Abstrak

download Abstrak

of 6

description

abstrak skripsi

Transcript of Abstrak

ABSTRAKPRITHANIA. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Dengan Dosis Berbeda Terhadap Motilitas Dan Sekresi Usus Pada Mencit Secara In Vivo. Dibimbing oleh dr. AULIA CHAIRANI, MKK. dan USWATUN HASANAH, S. Si, M. BIOMED.

Diare adalah peningkatan pergerakan usus yang ditandai dengan peningkatan kandungan air pada feses, volume feses, dan frekuensi buang air besar. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan pada masyarakat di negara berkembang, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Daun jambu biji atau Psidium guajava sering digunakan untuk mengobati penyakit perut dan diare. Beberapa zat berkhasiat dalam daun jambu biji antara lain quersetin dan tannin. Quersetin bersifat sebagai antagonis kalium, yang berperan sebagai antispasmodik dan anti motilitas, sementara tannin selain berperan sebagai antibakteri juga dapat menurunkan peristaltik dan sekresi usus. Penelitian menggunakan metode eksperimental, dimana populasi penelitian adalah 25 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok secara acak. Kontrol negatif penelitian menggunakan akuades, dan kontrol positif menggunakan loperamid. Hasil penelitian, berupa data frekuensi diuji menggunakan metode one way ANOVA, dan dilanjutkan dengan uji post hoc. Sementara, pada jumlah feses cair sebagian diuji dengan one way ANOVA dan post hoc, dan sisanya dengan uji Kruskal Wallis. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan perbedaan pada keseluruhan data frekuensi defekasi maupun feses dengan konsistensi cair, sementara hasil uji post hoc menunjukkan perbedaan data frekuensi maupun jumlah feses cair bila dibandingkan antar kelompok maupun dengan kontrol. Dapat disimpulkan ekstrak daun jambu biji memiliki pengaruh terhadap motilitas usus maupun sekresi usus pada mencit.

Kata kunci : Daun jambu biji, Motilitas Usus, Sekresi Usus, Mencit, In Vivo.Kepustakaan: 52 (1981-2013).ABSTRACTPRITHANIA. Effect of Leaf Extract of Guava (Psidium guajava) With Different Doses Of Intestinal Motility and Secretion in Mice By In Vivo. Supervised by dr. AULIA CHAIRANI, MKK. , and USWATUN HASANAH, S. Si, M. BIOMED.

Diarrhea is an increase in bowel movements characterized by increased water content in the stool, stool volume, and frequency of bowel movements. Diarrheal disease remains a public health problem in developing countries, because of the high morbidity and mortality. Guava leaves or Psidium guajava is often used to treat stomach ailments and diarrhea. Some nutritious substances in guava leaf are quersetin and tannin. Quersetin acted as an antagonists of potassium, which effective as an antispasmodic and anti-motility, while the tannins besides acted as an antibacterial, also effective to reduce intestinal peristalsis and secretion. This research used experimental methods, with 25 mice as population and divided into 5 groups randomly. This research used distilled water as a negative control, and loperamide as a positive control. The result of the study, such as the frequency data was tested using the one-way ANOVA, followed by post hoc test. Meanwhile, the amount of liquid stool partially tested by one-way ANOVA and post hoc, and the rest with the Kruskal-Wallis test. One way ANOVA test results indicate a difference in the overall data of defecation frequency and data of liquid stool, while the results of the post hoc test showed differences in defecation frequency and the number of liquid stools when compared between groups and compared with controls. It can be concluded that the guava leaf extract has effects on intestinal motility and intestinal secretion in mice.

Keywords: Guava Leaves, Intestinal Motility, Secretion Guts, Mice, In Vivo. Bibliography: 52 (1981-2013).RINGKASAN

PRITHANIA. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Dengan Dosis Berbeda Terhadap Motilitas Dan Sekresi Usus Pada Mencit Secara In Vivo. Dibimbing oleh dr. AULIA CHAIRANI, MKK. dan USWATUN HASANAH, S. Si, M. BIOMED.Diare adalah peningkatan pergerakan usus yang ditandai dengan peningkatan kandungan air pada feses, volume feses, dan frekuensi buang air besar. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan pada masyarakat di negara berkembang, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Kematian karena diare terjadi pada 277 kasus dari 10. 980 kasus yang dilaporkan pada tahun 2007, terutama terjadi pada bayi sebesar 31,4% dan anak balita sebesar 25,2%. Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, telah banyak digunakan untuk mengobati suatu penyakit. Obat tradisional Indonesia umumnya merupakan campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi, dan seluruh bagian tanaman. Salah satu obat tradisional yang berasal dari tanaman yaitu daun jambu biji. Daun jambu biji atau Psidium guajava sering digunakan untuk mengobati penyakit perut dan diare. Di Amerika, daun jambu biji juga sering digunakan sebagai antibiotik untuk luka, ulser dan sakit gigi, sementara di Indonesia daun jambu biji sering digunakan untuk mengobati demam berdarah, diabetes, gastritis, diare, sariawan, penyakit kulit, luka luar, meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, dan menyembuhkan hemorrhoid. Daun jambu biji memiliki beberapa zat yang berkhasiat antara lain tannin dan quersetin. Quersetin memiliki sifat sebagai antagonis kalium, yang mempengaruhi otot polos dari organ pencernaan dan berperan sebagai antispasmodik dan anti motilitas, sementara tannin, selain bersifat sebagai antibakteri, juga bersifat adstringen yang dapat membentuk lapisan proteksi mukosa usus, mengurangi sekresi cairan, serta menurunkan sensitivitas ujung saraf dan mengurangi stimulus yang menambah aktivitas peristaltik.Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi eksperimental. Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Sampel pada penelitian ini adalah ekstrak daun jambu biji yang telah dikeringkan. Proses pembuatan ekstrak daun jambu biji menggunakan pelarut etanol 70% dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALLITRO).Jumlah pengulangan dari tiap kelompok perlakuan dihitung menggunakan rumus pengulangan (n-1)(t-1) > 15. Kelompok perlakuan berjumlah 5 yaitu kelompok yang diberikan ekstrak daun jambu biji 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, 400 mg/kgbb, kelompok yang diberi loperamid dan kelompok yang diberikan akuades, maka besar sampel minimal yang diperlukan yaitu 5 ekor mencit untuk setiap kelompok, jadi jumlah mencit yang diperlukan adalah 25 ekor mencit untuk seluruh penelitian.

Proses yang pertama dilakukan ekstraksi daun jambu biji. Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi. Proses ekstraksi pada penelitian ini adalah simplisia atau daun jambu biji yang telah kering dan digiling hingga menjadi serbuk kemudian dilarutkan dengan pelarut etanol 70%, sebelum dirotavapor sampai kental, proses selanjutnya diuapkan pelarutnya sehingga terbentuk ekstrak kental daun jambu biji, setelah itu ekstrak kental ditimbang lalu ditambahkan bahan pengisi, kemudian diaduk hingga merata dan siap untuk dikeringkan menggunakan oven atau freeze dryer. Setelah itu lakukan aklimatisasi mencit selama seminggu, dan dilakukan penghitungan dosis untuk mencit. Mencit kemudian diberikan ekstrak daun jambu biji dengan dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, 400 mg/kgbb, loperamid 0,52 mg/kgbb dan akuades 0,5 ml, dan diberikan castor oil 0, 5 ml setiap jam selama 3 jam dan dilakukan pengawasan selama 2 jam. Pengamatan dilakukan dengan melihat frekuensi defekasi pada mencit, untuk membuktikan adanya penurunan motilitas usus, dan jumlah feses dengan konsistensi cair, untuk membuktikan adanya penurunan pada sekresi usus.Hasil penelitian yang didapatkan berupa data frekuensi defekasi dan jumlah feses dengan konsistensi cair, data diuji normalitasnya, dan didapatkan seluruh data frekuensi defekasi terdistribusi normal. Setelah itu dilanjutkan dengan uji one way ANOVA untuk melihat adanya perbedaan data secara keseluruhan, dan dilanjutkan dengan analisis post hoc untuk melihat adanya perbedaan antar kelompok, sementara karena tidak seluruh data jumlah feses dengan konsistensi cair terdistribusi normal, sebagian dilakukan uji one way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji post hoc, dan sisanya dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil uji one way ANOVA pada frekuensi defekasi menunjukkan adanya perbedaan antara data frekuensi defekasi secara keseluruhan, dan pada hasil uji post hoc, terdapat perbedaan antar kelompok pada data frekuensi defekasi. Selain itu, pada peningkatan dosis ekstrak terdapat peningkatan efektivitas terhadap frekuensi defekasi. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa dosis ekstrak paling efektif adalah dosis tertinggi (400 mg/kgbb) akan tetapi, dosis tersebut belum bisa menyamai efektivitas kontrol positif loperamid dengan dosis 0, 52 mg/kgbb. Sementara, pada data jumlah feses dengan konsistensi cair yang dilakukan uji one way ANOVA, terdapat perbedaan pada seluruh jumlah feses dengan konsistensi cair, dan terdapat perbedaan antar kelompok pada uji post hoc. Akan tetapi, pada data jumlah feses dengan konsistensi cair yang dilakukan uji Kruskal Wallis tidak terdapat perbedaan pada data keseluruhan. Dosis tertinggi ekstrak daun jambu biji (400 mg/kgbb) terbukti memiliki pengaruh yang sama dengan loperamid dalam menurunkan jumlah feses cair.Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti menurunkan motilitas dan sekresi usus pada mencit, yang dibuktikan dengan menurunnya frekuensi defekasi dan jumlah feses dengan konsistensi cair pada mencit. Efektivitas pada ekstrak daun jambu biji terjadi karena adanya zat- zat berkhasiat seperti quersetin dan tannin. Quersetin mempengaruhi otot polos dan menurunkan motilitas usus, sementara tannin memiliki efek adstringensia yang bekerja membentuk lapisan proteksi mukosa usus, mengurangi sekresi cairan, serta menurunkan sensitivitas ujung saraf dan mengurangi stimulus yang menambah aktivitas peristaltik, sehingga akan terjadi penurunan peristaltik usus.Kata kunci : Daun Jambu Biji, Diare, Motilitas Usus, Sekresi Usus, Mencit, In Vivo.

Kepustakaan: 52 (1981-2013).xviii