Aaaaa

49
KARAKTERISTIK USAHA MIKRO & KECIL POSITIF, Tahan banting Flexibel Mandiri Efisien (dikerjakan seluruh anggota keluarga) Self (or family) financing NEGATIF, Informal Skala ekonomi rendah TIdak ada standar dan SOP Belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen Tidak disiapkan untuk menjadi besar atau tumbuh Pengembangan terbatas Pada bagian ini, Anda akan kami perkenalkan dengan karakter- karakter dasar seorang wirausaha. Menurut McGraith & Mac Millan (2000), ada tujuh karakter dasar yang perlu dimiliki calon wirausaha. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut, 1. Action Oriented, Bukan tipe menunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja. Dia tidak menunggu sampai segala sesuatunya jelas dulu, atau budget-nya ada dulu. Dia juga tidak menunggu ketidakpastian pergi dulu, baru berusaha. Mereka adalah orang yang ingin segera bertindak, sekalipun situasinya tidak pasti (uncertain). Prinsip yang mereka anut adalah see and do. Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian. 2. Berpikir Simple, Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan

description

aaaa

Transcript of Aaaaa

Page 1: Aaaaa

KARAKTERISTIK USAHA MIKRO & KECIL

POSITIF,

Tahan banting Flexibel Mandiri Efisien (dikerjakan seluruh anggota keluarga) Self (or family) financing

NEGATIF,

Informal Skala ekonomi rendah TIdak ada standar dan SOP Belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen Tidak disiapkan untuk menjadi besar atau tumbuh Pengembangan terbatas

Pada bagian ini, Anda akan kami perkenalkan dengan karakter-karakter dasar seorang wirausaha. Menurut McGraith & Mac Millan (2000), ada tujuh karakter dasar yang perlu dimiliki calon wirausaha. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut,

1. Action Oriented,Bukan tipe menunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja. Dia tidak menunggu sampai segala sesuatunya jelas dulu, atau budget-nya ada dulu. Dia juga tidak menunggu ketidakpastian pergi dulu, baru berusaha. Mereka adalah orang yang ingin segera bertindak, sekalipun situasinya tidak pasti (uncertain). Prinsip yang mereka anut adalah see and do. Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian.

2. Berpikir Simple,Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap.

3. Mereka selalu mencari Peluang-peluang baru.Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama. Untuk usaha-usaha yang baru, mereka selalu mau belajar yang baru, membentuk jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya. Sedangkan dalam usaha yang sama, mereka selalu tekun mencari alternatif-alternatif baru, seperti model, desain, platform, bahan baku, energi, kemasan, dan

Page 2: Aaaaa

struktur biaya produksi. Mereka meraih keuntungan bukan hanya dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dari cara-cara baru.

4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi.Seorang wirausaha bukan hanya awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu, tetapi mereka bergerak ke arah itu. Peluang bukan hanya dicari, melainkan diciptakan, dibuka, dan diperjelas. Karena wirausaha melakukan investasi dan menanggung risiko, maka seorang wirausaha harus memiliki disiplin yang tinggi. Wirausaha – wirausaha yang sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin pekerjaannya beres, dan apa yang dipikirkan dapat dijalankan segera. Mereka bertarung dengan waktu karena peluang selalu berhubungan dengan waktu. Apa yang menjadi peluang pada suatu waktu, belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu hilang, belum tentu akan kembali lagi. Setiap gagasan brilliant dan inovasi biasanya harus dibangun dari bawah dan disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).

5. Hanya mengambil peluang yang terbaik.Seorang wirausaha akan menjadi sangat awas dan memiliki penciuman yang tajam pada waktunya. Berbeda dengan pemula yang belum terlatih dan masih bingung, maka wirausaha yang terlatih akan cepat membaca peluang. Namun, wirausaha sejati hanya akan mengambil peluang yang terbaik. Ukuran menarik itu adalah pada nilai–nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan perubahan yang dihasilkan. Semua itu biasanya dikaitkan dengan “rasa suka” terhadap objek usaha atau kepercayaan bahwa dia “mampu” merealisasikannya.Pada akhirnya, sukses yang diraih setiap orang ditentukan oleh keberhasilan orang itu dalam memilih.

Success adalah fungsi dari keberhasilan memilih. Apakah memilih sekolah, karier, bidang usaha, teman, pasangan, karyawan/eksekutif, mitra usaha, dan sebagainya. Pilihan yang terbaik akan menentukan hasil yang bisa dicapai.

6. Fokus pada eksekusi.Wirausaha bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesis, melainkan seorang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar – putar dalam pikiran penuh keragu-raguan.” Manusia dengan entrepreneurial mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide – ide baru sampai mati” (McGraith dan Mac Millan, 2000, hlm.3). Mereka juga adaptif terhadap situasi, yaitu mudah menyesuaikan diri dengan fakta – fakta baru atau kesulitan di lapangan.

SUCCESS = F (CHOICE)

Page 3: Aaaaa

7. Memfokuskan energy setiap orang pada bisnis yang digeluti,Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian. Dia menggunakan tangan dan pikiran banyak orang, baik dari dalam maupun luar perusahaannya. Mereka membangun jaringan daripada melakukan semua impiannya sendiri. Ibarat seorang orkestrator atau dirigen musik, dia mengumpulkan pemusik-pemusik yang ahli dalam memainkan instrument yang berbeda-beda untuk menghasilkan nada-nada musik yang disukai penonton. Untuk itu, dia harus memiliki kemampuan mengumpulkan orang, membangun jaringan, memimpin, menyatukan gerak, memotivasi, dan berkomunikasi.

Dengan adanya 4 juta orang entrepreneur tersebut, apa saja kemungkinan dampak bagi bangsa dan negara ini ?

1. Jika setiap entrepreneur rata-rata dapat membuka lapangan kerja langsung untuk sepuluh orang pegawai, maka akan tercipta lapangan kerja untuk 40 juta orang.

2. Jika setiap pegawai rata-rata mendapatkan upah atau gaji, beserta pengeluaran lainnya – berupa bonus, THR, tunjangan-tunjangan, dan lain-lain, mulai dari buruh dengan upah sesuai UMR sampai top eksekutif, rata-rata Rp 1 juta per bulan, maka akan dibayarkan sebanyak Rp 40 triliun setiap bulannya kepada para pegawai, yang dapat dibelanjakan untuk produk konsumtif dan biaya hidup lainnya, yang bisa menimbulkan perputaran roda ekonomi.

3. Jika setiap pegawai menghidupi empat orang, misalnya sumi, istri, dan dua orang anak, maka yang “dihidupi” dan disejahterakan oleh 4 juta entrepreneur sebanyak 160 juta orang.

4. Jika setiap entrepreneur membayar macam-macam pajak – berupa PPn, PPh, Retribusi, dan lain-lain – sedikitnya Rp 10 juta per bulan, maka pajak yang diterima pemerintah adalah sebesar Rp 40 triliun per bulannya, atau sebesar Rp. 480 triliun per tahun. Suatu jumlah yang tidak sedikit untuk sumber pemasukan APBN/APBD. Bandingkan dengan APBN tahun 2004 – pemasukan dari pajak baru sekitar Rp 270 triliun lebih.

5. Jika 10% dari 4 juta entrepreneur tersebut berbisnis dalam produk-produk untuk orientasi ekspor, maka akan ada 400.000 eksportir. Dan kalau masing-masing eksportir nilai ekspornya sebesar 100.000 dolar AS per tahun, maka akan terkumpul devisa sebanyak 40.000.000.000 dolar AS per tahun – yang berakibat pada meningkatnya cadangan devisa negara dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

6. Apabila setiap entrepreneur menyumbangkan dana untuk tujuan social sebagai dermawan rata-rata sebesar Rp 5 juta per tahun, maka jumlah dana social yang

Page 4: Aaaaa

dapat disebar ke seluruh masyarakat di Indonesia akan mencapai Rp 20 triliun setiap tahunnya.

Meskipun menjadi seorang Entrepreneurtidak harus memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi mengapa terutama para sarjana yang perlu mempersiapkan diri?, berikut ini adalah beberapa alasannya, dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan di bawahnya,

1. Banyak sarjana yang menganggur di Indonesia, yaitu sekitar 245 ribu orang, dan setiap tahun sarjana lulusan baru selalu bertambah.

2. Sarjana sudah menikmati kesempatan pendidikan yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata penduduk Indonesia yang masih rendah tingkat pendidikannya (tahun 2003, jumlah sarjana di Indonesia hanya sekitar 2,6 juta orang dari 215 juta penduduk.

3. Sarjana relatif memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang.

4. Sarjana relatif memiliki daya nalar, analisis, logika berpikir, dan intelektualitas yang tinggi.

5. Sarjana relatif lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan tuntutan kerja.

6. Sarjana relative mampu dan mudah bersosialisasi dengan kemampuannya dalam berkomunikasi, serta untuk mengembangkan pergaulan dalam jaringan bisnis (personal network).

7. Sarjana lebih mudah mempelajari hal-hal yang baru dengan pendidikan tambahan, baik formal maupun nonformal atau mempelajarinya sendiri.

8. Sarjana mudah mencari, mampu mengakses dan mengolah informasi yang sangat berguna untuk pengembangan usaha: dari buku, majalah, internet, dan lain-lain.

Page 5: Aaaaa

CIRI ORANG YANG BERJIWA ENTREPRENEUR, ANTARA LAIN,

1. Mempunyai visi,Para Entrepreneur selalu mempunyai visi, pandangan jauh ke depan sebagai sasaran yang akan dituju dalam perjuangannya meraih kesuksesan. Visi tersebut biasanya bermula dari suatu impian atau gagasan sederhana yang harus diwujudkan menjadi kenyataan melalui suatu proses dengan segala liku-liku, kerja keras, berpikir cerdas, tantangan, risiko, dan sebagainya.

2. Kreatif dan inovatif,Para Entrepreneur harus selalu kreatif dan inovatif sehingga akan selalu mempunyai gagasan atau ide, baik dalam bentuk produk, jasa, proses, pola, cara, dan sebagainya, untuk selalu memajukan bisnisnya. Tanpa gagasan-gagasan dan ide-ide baru, bisnisnya akan ketinggalan, karena konsumen selalu menuntut hal-hal yang baru.

3. Mampu melihat peluang,Peluang selalu menjadi sasaran utama para entrepreneur karena melalui peluang itulah ia bisa menjalankan usahanya dengan cara menciptakan pasar atau mengisi pasar.

4. Orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan,Entrepreneur sadar bahwa pemasukan uangnya berasal dari konsumen atau pelanggan yang memeberi barang atau jasanya. Kepuasan para pelanggan ini harus selalu dijaga agar mereka tidak lari pada pesaingnya, akan sulit untuk meraih mereka kembali, hingga bisnisnya akan mengecil atau malah merugi dan akhirnya bangkrut.

5. Orientasi pada laba dan pertumbuhan,Jelas bahwa siapapun yang berbisnis akan selalu mencari laba karena dengan menambah modal dari pemupukan laba tersebut usahanya dapat menjadi besar. Kadang-kadang untuk memenuhi keperluan modalnya, para entrepreneur harus memakai uang orang lain, baik dari saudaranya, handai taulan, pemegang saham, bank atau uang publik bagi perusahaan yang sudah go public. Pemilik modal ini juga tentu mengharapkan pengembalian modal disertai keuntungannya. Semakin besar suatu usaha, maka akan semakin dipercaya, dan semakin dipercaya, akan semakin besar lagi usaha itu dapat dikembangkan.

6. Berani menanggung risiko,Salah satu masalah yang harus dihadapi secara sadar oleh para entrepreneur adalah adanya risiko dalam bentuk apapun. Entrepreneur akan menghadapi semua risiko itu dengan sadar dan bertanggung jawab, karena dalam bisnis hanya ada dua pilihan: untung atau rugi. Rugi inilah yang merupakan salah satu perwujudan dari risiko.

7. Berjiwa kompetisi,

Page 6: Aaaaa

Entrepreneur sadar bahwa usaha atau bisnisnya tidak sendiri. Ada pihak lain juga yang berbisnis. Kalau bisnisnya sejenis, tentu akan menjadi pesaing. Di sinilah seorang entrepreneur harus mampu berkompetisi dengan selalu menjadi produk atau layanan yang terbaik bagi pelanggannya utnuk menjaga kelangsungan usahanya. Seorang entrepreneur hendaknya mau dan mampu berkompetisi dalam batas-batas aturan hukum dan etika bisnis.

8. Cepat tanggap dan gerak cepat,Entrepreneur sadar bahwa kehidupan ini penuh dengan dinamika. Setiap saat segalanya akan berubah. Perubahan-perubahan ini harus disikapi dengan cepat tanggap, membuat keputusan, dan gerak cepat agar produk dan layanannya selalu memenuhi tuntutan pelanggan.

9. Berjiwa sosial dengan menjadi dermawan (phylantrophis) dan berjiwa altruis,Banyak entrepreneur sukses dan kaya, tetapi mereka sadar bahwa kekayaan dan uangnya tidak di bawa mati. Oleh karena itu, sebagian kekayaannya di sumbangkan untuk tujuan-tujuan sosial dan kemanusiaan karena sadar bahwa kekayaannya itu berasal dari orang lain (stakeholder) melalui hasil usaha atau bisnisnya.Demikianlah beberapa ciri orang yang berjiwa entrepreneur. Kalau jiwa itu dapat

diterapkan pada diri kita secara baik dan benar, suatu saat kita pasti bisa menjadi entrepreneur yang sukses.

Seorang entrepreneur harus memiliki kompetensi atau kemampuan untuk menguasai hal-hal sebagai berikut,

1. Knowing your business,Dia harus mengetahui semua yang terkait dengan aktivitas bisnis yang akan dilakukan.

2. Knowing the basic business managementyaitu mengetahui dasar–dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan perusahaaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, meng-andimistrasikan dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha, mengetahu manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.

3. Having the proper attitudeyaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya, ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh dan tidak setengah hati.

Page 7: Aaaaa

4. Having adequate capitalyaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi, tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu harus cukup waktu dan uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

5. Financial competence yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan, mengatur pembelian, pejualan, pembukuan, dan perhitungan laba/rugi. Ia harus mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan cara menggunakannya.

6. Managing time efficiently yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan komitmen.

7. Managing Peopleyaitu kemampuan merencakan, mengatur, mengarahkan, menggerakan (memotivasi), dan mengendalikan orang dalam menjalankan perusahaan.

8. Satisfying costumer by providing High Quality Productyaitu memberikan kepuasan kepada pelangggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.

9. Knowing how to competeyaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Ia harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity)

dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan analisis SWOT, baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.

10. Copying with regulations dan paperwork yaitu membuat aturan/pedoman yang jelas/tersurat didalam perusahaan.

11. Technical competence yaitu memiiki kompetensi dalam bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilij. Mialnya, kemampuan dalam bidan teknik produksi dan desan produksi. Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.

12. Marketing competence yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang cocok, mengidentidikasi pelanggan, dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Ia harus mengetahui bagaimana menemukan peang pasar yang spesifik, misalnya peanggan dan harga khusus yang belum digarap pesaing.

13. Human relation competence yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antarperusahaan, ia harus mengetahui hubungan interpersonal secara sehat.

Page 8: Aaaaa

Keterampilan (skills) yang diperlukan seorang entrepreneur untuk menunjang keberhasilan bisnis, antara lain,

1. Technical skillyaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas–tugas khusus, seperti sekretaris, akuntan-auditor dan alhi gambar.

2. Human relations skillyaitu keterampilan untuk memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi dengan orang lain dalam organisasi.

3. Conceptual skillyaitu keterampilan personal untuk berpikir abstrak, untuk mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi yang berbeda, dan melihat seituasi luar. Keterampilan konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar baru dan menghadapi tantanngan.

4. Decision making skillyaitu keterampilan untuk merumuskan masalah dan memilih cara bertindak yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Ada tiga tahapan utama dalam pengambilan keputusan, yaitu Merumuskan masalah, mengumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternatif

pemecahannya, Mengevaluasi setiap alternatif dan memilih alternatif yang terbaik; Mengimplementasikan alternatif yang terpilih, menindaklanjutinya secara

periodik, dan mengevaluasi keefektifan yang telah dipilih tersebut.

5. Time management skillyaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur waktu seefisien dan seproduktif mungkin.

6. Individual skill dan attitudesyaitu keterampilan dan sikap individu.

7. Knowlegde of businessyaitu pengetahuan tentang bisnis yang akan dimasuki.

8. Establishment of goal yaitu kemantapan dalam menentukan tujuan perusahaan.

9. Take advantages of opporunities yaitu keunggulan dalam menemukan peluang bisnis.

10. Adapt to the changes yaitu kemampuan untuk beradaptai dengan perubahan.

11. Minimize the threats to business yaitu kemampuan untuk meminimalkan ancaman terhadap perusahaan.

Page 9: Aaaaa

BEBERAPA SITUASI DIMANA SEORANG MEMULAI USAHA ADALAH SEBAGAI BERIKUT,

1. Timbulnya gagasan dan visi pada setiap keadaan atau lingkungan, baik disengaja maupun tidak disengaja (serendipity).

2. Dari hobiyang sudah berjalan, lalu tiba-tiba terpikirkan bisa menjadi peluang untuk usaha

3. Tiba-tiba melihat peluang –apapun bentuknya– yang sangat baik untuk digarap menjadi usaha.

4. Diajak teman atau siapa saja untuk bergabung memulai suatu usaha.

5. Tiba-tiba diberi tawaran oleh seseorang, berupa pekerjaan atau order yang ternyata menarik untuk dijadikan awal usaha.

6. Perusahaan tempat bekerja bangkrut atau ditutup.

7. Karena PHK, kemudian sulit untuk mencari lowongan kerja baru – apapun situasinya. Dari pada menganggur padahal kebutuhan ekonomi untuk keluarga mendesak, lebih baik memuli membuka usaha.

8. Merasa kepepet atau terdesak – apapun penyebabnya. Biasanya ketika kepepet orang menjadi kreatif, dalam keadaan terjepit, otaknya akan berputar untuk dapat berbuat sesuatu. Arahkan situasi ini pada hal yang positif dan produktif dengan membuka usaha.

9. Tiba-tiba insyaf kalau menjadi pegawai ternyata “madesu” (masa depan suram). Dari pada terus ditekuni atau pindah kerja diperusahaan lain, lebih baik berubah haluan menjadi pengusaha.

10. Tiba-tiba menyadari bahwa menjadi pengangguran itu tidak enak dan tidak baik. Dari pada mencari lowongan kerja atau menunggu panggilan kerja yang tak kunjung tiba, lebih baik punya gagasan untuk membuka usaha dan menjadi pengusaha.

11. Bingung dan kepepet setelah pension, karena uang pensiunan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya.

12. Untuk mahasiswa yang menghadapi situasi drop out (DO) dari kampusnya. Daripada pindah ke perguruan tinggi lain, lebih baik punya gagasan jadi pengusaha, mumpung masih muda, punya keberanian, dan belum banyak beban hidup.

Page 10: Aaaaa

Mungkin beberapa tips dibawah ini bisa membantu Anda, think out of the box

1. RISET,

Pelajari mekanisme bisnis Anda secara detail mulai dari hulu sampai hilir. Cari informasi

sebanyak mungkin dari manapun, dengarkan cerita teman Anda yang sudah sukses

karena Anda bisa mempelajari bagaimana meraih kesuksesan dari orang yang Anda

percaya yaitu teman Anda sendiri.

2. BERPIKIR DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG,

Cobalah mencari ide bisnis baru dari berbagai perspektif yang berbeda dari hasil riset

Anda diatas. Buat hipotesa ide bisnis dan ujilah dengan beberapa skenario bisnis. Bila

dimungkinkan lakukanlah tes pasar dalam jumlah yang kecil untuk mengetahui

bagaimana respon pasar mengenai produk Anda.

3. TERBUKA UNTUK MENERIMA SUATU HAL YANG BARU,

Buang segala pikiran yang menjadi hambatan dan coba hubungkan beberapa ide yang

tidak saling berhubungan dan ciptakan inovasi baru.

4. BERANI GAGAL,

Selalu siap untuk mengambil jalan yang sama sekali berbeda dengan orang lain dan

selalu siap dengan resiko yang dihadapi. Yakinlah dengan jalan yang Anda ambil.

Jadikan kesuksesan orang lain sebagai motivasi diri sendiri dan ikuti proses bagaimana

dia bisa menjadi sukses tapi akan lebih baik bila kita tidak ikuti ide bisnisnya. Cari ide

lain yang sama sekali beda

Lalu, bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut langkah-

langkah praktis yang dilakukan, yaitu,

1. Tetapkanlah tujuan yang jelas, menantang, dan spesifik. Misalnya, Anda

membayangkan ingin memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak.

2. Mulailah melakukan visualisasi dengan tahapan,

Rileks, ciptakan momen-momen yang santai, yang membuat otak Anda lebih terbuka

untuk memulai dan memperkuat “cara kerja yang benar”.

Page 11: Aaaaa

Fokuskan perhatian pada langkah nyata yang mesti dilakukan untuk membuka

jaringan toko buku anak-anak itu. Apa saja yang diperlukan, tahapannya, bagaimana

mengelola toko itu, melakukan promosi, mengelola karyawan, dan membesarkannya

menjadi toko buku pilihan anak-anak.

Bayangkan tujuan Anda sedetail mungkin. Bayangkan segalanya, lokasi persisnya,

desain interior, kombinasi warna meja dan kursi, serta tata letak buku. Kemudian,

bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak yang memenuhi setiap sudut toko

Anda.

Libatkan emosi. Rasakan bagaimana nikmatinya mampu meraih tujuan itu dengan

sempurna? Bagaimana rasanya memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap hari

ramai dikunjungi anak-anak dan orangtuanya. Menyertakan perasaan dan emosi akan

memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak Anak.

Lakukanlah hal yang sama berulang-ulang. Untuk mendapat hasil yang optimal,

lakukanlah visualisasi positif setiap kali Anda mempunyai waktu luang, minimal sehari

sekali. Misalnya, saat Anda akan pergi tidur dan merasa benar-benar rileks.

Namun, segera sebutkan bahwa “beautiful dream” itu harus diikuti penyusunan strategi

dan aksi nyata berupa perencanaan karier ataupun

personal scorecard pribadi. Perlahan-lahan, muncul tekad untuk mengeksekusi strategi

yang disusun melalui serangkaian aksi nyata yang konkret dan sistematis. Nah, dalam

proses implementasi itu, kita harus terus-menerus melakukan visualisasi positif secara

rutin.

CHALLENGE UNTUK MELAKUKAN SCALE UP 1. challenge pertama dari pada scale up itu adalah mindset. Bahwa kita sebagai entrepreneur itu bukan hanya berjalan di tempat tapi kita harus bertumbuh. Tantangan kita sebagai entrepreneur setelah kita melakukan strart up adalah mengembangkan usaha kita, bagaimana kita bisa menciptakan lapangan kerja, bagaimana kita scale up our business sehingga dampaknya kepada society itu jauh lebih besar. Ini yang menjadi tantangan buat kita. Teman-teman itu setelah kita coba challenge mindsetnya, kita ubah scale up.

Page 12: Aaaaa

2. challenge kedua adalah comfort zone. Selalu mereka mengatakan bahwa, “Begini aja sudah cukup kok”. Dalam sesuatu comfort zone itu banyaknya kategori professional. Dalam entrepreneur ada juga comfort zone. Begitu mereka merasakan hal yang sudah cukup nyaman, kira-kira cukup yang dia dapatkan, aman dan nyaman, jadi dia nggak berkembang. Dia bilang, “Udahlah, segini aja cukup”. Itu banyak saya temukan di beberapa UMKM yang sudah masuk ke skala bukan mikro lagi, kecil tapi nggak bisa naik lagi ke kelas medium. Saya tanya mereka, bagaimana bisa meningkatkan ini? “Ah, sudahlah. Sudah cukup”. Nah, itu namanya comfort zone. Ini yang perlu kita, sekali lagi tantangan kedua, mindsetnya kita ubah bahwa bagaimana mereka meingkatkan usaha mereka dengan tentunya kunci pertama adalah terus meningkatkan keinginan mereka untuk growing. 3. Kunci ketiga saya rasa inovasi. Scaling up itu tanpa inovasi itu nggak akan mungkin bisa berjalan lancar dan perusahaan yang mencoba scale up tanpa inovasi, pasti tidak akan bisa berdaya saing. Tantangan berinovasi ini sama juga karena kalau kita tidak berubah dengan inovasi, kita pasti akan tertinggal jaman ya. Banyak sekali kita lihat perusahaan-perusahaan yang berhasil melewati comfort zone, tapi tidak melakukan inovasi, dia berjalan di suatu track yang mereka yakini itu adalah track yang sudah aman, ternyata inovasi-inovasi yang muncul dalam teknologi, dalam dunia yang sangat cepat ini bisa mematikan entrepreneur tersebut. Jadi, inovasi itu harus menjadi bagian dari setiap tarikan napas kita, bagaimana kita meleverage daripada bisnis yang sudah kita kelola dan bagaimana caranya kita mendorong terus supaya inovasi ini menjadi suatu solusi bagi bukan hanya kita sebagai entrepreneur, meningkatkan usaha, dan lain-lain, tapi juga sebagai bisnis yang pada ujungnya meningkatkan daya saing bangsa.

Mengapa mindset itu penting?. Para entrepreneur yang sukses selalu mengatakan bahwa mindset itu adalah satu hal yang sangat penting. Ada sebuah buku yang sangat menarik yang berjudul dengan Change Your Mindset, Change Your Life. Pengarang buku ini Carol S. Dweck, mengatakan ada dua jenis mindset, yaitu,

1. Fixed Mindset adalah mindset yang bersifat tetap,

2. Growth Mindset.

APA BEDANYA ?, Bedanya,

1. Pertama, orang yang mempunyai fixed mindset itu ciri-cirinya biasanya orang itu selalu berusaha untuk sempurna dan biasanya juga takut untuk gagal sehingga dia merasa bahwa dirinya sudah seperti itu, harusnya seperti itu. Ini berbeda dengan

Page 13: Aaaaa

seorang yang memiliki mindset untuk bertumbuh di mana dia terus menerus ingin belajar, selalu ingin mencoba, dan memiliki kualitas untuk yang selalu ditempa, artinya dia selalu menempa dirinya menjadi lebih baik, dan lebih baik.

2. Kedua, Kita bisa melihat dua tipe orang ini yang menunjukkan mana yang fixed mindset dan mana yang growth mindset. Kita tahu ada banyak sekali dalam pembahasan tentang gelas yang berisi air namun hanya setengahnya saja. Ada orang yang mengatakan ini air atau gelas berisi setangah penuh, atau setengah kosong? Ini juga membedakan minset orang tersebut. Orang yang mengatakan setengah penuh, berbeda dengan yang mengatakan setengah kosong.

3. Ada sebuah cerita lain yang berhubungan dengan mindset ini. Mungkin kita pernah tahu bahwa gajah di sirkus atau mungkin di kebun binatang itu hanya diikat oleh tali dan dipasang di sebuah pasak. Sebagai seekor gajah yang sangat besar tentunya dia sangat mudah sekali untuk melepaskan dirinya dari ikatan itu. Tapi karena gajah itu sudah dari kecil dia diikat seperti itu dan dia tidak bisa bergerak karena masih kecil, ketika makin besar, makin besar, dia tetap merasa bahwa dirinya tidak bisa bebas. Ini adalah mindset juga. Gajah yang sedemikian besar, hanya dengan seutas tali yang kecil takhluk. Dia tidak bisa, tidak punya keberanian untuk membebaskan dirinya.

4. Ada banyak cerita lain.Perumpamaan-perumpamaan seperti seekor anak elang yang dirawat atau hidup di antara anak-anak ayam. Dia tidak tahu bahwa dirinya adalah seekor elang. Dia melihat elang di langit, oleh teman-temannya atau saudaranya yang lain dikatakan, “Hati-hati dengan elang di atas itu, dia akan mengambil kamu dan memakan”. Padahal dia adalah elang. Dan dia tidak akan pernah bisa

Page 14: Aaaaa

Tujuh Pertanyaan(DR. Ir. Ciputra) berikut ini,

1. Pertanyaan 1,Apakah Anda sangat bersemangat (Passionate) dalam perjalanan menjadi seorang Entrepreneur?

Bila Anda ingin sukses, tidak ada jalan lain selain memiliki keinginan yang amat besar, semangat baja dan kepercayaan diri yang tidak mudah surut. Menjadi entrepreneur bukan sebuah tren sesaat, bukan pula sebuah kegiatan mengisi waktu atau iseng belaka. Anda harus berkorban dengan sukarela dan berani untuk melakukan hal-hal yang kurang lazim, melebihi apa yang orang lain telah lakukan, mencoba dunia baru, tidak mudah putus asa meski ditolak sana sini atau diabaikan atau dicibir, mau untuk belajar dari kegagalan sebelumnya, dan sebagainya.

2. Pertanyaan 2,Apakah Anda melihat sebuah Kesempatan besar melayani pasar secara kreatif?

Seringkali kita melihat banyak orang gagal dalam berbisnis karena tidak melihat peluang secara kreatif. Mereka hanya menyalin, meniru yang sudah ada, mencontek keberhasilan pebisnis lain tanpa menambahkan unsur kreatif yang baru dalam produk atau jasa yang ia tawarkan. Ada beberapa banyak peluang sesungguhnya? Banyak sekali...!!! Tidak terhitung dan tidak terbatas...!!! Masalahnya kita harus melihatnya dengan pola pikir kreatif. Berapa banyak peluang yang Anda bisa lihat tergantung pada sejernih apa pola pikir kreatif yang kita pakai.

3. Pertanyaan 3, Apakah Anda memiliki sebuah Produk Inovatif yang ketika Anda tawarkan maka prospek (calon pelanggan) Anda tidak mampu mengatakan tidak?

Sebuah produk inovatif memberikan nilai tambah yang paling maksimal hingga konsumen tidak mampu menolaknya. Karenanya verifikasi asumsi-asumsi Anda, lakukan uji pasar dan perbarui ide terus menerus hingga yakin bahwa pelanggan tidak sanggup mengatakan tidak kepada kita saat menawarkan produk.

4. Pertanyaan 4: Apakah Anda memiliki Kapabilitas untuk memenangkan persaingan secara efektif?

Pasar yang kita hadapi adalah pasar bebas yang membuka pintu lebar-lebar terhadap siapa saja. Jangan pernah memasuki sebuah pasar bebas tanpa melakukan kalkulasi yang matang sebelumnya. Perhitungkan pula apa yang

Page 15: Aaaaa

sedang dan akan dilakukan oleh para kompetitor. Pastikan bahwa pelanggan akan memilih Anda. Nasihat ini perlu dipikirkan baik-baik: "Be better not behind, if you are not better, be different!". Jika Anda belum bisa untuk lebih baik dan berbeda maka tugas kita sebagai entrepreneur belum selesai.

5. Pertanyaan 5: Apakah Anda tahu Bagaimana menghasilkan produk atau jasa yang ingin Anda pasarkan dengan cara yang paling efisien?

Setelah Anda memastikan bahwa pelanggan bisa diraih dan merasa puas atas produk/ jasa maka pihak selanjutnya yang harus dipuaskan ialah pemegang saham dan karyawan perusahaan. Mereka harus Anda layani dengan margin laba yang memadai untuk gaji dan dividen yang layak dan memuaskan. Oleh karena itu lakukan eksplorasi terhadap berbagai kemungkinan produksi yang termurah namun dengan kualitas terbaik.

6. Pertanyaan 6: Apakah Anda tahu Bagaimana caranya mendanai keseluruhan usaha baru Anda dengan biaya termurah serta risiko terendah sementara hasil terbaik tetap dapat Anda dapatkan?

Ada berbagai cara untuk mendanai sebuah usaha baru dan ada beragam risiko yang bisa menimpa. Anda bisa meminjam uang dari keluarga, teman, tetangga atau bank. Anda bisa mengajak teman menjadi pemegang saham atau mengundang pemodal ventura (venture capitalists) untuk ikut memulai usaha. Tiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hasil akhir dan risikonya juga berbeda. Oleh karena itu jangan hanya membuat sebuah model bisnis, kembangkan juga berbagai alternatif dan pilih yang terbaik.

7. Pertanyaan 7: Apakah Anda Siap menghadapi tuntutan kerja keras, risiko gagal dan kerugian?

Tidak ada gading yang tak retak, tidak pernah ada rencana yang sempurna. perubahan bisa terjadi kapan saja. Karenanya penyesuaian-penyesuaian harus terus dilakukan. Walaupun demikian risiko gagal atau rugi atau risiko malu karena gagal akan terus ada. lakukan kalkulasi sebelumnya dan pastikan Anda berani menghadapinya.

Joko menggunakan Rumus ABBA. “A”nya apa? Amati, Bertanya, Berdiskusi, dan Analisa. Siapa yang diaamati? Siapa yang diajak bertanya? Siapa yang diajak berdiskusi? Siapa lagi kalau bukan pelanggan? Nah, Joko rupanya sudah paham bahwa pelanggan adalah sumber informasi, sumber inspirasi, dan sumber inovasi, seperti yang dikatakan oleh Pak Ciputra. Sehingga mereka harus diamati, harus ditanya, diajak diskusi, dan hasilnya kita analisa.

Page 16: Aaaaa

AMATI/MENGAMATI

Bagaimana mengamati secara praktis? Nah, Joko belajar mengamati dengan menggunakan Lima Panca Indera. Ketika mengamati sesuatu, sang entrepreneur menggunakan seluruh panca inderanya. Menggunakanmatanya,menggunakan telinganya, menggunakan hidungnya, menggunakan mulutnya untuk mengecap, dan menggunakan tangannya untuk merasa. Dia meneropong pasar dengan panca inderanya dia. Dan inilah yang dilakukan oleh Joko, dia mengamati kantin, sekarang seluruh panca inderanya digunakan.

Mata,ternyata ketika dia menggunakan matanya dengan lebih awas, dia melihat kiosnya dia lebih berantakan. Tidak  rapi, tidak bersih. Sementara yang lain bersih dan rapi. Khususnya yang punya antrian panjang dia lihat, “Wah, yang ini memang lebih bersih dan lebih rapi dari dia”.

Telinga,Dia sekarang pasang telinganya lebih tajam. Dia mendengar komentar-komentar orang. Dia mendengar ada pelanggan yang mengatakan, “Ini ukuran gelas tehnya tanggung. Minum sebanyak ini kurang. Kurang kenyang”. Ada yang mengatakan, “Ini porsi nasinya terlalu sedikit untuk laki-laki, tapi kebanyakan untuk perempuan”. Joko mulai sadar. Telinganya kurang dipergunakan dengan baik untuk mendengar pelanggan. Bahkan ada pelanggan mengatakan. “Kok nggak ada menu untuk sarapan?”. Dia baru sadar ternyata ada orang yang bermasalah perlu sarapan tapi tidak ada. Bukankah itu peluang?

Hidung. Dia sekarang menggunakan hidungnya untuk mencium lebih baik. Ternyata ada kios yang menebar bau masakan lebih baik. Sehingga orang tertarik untuk datang.

Mulut, dan ketika dia menggunakan lidahnya, dia datang kepada kios yang paling laku.Rupanya dia suruh orang lain untuk membeli dan membandingkan dengan masakan yang dia miliki. Dia harus akui ada masakan yang lebih enak. Yang lebih enak punya lebih banyak pelanggan.

Tangan, kemudian dia menggunakan tangannya untuk memeriksa sejauh mana piring-piring yang dicuci bersih. Ternyata dia menemukan di tempat lain ada yang lebih bersih dicucinya.

. Setiap perusahaan akan melalui sebuah proses perjalanan kehidupannya, tahapannya adalah,

1. Proses Start Up, Pertama-tama sebuah usaha akan diawali dengan proses start up, yaitu memulai

dari nol. Ibarat manusia usaha tersebut baru lahir.

Page 17: Aaaaa

Setelah lahir, masuklah ke tahap yang disebut dengan tahap Perkenalan atau Introduction.

2. Tahap Perkenalan atau Introduction Pada tahap ini usaha mulai dikenalkan kepada pasar, kepada para pelanggan dan

kepada masyarakat. Apakah pelanggannya bisa menerima atau tidak merupakan sebuah proses dalam masa-masa perkenalan.

Setelah masa perkenalan lewat, perusahaan akan memasuki ke dalam fase yang disebut dengan Fase Pertumbuhan.

3. Fase Pertumbuhan, Fase Growth. Apa yang membedakan? Atau pada titik ini ditentukan oleh apa?, Ketika perusahaan itu dikatakan masih dalam Fase Perkenalan dan Fase

Pertumbuhan, anda bisa melihat bahwa pada fase pertumbuhan itu diawali dengan mulainya perusahaan melewati titik impas. Artinya perusahaan sudah mulai mendapatkan keuntungan.

Dengan kata lain, semua keuntungan atau biaya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan bisa dicover oleh pendapatan yang diterima.

Pada saat itulah perusahaan mulai mengalami keuntungan dan dengan adanya keuntungan perusahaan bisa bertumbuh.

Ada banyak perusahaan yang dimodali dengan dana yang besar sehingga mungkin tidak ada masalah ketika masih dalam tahap-tahap perkenalan mereka bisa saja mengeluarkan pengeluaran untuk operasional dengan sangat eksklusif, sangat besar.

Untuk usaha-usaha mikro dan kecil, dimana juga modalnya juga sangat terbatas, maka titik dimana keuntungan mulai diperoleh, itulah titik yang sangat penting dan krusial.

Seringkali anda tidak bisa mengetahui dengan pasti karena pencatatan pembukuan atau keuangannya tidak dilakukan dengan disiplin. Ini membuat anda tidak tahu persis kapan titik impas itu terjadi.Kalau anda mengetahui kapan titik impas tersebut terjadi maka tentunya anda sudah mulai mendapatkan profit.

Biasanya orang sering melihat ketika masih dalam fase perkenalan atau introduction, yaitu ketikamenerima uang dan dia merasa bahwa pendapatan yang dia terima itu lebih besar dari ketika membeli barang pada supplier misalnya, anda merasasudah mulai untung.

Padahal itu belum tentu karena ada banyak biaya-biaya yang belum dibebankan, misalnya biaya penyusutan atau biaya-biaya yang sifatnya biaya tetap.

Inilah pentingnya mengetahui kapan titik impas. Sebab banyak perusahaan yang mengalami atau mendapatkan keuntungan itu yang bisa bertumbuh. Dia tidak mungkin perusahaan itu terus menerus disubsidi atau dimodali.

Perusahaan harus bisa membuat dirinya dan menghidupi dirinya sendiri dengan profit yang diperolehnya.

Kemudian setelah fase pertumbuhan ini, memang perusahaan mengalami yang disebut Fase Kematangan.

4. Fase Kematangan,

Page 18: Aaaaa

Berbeda dengan fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan itu ditandai dengan peningkatan market share yang sangat cepat.

Misalnya, sebuah perusahaan Majalah, maka pelanggan majalannya pada fase pertumbuhan ini akan meningkat secara cepat,katakanlah bulan di bulan Januari pelanggannya 100 orang, Februari 200, bulan Maret 300 orang dan naik terus,tetapi ketika di fase kematangan, peningkatan market share ini sulit.

Pada fase kematangan ini uang masuknya itu banyak. Kenapa? Karena pada saat itu perusahaan telah mendapatkan atau mencapai sebuah tahapan yang disebutEconomic of Scale, ataupun Economic of Scoop, artinya adalah bahwa Perusahaan semakin ahli menghasilkan sebuah produk dengan biaya yang lebih ekonomis dan memiliki keahlian-keahlian untuk berkembang yang lebih besar sehingga perusahaan bisa mendapatkan pendapatan lebih banyak.

Misalnya untuk produk majalah, oplahnya atau tirasnya sudah mencapai dua ratus ribu (misalnya) dan itu tidak bisa naik lagi dengan signifikan, tetapi di angka dua ratus ribu itu perusahaan bisa mengahasilkan pendapatan melalui iklan dengan sangat besar. Jadi, fase kematangan ditandai dengan mulai melambatnya angka pertumbuhan pasar tetapi pendapatannya banyak.

Kalau perusahan tidak melakukan inovasi, seperti diketahui bahwa teknologi selalu berkembang demikian juga persaingan juga semakin banyak, maka perusahaan akan masuk pada tahap berikutnya yaitu tahap kemunduran yang akhirnya nanti bisa berakibat pada kematian.

5. Tahap Kemunduran, Sebetulnya sama dengan manusia, ada fase lahir, fase pertumbuhan, fase

dewasa, dan fase penurunan. Pada tiap tiap fase ini, ini kita harus hati-hati karena strateginya akan berbeda-

beda. Orang seringkali ketika pertumbuhan yang dilakukan adalah melakukan ekspansi secara gencar. Padahal kalau dia memang modalnya tidak begitu kuat, ini bisa berbahaya sebab ekspansi yang gencar sebaiknya dilakukan ketika usaha masuk dalam tahap kematangan.

Sebab ketika usaha itu masuk dalam tahap pertumbuhan dimana artinya pendapatan lebih besar daripada biaya, dengan kata lain ada untung, maka untung itu harus kita gunakan dengan bijaksana.

Biasanya perusahaan-perusahaan mulai melakukan promosi, karena dengan adanya keuntungan, dia bisa menyisihkan dana-dananya untuk kegiatan promosi dan marketing. Baru ketika masuk dalam fase kematangan, setelah promosi yang sangat gencar, harus diikuti dengan pendistrubusian yang lebih luas. Artinya, ekspansi, buka cabang di berbagai tempat. Ini juga penting supaya mereka atau brandnya dikenal di makin banyak daerah.

ENTREPRENEUR VS KARYAWAN (Menurut Stevenson)

Page 19: Aaaaa

1. Berdasarkan Orientasi Strategi, Entrepreneur didorong oleh persepsi adanya peluang, Karyawan didorong oleh

kendali sumberdaya, Entrepreneur selalu mencari peluang tanpa terlalu memperhatikan apakah mereka

mempunyai sumberdaya atau tidak, Karyawan selalu berfokus pada sumberdaya apa yang mereka punya atau tidak

punya,

2. BERDASARKAN STRUKTUR MANAGEMEN, Entrepreneur tidak mengejar jenjang karier, Karyawan memperhatikan jenjang karier, Entrepreneur akan menjaga organisasinya tetap kecil dan efisien, Karyawan ingin membangun rantai perintah dengan diri mereka di bagian atas,

3. BERDASARKAN FILOSOFI PENGHARGAAN, Entrepreneur didorong oleh Nilai-nilai, berdasarkan kinerja dan berorientasi pada

tim, Karyawan didorong oleh rasa keinginan Keamanan hidup, berdasarkan

sumberdaya & berorientasi promosi jabatan. Entrepreneur tidak ingin mendaki tangga perusahaan, ia ingin memiliki tangga

perusahaan, tidak didorong oleh Gaji tetapi hasil kerja tim, Karyawan menginginkan Keamanan pekerjaan dengan sebuah perusahaan yang

kuat, gaji yang tetap dan peluang promosi, yaitu kesempatan untuk menaiki anak tangga perusahaan. Banyak Karyawan menganggap Promosi dan Jabatan lebih penting dari Uang.

Page 20: Aaaaa

1. PENGARUH POLA PIKIR TRADISIONAL

“Orang yang mengikuti orang banyak tak akan pernah diikuti oleh orang banyak.” – John Maxwell.

Orang tua kebanyakan menghendaki anaknya pandai di sekolah, cepat selesai, dan setelah itu menjadi pegawai – terutama pegawai negeri atau BUMN, kemudian membangun rumah tangga, punya anak, meniti karir sampai jenjang paling tinggi, dan akhirnya menikmati pensiun di hari tua. Itulah bayangan kebanyakan orang tua, betapa nikmatnya menjadi ambtenaar atau priyayi.

Padahal nyatanya banyak juga para pensiunan yang bukannya menikmati hari tua dengan tentram dan damai seperti banyak dibayangkan orang, tapi malah mendapat masalah, misalnya masalah keuangan, status, atau post power syndrome. Atau malahan sebelum mencapai usia pensiun sudah kena PHK atau Pendi (pensiun dini).

Kalau semua orang berpikir bahwa setelah selesai sekolah sebaiknya menjadi pegawai, apakah sudah terpikir oleh mereka siapa yang akan menyediakan lapangan kerja? Pemerintah saja tidak bisa menampung seluruh calon pelamar pegawai negeri yang mencapai lebih dari 4,5 juta orang karena yang diterima hanya sekitar 200 ribu orang. Jadi sisanya harus bekerja di mana?

2. KURANG MOTIVASI DAN ANTUSIAS.

“Antusiasme mudah menular. Mulailah menyebar wabah ini.” – Don Ward.

“Antusiasme adalah keyakinan yang membara” – George Adams.

Kurang motivasi dan antusiasme, karena belum banyaknya motivator sebagai penggerak untuk menjadi entrepreneur, baik dari orang tua, guru, dosen, pemerintah, alim ulama, tokoh-tokoh masyarakat dan sebagainya. Jangankan antusias, apa itu entrepreneurship juga masih banyak yang tidak mengetahui apalagi memahaminya.

Kebanyakan orangtua memberikan motivasi dan mempunyai cita-cita agar anaknya menjadi pegawai. Dan jarang yang memberi motivasi untuk memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam bidang apapun termasuk salah satunya sebagai entrepreneur,bukan hanya sebagai pegawai. Demikian pula di dalam pendidikan formal dan nonformal, belum banyak diajarkan wawasan tentang entrepreneurship.

3. SIFAT INSINYUR YANG INTROVERT

Bisnis dalam bidang industry yang berbasis teknologi di Negara maju biasanya dikembangkan oleh para insinyur. Salah satu penghalang insiyur Indonesia untuk menjadi entrepreneur adalah banyak di antara mereka yang bersifat introvert, baik karena sistem pendidikan di perguruan tinggi atau memang pembawaan rata-rata individunya.

Kebanyakan setelah tamat kuliah hanya menjadi “tukang insinyur”, seperti diistilahkan dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”. Padahal dalam pekerjaan

Page 21: Aaaaa

engineering dan teknologi, potensi uangnya terbatas. Tetapi dalam bisnis yang berbasis engineering dan teknologi, di situlah terdapat potensi uang yang sangat besar dan bisa membantu melepaskan bangsa kita dari ketergantungan teknologi secara permanen dari bangsa-bangsa lain.

“Hidup terdiri dari 10% dari apa yang Anda bentuk, dan 90% bagian Anda dibentuk darinya.” – Irving Benson.

4. PENGARUH ETOS KEBERHASILAN YANG KURANG MENGHARGAI PROSES.

Di Indonesia timbul penilaan etos keberhasilan, yaitu dalam menilai keberhasilan, seseorang hanya dinilai dari apa yang sudah diraih – yang dapat berupa materi, status sosial, status pendidikan, dan sebagainya – dan bukan dari prosesnya.

Padahal untuk menjadi entrepreneur yang berhasil tidak ada jalan pintas, tetapi melalui liku-liku yang harus dijalani, baik suka maupun dukanya. Di sinilah pada masyarakat perlu ditumbuhkan etos kerja, bukan etos keberhasilan, sehingga dalam bidang apapun orang dihargai karena prosesnya, bukan hanya keberhasilannya.

5. BERJIWA “SAFETY-PLAYER” (CARI AMAN ATAU MAIN AMAN)

Salah satu cirri entrepreneur adalah sebagai “risk-taker” karena selalu diharapkan pada hal-hal bahwa di balik keuntungan ada kerugian, di balik kesuksessan ada kegagalan. Sebab itu, kecil kemungkinannya seseorang yang maunya menghadapi segala sesuatu dengan aman-aman saja akan menjadi entrepreneur.

“Terlalu banyak yang mencari tempat aman dan selamat. Akibatnya banyak yang terpuruk.”—Thomas Ryder.

6. KELEMAHAN DALAM LEADERSHIP

Seorang entrepreneur harus berperan sebagai pemimpin, karena dia mempunyai pegawai yang harus dipimpin. Oleh karena itu, diperlukan jiwa kepemimpinan yang baik.

Kalau hanya berprilaku sebagai atasan, apalagi bergaya feudal atau birokrat, usahanya mungkin tidak akan berhasil karena pegawainya tidak memiliki team work dan sinergi atau bekerja lamban dan hanya berorientasi pada prosedur bukan pada hasil. Malah mungkin saja nantinya banyak ditipu dan dibohongi anak buahnya kalau tidak bisa bersikap tegas dan lugas, sesuai dengan kaidah-kaidah kepemimpinan.

Apalagi nantinya bisa saja seorang entrepreneur mempekerjakan pegawai-pegawai yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi. Di sinilah diperlukan

Page 22: Aaaaa

wibawa dan kharisma agar para pegawainya dapat mengikuti keinginan dan memahami visi seorang pemilik perusahaan.

Seorang entrepreneur perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang memadai agar tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai dengan semangat kerja dalam satu tim yang kompak dan solid.

“Kekuatan satu kelompok adalah di dalam kekuatan pemimpinnya.” –Vince Lombardi.

“Pemimpin mencapai hasil melalui orang”. – Patricia Fripp.

7. PENGARUH FEODALISME GAYA BARU

Dalam era orde baru tumbuh dengan subur feodalisme gaya baru (neo-feodalisme). Menurut Mochtar Lubis dalam bukunya “Manusia Indonesia”, raja berganti nama menjadi presiden, menteri jenderal, sekretaris jendral, direktur jendral, rector, gubernur, presiden direktur sebuah perusahaan swasta yang besar, administrator perkebunan, dan sebagainya.

Meskipun bentuk-bentuknya sudah berubah, akan tetapi pada hakikatnya hubungan-hubungan dan sikap-sikap feudal ini masih hidup dalam diri manusia Indonesia. Atau memang dari dulu bangsa kita tanpa disadari bersifat feudal seperti dikatakan oleh Pahlawan Nasional Tan Malaka.

Kalau seseorang memang keturunan bangsawan atau kaum ningrat dari kerajaan atau bekas kerajaan yang ada di Indonesia, dia patut dikatakan feudal, tetapi hanya berlaku di lingkungan terbatas dalam rangka melestarikan tradisi kebudayaannya. Bahkan para ningrat yang menjadi birokrat atau pejabat pemerintah banyak yang tidak mempermasalahkan dan menonjolkan kefeodalan atau kenigratannya, tetapi mau berperilaku seperti orang biasa dan mempunyai sikap egaliter di masyarakat luas.

Tetapi kalau seseorang bukan keturunan bangsawan atau ningrat, hanya karena punya jabatan atau kedudukan dalam pemerintahan, tidak patut dia bersikap feudal atau gila hormat dengan membanggakan kedudukan dan statusnya. Inilah yang dinamakan “new feudalism”, sedangkan orang Sunda menamakannya “gumenak” yang berasal dari kata “menak” yang berarti feudal. Orang seperti ini dihormati hanya karena kedudukannya, sehingga kalau sudah lengser orang-orang tidak lagi menghormatinya karena kelakuannya yang tidak elok sewaktu masih mempunyai kedudukan.

Salah satu cirri alam feodalisme adalah banyak ritual, seremoni, dan status social yang ditonjolkan, bahkan dibesar-besarkan untuk menyakralkan kekuasaannya yang menjadi kebanggaannya, kemudian menjadi kebutuhan hidupnya, untuk selalu dihormati dan dilayani atas dasar kekuasaannya. Status seseorang di masyarakat akan dilihat dari status jabatan dan pangkatnya. Pangkat dan jabatan hanya ada di instansi pegawai negeri sipil, TNI, Polri, BUMN, dan perusahaan swasta yang besar dan mapan. Di sinilah entrepreneur tidak mempunyai status sosial yang berarti karena tidak mempunyai pangkat dan jabatan formal. Ini terjadi terutama pada para entrepreneur pemula yang masih merintis usahanya dan belum terlihat hasilnya yang tercermin dari

Page 23: Aaaaa

kekayaan, ketenaran, atau gaya hidupnya. Jadi, betapa ciutnya seseorang untuk menjadi pengusaha, karena tidak mendapat status apa-apa di masyarakat, kecuali kalau sudah berhasil menjadi pebisnis yang besar dan kaya raya, mendapatkan status dan penghargaan yang diistilahkan masyarakat umum sebagai “konglomerat”.

8. TAKUT TIDAK MEMPUNYAI STATUS SOSIAL

Meskipun tidak mengenal jiwa feodalisme, ada sebagian orang yang masih berpikiran bahwa di masyarakat diperlukan status sosial yang jelas dan mudah diidentifikasi oleh pihak-pihak lain agar dirinya bisa dianggap atau dihormati oleh orang lain, bahkan bisa dibanggakan. Oleh sebab itu, paling mudah berstatus sebagai pegawai. Kalau seseorang menjadi pegawai negeri atau BUMN serendah apapun, status jabatan dan pangkatnya akan jelas dan tidak perlu dipertanyakan lagi.

Tetapi bagi seorang entrepreneur, apa statusnya di masyarakat dan siapa yang dapat membanggakannya – apakah orangtua, istri, mertua, atau saudara-saudara – masih menjadi pertanyaan. Tentu hal ini mengundang beban psikologis yang berat. Inilah salah satu kemungkinan yang membuat orang Indonesia segan menjadi entrepreneur. Entrepreneurakan dibanggakan kalau sudah terlihat usahanya besar dan terlihat kaya raya, tetapi mana ada entrepreneur yang baru memulai bisa langsung memiliki usaha besar dan kaya raya.

9. KERJA INGIN ENTENG, HASILNYA INGIN BESAR, DAN TIDAK MAU MENANGGUNG RISIKO

Menjadi entrepreneur itu harus kerja keras, berpikir keras atau cerdik, tetapi hasilnya belum jelas dan banyak menghadapi risiko. Di sinilah sulitnya karena sebagian orang masih ada yang bermental kerja ingin enteng, hasilnya ingin besar, dan tidak mau menanggung risiko, baik karena faktor lingkungan, keluarga, wawasan, dan lain-lain. Inginnya mencari yang aman-aman saja, makanya paling cocok jadi pegawai. Padahal jadi pegawai pun belum tentu aman. Buktinya kalau kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) kebanyakan menjadi bingung, dan tidak tau apa yang harus dikatakan, kecuali demo.

Para pendemo yang berasal dari golongan bawah dengan tingkat pendidikan rendah mungkin masih bisa dimaklumi. Tetapi yang bertitel sarjana pun banyak yang pintar demo karena di-PHK. Demo dalam rangka menuntut hak sesuai dengan peraturan yang berlaku memang tidak salah, tetapi kalau sampai berlarut-larut, banyak waktu terbuang percuma, padahal masih banyak alternative lain untuk mencari nafkah. Kalau tidak mau kena PHK, jadilah entrepreneur. Paling-paling bangkrut, tetapi bangkrut itu belum tentu berarti miskin.

10. KURANGNYA PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP

Page 24: Aaaaa

Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan di sekolah. Pendidikan bisa ada dan terjadi di mana-mana dalam kehidupan sosial masyarakat, seperti, Pendidikan di rumah dengan orangtua sebagai pendidikan yang dominan. Pendidikan formal di sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan nonformal, kursus-kursus, pelatihan, penataran, dan sebagainya Pendidikan di tempat kerja atau perusahaan dalam bentuk magang, kerja

parktik, kerja paruh waktu, status sebagai pegawai, dan sebagainya. Keempat wahana pendidikan tersebut belum secara khusus atau membudaya

ikut memberikan pendidikan atau pelatihan dengan memupuk jiwa dan wawasan entrepreneur sedini mungkin agar tumbuh para Entrepreneur baru. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika pendidikan rumah, sekolah formal dan nonformal, dapat memulai menyisipkan pelajaran-pelajaran atau wahana-wahana yang dapat menumbuhkan wawasan dan mental entrepreneur kepada para pemuda usia sekolah. Siapa tahu ada di antara mereka yang nantinya betul-betul menjadi pengusaha.

Pendidikan entrepreneurship di perusahaan lebih banyak dikarenakan motivasi diri dari pegawainya yang bercita-cita ingin menjadi entrepreneur dengan cara melatih diri. Namun bisa saja ada perusahaan yang sengaja memberikan dorongan, motivasi, atau pelatihan entrepreneurship bagi para pegawainya agar dapat mengubah status diri seorang pegawai menjadi seorang pengusaha (entrepreneur menumbuhkan entrepreneur). Perusahaan seperti inilah yang diharapkan dapat membantu menumbuhkan para entrepreneur baru.

11. KURANGNYA DUKUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Pada umumnya dukungan dari pemerintah – baik pusat maupun daerah – kepada pengusaha masih kurang. Kalau pun ada pengusaha bukannya dibina, tetapi malah dipersulit. Kemudian dengan banyak izin-izin yang harus dipenuhi, tetapi mungkin saja penuh dengan liku-liku dan pungli. Bahkan banyak peraturan yang bisa “dipelintir” oleh oknum aparat pemerintah. Misalnya prosedur administratif yang sebetulnya mudah dan prosesnya sebentar kemudian dibuat berbelit-belit hingga dirasakan oleh para pengusaha menjadi rumit dan memerlukan proses yang lama, padahal waktu adalah uang. Sehingga ada ungkapan pada para birokrat bahwa “kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah?” dan “kalau bisa diperlambat kenapa harus dipercepat?”. Dengan ungkapan itu mereka bisa mendapatkan uang dari pola tersebut yang disebut pungli.

Kadang-kadang, baru mau memulai usaha saja sudah banyak digrecoki oleh oknum aparat pemerintah baik pusat maupun daerah. Sebetulnya, tidak semua pengusaha berkelimpahan uang, terutama pengusaha pemula. Seringkali kebanyakan uang mereka justru didapatkan dalam bentuk pinjaman dari pihak lain yang nantinya harus dikembalikan. Lagipula, untuk apa bersusah-payah menjadi pengusaha? Kalau memang uang berlimpah, tentunya mereka akan lebih memilih bersantai di rumah saja, tanpa perlu lelah atau pusing menjalankan usaha yang penuh risiko, liku-liku, dan tantangan.

Apalagi kalau usahanya sudah berjalan dan besar, akan semakin dirongrong oleh para oknum birokrat serta aparat dengan berbagai cara dan dalih. Kalau

Page 25: Aaaaa

mendapat pekerjaan dari proyek-proyek pemerintah pun sering dimintai komisi, “kick back”, dan “service” oleh para oknum pejabat. Di Indonesia, dalam bisnis proyek-proyek ini terkenal banyak dana komisi untuk oknum pejabat. Silahkan tanyakan pada oknum pejabat, pasti tak akan mengaku. Namun demikian, Tuhan Maha Mengetahui segala perbuatan manusia.

Tips Suksesuntukseorang Entrepreneurdalam mengembangan usahanya agar bisa dikembangkan dengan me-manage 4 jenis kompetensi, yaitu,

1. Know-how (Ketrampilan/Technical Skill), Kompetensi yang pertama harus dibangun di setiap bisnis adalah know-how,

setiap industri membutuhkan know-how atau mempunyai teknologi yang berbeda-beda, jadi penguasaan terhadap know-how di industry mutlak harus dilakukan.

Misalnya, Perusahaan Makanan & Minumum akan berbeda dengan Starbucks dan berbeda juga dengan Retail Food, masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri.

Contoh lain yang lebih ekstrim adalah bisnis Makanan& Minuman denganIndustri kelapa sawit. Kondisi ini sudah menyeberang industri yang berbeda sekali makanya harus dipelajari know-how nya.

Jika anda tidak mempunyai Kompetensi di dalam bisnis anda, maka anda dapat menggunakan tenaga Profesional

2. Manage Network, Pada setiap Industri, dimana Succes-rate nya sangat ditentukan oleh Bagaimana

manage network, Network bisa berupa Network Supplier, NetworkCostumer, Network Capital dan

Network Sumberdaya Manusianya. Jika andadapatmanage dengan baik maka Succes-ratenya akan meningkat

sangat cepat sekali.

3. Modal, Success-rate pengembangan usaha sangat tergantung pada ketersediaan sumber

modal. Sumber modal harus dipikirkan dandapat dicari dari share holder tarik financial

partner atau bisa pinjam dari bank.

4. Manajemen, Kompetensi yang harus dimiliki agar pengembangan usaha berjalan dengan baik

adalah Kompetensi di bidang Manajemen. Anda dapat menggunakan tenaga Profesional untuk menyelesaikan

permasalahan Managemen, yaitu seorang memiliki kemampuan Leadership yang baik, karena leadership nampaknya abstrak, tetapi itu impactnya sangat nyata.

Page 26: Aaaaa

Secara spesifik, terdapat empat area dalam pengelolaan modal kerja, yaitu,

Pertama, Cash Management,yaitu upaya untuk mengoptimalkan jumlah kas yang dibutuhkan. Biasanya kas harus ada untuk kebutuhan transaksi, berjaga-jaga, maupun kebutuhan spekulatif lainnya. Kekurangan kas akan membuat bisnis dalam masalah. Usaha Anda bisa gagal mendapatkan margin keuntungan atau Anda mengalami kemungkinan menurunkan image perusahaan karena tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya yang jatuh tempo.

Namun, terlalu banyak kas yang dimiliki juga mengindikasikan adanya kesempatan yang hilang (opportunity loss) untuk mendapatkan tingkat keuntungan dari investasi. Oleh karenanya, perlu disusun formulasi jumlah kas yang optimal. Sementara itu, untuk tujuan operasional pengelolaan, dapat digunakan anggaran kas.

Kedua, Inventory Management yaitu upaya untuk mengelola tingkatan sediaan sehingga tidak terjadi over-stock yang menyebabkan kebutuhan modal kerja terlalu besar (padahal tidak diperlukan). Atau, terjadinya under-stock yang menyebabkan permintaan konsumen tidak terpenuhi.

Ketiga, Account Receivable Managementyaitu upaya mengelola besarnya piutang kepada konsumen. Adakalanya untuk meningkatkan penjualan atau meningkatkan hubungan dengan konsumen diperlukan tempo pembayaran yang lebih fleksibel (lebih panjang) kepada konsumen. Namun, terlalu lama tempo pembayaran yang diberikan akan menyebabkan modal kerja yang dibutuhkan meningkat.

Keempat, Account Payable Management yaitu upaya untuk mengelola besarnya utang dagang yang kita miliki. Semakin besar utang dagang, akan membuat makin kecilnya modal kerja yang dibutuhkan. Hal yang sama juga belaku untuk tempo pembayaran utang. Semakin panjang waktu yang diberikan untuk melakukan pembayaran utang, maka modal kerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit.

ENAM LANDASAN PRIORITAS MENGELOLA WAKTU

1. Spiritual, Disadari atau tidak, unsur Spiritual dalam kehidupan itu sangat penting, bahkan

mungkin yang paling penting. Kendati unsur lain juga harus ditempatkan sejajar untuk mencapai keseimbangan,

namun segi spiritual menjadi hal yang utama, sehingga dapat dikatakan dasar keseimbangan hidup seseorang dimulai dari kehidupan spiritualnya.

2. Kesehatan, Kesehatan adalah harta yang paling berharga.

Page 27: Aaaaa

Orang sakit pasti tidak bisa berbuat banyak. Dan kalau sakitnya parah dia akan merasa menjadi beban orang lain, untuk itu harus ada waktu yang khusus untuk menjaga kesehatan.

Olah Raga dan Check Up harus dilakukan secara teratur, mengkonsumsi makanan yang sehat sehingga terbebas dari racun, jaga pikiran dan jiwa (psikosomatis) dengan selalu berpikir positif.

3. Keluarga, Kisah keluarga adalah kisah sejak manusia bermula. Keluarga menempati kedudukan amat penting dalam kehidupan seseorang. Waktu untuk keluarga harus menempati kedudukan yang penting, walaupun harus

tetap diseimbangkan dengan kehidupan yang lain. Namun keluarga harus menempati prioritas utama. Kita bisa saja kehilangan

pekerjaan tapi itu tidak sebanding dengan kehilangan keluarga.

4. Finansial, Uang merupakan hal yang penting karena dengan uang kita bisa mendapatkan

sesuatu yang diinginkan, Namum uang bukan segala-galanya, pengelolaan terhadap uang adalah kita

jangan sampai diperbudak oleh uang dan kehilangan segala-galanya demi uang. Lebih baik, jadikanlah uang menjadi teman kita untuk mencapai tujuan-tujuan

yang mulia.

5. Pekerjaan, Seiring dengan perubahan zaman, pekerjaan makin beragam dan kompleks. Kesuksesan dipekerjaan selalu dikaitkan dengan kemampuan intelektual (berpikir)

dan profesionalisme (Sikap dan nilai) artinya ada unsur tehnis dan non tehnis. Unsur tehnis berhubungan dengan keahlian yang bisa didapat dengan belajar, Sedangkan non tehnis merupakan Sikap, Etos kerja yang harus didasarkan pada

nilai-nilai kehidupan seseorang.

6. Sosial. Manusia hakikatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Berbagai kebutuhan manusia pasti selalu membutuhkan bantuan orang lain, baik

karena ikhlas maupun karena ada pamrihnya. Jadikanlah sikap membantu orang lain sebagai karakter kita, karena sebaik-

baiknya manusia adalah Manusia yang bermanfaat bagi sesamanya.

Page 28: Aaaaa

Sepuluh Kategori Inovasi tersebut dapat dikelompokan ke dalam tiga Klasifikasi besar, yaitu,

A. Klasifikasi Konfigurasi,

Proses suatu bisnis atau operasional di dalam perusahaan, maka pertanyaannya kita mau melakukan inovasi apa? Kalau dilihat dan diamati suatu company itu analoginya seperti sebuah komputer yang begitu kompleks dengan motherboardnya, kemudian chipnya, dan segala macam. Dan ada banyak konfigurasi-konfigurasi hardware maupun software yang harus dilaksanakan supaya komputer tersebut dapat berjalan dengan baik. Begitu pun dengan suatu perusahaan atau Company seperti sebuah kumpulan roda gigi yang saling berputar dan saling mendukung antara proses satu dengan yang lainnya.

Pada Klasifikasi Konfigurasi ini dibagi atas empat kategori yang dapat dilakukan inovasi, yaitu,

1. Inovasi Profit Model. Apakah Profit Model ini? Bagaimana buy one get one free? Franchise kah? Ada banyak hal yang dapat lakukan, akan ditampilkan apa saja yang masuk

dalam kategori profit model. Contohnya,

Si Cecep Sumecep. Cecep Sumecep yang tukang bakmi tadi berpikir bahwa, “Wah, ternyata tidak cukup kalau saya inovasi produk saja.

Maka saya harus membenahi bagaimana “Company" saya harus melakukan inovasi. Prosesnya itu harus jelas.

Bagaimana saya akan mengambil profit? Itu saya harus pelajari. Biasanya jam 4 sore itu jam yang paling sepi, karena sudah lewat makan siang, tetapi belum makan malam.

Bagaimana ya? Sedangkan orang-orang keluar kantor jam 5. Jadi, dagangan paling sepi jam 4. Bagaimana saya harus membuat profit model saya supaya Bakmi Cecep Sumecep dapat laku?”.

Nah, ternyata dia pikir, “Oke,setiap jam 4 saya melaksanakan promosi “BUY ONE GET ONE FREE”, atau nggak “BUY ONE GET 50% off”.

Kemudian ketika Cecep Sumecep melakukan itu customer banyak yang datang, konsumen banyak yang datang. Itu inovasi profit model.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan pada Profit Model.

2. Inovasi Jaringan (Network), Ketika Cecep Sumecep mencoba untuk menjual bakmi, dia berpikir, “Tenyata

jauh lebih baik saya mengambil supplier atau mengambil partnership dengan penyuplai bakmi langsung dibanding saya harus buat sendiri, seperti itu.

Jadi, bagaimana dia membangun suatu network/jaringan untuk membangun hubungan dengan key partner atau juga dengan supplier.

Ada banyak macamnya di dalam key partner tersebut.

Page 29: Aaaaa

3. Inovasi Struktur,Ada tiga cara untuk melakukan Inovasi struktur yaitu, Inovasi finance (di bidang finance), Inovasi di bidang HRD, Inovasi aset. Bagaimana cara mengatur aset, misalnya mengambil suatu

konsep zero inventory.

4. Inovasi Proses,Contohnya, misalnya ada suatu standart operating procedure. Si Pak Cecep Sumecep berpikir, “Wah, ternyata kalau saya negpack-

ngapacking. Saya masukkan bumbu-bumbunya dibanding saya harus pakai sendok, pakai feeling. Ternyata saya lebih hemat, dan rasanya lebih konsisten dan standart”.

Ada suatu standardisasi di dalam Pak Cecep ini membuat resepnya. Jadi contohnya, tambah gula berapa sendok, tambah garam berapa sendok, tambah merica berapa sendok, semuanya sudah dikategorikan dan kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Jadi tinggal buka plastik.

Jadi sekarang Pak Cecep Sumecep tidak selalu harus di dapur. Pak Cecep Sumecep bisa meng-supervise atau memenajemen hal-hal lain

sementara istrinya atau anak-anaknya yang melakukan aktivitas di dapur, mempersiapkan makanan.

B. Klasifikasi Offering/Penawaran,

Ada banyak project juga yang mungkin produknya adalah bukan dalam bentuk product nyata, tapi dalam bentuk service. Itu bisa dikategorikan sebagai product yang ditawarkan kepada customer.

Terdapat suatu manajemen untuk melakukan inovasi proses di dalam company untuk membangun suatu inovasi produk baik dari sistem maupun performance.

Kategori offering iniada dua kategori, yaitu Product Performance dan Product System.

5. Inovasi Product Performance,Yaitu berkenaan persoalan produk, apakah Produknya sudah sesuai dengan apa yang dijanjikan, misalnya rasanya aduhai, dan rasanya betul-betul aduhai.

6. Inovasi Product System,Yaitu adalah ketika product itu dimakan atau disajikan, cara penyajiannya pun adalah service, bagian dari pada product system. Itu membawa satu pengalaman yang baru atau yang unik bagi customer.Product system bicara bagaimana product dan servis itu dikombinasikan.

C. Klasifikasi Experience,

Page 30: Aaaaa

Kategori yang ketiga adalah kategori Experience. Nah experience ini apa maksudnya? Artinya ketika sebuah bisnis atau si Pak Cecep Sumecep menawarkan produk dan jasanya, menawarkan bakmi hebringnya, ternyata dia pun menawarkan sebuah pengalaman, sebuah cerita atau sebuah story bagi customer atau konsumen yang membeli bakmi Pak Cecep Sumecep.

Nah, kategori experience tersebut ada empat.

7. Yang pertama service. Plan to food.Bagaimana Pak Cecep Sumecep membuat satu inovasi SOP di dalam konfigurasi yang berimpact terhadap pelayanan dia untuk para konsumennya.

8. Kemudian yang kedua dari kategori experience ini adalah channel. Apakah Pak Cecep Sumecep mulai berpikir, “Kayaknya kudu ada website ini, atau facebook atau twitter, untuk berinteraksi dengan customer”.

9. Tiga, Brand. Ternyata Pak Cecep Sumecep berpikir nggak cukup kalau cuma bakmi. Misalnya, Bakmi Mayjend Sungkono, nggak cukup. Harus ada nama ini. Ternayta nama Pak Cecep Sumecep cukup catchy. Akhirnya dia bilang, “Oke, mulai saat ini saya menjual bakmi dan bakwan Cecep Sumecep”. Ada satu inovasi dalam brand. Tentu kategori brand ini sangat luas, saya hanya mengambil pendekatan reduksionis. Brand ini digambarkan sebagai merek saja. Tetapi brand ini sangat luas sekali. Bicara soal relevansi, bicara soal product life cycle, ada banyak.

10. Yang terakhir dari kategori experience ini adalah customer engagement. Riset membuktikan bahwa peningkatan engagement atau customer engagement terhadap sebuah bisnis akan menaikkan secara drastis, secara eksponensial up to 80% penjualan karena customer engagement.

Mendapat penjelasan langsung dari Yves Pigneur membuat anda lebih memahami alur logika pembuatan BMC, dimana,

1. Customer Segmen, Langkah awal dari membuat BMC adalah menuliskan Customer Segmen yang

akan kita pilih. Seorang mahasiswa saya pernah berargumen dengan saya bahwa harusnya di

awal bukan customer segmen tapi value proposition. Saya menjelaskan dari apa yang telah saya pahami, bahwa kita tidak mungkin bisa membuat sebuah produk atau jasa dengan baik kalau kita tidak tentukan lebih dahulu siapa pelanggan kita.

Hal ini dicontohkan Yves Pigneur dalam penjelasannya, bahwa perusahaan seperti Apple, saat membuat Ipad, misalnya, menentukan lebih dulu siapa bakal

Page 31: Aaaaa

pelanggannya. Dengan begitu, mereka baru menawarkan produk yang sesuai dengan siapa pelanggannya.

Kalau kita membuat produk tertentu sesuai dengan yang kita mau, maka kita akan kesulitan memasarkan karena kita baru akan mencari siapa pasar yang cocok dengan barang kita.

Kita tahu kegagalan produk seperty kymco, sebuah motor matic, yang dibuat dengan bagus tapi karena tidak menentukan siapa pelanggannya, maka gagal di pasaran.

Berbeda ketika Mio masuk ke pasar, mereka sudah membidik siapa pasar yang dituju dan menyesuaikan produknya dengan calon pelanggannya. Hasilnya, kita tahu mereka sukses.

Nah, jadi harusnya jelas bahwa di awal kita memikirkan bisnis, siapa pelanggan yang hendak kita target, itu penting untuk ditetapkan lebih dahulu. Saya juga pernah ikut seminar yang dibawakan oleh Adnan Mahmud, seorang sociopreneur, di mana ditekankan “Best ideas have customers before products.” Intinya, percuma kita punya produk hebat tapi tidak ada pelanggannya.

2. Value Proposition, Kembali ke BMC, setelah kita tentukan siapa pelanggan kita, lalu kita perjelas apa

yang mau kita tawarkan ke pelanggan tersebut, di sanalah kita menuliskan “Value proposition”.

Seperti misalnya, perusahaan penerbangan Air Asia, di mana customer segmennya adalah kelas menengah, mereka mempunyai value proposition yang simple, yakni 'Now Everyone Can Fly'. Dengan Air Asia, kalau dulu hanya orang kaya saja bisa terbang, kini semua orang bisa terbang. Itu value proposition yang ditawarkan. Air Asia membuat sebuah model bisnis penerbangan yang inovatif, yakni budget airline.

Kalau kita lihat, sebenarnya value proposition ini kalau dirumuskan dengan tepat dan benar-benar menjadi panduan berbisnis kita, maka ini akan menjadi positioning bisnis kita di tengah-tengah industri atau persaingan yang ada.

3. Channels Setelah kita tahu value apa yang ingin ditawarkan, maka langkah berikutnya

adalah dengan cara apa atau melalui apa hal itu bisa sampai ke pelanggan. Ini berarti kita masuk ke dalam “Channels”.

Apakah kita menjualnya lewat toko atau lewat internet (online) atau lewat pameran dagang atau dari rumah ke rumah dan banyak cara lainnya.

Misalnya Anda mau jualan baju, maka channel atau salurannya bisa lewat toko atau lewat facebook atau bisa juga Anda berjualan dengan mobil keliling dan sebagainya.

4. Customer Relationship  Anda tentu tidak ingin pelanggan Anda hanya sekali saja beli, melainkan

mengharapkan mereka melakukan pembelian berulang dan bahkan mempromosikan bisnis Anda ke teman-teman mereka. Dengan demikian bisnis

Page 32: Aaaaa

Anda makin akan berkembang dan besar. Untuk itu, Anda perlu memikirkan yang namanya customer relationship.

Anda perlu punya program atau cara bagaimana menjaga hubungan dengan pelanggan. Memang ada ilmu tersendiri yang perlu dipelajari tentang mengelola hubungan dengan pelanggan ini.

Bentuk dari customer relationship ini bisa macam-macam, misalnya membentuk komunitas, sebagai contoh ada perusahaan bus yang membuat komunitas pencinta bus tersebut. Bisa juga sebuah bank membuat program pelatihan untuk nasabahnya agar hubungannya makin erat. Ini juga menuntut kreativitas dan inisiatif dari kita sebagai entrepreneur untuk mengelola customer relationship yang efektif.

5. Revenue Streams, Jika semua ini berjalan lancar, Anda akan mendapatkan pemasukan uang atau

Revenue Streams. Dari mana Anda bisa mendapatkan pemasukan uang itu? Bisa dari penjualan

produk atau jasa yang Anda tawarkan, atau Anda juga bisa pikirkan cara-cara lain yang memungkinkan Anda mendapatkan uang lebih banyak. Misalnya, awalnya Anda buka rumah makan, penghasilan Anda adalah dari jual makanan dan minuman. Namun Anda kemudian bisa membuat rumah makan Anda bisa dijual dalam bentuk franchise, sehingga pendapatan Anda tidak hanya dari jual makanan minuman saja, tapi kini bisa dapat dari penjualan franchise. Atau bisa juga, Anda mendapat pemasukan uang dari produk kecap atau lainnya yang mau pasang iklan di rumah makan Anda. Jadi, jangan terpaku pemasukan yang umum saja, gunakan kreativitas Anda untuk membuat pemasukan makin besar.

6. Key Resources, Sudah lima elemen kita bahas, yakni Customer Segments, Value Propositions,

Channels, Customer Relationships, Revenue Streams. Kini kita akanbahas 4 elemen yang lain, di mana ini lebih pada sisi internal usaha kita.

Untuk bisa menjalankan bisnis yang kita lakukan, kita perlu yang namanya key resources. Artinya adalah sumber daya kunci apa saya yang kita perlukan.

Kalau kita bisnis rumah makan, kita memerlukan tukang masak atau koki dan sebagainya yang menjadi sumber daya kita yang utama, kita perlu ada sumber daya manusia, perlu uang untuk modal, tempat, resep, sistem dan sebagainya.

Jadi ini adalah tentang apa yang harus kita punyai dalam diri kita agar bisnis kita bisa berjalan. Key resources pada dasarnya adalah modal, namun kita harus ingat, modal tidak hanya uang saja.

7. Key Activities, Setiap bisnis pasti punya kegiatan usaha dan ada aktivitasnya, maka langkah

berikutnya adalah menjelaskan tentang apa saja aktivitas yang harus dilakukan. Sebagai contoh, kalau kita membuat usaha rumah makan, maka aktivitas

kuncinya adalah memasak, memilih bahan makanan di pasar, melayani pelanggan, menyusun menu, dan lainnya.

Page 33: Aaaaa

Kalau kita misalnya jualan baju, maka aktivitasnya adalah mengambil atau membeli barang dagangan di supplier, melakukan penataan tampilan di toko, menjual dan sebagainya.

Jadi, di sini adalah berusaha menjelaskan apa saja aktivitas yang dilakukan dalam bisnis kita tersebut.

8. Key Partnership Untuk bisa berjalan dengan baik, tidak ada usaha yang bisa berjalan tanpa

adanya kerja sama dengan pihak lain. Untuk itu ada yang namanya partner kunci atau key partnership.

Paling sederhana, Anda perlu menjalin kerja sama yang baik dengan supplier atau pemasok Anda.

Kalau Anda butuh modal lebih besar sehingga memerlukan pinjaman ke Bank, maka pihak Bank adalah merupakan partner Anda juga.

Barangkali juga usaha Anda akan berjalan lebih lancar jika Anda ikut dalam organisasi dagang tertentu, maka hal itu juga akan menjadi partner Anda.

Contoh lain, kalau usaha Anda adalah bursa tenaga kerja, maka key partner yangmesti digandeng adalah Disnaker, atau kalau Anda bisnis PJTKI, maka KJRI juga menjadi partner Anda. Intinya, siapa saja atau pihak mana saja yang harus berhubungan dengan Anda sehubungan dengan aktivitas usaha Anda, akan menjadi partner kunci Anda.

9. Cost Structures, Akhirnya, semua itu jelas butuh biaya. Sumber daya yang Anda miliki, seperti

pegawai hingga kegiatan yang Anda lakukan, akan membutuhkan biaya (costs). Maka Anda perlu menjelaskan, biaya-biaya apasaja yang harus Anda keluarkan.

Sebagai contoh, membayar biaya pegawai, biaya telepon, biaya operasional, pajak dan lain sebagainya.

Nah, bagaimana kita bisa menilai bisnis model kita ini bagus? Prinsipnya sederhana, yakni biaya yang Anda keluarkan harus lebih kecil dari uang yang akan Anda terima. Cost structures harus lebih kecil ketimbang Revenue streams. Dengan begitu model bisnis Anda layak untuk dilakukan.

Bagaimana caranya memperluas, mempererat, , dan memelihara pergaulan dalam rangka memperkuat dan memperluas personal network seperti yang tergambar pada peraga 6-2? Upayakan memelihara teman lama dan menambah teman baru melalui hal-hal berikut, yaitu,

1. Dengan kenalan baru tunjukkanlah sikap sopan, santun, ramah, senyum, perhatian, dan respek. Bercakap-cakaplah secara baik-baik tanpa mendominasi pembicaraan. Buatlah lawan bicara kita merasa penting dan berilah mereka pujian. Kesan pertama sebaiknya positif agar hubungan yang mulai dirintis dapat dikembangkan dan dipertahankan. Diharapkan suatu saat kenalan baru itu akan menjadi teman, sehingga teman kita akan selalu bertambah.

Page 34: Aaaaa

2. Terhadap teman-teman lama, peliharalah hubungan meskipun dengan cara yang sederhana melalui telepon, SMS, kartu lebaran, ucapan selamat ulang tahun, Idul Fitri, tahun baru dan sebagainya. Teman-teman lama merupakan asset yang sangat penting, jangan sampai diabaikan apalagi dilupakan.

3. Sedapat mungkin hadirilah undangan pribadi – misalnya pesta pernikahan, ulang tahun, dan lain-lain – dari kawan kita, dan kalau berhalangan beri tahu dan beri alas an yang baik. Hal ini penting untuk menunjukkan perhatian kita. Demikian pula kalau kawan kita sakit atau mendapat musibah, sedapat mungkin kita bisa menjenguk atau melayat.

4. Hadirilah acara-acara profesi seperti seminar-seminar, pameran, symposium, atau acara reuni sekolah, karena banyak sekali manfaatnya, terutama untuk menambah kenalan dan teman.

5. Aktif menjadi pengurus organisasi profesi, organisasi, alumni, olahraga, social, politik, dan lain-lain, sesuai dengan kemampuan dan interest masing-masing. Organisasi ini sangat bermanfaat dalam memelihara dan memperluas pergaulan. Apalagi kalau kita dapat memberikan ide-ide dan usulan-usulan yang bermanfaat. Tidak ada cara lain dalam belajar berorganisasi kecuali masuk organisasi dan menjadi anggota yang aktif.

6. Jadilah orang yang proaktif dalam pergaulan dengan sikap ramah dan simpati, sehingga orang lain dapat menilai apa dan siapa diri kita, tentunya dalam konteks, positif. Demikian juga, kita akan lebih mengenal orang lain. Bagi seorang entrepreneur, hal ini seringkali dapat membuka peluang dan memperlancar bisnis dari hasil pergaulan tersebut.

7. Jangan menunjukkan sifat-sifat sombong, ujub, dan takabur meskipun kita ini memang orang penting, berprestasi, terkenal, sukses, dan kaya raya. Bersikaplah rendah hati, terutama pada kawan-kawan lama yang tahu modal kita dahulu. Dengan sifat sombong, ujub, dan takabur itu, kita bukannya akan mendapatkan pujian dari kawan-kawan, malahan di belakang kita bisa menjadi bahan ejekan dan tertawaan.

Pada setiap pembicaraan, perlakukan orang lain dengan sopan santun secara apa adanya dan jangan dibuat-buat. Jangan menghina pribadi orang lain, hormatilah pendapatnya meskipun ada perbedaan dengan pendapat kita. Tunjukkan perhatian kita kepada lawan bicara secara bersungguh-sungguh, gunakan topic pembicaraan yang enak dan menyenangkan hati, apalagi diberi sentuhan-sentuhan humor yang menyegarkan. Sebaiknya jangan membiasakan memotong pembicaraan lawan bicara yang belum terselesaikan, walaupun ingin mempertahankan pendirian. Tunggu sampai lawan berbicara menyelesaikannya. Kendalikanlah diri sendiri. Jangan mempunyai kebiasaan mengecam, hargailah setiap perbedaan dengan sikap sopan. Dengan demikian, diharapkan dari hasil pembicaraan tadi timbul kesan yang baik dan diri kita menjadi pribadi yang menarik, sehingga suatu saat bila bertemu lagi, lawan bicara kita tadi akan antusias untuk melakukan pembicaraan lagi.

Page 35: Aaaaa

8. Kembangkan kemampuan dalam humor dan manfaatkanlah cerita humor, anekdot, dan lain-lain, sebagai bahan intermezo di dalam pembicaraan serius untuk menghindarkan suasana yang kaku, menegangkan, monoton, dan membosankan. Humor adalah suatu cara untuk lebih dekat dan lebih akrab dengan teman-teman atau kenalan. Selain itu, usahakanlah agar kita bisa menyemarakkan pertemuan dengan kemampuan kita menyanyi, memainkan alat music, sehingga dengan kemampuan itu kita lebih cepat dikenal oleh para pengunjung pertemuan tersebut. Karena kalau ingin sukses, sebaiknya harus menjadi popular, dimulai dari lingkungan kecil.

9. Kalau orang lain datang kepada kita untuk meminta pendapat terhadap suatu masalah, maka berikanlah perhatian, usulan dan bantuan. Yang penting, kalau datang berwajah sulit , maka pada waktu pulang ia menjadi gembira, memiliki semangat dan gagasan-gagasan dalam menyelesaikan permasalahannya.

10. Doakanlah dan dorong agar teman-teman kita menjadi orang yang sukses karena yang ingin sukses bukan diri kita saja. Gembiralah melihat orang lain sukses, karena tidak akan menyusahkan kita.

11. Jadilah orang yang tau membalas budi setelah sukses. Jangan lupakan orang-orang yang pernah menolong atau membantu kita menjadi sukses, misalnya orang tua, mertua, saudara, guru, mentor, mantan atasan, mantan majikan, teman-teman, dan lain-lain. Jangan pula menyepelekan mereka, seolah-olah tidak ada kontribusi pada kesuksesan kita. Tidak menyepelekan orang yang telah berkontribusi dalam kesuksesan kita merupakan balas budi yang paling minimal.