ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA …fe-akuntansi.unila.ac.id/download/JURNAL Inge Natasya (...

29
ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI) Oleh INGE NATASYA Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan kinerja keuangan tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu: Return on investmen, Debt to equity, Earning per share, Total asset turnnover dan Current ratio. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan yang dipilih dengan teknik penarikan sampel purposive sampling dengan jenis pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data skunder dan menganalisa pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan. Sampel-sampel tersebut dianalisis dengan menggunakan uji parametrik yaitu Paired sampel t-test karena data berdistribusi normal. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Debt to Equity Ratio dan Earning per share menunjukkan peningkatan kinerja keuangan yang signifikan setelah perusahaan melakukan akuisisi dibandingkan dengan sebelum perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan pada Return on invesment, Total asset turnover dan Current Ratio menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan setelah perusahaan melakukan akuisisi. Kata kunci: Akuisisi, kinerja keuangan, rasio keuangan Nama : Inge Natasya NPM : 0741031106 E-mail : [email protected] TLP : 0857 888 3 1189 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transcript of ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA …fe-akuntansi.unila.ac.id/download/JURNAL Inge Natasya (...

ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH

AKUISISI

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI)

Oleh

INGE NATASYA

Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan kinerja keuangan tiga tahun sebelum dan

tiga tahun sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Kinerja

perusahaan diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu: Return on investmen,

Debt to equity, Earning per share, Total asset turnnover dan Current ratio.

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan yang dipilih

dengan teknik penarikan sampel purposive sampling dengan jenis pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan data skunder dan menganalisa pos-pos yang terdapat

dalam laporan keuangan. Sampel-sampel tersebut dianalisis dengan menggunakan uji

parametrik yaitu Paired sampel t-test karena data berdistribusi normal.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Debt to Equity Ratio dan Earning per share

menunjukkan peningkatan kinerja keuangan yang signifikan setelah perusahaan melakukan

akuisisi dibandingkan dengan sebelum perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan pada

Return on invesment, Total asset turnover dan Current Ratio menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan setelah perusahaan melakukan akuisisi.

Kata kunci: Akuisisi, kinerja keuangan, rasio keuangan

Nama : Inge Natasya

NPM : 0741031106

E-mail : [email protected]

TLP : 0857 888 3 1189

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki era perdagangan bebas, persaingan usaha diantara perusahaan -perusahaan

semakin tajam. Di mana dalam kondisi ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan daya

saing perusahaan agar dapat bertahan dalam persaingan yang semakin tajam. Untuk itu

perusahaan harus bisa untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan supaya dapat

mempertahankan eksistensinya dan menjadi perusahaan yang besar dan kuat.

Menurut Koesnadi (1991) bahwa salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan

agar perusahaan bisa bertahan atau bahkan berkembang adalah dengan melakukan merger

dan akuisisi (M&A). Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi

satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan. Sementara itu penggabungan dengan

cara lain adalah dengan cara akuisisi. Akuisisi merupakan pengambil-alihan (take over)

sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain sehingga perusahaan pengambil alih

mempunyai hak kontrol atas perusahaan target. Akuisisi ini dapat dilakukan terhadap anak

perusahaan yang semula sudah go publik dan disebut dengan akuisisi internal atau akuisisi

terhadap perusahaan lain dan disebut dengan akuisisi eksternal.

Akuisisi banyak dilakukan karena diharapkan adanya penyatuan sumber daya komplementer

antar dua perusahaan yang akan memungkinkan terciptanya sinergi dan keunggulan

kompetetif yang terus menerus pada perusahaan yang baru dibentuk.

Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia telah banyak melakukan akuisisi, terlebih pada

masa-masa krisis ekonomi yang mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan yang

bangkrut. Bahkan saat ini pasar berkembang dimana yang kegiatannya bukan berupa jual beli

barang, tetapi jual beli perusahaan (kepemilikan) dalam perusahaan. Pasar ini biasa disebut

dengan Market for Corporate Control (Aji, 2010).

Moin (2004) menyatakan bahwa merger dan akuisisi bisa didekati dari perspektif yaitu

keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen startegi (strategic

management). Dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan

investasi jangka panjang (penganggaran modal/capital budgeting) yang harus diinvestigasi

dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya. Sementara itu dari perspektif manajemen

strategi, akuisisi adalah alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk

mencapai tujuan perusahaan.

Keputusan akuisisi mempunyai pengaruh yang besar dalam memperbaiki kondisi dan kinerja

perusahaan, karena dengan bergabungnya dua atau lebih perusahaan dapat menunjang

kegiatan usaha, sehingga keuntungan yang dapat dihasilkan juga lebih besar dibandingkan

jika dilakukan sendiri. Keuntungan yang besar dapat memperkuat posisi keuangan

perusahaan yang melakukan akuisisi. Perubahan posisi keuagan ini akan nampak pada

laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan.

Alasan perusahaan lebih cenderung memilih akuisisi dari pada pertumbuhan internal sebagai

strateginya, adalah karena akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan

perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Akuisisi juga

dianggap dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaaan setelah akuisisi

yang lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akuisisi.

Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui akuisisi kepada perusahaan antara lain

peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan

efisiensi berupa penurunan biaya produksi.

Akuisisi masih sering dipandang sebagai keputusan kontroversial karena memiliki dampak

yang sangat dramatis dan kompleks. Banyak pihak yang dirugikan, sekaligus diuntungkan,

dari peristiwa merger dan akuisisi. Dampak yang merugikan bisa kita lihat dari sisi karyawan

karena kebijakan ini sering disertai dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

jumlahnya barangkali sangat fantastik. Misalnya, dalam kasus Bank Mandiri, lebih dari

11.000 karyawan harus memilih pension dini, sedangkan pengurangan karyawan pada kasus

merger Bank Permata mencapai 2.350 karyawan (Moin,2004).

Kontroversi lain terlihat dari munculnya berbagai intrik dan skandal dibalik peristiwa merger

dan akuisisi. Berbagai bentuk rekayasa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Misalnya

media ini digunakan untuk menghindari pajak, menggelembungkan nilai asset perusahaan,

menggusur manajemen perusahaan yang diakuisisi, atau memperbesar kompensasi para

eksekutif sendiri.

Pada kegiatan akuisisi ada dua hal yang patut dipertimbangkan yaitu nilai yang dihasilkan

dari kegiatan akuisisi dan siapakah pihak-pihak yang paling diuntungkan dari kegiatan

tersebut. Dengan adanya akuisisi diharapkan akan menghasilkan sinergi sehingga nilai

perusahaan akan meningkat. Akuisisi manajer harus memperhitungkan kinerja dari

perusahaan yang akan diakuisisinya. Karena dari kinerja perusahaan dapat menilai pantas

tidaknya calon perusahaan yang diakuisisi. Perhitungan kinerja tersebut dilakukan dengan

melihat rasio-rasio keuangan, yang dilihat dari rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio

likuiditas, rasio aktivitas dan rasio pasar. Dalam Moin (2004) mengatakan bahwa dapat

menggunakan return on assets dan return on equity dalam perhitungan rasio profitabilitas,

perhitungan rasio hutang dapat menggunakan debt ratio dan debt to equity ratio, rasio

likuiditas dengan current ratio, rasio aktivitas dengan menggunakan total asset turn over

serta rasio pasar menggunakan earning per share.

Keputusan akuisisi mempunyai pengaruh yang besar dalam memperbaiki kondisi dan kinerja

perusahaan karena dengan bergabungnya dua atau lebih perusahaan dapat menunjang

kegiatan usaha, sehingga keuntungan yang dapat dihasilkan juga lebih besar dibandingkan

jika dilakukan sendiri. Keuntungan yang besar dapat memperkuat posisi keuangan

perusahaan yang melakukan akuisisi. Perubahan posisi keuangan ini akan nampak pada

laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan (Moin, 2004).

Menurut Payamta (2004) guna menilai kinerja perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan.

Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rasio likuiditas, aktivitas, pasar,

solvabilitas dan profitabilitas. Dasar logika dari pengukuran berdasar akuntansi adalah bahwa

jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-

aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan akan meningkat dan kinerja perusahaan juga

semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan pasca akuisisi seharusnya semakin baik

dibandingkan dengan sebelum akuisisi dan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan

yang melakukan akuisisi.

Perubahan – perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya akan

terlihat pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Untuk menilai bagaimana

keberhasilan akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja keuangan setelah melakukan

akuisisi bagi perusahaan pengakuisisi (Maksum, 2005).

Berdasarkan kajian dan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil dalam penerapan

strategi akuisisi, disisi lain aplikasi akuisisi memberikan dampak yang menguntungkan

perusahaan, namun disisi lain justru memberikan kerugian bagi perusahaan yang

melakukannya. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh akuisisi terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang dinilai dari rasio keuangannya. Karena untuk menilai

bagaimana keberhasilan akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang

melakukan akuisisi, terutama kinerja keuangannya. Dengan bergabungnya dua atau lebih

perusahaan dapat menunjang kegiatan usaha, sehingga keuntungan yang dihasilkan juga lebih

besar dibandingkan jika dilakukan sendiri-sendiri.

[Alasan pemilihan objek pada perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena perusahaan

manufaktur termasuk kelompok industri yang semakin berkembang dalam dunia bisnis saat

ini dengan nilai transaksi yang besar serta dengan asumsi semakin besar objek yang diamati

maka akan semakin akurat kajiannya. Disamping itu perusahaan manufaktur dipilih sebagai

objek dalam penelitian ini dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan yang sahamnya

paling aktif diperdagangkan di BEI.

[Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian berjudul

“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada

Perusahan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang ingin diteliti

dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum

dan sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI?”.

1.2 Pembatasan Masalah

Dari uraian di atas agar pembahasan lebih terarah, maka perlu membatasi permasalahan

tersebut pada kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan

yang meliputi Debt to equity (DER), Earning pershare (EPS),Total asset turn over (TATO),

Return on investment (ROI), Current ratio (CR).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk menyediakan bukti empiris perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum

dan sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi akademis

Diharapkan memberikan infomasi yang mendukung beberapa penelitian

sebelumnya mengenai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk

memperbaiki kinerja keuangan sebelum maupun sesudah akuisisi.

b. Bagi Investor

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan

investasi yang tepat, khususnya invetasi pada perusahaan yang melakukan akuisisi.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya tentang penilaian

kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan

hidup dan mengembangkan perusahaan. Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan Indonesia Nomor 12 (PSAK No.22) mendefinisikan penggabungan

badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu

entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun

memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI,2002). Jenis penggabungan

usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu akuisisi dan penyatuan pemilikan (merger).

Pengertian penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah penyatuan dua

atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan

menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan

lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan

lain, atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan.

Secara teori penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi, dan konsolidasi. Merger

adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan, dengan salah satu nama perusahaan yang

bergabung tetap digunakan sedangkan yang lainnya dihilangkan. Sementara itu, akuisisi

didefinisikan sebagai pembelian seluruh atau sebagian kepimilikan suatu perusahaan, yang

dapat dilakukan melalui merger atau tender offer (Foster, 1986).

2.2 Pengertian Akuisisi

Akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi

mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu atau obyek untuk ditambahkan pada

sesuatu atau obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam teminologi bisnis akuisisi dapat

diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu

perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau

yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin, 2004).

Moin (2004) Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan penggabungan usaha

yaitu akuisisi:

a. Pertumbuhan atau diversifikasi

Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham,

maupun diversifikasi usaha dapat dilakukan merger atau akuisisi. Selain itu jika

melakukan ekspansi dengan akuisisi maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan

pesaing atau mengurangi persaingan.

b. Sinergi

Sinergi dapat tercapai ketika akuisisi menghasilkan tingkat skala ekonomi ( economic

of scale ). Tingkat skala ekonomi terjadi kerena perpaduan biaya overhead

meningkatkan pendapatan yang lebih besar dari pada jumlah pendapatan perusahaan

saat sebelum melakukan akuisisi. Sinergi terlihat jelas ketika perusahaan yang

melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja

yang berebihan dapat dihilangkan.

c. Meningkatkan dana

Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal,

tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan eskpansi eksternal. Perusahaan

tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi

sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan

kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya

rendah.

d. Menambah keterampilan manajemen atau teknologi

Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya

efisiensi pada manajemen atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat

mengefisiensikan manajemen nya dan tidak dapat membayar untuk mengebangkan

teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki

manajemen atau teknologi yang ahli.

e. Pertimbangan pajak

Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan

perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak.

Bagaimanapun akuisisi tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi

berdasarkan dari tujuan memaksimalkan kesejahteraan pemilik.

f. Meningkatkan likuiditas pemilik

Akuisisi antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih

besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih

mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih

kecil.

Pada Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan

dan pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum

yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau

sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap

perseroan tersebut.

Dalam PSAK No.22 mendefinisikan akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana

salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali

atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki

ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan

yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:

a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.

b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.

c. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.

Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi

berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas

hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri

dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakusisi.

Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara

(voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham

berhak suara tersebut.

Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga

bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang

diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun bisa juga pemilik dari 51 persen tidak

tahu belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar

perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk

(pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan

afiliasi. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas akuisisi sebagai

salah satu straregi.

Gambar 2.1

Skema Akusisi

Gambar 2.1 menjelaskan skema akuisisi. Dimana perusahaan A mengakuisisi 100 persen

saham pada perusahaan. Kedua nya masih berdiri sebagai badan hukum yang terpisah tetapi

menyebabkan beralihnya kepemilikan perusahaan B dari pemilik lama kepada perusahaan A.

Selanjutnya perusahaan A memiliki pengendalian secara penuh terhadap kebijakan

perusahaan B baik menyangkut manajemen, keuangan, produksi, pemasaran, dan kebijakan-

kebijakan lainnya (Moin, 2004).

2.2.1 Klasifikasi Akuisisi

Berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi saham dan akuisisi asset, yaitu:

a. Akuisisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan,

dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual

kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi

ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi.

Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui

dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat dilakukan dengan cara

membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan

maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh

saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan

mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut,

yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.

b. Akuisisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat

membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika

pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan

akuisisi parsial. Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:

1. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak

pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika

akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala

formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan,

termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan Pejabat

Pembuatan Akta Tanah.

2. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan

lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan

dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset

merupakan sahamsaham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets

for share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi

tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi (Moin,2004).

2.2.2 Motif Akuisisi

Moin (2004) pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan

melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif nonekonomi. Motif ekonomi berkaitan

dengan esensi tujuan perusahaanyaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non-ekonomi adalah motif yang bukan

didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan

subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.

1. Motif Ekonomi

Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perpektif manajemen keuangan, adalah

seberapa besar perusahaan mamp menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan

bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya

adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan

yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini. Implentasi program yang

dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi

produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumder daya

manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi akuisisi yang lain meliputi (Moin, 2004):

1. Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.

2. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.

3. Memperoleh individu - individu sumber daya manusia yang professional.

4. Membangung kekuatan pasar.

5. Memperluas pangsa pasar.

6. Mengurangi persaingan.

7. Mendiversifikasi lini produk.

8. Mempercepat pertumbuhan.

9. Menstabilkan cash flow dan keuntungan.

2. Motif Sinergi

Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah

menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi yang

lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akuisisi. Sinergi

dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-

elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut

menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas

perusahaan jika mereka bekerja sendiri.

Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber:

1. Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen,

pemasaran, produksi atau distribusi.

2. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi

yang lebih baik oleh para analisis sekuritas.

3. Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih

efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger.

4. Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2001).

Moin (2004) bentuk - bentuk sinergi disajikan berikut ini:

1. Sinergi Operasi

Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai

efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumber

daya sumber daya perusahaan. Sehingga dengan adanya akuisisi yang dilakukan

perusahaan maka diharapakan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga

kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya masih idle akan dapat dioptimalkan untuk

mendukung permintaan pasar. Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas

produksi yang semula masih menganggur.

2. Sinergi Finansial

Sinergi finansial (financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi

memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari

luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan

semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya

aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang

semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan

memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang

kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan dan kepercayaan yang positif oleh

publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena

makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangan

sehingga mereka bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan

dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil dari pada yang

tidak memiliki kepercayaan publik.

3. Sinergi manajerial

Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas

manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secara

bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki.

Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan-keputusan

startegik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang

memiliki kinerja manajerial yang lebih baik akuisisi dengan perusahaan lain yang

memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu

industri seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang lebih bagus dibanding

perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum memiliki

manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal (internal learning) melalui akusisi

dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

4. Sinergi teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling

memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan

pengembangan, departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan

teknologi informasi.

5. Sinergi pemasaran

Perusahaan yang melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan

terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan dan semakin

banyak konsumen yang bisa di jangkau.

2.3 Analisis Kinerja Keuangan

2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, kerena

kinerja merupakan cerminan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan

sumber dayanya.

Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan ataun progra atau

kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, visi, dan misi organisasi. Pelaporan kinerja

merupakan refleksi keajaiban untuk mempresentasikan dan melaporkan semua aktivitas dan

sumber daya yang perlu dipertanggung jawabkan. Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu

tampilan atau keadaan secara utuh atas keuagan perusahaan selama periode atau kurun waktu

tertentu. Kondisi keuangan merupakan gambaran atas kinerja sebuah perusahaan. Media yang

dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang

terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan dan laporan posisi

keuangan (Aji,2010).

Suatu kinerja perusahaan dapat di lihat dari segi keuangan. Kinerja keuangan suatu

perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi

perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi kinerja perusahaan diperlukan untuk

menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan di masa

depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Almilia,2003).

2.3.2 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan

sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat.

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya agar mengetahui tingkat

profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.

Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis keuangan dan kekuatan

dibidang finansial akan sangat membantu salam menilai prestasi manajemen masa lalu dan

prospeknya di masa mendatang.

Analisis laporan keuangan dapat dilakukan menggunakan rasio keuangan. Analisis laporan

keuangan memungkinkan manajer keuangan dan pihak yang berkepentingan untuk

mengevaluasi kondisi keuangan dengan cepat, karena penyajian rasio – rasio keuangan akan

menunjukan kondisi sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Analisis rasio menghubungkan

unsur – unsur rencana dan perhitungan laba rugi sehingga dapat menilai efektivitas dan

efesiensi perusahaan. Menurut shinta (2008) menyatakan empat hal yang mendorong analisis

laporan keuangan dilakukan dengan model rasio keuangan yaitu:

1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu.

2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan.

3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.

4. Untuk mengkaji hubungan empiris antara rasio keuangan dengan estimasi atau

prediksi variabel tertentu ( seperti kebangkrutan atua finacial distress) Jurnal

Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI).

2.3.3 Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan dibidang keuangan. Rasio merupakan alat yang membandingkan suatu hal dengan

hal lainnya sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial

berupa neraca dan laporan laba rugi. Kriteria untuk menentukan apakah posisi keuangan

suatu perusahaan sehat atau tidak dapat diklasifikasikan menjadi lima macam rasio keuangan

(Warsono, 2003:32) yaitu:

1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba.Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau financial leverage merupakan tingkat jumlah hutang

terhadap seluruh kekayaan perusahaan.

3. Rasio Pasar

Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar saham perusahaan dibanding

dengan nilai buku. Lebih dari itu rasio ini mengukur bagaimana nilai perusahaan

saat ini dan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan nilai perusahaan di

masa lalu. Pada sudut pandang investor, apabila sebuah perusahaan memiliki nilai-

nilai yang tinggi pada rasio ini maka semakin baik prospek perusahaan.

4. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola

aktivanya. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar kecepatan asset-

asset perusahaan dikelola dalam rangka menjalankan bisnisnya.

5. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang segara jatuh tempo.

Berdasarkan kelompok rasio di atas, rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Return on Investment (ROI) digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang

diinvestasikan dalam untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak.

2. Debt to Equity (DER) merupakan alat ukur dengan cara membandingkan antara utang

jangka panjang (long term debt) perusahaan dengan modal ekuitas (stock equity).

3. Earnings per share ( EPS) merupakan alat ukur untuk menghitung laba bersih yang

diperoleh dari selembar saham.

4. Total asset turnover (TATO) merupakan alat untuk mengukur perputaran dari semua

aset perusahaan dan dihitung dengan cara membagi penjualan dengan aktiva total.

5. Current Ratio (CR) yaitu membandingkan antara total aset dengan kewajiban

lancarnya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja

keuangan diantaranya adalah yang dilakukan oleh Cecilia Bintang (2005) tentang analisis

kinerja operasi perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi, pengujian terhadap kinerja

operasi perusahaan setelah melakukan merger atau akuisisi tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan, pada penelitian ini hanya menguji kinerja operasi jangka pendek 1

tahun sebelum dan 1tahun setelah melakukan merger dan akuisisi dikarenakan keterbatasan

ketersediaan laporan keuangan perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu ROA, ROE, PM, TATO, Operating Return dan Operating Margin.

Penemuan Yudyatmoko dan Na’im (2000) yang melakukan pengujian terhadap 34 kasus

merger dan akuisisi selama 1989-1995 menemukan rata-rata profit margin selama tiga tahun

sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, menunjukan hasil tidak ada perbedaan yang

signifikan antara rata-rata profit margin tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah merger

dan akuisisi.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menginvestasikan pengaruh merger dan

akuisisi terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu konsisten. Penelitian yang

dilakukan oleh Nurdin (1996) bertujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan sebelum dan

sesudah akusisi pada perusahaan go public di Indonesia, dari 55 perusahaan yang masuk

criteria yaitu sebanyak 40 perusahaan, perusahaan melakukan akusisi dari tahun 1989 sampai

1992. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan uji statistiknya

menggunakan t-test sebelum dan setelah akuisisi. Hasil dari penelitian tersebut adalah

terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang digambarkan oleh rasio keuangan yaitu: rasio

likuiditas, rasio rentabilitas, rasio solvabilitas dan rasio tingkat pengembalian atas total aktiva

yang semakin membaik setelah akuisisi dalam jangka waktu tiga tahun.

Hasil negative dikemukakan oleh Payamta & Sholikah (2001) yang menganalisis pengaruh

merger dan akuisisi terhadap kinerja perbankan di Indonesia terhadap 87 bank dari tahun

1990 sampai 1995 dan yang masuk sampel adalah 9 bank, metode yang digunakan adalah

purposive sampling. Kinerja bank dianalisis menggunakan CAMEL (aspek permodalan,

kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas dan likuiditas), dengan hasil penelitian tidak adanya

perbedaan yang signifikan pada tingkat kinerja bank yang diukur dengan rasio camel untuk 1

tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi.

Pada tahun 2004 Payamta kembali meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 1990-1996 bersama Setiawan

(Payamta & Setiawan, 2004). Dari rasio-rasio keuangan yang terdiri rasio likuiditas,

solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas hanya rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset

Turnover, Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, Operating Profit

Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan

setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan.

Sejalan dengan Penelitian Mariana dan Sri (2008) menyatakan bahwa dengan menggunakan

metoda EVA tidak ada perubahan kinerja perusahaan yang signifikan yang terjadi pada

perusahaan GGRM baik sebelum melakukan akuisisi maupun sesudah akuisisi.

Pada penelitian Azizudin (2003) menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan untuk periode

sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dari segi rasio keuangan. Meskipun ada

beberapa rasio dan tidak konsisten. Yang memberikan indikasi perbedaan signifikan namun

sifatnya hanya sementara keuangan seperti DER, ROE dan PBV. Sejalan dengan penelitian

Azizudin, penelitian Arviana (2009) secara umum menunjukkan tidak ada peningkatan yang

signifikan antara kinerja keuangan perusahaan pada DER, GPM, OPM, NPM, ROE, dan ROI,

sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi.

Dari beberapa penelitian yang sudah ada, bahwa setiap perusahaan dengan berbagai rasio

yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan tidak ada nilai atau hasil yang konsisten.

Berdasarkan literatur dan teriotis yang ada bahwa sebelum dan sesudah melakukan akuisis

seharusnya terjadi perubahan secara signifikan dengan terjadi nya sinergi yang meningkat.

Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba menguji kembali kinerja perusahaan sebelum dan

sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan beberapa rasio

yang sudah digunakan akan tetapi dengan periode masa akuisisi yaitu pada periode 2006-

2008 dengan periode pengamatan 2003-2011, dengan menggunakan kriteria yang sudah di

tentukan.

2.5. Rerangka Pemikiran

Keputusan akuisisi pengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan. Melalui akuisisi

diharapkan perusahaan dapat melakukan penghematan operasi dan meningkatkan daya saing

di pasar internasional.

Para manajer keuangan dituntut untuk bisa menilai kapan perusahaan harus melakukan

akuisisi dan beberapa aktif menilai calon perusahaan yang akan diajak akuisisi, sehingga

tujuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dengan meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan tercapai.

Salah satu motivasi perusahaan dalam melakukan akuisisi adalah untuk meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan. Evaluasi terhadap keberhasilan strategi akuisisi dalam upaya

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, melalui perbandingan kinerja keuangan

perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi dengan menggunakan analisisi rasio keuangan.

Analisis rasio keuangan yang peneliti gunakan adalah rasio profitabilitas (ROI), rasio

solvabitias atau financial leverage (DER), rasio aktivitas (TATO), rasio pasar (EPS) dan rasio

likuiditas (CR).

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat disederhanakan sebagaimana model kerangka

pemikiran teoritis sebagai berikut:

2.6. Perumusan Hipotesis

[Kondisi keuangan yang diwakili oleh rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dalam

menilai kinerja suatu perusahaaan. Berdasarkan literatur dan beberapa penelitian mengenai

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kinerja Keuangan

Perusahaan

Sesudah Akuisisi

Kinerja Keuangan

perusahaan

Sebelum Akuisisi

Dibandingkan

1. Retun on Investment

2. Debt to Equity

3. Earnings pershare

4. Total asset turnover

5. Current Ratio

kinerja perusahaan yang telah melakukan akuisisi maka dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan variabel rasio profitabilitas (Return on invesment), rasio solvabilitas (Debt to

equity), rasio pasar (earning per share, rasio aktivitas (Total assets turn over), dan rasio

likuiditas (current ratio).

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan atas kinerja keuangan sebagai berikut:

2.6.1 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya

(Kasmir, 2010:114). Yang termasuk dalam jenis-jenis rasio profitabilitas adalah:

a. Gross Profit Margin (GPM)

b. Net Profit Margin (NPM)

c. Operating Profit Magin (OPM)

d. Return on Invesment (ROI)

e. Return on Equity (ROE)

f. Return on assets (ROA)

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI)

merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam

menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam

perusahaan dimana jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas

perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan sinergi (Syamsuddin, 2009).

Pada penelitian Payamta dan Setiawan (2004), untuk rasio return on investment mengalami

penurunan signifikan. Namun pada penelitian Maksum (2009) untuk rasio return on

investment tidak mengalami perubahan signifikan. Berdasarkan teori mengenai kinerja

perusahaan pada ROI mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang

dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan

aktiva yang buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja atas

penggunaan aktiva yang baik.

Oleh karena itu, diharapkan kinerja perusahaan akan meningkat dengan memanfaatkan

penggunaan aktiva yang baik yang akan meningkatkan ROI pasca dilakukannya akuisisi

dibandingkan sebelum melakukan akuisisi. Maka hipotesis yang dapat disimpulkan adalah:

H1: Terdapat perbedaan kinerja keuangan terhadap return on investment (ROI)

sebelum akuisisi dan Return on investment (ROI) setelah akuisisi.

2.6.2 Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset

perusahaan dibiayai dengan utang, artinya besarnya jumlah utang yang di gunakan

perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika di bandingkan dengan menggunakan

modal sendiri (Kasmir 2010:112). Perusahaan harus memiliki komposisi modal yang lebih

besar dari utang (Harahap 2007:303). Yang termasuk kedalam rasio solvabilitas adalah:

a. Debt to equity ratio (DER)

b. Debt Ratio (DR)

c. Earning before income tax (EBIT)

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka panjangnya kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di

likuidasi dan menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-

hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana

perusahaan dibiayai dari hutang. Oleh karena itu, rasio solvabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu debt to total equity ratio (DER) yang merupakan perbandingan antara

total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang

ada (Harahap, 2007).

[Pada penelitian sebelumnya Koesmoyo (2001) melakukan penelitian kinerja keuangan

empat BUMN yang ada di indonesia sebelum dan sesudah go public. Variabel yang

digunakan adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), gross profit margin

(GPM), net profit margin (NPM), operating profit margin (OPM), dan debt to equity ratio

(DER). Hasil dari penelitian tersebut tidak adanya perubahan yang signifikan antara kinerja

perusahaan sebelum dan sesudah go public.

NKapabilitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang

dalam hal ini adalah struktur modal yang berubah dengan dilakukannya akuisisi yang akan

diteliti melalui debt to equity (DER). Jika terjadi sinergi atas dilakukannya akuisisi maka

secara umum kesertaan modal mereka akan cukup baik untuk melakukan usahanya sehingga

penggunaan hutang, secara keseluruhan atau atas ekuitas perusahaan (DER), untuk

menjalanan perusahaan dapat diminimalisasi. Dalam hal ini, apabila rasio DER mengalami

penurunan, yang berarti dana diperoleh dengan melakukan akuisisi yang dikelola dengan baik

sehingga menambah struktur modal untuk melunasi semua kewajibannya. Maka hipotesis

yang dapat dsimpulkan:

H2: Terdapat perbedaan kinerja keuangan terhadap debt to equity (DER) sebelum

akuisisi dan debt to equity (DER) setelah akuisisi.

2.6.3 Rasio Pasar

Menurut Brigham (2002) rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar dalam perusahaan

dibanding dengan nilai buku. Lebih dari itu rasio ini mengukur bagaimana nilai perusahaan

saat ini dan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan nilai perusahaan di masa lalu.

Menurut (Sutrisno, 2003) rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat

(investor) atau para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau

membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku

saham. Yang tergolong dalam rasio pasar adalah:

a. Earning pershare (EPS)

b. Price earning ratio (PER)

c. Price to book value ratio (PBV)

d. Deviden yeild ratio (DY)

e. Deviden payout ratio (DPR)

Oleh karena itu, rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning per share

(EPS) yang biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umum nya atau calon

pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return)

dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar nilai keuntungan yang

diterima pemegang saham.

Maka akuisisi yang diharapkan mendatangkan keuntungan lebih pada perusahaan akan

mempengaruhi pendapatan yang diperoleh tiap lembar saham (EPS).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu badan usaha akan lebih meminati saham

yang memiliki nilai EPS yang lebih tinggi dibandingkan nilai EPS rendah, karena nilai EPS

yang rendah cenderung menurunkan harga saham. Maka hasil hipotesis dapat disimpulkan:

H3: Terdapat perbedaan kinerja keuangan terhadap earning pershare (EPS) perusahaan

sebelum akuisisi dan earning pershare (EPS) setelah akuisisi.

2.6.4 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan

dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya (Kasmir, 2010). Rasio ini menunjukan sejauh

mana efesiensi perusahaan dalam menggunakan aset dalam memperoleh penjualan. Berikut

ini adalah jenis-jenis rasio akitivitas:

a. Total asset turnover

b. Inventory trunover

c. Fixed assets trunover

d. Rasio perputaran modal kerja

e. Rata-rata umur piutang

f. Perputaran piutang

Sedangkan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva

perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu adalah total asset trunover. Total

assets turnover merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume

penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih

cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan

aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat

memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar.

Dengan akuisisi maka sharing tentang efektifitas perusahaan dapat dilakukan sehingga dapat

meningkatkan keefektifitasan perusahaan dapat terjadi. Sehingga asset yang dimiliki oleh

perusahaan dapat digunakan secara efektif . Dengan adanya dana tambahan dengan akuisisi

dapat dimanfaatkan untuk menambah persediaan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

penjualan perusahaan (syamsudin, 2009).

Pada penelitian sebelumnya Shinta (2008) yang meneliti hanya dua perusahaan yang

melakukan merger yaitu pada PT Ades Water Indonesia, Tbk. & PT. Medco Energi

Internasional, Tbk. Menunjukan hasil analisis dapat diketahui perbedaan kinerja keuangan

setelah dan sebelum melakukan merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut dapat

membuktikan bahwa pada rasio CR, DER, OPM, ITO, GPM, NPM, ROE dan TATO dapat

diketahui lebih besar sebelum melakukan merger dan akuisisi.

Dengan ini perputaran aset (total asset turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan sehingga pengguna aktiva yang

dilakukan oleh perusahaan dapat berdampak pada penjualan yang telah dilakukan, maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Terdapat perbedaan kinerja keuangan terhadap total asset turnover (TATO)

perusahaan sebelum akuisisi dan total asset turnover (TATO) setelah akuisisi.[

2.4.5 Rasio likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi liabilitie (utang jangka pendek) (Kasmir, 2010:110). Apabila perbandingan aset

lancar dengan utang semakin besar, ini berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam

menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Likuiditas yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi

dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2007:301).

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal

kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas

berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan

dengan harga saham perusahaan. Berikut jenis-jenis rasio likuiditas:

a. Current ratio

b. Quick ratio

c. Cash ratio

Dalam penelitian ini rasio likuiditas yang di proksikan adalah menggunakan current ratio.

Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan

perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Syamsudin, 2009).

Pada penelitian sebelumnya Shinta (2008) yang menyatakan ada perbedaan kinerja keuangan

pada PT Ades Water Indonesia, Tbk. (ADES) & PT Medco Energi Internasional, Tbk

(MEDC) setelah dan sebelum melakukan merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut

dapat membuktikan bahwa pada rasio CR, DER, NPM, ROE dan TATO dapat diketahui lebih

besar sebelum melakukan merger dan akuisisi.

Dalam penelitian ini menggunakan rasio Current Ratio yang menunjukan sejauh mana

aktivitas lancar menutupi kewajiban lancar. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

Current Ratio adalah perbandingan antara kelebihan uang kas atau aset lancar lainnya dengan

hutang lancar yaitu hutang yang harus dibayar segera mungkin (tidak lebih dari satu tahun).

Maka hasil hipotesisnya dapat disimpulkan bahwa:

H5: Terdapat perbedaan kinerja keuangan terhadap current ratio (CR) sebelum akuisisi

dan current ratio(CR) setelah akuisisi.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif

maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap

dan jelas. Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang melakukan kegiatan akuisisi dan terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dengan rentang waktu antara tahun 2006 - 2008.

Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan

kegiatan akuisisi pada periode tahun 2006-2008 serta tidak melakukan kegiatan

akuisisi lebih dari satu kali selama periode pengamatan, yaitu selama 3 tahun

sebelum dan 3 tahun setelah akuisisi.

2. Perusahaan memiliki data laporan keuangan secara lengkap untuk masa tiga tahun

sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi dan mempublikasikan laporan keuangan

secara lengkap.

3. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember.

Berdasarkan data yang ada diperoleh, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak

12 perusahaan yang termasuk dalam kriteria penelitian ini. Berikut daftar perusahaan:

Tabel 1. Seleksi Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan yang melakukan akuisisi di BEI 2006-

2008

23

Perusahaan yang laporan keuangan tidak dipublikasi

secara lengkap di BEI

4

Laporan keuangan perusahaan yang menggunakan

dollar

7

Jumlah sampel akhir 12

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan data sekunder

yaitu data penelitian yang diperoleh dari objek penelitian. Dengan kata lain, data yang

diperoleh dari pihak lain atau pihak luar, yaitu berupa data akuntansi meliputi laporan

keuangan selama tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Bursa Efek Indonesia yang berupa laporan keuangan perusahaan yang melakukan

akuisisi pada tahun 2003 - 2011

2. Indonesian Capital Market Directory.

3. Sumber data lain yang mendukung penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian data-data yang dibutuhkan diperoleh dari literatur yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, serta penelitian-penelitian sejenis sebelumnya yang dijadikan

sebagai bahan referensi. Selain itu data yang diperoleh dengan menganalisa pos-pos yang

terdapat dalam laporan keuangan perusahaan sebelum melakukan akuisisi yang hasilnya akan

dibandingkan dengan pos-pos laporan keuangan sesudah akuisisi melalui informasi di Bursa

Efek Indonesia.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menganalisis secara empiris tentang pengukuran kinerja keuangan perusahaan

sebelum dan sesudah akuisisi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian atas hipotesis-

hipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan menurut metode penelitian dan

analisis yang dirancang sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti agar mendapatkan hasil

yang akurat.

Pada dasarnya variabel dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Secara spesifik, kinerja

keuangan disini difokuskan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi.

Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan indikator rasio keuangan (Munawir, 2002),

yaitu:

1. Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih.

ROI = Aset Jumlah

PajakSetelah Bersih Laba

2. Debt to Equity (DER)

Debt to Equity (DER) merupakan alat ukur dengan cara membandingkan antara utang

jangka panjang (long term debt) perusahaan dengan modal ekuitas (stock equty)

DER = Saham Ekuitas

UtangTotal

3. Eearning pershare (EPS)

Eearning pershare (EPS) merupakan alat ukur untuk menghitung laba bersih yang

diperoleh dari selembar saham

EPS = Beredar SahamJumlah

Bersih Laba

4. Total asset turnover (TATO)

Total asset turnover (TATO) merupakan alat untuk mengukur perputaran dari semua

set perusahaan dan dihitung dengan cara membagi penjualan dengan aktiva total.

TATO = Aktiva Total

Penjualan

5. Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) yaitu membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban

lancarnya

CR= LancarKewajiban

Lancar Aktiva

3.5 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat studi empiris, yang merupakan penelitian

dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari

subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan (Indriantoro, 2002). Tujuan studi

kasus adalah melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk

memberikan gambaran yang lengkap mengenai subyek tersebut. Subyek yang diteliti adalah

kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan

menganalisis rasio keuangan.

3.6 Metode Analisis Data

Untuk tercapainya tujuan dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah model

analisis Paired Sample T Test dengan menggunakan software SPSS. Sebelumnya data yang

terkumpul akan dianalisis secara bertahap dengan dilakukan analisis rasio keuangan statistik

deskriptif terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji distribusi

normal dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Kemudian tahap selanjutnya

dilakukan pengujian hipotesis untuk masing-masing variable penelitian dengan menggunakan

uji analisis Paired Sample T Test. Untuk tingkat signifikansi atau nilai alfa ( ), menurut

Ghozali (2006) nilai alpha yang umum dipakai adalah 0,05 dan 0,01, kemudian pada

penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi atau profabilitas kesalahan untuk menolak H0

untuk seluruh pengujian adalah sebesar 0,05 atau (5%). Penjelasan tahapan pengujiannya

adalah sebagai berikut:

3.6.1 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan yang melakukan

akuisisi terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan dalam penelitian ini

didahului dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran

mengenai data yang digunakan. Rasio-rasio yang diteliti tersebut dibandingkan dengan rasio-

rasio sebelum melakukan akuisisi. Lebih lanjut rasio-rasio tersebut ditetapkan sebagai

variabel yang selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut digunakan untuk pengujian statistik.

3.6.2 Pengujian Statistik

Pengujian ini dilakukan dengan menguji rasio-rasio keuangan sebelum dan setelah akuisisi,

hasil dari pengujian ini diharapkan dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata

pada kinerja keuangan antara perusahaan sebelum melakukan akuisisi dan setelah melakukan

akuisisi. Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Menurut Hakim (2001) Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas penting dilakukan karena untuk menentukan

alat uji statistik apa yang sebaiknya digunakan untuk pengujian hipotesis. Apabila

berdistribusi normal maka digunakan test parametrik, sebaliknya apabila data berdistribusi

tidak normal maka lebih sesuai dipilih alat uji satatistik non-parametric dalam pengujian

hipotesis. Uji statisitik kolmogorov-smirnov dipilih karena lebih peka untuk mendeteksi

normalitas data dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan grafik. Tujuan

pengujian ini untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan penelitian ini adalah

berdistribusi normal atau tidak. Sampel dikatakan berdistribusi normal apabila asymptotic sig

< tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian yang dalam hal ini adalah 95% atau α =

5%, maka hipotesis nol (H0) diterima. Sedangkan dikatakan tidak normal apabila asymptotic

sig > tingkat keyakinan maka hipotesis nol (H0) ditolak.

2. Uji Hipotesis

Hasil uji normalitas data digunakan untuk menentukan alat uji apa yang paling sesuai

digunakan dalam pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini menggunakan uji parametrik

Paired Sample T Test. Model uji beda ini popular digunakan untuk menganalisis model

penelitian pre-post atau sebelum dan setelah. Uji beda digunakan untuk mengevaluasi

perlakuan (treatment) tertentu pada satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan

yang berbeda. Pengamatan tertentu pada penelitian ini adalah peristiwa akuisisi. Jika

perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap objek maka nilai rata-rata pengukurannya

adalah sama dengan atau dianggap nol atau hipotesis nol (H0) diterima. Jika ternyata

pernyataan berpengaruh, nilai rata-rata pengukuran tidak sama dengan nol dan

hipotesisnolnya (H0) ditolak, berarti hipotesis alternatifnya diterima, Hakim (2001).

3. Paired Sampel T Test (Uji T Sampel berpasangan)

Paired Sampel T Test atau uji T sampel berpasangan merupakan alat uji statistik parametrik

yang digunakan untuk membandingkan mean dari suatu sampel yang berpasangan (paired)

dan menguji hipotesis sama atau berbeda (H0) antara dua sampel berbeda yang diambil dari

subjek yang dipasangkan dengan nilai signifikan/ P-Value jika nilai P-Value < 0,05 maka

H0 diterima dan apabila nilai P-Value> 0,05 maka H0 ditolak. (Ghozali, 2006)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari jumlah

sampel, minimum, maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi, dari masing –

masing variabel. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

keuangan yaitu: Earning pershare, Current ratio, Debt to Equity, Total assets turnover, dan

Retrun on invesment. Data kelima variabel ini diperoleh berdasarkan laporan keuangan

tahunan yang terdapat pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dikeluarkan

oleh BEI.

Dibawah ini merupakan hasil perhitungan deskriptif dari varibel – variabel rasio keuangan

yang terkait yang ditinjau dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai

minimum untuk periode sebelum akuisisi. Berikut Tabel 2 yang menunjukan statistik

deskriptif data pada periode sebelum akuisisi.

Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif periode sebelum akuisisi

Periode Variabel Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

3 Tahun

sebelum

Akuisisi

ROI -144.04 27.98 1.5727 27.80390

DER -3.39 8.15 2.0850 2.20540

EPS -991.00 1348.00 211.6361 485.29749

CR .22 18.42 2.5233 3.82363

TATO .17 1.69 .9172 .37504

Sumber: Data diolah

Berikut Tabel 3 yang menunjukkan stastistik deskriptif data pada periode sesudah akuisisi.

Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif periode sesudah akuisisi

Periode Variabel Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

3 Tahun

ROI -86.62 18.29 3.0812 17.31660

DER .17 4.87 1.5180 1.10331

sesudah

Akuisisi

EPS -263.00 3691.00 429.2333 844.49458

CR .34 5.63 1.5711 1.14727

TATO .11 1.59 .9342 .39377

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil deskriptif di atas, dapat dijelaskan bahwa:

1. Dari data diatas, dapat kita ketahui bahwa rata – rata ROI perusahaan sebelum

melalukan akuisisi lebih rendah dibandingkan dengan tingkat ROI sesudah akuisisi.

Nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat ROI sebelum melakukan

akuisisi adalah sebesar -144.04 dan 27.98 yang berarti bahwa perbandingan laba

bersih terhadap total asset perusahaan minimum dan maksimum sebesar -144.04 dan

27.98. Sedangkan nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat ROI

sesudah melakukan akuisisi adalah -86.62 dan 18.29 yang berarti bahwa perbandingan

laba bersih terhadap total asset perusahaan minimum dan maksimum sebesar -86.62

dan 18.29, dengan besar standar deviasi (rata-rata) tingkat ROI sebelum dan sesudah

melakukan akuisisi secara berturut – turut adalah 27.803 dan 17.316.

2. Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa rata – rata pada tingkat DER

perusahaan sebelum melalukan akuisisi yaitu 2.0850 lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata sesudah akuisisi yaitu 1.5108.

Menurut Harahap (2007) semakin kecil rasio ini semakin baik. Berdasarkan uraian di

atas maka dapat diketahui bahwa penurunan debt to equity ratio berdampak baik bagi

kinerja keuangan perusahaan atau dapat diartikan bahwa kinerja keuangan perusahaan

dilihat dari debt to equity ratio mengalami peningkatan.

Nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat DER sebelum melakukan

akuisisi adalah sebesar -3.39 dan 8.15 yang berarti bahwa perbandingan anatra total

utang terhadap total equity perusahaan minimum dan maksimum sebesar -3.39 dan

8.15, Sedangkan nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat DER

sesudah melakukan akuisisi adalah 0.17 dan 4.87 yang berarti bahwa perbandingan

antara total utang terhadap total equity perusahaan minimum dan maksimum sebesar

.017 dan 4.87, dengan besar standar deviasi (rata-rata) tingkat DER sebelum dan

sesudah melakukan akuisisi secara berturut – turut adalah 2.20540 dan 1.10331.

3. Dari tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata EPS perusahaan sebelum

melakukan akuisisi yaitu 211.6361 lebih rendah dari rata-rata EPS perusahaan

sesudah akuisisi yaitu sebesar 429.2333. Hal ini berarti tingkat laba perusahaan

terhadap jumlah saham yang beredar (outstanding share) setelah melakukan akuisisi

mengalami peningkatan, maka nilai ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan,

karena nilai EPS yang cenderung menurun maka akan menurunkan nilai harga saham

dan sebaliknya. Nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat EPS

sebelum melakukan akuisisi adalah sebesar -991.00 dan 1348.00 yang berarti bahwa

perbandingan tingkat laba bersih terhadap jumlah saham yang beredar minimum dan

maksimum berturut-turut sebesar -991.00 dan 1348.00. Hal ini menjelaskan bahwa

tingkat minimum EPS perusahaan sedang mengalami kerugian sehingga tingkat laba

terhadap jumlah saham yang beredar bersifat negatif. Sedangkan nilai minimum dan

maksimum berturut-turut dari tingkat EPS sesudah melakukan akuisisi adalah -236.00

dan 3691.00, dengan standar deviasi (rata-rata) tingkat EPS sebelum dan sesudah

melakukan akuisisi secara berturut – turut adalah 485.29749 dan 844.49458.

Berdasarkan dari hasil deskripsi yang telah di jelaskan diatas terlihat bahwa kinerja

keuangan setelah melakukakan akuisisi dari sisi rasio pasar mengalami peningkatan.

Peningkatan tingkat EPS terjadi karena jumlah saham yang beredar semakin tinggi

sehingga menyebabkan tingkat EPS semakin besar.

4. Dari tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata TATO perusahaan sebelum

akuisisi yaitu 0.9172 lebih rendah dari rata-rata TATO sesudah akuisisi yaitu 0.9342.

Menurut Harahap (2007) semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa

pengelolaan aset dalam menghasilkan penjualan semakin efektif. Berdasarkan uraian

di atas maka dapat diketahui bahwa kenaikkan total asset turn over mencerminkan

bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat.

Nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat TATO sebelum melakukan

akuisisi adalah sebesar 0.17 dan 1.69 yang berarti bahwa perbandingan antara aktiva

lancar dan hutang lancar minimum dan maksimum berturut-turut adalah sebesar 0.17

dan 1.69. Sedangkan nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat TATO

sesudah melakukan akuisisi adalah 0.11 dan 1.59, dengan standar deviasi ( rata-rata)

tingkat TATO sebelum dan sesudah melakukan akuisisi secara berturut – turut adalah

sebesar 0.37504 dan 0.393772.

5. Dari tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata current ratio perusahaan

sebelum melakukan akuisisi yaitu 2.5233 lebih tinggi dari current ratio perusahaan

sesudah melakukan akuisisi yaitu 1.5711. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan

aktiva lancar terhadap hutang lancar pada perusahaan yang melakukan akuisisi

mengalami penurunan.

Menurut Harahap (2007) semakin besar perbandingan aset lancar terhadap kewajiban

lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya. Semakin besar rasio ini, maka akan semakin baik kinerja keuangan

perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa penurunan

current ratio mencerminkan bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin menurun.

Nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat CR sebelum melakukan

akuisisi adalah sebesar 0.22 dan 0.34 yang berarti bahwa perbandingan antara aktiva

lancar dan hutang lancar minimum dan maksimum berturut-turut adalah sebesar 0.22

dan 0.34. Sedangkan nilai minimum dan maksimum berturut-turut dari tingkat CR

sesudah melakukan akuisisi adalah 18.42 dan 5.63, dengan standar deviasi (rata-rata)

tingkat CR sebelum dan sesudah melakukan akuisisi secara berturut – turut adalah

sebesar 3.8236 dan 1.14727. Berdasarkan hasil deskripsi diatas, terlihat bahwa terjadi

penurunan. Penurunan tingkat CR terjadi karena perbandingan aset lancar dengan

utang semakin kecil, ini berarti semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam

menutupi kewajiban jangka pendeknya.

4.2 Uji Normalitas Data

Menurut Hakim (2001) Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Uji statisitik kolmogorov-smirnov dipilih karena lebih peka

untuk mendeteksi normalitas data dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan

grafik. Tujuan pengujian ini untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan penelitian ini

adalah berdistribusi normal atau tidak. Sampel dikatakan berdistribusi normal apabila

asymptotic sig > tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian yang dalam hal ini

adalah 95% atau α = 5%, maka hipotesis nol (H0) diterima. Sedangkan dikatakan tidak

normal apabila asymptotic sig < tingkat keyakinan maka hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil uji

normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Uji Normalitas data

Variabel Hasil

Signifikansi

Taraf

Sinifikansi Kesimpulan

ROI 0.062 0.05 Normal

DER 0.642 0.05 Normal

EPS 0.255 0.05 Normal

TATO 0.679 0.05 Normal

CR 0.390 0.05 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas menyatakan bahwa asymptotic sig > tingkat

keyakinan dengan tingkat keyakinan ( α = 5% atau 0.05 ) maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh variabel rasio ini berdistribusi normal, maka pada rasio ini akan menggunakan

pengujian Paired Sample T Test.

4.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis yang ada bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah kinerja

perusahaan yang diproksikan ke dalam lima rasio keuangan setelah akuisisi terdapat

perbedaan dibandingkan kinerja perusahaan sebelum melakukan akuisisi. Berdasarkan hasil

uji normalitas, maka kita dapat melakukan uji statistik dengan menggunakan Paired Sample

T-Test.

Berikut ini merupakan rekapitulasi tabel hasil pengujian hipotesis seluruh rasio keuangan.

Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis

Rasio

Mean Ratio Sig. (2-

tailed) Keterangan

Sebelum Sesudah

ROI

DER

EPS

TATO

CR

3.0812

2.0850

211.6361

0.9172

2.5233

1.5727

1.5180

429.233

0.9342

1.5711

0.170

0.039

0.019

0.749

0.099

H1 tidak terdukung

H2 terdukung

H3 terdukung

H4 tidak terdukung

H5 tidak terdukung

Dari rekapitulasi hasil pengujian hipotesis diatas, maka dapat diketahui bahwa pada Debt to

equity (DER), dan Earning per share (EPS) terdapat perbedaan signifikan kinerja keuangan

tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi.Sedangkan pada tingkat Return on

invesment (ROI), Total asset turnover (TATO), dan Current ratio (CR) tidak terdapat

perbedaan yang signifiikan.

4.3.1 Hipotesis Pertama

Berdasarkan uji normalitas bahwa variabel rasio ROI menyatakan bahwa asymptotic sig >

tingkat keyakinan. Maka disimpulkan pada variabel ROI berdistribusi normal, oleh karena itu

pada variabel ROI ini akan menggunakan pengujian Paired Sample T Test.

Hasil pengujian pada variabel ini dapat dilihat pada lampiran 4, berdasarkan hasil pengujian

bahwa Setelah dilakukan pengujian terhadap tingkat ROI dengan uji Paired, diketahui

bahwa Sig. sebesar 0.170 pada tingkat (α) sebesar 5% yang berarti Sig. lebih besar dari alpha

sehingga H1 tidak terdukung atau ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik,

tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang menunjukan

penurunan terhadap variabel ROI perusahaan tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah

melakukan akuisisi.

Hal ini disebabkan karena tidak terjadi peningkatan dalam pemanfaatan penggunaan aktiva

dan sinergi yang diharapkan tidak tercapai dalam melakukan akuisisi.

4.3.2 Hipotesis Kedua Berdasarkan uji normalitas bahwa variabel rasio DER menyatakan bahwa symptotic sig >

tingkat keyakinan. Maka disimpulkan pada variabel DER berdistribusi normal, oleh karena

itu pada variabel DER ini akan menggunakan pengujian Paired Sample T Test. Berdasarkan

hasil deskripsi yang sudah dijelaskan diatas, terlihat bahwa adanya penurunan tingkat total

hutang terhadap total ekuitas perusahaan, hal ini berarti kinerja keuangan setelah melakukan

akuisisi dari sisi solvabilitas semakin membaik karena semakin kecil tingkat DER maka

semakin kecil pula tingkat leverage perusahaan, karena hal tersebut berarti modal yang

berasal dari perusahaaan lebih besar di bandingkan dari pihak luar. Hal ini didukung setelah

dilakukan uji hipotesis terhadap DER dengan uji Paired Sampel t-test diketahui bahwa

signifikasi yang terlihat dari Sig. sebesar 0.039 lebih kecil dari α = 5% menunjukkan bahwa

belum terdapat perbedaan yang signifikan maka H2 terdukung atau diterima. Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari tingkat solvabilitas perusahaaan sebelum dan

sesudah melakukan akuisisi. Hasil pengujian pada variabel ini dapat dilihat pada lampiran 5.

Dari hasil deskripsi di atas menyatakan penurunan pada tingkat DER, yang berarti

berpengaruh positif untuk perusahaan dan hasil pengujian statistik menyatakan terdapat

perbedaan yang signifikan, hal ini dikarenakan struktur permodalan yang berasal dari ekuitas

meningkat, sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin baik.

4.3.3 Hipotesis Ketiga

Berdasarkan uji normalitas bahwa variabel rasio EPS menyatakan bahwa symptotic sig >

tingkat keyakinan. Maka disimpulkan pada variabel EPS berdistribusi normal, oleh karena itu

pada variabel EPS ini akan menggunakan pengujian Paired Sample T-Test.

Hasil pengujian pada variabel ini dapat dilihat pada lampiran 6, berdasarkan hasil pengujian

bahwa setelah dilakukan pengujian terhadap tingkat Earning per share dengan uji paired

diketahui bahwa Sig. sebesar 0.019 pada tingkat alpha (α) sebesar 5% yang berarti Sig.

kurang dari alpha sehingga H3 terdukung atau diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara stastistik terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat EPS perusahaan tiga tahun

sebelum dan tiga tahun sesudah melakukan akuisisi.

Variabel kinerja keuangan yang diproksikan terhadap EPS menunjukkan adanya peningkatan

kinerja. Terlihat dari variabel EPS yang cenderung mengalami peningkatan, hal ini

dikarenakan penambahan modal saham yang pada akhirnya menambah jumlah saham yang

beredar dapat mengimbangi dengan peningkatan kinerja keuangan.

4.3.4 Hipotesis Keempat

Berdasarkan uji normalitas bahwa variabel rasio TATO menyatakan bahwa symptotic sig >

tingkat keyakinan. Maka disimpulkan pada variabel TATO berdistribusi normal, oleh karena

itu pada variabel TATO ini akan menggunakan pengujian Paired Sample T Test.

Sebagaimana hasil deskripsi diatas, bahwa hasil rata-rata (mean) menunjukan adanya

peningkatan sehingga maka disimpulkan bahwa kebijakan akuisisi dapat mempengaruhi

kinerja keuangan, Namun setelah dilakukan pengujian terhadap total asset turnover dengan

uji paired sampel t-test dapat diketahui bahwa signifikan sebesar 0.099 yang berarti H4 tidak

tedukung atau ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara stastistik, tidak terdapat

perbedaan signifikan dari tingkat likuiditas perusahaan tiga tahun sebelum dan tiga tahun

sesudah melakukan akuisisi. Hasil pengujian pada variabel ini dapat dilihat pada lampiran 7.

Meskipun terdapat peningkatan pada nilai rata-rata TATO setelah akuisisi, akan tetapi

peningkatan tersebut belum cukup untuk menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan. Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan aset perusahaan dalam memperoleh

pendapatannya belum efesien.

4.3.5 Hipotesis Kelima Berdasarkan uji normalitas bahwa variabel rasio CR menyatakan bahwa symptotic sig >

tingkat keyakinan. Maka disimpulkan pada variabel CR berdistribusi normal, oleh karena itu

pada variabel CR ini akan menggunakan pengujian Paired Sample T Test.

Hasil pengujian pada variabel ini dapat dilihat pada lampiran 8, berdasarkan hasil pengujian

bahwa setelah dilakukan pengujian terhadap Current Ratio dengan uji paired sampel t-test

dapat diketahui bahwa signifikasi sebesar 0.749 yang berarti bahwa H4 tidak terdukung atau

ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara stastistik, tidak terdapat perbedaan

signifikan dari tingkat likuiditas perusahaan 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah melakukan

akuisisi.

Variabel kinerja keuangan yang diproksikan terhadap CR belum menunjukan peningkatan

kinerja dapat dilihat dari variabel CR yang cenderung menurun. Hal ini dikarenakan adanya

kemungkinan penambahan hutang yang pada akhirnya akan menambah jumlah aset, namun

belum dapat diiringi dengan peningkatan kinerja keuangan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan yang diproksikan

oleh rasio profitabilitas, solvabilitas, pasar, aktivitas, dan likuiditas terhadap kebijakan

sebelum dan sesudah adanya akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan di BEI pada tahun

2006-2008 dengan periode pengamatan 2003-2011

Dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Return on invesment (ROI) perusahaan yang melakukan akuisisi secara stastistik tidak

terdapat perbedaan signifikan antara ROI perusahaan tiga tahun sebelum dan tiga

tahun sesudah melakukan akuisisi sehingga H1 tidak terdukung. Dengan demikian,

dapat kita simpulkan bahwa ROI rata-rata perusahaan sampel tidak mendukung bagi

pihak perusahaan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan untuk melakukan

akuisisi karena nilainya tidak memiliki perbedaan dengan nilai yang dihitung sesudah

akuisisi.

2. Debt to equity (DER) perusahaan yang melakukan akuisisi secara stastistik

menunjukan terdapat adanya perbedaan yang signfikan antara DER perusahaan tiga

tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi sehingga H2 terdukung. Berdasarkan

hasil deskripsi, terlihat bahwa terjadi penurunan tingkat total hutang terhadap total

ekuitas perusahaan, hal ini berarti kinerja keuangan setelah melakukan akuisisi dari

sisi solvabilitas semakin membaik karena semakin kecil tingkat DER maka semakin

kecil pula tingkat leverage perusahaan. Hal ini didukungan dengan setelah

dilakukannya pengujian paired sampel t test rata-rata (mean) dari tingkat DER

sesudah melakukan akuisisi menunjukan hasil Sig. Sebesar 0.039 lebih kecil dari α =

5% menunjukkan bahwa H2 diterima. Maka dapat disimpulakan bahwa hasil

pengujian terhadap variabel DER terhadap kinerja keuangan, secara stastistik tingkat

variabel DER terdapat perbedaan signifikan baik perusahaan tiga tahun sebelum

melakukan akuisisi maupun sesudah tiga tahun melakukan akuisisi.

3. Earning per share (EPS) perusahaan yang melakukan akuisisi secara stastistik

menunjukan terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara EPS perusahaan tiga

tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi sehingga H3 terdukung. Hal ini terjadi

karena dari hasil deskripsi terlihat bahwa kinerja keuangan setelah melakukakan

akuisisi dari sisi rasio pasar mengalami peningkatan. Peningkatan tingkat EPS terjadi

karena jumlah saham yang beredar semakin tinggi sehingga menyebabkan tingkat

EPS semakin besar. Variabel kinerja keuangan yang diproksikan terhadap EPS

menunjukkan adanya peningkatan kinerja hal ini terlihat dari variabel EPS yang

cenderung mengalami peningkatan, ini dikarenakan penambahan modal saham yang

pada akhirnya menambah jumlah saham yang beredar dapat mengimbangi dengan

peningkatan kinerja keuangan.

4. Total asset turnover (TATO) perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi setelah

dilakukan pengujian dengan uji paired tidak signifikan, sehingga H4 tidak terdukung.

Variabel kinerja keuangan yang diproksikan terhadap TATO belum menunjukan

peningkatan kinerja. Terlihat dari variabel TATO yang cenderung menurun, hal ini

dikarenakan penambahan aset yang pada akhirnya menambah jumlah penjualan bersih

ternyata belum diimbangi dengan peningkatan kinerja keuangan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa secara stastistik, tidak terdapat perbedaan signifikan dari tingkat

TATO tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah perusahaan melakukan kebijakan

akuisisi.

5. Current ratio (CR) perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi setelah

dilakukan pengujian dengan uji paired sample t-test tidak signifikan, sehingga H5

tidak terdukung. Hal ini didukung berdasarkan hasil deskripsi yang terlihat bahwa

terjadi penurunan. Penurunan tingkat CR terjadi karena perbandingan aset lancar

dengan utang semakin kecil , ini berarti semakin kecil pula kemampuan perusahaan

dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara stastistik, tidak terdapat perbedaan signifikan dari tingkat likuiditas perusahaan

tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah melakukan akuisisi.

Dari hasil deskriptif diatas, maka dapat kita ketahui bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan kinerja keuangan tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi yaitu pada

tingkat solvabilitas dan pasar. Sedangkan pada tingkat profitabilitas, aktivitas, dan likuiditas

tidak menggambarkan perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan tiga tahun sebelum

dan tiga sesudah perusahaan melakukan akuisisi, meskipun dalam penelitian ini rasio

solvabilitas dan pasar terdapat hasil yang signifikan, namun tidak dapat mewakili rasio secara

keseluruhan dalam menunjukkan perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah

perusahaan melakukan akuisisi.

5.2 Keterbatasan

Terdapat beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:

1. Sampel dan rentang waktu pengamatan yang menggunakan 12 sampel dan hanya

dalam jangka waktu tiga tahun.

2. Dalam penelitian ini hanya menganalisisi kinerja berdasarkan rasio keuangan yang

merupakan aspek ekonomi saja, sementara banyak faktor non ekonomis yang tidak

dapat dimasukan kedalam ukuran kuantitatif. Beberapa kinerja non ekonomis seperti

teknologi, sumber daya manusia, budaya perusahaan dan sebagainya. Oleh karena

itu penelitian ini tidak dapat menggambarkan keseluruhan aspek kinerja perusahaan.

3. Dalam penelitian ini variabel kinerja keuangan yang digunakan hanya menggunakan

lima variabel yaitu ROI, DER, EPS, CR, dan TATO. Sedangkan masih banyak

variabel yang dapat digunakan dan dipengaruhi oleh suatu kebijakan, dan pada

akhirnya akan menjadi alat pengambilan keputusan bagi insvestor dan kreditur.

4. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini kurang dapat mewakili untuk

melihat pengaruh kebijakan akuisisi terhadap kinerja keuangan hanya menggunakan

periode tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi.

5.3 Saran

Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini, sebaiknya

mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan

lebih akurat, yaitu:

1. Menggunakan periode waktu yang lebih lama sehingga bisa mendapatkan sampel

lebih banyak.

2. Menggunakan variabel penelitian yang lebih banyak agar hasil penelitian dapat

digeneralisasi serta dapat menggambarkan kinerja keuangan sesungguhnya.

3. Periode untuk menguji perbedaan kinerja sebelum dan sesudah kebijakan

menggunakan rentang waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Muhammad. 2010. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan

Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi, Periode 2002-2004).

Skripsi. Univrsitas Diponegoro

Almilia, Luciana. 2003. Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi finansial distress

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal Riset Akuntansi.

Azizudin, Agis Data. 2003. Analisis Pengarush Merger dan Akuisisi terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi. Universitas Gajah Mada.

Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, 2001. Fundamentals of Financial

Management, Ninth Edition, Horcourt College, United States of America.

Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. Englewood cliffs. NJ: Practice

Hall, Second Edition.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hakim, Abdul. 2001. Statistika Deskriptif. Ekonisia.Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Safri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat.

Indriantoro, Nur. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen.

Cetakan 2. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Kasmir. 2010. Pegantar Manajemen Keuangan. Yogyakata : Penerbit Prenada Media Group.

Koesnadi, Ruddy. 1991. Unsur – unsur dalam merger dan akuisisi di indonesia. Jurnal Riset

Akuntansi. No.3

Maksum, Azhar. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan

Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal

Riset Akuntansi. Vol .1 No. 2

Mariana, Yenny dan Sri Hasnawati. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum

dan Sesudah Akuisisi (Studi Kasus pada PT. Gudang Garam Tbk.). Simposium

Nasional Akuntansi III

Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Moin, Abdul. 2004. Merger, Akuisisi, & Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Nurdin. D. 1996. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntnasi. Vol.3. No 1

Oktavia, Yani. 2001. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Surabaya. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah.

Payamta, dan Doddy,Setiawan. 2004. Anlisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap

Perubahan Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia. Vol.7, No.3

Payamta dan Sholikah. 2001. Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja

Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol1.No.1.

Ruddy, Koesnadi. 1991. Unsur-Unsur dalam Merger dan Akuisisi di Indonesia.

Usahawan. No.3 Maret. Jakarta.

Shinta, H.A, Era,2008.” Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah merger

dan akuisisi (Studi pada perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan

akuisisi yang tercatat pada BEJ). Skripsi. Universitas Muhammadiyah, Malang

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan delapan. Bandung : CV. Alfabeta

Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan. Teori konsep dan aplikasi. edisi pertama Ekonisia.

Yogyakarta.

Syamsuddin, Lukman, 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Malang: Bayumedia

Wibowo, Fairus. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan

Sesudah Akuisisi (Pada Perusahaan Perbankan). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia

Widjanarko, Hendro. 2006. Merger, Akuisisi dan Kinerja Perusahaan, Studi atas Perusahaan

Manufaktur Tahun1998-2002. Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2 No. 2