Ability to Pay, WTP-TB Paru

5
www.dardela.com PT. DARDELA YASA GUNA Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) 1 Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya. Dalam studi ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to pay diantaranya: 1. Besar penghasilan; 2. Kebutuhan transportasi; 3. Total biaya transportasi (harga tiket yang ditawarkan); 4. Prosentase penghasilan yang digunakan untuk biaya transportasi; Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: 1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi; 2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan; 3. Utilitas pengguna terhadap angkutan tersebut; 4. Perilaku pengguna; Dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif sering terjadi benturan antara besarnya WTP dan ATP, kondisi tersebut selanjutnya disajikan secara ilustratif yang terdapat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Kurva ATP dan WTP ATP WTP Biaya per satuan jarak (Rp) Prosentase responden yang mempunyai ATP dan WTP tertentu

Transcript of Ability to Pay, WTP-TB Paru

Page 1: Ability to Pay, WTP-TB Paru

www.dardela.com PT. DARDELA YASA GUNA

Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) 1

Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya. Dalam studi ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to pay diantaranya:

1. Besar penghasilan;

2. Kebutuhan transportasi;

3. Total biaya transportasi (harga tiket yang ditawarkan);

4. Prosentase penghasilan yang digunakan untuk biaya transportasi;

Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi;

2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan;

3. Utilitas pengguna terhadap angkutan tersebut;

4. Perilaku pengguna;

Dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif sering terjadi benturan antara besarnya WTP dan ATP, kondisi tersebut selanjutnya disajikan secara ilustratif yang terdapat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kurva ATP dan WTP

ATP

WTP

Biaya per satuan jarak

(Rp)

Prosentase responden yang mempunyai ATP dan WTP tertentu

Page 2: Ability to Pay, WTP-TB Paru

www.dardela.com PT. DARDELA YASA GUNA

Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) 2

1. ATP lebih besar dari WTP

Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.

2. ATP lebih kecil dari WTP

Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi diatas, dimana keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut lebih besar dari pada kemampuan membayarnya. Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini pengguna disebut captive riders.

3. ATP sama dengan WTP

Kondisi ini menunjukan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar jasa yang dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut.

Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama dalam sistem angkutan umum. Aspek-aspek tersebut adalah:

1. Pengguna (User);

2. Operator;

3. Pemerintah (Regulator). Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna dalam hal ini dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut:

1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan, sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran. Intervensi/campur tangan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi, dimana nilai tarif berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya sama dengan nilai ATP (sesuai Gambar 2.2).

2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga bila nilai WTP masih berada dibawah ATP maka masih dimungkinkan melakukan peningkatan nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan (sesuai Gambar 2.2).

Page 3: Ability to Pay, WTP-TB Paru

www.dardela.com PT. DARDELA YASA GUNA

Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) 3

Bila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka terdapat keleluasaan dalam perhitungan/pengajuan nilai tarif baru.

Gambar 2.2 Kondisi ATP Lebih Rendah dari Tarif Berlaku

Secara kuantitatif dapat disampaikan sebagai berikut: Pada Nilai ATP = Rp. 10.000, maka tarif maksimal yang berlaku adalah maksimal Rp. 10.000,-. Pada kondisi dimana nilai tarif terpaksa lebih dari Rp. 10.000, misalnya Rp. 15.000, maka kelebihan Rp. 5.000,- harus disubsidi, dalam hal ini dapat ditanggungkan ke pihak regulator (sesuai Gambar 2.3). Keadaan terpaksa dapat terjadi karena dari sisi lain, tarif juga ditentukan oleh kondisi operasinya, yang tercakup di dalamnya biaya operasi kendaraan sebagai cost dan okupansi penumpang, rit/hari, jarak dan lain-lain. sebagai benefit.

Gambar 2.3 Kondisi ATP Lebih Rendah dari Tarif Berlaku

ATP

Rp.

Tarif Berdasarkan Perhitungan Operasi

Subsidi Minimal = Rp. 5.000,-

Rp 15.000,-

Rp 10.000,-

WTP

ATP

Zone Subsidi agar Tarif yang berlaku Maksimal = ATP

Zone Keleluasaan Penentuan Tarif Ideal tanpa Perbaikan Kinerja Pelayanan sampai batas nilai WTP

Zone Keleluasaan Penentuan Tarif dengan Perbaikan Tingkat Pelayanan

Nilai Tarif

Page 4: Ability to Pay, WTP-TB Paru

www.dardela.com PT. DARDELA YASA GUNA

Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) 4

Pada kondisi lain, dimana Nilai ATP tetap = Rp. 10.000,- dan WTP = Rp. 5.000, dengan nilai tarif, berdasarkan perhitungan operasi, yang kurang dari Rp. 10.000 (ATP), misalnya Rp. 7.500, terdapat pilihan untuk memperbaiki tingkat pelayanan hingga WTP-nya naik sampai Rp. 7.500,- atau menurunkan tarif (tanpa perbaikan tingkat pelayanan) sampai Rp. 5.000,- (sesuai Gambar 2.3). Selanjutnya kelebihan Rp. 2.500,- harus disubsidi.

Gambar 2.3 Tarif Diatas WTP namun Dibawah ATP

Pada kondisi selanjutnya, dimana Nilai ATP tetap = Rp. 10.000 dan WTP = Rp. 5.000, dengan nilai tarif, berdasarkan perhitungan operasi, yang kurang dari Rp. 10.000 (ATP), misalnya Rp. 5.000, terdapat keluasaan Rp. 5.000 untuk menaikkan nilai tarif sampai dengan Rp. 10.000 (sesuai Gambar 2.4). Namun demikian perlu dilakukan perbaikan tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga WTP-nya juga meningkat hingga minimal sama dengan tarif yang berlaku.

Gambar 2.4 Tarif Sama Dengan WTP

Ilustrasi terakhir adalah kondisi ideal, dimana Nilai ATP tetap = Rp. 10.000 dan WTP = Rp. 5.000, dengan nilai tarif, berdasarkan perhitungan operasi, yang kurang dari Rp. 5.000 (WTP), misalnya Rp. 2.500. Pada kondisi ini terdapat keluasaan Rp. 2.500 untuk menaikkan nilai tarif sampai dengan Rp. 5.000, tanpa perbaikan tingkat pelayanan (sesuai Gambar 2.5).

Tarif yang berlaku = WTP

Rp.

Keleluasaan peningkatan tarif = Rp. 5.000, dengan syarat perbaikan tingkat pelayanan

ATP Rp 10.000

Rp 5.000

Tarif yang berlaku

Rp.

Rp 10.000

Penyesuaian Tingkat Pelayanan/Tarif

ATP

WTP

Rp 7.500

Rp 5.000

Page 5: Ability to Pay, WTP-TB Paru

www.dardela.com PT. DARDELA YASA GUNA

Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) 5

Sebagai pelengkap atas ilustrasi di atas, dapat disampaikan beberapa hal tambahan sebagai berikut:

1. Nilai tarif berdasarkan pertimbangan operasi kendaraan sudah memperhitungkan faktor keuntungan disamping faktor ekonomis lain (depresiasi, bunga bank dll.), sehingga pada kondisi tarif operasional saja, pihak operator sudah mendapatkan keuntungan.

2. Dalam konteks operasi kereta api, subsidi harus dilakukan dengan cara langsung, oleh pemerintah. Hal yang harus diperhatikan adalah bila tidak terdapat kondisi ideal, dimana tarif dibawah WTP (Gambar 2.5), maka regulator harus memberikan subsidi langsung pada kendaraan yang tarifnya diatas ATP.

Gambar 2.5 Tarif Dibawah WTP

WTP

Rp.

Keleluasaan peningkatan tarif = Rp. 2.500, tanpa perbaikan tingkat pelayanan

ATP

Tarif yang berlaku

10.000

5.000

2.500