aborsi

11
HUKUM KESEHATAN ABORSI (ABORTUS) Nama Kelompok: - Arod Fandy 1103005123 (46) - Therisya Karmila 1103005101 (26) - M. Arda Billy 1103005104 (29) - Santhi Kartikasari 1103005109 (34) - Sisca Anggraeni 1103005108 (33)

Transcript of aborsi

Page 1: aborsi

HUKUM KESEHATAN

ABORSI (ABORTUS)

Nama Kelompok:

- Arod Fandy 1103005123 (46)

- Therisya Karmila 1103005101 (26)

- M. Arda Billy 1103005104 (29)

- Santhi Kartikasari 1103005109 (34)

- Sisca Anggraeni 1103005108 (33)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 2: aborsi

Pengertian Aborsi

Menurut hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk

kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”.

Di dalam buku Etika & Hukum Kesehatan yang dikarang oleh Prof. Dr. Soekidjo

Notoatmodjo dijelaskan bahwa aborsi adalah keluarnya atau dikeluarkannya hasil konsepsi

dari seorang ibu sebelum waktunya. Aborsi atau abortus dapat terjadi secara spontan dan

aborsi buatan. Aborsi secara spontan merupakan mekanisme alamiah keluarnya hasil

konsepsi yang abnormal, sedangkan abortus buatan yang juga disebut terminasi kehamilan.

Dalamduniakedokterandikenal 3 macamaborsi, yaitu:

1.   AborsiSpontan / Alamiah

2.   AborsiBuatan / Sengaja

3.   AborsiTerapeutik / Medis

Aborsis pontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan

karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan 

Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu

sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun sipelaksana

aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas

indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit

darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik

calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang

matang dan tidak tergesa -gesa.

Dasar Hukum Aborsi

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang KesehatanPasal 15 ayat

(1) dan (2)

Pasal 15 ayat (1) “Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan  jiwa ibu

hamil atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.”

Pasal 15 ayat (2) “Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya

dapat dilakukan :

1. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.

Page 3: aborsi

2. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan

dilakukan sesuai dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim

ahli.

3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.

4. Pada sarana kesehatan tertentu.”

Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:

1. Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang,

karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma

kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu

atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.

Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil

tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu ibu hamil dan janinnya

terancam bahaya maut.

Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang

memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan

dan penyakit kandungan.

Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan (informed consent) ada pada ibu hamil

yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.

Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan

peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk pemerintah.

Kapan seorang wanita diperbolehkan melakukan aborsi?

UU Kesehatan:

Pasal 75

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2)  Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang

mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat

bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di

luar kandungan; atau

Page 4: aborsi

b.  kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban

perkosaan.

(3)  Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui

konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan

yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,

kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki

sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e.  penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Oleh sebab itu di mana hukum memperbolehkan pelaksanaan pengguguran terapetis, atau

pembuatan UU ke arah itu sedang dipikirkan, & hal ini tidak bertentangan dengan

kebijaksanaan dari ikatan dokter nasional, serta dimana dewan pembuat undang-undang itu

ingin atau mau mendengarkan petunjuk dari profesi medis, maka prinsip-prinsip berikut ini

diakui:

a. Pengguguran hendaklah dilakukan hanya sebagai suatu tindakan terapetis.

b. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan seyogyanya sedapat mungkin disetujui

secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.

c. Prosedur itu hendaklah dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten dalam instalasi-

instalasi yang disetujui oleh suatu otoritas yang sah.

d. Jika seorang dokter merasa bahwa keyakinan hati nuraninya tidak mengizinkan dirinya

menganjurkan atau melakukan pengguguran, ia berhak mengundurkan diri & menyerahkan

kelangsungan pengurusan medis kepada koleganya yang kompeten.

Aspek hukum pada aborsi mengenai :

1. Wanita yang menggugurkan kandungan;

2. Orang lain yang menggugurkan kandungan si wanita (bisa dokter, atau tenaga medis

lainnya, dan juga dukun beranak, atau orang lain);

3. Orang lain yang membantu atau turut serta menggugurkan kandungan si wanita;

Page 5: aborsi

4. Orang yang menyuruh menggugurkan kandungan si wanita.

Beberapa pasal yang terkait adalah :

Pasal 229

1. Barang siapadengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,

dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobata itu, hamilnya dapat

digugurkan , diancam dengan pidana penjara paling banyak 4 tahun atau denda paling banyak

tiga ribu rupiah

2. Jika yang bersalah membuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan, atau

juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga

3. Jika yang bersalah melakukan hal tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut

haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 341

Seorang ibu karena takut, akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau

tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena

membunuh anak sendiri, dengan pidana paling lama 7 tahun

Pasal 342

Seorang ibu, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa

melahirkan anak. Pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, sengaja merampas

nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan penjara,

dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan342 dipandang, bagi orang lain yang turut

serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346

Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau

menyuruh ornag lain untu ktu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1. Barang siapa menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa

persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara

paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

Page 6: aborsi

1. Barang siapa menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan

persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara

paling lama tutjuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal

346, ataupun melakukan ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan yang

diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat

ditambah dengan spertiga dan dapat di cabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana

kejahatan dilakukan.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Seorang perempuan hamil yang dengan sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh

orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.

2. Seseorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil

tersebut mati, diancam penjara 15 tahun penjara.

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila

ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang dokter,

bidan atau juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk

berpraktik dapat dicabut.

5. Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti dilahirkan berhak untuk hidup serta

mempertahankan hidupnya.

Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter

melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam

prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan

yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).

Yang menerima hukuman adalah:

1. Ibu yang melakukan aborsi

2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi

3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Page 7: aborsi

Contoh kasus :

Tersangka kasus aborsi dirawat di RSPC

Sabtu, 17 Maret 2012 15:15 WIB

Cilacap (ANTARA News) - Tersangka kasus dugaan praktik aborsi, dokter RD, menjalani

perawatan intensif di Rumah Sakit Pertamina Cilacap (RSPC).

"Yang bersangkutan masuk Ruang Emergency pada hari Jumat (16/3) pukul 06.00 WIB,

dengan keluhan nyeri dada dan langsung mendapat perawatan di ICU," kata Manajer Umum

RSPC, Soerijanto, di Cilacap, Sabtu.

Kendati demikian, dia mengaku belum mengetahui diagnosis penyakit yang dialami dokter

RD.

"Itu kewenangan dokter yang menanganinya. Hingga saat ini yang bersangkutan masih

dirawat di ICU," kata dia menegaskan.

Secara terpisah, Kepala Humas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap Atiyah Maryani

mengakui, pihaknya menerima permintaan dari penyidik Kepolisian Resor Cilacap untuk

melakukan visum terhadap seorang perempuan yang menjadi pasien dokter RD.

Menurut dia, visum tersebut ditangani oleh tiga dokter spesialis kandungan/kebidanan RSUD

Cilacap.

"Hasil visum telah kami serahkan kepada penyidik," katanya.

Disinggung mengenai hasil visum tersebut, dia mengatakan, pihaknya tidak berwenang untuk

mempublikasikannya.

"Itu wewenang penyidik," kata dia menegaskan.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cilacap Nono S mengatakan, pihaknya

masih menunggu proses hukum terkait kasus yang dihadapi dokter RD.

Menurut dia, pihaknya akan merekomendasikan pencabutan izin praktik dokter RD jika

terbukti bersalah.

"Kami telah menyampaikan permasalahan ini kepada IDI pusat," katanya.Hal yang sama juga

disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Bambang Setiyono. Pihaknya

masih menunggu proses hukum sebelum mencabut izin praktik dokter RD.

Page 8: aborsi

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Yunanto Ari dan Helmi. 2010. Hukum Pidana Malpraktik Medik. Yogyakarta: Andi

Yogyakarta.

Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Chadha, P. Vijay.1995. Catatan kuliah ilmu forensic & toksikologi (Hand book of forensic

medicine & toxicology Medical jurisprudence). Jakarta : Widya Medika.

UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.