BAB II Skripsi Aas

download BAB II Skripsi Aas

of 24

Transcript of BAB II Skripsi Aas

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. 1.

Sikap Kreativitas Siswa

Pengertian sikap kreativitas siswa

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal

baru.sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal baru yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.4 Secara oprasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir. Serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.5 Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.6 Menurut torance yang dikutip oleh Mohammad Asrori bahwa kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatanhambatan4 5

dalam

hidupnya,

merumuskan

hipotesis-hipotesi

baru

dan

Munandar, S.C Utami, loc.cit, h. 7 Utami Munadar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Geramedia Widia Sarana, 2002), h. 24 6 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung : Wacana Prima 2008) h.61

7

8

mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuska.7 Dapat di simpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan unuk menciptakan hal-hal yang baru sama sekali tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas merupakan potensi yang bersipat alamiah pada semua manusia. Anugrah yang diterima oleh setiap setiap insan dari sang Pencipta. Sesuai yang diterapkan dalam Firman Allah : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.." ( QS. Az-Zukhruf : 32).8

78

Ibid, h. 50 T. M. Hasbi Ashshidiqi, Op. Cit. h. 645

9

Demikian pula halnya dengan penciptaan manusia sebagai makhluk ciptaanNya, dibekali dengan alat untuk mengkaji alam dan mengembangkan potensi kreatif manusia yaitu berupa panca indera dan akal. Allah SWT berfirman : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.." (QS. An-Nakhl : 78).9 Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa kelahiran manusia tersebut dianugerahi dengan berbagai fasilitas untuk dapat berkembang, yaitu berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Namun sungguhpun demikian jika kita hanya menggunakan panca indera dan tidak menggunkan akal, maka hal itu tidak lebih dari hewan. Dalam mendefinisikan tentang belajar banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mancari ilmu atau menuntut ilmu, hampir semua ahli pendidikan mencoba merumusakan dan menafsirkan tentang belajar, dalam definisi sering kali rumusan itu berbeda satu sama lain. Belajar adalah kegiatan yang berperoses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelanggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berarti atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada9

Ibid., h. 413

10

proses belajar yang di alami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah.10 Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakuyang baru secara keseluruhan.11 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan, perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak diketahui atau dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakan sampai pada suatu saat untuk dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu. Berdasarkan uraian tentang kreativitas dan belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kreativitas belajar yang dimaksud adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh anak didik (siswa) dalam proses pembelajaran atau mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar antara lain : a) Faktor internal siswa, faktor Internal siswa adalah yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis (rohaniah). Aspek fisiologis (jasmaniah) meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca indera terutama otak, karena otak adalah sumber dan menara pengontrol kegiatan badan manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga manusia dapat belajar dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya di muka bumi. Aspek psikologis (rohaniah) dalam belajar, akan memberikan andil yang penting. Faktor

10 11

Muhubbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2010),cet ke-10, h.10 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h.2

11

psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yng dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat, bakat, motivasi, dan kreativitas siswa. Seorang siswa akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hokum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, kesatuan antara aspek fisiologis dan aspek psikologis akan membantu pelajaran. b) Faktor eksternal siswa, faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar misalnya rajin membaca dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya. Tempat tinggal keluarga siswa, alat belajar, waktu belajar dan cuaca, faktor-faktor ini dipandang dapat menentukan tingkat kreativitas dan keberhasilan siswa. Faktor instrumental, yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa. 12 Siswa kreatif

c)

3.

Ada beberapa ciri dari kemammpuan berfikir kreatif adalah : a. Kelancaran berpikir (Fluencyof thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berfikir yang ditekankan adalah kuantitas, bukan kualitas. b. Keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejummlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda12

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h.55

12

beda, dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang luwes dalam berfikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantkan dengan cara berpikir yang baru. c. Elaborasi (Elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan dan menambahkah atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasab, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. d. Keaslian, (original), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik, (usulan) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.13 Menurut E. Mulyasa (sund) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengematan cii-cirinya yaitu: a. b. c. d. e. f. g. Hasrat keinginantahuan yang cukup besar. bersikap terbuka terhadap pengalaman baru panjang akal keinginan untuk menemukan dan meneliti cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan memiliki dedikasi yang bergairah serta aktif dlam melaksanakan tugas

B. Prestasi Belajar Siswa Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu, kegiatan mana yang akan digeluti untuk mendapatkan prestasi tersebut. Konsekuensinya kegiatan itu harus digeluti secara optimal agar menjadi bagian dari diri secara pribadi. Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi, maka muncullah berbagai pendapat dari para ahli sesuai dengan keahlian mereka masing-

13

Munandar S.C. Utami, Loc.cit, h.88-89

13

masing untuk memberikan pengertian mengenai kata prestasi. Namun secara umum mereka sepakat, bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan 1. Pengertian prestasi belajar siswa Untuk memperoleh gambaran serta pemahaman yang jelas tentang pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu penulis akan mencoba untuk mengungkapkan beberapa pendapat dari para tokoh tentang pengertian dari prestasi dan belajar. Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, dan kedua kata tersebut masing-masing mempunyai arti dan makna yang berbeda. prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya.14 Sedangkan menurut Masud hasan Qohar yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamaroh prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.15 Sementara Nasrun Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan14

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 1994), h. 19 15 Ibid., h. 20

14

pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.16 Prestasi atau hasil belajar merupakan sesuatu yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. yaitu sebagai berikut : Hasil belajar dipandang dari sisi siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Hasil belajar, sebagai hasil dari proses pembelajaran terkait dengan bahan pelaharan. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hal ini terkait juga penggal-penggal pengajaran. Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuranukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan kedalam kategori lulus atau tidak lulus. Dari segi proses belajar, keputusan tentang hasil belajar berpengaruh pada tingkah laku siswa dan guru. Keputusan tentang hasil belajar merupakan feed back (umpan balik) dan reinforcement (penguatan) bagi siswa dan guru, serta menjadi puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, proses belajar siswa akan dipengaruhi oleh hasil belajar yang telah diperolehnya, oleh sebab itu sekolah dan guru diharapkan berlaku arif dan bijaksana dalam menetapkan serta menyampaikan hasil belajar siswa. Dari beberapa pengertian tentang prestasi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, penulis dapat memahami bahwa prestasi adalah hasil usaha atau kerja seseorang yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dilakukan.

16

Ibid., h. 21

15

Rumusan tentang belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, efektif dan psikomotorik.17 Menurut Slameto yang dikutip oleh Hamdani M.A. belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingjah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.18 belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan, pengertian ini merupakan penentuan pada interaksi antara individu dengan lingkungan, didalam iteraksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.19 belajar secara kualitatif adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahamanpemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa, belajar dalam pengertian ini difokuskan tercapainya daya piker dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalahyang kini dan nanti.20 Dari beberapa perumusan belajar yang telah disebutkan di atas, walapun terdapat perbedaan-perbedaan tetapi secara prinsip mempunyai arti dan tujuan yang sama yaitu bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan

17

Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), h. 21 18 Hamdani M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2011) h. 20 19 Tabrani Rusyan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Bina Bhudaya, 1993) Cet Ke-1, h.7 20 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 90

16

individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri. Belajar dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri individu telah terjadi perubahan, begitupun sebaliknya, apabila dalam diri individu tidak atau belum terjadi suatu perubahan maka belajar tersebut bisa dikatan tidak atau belum berhasil dengan baik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya dan lain-lain yang ada pada individu. Seseorang yang melakukan perbuatan belajar dapat melakukan apa yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya, tingkah laku akan berbeda dari pada sebelum ia melakukan kegiatan belajar, perubahan meliputi kebiasaan, keterampilan, sikap dan lain-lain. Setelah mengetahui beberapa pendapat dari para ahli tentang prestasi dan belajar, maka akan diketahui pengertian dari prestasi belajar itu sendiri. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar yaitu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang membangkitkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari kreativitas belajar.21 Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.22 Prestasi belajar adalah segenap ranah psikologis21 22

Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 22

17

yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa siswa sangat sulit. Hal ini karena perubahan hasil belajar itu yang tidak dapat diraba.23 Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau perubahan dari apa yang diserap oleh siswa dalam belajar. Dengan kata lain prestasi belajar berarti pnguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk scaore setelah mengikuti kegiatan belajar. 2. Macam-macam Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kautannya dengan tujuan instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar mengajar. Prestasi belajar yang dicapai siswa dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu prestasi bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi bidang kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni: a) Ingatan, mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. b) Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupkan tingkat berpikir yang rendah. c) Penerapan, mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip.23

Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 148

18

d) Analisis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. e) Sintesis, mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponenkomponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya. f) Evaluasi, mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.24 Prestasi bidang afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek sebagai berikut : a) Penerimaan, mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. b) Pemberian respon, reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya. c) Penilaian, mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap dan apresiasi. d) Pengorganisasian, mengacu kepada penyatuan nilai, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e) Karakterisasi, mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujun dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentua pribadi, sosial, dan emosi siswa.25 Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan , yakni : a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar24 25

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 35 Ibid., h. 36

19

c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain d) Kemapuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interprestatif.26 Ketiga kategori tersebut tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah yang nampak dari perubahan tingkah laku yang secara teknis dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan instruksional (pengajaran). Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar kognitif lebih doniman jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotorik diabaikan sehingga tak perlu dilakukan penilaian. Muhibbin Syah, secara rinci memberikan gambaran tentang indikator prestasi belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) dan cara melakukan evaluasi terhadap ketiga kategori tersebut, sebagaimana tertera pada tabel berikut : Guru dalam menerapkan batas mnimal keberhasilan belajar siswa. Hal ini amat penting, karena mempertimbangkan batas minimal keberhasilan siswa bukanlah perkara mudah. Mengingat ranah-ranah psikologis walapun berkaitan sama laian, kenyataannya sukar diungkap sekaligus bila hanya melihat perubahan yang terjadi hanya pada ranah tertentu saja.26

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., h. 31

20

Oleh karena itu, guru hendaklah dapat bertindak secara bijak dalam memberikan penilaian, agar siswa pun merasa puas terhadap hasil belajar yang mereka tempuh selama jangka waktu tertentu. Adapun indikator keberhasilan belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut : a) Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agama Islam dan mengamalkannya b) Siswa meyakini kebenaran ajaran agama Islam dan menghormati orang lain meyakini agamanya pula c) Siswa bergairah dalam melaksanakan ibadah d) Siswa memiliki sifat kepribadian muslim (akhlak mulia) e) Siswa mampu membaca dan memahami kitab suci Al-Quran f) Siswa rajin dan giat belajar serta gemar membaca buku g) Siswa mampu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah h) Siswa memahami, menghayati dan mengambil manfaat dari tarikh Islam i) Siswa mampu menciiptakan suasana kerukunan beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Indikator-indikator di atas memberikan gambaran bahwa keberhasilan belajar siswa dimulai dari aspek kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran dan nilai-nilai agama Islam, selanjutnya mengarah kepada aspek afeksi, yakni internalisasi ajaran dan nilai-nilai agama ke dalam diri siswa. Tahapan ini terkait erat dengan aspek kognisi, dengan asumsi bahwa penghayatan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut, diharapkan tumbuh motivasi dalam diri siswa dan bergerak mengamalkan serta mentaati ajaran islam (psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia.

21

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa dapat dikatakan sebagai hasil belajar siswa setelah mereka mengikuti dan mempelajari mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan sudah tentu tercapainya hasil belajar tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Menurut Wasty Soemanto, faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : a) Faktor stimuli belajar

Yang di maksud dengan stimuli belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perubahan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar.27 b) Faktor metode belajar Metode belajar yang digunkan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.28 c) Faktor individu

Kecuali faktor stimuli dan metode belajar, faktor individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individu ini27 28

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), h. 113 Ibid., h. 110

22

menyangkut : kematangan, faktor usia kronologis, faktor oerbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan rohani, motivasi.29 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara umum itu ada tiga macam, yaitu: a) Faktor internal (faktor di luar siswa) yakni keadaan (kondisi jasmani dan rohani siswa) b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.30 a) Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu : 1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmani) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya juga kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indra penglihatan dan pendengaran yang sangat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa serta kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.31 2) Aspek psikologis

Faktor-faktor rohani yang termasuk aspek psikologis dan dapat mempengaruhi juantitas dan kualitas pembelajaran siswa adalah sebagai

29 30

Ibid., h. 113 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 129 31 Slameto, op.cit. h.54

23

berikut yaitu : tingkat kecerdasan atau intelegebsi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.32 b) Faktor eksternal terdiri atas tiga macam : 1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi orang tua, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa lainnya, disiplin sekolah, sarana dan prasarana pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, metode belajar dan tugas rumah, (PR). 3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, media massa dan budaya hidup masyarakat.33 Ketiga lingkungan di atas (keluarga, sekolah dan masyarakat) merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungan itulah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang kompleks, yang di dalamnya juga terdapat proses interdependensi (ketergantungan). Dari ketiga faktor tersebut mempunyai pangaruh sukup signifikan terhadap kegiatan belajar anak didik. c) Faktor pendekatan belajar

Faktor pendektan belajar ini juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, maka semakin baik pula hasilnya. Faktor ini dapat dibagi ke dalam tiga macam tingkatan, yaitu pendekatan tinggi, pendekatan sedang, dan pendekatan renah.34

32 33

Ibid., h. 55 Ibid., h. 60-69 34 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 136

24

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah penulis kemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi secara umum faktor-faktor tersebut dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang dalam istilah psikologi pendidikan lebih dikenal dengan istilah faktor instrinsik dan ekstrinsik. Dan salah satu faktor yang dipandang cukup dominan terhadap pencapaian prestasi belajar siswa ialah faktor keluarga, dimana keluarga merupakan peranan penting dalam pencapaian hasil belajar. 1. Pelajaran Fiqih A. Pengertian Fiqih Kata fiqih secara arti kata berarti: paham yang mendalam. Semua kata fa qa ha yang terdapat dalam Al-Quran mengandung arti sperti ini. Bila paham dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriyah, maka fiqih berarti paham yang menyampaikan ilmu zhahir kepada ilmu bathin. Karena itulah Al-tarmizi menyebutkan fiqih tentang sesuatu berarti mengetahui batinnya sampai kepad kedalamannya.35 B. Sumber Perumusan Fiqih Yang dimaksud dengan sumber di sini ialah apa-apa yang dijadikan baha rujukanbagi ulama dalam merumuskan fiqihnya. Yang menjadi sumber fiqih itu yang disepakati oleh para ulama adalah empat, yaitu :

35

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor : Kencana, 2003)Cet Ke-1, h.5

25

1 Al-Quran al-karim 2 Sunnah Nabi 3 Ijma Ulama 4 Qiyas36

C. Muatan Fiqih Fiqih itu rincian dari apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilakukan oleh hambanya yang menduduki fungsi sebagai kholifah di atas bumi. Adapun muatanmuatannya yaitu: 1. Fiqih tentang ibadah 2. Fiqih tentang muamalat

C. Kerangka Pemikiran Dalam proses pembelajaran hendaknya kita terutama tertuju pada kreativitas sebagai suatu produk dari hasil pemikiran atai prilaku manusia. Kreativitas dapat pula kita lihat sebagai suatu proses dan mungkin inilah yang lebih esensial dan perlu dibina pada anak didik sejak dini untuk bersibuk diri secara kreatif. Kreativitas sebagai proses memiliki berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan atau masalah sebagai proses bermain dengan gagasan atau unsur unsur pikiran merupakan keasikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi siswa yang kreatif. Kreatif dalam hal ini merupakan proses berpikir dimana siswa berusaha36

Ibid, h.11

26

untuk menemukan hubungan hubungan baru, mendapatkan jawaban atau metode atau cara baru dalam memecahkan masalah. Sedangkan orang belajar sering beranggapan sebagai menuntut ilmu atau mencari ilmu namun pengertian ini dipertegas menurut Gates sebagaimana dikutip oleh Dakir bahwa belajar adalah sebuah perubahan tingkah laku yang saling berhubungan yang lebih maju dalam penampilannya pada situasi, dengan usaha usahan dan berulang ulang dan yang lebih bersangkutan agar dapat mencapai keefektifannya.37 Pengertian ini didasarkan atas adanya perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh dari proses belajarnya dengan mengembangkan segala kreatifitasnya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari secara progresif dan perubahannya adalah positif. Adapun kreativitas belajar siswa akan lebih efektif jika di dukung oleh banyak faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal itu lebih mempengaruhi kepada proses pengembangan kreatif belajar siswa. Dalam hal ini kepala sekolah berperan penting dalam peningkatan kreatif belajar siswa tersebut. Setelah mengetahui faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar, maka dapat dirumuskan indikator dari kreativitas belajar, dalam hal ini bertitik tolak pada peran kepala sekolah, adapun indikatornya adalah sebagai berikut : 1. Ranah Kognitif ; ingatan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.37

Dakir, Dasar-Dasar Psikologi, (Yogyakarta; Pustaka Belajar, 1993), h. 125

27

2. Ranah Afektif ; penerimaan, menjawab, respon, penilaian, organisasi, dan karakteristik. 3. Ranah Psikomotorik ; keterampilan, kemampuan.38 Dari permasalahan diatas penulis dapat membuat sinyalemen bahwa di duga terdapat korelasi yang positif antara peran kepala sekolah terhadap kreatifitas belajar siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, di duga terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pola asuh otoriter orang tua dan prestasi belajar siswa. Adapun hubungan korelasi kedua variabel tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut : Prestasi belajar adalah segenap ranah psikologis yang berubah sebgai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.39 Menurut Zakiah Darajat prestasi belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku siswa setelah siswa mempelajari suatu pelajaran dan dinamakan hasil belajar siswa dalam bidang pelajaran tertentu, perubahan tingkah laku tersebut, meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.40 Prestasi belajar merupkan penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan dua kata yang memiliki arti yang berbeda-beda prestasi adalah38 39

hasil yang telah dicapai (dari yang telah

Nana Sudjana,op.cit. h.22 Muhibbin Syah, op.cit. h.148 40 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal 197

28

dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.41 Tanggungjawab pendidikan secara mendasar terpikat kepada orang tua terhadap anaknya. Setiap orangpun memiliki hak-hak pendidikan yang perlu diterima terus tanpa adanya batasan yang dapat mengurangi dan bahkan menghilangkan potensi sumber daya manusia. Potensi kreativitas dan intelegensi juga termasuk hal-hal yang penting yang perlu diperhatikan. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Asy-Syuara ayat 183 sebagai berikut:42 Artinya. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; (Q.S. AsySyuara: 183) Meninjau dari tujuan program atau sasaran pendidikan dan belajar siswa, kreativitas bisa juga dikatakan sebagai hal yang prioritas. Untuk itu meningkatkan kreativitas hendaknya merupakan bagian yang integral dari setiap program pendidikan, khususnya mengenai pendidikan nasional.

41 42

Slameto, op.cit., h. 2 T.M. Hasybi Ashshiddiqi et.al, loc.cit., h. 586

29

Selanjutnya ditekankan bahwa iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan prilaku yang kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju. Secara eksplisit dapat dinyatakan bahwa kreativitas perlu dipupuk,

dikembangkan dan ditingkatkan disamping meningkatkan kecerdasan. Banyak orang yang menganggap kreativitas hanya dapat diajarkan jika dikaitkan dengan bidang subjek (mata pelajaran) tertentu. Hal ini tidak benar kreativitas dapat dianjurkan dalam konteks yang Content Free alias lepas dari salah satu bidang tertentu. Akan tetapi kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan (Eksplorasi) dan kemungkinan membuat pilihan. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, diduga terdapat hubungan positif yang signifikan antara strategi pengajaran sekolah peradaban dengan pengembangan kreativitas siswa. Adapun hubungan kedua variabel tersebut sebagai berikut:

HUBUNGAN VARIABEL

INDIKATOR VARIABEL X SIKAP KREATIVITAS SISWA -

INDIKATOR VARIABEL Y PRESTASI BELAJAR

Keterampilan Kelancaran Berpikir Interaksi dua arah Disiplin masuk kelas

-

Kognitif Afektif Psikomotor

30

D. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang diterapkan dalam sebuah rancangan penelitian untuk memudahkan proses penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ha = Terdapat hubungan positif antara hubungan sikap kreativitas siswa

dengan prestasi belajar pada bidang studi Fiqih. Ho = Tidak terdapat hubungan positif antara antara hubungan sikap

kreativitas siswa dengan prestasi belajar pada bidang studi fiqih.