya Kurt Lewin mengembangkan teori
ini dengan memposisikan seseorang akan memperoleh kompetensi karena
medan gravitasi disekitarnya yang turut membentuk potensi sesorang secara
individu. Artinya, kompetensi individu dipengaruhi dan dibentuk oleh
lingkungannya yang dalam teknologi pembelajaran lingkungan tersebut
diposisikan sebagai sumber belar. Selain itu, sistem informasi yang diperoleh
secara empiris melalui observasi, pendidikan ilmiah yang diterimanya dari
pendidikan formal, dan keterampilan yang dilakukannya secara mandiri turut
mewarnai terbentuknya kompetensi dirinya. Dengan kompetensi yang
dimiliki individu, ia dapat melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan
kehendaknya. Meskipun demikian, kehendak individu tersebut tetap
didasarkan kepada aturan yang berlaku.16
Lebih lanjut Spencer and Spencer membagi lima karakteristik
kompetensi sebagai berikut:
1) Motif, yaitu sesuatu yang seorang pikirkan dan inginkan
menyebabkan sesuatu.
2) Sifat, yaitu karakteristik tanggapan konsisten terhadap stuasi atau
informasi.
3) Konsep diri, yaitu sikap nilai dan image diri seseorang.
4) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu.
5) Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang
berkaitan dengan fisik dan mental.17
Setelah membahas berbagai teori dan pandangan para ahli tentang
kompetensi, selanjutnya bagaimana kompetensi guru itu? Kompetensi guru
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan
lamanya mengajar.
16
Hamzah B. Uno, hal. 65. 17
Hamzah B. Uno, hal. 63.
17
Menurut Mohammad Yamin sebagimana dikutip oleh Hamzah B.
Uno, Kompetensi guru pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep
hakikat guru dan hakikat tugas guru. Kompetensi guru mencerminkan tugas
dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan
guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan.
Begitu juga Ace Suryadi mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf
kompetensi, sorang guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status
kompetensi yang profesional tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus
dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan. Awalnya tentu harus dibina
melalui penguatan landasan profesi, misalnya pembinaan tenaga
kependidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan (in
sevice training) yang memadai, efesien dalam sistem perancanaan serta
pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.18
Jadi kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar.
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan pengetahuan dan
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan
saja harus pitar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta
didik. Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan
nilai-nilai dan sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakn tugas tersebut
diperlukan berbagai kemampuan dan kepribadian. Sebab guru juga dianggap
contoh oleh para siswanya sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik
sebagai seorang guru.19
18
Hamzah B. Uno, Profesi Pendidikan: Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cet. 3, hal. 62 19
Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 44.
18
Seorang guru yang kompeten ialah guru yang telah berkorban cukup
lama dan mengeluarkan biaya yang besar. Kompetensi guru tidak hanya
didapat begitu saja. Perlu pengabdian dan pengorbanan yang banyak.
Kompetensi guru sangat erat kaitannya dengan tugas, fungsi dan tanggung
jawab guru. Apabila tugas dan tanggung jawab dan fungsi guru ini dijalankan
dengan baik maka baru bisa dikatakan guru itu telah memilki kompetensi
yang profesional.
b. Pembagian Kompetensi
Abuddin Nata20
dan Zakiyah Darajat21
mengungkapkan hal yang sama
mengenai kompetensi guru, bahwa pada dasarnya guru harus memiliki tiga
kompetensi, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan bahan
pengajaran dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.
1. Kompetensi kepribadian
a) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu
atau murinya di kelas.
b) Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar
sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniyyah)
terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman arah dalam
pemikiran serta perbuatan murid dan guru.
c) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling percaya mempercayai antara guru dan murid.
2. Kompetensi penguasaan bahan pengajaran
a) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang
harus diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan
informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan
yang bersangkutan.
b) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi
sedemikian rupa sehingga akan memudahkan murid untuk
mempelajari pelajaran yang diterimanya.
3. Kompetensi dalam cara mengajar
a) Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran,
demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan
kegiatan untuk satu satuan waktu.
20
Abuddin Nata & Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta, UIN
Jakarta Press, 2005) hal.215. 21
Zakiyah Darajat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi
Aksara, 2008) Cet. 4. Hal. 263.
19
b) Menggunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu
atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang
dipergunakan.
c) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif.
Ketiga aspek di atas harus berkembang secara selaras dan tumbuh
terbina kedalam kepribadian guru. Kemudian itu dapat diharapkan dari
padanya untuk mengarahkan segala kemampuan guru dalam mengajar secara
profesional dan efektif.
Menurut Muhibbin Syah sebagaimana dikutip oleh Pupuh
Fathurahman bahwa, ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimilki guru
dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: menguasai
bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan
media atau sumber belajar, menguasai landasan-landasan pendidikan,
mengelola interaksi belajar mengajar, menialai prestasi siswa untuk
pendidikan dan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan
guna keperluan pengajaran.22
Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi social dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.23
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah RI No.
74 Tahun 2008 tentang Guru. Pasal (3) lebih lanjut dijelaskan tentang
beberapa kompetensi yang disebutkan di atas, bahwa:
22
Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 46. 23
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan
Dosen,,pasal 10 ayat 1.
20
1. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan;
b) pemahaman terhadap peserta didik;
c) pengembangan kurikulum atau silabus;
d) perancangan pembelajaran;
e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f) pemanfaatan teknologi pembelajaran;
g) evaluasi hasil belajar, dan
h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian
yang:
a) Beriman dan bertaqwa;
b) berakhlak mulia;
c) arif dan bijaksana;
d) demokratis;
e) mantap;
f) berwibawa;
g) stabil;
h) dewasa;
i) jujur;
j) sportif;
k) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
l) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
m) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a) berkomunikasi lisan, tulis dan isyarat secara santun.
b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional;
c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik;
d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku;
e) menerapkan sistem persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
21
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni dan budaya yang diampunya meliputi penguasaan.
a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar
isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok
mata pelajaran yang akan diampu;
b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok
mata pelajaran yang akan diampu.24
Dalam penjabaran tentang kompetensi guru di atas dapat dipahami
bahwa, guru adalah sebuah profesi yang tidak hanya harus menguasai materi
tetapi seorang guru harus mempunyai beberapa kemampuan-kemampuan lain
yang diharapkan dapat dilaksanakan agar proses pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan.
Kemampuan profesional dikelompokan secara sistemtis oleh M. Uzer
Usman, secara sistematis dikelompokan sebagai berikut:
1. Menguasai landasan kependidikan
a) Mengenal Tujuan Pendidikan
b) Mengenal fungsi sekolah dalam Masyarakat
c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapay
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
2. Menguasai Bahan Pengajaran
a) Menguasai bahan Pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
b) Menguasai Bahan pengajaran
3. Menyusun Program pengajaran
a) Menetapkan tujuan pembelajaran
b) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
c) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
24
Peraturan Pemerintan R.I. No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, (Jakarta: BP: Cipta
Jaya, 2009)Pasal 3. hal. 6-8.
22
d) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
4. Melaksanakan program pengajaran
a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tenang
b) Mengatur ruang kelas
c) Mengelola interaksi belajar mengajar
5. Menilai Hasil dalam proses belajar Mengajar
a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pembelajaran
b) Menilai proses belajar pembelajaran yang telah dilaksanakan.25
Kompetensi seorang guru lebih menekankan pada keahlian yang harus
dimiliki oleh sorang guru, seperti menguasai landaan kependidikan,
menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan
program pengajaran dan menilai hasil proses belajar mengajar. Itu semua ada
yang dilakukan sebelum guru mengajar yaitu harus menguasai bahan
pelajaran serta menyusun progam pengajaran, ada juga yang dilakukan ketika
proses belajar mengajar berlangsung, seperti melaksanakan program
pengajaran yaitu menciptakan iklim belajar yang tenang, mengatur ruang
kelas dan sebagainya. Sedangkan yang dilakukan ketika proses belajar
mengajar berlangsung maupun setelah selesai proses belajar mengajar yaitu
menilai hasil dan proses belajar pembelajaran seperti menilai prestasi siswa.
Profesionalsime guru selain menuntut semua kompetensi yang telah
disebutkan di atas, juga harus diikuti oleh beberapa hal yaitu kerajinan,
sungguh-sungguh dan tekun. Karena tanpa beberapa itu semua,
profesonalisme guru tidak akan mencapai tingkat yang baik, terlebih lagi
seorang guru pendidikan agama Islam yang menjadi panutan bagi siswanya.
25
M. Uzer Usman, Menjadi Guru profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002, h. 97.
23
3. Prinsip-prinsip Profesionalisme
Setinggi apapun idealisme dan rasa keterpanggilan jiwa seseorang
untuk mengajar, tanpa disertai prinsip profesionalitas maka pekerjaanya akan
sia-sia, bahkan berbuah kehancuran dan dosa.26
Dalam Undang-undang No.
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat (1) menerangkan bahwa:
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelakasanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja;
g. Memiliki kesempatan kerja untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan guru.27
Prinsip-prinsip profesionalisme di atas menempatkan guru sebagai
sebuah profesi yang di samping memiliki kwalitas akademik dan kompetensi
keilmuan, guru juga harus mempunyai keikhlasan serta keterpanggilan jiwa.
Karena itu, guru memainkan fungsi peranan penting dalam pendidikan yaitu,
membina akhlak mulia, budi pekerti, dan kepribadian anak didik yang
menjadi landasan utama dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
26
Asrarun Ni’am , M.H, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis
Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen (Jakarta: eLSAS, 2006) hal. 4. 27
Undang-undang R.I. No. !4 Tahun 2005,Tentang Guru dan Dosen, (CIputat Press,
2006) cet. I, hal. 9.
24
C. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam pendidikan, guru merupakan kunci utama dalam agenda
proses kemanusiaan (pendidikan). Dalam pendidikan manapun guru jadikan
sebagai ujung tombak pendidikan, guru harus mampu secara evolutif
membangun manusia memiliki norma-norma hidup dan berkata-kata.
Sehubungan dengan itu Allah telah memberikan petunjuk kepada para rasul
tentang apa yang seharusnya disampiakan kepada umat atau para generasi
penerus. Dalam sura al-Jumu’ah yang artinya: “Dia-lah yang mengutus
kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS.Al-
Jumu’ah:2)
Sementara dalam proses belajar-mengajar guru mempunyai tugas
untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat
segala sesuatu yang terjadi dalam sistem pendidikan, Guru PAI memiliki
landasan yang teramat kuat akan keharuan kepemilikan profesional karena
Islam adalah agama yang mementingkan keprofesionalan.
Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional
dalam arti harus dengan benar dan benar itu hanya mungkin dilakukan
olehorangahli.Rasulullahsaw.bersabda: Bila sesuatu urusan di kerjakan oleh
orang yang tidak ahli maka tunggulah kehancurannya. (H.R. Bukhari).
Selain itu dasar dari kepemilikan kemampuan atau keharusan kepemilikan
kemampuan atau kompetensi seorang guru terdapat dalam al-Qur'ansurat (Az-
Zumar: 9) .......Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9).
Al-Qur'an sebagai landasan paradigma pemikiran pendidikan Islam,
telah banyak mengungkapkan analisis kependidikan yang memerlukan
25
perenungan mendalam, terutama bagi praktisi pendidikan, pemikiran
pendidikan yang berlandaskan berdasarkan kepada wahyu Tuhan menuntut
terwujudnya suatu sistem pendidikan yang komprehensif, meliputi ketiga
pendekatan dalam istilah ilmu pendidikan yaitu kognitif, affektif, dan
psikomotorik. Ketiga pendekatan yang nantinya akan mampu melahirkan
pribadi-pribadi pendidik yang akan berperan dalam menginternalisasikan
nilai-nilai Islam dan mampu mengembangkan peserta didik ke arah
pengalaman nilai-nilai Islam secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas
konfigurasirealitaswahyuAllahSWT.
Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi (alam). Khalifah
berarti memegang amanat, mandataris dan kuasa untuk merealisir dan
menjabarkan kehendak dan kekuasaan Allah di alam. dalam hubungannya
dengan fungsi rububiyah (kependidikan) terhadap alam manusia, maka
manusia sebagai khalifah di bumi mendapat tugas kependidikan, dan hal itu
terkandung di dalam firman Allah (Q.S al-Baqarah : 31) “Dan dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar
orang-orang yang benar!". (QS.al-Baqarah:31).
Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu
dan pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik karena memiliki ilmu
pengetahuan dia bertugas sebagai pendidik. Pendidik memiliki tugas yang
mulia sehingga Islam memandang pendidikan mempunyai derajat yang lebih
tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang yang bukan
sebagaipendidik.
Guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam rangka
mewujudkan suatu proses belajar mengajar. Fungsi guru di sini akan
menyampaikan, memberikan dan mentransformasikan ilmu kepada anak
didik dari apa yang belum bisa menjadi bisa, apa yang belum tahu menjadi
tahu, sehingga proses belajar mengajar itu dikatakan berhasil.
26
Guru sangat berperan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas, oleh karena itu sebagai seorang guru harus dapat
menempatkan diri sebagai tenaga profesional yang baik, bertanggung jawab
sesuai dengan tugas profesinya.
Selain itu guru merupakan instrumen proses pendidikan sebab salah
satu faktor penentu keberhasilan terletak pada eksistensi guru yang
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam arti
seorang yang bertanggung jawab menghantarkan ke arah kedewasaan dan
kematangan.
Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang bertugas dalam
“transfer of knowledge” tetapi juga sebagai “pendidik” yang memiliki tugas
“transfer of values” dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan
pengarahan dan membimbing siswa dalam belajar.
Adapun figur yang paling diteladani sebagai guru dalam pribadi
Rasulullah saw. Allah sendiri telah menetapkan dalam firman-Nya :
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21).
Pengertian guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang
yang pekerjaanya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.28
Dalam
terminologi Islam, Asrarun Ni’am menjelaskan bahwa, guru diistilahkan
dengan murabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. 29
Sebutan
guru atau pendidik banyak persamaannya karena dapat disesuaikan dengan
kekhususannya masing-masing. Dalam UUSPN Tahun 2003 disebutkan
bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar widyaiswara, tutor, instruktur,
28
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007) ed. 3, Cet 4, Hal. 469. 29
Asrarun Ni’am , M.H, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen (Jakarta: eLSAS, 2006) hal. 3.
27
fasilisator dan sebutan lainnya sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyeleggarakan pendidikan.30
Zakiyah Darajat berpendapat “Guru adalah seseorang yang memiliki
kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan
perannya membimbing muridnya”.31
Ini berarti guru harus memiliki peran
dan memiliki kemampuan membimbing muridnya. Bagaimana agar guru
tersebut dapat memudahkan mendidik dan membimbinga anak didik,
kuncinya adalah guru harus melalui pengalaman-pengalaman baik
pengalaman pendidikan keguruan dan pengalaman mengajar. Oleh karena itu
pengalaman mengajar sangatlah penting dalam pendidikan.
Menurut Muhaimin & Abd. Majid seperti dikutip dalam buku Strategi
Belajar Mengajar bahwa “Guru adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah Swt., khalifah di bumi,
sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri
sendiri.32
Definisi di atas menunjukan bahwa guru bukan hanya sebagai
pengajar tetapi juga sebagai pendidik, dan syarat seorang pendidik adalah ia
harus dewasa, yang secara sadar membantu anak didik dengan maksud agar
tercapai tujuan pendidikan. Seorang pendidik menuntun anak didiknya agar
tidak hanya menguasai ilmu tetapi juga harus menguasai adab, tata karma dan
sopan santun.
Sedangkan dalam Undang-undang tentang Guru dan Dosen, dalam
ketentuan umum, secara fungsional menyebutkan bahwa, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
30
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Direktorat
Jendral Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, 2006) hal. 5 31
Zakiyah Drajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarata: Bumi Aksara,
1996) cet. 1. hal. 266 32
Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 44.
28
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.33
Jadi guru adalah pendidik profesional maksudnya
seorang yang sangat menguasai dalam profesinya. Dan mengajar adalah
menjadi tugas utamanya bukan sebagai pekerjaan tambahan atau sampingan
karena itu akan menggangu dalam tugasnya serta kedudukannya sebagai
guru, guru juga harus memiliki kemampuan-kemampuan dan kode etik serta
prinsip-prinsip supaya dapat memudahkannya dalam mendidik, mengajarkan,
membimbing dan mengarahkan siswa agar tercapai tujuan-tujuan, baik tujuan
instutisional, tujuan kulikuler, maupun tujuan nasional.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam tujuan utamanya ialah membina
dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama Islam dan
sekaligus menjalankan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan
syariat Islam agar menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia.
Menurut M. Arifin, guru agama Islam adalah orang yang
membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang
matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah
dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam (M. Arifin, 1987: 100)
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, sebagaimana dikutip oleh Samsul
Nizar memberikan batasan tentang karakteristik guru agama Islam, yaitu:
b. Memiliki sifat zuhud, yaitu mencari keridaan Allah
c. Bersih fisik dan jiwanya
d. Ikhlas dan tidak riya dalam melaksanakan tugasnya
e. Bersifat pemaaf, sabar, dan sanggup menahan amarah, terbuka, dan
menjaga kehormatan
f. Mencintai peserta didik
g. Mengetahui karakter peserta didik
33
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan
Dosen,, pasal I, Hal. 3.
29
h. Menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan profesional
i. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi dan mampu
mengelola kelas
j. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik 34
Sementara itu Abdurrahman al-Nahlawi (memberikan gambaran
tentang sifat-sifat pendidik muslim yaitu sebagai berikut:
a. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru tersebut bersifat
rabban
b. Hendaknya guru bersifat jujur menyampaikan apa yang diajarkannya
c. Hendaknya guru senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan
dan kesediaan untuk membiasakan mengajarkannya
d. Hendaknya guru mampu menggunakan berbagai metode mengajar
secara bervariasi dan menguasainya dengan baik serta mampu
memiliki metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran serta
situasi belajar-mengajarnya
e. Hendaknya guru mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak serta
meletakkan berbagai perkara secara profesional
f. Hendaknya guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras
dengan masa perkembangannya ketika ia mengajar mereka sehingga
guru dapat memperlakukan anak didiknya sesuai dengan kemampuan
akal dan kesiapan psikis mereka
g. Hendaknya guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan
perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa dan pola berpikir
angkatan muda
h. Hendaknya guru bersifat adil di antara para pelajarnya, artinya guru
tidak cenderung kepada salah satu golongan di antara mereka serta
tidak mengistimewakan seseorang di antara lainnya35
34
Samsul Nizar, 2002: 45-46), 35
al-Nahlawi, 1989: 239-246)
30
Pengertian guru Pendidikan Agama Islam—atau kerap disingkat
menjadi guru agama Islam—adalah orang yang memberikan materi
pengetahuan agama Islam dan juga mendidik murid-muridnya, agar mereka
kelak menjadi manusia yang takwa kepada Allah swt. Di samping itu, guru
agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar para murid sejak mulai
sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat
mempraktikkan syariat Islam 36
Menurut M. Arifin, guru agama Islam adalah orang yang
membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang
matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah
dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam (M. Arifin, 1987: 100)
Maka penulis menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam
ialah pendidik profesional yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama
Islam, di mana tugas utamanya ialah mendidik, mengajar dan membimbing
siswa agar siswa mengamalkan ajaran agama Islam, berakhlak mulia, beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar sangat berperan
penting dalam pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam. Tindak
tanduk guru menjadi sorotan siswa, seperti cara berpenampilan dan
bertingkah laku guru akan selalu menjadi contoh para siswa, sehingga
kesalahan siswa akan dikembalikan pada guru. Oleh karena itu, guru dituntut
untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan profesional.
Nana Syaodih menyebutkan 3 tugas yang harus dilaksanakan oleh
guru yang profesional yaitu: Guru sebagai pribadi, guru sebagai pendidik
dan pengajar, guru sebagai pembimbing,
36
(Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD, 1976: 8).
31
1. Guru sebagai pribadi
Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa
dilepaskan dari guru sebagai pribadi, kepribadian guru sangat
mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing, dia
mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan
yang disampaikan atau metode penyampaian yang digunakan tetapi
dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan membimbing tidak
hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga interaksi informal,
tidak hanya diajarkan tetapi pula ditularkan pribadi guru merupakan
suatu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya dan perannya sebagai
pendidik, pengajar dan pembimbing.
2. Guru sebagai pendidik dan pengajar
Guru mempunyai peran ganda sebagai pengajar dan pendidik, kedua
peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan,
tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak,
tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan
intelaktual, afektif dan psikomotor, melalaui menyampaikan
pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan
keterampilan.
3. Guru sebagai pembimbing
Selain sebagai pendidik dan pengajar, juga guru sebagai pembimbing.
Perkembanagn anak tidak selalu mulus dan lancar adakalanya lambat
dan mungkin juga terhenti sama sekali, dalam situasi seperti itu
mereka perlu mendapatkan bantuan atau bimbingan. Dalam upaya
membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi
dalam perkembangannya, sebagai pembimbing, guru perlu memiliki
pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahamni segala
potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitanya dan segala latar
belakangnya.
Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam UUSPN
(Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional) No. 20 Tahun 2003 dalam
32
pasal 39 bahwa: (1) “Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Ayat (2)
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik dan perguruan tinggi.”37
Tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu:
a. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program
pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya
dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.
b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring
dengan tujuan penciptaanya.
c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendali diri
(baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan
partisipasi atas program yang dilakukan.38
Guru di samping sebagai pengajar, guru juga harus menjadi pendidik,
di mana tugas mendidik adalah agar anak didik mencapai kedewasaan,
berahklak mulia dan mengamalkan ajaran agama. Apabila tugas guru di atas
dijalankan dengan baik maka anak didik dalam kehidupan sehari-hari akan
menjadi insan kamil atau manusia berkepribadian sempurna, yang memiliki
intelektualitas dan budaya yang tinggi serta dibarengi dengan moral dan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Seperti yang dikatakan Prof. Dr. Armai
Arif, MA, Bahwa “Perubahan sikap merupakan salah satu sasaran penting
dari konsep pendidikan, Perbaikan tersebut diwujudkan dengan memunculkan
37
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Direktorat
Jendral Pendidikan Islam,Departemen Agama RI, 2006) hal 27. 38
Dr. Al-Rasyid, M.A. dan Syamsul Nizar, M.A., Filasafat Pendidikan Islam:
Pendekatan Historis,Tteoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) cet. II, hal. 44.
33
figur insan kamil, yakni sosok manusia berprestasi dalam sisi intelektual dan
budaya dalam sisi moral.”39
Menurut al-Ghazali dikutip oleh Abudin Nata, ciri-ciri guru yang baik
1. Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak
kandungnyasendiri.
2. Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dari
pekerjaannya (mengajar) karena mengajar adalah tugas yang
diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuannya dalam menuntut
ilmu bukan untuk kebanggaan diri atau mencari keuntungan pribadi
tapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4. Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat
yaitu ilmu yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat
5. Dihadapan muridnya guru harus memberikan contoh yang baik,
seperti berjiwa halus, sopan, lapang dada, murah hati dan berakhlak
terpuji lainnya
6. Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
intelektual dan daya tangkap anak didiknya
7. Guru harus mengamalkan yang diajarkannya karena ia menjadi idola
di mata anak didiknya
8. Guru harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya sehingga
disamping tidak akan salah dalam mendidik juga terjalin hubungan
yang akrab antara guru dan anak didiknya
9. Guru harus dapat menanamkan keimanan kedalam pribadi anak
didiknya sehingga akal pikiran anak didik tersebut akan dijiwai oleh
keimanan itu.40
Sedangkan kewajiban guru seperti tertulis dalam UUSPN Tahun 2003
tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 40 ayat (2) bahwa:
39
Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), Cet. 1,
Hal. 82. 40
Nata, Abudin, Ed, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet.1.
34
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis;
b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.41
Uraian di atas menunjukan bahwa guru agama Islam mengemban
tanggung jawab yang sangat penting yaitu guru bertanggung jawab agar
terciptanya suasana yang berpendidikan baik di masyarakat dan lembaga.
Serta bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan
nasional, juga memberikan keteladan bagi lingkunganya dan anak didiknya.
Tugas guru tidak sekedar mengajarkan bahan bidang studi
keahliannya, tapi juga bertugas sebagai tenaga ahli kependidikan di bidang
perencanaan dan pengembangan kurikulum. Dengan ketrampilannya
menentukan jenis bidang studi itu, guru akan memperoleh kemampuan yang
lebih mendalam tentang menyeleksi bahan bidang studi yang paling
dibutuhkan oleh masyarakat.
Hujjatul Islam, imam al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas
pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan mensucikan
serta membawa hati menjadi yang taqorrub ila Allah. Para pendidik
hendaknya mengarahkan peseta didik untuk mengenal Allah lebih dekat
melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidik dituntut untuk dapat mensucikan
jiwa peserta didik. Hanya dengan jiwa-jiwa yang suci manusia akan dekat
dengan khaliqnya.
Berkenaan dengan konsep ini, an-Nahlawi menyimpulkan bahwa
selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan ketrampilan kepada
peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan pendidik adalah tazkiyat an-
nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik
kepada Khaliqnya, menjauhkannya dari kejahatan dan menjaganya agar
41
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Direktorat
Jendral Pendidikan Islam,Departemen Agama RI, 2006) hal. 28.
35
tetap berada pada fitrah yang hanif. Tugas guru menjadi pendidik dan
pengajar di zaman sekarang tidak mudah, tantangan begitu banyak dan
besar, misalnya, anak didik tidak mau diatur, semangat belajar rendah,
maunya dari yang mengenakkan, daya juang kecil. Di beberapa tempat anak
didik suka tawuran, berantem dan menjadi korban narkoba.
Tantangan menjadi lebih berat lagi karena kesejahteraan guru di
negara ini memang rendah sehingga makin berat bagi guru untuk dapat
menjalankan tugasnya secara baik. Guru merupakan profesi/jabatan atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan
ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan
walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah
sebabnya jenis profesi ini paling muda terkena pencemaran. Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan pada siswa.Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam
masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis
yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan
bangsa. Semakin akurat para guru melaksanakan tugasnya semakin terjamin
tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia
pembangunan.
D. Kerangka Berpikir
Beberapa masalah yang teridentifikasi oleh penulis antara lain: minimnya
upaya yang dilakukan guru maupun sekolah dalam usaha untuk meningkatkan
profesionalisme guru, kurangnya motivasi guru dalam mengajar, kurangnya
penguasaan metode, kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam
mengajar semua itu dapat menyebabkan proses belajar mengajar kurang efektif
dan mengakibatkan hasil peserta didik kurang baik.
Selama guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Fajar kurang
profesional seperti kurang menguasai materi pelajaran, tidak terampilnya
36
menyampaikan pelajaran, tidak tepatnya menempatkan metode pembelajaran dan
sebagainya. Oleh karena itu, agar anak didik memiliki hasil belajar yang
memuaskan dalam bidang studi pendidikan agama Islam maka guru dituntut untuk
memiliki profesionalitas yang tinggi dan baik.
Profesionalisme guru pendidikan agama Islam di Kedaung Ciputat menjadi
permasalahan dalam skripsi ini. Agar terjadi profesionalisme yang tinggi maka
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru meluangkan waktu untuk menguasai pelajaran sebelum mengajar,
agar pembelajaran menjadi efektif.
2. Sekolah menambah sarana dan prasarana belajar, untuk melancarkan
proses belajar mengajar seperti, musholah, boneka mayat dsb.
3. Sekolah mengadakan penyuluhan dan diklat-diklat tentang profesionalise
untuk menambah wawasan tentang guru dan keprofesionalan guru.
4. Sekolah mengadakan seminar tentang profesionalime guru.
5. Guru dianjurkan untuk mengikuti pendidikan profesi, yaitu agar guru
yang belum mendapatkan sertifikasi dianjurkan untuk memperolehnya
melalui pendidikan profesi.
37
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Input Proses Output
Kondidsi Masalah Strategi Hasil
Rendahnya
profesionlasime
guru
Rendahnya tingkat
tentang
profesionalisme
guru di SMP Islam
Al- Fajar Kedaung
Pamulang
Mengikuti
pendidikan
profesi
Mengadakan
penyuluhan
tentang
efektifitas
profesionalisme
Mengadakan
seminar tentang
profesionlasime
Mengadakan
diklat-diklat
tentang
profesionalisme
Sekolah
menambah
sarana dan
prasarana.
Dan lain-lain.
Guru dengan
profesionalitas
yang tinggi
Timbal Balik
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempa Penelitian adalah tempat dimana proses studi dilaksanakan
untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.1 Penelitian ini
dilakukan di SMP Islam Al Fajar Kedaung Pamulang, dan waktu
pengumpulan data bagi penelitian berlangsung selama bulan Oktober 2010
sampai dengan bulan Maret 2011.
B. Pendekatan dan Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang
digunakan adalah metode survey, di mana bentuk penelitian dalam penulisan
skripsi ini adalah berbentuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena ynag terjadi dan
merupakan metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi onjek
sesui dengan apa adanya.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-
sama dan secara teoritis menjadi terget penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah guru-guru Pendidikan Agama Islam dan guru Mulok yaitu Al-Islam
yang ada di SMP Islam Al-Fajar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet. 6,
hal. 53.
39
adalah guru PAI dan Al-Islam yang berjumlah 4 orang. Terdiri dari GURU
Pendidikan Agama Islam 2 orang dan guru al-Islam 2.
D. Variabel Penelitian
Variable penelitian adalah dimensi atau aspek utama dari masalah
yang akan menjadi fokus pembahasan studi ini. Variabel utama dalam
penelitian ini adalah profesionalisme guru pendidikan agama Islam.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan mengumpukan data dalam penelitian ini
menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Observasi, adalah merupakan teknik pengumpulan data dengan melihat
dan mengamati langsung terhadap objek yang diteliti. Teknik ini
digunakan untuk merekam sikap dan prilaku keguruan yang dimiliki guru
dalam interaksinya di dalam proses KBM.
2. Wawancara, digunakan untuk menghimpun atau mengumpulkan data-data
dengan langsung mengadakan tanya jawab nara sumber yang mengetahui
persoalan dari objek yang diteliti. Pada penelitian ini wawancara dilakukan
dengan guru-guru. Wanwancara dalam penelitian ini menggunakan
wawancara individual yaitu wawancara yang secara langsung berhadapan
dengan respenden. Dan responden yang ada adalah Guru PAI dan guru Al-
Islam.
40
F. Kisi-kisi/Instrumen Wawancara dengan Guru Agama
Variabel Indikator Pernyataan Item
Professionalsime Makna Guru
Kompetensi Guru
1. Kompetensi
Pedagogik
2. Kompetensi
Kepribadian
3. Kompetensi
Sosial
- Guru tidak hanya mengajar
tetapi juga pendidik dan
pembimbing.
Guru mampu mengelola
pembelajaran peserta didik.
a. pemahaman wawasan
tentang pendidikan;
b. pemahaman terhadap
peserta didik;
c. pengembangan
kurikulum atau silabus;
d. perancangan
pembelajaran;
e. pelaksanaan
pembelajaran yang
mendidik dan dialogis;
f. pemanfaatan teknologi
pembelajaran;
g. evaluasi hasil belajar;
h. pengembangan peserta
didik untuk
mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimilikinya.
Guru mempunyai kemampuan:
a. Beriman dan bertakwa
b. kepribadian yang
mantap,
c. berakhlak mulia,
d. arif dan berwibawa
,serta
e. menjadi teladan bagi
peserta didik.
Kemampuan guru untuk:
a. berkomunikasi lisan,
tulis dan/atau isyarat
secara santun;
b. menggunakan teknologi
komunikasi dan
informasi secara
fungsional;
41
4. Kompetensi
Professional
c. bergaul secara efektif
dengan peserta didik.
d. bergaul secara efektif
dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan.
e. bergaul secara efektif
dengan pemimpin satuan
pendidikan.
f. orang tua wali peserta
didk;
g. bergaul secara santun
dengan masyarakat
sekitar dengan
mengindahkan norma
serata sistem nilai yang
berlaku; dan
h. menerapkan sistem
persaudaraan sejati dan
semangat kebersamaan.
a. Kemampuan
penguasaan materi
pelajaran secara luas
dan mendalam.
b. Kemampuan
penguasaan konsep dan
metode disiplin
keilmuan.
c. Kemampuan
penguasaan teknologi
atau
d. Kemampuan
penguasaan seni yang
relevan.
42
BAB IV
GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL FAJAR DAN
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Fajar
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Al-Fajar
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah SMP
Islam Al Fajar, pada tanggal 11 Nopember 2010, bahwa: SMP Islam al-
Fajar ialah sekolah Islam terpadu yang mana sekolah ini dikelola oleh
yayasan bernama "Yayasan Perguruan Islam Al-Fajar" yang berlokasi di
desa Kedaung kecamatan Pamulang. SMP Islam Al-Fajar mulai berdiri
pada tahun 1994. Terletak di jalan Aria Putra No. 102, Desa/kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Kabupaten Tangerang, dengan luas area
tanah yaitu 1130.5 M.
Ada beberapa jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Fajar yaitu mulai dari SD, SMP dan
SMK yang terakreditasi A- B -B.
Sekolah Islam terpadu Al-Fajar yang didirikan pengurus yayasan
yaitu H. M Djafar terus mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.
Oleh karena itu pengurus sekolah melalui bidang pendidikan terus
mengembangkan mutu pendidikan dari berbagai aspek seperti,
pengembangan metode, materi pembelajaran sarana dan prasarana dan
sebagainya.
43
SMP Islam Al-Fajar menerapkan kurikulum yang berlaku sesuai
SKB dua Mentri, yaitu: Menteri Pendidikan dan Menteri Agama. Adapun
mata pelajaran Pendidikan Agama Islamnya meliputi mata pelejaran sesuai
Depdiknas, yaitu Al-Quran Hadist, Fiqih, Metode Iqra dan Qiraat serta
Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Visi dan Misi
Visi SMP Islam al-Fajar ialah “Unggul dan berprestasi dibidang
agama Islam yang berbudi pekerti luhur dilandasi IMTAQ (Iman dan
Taqwa) dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di Kecamatan
Pamulang Tahun 2012.” Sedangkan Misi SMP Islam al-Fajar ialah
“Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pendalaman ajaran agama,
mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, menyiapkan generasi
unggulan yang memiliki potensi di bidang akademik dan non akademik”.
Dilihat dari Visi SMP tersebut dapat diketahui bahwa lembaga
sekolah tersebut menekankan pada pengembangan peserta didik untuk
menguasai dan mengamalkan Agama yang berbudi pekerti luhur Islam dan
melandasnya dengan Iman dan taqwa peserta didik dan ilmu Pengetahuan
dan teknologi. Sedangkan Misi SMp Islam tesebut adalah:
1) Menanamkan Keyakinan aqidah melalui pendalaman Agama
Islam. Hasil dari pembelajaran keagamaan adalah tumbuhnya
keimanan dan ketaqwaan yang akhirnya akan menimbulkan
suatu sifat keislaman yang berbudi mulia dan berahklak tepuji.
2) Mengembangkan pengetahuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Disamping mendalami pelajaran agama Islam
Sekolah juga mengembangan pengetahuan dibidang teknologi.
3) Menyiapkan generasi unggulan yang memiliki kemampuan di
bidang akademik dan non akademik. Hasil lulusan yang
diharapkan lembaga tersebut adalah meluluskan siswa yang
unggul dan berpretsasi dan berakhlaqul karimah. Dan menjadi
44
anggota masyarakat yang bergaul dengan baik dengan
menonjolkan keislamannnya.
C. Data Guru/Tenaga Pengajar, Karyawan dan Siswa
1. Jumlah Guru/Tenaga Pengajar dan Karyawan
Pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah guru yang bertugas di SMP Islam Al-
Fajar sebanyak 26 orang, yang terdiri dari 2 guru tetap PNS, 24 guru tidak tetap
atau guru Bantu (Honorer) dan 1 pegawai tata usaha. Untuk lebih jelas mengenai
data guru/tenaga pengajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Jumlah Guru dan Karyawan SMP Islam Al-Fajar Tahun Ajaran 2010/2011
Jumlah Guru Bagi SD Negeri Bagi SD Swasta Keterangan
Guru Tetap (PNS/Yayasan) - Orang 2 Orang PNS
Guru Tidak Tetap/Guru Bantu - Orang 24 Orang Honorer
Guru PNS dipekerjakan - Orang - Orang -
Pegawai Tata Usaha
Satpam
- Orang 1 Orang
1 Orang
Honorer
Sumber: Data Guru-guru Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar guru/tenaga
pengajar SMP Islam Al-Fajar ialah berstatus guru tidak tetap atau guru honorer
sebesar 85%, sedangkan guru tetap sangat sedikit yaitu sebesar 8%.
2. Keadaan Guru menurut Latar Belakang Pendidikan, Jenis Kelamin dan
menurut Guru Umum dan Guru Agama
a) Keadaan Guru Menurut latar Belakang Pendidikan dan Jenis Kelamin
Dilihat dari latar belakang pendidikan 78 % (17 orang) berlatar belakang
pendidikan S1, sebanyak 20 % (6 orang) berlatar belakang pendidikan SMA dan 2
% (1 orang) berlatar belaknag pendidikan D3. Jadi, dapat diketahui bahwa guru
SMP Islam Al-Fajar kebanyakan ialah lulusan pendidikan S1. Mereka di
tempatkan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang terdiri dari 17 guru laki-
laki dan 9 guru perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
45
Tabel 2
Keadaan Guru Menurut Latar Belakang Pendidikan dan Jenis Kelamin
No Nama Guru JK Pendidikan Bidang Studi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Supar Lukyto, S.Pd
Hasbih
Moh. Zuhdi Amin, SHI
Sutarto
Hilmi Karim, S.Ag
Umi Astuti
Udin Sajidin, SEI
Sanwani A. MA
Drs. Widihadi
Drajad Sapto Wahono
Nur Asiah , S.Ag
Winda Armaya, SE
Indra Tri Wahyuni, S.Pd
Maryanah, S.Pd
Sriyono, S.Pd
Nurhayati, S.Pd.I
Sulistyawati, SP
Lasadi, S.Pd
Erna Fatmawati
Suyitno, SE
Irma Suzita, S.Pd
Mi`raj
Endang Budi Lestari, SP
Rizky Wahyu P. SPd
Erwan Setiawan
Eko Siwi N. SPd
L
L
L
L
L
P
L
L
L
L
P
P
P
P
L
P
P
L
P
L
L
L
P
L
L
L
S1/Pendidikan
SMA/IPS
S1/Hukum
SMA/IPS
S1/Pendidikan
SMA/IPS
S1/Ekonomi
D3/Pendidikan
S1/Pendidikan
SMA/IPA
S1/Pendidikan
S1/Pendidikan
S1/Pendidikan
S1/Pendidikan
S1/Pendidikan
S1/Pendidikan
S1/Pertanian
S1/Pendidikan
SMA/IPA
S1/Ekonomi
S1/Pendidikan
SMA/IPA
S1/Pertanian
S1/Pendidikan
SMA/IPA
S1/Pendidikan
IPS
Budi Pekerti
B. Indonesia
al Islam
Komputer
Penjaskes
Pend. Agama Islam
Al Islam
Seni Budaya
B. Indonesia
PAI
Matematika
Matematika
Al Islam
Budi Pekerti
Matematika
IPS
Budi Pekerti
Komputer
B. Inggris
IPA
PPKn
B. Inggris
B. Indonesia
B. Inggrris
PPKn
IPA
B. Indonesia
IPA
B. Indonesia
Sumber: Data Guru-guru Tahun Ajaran 2010/2011.
b) Keadaan Guru Umum
Keadaan guru umum terbagi kepada guru IPA sebanyak 3 orang, guru IPS
sebanyak 2 orang, guru bahasa Indonesia sebanyak 4 orang, guru Bahasa Inggris
sebanyak 3 orang, guru PPKn sebanyak 2 orang, guru Matematika sebanyak 3
orang, guru komputer sebanyak 2 orang dan guru penjaskes sebanyak 1 orang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
46
Tabel 3
Keadaan Guru Umum SMP Islam Al-Fajar Tahun Ajaran 2010/2011
No. Nama Guru B. Studi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Supar Lukito, S.Pd
Moh. Zuhdi Amin, SHI
Sutarto
Umi Astuti
Udin Sajudin, SEI
Drs. Widihadi
Drajad Sapto Wahono
Winda Armaya, SE
Indra Tri Wahyudi, S.Pd
Maryanah, S.pd
Sriyono, S.Pd
Nurhayati, S.Pd.I
Sulistiyarsih, SP
Lasadi S.Pd
Erna Fatmawati
Suyatno, SE
Irma Suzita, SPd
Mi’raj
Endang Budi Lestari, SP
Rizky Wahyu P, S.Pd
Erwan Setiawan
Eko Siwi, S.Pd
IPS, Budi Pekerti & B. Indonesia
Komputer
Penjaskes
Seni Budaya
B. Indonesia
Matematika
Matematika
Budi Pekerti
Matematika
IPS, Budi Pekerti
Komputer
B. Inggris
IPA
PPKn
B. Inggris
B. Indonesia
B. Inggris
PPKn
IPA
B. Indonesia
IPA
B. Indonesia
Sumber: Data Guru-guru Tahun Ajaran 2010/2011.
b) Keadaan Guru Agama
Jumlah guru agama di SMP Islam Al-Fajar terdiri dari 2 orang guru PAI
dan 2 guru al Islam. Jadi, keadaan umum guru di SMP Islam Al-Fajar terbagi pada
guru umum sebesar 85% dan guru agama sebesar 15%. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Data Guru Agama SMP Islam Al-Fajar Tahun Ajaran 2010/2011
No. Nama Guru B. Studi
1
2
3
4
Hasbih
Hilmi Karim, S.Ag
Sanwani, MA
Nur Asiah, S.Ag
Al-Islam
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
Al-Islam
Sumber: Data Guru-guru Tahun Ajaran 2010/2011.
47
Keterangan: untuk Mata pelajaran Al-Islam ialah mata pelajaran muatan
local (MuLuk) yang berisi materi Hafalan Bacaan Doa dan sebagainya, Tajwid,
Al-Quran Hadist dan beberapa materi penunjang tentang keislaman lainnya.
3. Data dan Keadaan Siswa
Siswa/siswi SMP Islam Al-Fajar pada tahun 2010/2011 berjumlah 349 siswa
dan siswi yang terbagi ke dalam 3 kelas, sedangkan jumlah rombongan belajar
(rombel) masing-masing kelas, yaitu kelas VII terdiri dari 4 rombel, kelas VIII
terdiri dari 3 rombel dan kelas IX terdiri dari 3 rombel, untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Jumlah Siswa dari Tahun 2007-2010
Tahun Ajaran
Perencanaan
Penerimaan Kelas
Jumlah Siwa
Kelas VII, VIII,
IX
Murid Rbl
VII VIII IX Jml
Siswa
Jml
Rbl
Jml
Siswa
Jml
Rbl
Jml
Siswa
Jml
Rbl
Jml
Siswa
Jml
Rbl
2007/2008 105 3 101 3 94 3 74 2 269 8
2008/2009 132 3 122 3 95 3 91 3 308 9
2009/2010 169 4 150 4 95 3 104 3 349 10
Sumber: Data Guru-guru Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Sarana dan Prasarana
Meskipun sekolah SMP Islam Al Fajar ini tergolong swasta tetapi
gedung dan tanah itu milik sendiri. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table
berikut:
Tabel 6
Sarana dan Prasarana SMP Islam Al-Fajar Tahun Ajaran
2010/2011
No. Sarana dan Prasana Jumlah Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6
7.
Ruang Kepsek
Ruang Guru
Ruang TU
Ruang Administrasi
Ruang Informasi
Ruang Lab. IPA
Ruang Osis
1
1
1
1
1
1
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup Baik
Baik
Cukup Baik
48
8.
9.
10.
11.
12
13.
14
15
16
Ruang Tamu
Lab. Komputer
Ruang Audio Visual
Ruang Kelas
Perpustakaan
Kantin
Parkir
Toilet Guru
Toilet Siswa
1
1
1
5
1
2
1
2
2
Baik
Baik
Baik
Cukup Baik
Baik
Baik
Cukup
Bersih
Bersih
Sumber: Data Guru-guru Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana sokolah
cukup memadai dan baik. Laboratorium komputer berdaya tampung 17 siswa dan
kondisinya baik. Juga ada ruang audio visual yang berdaya tampung 20 siswa
sedangkan labortaorium IPA berdaya tampung 15 dan kondisinya juga baik.
Perpustakaan yang ada di sekolah tersebut mempunyai koleksi buku cukup
banyak, sebagian besar buku-buku mata pelajaran semuanya tersedia. Sedangkan
tempat parkir cukup memadai, meskipun daya tampung dari tempat parkir tersebut
kecil dan hanya menampung motor saja karena jalan masuk kesekolahan tidak
lebar.
D. Analisis
1. Interpretasi Hasil wawancara
a) Kompetensi Pedagogik Guru
Menurut Bapak Hilmi Karim S.Ag
1) Menguasai bahan pengajaran.
2) Membuat RPP (Rencana Program Pengajaran).
3) Mengembangkan kurikulum.
Menurut Ibu Nur Asiah, S.Ag
1) Mengusai materi atau bidang yang diajarkannya.
2) Mempelajari materi dan mengausainya.
Menurut Bapak Sanwani A. M.A
1) Guru yang memiliki Pendidikan sesuai dengan apa yang diajarkan.
2) Membuat program pengajaran.
49
Menurut Bapak Hasbih
1) Guru yang menguasai suatu bidangnya dengan baik.
2) Menyesuaikan materi dengan kurikulum.
3) Mengusai materi atau bahan pengajaran.
b) Kompetensi Personal/kepribadian Guru
Menurut Bapak Hilmi Karim S.Ag..
1) Guru yang beriman kepad Allah SWT.
2) Berahlak
3) Mempunyai tanggunag jawab pada siswa.
Menurut Ibu Nur Asiah
1) Guru yang memiliki tanggung jawab terhadap siswa baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Bapak Sanwani A. MA.
1) Guru yang beriman dan bertaqwa kepad Allah SWT.
2) Guru harus bisa disiplin, baik waktu ataupun ketika datang ke kelas.
3) Selalu mengingatkan anak didik untuk mengamalkan ajaran Islam
4) Mencontohkan perbuatan baik agar siswa dapat menirunya
5) Guru yang berahlak sesuai dengan ajaran Islam
Menurut Bapak Hasbih
1) Guru dapat mengamalkan apa yang diajarkan kapada siswa
2) Guru dapat berperilaku yang baik dan berahlak agar siswa dapat
meneladaninya.
c) Kompetensi Sosial Guru
Menurut Bapak Hilmi Karim S.Ag
1) Bersosialisasi dengan masyarakat sekitar
2) Bersosialisai dengan lingkungan sekolah baik dengan kepala sekolah,
guru dan siswa.
Menurut Ibu Nur Asiah S.Ag
1) Berinteraksi dengan siswa denagn efektif dan baik
50
2) Berinteraksi dengan orang tua siswa dengan baik
3) Guru dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar sekolah
Menurut Bapak Sanwani A., MA.
1) Bergaul dengan siswa dengan baik
2) Berssosialisasi dengan pimpinan satuan pendidikan secara efektif dan
baik.
3) Bersosialisai dengan masyarakat sekitar sekolah
Menurut Bapak Hasbih
1) Bergaul dengan kepala sekolah
2) Mengadakan sholat berjamaah di masjid
3) Bergaul dengan efektif dan baik dengan siswa, guru-guru serta
masyarakat yang ada kaitannya dengan kegiatan pendidikan.
d) Kompetensi Profesional Guru
Menurut Bapak Hilmi Karim S.Ag
1) Mengulang pelajaran yang sudah di ajarkan
2) Mengevaluasi setiap materi yang telah diajarkan.
3) Mengembangkan materi/bahan pelajaran.
Menurut Ibu Nur Asiah S.Ag
1) Menguasai materi
2) Mengevaluasi pelajaran
3) Menerapkan metode yang tepat dalam proses kegiaan belajar mengajar
Menurut Bapak Sanwani A. MA
1) Menguasai materi
2) Mengembangkan materi dengan buku-buku lain
Menurut Bapak Hasbih:
1) Menguasai bidang studi yang akan diajarkan
2) Mengadakan Tanya jawab dengan siswa
3) Mengadakan pemantapan pelajaran yang telah lalu
4) Menggunakan metode CBSA dal proses belajar mengajar
51
2. Kajian Teori profesionalisme Guru
Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi social dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.1Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah RI No.
74 Tahun 2008 tentang Guru. Pasal (3) lebih lanjut dijelaskan tentang
beberapa kompetensi yang disebutkan di atas, bahwa:
a. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik
yang sekurang-kurangnya meliputi:
1) pemahaman wawasan atau landasan pendidikan;
2) pemahaman terhadap peserta didik;
3) pengembangan kurikulum atau silabus;
4) perancangan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7) evaluasi hasil belajar, dan
8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup
kepribadian yang:
1) beriman dan bertaqwa;
2) berakhlak mulia;
3) arif dan bijaksana;
4) demokratis;
5) mantap;
6) berwibawa;
7) stabil;
8) dewasa;
1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan
Dosen,,pasal 10 ayat 1.
52
9) jujur;
10) sportif;
11) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
12) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
13) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi
untuk:
1) berkomunikasi lisan, tulis dan isyarat secara santun.
2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional;
3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta
didik;
4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku;
5) menerapkan sistem persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni dan budaya yang diampunya meliputi penguasaan.
1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu;
2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni
yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren
dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
53
3. Teori Subtantif/Temuan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian di temukan bahwa Profesionalsime Guru
pendidikan Agama Islam Menurut Penulis adalah, seorang guru harus
menguasai kompetensi-kompetensi yang akan memudahkanya dalam
menjalankan profesinya sebagai seorang guru antara lain :
1. Kompetensi Pedagogik
a) Guru harus menguasai bahan/materi pelajaran yang akan
dijarkannya kepada siswa.
b) Guru harus dapat menjalankan program pengajaran
dengan baik dan benar, sesuai dengan program yang telah
dibuat baik program Tahunan, program semesteran dan
program mingguan.
2. Kompetensi Personal/kepribadian
a) Guru harus dapat mengamalkan ajaran agama yang telah
diberikan kepada siswa.
b) Guru harus beriman dan bertaqwa dan menjadi teladan
bagi para siswa.
3. Kompetensi Sosial
a) Guru harus dapat bersosialisasi dengan para siswanya,
orang tua wali/siswa, guru dan kepala sekolah serta
masyarakatnya.
b) Sebagai seorang guru merupakan profesi pengabdian
kepada masyarakat.
4. Kompetensi Profesional
a) Guru harus dapat mengevaluasi hasil pembelajaran
b) Guru harus dapat menggunakam metode yang variatif
ketika dalam proses Kegiatan belajar mengajar.
c) Guru harus dapat mengembangkan pembelajaran.
54
4. Analisis Penulis
Profesionalisme guru adalah guru yang menguasai di bidang
keguruan, khususnya mata pelajaran atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya, guru juga harus memiliki pengalaman pendidikan dan
pengalaman pengajaran yang sesuai dengan bidang yang diampunya itu,
serta memiliki kemampuan-kemampuan khusus di bidangnya yang
didasari dengan pendidikan kejuruan.
Persiapan yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar
membuat RPP dan menguasai pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa,
juga harus memahami tentang peserta didik, menyesuaikan dengan
program semesteran ataupun tahunan, merancang metode pembelajaran
yang mendidik dan dialogis. Artinya pengajaran bukan hanya terpusat
pada guru tetapi ada timbal balik dari peserta didik.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru ketika dalam proses kegiatan
belajar mengajar antara lain: mengucapkan salam ketika masuk kelas,
selajutnya mengulang-ulang pelajaran yang telah diajarkan dan
menyesuaikan dengan RPP adalah hal yang sangat penting dilakukan demi
pemulihan informasi yang telah didapat oleh siswa dan mencocokannya
pada pelajaran selanjutnya.
Evaluasi bertujuan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan
siswa dalam menguasai materi yang diberikan oleh guru, hal yang penting
lagi adalah mengkoreksi dan mengembalikan hasil tersebut pada siswa.
Karena jika hasil ulangannya tidak dikembalikan pada siswa, maka siswa
akan kecewa dan apabila diminta untuk mengerjakan lagi tugas yang
diberikan guru apakah itu PR atau tugas yang lainnya, siswa akan malas
mengerjakan. Kondisi di atas sering terjadi, parahnya guru tidak sadar
kesalahan yang dilakukan oleh guru sendiri. Kemalasan yang dilakukan
siswa dalam mengerjakan tugas guru, bisa dikarenakan guru juga malas
mengapresiasi hasil ulangan atau pekerjaan siswa.
Memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang sekarang
yaitu internet adalah hal yang harus dikuasi oleh guru pada saat sekarang
55
ini. Karena segala informasi tentang pendidikan ada di sana. Di samping
menambah informasi atau pengetahuan dari internet guru juga mencarinya
dari buku rujukan yang asli, seperti kitab-kitab yang di karang oleh ulama-
ulama salaf, hal in juga yang sangat penting dilakukan guru demi menggali
sumber yang asli dan menocokannya dengan buku-buku PAI yang dicetak
dan diterbitkan sekarang.
Bersosialisasi dengan masyarakat sekitar sekolah, sesama guru,
pemimpin satuan pendidikan (kepala sekolah), peserta didik serta wali
peserta didik adalah salah satu dari kemampuan-kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru yang profesional. Guru pendidikan agama Islam yang
dapat berhubungan yang efektif dan baik dengan lingkungannya adalah
guru yang memiliki predikat sebagai guru yang profesional.
Guru sebagai tenaga profesional sudah barang tentu guru harus
memfokuskan dirinya dan pekerjaannya untuk mengajar, artinya mengajar
adalah kerja utamanya dan penghasilan kehidupan utamanya. Mengadakan
evaluasi tujuan utamanya adalah agar guru dapat mengetahui
perkembangan siswa. Startegi yang dilakukan guru dalam upaya untuk
menigkatkan penguasannya terhadap materi pendidikan agama Islam
adalah belajar sebelum mengajarkannya kepada siswa.
Menyadarkan pada masyrakat bahwa tanggung jawab pendidikan
bukan hanya dipikul oleh para guru tetapi tanggung jawab masyarakat
juga. Karena siswa juga akan ditempatkan dan mengaplikasikan segala
kemampuannya di masyarakat. Maka tugas guru yang profesional adalah
berusaha untuk dapat berinteraksi dengan masyarakatnya agar masyrakat
dapat tergugah tanggung jawabnya.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dianalisis pada bab 4 maka penulis simpulkan bahwa:
a. Dalam kompetensi Pedagogik, Guru Pendidikan Agama Islam sedikit
sekali dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran, mengevaluasi hasil
belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam kompetensi pedagogik
guru PAI SMP Islam AL-Fajar Masih kurang, karena masih mengandalkan
metode yang tradisional dan konvensional tidak memanfaatkan teknologi
pembelajaran yang sudah ada.
b. Dalam kompetensi Kepribadian, Guru Pendidikan Agama Islam di SMP
Islam Al-Fajar berahlak mulia dan mengamalkan ajaran agama, artinya
mereka beriman dan bertaqwa dan mempunyai komitmen untuk menjadi
teladan bagi peserta didik. Jadi dalam kompetensi personal guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar sudah baik.
c. Dalam kompetensi sosial, Guru SMP Islam Al-Fajar telah lama mengabdi
di sekolah tersebut maka dapat dikatakan guru-guru telah berpengalaman
dalam bersosialisasi dengan masyarakatnya. Dan Kepala Sekolah
mendukung sekali terselenggaranya kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan keilmuan tentang keislaman yang di programkan oelg guru
Pendidikan Agama Islam maka dapat dikatakan bahwa guru SMP Islam al-
Fajar cukup baik dalam kompetensi sosialnya.
57
d. Dalam kompetensi Profesional, guru Pendidikan Agama Islam telah
mengusai materi yang mendalam dan memiliki kemampuan dalam
menerapkan metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Maka
dapat disimpulkan bahwa guru dalam kompetensi profesional sudah cukup
baik.
B. Saran-Saran
Setelah disimpulkan maka penulis menyarankan :
1. Guru dianjurkan agar mempersiapkan diri untuk menguasai pelajaran
sebelum mengajar, agar pembelajaran menjadi efektif.
2. Sekolah menambah sarana dan prasarana belajar, untuk melancarkan
proses kegiatan belajar mengajar.
3. Sekolah mengadakan pelatihan tentang profesionalisme guru untuk
menambah wawasan tentang guru dan keprofesionalan guru.
4. Sekolah mengadakan diskusi dan seminar untuk meningkatkan
profesionalime guru.
5. Guru dianjurkan untuk mengikuti pendidikan profesi, bagi guru yang
belum mendapatkan sertifikasi pendidikan profesi.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD Press, 2005, Cet. 1.
Asrarun Niam, H.M, Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis atas
lahirnya UU Guru dan Dosen, Jakarta: Elsas, 2006, cet. 1.
B. Uno, Hamzah, Profesi Pendidikan: Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.
Bukhari, Mukhtar, Pendidikan dalam Pembangunan, Jakarta: IKIP
Muhamadiyah Jakarta Press, 1999. cet I.
al-Bukhary, Imam al-Hafizd Abi Abdillah bin Ismail, Shahih Bukhary, Bairut: al-
Maktabah al-Asyariyah, 1997.
Darajat, Zakiyah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarata: Bumi Aksara,
1996, cet. 1. _______________ dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008. Cet. 4.
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam: Dalam Sitem Pendidikan Nasionmal di
Indonesia , Jakarta: Kencana, 2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Jakarta: Gramedia, 2008, cet, I, Edisi 4.
Fajar, A. Malik, Madrasah dan Tantangan Moderinitas, Bandung: 1999, Mizan,
cet. II.
Fathurrahman, Pupuh dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Refika Aditama, 2007.
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
Ikrar Mandiriabadi, 2006, Cet. 4.
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2010, cet. Ke-7.
Hamidy, Zainudin, Dkk. Terjemah Shahih Bukhari, Semarang: CV. Wicaksana,
1992, Jilid. 1.
59
Sharp, Jhon, dkk, Educatonal Studies; Studies an Issues-Based Aproach, Exeter:
Learning Matter, 2006.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet. 6.
M. Echols, Jhon, dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,
2006, Cet XXVIII.
Nata, Abuddin & Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Jakarta, UIN
Jakarta Press, 2005.
Tim Penyusun, Peraturan Pemerintah R.I. No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,
Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dn Dosen, Peraturan
Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen, Ciputat: Ciputat Press, 2006, Cet. 1.
Utsman Najati, Muhammad, Psikologi dalam al-Quran: Terapi Qurani dalam
Menyembuhkan Gangguan Kejiwaan, Ter. dari Al-Quran wa Ilmun Nafsi,
oleh M. Zaka al-Farisi, Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet. 1.
Usman, Moch Uzer, Menjadi Guru Profesiona,Bandung: PT. Rosda Karya, 2002.