AAS

download AAS

of 22

description

laporan

Transcript of AAS

Tanggal Praktikum : 30 APRIL 2013

PENENTUAN KADAR TEMBAGA Cu (II) DALAM SAMPEL DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA)

A. Tujuan Praktikum :

1. Dapat mengoperasikan alat spektrofotometer serapan atom2. Dapat memahami prinsip penentuan kadar tembaga Cu (II) dalam sampel dengan alat spektrofotometer serapan atom3. Dapat menentukan kadar tembaga Cu (II) dalam sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom

B. Tinjauan PustakaSpektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri adalah spektrometri serapan atom (SSA). Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset, 1994).Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:1. Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi.2. Hukum Beer: intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut. Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan: Dimana : Io = intensitas sumber sinarIt = intensitas sinar yang diteruskan = absortivitas molarb = lebar kuvet (cm)c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A = absorbansiDari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).Gambar 1. Skema spektrofotometri serapan atom

Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan karena kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).Komponen-komponen spektrofotometri serapan atom:1. Sumber SinarSumber radiasi yang digunakan harus memancarkan spectrum.spectrum atom yang dipancarkan harus terdiri dari garis tajam yangmempunyai setengah lebar yang sama dibutuhkan oleh atom-atom dalamcontoh. Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hallow cathode lamp). Hallow Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom. Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990).

Gambar 2. Hallow Cathode Lamp

2. Sistem Atomisasia. Sistem Atomisasi NyalaProses atomisasi adalah proses pengubahan sample dalam bentuk larutan menjadi spesies atom dalam nyala. Proses atomisasi ini akan berpengaruh terhadap hubungan antara konsentrasi atom analit dalam larutan dan sinyal yang diperoleh pada detektor dan dengan demikian sangat berpengaruh terhadap sensitivitas analisis.Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi sampel dan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrumen sumber atomisasi ini adalah nyala dan sampel di introduksikan dalarn bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).Ada banyak variasi nyala yang telah diapakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom. Namun demikian yang saat ini menonjol dan dipakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida- asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan ana!it (unsur yang dianalisis) dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi (Harvey, David, 2000).Proses dalam nyala meliputi tahapan sebagai berikut: Desolvation (pengeringan) penguapan pelarut hingga sampel kering (partikel tetap); Penguapan (transfer ke fase gas) - partikel padat dikonversi menjadi molekul gas; Atomisasi - molekul terurai menjadi atom-atom bebas(Skoog et al., 2000)Tabel 1. Nyala pada instrumen AAS

Gambar 3. Nebulizer pada instrumen AAS

b. Sistem Atomisasi Dengan Elektrothermal (Tungku)AAS Electrothermal (ET AAS) menggunakan atomizers tabung grafit dipelopori oleh Boris V. L'vov. Dengan teknik ini cairan/larutan, sampel padat dan gas dapat dianalisis secara langsung. Larutan yang akan diukur volumenya (biasanya 10-50 L) atau massa ditimbang (biasanya sekitar 1 mg) dari sampel padat dimasukkan ke dalam tabung grafit dan dikenakan program suhu. Biasanya terdiri dari tahap-tahap: Pengeringan (penguapan pelarut) Pirolisis - penghilangan senyawa-senyawa organik Atomisasi - analit diubah menjadi fase gas Pembersihan - residu dalam tabung grafit dikeluarkan pada suhu tinggi(Skoog et al., 2000)

3. Sistem pengukur fotometria. MonokromatorBerkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.

Gambar 4. Skema monokromator

b. Detektor Energi yang diteruskan dari sel atom harus diubah kedalam bentuk sinyal listrik untuk kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem pemrosesan data. Proses pengubahan ini dalam alat spektrofotometri serapan atom dilakukan oleh detektor. Detektor yang biasanya digunakan ialah Photomultiplier tube (PMT). PMT adalah tabung pengganda foton terdiri dari tabung kaca hampa udara yang sebagian dindingnya terbuat dari kuarsa, bagian dalam terdapat katoda yang permukaannya dilapisi photosensitive yang biasanya terbuat dari antimon dan cesium. Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan (efek fotolistrik) dan bergerak ke anoda melalui dynoda. Dynoda ini mampu menggandakan elektron, sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik ( Suharyana, 2008).

Gambar 5. Skema detektor PMT

Gambar 6. Detektor PMT

c. Recorder / readoutPembacaan merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi/absorbansi. Hasil pembacaan berupa %T atau absorbansi (Gandjar, 2007).Pembentukan senyawa stabil dari ionisasi merupakan gangguan kimia pada metode ini. Gangguan pertama dihilangkan dengan menaikkan suhu, menambahkan zat pembebas atau dengan cara ekstraksi. Gangguan ionisasi dihilangkan dengan penambahan ion yang lebih mudah terionisasi untuk menahan ionisasi analit. Bahan kimia lain yang ada pada sampel dapat dipengaruhi oleh proses atomisasi. Contoh, dalam penyerapan atom nyala ion fosfat dapat direaksikan dengan ion kalsium membentuk kalsium pirofosfat. Hal ini tidak terdisosiasi dalam nyala, masalah ini dapat dihindarkan dengan menambahkan reagen yang berbeda ke sampel yang mungkin bereaksi dengan fosfat untuk memberikan campuran yang lebih mudah menguap dan lebih mudah terdisosiasi. Larutan lantanum nitrat ditambahkan kesampel yang berisi kalsium untuk mengikat fosfat dan untuk membuat kalsium dapat diatomisasi, membuat kalsium diserap secara mandiri dari jumlah fosfat (Hendayana, 1994).Metode AnalisisAda tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah :1. Metoda Standar TunggalMetoda ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan Spektrofotometri. Dari hukum Beer diperolehAstd=.b.Cstd Asmp=.b.Csmp.b = Astd/ Cstd .b = Asmp/CsmpsehinggaAstd/Cstd = Csmp /Csmp Csmp = (Asmp/Astd) X Cstd2. Metode Kurva KalibrasiDalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = .b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.3. Metoda Adisi StandarMetoda ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukumBeer akan berlaku hal-hal berikut :Ax = k.Cx AT = k(Cs + Cx)Keterangan :Cx = konsentrasi zat sampelCs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampelAx = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)AT = Absorbansi zat sampel + zat standarJika kedua persarnaan diatas digabung akan diperoleh:Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik antara AT Vs Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)} ; Cx = Cs x (Ax /-Ax)Cx = Cs x ( -1) atau Cx = - CsGangguan dalam analisis dengan AAS :Ada tiga gangguan utama dalam SSA :(1) Gangguan ionisasi(2) Gangguan akibat pembentukan senyawa refractory (tahan panas)(3) Gangguan fisik alat(Skoog et al., 2000)C. Alat dan Bahan PraktikumAlat1. Labu takar 50 mL: 2 buah 2. Labu takar 25 mL: 4 buah3. Pipet tetes: 1 buah4. Gelas kimia 100 mL: 1 buah5. Gelas kimia 600 mL: 1 buah6. Pipet ukur 1 mL: 1 buah7. Kaca arloji: 1 buah8. Hot plate: 1 buah9. Instrumen AAS: 1 set

Bahan 1. Larutan HNO3 0,2 M: 500 mL2. Larutan stock Cu(II) 1000 ppm: secukupnya3. Larutan HNO3 pekat: 10 mL4. Sampel: 50 mL

D. Prosedur Kerja Praktikum1. Preparasi sampelSampel 50 mL dimasukkan kedalam gelas kimia 100 mL, ditambahkan 2,5 mL HNO3 pekat kemudian diaduk dan diuapkan diatas hotplate sampai volumenya 15 mL dan diperoleh sampel sebanyak 15 mL. Sampel sebanyak 15 mL ditambahkan lagi dengan 2,5 mL HNO3 pekat, ditutup dengan kaca arloji dan dipanaskan hingga warna larutan menjadi jernih. Larutan yang sudah jernih didinginkan, ditambahkan sedikit aquades, dituangkan kedalam labu takar 50 mL kemudian diencerkan hingga volume 50 mL. Jika larutan sampel masih ada yang tidak larut saring dengan kertas saring Whatmann hingga diperoleh larutan sampel yang homogen.2. Pembuatan Larutan BlankoLarutan HNO3 ditambahkan aquades hingga pH larutan menjadi 2 dan diperoleh larutan blanko.3. Pembuatan Larutan Kerja Cu (II)Larutan stock Cu (II) 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar dengan konsentrasi masing-masing 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm kemudian diencerkan dengan larutan blanko dan diperoleh larutan kerja Cu (II). *Catatan: larutan kerja konsentrasi terkecil dibuat dalam labu takar 50 mL, sedangkan untuk larutan standar lainnya dibuat labu takar 25 mL.

4. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Pengukuran Konsentrasi SampelLarutan kerja Cu (II) diukur absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah dibuat dari konsentrasi rendah menggunakan alat spektrofotometer serapan atom sehingga diperoleh absorbansi larutan kerja. Selanjutnya larutan sampel diukur absorbansinya dan tulis absorbansi larutan sampel.Absorbansi larutan kerja dan sampel dibuat grafik hubungan absorbansi dengan konsentrasi . Dari grafik dapat diperoleh persamaan garis linearnya sehingga diperoleh konsentrasi Cu (II) dalam sampel.

E. Hasil dan Analisis DataPada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar tembaga Cu (II) dalam sampel air limbah dengan spektrofotometer serapan atom (SSA). Spektrofotometer serapan atom merupakan suatu metode analisis unsur secara kuantitatif yang berdasarkan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas atau groundstate (keadaan dasar). Prinsip kerja alat ini adalah absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang yang sesuai dengan karakteristik atom tersebut. Sinar yang diserap berupa sinar ultraviolet dan sinar tampak.yang dianalisis berupa larutan berwarna putih keruh. Sampel ditambahkan larutan HNO3 0,2 M yang tidak berwarna. Penambahan larutan HNO3 berfungsi untuk mendestruksi (menghancurkan partikel besar) yang ada dalam sampel. Larutan HNO3 0,2 M bersifat oksidator kuat yang dapat mencegah kopresipitasi, karena adsorpsi pada permukaan logam yang berada dalam larutan. Selain itu, larutan HNO3 bersifat asam berfungsi untuk menghindari pengendapan dalam bentuk Cu(OH)2. Proses penyiapan sampel juga dilakukan pemanasan yang berfungsi untuk meningkatkan kelarutan dan mempercepat proses destruksi (menghancurkan partikel besar). Sedangkan fungsi pendinginan pada preparasi sampel adalah untuk menghentikan kemungkinan metabolisme yang dilakukan oleh mikroba yang ada didalam sampel sehingga larutan sampel yang terbentuk merupakan larutan sejati (tidak ada koloid).Spektrofotometer AAS yang digunakan adalah Perkin Elmer. Sumber energi yang digunakan adalah Hollow cathode Lamp yang terdiri dari logam Cu sesuai dengan unsur yang akan diidentifikasi yaitu logam Cu. Panjang gelombang yang akan diserap Cu sebesar 324,8 nm sedangkan arus yang digunakan sebesar 15 mA.Sebelum mengukur absorbansi larutan sampel, terlebih dahulu melakukan pengukuran absorbansi larutan standar dengan konsentrasi 5,10,15,20 dan 25 ppm yang disebut dengan metode kurva kalibrasi. Karena konsentrai Cu2+ dalam sampel kecil atau berada diluar rentang deret standar, maka kedalam sampel ditambahkan sebanyak 0.5 mL larutan standar Cu2+ 1000 ppm. Metode ini dinamakan metode adisi standar. Dari hasil pengukuran absorbansi, dibuat grafik hubungan antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus/linear yang melewati titik nol dengan persamaan garis : y = 0,021x + 0,005 dan R2 = 0,998; y merupakan absorbansi sampel dan x adalah konsentrasi sampel. Setelah diuji secara statistik yaitu melalui uji titik nol, persamaan garis tersebut dapat diterima.Dengan demikian persamaan garis ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi Cu dalam sampel dengan mensubstitusikan nilai y dengan absorbansi rerata dari sampel dimana x adalah konsentrasinya. Dari data absorbansi juga diperoleh, semakin besar konsentrasi maka nilai absorbansinya semakin meningkat, sesuai dengan hukum Lambert-Beer : , A=c. Jadi, melalui perhitungan diperoleh konsentrasi sampel sebesar 3,1574 ppm.

F. Kesimpulan Dari hasil percobaan diperoleh prinsip pengukuran kadar Cu (II) dalam sampel adalah berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Berdasarkan perhitungan kadar Cu (II) dalam sampel air limbah adalah 3,1574 ppm.

G. Daftar PustakaBasset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGCDay, R.A dan Underwood, A.L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: ErlanggaGandjar, I.G dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan 1 dan 3. Yogyakarta: Pustaka PelajarHarvey, David. (2000). Modern Analytical Chemistry. USA: The McGraw-Hill CompaniesHendayana, S. (1994). Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatu Cetakan 1. Semarang: IKIP Semarang PressKhopkar, S. M,. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: UI-pressSkoog et al. (2000). Fundamental of analytical Chemistry. Hardcover: 992 pages, Publisher: Brooks ColeSuharyana, R. (2008). Praktikum Fisika Nuklir. Lab Fisika FMIPA. Surakarta: UNS

H. Lampiran1. Cara Pembuatan Larutana. Pembuatan larutan blankoDiketahui : pH larutan = 2 -> [H+] = 10-2 MVolume larutan = 500 mL HNO3 = 1,39 g/mL% HNO3 = 65 %Ditanya : Volume HNO3?

b. Pembuatan larutan kerja V1.M1 = V2.M2

5 ppm

10 ppm

15 ppm

20 ppm

25 ppm

2. Perhitungan Konsentrasi(X)Absorbansi (y)(XX)(y-y)(XX)-(y-y)(XX)2(y-y)2

50,122-10-0,20962,096001000,04393

100,23-5-0,10160,50800250,01032

150,3220-0,00960,0000000,00009

200,42950,09740, 48700250,00949

250,555100,22342,234001000,04991

X = 15Y = 0,3316 = 5,32500=250=0,11374

a. Slope (b) = Sxy / Sxxb = 5,325 / 250b = 0,0213 b2 = 0,00045b. Intercept (a) = b x a = 0,3316 (0,021315) a = 0,0121c. Residual Sum-of Square (RSS) = Syy-b2Sxx RSS = 0,11374 (0,00045 250) RSS = 0,00124

d. Residual Standar Deviation (RSD) = = = 0,02033e. A 95 % (tingkat kepercayaan) untuk slope (b)Keterangan : t untuk n = 5 adalah 2,571

b = 0,0213 0,0213 + = 0,02461 0,0213 - = 0,01799Nilai slope (b) pada grafik adalah 0,0216 dengan demikian slope pada grafik diterima karena terletak diantara 0,01799-0,02461f. A 95 % (tingkat kepercayaan) untuk intercept (a)a t RSD

= 0,0121 0,05482

0,0121 + 0,05482 = 0,06692 0,0121 - 0,05482 = -0,04272Nilai intercept (a) pada grafik adalah 0,0058 dengan demikian intercept pada grafik diterima karena terletak diantara (-0,04272) - 0,06692

g. Kadar Cu dalam sampelA = .b.cy = 0,0216x + 0,0058 dimana y=absorbansi dan x=konsentrasi maka, 0,29 = 0,0216x + 0,0058

h. Kadar Cu (II) yang sebenarnya dalam sampelV Cu (II) 1000 ppm yang ditambahkan = 0,5 mL[Cu (II)] yang ditambahkan : V1M1 = V2 M2 0,5 mL.1000ppm = 50 mL. M2M2 = 10 ppmDengan demikian kadar Cu 2+ dalam sampel air adalah = 13,1574 ppm 10 ppm = 3,1574 ppm3. Data PengamatanTabel 1. Identitas sampel

Identitas SampelPengamatan

NamaAir selokan di sekitar gedung FPMIPA

WujudLarutan

WarnaKeruh

Jumlah1

Volume50 mL

Logam yang di ujiCu

Tanggal terima30-April-2013

Tanggal selesai30-April-2013

Tabel 2. Parameter Pengukuran

Parameter PengukuranPengamatan

Bahan bakarAsetilena

Oksidanudara

Laju alir0,7 detik

Arus lampu15 mA

Slit0,2 nm

Panjang gelombang324,8

Energi67%

Int.time0,7 detik

SystemLinear

Tabel 3. Data Absorbansi pada Penentuan Kadar Cu dalam Sampel

LarutanKonsentrasi (ppm)AbsorbansiSDRSD

Blanko000,0009385,6

Standar50,1220,00483,92

100,230,00833,59

150,3220,00772,37

200,4290,000621,45

250,5550,01192,15

Sampel0,290,00672,35

Foto-foto PraktikumNyala pada instrumen AASSet alat AAS

Larutan stock Cu (II) 1000 ppmSampel