Absorpsi Protein dengan sitasi

2
Absorpsi Protein Protein memiliki struktur yang sangat kompleks sehingga pencernaan protein berfifat kompleks dan memakan waktu. Tugas pertama adalah untuk merombak organisasi tiga dimensional makanan. Langkah ini melibatkan proses mekanikal di dalam rongga mulut, melalui pengunyahan, dan proses kimiawi di lambung, melalui kerja dari asam hidroklorida. Asam kuat di dalam lambung membunuh patogen dan memecah dinding sel tumbuhan serta jaringan ikat hewan. Asam juga merombak struktur protein sekunder dan tersier, memaparkan ikatan peptida pada serangan enzimatik. (Martini, 2012) Ikatan yang terpapar diserang dengan komponen kedua dari cairan lambung – sebuah protease, atau enzim pencerna protein, disebut pepsin. Tidak seperti kebanyakan enzim, pepsin bekerja terbaik pada lingkungan sangat asam. Dengan memutus ikatan peptida, pepsin memotong protein menjadi polipeptida yang lebih kecil. Pencernaan lebih jauh pada asam amino individual terjadi pada usus halus. (Campbell, 2014) Usus halus adalah situs utama penyerapan protein. Di dalam usus halus, terdapat beberapa variasi dalam kapasitas penyerapan hasil pencernaan protein. Kapasitas absorpsi bagi dipeptida dan tripeptida lebih besar dalam usus halus proksimal dibandingkan dengan dalam usus halus distal, sedangkan bagi asam amino kapasitas penyerapannya lebih besar di usus halus distal dibandingkan dengan usus halus proksimal. (Johnson, 2012) Protein yang terdapat dalam usus halus untuk absorpsi adalah dalam bentuk asam amino dan sedikit fragmen peptida kecil. Asam amino diserap ke sel-sel intestinal dengan simporter, mirip pada penyerapan glukosa dan galaktosa. Simporter gula berbeda dari simporter asam amino dan simporter asam amino bersifat selektif pada asam-asam amino berbeda. Seperti monosakarida, asam amino meninggalkan sel-sel intestinal dengan difusi terfasilitasi dan memasuki jaringan kapiler di dalam villus. (Sherwood, 2013) Menurut Rhoades (2013), Absorpsi peptida dengan enterosit pernah dianggap kurang efisien dibandingkan dengan absorpsi asam amino. Namun, penelitian selanjutnya pada manusia mendemonstrasikan dengan jelas bahwa penyerapan dipeptida dan tripeptida jauh lebih efisien dibandingkan dengan penyerapan asam amino. Transporter peptida memilih dipeptida dan tripeptida dengan salah satu residu glisin atau lisin.

description

Absorpsi Protein dengan sitasi

Transcript of Absorpsi Protein dengan sitasi

Absorpsi ProteinProtein memiliki struktur yang sangat kompleks sehingga pencernaan protein berfifat kompleks dan memakan waktu. Tugas pertama adalah untuk merombak organisasi tiga dimensional makanan. Langkah ini melibatkan proses mekanikal di dalam rongga mulut, melalui pengunyahan, dan proses kimiawi di lambung, melalui kerja dari asam hidroklorida. Asam kuat di dalam lambung membunuh patogen dan memecah dinding sel tumbuhan serta jaringan ikat hewan. Asam juga merombak struktur protein sekunder dan tersier, memaparkan ikatan peptida pada serangan enzimatik. (Martini, 2012)Comment by Alfredo Fernanda: Martini, Frederic H. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Ninth Edition. California: Pearson EducationIkatan yang terpapar diserang dengan komponen kedua dari cairan lambung sebuah protease, atau enzim pencerna protein, disebut pepsin. Tidak seperti kebanyakan enzim, pepsin bekerja terbaik pada lingkungan sangat asam. Dengan memutus ikatan peptida, pepsin memotong protein menjadi polipeptida yang lebih kecil. Pencernaan lebih jauh pada asam amino individual terjadi pada usus halus. (Campbell, 2014)Comment by Alfredo Fernanda: Reece, Jane B. 2014. Campbell Biology. Tenth Edition. Illinois: Pearson Education.Usus halus adalah situs utama penyerapan protein. Di dalam usus halus, terdapat beberapa variasi dalam kapasitas penyerapan hasil pencernaan protein. Kapasitas absorpsi bagi dipeptida dan tripeptida lebih besar dalam usus halus proksimal dibandingkan dengan dalam usus halus distal, sedangkan bagi asam amino kapasitas penyerapannya lebih besar di usus halus distal dibandingkan dengan usus halus proksimal. (Johnson, 2012)Comment by Alfredo Fernanda: Johnson, Leonard R., Ghishan, Fayez K., Kaunitz, Jonathan D., Merchant, Juanita L., Said, Hamid M., Wood, Jackie D. 2012. Physiology of the Gastrointestinal Tract, Two Volume Set. Fifth Edition. Massachusetts: Elsevier.Protein yang terdapat dalam usus halus untuk absorpsi adalah dalam bentuk asam amino dan sedikit fragmen peptida kecil. Asam amino diserap ke sel-sel intestinal dengan simporter, mirip pada penyerapan glukosa dan galaktosa. Simporter gula berbeda dari simporter asam amino dan simporter asam amino bersifat selektif pada asam-asam amino berbeda. Seperti monosakarida, asam amino meninggalkan sel-sel intestinal dengan difusi terfasilitasi dan memasuki jaringan kapiler di dalam villus. (Sherwood, 2013)Comment by Alfredo Fernanda: Sherwood, Lauralee. 2013. Human Physiology: From Cells to Systems. Ninth Edition. Massachusettes: Cencage Learning.Menurut Rhoades (2013), Absorpsi peptida dengan enterosit pernah dianggap kurang efisien dibandingkan dengan absorpsi asam amino. Namun, penelitian selanjutnya pada manusia mendemonstrasikan dengan jelas bahwa penyerapan dipeptida dan tripeptida jauh lebih efisien dibandingkan dengan penyerapan asam amino. Transporter peptida memilih dipeptida dan tripeptida dengan salah satu residu glisin atau lisin. Selanjutnya, transporter peptida hanya mengangkut lemah tetrapeptida dan peptida-peptida lebih kompleks. Peptidase (eksopeptidase) yang terletak di brush border enterosit dapat memecah lebih lanjut peptida-peptida ini menjadi dipeptida dan tripeptida. Dipeptida dan tripeptida diberikan pada orang-orang yang menderita malabsorpsi karena mereka diserap lebih efisien dan lebih cocok daripada asam amino bebas. Keuntungan lain dari peptida dibandingkan dengan asam amino adalah tegangan osmotik yang dihasilkan lebih rendah sebagai hasil dari pengantarannya.Comment by Alfredo Fernanda: Rhoades, Rodney A., Bell, David R. 2013. Medical Physiology: Principles for Clinical Medicines. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins.