A. Latar Belakang masalah · 2018-11-07 · Para ulama terdahulu meninggalkan warisan tradisi...
Transcript of A. Latar Belakang masalah · 2018-11-07 · Para ulama terdahulu meninggalkan warisan tradisi...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam,
terutama sesudah pembukaan abad ke 19 yang dalam sejarah Islam dipandang
sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya
membawa ide-ide baru ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme,
demokrasi dan sebagainya. Konteks yang demikian maka pembaharuan
pemikiran Islam merupakan suatu keharusan, terutama ketika para pemikir
muslim melihat banyak realitas baru dalam masyarakat yang dinilai tidak
memiliki relevansi dengan doktrin Islam atau sebaliknya doktrin Islam dipahami
tidak relevan dengan realitas baru itu. Salah satunya, realitas modernitas yang
hadir di dunia Islam. (Amrullah,1997: 42). Menurut peneliti, realitas baru yang
berupa modernitas tersebut menjadikan umat muslim silau dengan kemapanan
barat. Semakin lama dan banyak realitas baru tersebut memperlebar
jangkauannya sehingga terjadilah krisis mental. Umat muslim mulai
meninggalkan tradisi klasik (turats) dan mengikuti tradisi barat.
Para ulama terdahulu meninggalkan warisan tradisi klasik untuk bisa
mengembangkan potensi diri dan bangsa begitu juga demi mempertahankan jati
diri bangsa dari doktrin dan pengaruh pihak luar. Akan tetapi perkembangan
zaman yang pesat membuat umat muslim sendiri mulai meninggalkan tradisi.
Alasan utamanya adalah sudah tidak sesuainya tradisi dengan nilai-nilai
kekinian. Faktor lainnya adalah umat muslim bersikap pragmatis terhadap
2
tradisinya sendiri dengan tidak mengkritisi tradisi dari ulama terdahulu. Padahal,
umat muslim merupakan masyarakat tradisional yang kesadaran nasionalnya
senantiasa terbuka terhadap orang-orang terdahulu atau biasa disebut qudama.
Keadaan Mesir yang tidak kondusif, dengan banyaknya krisis dalam segala
bidang kehidupan, tak terkecuali krisis intelektual yang dialami juga oleh para
ulama dan para pemikir Islam. Semua keadaan di atas merupakan dominasi dan
supremasi kelas atas (al-qimmah) terhadap kelas bawah (al-qa>’idah), penguasa
atas rakyat, pemimpin atas yang dipimpin (Badruzaman, 2005:142). Masalah di
atas yang menjadikan hati Hassan Hanafi gelisah dan mulai tergerak hatinya
untuk memberi kontribusi pemikirannya.
Hasan Hanafi merupakan cendekiawan Mesir yang menyerukan gerakan
pembaharuan sebagai pemikir revolusioner. Hassan Hanafi meluncurkan jurnal
berkalanya Al-Yasa>r Al-Islami>: Kita>bat fi> an-Nahdhah al Islami>yyah (Kiri
Islam: beberapa esai tentang kebangkitan Islam) pada tahun 1981. Esai pertama
jurnal itu berjudul “Apa arti Kiri Islam?” Hassan Hanafi mendiskusikan
beberapa isu penting berkaitan dengan kebangkitan Islam (Shimogaki, 1993:8).
Sebagai salah satu pemerhati Islam kontemporer Hassan Hanafi mencoba
menawarkan konsep tentang masyarakat Islam. Menurut Hanafi masyarakat
Islam dibentuk dari penguasaan dan pengembangan wacana keilmuan dalam
menopang wawasan kehidupan yang progresif. Artinya pemikiran Hanafi
diorientasikan pada pembentukan paradigma baru, yaitu dengan melontarkan
pembebasan berfikir dan bertindak atas belenggu sosial yang ada dalam
masyarakat Islam.
3
Di Mesir sendiri semenjak awal abad ke 19 terjadi dinamika politik dan
selalu didominasi oleh pertentangan antara golongan nasionalis, sekuler dan
golongan Islam tradisional. Sehingga berbagai golongan tersebut secara
bergantian memberikan pengaruh dalam segala aspek sosial di kalangan umat
muslim. Modernitas yang terus dikampanyekan oleh orang Barat terus merasuki
akal umat muslim, sehingga mereka lupa bahwa sejatinya mereka sedang dalam
penjajahan. Dalam pendapatnya Hassan Hanafi mengajak umat muslim kembali
mengkritisi tradisi klasik dan disesuaikan dengan kondisi zaman terkini.
Bukunya Hassan Hanafi yang berjudul Al-tura>ts wa al-tajdi>d menjelaskan
ada 3 pendapat yang tersebar di masyarakat yaitu yang pertama kelompok yang
beranggapan bahwa warisan masa lalu meliputi segala sesuatu dan menyediakan
jawaban atas persoalan masa lalu dan masa sekarang. Kedua, kelompok yang
beranggapan bahwa hanya dengan hal-hal baru saja persoalan umat dapat di
selesaikan. Ketiga, kelompok yang bermaksud mengintegrasikan kedua
kelompok tersebut (Amrullah,1997: 43).
Peneliti mengambil judul Kritik tradisi Islam Pemikiran Hassan Hanafi
Analisis Hermeneutika Paul Ricoeur karena peneliti ingin mengungkapkan
sebuah pemikiran mampu melahirkan sebuah gerakan yang nantinya akan
memberi perubahan dalam sejarah kehidupan umat manusia dan bangsa. Maka,
penelitian ini akan mengkaji tentang sebuah pemikiran karena dalam sebuah
pemikiran tersebut ada cita-cita atau keinginan yang ingin dicapai dan
direalisasikan secara menyeluruh kedalam sebuah lapisan masayarakat atau
bahkan mampu melebur ke dalam sebuah peradaban.
4
B. Batasan Masalah
Peneliti akan membahas tentang Kritik Tradisi Islam Pemikiran
Hassan Hanafi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka peneliti
akan membatasi dengan menjelaskan kondisi social masyarakat Mesir yang
mempengaruhi pemikiran Hassan Hanafi, menjelaskan pemikiran tokoh-tokoh
yang mempengaruhi pemikiran Hassan Hanafi, menjelaskan pemikiran Kiri
Islam Hassan Hanafi, menjelaskan tradisi secara umum, menjelaskan kritik
tradisi Islam Mesir oleh Hassan Hanafi.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pembaharuan Islam yang ditawarkan oleh Hassan
Hanafi?
2. Bagaimana kritik tradisi Islam menurut Hassan Hanafi dalam upaya
pembaharuan Islam?
D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan konsep pembaharuan Islam pemikiran Hassan Hanafi
dalam upaya membangkitkan kembali kejayaan umat Islam.
2. Menjelaskan kritik tradisi Islam menurut pemikiran Hassan Hanafi
sebagai upaya pembaharuan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan agar mampu memberikan
semangat kritis dalam menghadapi perkembangan dunia. Masyarakat
muslim khususnya, mampu menyampaikan sikap kritisnya terhadap
problematika yang telah terjadi pada masa kini, khususnya dalam hal
5
politik dan pemikiran. Dua hal tersebut terus berkembang sesuai
perkembangan zaman, maka umat muslim harus terus berupaya
mengikuti perkembangan agar tidak tertinggal dalam perkembangan
tersebut. Sehingga umat muslim bisa menunjukkan jati dirinya dan
bangsa.
F. Tinjauan Pustaka
Kajian tentang pemikiran Hasan Hanafi sampai saat ini telah
banyak yang meneliti. Penelitian ini menggunakan beberapa buku, jurnal
dan skripsi sebagai tinjauan pustaka. Penelitian oleh Amrullah Ahmad
tahun 1997 dengan judul Pemikiran Transformatif Hassan Hanafi. Jurnal
tersebut membahas tentang masalah-masalah yang dialami umat muslim
dalam menghadapi gempuran realitas terkini terutama dari Barat yang
terus menancapkan kekuasaannya di negara-negara Arab, kemudian
muncullah ide Hanafi tentang pembaharuannya dengan tema
merekonstruksi ulang warisan intelektual Islam. Hanafi mengusulkan
sikap yang harus diambil umat muslim dalam menghadapi hegemoni
Barat di Mesir. Sikap yang harus dilakukan oleh umat muslim dengan
warisan masa lalu (tradisi) yang mulai luntur dan tergerus oleh pengaruh
Barat adalah dengan mengkaji ulang warisan tersebut. Hanafi bercita-cita
mengembalikan pengaruh Barat sesuai dengan sewajarnya, dan
mengembangkan warisan keilmuan Islam sesuai perkembangan zaman.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah cakupan
objek peneliti lebih menjelaskan gambaran umum pada kajian tentang
6
tradisi yang mulai luntur dan terpengaruh dengan barat yang terjadi di
kalangan masyarakat muslim di Mesir.
Skripsi oleh Nur Idam Laksono, 2009. dengan judul
Antroposentrisme dalam pemikiran Hassan Hanafi Jurusan Aqidah
Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian
ini membahas tentang ide yang ditawarkan Hanafi yaitu perubahan sikap
dari teologi teosentrisme menjadi antroposentrisme. Hanafi melihat
perkembangan zaman telah memunculkan realitas-relitas baru di
kalangan umat muslim, sehingga perlu adanya perubahan pola sikap umat
Islam dalam menghadapi tuntutan zaman yaitu dengan mengedepankan
pengkajian ulang ilmu kalam klasik dan disesuaikan dengan realitas
sekarang. Tema rasionalisme sebagai pendukung perubahan adalah solusi
bagi umat muslim menjadi kembali mandiri dan berjaya. Sikap umat
muslim harus berubah dengan lebih mengutamakan objek kajian
pemikiran terpusat pada manusia, dan bukan lagi tuhan. Perbedaan kajian
ini adalah peneliti lebih fokus pada pembahasan tentang kondisi tradisi
Islam di Mesir yang sudah mulai di tinggalkan dan usaha apa yang ingin
diberikan Hasan Hanafi untuk mengembalikan semangat nilai tradisi
dalam masyarakat yang sejalan dengan perkembangan modernitas.
Skripsi yang ditulis oleh Hary Perdana Harahap, pada tahun 2010
dengan judul Pemikiran Politik Hassan Hanafi (Studi terhadap Pemikiran
Kiri Islam) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara Medan. Penelitian ini membahas pemikiran Hanafi tentang konsep
7
kiri Islam, prinsip tura>ts dan tajdi>d, revitalisasi khazanah Islam klasik,
oksidentalisme: sikap terhadap turats barat, serta pembacaan terhadap
realitas. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah
dalam hal objek, peneliti lebih memfokuskan pembahasan mengenai
tradisi yang mulai ditinggalkan oleh umat muslim dan telah terkikis
dengan modernitas yang semakin maju.
Jurnal yang ditulis oleh Asmuni M. Thaher, pada tahun 2003
dengan judul Pemikiran Akidah Humanitarian Hassan Hanafi Fakultas
Ilmu Agama Islam UII Yogyakarta. Penelitian ini mengkaji tentang
upaya Hanafi menyeru manusia untuk menelusuri asal muasal akidah
dengan menggunakan rasio. Teologi kemanusiaan (humanitarian) harus
dikembangkan demi keberlangsungan dan kejayaan hidup umat. Upaya
rekonstruksi yang dilakukan oleh Hanafi adalah dengan menyeru kepada
umat muslim sekalian untuk menggunakan rasio dalam menghadapi
realitas zaman. Penguatan kembali akidah untuk membela manusia
diperjuangkan kembali demi kepentingan manusia, untuk mendapatkan
kebebasan, kemerdekaan, kesejahteraan, dan keadilan. Akidah harus
mampu diwujudkan dalam tindakan dan mampu menyatukan umat.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dikaji peneliti terletak pada objek
kajiannya yang lebih menekankan pada kritik terhadap tradisi untuk
mengembalikan lagi semangat kebangkitan dan peninjauan kembali
tradisi demi kemaslahatan umat.
8
Skripsi yang ditulis oleh Ihsan Maulana pada tahun 2009 yang
berjudul Pola Hubungan Islam dan Negara dalam Pemikiran Jaringan
Islam Liberal. Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini membahas tentang pola hubungan Islam dan
negara, Islam dan Sekulerisme, hubungan Pluralisme dengan Islam,
HAM serta penerapan syariat Islam di Indonesia. Perbedaan dengan
penelitian peneliti adalah terletak pada objeknya. Kajian tentang pola
hubungan Islam dan negara mengambil objek dalam pemikiran JIL
diambil di Indonesia, sedangkan objek peneliti adalah pemikiran Arab
Islam dari Mesir.
Skripsi yang ditulis oleh Ma‟tufathu Rohman mahasiswa Jurusan
Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2010 dengan judul Gagasan Reaktualisasi
Pemikiran Islam Hassan Hanafi. Penelitian ini membahas tentang wacana
pembaharuan Islam pemikiran Hanafi, pola pandangan Islam terhadap
relitas global, revitalisasi khazanah Islam klasik, perlunya menantang
barat, melakukan interpretasi terhadap realitas kontemporer, dan meraih
cita-cita bersama yaitu keadilan, kemerdekaan, kebebasan, kesamaan
sosial dan kesejahteraan umat. Perbedaan penelitian ini adalah peneliti
lebih mengerucutkan objek pada bidang tradisi Islam.
Skripsi yang ditulis oleh Moh. Zaki Ma‟rufi mahasiswa Program
Studi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
9
Depok tahun 2010 dengan judul Reformulasi Pemikiran Arab-Islam
Perspektif Muhammad Abid Al-Jabiri. Penelitian ini membahas tentang
formula yang ditawarkan oleh M. Abid Al-Jabiri untuk mengembangkan
dan memajukan pemikiran Arab-Islam, karena pada waktu itu pemkiran
Arab-Islam jauh tertinggal dengan barat tetapi dengan tidak
menanggalkan otentisitas Islam pada masa kini dengan melihat kondisi
umat Islam pada waktu itu yang sedang carut marut akibat kekalahan
umat Islam dalam perang enam hari melawan Israel. Perbedaan dengan
penelitian yang akan diteliti peneliti adalah dalam hal tokoh pemikirnya,
yaitu penelitian ini membahas ide dari M. Abid Al-Jabiri. Kemudian ada
persamaan antara penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu tentang
konsep pembaruan yang ditawarkan masing-masing tokoh yang sama-
sama melihat keadaan sosial politik di negaranya masing-masing sedang
dalam krisis dan adanya kolonialisme.
Skripsi yang berjudul Relevansi Pemikiran Ibn Khaldun dengan
Ekonomi Islam karya Khoirul Taqwim mahasiswa jurusan
pengembangan masyarakat Islam, fakultas dakwah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009. Dalam penitian tersebut
membahas tentang sejarah ekonomi Islam, konsep dasar ekonomi Islam,
sumber hukum ekonomi Islam, nilai-nilai dasar ekonomi Islam, basis
ekonomi, dan prinsip-prinsip ekonomi yang ada secara umum selain
ekonomi Islam. Kemudian penelitian itu baru membahas konsep ekonomi
Islam menurut Ibn Khaldun. Perbedaan penelitian diatas dengan penulis
10
tentu sudah terlihat jelas perbedaannya, yaitu dalam hal tokoh dan objek
kajiannya yaitu antara pemikiran ibn Khaldun dengan ekonomi Islam,
sedangkan kajian penulis adalah tentang kritik tradisi oleh pemikiran
Hassan Hanafi.
Skripsi dengan judul kritik terhadap pemikiran Muhammad Abid
Al Jabiri tentang demokrasi karya Tika Listiami mahasiswa jurusan
Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Penelitian tersebut membahas
tentang masalah epistemologis yang harus dikaji lagi oleh umat muslim
bagian timur (Masyrik) tentang nalar(burhani). Perbedaan penelitian
diatas dengan penelitian penulis adalah tokoh dan objek dalam hal ini
yaitu Hassan Hanafi dengan kritik tradisi Islam Mesir.
Skripsi dengan judul Pemikiran Syaikh Ahmad Assurkati Al
Anshari dan dampaknya terhadap keturunan Arab di Indonesia (1911 M-
1934 M) karya Mudasir mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Penelitian diatas membahas tentang
pengaruh dan kontribusi Pemikiran Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari
terhadap masyarakat etnis Arab yang tinggal di Indonesia dan juga
terhadap masyarakat pribumi dalam beberapa bidang antara lain bidang
pendidikan, bidang keagamaan dan bidang sosial. Pada penelitian diatas
tokoh yang dikaji adalah Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari keturunan
Arab yang berasal dari Sudan didatangkan oleh Jamiatul Khair pada
11
tahun 1911 M untuk menjadi pengajar di Indonesia. Perbedaan penelitian
diatas dengan penelitian penulis adalah dalam hal objek kajiannya, yang
berupa tokoh dan kontribusinya dalam konteks tempat dan zaman. Meski
sama-sama tokoh dari Timur Tengah, akan tetapi Assurkati memberikan
pengaruh pemikiranya di Indonesia, sedangkan kajian penulis tentang
Hassan Hanafi dengan kritiknya terhadap tradisi yang terjadi di Mesir.
G. Landasan Teori
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka
peneliti menggunakan landasan teori Hermeneutika Paul Ricoeur.
Memahami kebudayaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai
subjek dan objek. Keberadaan manusia yang terbagi antara tubuh dan
pikiran menjadi factor penting dalam melihat fenomena kebudayaan
(Sulasman, 2013: 81). Menurut peneliti, manusia menjadi subjek
kebudayaan ketika manusia menjadi pelaku utama dalam kebudayaan,
artinya keberadaan manusia sebagai perancang kebudayaan yang muncul
dari nilai-nilai estetika. Sedangkan manusia sebagai objek adalah ketika
manusia menjadi sasaran (pelaku) untuk mengembangkan dan
melestarikan kebudayaan tersebut. Jadi, wujud fisik tindakan sosial atau
gerak tubuh manusia memang yang terlihat nyata dalam sebuah
kebudayaan, akan tetapi dibalik itu ada akal atau ide yang
melatarbelakangi munculnya suatu kebudayaan dalam masyarakat.
Masyarakat sendiri, selain adanya akal atau gagasan-gagasan yang
dapat membantu menjalankan sistem sosial, ada faktor lain yang tidak
12
boleh dilupakan yaitu agama (Zaprulkhan, 2012: 44). Menurut peneliti, ide
yang membentuk sistem sosial tidak mungkin terlepas dari doktrin agama.
Kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan yang menjadikannya sebagai
doktrin agama seperti memberikan stimulan semangat dalam menjalani
kehidupan. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat individu juga harus
menjalankan kewajiban agamanya. Kewajiban tersebut yang nantinya akan
mempengaruhi kinerja sistem sosial sehingga keduanya memiliki tujuan
yang sama yaitu mencapai keteraturan social.
Menurut Ricoeur, tugas utama hermeneutika adalah untuk
memahami teks.. Secara mendasar teks adalah “any discourse fixed by
writing”. Dengan istilah discourse Ricoeur merujuk kepada bahasa sebagai
event, yaitu bahasa yang membicarakan sesuatu. Gampangnya discourse
adalah bahasa ketika ia digunakan untuk berkomunikasi yang berupa
bahasa lisan dan bahasa tulis (Mulyono.dkk, 2012: 256-257). Interpretasi
adalah kasus partikular pemahaman. Ia adalah pemahaman yang
diaplikasikan ke dalam ekspresi kehidupan yang tertulis (Ricoeur,
2012:153).
Doktrin yang terkenal tentang intensionalitas menegaskan bahwa
seluruh pengalaman diarahkan menuju beberapa objek tertentu, sementara
setiap objek pengalaman dikorelasikan dengan pengalaman tertentu. Apa
yang dialami selalu dikorelasikan dengan bagaimana ia dialami oleh
seseorang. Objek kesadaran adalah sebuah entitas yang dapat diulang dan
ditandai dalam sejumlah cara. Teknik metodologis pengelompokan atau
13
reduksi-reduksi fenomenologis merupakan serangkaian aturan untuk
mengarahkan perhatian kita terhadap pengalaman tertentu. Apa yang kita
kelompokkan adalah godaan baik untuk membuat penilaian-penilaian
tentang status ontologis sebuah objek pengalaman maupun untuk
melakukan teoretisasi dan menjelaskan alih-alih menggambarkan
pengalaman. Bahkan kita semua memperlakukan seluruh seluruh
pengalaman sebagai sesuatu yang terberi dalam kesadaran seperti
fenomena, atau sebagai makna yang menghadirkan dirinya sendiri pada
kesadaran (Kaplan, 2010:26).
Pengalaman hermeneutika dalam momen keterbukaan dan
penerimaan mendahului momen kritik dan penjelasan. Anggapan
kebenaran berarti “bahwa penerimaan penuh percaya diri yang kita
gunakan untuk menanggapi, dalam sebuah gerakan awal yang mendahului
seluruh kritisisme, setiap preposisi makna, setiap klaim terhadap
kebenaran, karena kita tidak pernah berada di permulaan proses kebenaran
dan karena kita menjadi bagian dari wilayah kebenaran tertentu yang
diasumsikan sebelumnya, sebelum adanya sikap kritis. Akhirnya apa yang
mengabsahkan otoritas tradisi adalah proses komunikasi dan argumentasi
diskursif (Kaplan, 2010:64 dalam buku (TN3 227) Time and Narrative,
vol. III, hal. 227 terj. Kathleen McLaughin dan David Pellauer, University
of Chicago Press, University of Chicago Press, 1988). Penelitian ini
membutuhkan pemahaman yang mendalam dalam menelaah objeknya.
Pengalaman hermeneutika mewajibkan kepada peneliti untuk lebih
14
membuka diri dalam menelaah objek kajian ini, yaitu tentang
pembaharuan pemikiran Hanafi. Sehingga setelah mampu membuka diri
dan disertai dengan penerimaan dan pemahaman terhadap teks, maka
penjelasan dan kritisisme akan muncul dari peneliti.
Interpretasi menurut Ricoeur merupakan suatu hal yang teramat
penting, terlebih ketika dihadapkan pada pluralitas makna. Oleh karena itu
penggalian makna yang „mungkin‟ ada berlapis-lapis, merupakan
persoalan pokok filsafat. Bagi Ricoeur, pada dasarnya filsafat adalah
sebuah hermeneutik yang membaca makna yang tersembunyi dalam
sebuah teks yang seolah sudah jelas dan mengandung makna
(Mulyono.dkk, 2012: 278)
Interpretasi sebagai sebuah gerakan dari dugaan menuju validasi
dan dari penjelasan menuju komprehensi. Interpretasi terdiri dari dugaan-
dugaan atas pengalaman-pengalaman yang dihasilkan dalam penjelasan-
penjelasan yang harus divalidasi oleh yang lain, yang berakhir dalam
komprehensi, yang merupakan nama lain untuk pemahaman yang diberi
informasi dan diperkaya dengan proses objektif validasi (Kaplan, 2010:98
dalam buku (INT 71-88) Interpretation Theory: Discourse and the Surplus
of Meaning. Hal. 71-88 Fort Worth: Texas Christian University Press,
1976). Ricoeur mengungkapkan penjelasan dan pemahaman tidak bisa
berdiri dan berjalan sendiri. Keduanya saling berkaitan dan saling
melengkapi. Peneliti berpendapat bahwa dalam memahami objek kajian
tentang pemikiran Hassan Hanafi yaitu dengan menyimpulkan dugaan-
15
dugaan yang dirasa itu benar kemudian menjelaskannya sehingga bisa
berterima dari apa yang dimaksud dari teks.
Sebuah teks adalah otonom atau berdiri sendiri, tidak tergantung
pada maksud pengarang. Ketika hermeneutic coba diterapkan pada teks,
sifat hermeneutika sendiri berubah. Hermeneutika tidak lagi mencari
makna tersembunyi dibalik teks (seperti dilakukan Ricoeur dalam
hermeneutika tentang symbol-simbol), tetapi mengarahkan perhatiannya
kepada makna objektif sebuah teks, terlepas dari maksud subjektif
pengarang atau orang lain. Menginterpretasikan sebuah teks bukannya
mengadakan suatu relasi intersubjektif antara subyektifitas pengarang dan
subyektifitas pembaca, melainkan hubungan antara dua diskursus;
diskursus teks dan diskursus interpretasi. Maka interpretasi akan selesai
bila „dunia teks‟ dan „dunia interpretor‟ bercampur baur menjadi satu
(Mulyono.dkk, 2012: 280-281). Jadi, tugas yang harus dilakukan oleh
peneliti adalah menginterpretasi kajian tentang pemikiran Hassan Hanafi
dengan cara objektif. Karena tugas hermeneutika adalah menemukan
makna objektif teks.
Setiap kritik atas tradisi dimediasi oleh cita-cita regulatif akan
komunikasi yang tak terbatas, yang pada gilirannya tetap ditempatkan
secara historis dengan maksud agar dapat diterapkan dalam konteks
tertentu. Ricoeur lebih suka menekankan dasar keabsahan komunikasi
lebih daripada cita-cita yang dikandungnya. Agar mampu menegakkan
16
pemahaman melalui komunikasi, yaitu kita dapat mengklarifikasi apa yang
kita bicarakan (Kaplan, 2010: 65).
Proses interpretasi dimulai dengan dugaan karena pembaca tidak
memiliki akses pada maksud-maksud pengarang yang tidak hadir. Begitu
makna dibebaskan dari psikologi pengarangnya, maka tidak ada yang
dapat berdiri di luar teks sebagai otoritas khusus untuk memediasi
interpretasi-interpretasi yang saling bertentangan. Satu-satunya pilihan
yang kita miliki adalah menduga makna tertentu dan kemudian
membandingkan serta memvalidasi dugaan-dugaan hingga kita
memutuskan keunggulan atau preferabilitas sebuah interpretasi di atas
yang lain. Dengan mengikuti Hisrch, Ricoeur menawarkan tiga aturan
untuk memvalidasi dugaan-dugaan makna dari sebuah teks (Kaplan, 2010:
100)
Pertama adalah aturan holisme hermeneutik, dimana makna teks
diuraikan sebagai satu keseluruhan dengan makna yang lebih besar
daripada makna kalimat-kalimat konstitutifnya.
Aturan validasi kedua adalah menguraikan sebuah teks sebagai
individu. Meskipun sebuah karya menjadi bagian dari genre tertentu, kita
dapat menentukan individualitasnya dengan secara progresif
mengeliminasi konsep-konsep generik untuk menemukan apa yang secara
unik menjadi bagiannya.
17
Ketiga melibatkan perhatian terhadap makna-makna lain yang
mungkin dapat memengaruhi makna teks yang menghadirkan serangkaian
interpretasi yang mungkin.
H. Sumber data dan data
1. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data di bedakan
menjadi dua, yaitu: (1). data primer dan, (2). data sekunder. Data primer
adalah data yang menjadi bahan utama peneliti dengan maksud khusus
untuk menyelesaikan permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang sudah dikumpulkan sebagai
tambahan dalam menyelesikan masalah yang dihadapi sebagai acuan
penelitian. Data yang merupakan data sekunder diperoleh melalui studi
kepustakaaan (Library Research), baik berupa buku, jurnal, dokumen,
majalah, dan makalah, serta data-data yang berasal dari internet.
Sumber data primer dari penelitian ini yaitu Kiri Islam “Antara
Modernisme dan Posmodernisme Telaah Kritis Pemikiran Hassan
Hanafi” karya Kazuo Shimogaki terjemahan M. Imam Aziz & M. Jadul
Maula tahun 1993, Studi Filsafat 1 “Pembacaan Atas Tradisi Islam
Kontemporer Hassan Hanafi” karya Hassan Hanafi tahun 2015, Kiri Islam
Hassan Hanafi “Menggugat Kemapanan Agama dan Politik” karya Abad
Badruzaman tahun 2005, Islamologi 1 “Dari Teologi Statis ke Anarkis”
karya Hassan Hanafi tahun 2004, Dialog Timur dan Barat “Menuju
18
Rekonstruksi Metodologis Pemikiran Politik Arab yang Progresif dan
Egaliter” karya Hassan Hanafi dan Muhammad „Abid Al Jabiri tahun
1990,
Sumber data sekunder dari penelitian ini yakni :Teori-teori
Kebudayaan dari Teori Hingga Aplikasi karya Sulasman dan Setia
Gumilar tahun 2013, Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan ideologi,
epistemologi dan aplikasi karya Suwardi Endraswara tahun 2006, Skripsi
oleh Nur Idam Laksono dengan judul Antroposentrisme dalam pemikiran
Hassan Hanafi. Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah filsafat.UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Jurnal oleh Asmuni M. Thaher Pemikiran Akidah
Humanitarian Hassan Hanafi.UII Yogyakarta, Jurnal Pembaharuan
Pemikiran Islam Transformatif Hassan Hanafi karya Amrullah Ahmad
tahun 1997, Teori Kritis Paul Ricoeur karya David M. Kaplan, tahun
2010, Teori Interpretasi ”Memahami Teks, Penafsiran dan
Metodologinya” karya Paul Ricoeur tahun 2012, Belajar Hermeneutika
“Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies” karya Edi
Mulyono, dkk tahun 2012, Jihad Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Zhilal
karya Muhammad Chirzin tahun 2001, Post Mu’tazilah “Genealogi
Konflik Rasionalisme dan Tradisionalisme Islam “ karya Woodward, dkk
tahun 2002.
19
2. Data
Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh
alam (dalam arti luas), yang harus dicari, dikumpulkan, dan dipilih oleh
peneliti (Subroto, 1992:34). Data dapat berupa wacana-wacana, jurnal-
jurnal, arikel-artikel, dokumen-dokumen, serta buku-buku. Data yang
menjadi bahan penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan
kebudayaan, pemikiran, tradisi, pemikiran Hassan Hanafi.
Data yang dikumpulkan berasal dari penelitian pustaka, yaitu
dengan mencari, menelusuri, memilih data yang relevan dengan topik
bahasan dan menganalisa. Penelitian ini akan mengkaji data tentang Kritik
tradisi yang dicetuskan Hassan Hanafi untuk mewujudkan cita-cita
kebangkitan Islam.
I. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif banyak digunakan oleh peneliti
dalam kajian humaniora (Suwardi, 2006: 81).
Hasil dari penelitian secara kualitatif akan menghasilkan penelitian
yang sifatnya deskriptif, yaitu penelitian ini menggambarkan variabel
masa lalu dan masa sekarang (Taufiq, dkk , 2007 : 87).
Dalam penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah
pemilihan topik, yaitu Kritik tradisi Islam Mesir Pemikiran Hassan Hanafi
(1935-…) Analisis Hermeneutika Paul Ricoeur.
20
Setelah pemilihan topik, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data
sebagai referensi penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian. Pada
teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik penelitian
pustaka (Library Research). Penelitian pustaka dengan menelaah buku-
buku, majalah-majalah, artikel-artikel yang sesuai dengan pembahasan
yakni pemikiran Hassan Hanafi.
Kemudian tahap selanjutnya adalah analisis data. Data yang
dianalisa diperoleh dan dijabarkan berdasarkan rumusan masalah yang
telah dipaparkan.
Tahap selanjutnya adalah tahap pendeskripsian hasil analisis
kedalam bentuk laporan tertulis dengan menambahkan kesimpulan dan
saran mengenai penelitian tersebut.
J. Sistematika Penulisan
Secara umum sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bab. Bab
pertama berupa pendahuluan, kemudian bab kedua yaitu pembahasan, dan
bab ketiga adalah penutup. Ketiga bab tersebut mempunyai sub-sub bab
sendiri yang saling berkaitan
Bab I adalah latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode, sistematika penulisan.
Bab II adalah pembahasan yang berisi biografi Hassan Hanafi.
Biografi ini membahas tentang latar belakang keluarga Hassan Hanafi,
21
masa studi dan karier Hassan Hanafi dan karya-karyanya. Kemudian
pembahasan selanjutnya yaitu membahas menjelaskan bagaimana latar
belakang munculnya pemikiran Hassan Hanafi, yaitu dengan menjelaskan
bagaimana kondisi masyarakat Mesir, kemudian tokoh yang
mempengaruhi Hassan Hanafi. Pembahasan selanjutnya adalah Pemikiran
Kiri Islam Hassan Hanafi yaitu tentang Revitalisasi tradisi klasik Islam,
Olsidentalisme: Menantang Peradaban Barat, Sikap terhadap realitas dunia
Islam. Kemudian pembahasan terakhir adalah tentang kritik tradisi oleh
Hassan Hanafi.
Bab ketiga adalah penutup terdiri dari Kesimpulan, Saran untuk
peneliti dan pembaca.