Aadhy-laporan Kasus Sar Mayor

download Aadhy-laporan Kasus Sar Mayor

of 11

Transcript of Aadhy-laporan Kasus Sar Mayor

LAPORAN KASUS KELAINAN PATOLOGISSAR MAYOR

DISUSUN OLEH :

DHYANDRA SEKAR AYU2013-16-133

PEMBIMBING : drg. SOLVA YUDITHA, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS PROF.DR. MOESTOPO (BERAGAMA)JAKARTA2014 LAPORAN KASUS PATOLOGIS NON-INFEKSI

Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke Klinik Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan ada sariawan di bibir bawah sebelah kanan sejak 5 hari yang lalu sehingga mengganggu makan dan berbicara, pernah diobati menggunakan obat kumur. Sariawan timbul secara tiba-tiba dan tidak diketahui penyebabnya. Awalnya sariawan kecil, kemudian semakin hari semakin besar dan sakit. Pasien mengalami sariawan setidaknya satu bulan sekali dan kondisi seperti ini sejak 20 tahun yang lalu.

Pemeriksaan intra oral: Kunjungan pertama pada tanggal 12 Juni 2014Ulkus berdiameter 3mmBerbentuk ovalDikelilingi oleh halo eritemaDilapisi oleh pseudomembran berwarna putih kekuningan Terasa sakit apabila ada rangsangan panas, asin dan asam.

Ulkus berdiameter 1cmBerbentuk bulatDikelilingi oleh halo eritemaDilapisi oleh pseudomembran berwarna putih kekuningan Terasa sakit apabila ada rangsangan panas, asin dan asam.

Ulkus berdiameter 2mmBerbentuk bulatDikelilingi oleh halo eritemaDilapisi oleh pseudomembran berwarna putih kekuningan Terasa sakit apabila ada rangsangan panas, asin dan asam.

Ulkus berdiameter 5mmBerbentuk bulatDikelilingi oleh halo eritemaDilapisi oleh pseudomembran berwarna putih kekuningan Terasa sakit apabila ada rangsangan panas, asin dan asam.

Kunjungan kedua pada tanggal 20 Juni 2014Ulkus mengecil berdiameter 2mmBerbentuk ovalRasa sakit berkurang apabila ada rangsangan panas, asin dan asam.

Ulkus mengecil berdiameter 4mmBerbentuk bulatTimbulsedikit jaringan parutRasa sakit berkurang apabila ada rangsangan panas, asin dan asam.

Ulkus berdiameter 2mmBerbentuk bulatDikelilingi oleh halo eritemaDilapisi oleh pseudomembran berwarna putih kekuningan Terasa sakit apabila ada rangsangan panas, asin dan asam.

TINJAUAN PUSTAKASAR Mayora. Definisi Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan suatu kondisi ulseratif pada mukosa rongga mulut yang paling umum terjadi. SAR ditandai oleh ulser rekuren yang timbul baik tunggal maupun jamak, berbentuk bulat atau oval, ditutupi oleh pseudomembran putih sampai kuning keabu-abuan, berbatas jelas dan memiliki eritema halo.1,2

b. EtiologiPenyebab terjadinya SAR Mayor tidak diketahui, namun terdapat beberapa faktor predisposisi yaitu :1. StresStres mempengaruhi personalitas, perasaan, tindakan, dan tingkah laku. Lebih jauh lagi stres berpengaruh terhadap fisik dan psikologis. Penelitian mmembuktikan bahwa individu dengan SAR terlihat memiliki skor kecemasan dan level kortisol yang lebih tinggi dari rata-rata. Peningkatan hormon stres menyebabkan gluconeogenesis meningkat sehingga menyebabkan kadar glukosa darah tinggi dan glukosa intrasel rendah termasuk sel-sel epitel rongga mulut.Glukosa intasel yang rendah menyebabkan gangguan pompa Na+ dan K+ menyebabkan natrium tidak dapat keluar dari dalam sel sehingga terjadi hipertonik intraseluler, akibatnya air masuk kedalam sel, akhirnya sel membengkak dan mengalami lisis kemudian timbulah ulser.62. Perubahan hormonPada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron. Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak.Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.u,83. Defisiensi nutrisi atau vitaminWray (1975) meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil pasien menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan 2% defisiensi ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan.Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut. Penurunan vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi ketiganya. Terapi dengan pemberian vitamin tersebut selama 3 bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren berkurang.4. Disregulasi imunOleh karena etiologi stomatitis aftosa rekuren tidak diketahui, ada kecenderungan untuk menganggapnya sebagai kelainan autoimun. Stomatitis aftosa rekuren sendiri juga tidak memiliki gambaran yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan penyakit autoimun. Stomatitis aftosa rekuren tidak memberikan respon pada pengobatan imunosupresif dan bertambah parah jika ada ganguan fungsi imun sebagaimana ditemukan pada infeksi HIV.35. GenetikTerdapat beberapa bukti menunjukan bahwa faktor genetik berperan sangat penting sebagai faktor predisposisi terbentuknya sar. Pasien dengan riwayat keluarga sar memiliki kemungkinan yang lebih besar anaknya menderita sar dibandingkan dengan anak yang orang tuanya tidak ada riwayat terjadinya sar. Pasien dengan riwayat keluarga SAR akan menderita SAR sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga SAR. Faktor genetik SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah human leucocyte antigen (HLA).3

c. Gambaran klinisGambaran klinis SAR mayor diawali dengan gejala prodromal yang jarang disadari oleh penderita yang digambarkan sebagai rasa sakit sekitar 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Semua jenis sar timbul dengan bentuk yang sama baik bulat maupun oval, sakit dan berbatas eritema. Secara klinis SAR dibagi menjadi 3 bentuk umum, yaitu sar minor, sar mayor dan sar herpetiformis. SAR minor merupakan jenis ulser yang paling sering terjadi (sekitar 80%) dari semua kasus yang ada, timbul pada mukosa tidak berkeratin, ulsernya berukuran kecil (< 1cm) sehingga tidak menimbulkan jaringan parut dapat sembuh sekitar 7-10 hari.SAR mayor merupakan jenis ulser yang jarang terjadi (sekitar 10%), tetapi merupakan ulser yang paling parah karena berdiameter besar ( 1cm), dapat timbul di dorsum lidah, masticatory mukosa atau gingiva dan bila sembuh dapat menimbulkan jaringan parut.SAR herpetiform merupakan jenis ulser yang paling jarang terjadi (sekitar 5-10%), berdiameter sangat kecil tidak lebih besar dari 1mm, namun timbul dalam kelompok 10-100 buah yang bergabung menjadi menjadi user.1,2,3,5

d. PerawatanPenatalaksanaan SAR dibagi ke dalam dua tahap:1. Pengobatan simtomatis dan perawatan suportif. SAR adalah penyakit yang sampai sekarang ini masih belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Karena penyebab SAR belum diketahui, maka pengobatannya lebih untuk mengobati keluhannya saja. Perawatan yang dilakukan merupakan tindakan simtomatik dengan tujuan untuk mengurangi gejala, mengurangi jumlah dan ukuran ulkus. Obat yang dapat digunakan antara lain: obat kumur antibiotika (chlorhexidine gluconate 0,2%) atau kortikosteroid topikal (triamcinolone in orbase). Obat kumur chlorhexidine 0,2% dapat digunakan untuk meredakan durasi dan ketidaknyamanan pada SAR. Cara penggunaannya adalah tiga kali sehari sesudah makan, ditahan dalam mulut selama minimal 1 menit. Kortikosteroid tidak mempercepat penyembuhan lesi, tetapi dapat mengurangi rasa sakit pada peradangan yang ada. Perawatan suportif dapat dilakukan dengan pengaturan diet, pemberian obat kumur salin hangat dan anjuran untuk beristirahat dengan cukup. Namun demikian, tidak ada satu obatpun yang dapat benar-benar menghilangkan lesi dengan sempurna. Penderita perlu diberi tahu bahwa kelainan tersebut tidak dapat diobati, tetapi dapat diredakan dan biasanya dapat sembuh sendiri.7,82. Pengendalian faktor predisposisiPasien SAR penting untuk ditentukan faktor predisposisi dan merawat faktor tersebut sebelum memulai terapi yang lebih spesifik. Faktor predisposisi dapat diketahui dengan cara mengumpulkan informasi tentang faktor genetik yang kemungkinan berperan, trauma yang terlibat, faktor hormonal yang berperan, juga kondisi stres dan faktor imunologi. Faktor sistemik perlu diperhatikan usia penderita, pada lansia kemungkinan adanya keterlibatan kondisi sistemik lebih besar bila dibandingkan pasien usia pertengahan. Faktor lokal perlu diperhatikan adanya trauma ataupun faktor lain yang dapat mengiritasi mukosa, seperti tepi gigi, karies ataupun tambalan yang tajam, perlu dihindari makanan yang keras dan merangsang. OH penderita juga penting diperhatikan.7,8

e. Diferential diagnosaSAR MAYORULKUS TRAUMATIKUS

GAMBAR

DEFINISIPeradangan mukosa rongga mulut dengan karakteristik ulserasi yang berulang dengan ukuran berkisar 1 cmTraumatik ulser adalah bentukan lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma9

ETIOLOGIBelum diketahui secara pasti namun faktor yang dapat mendasari terjadinya SAR yaitu stres, perubahan hormon, defisiensi nutrisi atau vitamin, disregulasi imun dan genetik.Penyebab traumatik dari ulserasi mulut dapat berupa trauma fisik atau trauma kimiawi. Kerusakan fisik pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh permukaan tajam, peralatan ortodonti, kebiasaan menggigit bibir, atau gigi yangfraktur. Ulser traumatik juga dapat diakibatkan oleh bahan-bahan kimia, panas, listrik, atau gaya mekanik. Iritasi kimiawi pada mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi.9

GAMBARAN KLINISPada stadium permulaan berupa nodul atau plak yang kecil, lunak, merah dan sakit yang jika pecah akan menjadi ulser yang sangat sakit. Lesi > 1 cm dan dapat mencapai 5 cm. Tepi lesinya meninggi dan eritematous. Lesi berbetuk kawah berwarna abu-abu dan keras jika di palpasi. Dapat terjadi di mukosa mulut mana saja termasuk mukosa mulut yang berkeratin.8Traumatik ulser mempunyai gambaran khas berupa ulser tunggal yang tidak teratur. Lesi biasanya tampak sedikit cekung dan oval bentuknya. Pada awalnya daerah eritematous dijumpai di perifer, yang perlahan-lahan menjadi muda karena proses keratinisasi. Bagian tengah lesi biasanya kuning kelabu. Seringkali trauma penyebabnya jelas terungkap pada pemeriksaan riwayat penyakit atau pemeriksaan klinis. Mukosa yang rusak karena bahan kimia seperti terbakar oleh aspirin umumnya batasnya tidak jelas dan mengandung kulit permukaan yang terkoagulasi dan mengelupas

PERAWATANobat kumur antibiotika (chlorhexidine gluconate 0,2%) atau kortikosteroid topikal (triamcinolone in orbase).Terapi trumatik ulser berupa terapi kausatif dengan menghilangkan faktor etiologi atau penyebab (trauma). Terapi simptomatik pasien dengan traumatik ulser yaitu dengan pemberian obat kumur antiseptik.

Daftar Pustaka

1. Nurdiana, jusri M. Penatalaksanaan Stomatitis Aftosa Rekuren Mayor dengan Infeksi Sekunder. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi. Makassar: 2011. 10 (1). hal 42-6.2. Wulandari EAT, Setyawati T. Tata Laksana SAR Minor untuk Mengurangi Rekurensi dan Keparahan. Indonesian Journal of Dentistry. Jakarta: 2008. 15 (2). Hal 147-1543. Cawson RA, Odell EW. Cawsons Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 7th edition. Churchill Livingstone. London: 2002. Hal 192-54. Casiglia JM. Aphthous Stomatitis. America. (Cited: 18 Juli 2014). Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1075570-overview#showall5. Lewis MAO, Jordan RCK. Oral Medicine. Manson Publishing. London: 2004. Hal: 24-56. Rosarina A, Hendarti HT, Soenartyo H. Prevalensi Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang dipicu oleh Stres Psikologis (Di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Unair September-Oktober 2009). Oral Medicine Dental Journal. Surabaya: 2009. 1(2). Hal 42-57. Marwati E. Penatalaksanaan Nyeri pada Stomatitis Aftosa Rekuren. Dentistry Jakarta Selatan PDGI. Jakarta: 2011. 8. Haikal M. Aspek Imunologi Stomatitis Aftosa Rekuren. FKG Universitas Sumatra Utara. Medan: 2009.9. Michael O, Jordan RCK. A Colour Handbook of Oral Medicine: Ulceration. 2009. Hal 22-5.