Abs Trak

download Abs Trak

of 2

description

satu

Transcript of Abs Trak

Abstrak:Menggigil pasca anesthesia merupakan komplikasi yang potensial bagi pasien pasca bedah yang dapat mengakibatkan Iiipoksemia karena peningkatan konsumsi oksigen jaringan dan peningkatan kadar C02 dalam darah. Hal ini berbahaya tenriama bagi pasien dengan riwayat penyakit jantung iskemi atau pasien-pasien dengan fungsi cadangan ventilasi yang terbatas. Teiah banyak upaya pencegahan maupun penanggulangan dilakukan untuk mengatasi menggigil pasca anestesia, obat yang lazim digunakan adalah petidin. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa ketamin juga efektif untuk mencegah menggigil pasca anestesia. Penelitian ini bertujuan membuktikan apakah ketamin lebih efektif dibandingkan petidin untuk mencegah menggigil pasca anestesia inhalasi N20/02/isofluran, Penelitian ini bersifat uji klinis tersamar ganda yang membandingkan keefektifan ketamin intravena 0,5 mg/kb BB dengan petidin 0.35 mg/kg BB. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSCM dengan jumlah sampel 40, laki-laki dan perempuan, usia 16-65 tahun, status fisik ASA I-II. Kriteria penolakan adalah mempunyai riwayat alergi terhadap petidin dan ketamin, memiliki riwayat kejang, hipertensi dan penyakit jantung koroner, jika suhu tubuh sebelum induksi >38 C atau 180 menit atau kurang dari 30 menit, mendapatkan darah atau komponen darah, memerlukan perawatan di ruang rawat intesif pasca pembedahan., mengalami komplikasi selamaanestesia seperti syok atau henti jantung dan bila intra operatif pasien mendapatkan obat klonidin, prostigmin, petidin dan ondansetron.OBJECTIVE: Postanesthetic shivering is an unpleasant experience which occurs frequently and have an incidence up to 60% of post general anesthesia. Patients with ischaemic heart disease and cardiac failure are endangered by an increase in oxygen demand caused by postanesthetic shivering. Pethidine is often recommended for the treatment of postanesthetic shivering. Ketamine which is an intravenous anesthetic agent can also be given as a prophylactic dnig to reduce the incidence of postanesthetic shivering. The purpose of this study was to evaluate if pethidine and ketamine can prevent postanesthetic shivering if administered twenty minutes before cessation of the inhalation anesthetic agents. METHODS: forty patients (ASA I-II) schedule for simple and superficial elective procedure were enrolled in the study. After standardized induction of anesthesia (2,5 mg/kg body weight of propofol, 1-2 pglkg body weight of fentanyl, 1 mg/kg body weight of vecuronium), lung were ventilated with isoflurane vaporized in 66% N2O and 33 % 02, Patients were randomly allocated in double blind method to one of two groups (each n = 20) to receive either pethidine 0,35 mg/kg body weight or ketamine 0,5 mg/kg body weight twenty minutes before extubation. Heart rate, arterial blood pressure, tympanic membrane temperature and axillar temperature were measured in the start of the study and every five minutes during thirty minutes in the recovery room. The incidence of postanesthetic shivering was also recorded, RESULTS: The incidence of post anesthetic shivering in both groups, pethidine and ketamine were not different statistically. Haemodynamic effects after administration of ketamine and pethidine were just the same. There was no correlation between the tympanic membrane temperature with incidence of postanesthetic shivering. There was a correlation between axillar temperature and incidence of postanesthetic shivering in the ketamine group in the tenth minute. Uji statistik dilakukan dengan SPSS 10.0 for Windows. Data parametrik akan dianalisis mengguiiakan uji t.Data kategorikal akan dianalisis menggunakan uji X. Tes koefisien korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan antara menggigil dengan suhu membran timpani dan suhu aksila pasca perlakuan. Penilaian derajat menggigil dilakukan dengan menentukan skala 0 = tidak menggigil, skala 1 = fasikulasi ringan dari wajah dan leher, skala 2 = tampak tremor yang mengenai lebih dari satu kelompok otot dan skala 3 = menggigil seluruh tubuh. Dilakukan pengamatan sejak dilakukan ekstubasi dan setiap lima menit selama 30 menit. Hasil penelitian adalah kekerapan menggigil secara keseluruhan pada kelompok ketamin 40% dibanding petidin 30% yang secara statistik tidak berbeda bermakna. Derajat menggigil antara kelompok ketamin dan petidin juga tidak berbeda bermakna secara statistik. Efek hemodinamik pasca perlakuan tidak berbeda bermakna secara statistik, baik bila dibandingkan antar kedua kelompok maupun bila dibandingkan sebelum perlakuan. Efek samping mual pada kelompok ketamin dan petidin sebesar 5 %. Tidak ada yang mengalami muntah pada kelompok ketamin dan 5% dari kelompok petidin mengalami muntah. Tidak ada yang mengalami efek samping alergi, depresi nafas dan nistagmus. Disimpulkan bahwa ketamin iv 0,5 mg/kg BB sama efektif dengan petidin 0.35 mg/kg BB untuk mencegah menggigil pasca anestesia inhalasi N20102lisoiluran tanpa perubahan hemodinamik yang berarti.