Makalah Forensik Aas Fix

download Makalah Forensik Aas Fix

of 22

Transcript of Makalah Forensik Aas Fix

MAKALAHKIMIA FORENSIKAPLIKASI SPEKTROSKOPI VIBRASI PADA ANALISIS FORENSIKDisusun Oleh :KELOMPOK 7Haryono Hafiludin (H31110256)Syela Wasti Lita (H31111017)Krisnanopia Minggu Manan (H31111281)

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014BAB I PENDAHULUAN

Kimia forensik adalah proses menganalisis materi dan zat-zat yang mungkin berhubungan dengan penyelidikan TKP. Aplikasi Ilmu forensik memberikan suatu penjelasan atau demostrasi di pengadilan mengenai hasil analisis yang memiliki kaitan dengan suatu kasus. Kimia forensik telah ada di sekitar kita lebih lama daripada yang dipikirkan banyak orang. Mulai dari zaman sebelum masehi telah dikenal oleh bangsa-bangsa Mesir kuno, Yunani kuno, dan Roma. Banyak kasus keracunan dan pencemaran lingkungan yang sulit terungkap, yang umumnya disebabkan karena seringkali data yang diperlukan tidak cukup untuk dapat membuktikan penyebabnya, seperti kasus Buyat, kasus keracunan di Magelang, kasus kematian aktivis HAM Munir, dan kasus keracunan makanan yang seringkali terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kurangnya pemahaman mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan untuk dapat membuat suatu kesimpulan mengenai kasus terkait keracunan dan pencemaran lingkungan menjadikan strategi pengumpulan data-data yang diperlukan seringkali tidak tepat.Dengan pengembangan disiplin ilmu forensik modern, dapat membantu mengungkap kasus-kasus seperti contoh diatas melalui investigasi berdasarkan pemahaman perilaku zat penyebab keracunan atau sumber pencemaran, metode pengambilan sampel dan metode analisa, interpretasi data terkait dengan gejala/efek atau dampak yang timbul serta bukti-bukti lainnya yang tersedia, khususnya dengan menggunakan ASS.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Kasus kematian akibat merkuri pada ikan pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1956. Terdapat 111 orang meninggal karena keracunan merkuri. Jumlah kematian yang banyak itu terjadi diprediksi karena Jepang merupakan negara pengkonsumsi ikan terbesar di dunia. Mereka menyukai ikan mentah karena ikan mentah dianggap makanan segar. Kemudian, karena terjadi di daerah Minamata, kasus keracunan merkuri sering dikenal juga sebagaikasus Minamata. Kasus ini berlanjut hingga 30 tahunan. Hingga bulan Maret 2011, terdapat 2265 orang yang teracuni dan 1.784 di antaranya meninggal dunia.Penyebaran penyakit Minamata, kasus merkuri itu, terjadi lagi di Nigata dan berawal pada tahun 1965. 120 orang teracuni merkuri di Nigata. Sejumlah ikan di Minamata, Jepang, mengandung merkuri hingga 440 ppm padahal ambang batas atas yang diperbolehkan oleh badan pengawasan obat dan makanan Jepang hanyalah 0,4 ppm.Banyak orang Jepang yang makan ikan mentah yang masih segar dan membubuhinya dengan wasabi supaya bakteri-bakteri pembusuk berkurang dan tidak meracuni mereka yang mengkonsumsinya. Tapi, wasabi atau pemanasan hanya bisa mengurangi bakteri buruk yang ada, tetapi tidak akan pernah bisa mengurangi kandungan mineral beracun seperti merkuri dan PCBs. Wasabi atau pemanasan hanya bisa membunuh bakteri, tetapi tidak akan pernah bisa melenyapkan kandungan mineral seperti merkuri dan PCBs.Merkuri atau raksa merupakan logam dengan ikatan metalik terlemah di antara semua logam, dan satu-satunya logam berfase cair pada temperatur kamar. Lemahnya ikatan metalik mengakibatkan tingginya tekanan uap pada temperatur kamar, dan ini sangat berbahaya sebagai racun jika terhisap oleh makhluk hidup. Merkuri banyak digunakan dalam termometer, barometer, panel pengganti listrik, dan lampu pijar merkuri. Larutan logam dalam merkuri disebut amalgam. Sebagai contoh, natrium amalgam dan zink amalgam yang digunakan sebagai agen pereduksi dalam laboratorium, dental amalgam yang mengandung campuran merkuri, perak, timah, dan tembaga digunakan untuk pengisi gigi yang berlubang. Pemakaian campuran bahan ini cukup beralasan dengan berbagai pertimbangan bahwa campuran bahan ini bersifat sedikit mengembang pada saat pembentukan amalgam, sehingga mampu mengkait secara kuat pada permukaan lubang gigi. Dental amalgam ini tidak mudah pecah oleh benturan-benturan atau tekanan antar gigi, dan mempunyai koefisien ekspansi termal rendah, sehingga tidak mudah pecah jika terjadi kontak dengan makanan panas. Merkuri digunakan paling banyak di bidang pertanian sebagai senyawa organoraksa yang digunakan untuk fungisida dan pengawet kayu.Keberadaan merkuri di alam dapat ditemukan dalam lingkungan tanah, dara, dan air. Dalam tanah diperkirakan sekitar 0,04 g/mL, dalam udara sekitar beberapa nanogram per meter kubik, sedangkan dalam lingkungan perairan diperkirakan sekitar 0,06 ng/mL.Merkuri sebagai unsur ataupun ionnya dalam larutan merupakan bahan beracun berbahaya. Oleh karena itu limbah yang mengandung merkuri dengan segala bentuk juga merupakan limbah yang beracun. Batas konsentrasi ion merkuri yang diperbolehkan sangat kecil, dalam satuan ng/mL. Upaya untuk mengetahui konsentrasi merkuri dalam suatu limbah bersifat membahayakan ataukah tidak, juga memerlukan metode analisis yang dapat menjangkau analit dalam jumlah yang relatif kecil. Merkuri di alam dibagi dalam tiga bentuk yaitu logam merkuri, merkuri organik, dan merkuri anorganik. Menurut Oda dan Ingle (1981) dikatakan bahwa merkuri organik, khususnya metil merkuri lebih toksik dibandingkan dengan senyawa merkuri yang lain. Hasil penelitian Suheryanto (1996) menyatakan bahwa konsentrasi total merkuri di perairan Sungai Musi Palembang sebesar 1,42 ng/mL. Pengukuran konsentrasi total merkuri yang ada di lingkungan perairan tidak dapat membedakan merkuri yang toksik dengan merkuri yang tidak toksik, akan tetapi dengan analisis spesiasi dapat dikualifikasikan keberadaan merkuri dengan tingkat toksisitasnya di lingkungan.Merkuri, baik logam maupun metil merkuri (CH3Hg+), biasanya masuk tubuh manusia lewat pencernaan, bisa dari ikan, kerang, udang, maupun perairan yang terkontaminasi. Namun bila dalam bentuk logam, biasanya sebagian besar bisa diekskresikan. Sisanya akan menumpuk di ginjal dan system saraf, yang suatu saat akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak. Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu berbahaya, karena hanya 15% yang terserap tubuh manusia, akan tetapi begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu dapat bereaksi dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa organik membentuk metil merkuri yang bersifat toksis. Dalam bentuk metil merkuri, sebagian besar akan berakumulasi di otak.Oleh karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat dapat menyebabkan berbagai gangguan. Mulai dari rusaknya keseimbangan tubuh, tidak bisa berkonsentrasi, tuli, dan berbagai gangguan lain seperti yang terjadi pada kasus minamata. Merkuri yang terhisap dapat lewat udara berdampak akut atau terakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, hingga rusaknya paru-paru. Pada keracunan merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel-sel saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi saraf, gangguan pada luas pandang, degenerasi pada sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil.Kasus tersebut diatas dapat dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometric) atau spektrofotometer Serapan Atom. Dimana AAS merupakan instrument yang digunakan untuk analisis logam. Sehingga penggunaan AAS sangat cocok dalam analisis tersebut. Spektrofotometer Serapan Atom sendiri adalah metode pengukuran spektrum yang berkaitan dengan serapan dan emisi atom. Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam kimia analitik dapat diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi unsur logam tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi lebih dari 62 jenis unsur logam. Teknik Spektrometri Serapan Atom (SSA) dikembangkan oleh suatu tim peneliti kimia Australia pada tahun 1950-an, yang dipimpin oleh Alan Walsh, di CSIRO (Commonwealth Science and Industry Research Organization) bagian kimia fisik di Melbourne, Australia.

AdapunbBagian-Bagian pada AAS yaitua. Lampu Katoda Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar. b. Alat Pembakar gas pada AAS yang digunakan ada beberapa macam diantaraya, asetilen, hydrogen, propane dll. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K. regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. c. NebulizerBerfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan ukuran partikel 15-20 m) dengan cara menarik larutan melalui kapiler dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan ke saluran pembuangan.d. Spray ChamberBerfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas oksidan, bahan bakar, dan aerosol yang mengandung sampel sebelum memasuki burner.e. DuctingMerupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.f. KompresorMerupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS pada waktu pembakaran atom.g. BurnerBurner merupakan sistem tempat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala. Merupakan bagian paling terpenting didalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetilen, dan aquabides agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secdara baik dan merata. Lubang yang berada pada burner merupakan lubang pemantik api, dimana pada lubang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda tergantung pada konsentrasi logam yang diukur.h. MonokromatorSetelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom didalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.i. DetektorBerfungsi untuk menentukan intensitas radiasi foton dari gas resonansi yang keluar dari monokromator dan mengubahnya menjadi arus listrik. Detektor yang paling banyak digunakan adalah photo multifier tube. Terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron.j. RekorderSinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.k. Buangan pada AASBuangan pada AAS disimpan didalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %). Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.Kasus keracunan ataupun kematian pada manusia maupun makhluk hidup lain yang diakibatkan oleh logam dapat dengan menggunakan AAS sebagai metode analisis dapat menjadi pilihan yang tepat. Beberapa pertanyaan yang muncul seperti benarkah kasus keracunan atau kematian tersebut diakibatkan oleh jenis logam atau tidak? atau berapa besar dosis yang digunakan sehingga menyebabkan keracunan atau kematian tersebut?.

BAB IIIMETODOLOGI

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik. Sampel berupa molekul akan didisosiasikan (terurai) menjadi atom-atom di dalam nyala api pada alat spektrophotometer serapan atom, atom menyerap energi sehingga elektron-elektronnya mengalami eksitasi. Energi eksitasi ini berasal dari pancaran sinar sebuah sumber cahaya lampu, dimana energi yang terserap sama dengan selisih energi antara dua nivo energi. Peralihan antara dua nivo energi yang melibatkan posisi dasar biasanya mempunyai intensitas pancaran dan serapan yang lebih kuat daripada kemungkinan peralihan yang lain. Peralihan dari posisi dasar ke posisi eksitasi yang pertama disebut garis resonansi. Garis resonansi ini sangat penting artinya pada atomaborpsi, sebab pada atom absorpsi ini tiap elemen dalam sampel akan menyerap sinar dengan jumlah jarak gelombang yang terbatas dalam kawasan spektrum yang sempit. Dari spektrum serapan ini akan dapat diperoleh data-data mengenai zat sampel. Nyala api gas pembakar molekul / atom yang ada dalam sebuah proses spektrophotometer serapan atom seolah-olah berfungsi sebagai kuvet pada spektrophotometer Ultra Violet Visibel (UV-Vis).Dalam prakteknya, kita diharuskan membuat kurva standar antara ekstingsi (serapan) dengan konsentrasi larutan sampel. Dari grafik standar ini kemudian dilarutkan sampel yang telah diukur serapannya, kemudian dapat ditentukan konsentrasinya secara interpolasi atau ekstrapolasi. Namun untuk spektrophotometer serapan atom moderen yang diperlengkapi dengan sistem komputer kalibrasi, standarisasi dan perhitungan semuanya secara otomatis dilaporkan dalam bentuk print out oleh alat tersebut.Berikut ini prosedur pengoperasian alatAAS type BUCK 210 VGP1.5.1 Prosedur Awal1.1 Pasang lampuhallow cathode lamppada soket lampu 1. Buka katup gas dan atur hingga tekanan 50 psi untuk air/N2O dan 14 psi untuk asetilen2. Nyalakan scalar power yang berada di panel belakang alat3. Hidupkan sistem ventilasi atau blower udara4. Periksaloopdan pastikan telah berisi air5. Siapkan sampel, kalibrasi standar danblank1.5.2 Optimasi1. Tekan tombol untuk memasukan pustaka, tekan tombol untuk memilih lampu (posisi lampu paling atas adalah yang aktif). Gunakan panah untuk memilih element. Untuk flame gunakan file fg format Xx-D2-wl dan untuk furnace gunakan format Xx-furn-wl, untuk emission format Xx-emiss-wl. Tekan untuk masuk dan kemudian lalu 2. Ulangi prosedur di atas untuk jenis lampu yang lain sesuai kebutuhan3. Arahkan ke element pertama yang diinginkan, untuk menetapkannya maka gunakan tombol kemudian tekan . Ikuti prosedur pada layer untuk mengatur panjang gelombang dan lampu untuk energi yang maksimum menggunakan tampilan bargraph atau angka. Jika pada skala off tekan tombol , untuk membuat skala bargraph. Pastikan lebar selah slit di set pada posisi yang benar. Energi yang khas berada pada 2-44. Tekan tombol ketika telah selesai untuk masuk keactive analysisdanautozero.5. Jika background dalam posisi off maka hidupkan dengan tombol kecuali jika tidak diperlukan, lalu tekan tombol untuk membersihkan setiap ada pesan error1.5.3 Kalibrasi1. Tekan tombol untuk memasuki layer kalibrasi2. Kolom pertama kiri harus berlabel 151, 152, 153, 154. Kolom kedua harus berlabel auotzero, std1, std2, std3. Tekan tombol pindahkan kursor ke sebelah kanan untuk kolom dan masukkan nilai standar anda.3. Jika ingin tambah standar lagi lanjutkan menambah #s pada kolom pertama (mis: 155, 156) lalu ketik di konsentrasi4. Tekan tombol dari menu kalibrasi dan anda dapat menentukan unit-unit yang dilaporkan pada nomor yang akan dijalankan dan derajat polynomial yang akan digunakan. Tekan tombol jika selesai.5. Tekan tombol dari layer kalibrasi dan ikuti petunjuk di layer.6. Ketika selesai tekan tombol dan jika tidak ada pesan error tekan untuk perhitungan lalu untuk melihat grafik dan pastikan titiknya sesuai atau mendekati garis.7. Tekan tombol sampai kembali ke layar dan siap dijalankan.1.5.4 Analisis1. Tekan untuk membuka display, aspiritkan blank untuk memeriksa kalibrasi pada saat analisis, jika nilai kalibrasi menyimpang dari nol maka dapat direset dengan mengaspirasi blank dan menekan tombol lalu standar tertinggi menekan .2. AAS 210 dapat membacacontinouslydengan menekan untuk membuka display atau menggabungkan nilai display dengan tombol . Jika dalam kondisi ON, artinya AAS 210 akan menanyakan untuk suatu nomor yang akan dianalisis.3. Jika tombol ditekan software akan memulai pada table dan melanjutkan sampai akhir.1.5.5 Shut-Down1. Aspiritkanblankselama 1-2 menit untuk mencucinebulizerdan blokspray chamber2. Tutup asetilen lalu ketika flame dipadamkan tutup air3. Matikan scalar Power alat jika telah selesai4. Tutup regulator utama dari silinder gas atau buka tutup aliran jika menggunakan kompresor udara5. Hentikan atau simpan tiap solusi, jangan tinggalkan solusi asam di depan AAS6. Periksa tampungan air dalam botol dan kosongkan jika penuh7. Lindungi AAS 210 VGP dari debu atau kontaminasi menggunakancover unit

Secara umum analisis sampel dapat dilakukan dengan beberapa langkah1. Penyiapan SampelSpesimen untuk analisis toksikologi forensik biasanya diterok oleh dokter, misalnya pada kasus kematian tidak wajar spesimen dikumpulkan oleh dokter forensik pada saat melakukan otopsi. Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan, organ tubuh. Dalam pengumpulan spesimen dokter forensik memberikan label pada masing-masing bungkus/wadah dan menyegelnya. Label seharusnya dilengkapi dengan informasi: nomer indentitas, nama korban, tanggal/waktu otopsi, nama spesimen beserta jumlahnya. Pengiriman dan penyerahan spesimen harus dilengkapi dengan surat berita acara menyeran spesimen, yang ditandatangani oleh dokter forensik. Toksikolog forensik yang menerima spesimen kemudian memberikan dokter forensik surat tanda terima, kemudian menyimpan sampel/spesimen dalam lemari pendingin freezer dan menguncinya sampai analisis dilakukan. Prosedur ini dilakukan bertujuan untuk memberikan rantai perlindungan/pengamanan spesimen (chain of custody).Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam tahapan penyiapan sampel adalah jenis dan sifat biologis spesimen, fisikokimia dari spesimen, serta tujuan analisis. Dengan demikian akan dapat merancang atau memilih metode penanganan sampel, jumlah sampel yang akan digunakan, serta memilih metode analisis yang tepat. Penanganan sampel perlu mendapat perhatian khusus, karena sebagian besar sampel adalah materi biologis, sehingga sedapat mungkin mencegah terjadinya penguraian dari analit. Pemilihan metode ekstraksi ditentukan juga oleh analisis yang akan dilakukan, misal pada uji penapisan sering dilakukan ekstraksi satu tahap, dimana pada tahap ini diharapkan semua analit dapat terekstraksi. Bahkan pada uji penapisan menggunakan teknik immunoassay sampel tidak perlu diekstraksi dengan pelarut tertentu. Sampel urin pada umumnya dapat langsung dilakukan uji penapisan dengan menggunakan teknik immunoassay. Namun tidak jarang harus mendapatkan perlakuan awal, seperti pengaturan pH dan sentrifuga, guna menghilangkan kekeruhan. Pemisahan sel darah dan serum sangat diperlukan pada persiapan sebelum dilakukan uji penapisan pada darah. Serum pada umumnya dapat langsung dilakukan uji penapisan menggunakan teknik immunoassay. Tidak jarang sampel darah, yang diterima sudah mengalami hemolisis atau menggupal, dalam hal ini darah dilarutkan dengan metanol, dan kemudian disentrifuga, sepernatan dapat langsung dilakukan uji penapisan menggunakan teknik immunoassay.Ekstraksi satu tahap sangat diperlukan apabila uji penapisan tidak menggunakan teknik immunoassay, misal menggunakan kromatografi lapis tipis dengan reaksi penampak bercak tertentu. Atau juga ekstraksi bertingkat metode Stas-Otto-Gang untuk melalukan pemisahan analit berdasarkan sifat asam-basanya. Metode ekstraksi dapat berupa ekstraksi cair-cair, menggunakan dua pelarut yang terpisah, atau ekstraksi cair-padat. Prinsip dasar dari pemisahan ekstraksi cair-cair berdasarkan koefisien partisi dari analit pada kedua pelarut atau berdasarkan kelarutan analit pada kedua pelarut tersebut. Pada ekstraksi cair-padat analit dilewatkan pada kolom yang berisi adsorben fase padat (SPE, Si-Gel C-18, Extrelut, Bund Elut Certify, dll), kemudian dielusi dengan pelarut tertentu, biasanya diikuti dengan modifikasi pH pelarut. Penyiapan sampel yang baik sangat diperlukan pada uji pemastian identifikasi dan kuantifikasi, terutama pada teknik kromatografi. Karena pada umumnya materi biologik merupakan materik yang komplek, yang terdiri dari berbagai campuran baik senyawa endogen maupun senyawa eksogen xenobiotika. Penyiapan sampel umumnya meliputi hidrolisis, ekstraski, dan pemurnian analit. Prosedur ini haruslah mempunyai efesiensi dan selektifitas yang tinggi. Perolehan kembali yang tinggi pada ekstraksi adalah sangat penting untuk menyari semua analit, sedangkan selektifitas yang tinggi diperlukan untuk menjamin pengotor atau senyawa penggangu terpisahkan dari analit. Pada analisis menggunakan GC/MS, penyiapan sampel termasuk derivatisasi analit secara kimia, seperi salilisasi, metilisasi, dll. Derivatisasi ini pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan volatilitas analit atau meningkatkan kepekaan analisis. 2. Uji Penapisan Screening testUji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel. Disini analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek farmakologi yang ditimbulkan. Uji penapisan seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit dengan derajat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat. 3. Uji pemastian confirmatory test Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik spektrofotometer serapan atom (SSA) selain itu dapat digunakan kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi cair-spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada. Disamping melakukan uji indentifikasi potensial positif analit (hasil uji penapisan), pada uji ini juga dilakukan penetapan kadar dari analit. Data analisis kuantitatif analit akan sangat berguna bagi toksikolog forensik dalam menginterpretasikan hasil analisis, dengan kaitannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul baik dari penyidik maupun hakim sehubungan dengan kasus yang terkait. 4. Interpretasi temuan analisis Temuan analisis sendiri tidak mempunyai makna yang berarti jika tidak dijelaskan makna dari temuan tersebut. Seorang toksikolog forensik berkewajiban menerjemahkan temuan tersebut berdasarkan kepakarannya ke dalam suatu kalimat atau laporan, yang dapat menjelaskan atau mampu menjawab pertanyaan yang muncul berkaitan dengan permasalahan/kasus yang dituduhkan. BAB IVKESIMPULAN

Kimia forensik adalah proses menganalisis materi dan zat-zat yang mungkin berhubungan dengan penyelidikan TKP dan aplikasi Ilmu forensik memberikan suatu penjelasan atau demostrasi di pengadilan mengenai hasil analisis yang memiliki kaitan dengan suatu kasus.Dalam mengungkap atau menjelaskan kasus suatu kasus investigasi khususnya kematian karena keracunan dapat dilakukan dengan menggunakan AAS.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Ikan, (online), (https://groups.google.com/ forum/#!msg/ segarbugarsepanjangmasa/2AW3XXDz_HU/TQyGAfO7eGIJ), Di akses pada Tanggal 5 April 2014.

Kristianigrun, S., 2007, Modifikasi Metode Analisis Spesimen Merkuri dalam Lingkungan Perairan,

Kristianigrun, S., 2009, Kajian Teknik Merkuri yang Sederhana, selektif, Prekonsentrasi dan Penentuannya secara Spektrofotometri,

Wirasuta, G. A., 2008, Analisis Toksikologi Forensik, Fakultas Matematika dan Ilm Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Jimbran.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai khususnya selama pembuatan makalah ini. Tak lupa juga penyusun mengucapkan terimakasih ke pada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Dosen untuk mata kuliah kimia forensik. Penyusun berharap agar makalah ini kelak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penyusun menyadari makalah ini tidaklah, sempurna untuk itu jika ada kesalahan penyusunan, kata, atau nama, penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Makassar, April 2014

Penyusun