Hukum meninggalkan shalat

74
1 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

description

 

Transcript of Hukum meninggalkan shalat

Page 1: Hukum meninggalkan shalat

1 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Page 2: Hukum meninggalkan shalat

2 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................... ..... 2

MUQADDIMAH......................................... 3

1. Amal yang Pertama Dihisab adalah Shalat.. 12

2. Orang Yang Shalat Tapi Celaka.................. 13

3. Dalil-Dalil yang Menyebut

Meninggalkan Shalat Berarti Kafir............... 18

a. Dalil Al-Quran tentang Kafirnya

orang yang tidak Melaksanakan Shalat.... 19

b. Dalil Al-Hadits Rasulullah saw

tentang Kafirnya orang

yang tidak Melaksanakan Shalat.............. 23

c. Pendapat para Sahabat tentang

Kafirnya orang yang tidak

Melaksanakan Shalat................................ 29

Pendapat Tabi‟in dan Generasi

Sesudahnya, tentang Kafirnya orang

yang tidak Melaksanakan Shalat.............. 32

4. Dalil Al-Quran Bahwa Orang yang

tidak Melaksanakan Shalat

Bukan Saudara Seagama............................... 34

5. Pendapat Syaikh Utsaimin

Berdasarkan Al-Quran dan

Hadits: Meninggalkan Shalat Berarti Kafir.. 35

6. Pandangan Terhadap Pendapat

Syaikh Utsaimin....................................... 55

Page 3: Hukum meninggalkan shalat

3 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

7. Tafisr Al-Quran Surat Maryam Ayat 59-60... 57

8. Bagaimana dengan Orang Yang

Mengerjakan Shalat Hanya Separuh Waktu?.. 61

9. Tinggalkan Shalat Masuk Neraka Saqar......... 63

10. Barang Siapa yang Tidak Mengerjakan

Shalat Dikumpulkan Bersama Qarun,

Fir‟aun, Haman dan Ubai bin Khalaf.............. 65

11. Orang yang meninggalkan Sahalat Ashar,

maka Amal Baiknya Sia-Sia ................... 67

12. Orang yang Lalai dari Shalat Ashar

seperti Kehilangan Keluarga dan

Harta Bendanya............................................ 67

13. Subuh dan Isya, Adalah Shalat

yang Berat Bagi Orang Munafik................. 68

PENUTUP.................................................. 72 11 1

REFERENSI.............................................. 73

Page 4: Hukum meninggalkan shalat

4 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

MUQADDIMAH

Segala puji hanya kepada Allah Ta‟ala. Yang

telah memberi petunjuk kepada orang-orang yang

dikehendaki-Nya. Andai saja bukan karena petunjuk-

Nya, manusia hidup dalam linangan dosa. Andai saja

bukan karena rahmat dan kasih sayang-Nya orang-

orang mukmin tidak akan masuk surga.

Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak

diibadahi dengan haq kecuali Allah, dan aku bersaksi

bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Dialah Allah, tiada ilah selain Dia. Mengetahui

yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha

Pengasih, Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak ada

ilah selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang

Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan,

Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang

Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan.

Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan,

Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama

Page 5: Hukum meninggalkan shalat

5 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih

kepada-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha

Bijaksana. Segala puji hanya kepada-Nya.

Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad

yang tercinta. Juga kepada keluarganya, para sahabat,

dan para ulama. Semoga kaum muslimin selalu berada

dalam lindungan Allah Ta‟ala.

Sesungguhnya Allah swt berfirman:

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti

yang mengabaikan shalat dan mengikuti

keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,

kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal

salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak

dianiayanya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam,

19: 59-60).

Dengan petunjuk dan rahmat Allah Ta‟ala semata,

hamba menyusun tulisan ini, dengan judul hukum

meninggalkan shalat. Dalilnya adalah Al-Quran dan

Hadits. Semoga orang-orang dapat mengambil

Page 6: Hukum meninggalkan shalat

6 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

pelajaran darinya. Dan hanya kepada Allah Ta‟ala,

hamba memohon pertolongan dan petunjuk-Nya.

Abu Abdillah Fatih Falestin

Jakarta, 1434 H/2013 M.

Page 7: Hukum meninggalkan shalat

7 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

HUKUM MENINGGALKAN SHALAT

Ketahuilah saudaraku, shalat adalah pilar agama.

Jika seseorang meninggalkan shalat, maka akan

celaka. Shalat adalah kebutuhan utama jiwa. Dia tidak

hanya sekedar kewajiban yang disyariatkan kepada

umat Islam. Tapi jauh dari itu, adalah sebagai

penenang jiwa. Seseorang yang hendak menjadikan

jiwanya mutumainnah maka pertama yang harus dia

lakukan adalah mendirikan shalat. Karena Allah swt

berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,

hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d, 13;28).

Ada „kata‟ penegasan dalam ayat itu yakni,

Ingatlah!.. Kata ini mengandung makna agar selalu

diingat, dan berpegang teguh padanya. Bahwa,

“hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram.” Hanya satu-satunya cara agar hati menjadi

menjadi tenang adalah “dengan mengingat Allah”.

Tidak ada cara lain selain cara ini. Jalan lain untuk

Page 8: Hukum meninggalkan shalat

8 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

menjadi hati tenang menjadi gugur. Artinya cara-cara

lain itu, hanyalah tipuan.

Sedangkan cara yang paling utama di samping

keutamaan lainnya, dan diwajibkan untuk mengingat

Allah swt adalah melaksanakan shalat. Allah swt

berfirman:

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Rabb

(yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan

dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS.

Thaahaa, 20: 14).

Maka semakin jelas sudah cara seorang hamba

untuk mengingat Allah swt. Shalat ini adalah inti

ibadah. Semua bacaan dalam gerakan shalat adalah

pujian dan doa, juga bacaan Al-Quraan yang Agung.

Sementara di dalam bacaan Al-Quran ada pujian, doa,

peringatan, hukum-hukum, kisah-kisah kaum

terdahulu, dan banyak pelajaran lagi, yang juga telah

dibahas ulama ribuan tahun lalu, dan masih tetap

dibahas sampai sekarang.

Sesungguhnya jiwa itu datang dari langit. Dari

alam malakut (yang didiami para penghuni langit:

malaikat), kemudian ditiupkan kedalam tubuh

Page 9: Hukum meninggalkan shalat

9 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

manusia yang tercipta dari tanah. Jiwa ini kemudian

hidup di dunia. Maka itu hal yang paling utama untuk

mensucikan jiwa harus bersumber dari langit. Olehnya

Allah swt memanggil Nabi Muhammad saw untuk

menerima kebutuhan jiwa itu. Nabi saw langsung

dituntun Malaikat Jibril naik ke langit. Ke Sidratul

Muntaha. Dari sana Allah swt memerintahkan untuk

mengerjakan shalat lima waktu. Yang pada

hakekatnya shalat itu untuk mensucikan jiwa manusia.

Selalu mengingat Allah swt, agar jiwanya menjadi

tenang. Manusia yang tidak mengerjakan shalat atau

lalai dari shalatnya, maka dia tidak akan sampai pada

derajat jiwa mutumainah.

Jika seseorang itu musyrik dan kafir, maka

langkah awal untuk mencapai jiwa mutumainnah

adalah mengucapkan sahadat. Kemudian mengerjakan

shalat. Adapun orang-orang yang telah lahir dalam

keadaan Islam, maka untuk mencapai derajat jiwa

mutumainnah dimulai dengan shalat. Seseorang yang

mengaku bahwa dia telah mendapat ketenangan selain

dengan mengingat Allah swt yang diwujudkan dengan

shalat, maka dipastikan ketenangan itu berasal dari

tipu-daya syaitan.

Shalat adalah kewajiban. Amalan shalat tidak ada

tawar menawar. Karena shalat adalah pilar agama.

Jika tidak bisa berdiri maka dilaksanakan dengan cara

duduk, jika tidak bisa duduk maka tidur atau

berbaring. Jika dalam pembaringan tubuh tidak bisa

Page 10: Hukum meninggalkan shalat

10 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

lurus, maka laksanakan dengan cara yang lebih mudah

bagimu atau dengan cara engkau sanggupi. Jika dalam

perjalanan, maka dilaksanakan dengan cara qasar atau

jamak. Jika dalam peperangan, maka shalat saat

berperang. Jika lupa menjalankannya maka segera

dilasanakan pada saat mengingat. Jika sengaja

meninggalkannya, maka engkau termasuk orang-

orang yang merugi.

Ada orang-orang yang apabila diperingatkan

untuk bersegara melaksanakan shalat, dia menjawab;

“shalat jangan dipaksakan, harus ikhlas, nanti setelah

hati saya benar-benar ingin baru saya

melaksanakannya.” Dia berargumen dengan kata-kata

ikhlas. Kata dia; “tunggu ikhlas dulu baru

melaksanakan. Jika dipaksakan nanti tidak khusyu.”

Semua argumen atau kata-kata manusia seperti tadi

tertolak. Karena hukum shalat adalah wajib. Jika

wajib, maka harus dilaksanakan secara terpaksa atau

pun sukarela. Allah swt berfirman:

“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa

yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan

sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-

Page 11: Hukum meninggalkan shalat

11 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS.A-

Ra‟d, :15).

Allah swt telah memberikan hukum-hukum shalat

dengan segala kemudahannya melalui apa yang

diajarkan oleh Rasulullah saw; di mana jika tidak bisa

berdiri, maka duduk, tidur, qasar, jamak, dan lainnya,

menunjukan bahwa tidak ada toleransi bagi umat

Islam untuk meninggalkan shalat. Maka itu, tidak bisa

berdalih bahwa tunggu ikhlas baru melakasanakan

shalat. Hati tidak akan mencapai ikhlas jika tidak

diasah untuk ikhlas.

Untuk melatih hati menjadi ikhlas dalam

melaksanakan shalat maka harus dimulai dengan

melaksanakan shalat. Karena keikhlasan hati tidak

datang dengan sendirinya, kecuali atas kehendak

Allah swt. Jika terus beralibi dengan menunggu hati

ikhlas, maka ditakutkan keikhlasan dan keinginan

shalat itu justru tidak pernah datang, dan hati menjadi

keras sebagaimana cadas. Bahkan lebih keras daripada

itu. Maka datanglah kepada Allah swt dengan cara

terpaksa ataupun sukarela; berdirilah dan hadapkan

wajahmu kepada Allah swt; dan bersungkur sujudlah,

maka anda akan merasakan kenikmatan yang Allah

swt berikan kepadamu dalam melaksanakan shalat.

Karena shalat adalah sebaik-baik ibadah. Allah swt

berfirman:

Page 12: Hukum meninggalkan shalat

12 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,

yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar

(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-

Ankabut, 29: 45).

1. Amal yang Pertama Dihisab adalah Shalat

Rasulullah saw bersabda: “Sungguh amal seorang

hamba yang pertamakali dihisab di Hari Kiamat

adalah shalat. Jika shalatnya baik dia akan beruntung

dan selamat; jika shalatnya tidak baik ada akan

celaka dan merugi. Jika shalat fardhu yang

dilaksanakan kurang sempurna, Rabb Azza Wazallah

berfirman; „Lihatlah apakah hamba-Ku ini pernah

melaksanakan shalat sunnah?‟ Lalu Allah

menyempurnakan kekurangan yang ada pada shalat

Page 13: Hukum meninggalkan shalat

13 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

fardu dengan shalat sunah. Demikianlah seluruh

amal, akan dihisab seperti itu.”1

2. Orang Yang Shalat Tapi Celaka

Allah swt berfirman:

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (yaitu)

orang-orang yang menampak-nampakan (riya).” (QS.

Al-Maa‟uun, 107: 4-5).

Ayat: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang

yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari

shalatnya,” Menurut Ibnu Abbas ra dan yang lainnya

berkata, „Yakni orang-orang munafik yang

melaksanakan shalat secara terang-terangan, namun

tidak mau melaksanakan ketika tidak dilihat manusia.2

1 HR. Imam at-Tarmidzi, No.413. [Abu Isa Imam At-Tarmidzi

berkata, hadis ini hasan] 2 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,

hal. 725. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari].

Page 14: Hukum meninggalkan shalat

14 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Imam Ibn Katsir mengatakan, karena itulah Allah

swt berfirman, bahwa kecelakaan itu, “Bagi orang-

orang yang shalat.” Yaitu mereka melaksanakan

shalat dan konstsiten melaksanakannya, kemudian

mereka lalai dari shalatnya. Baik lalai dari

melaksanakannya secara keseluruhan, sebagaimana

yang dikatakan Ibnu Abbas ra, maupun lalai dari

melaksanakannya pada waktu yang sudah ditetapkan

secara syar‟i, sehingga dia melaksanakan shalatnya di

luar waktu yang semestinya secara keseluruhan,

sebagaimana yang dikatakan oleh Masruq dan Abudh

Dhuha.3

Ibnu Katsir berkata: Lalai di sini mencakup 1)

Lalai dengan tidak mengerjakan di awal waktu,

sehingga mereka selalu atau sering menunda-

nundanya sampai akhir waktu. 2) Lalai dengan tidak

melaksanakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya,

menurut cara yang telah ditetapkan.4 3) Lalai dengan

3 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,

hal. 726. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari]. 4 Yaitu tidak shalat sebagaimana Rasulullah saw shalat. Baik

bacaan maupun gerakan. Pembaca jika ingin mencaritahu

apakah shalatnya sesuai dengan shalat Rasulullah saw ataukah

tidak, maka dapat merujuk pada buku-buku sifat shalat

Rasulullah saw seperti yang ditulis Syaikh Al-Bani atau ulama-

ulama Ahlu Sunnah lainnya. Atau bisa langsung merujuk pada

Kitab Sahih Bukhari dan Muslim. Anjuran ini perlu kami

sampaikan, karena shalat yang biasanya kita lakukan diperoleh

melalui kebiasaan orang-tua, sedangkan orang-tua juga

Page 15: Hukum meninggalkan shalat

15 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

tidak menjaga kekhusyu‟an dalam shalat. 4) Lalai

dengan tidak merenungkan5 bacaan-bacaan shalat.

6

Menurut Ibnu Katsir, orang yang memiliki salah

satu sifat dari sifat-sifat lalai tersebut di atas, maka ia

mendapatkan bagian dari ayat tersebut. Dan orang

yang memiliki semua sifat tersebut di atas, maka

sungguh lengkaplah bagiannya dari ayat tersebut dan

sempurnahlah sifat kemunafikannya. Ini sebagaimana

hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa

Rasulullah saw bersabda:

“Demikian itulah shalat orang munafik.

Demikianlah itulah shalat orang munafik. Demikian

itulah shalat orang munafik. Ia duduk7 mengamati

matahari. Sampai pada saat matahari berada di

antara dua tanduk syaitan, maka (barulah) ia bangkit

mengikuti kebiasaan yang dulu, dan semua yang dulu tidak

belajar langsung dari sumbernya, melainkan hanya mendengar

dari orang. Sementara Islam masuk di Indonesia dengan

ajarannya namun belum sempurna. Karena masih dipengaruhi

oleh budaya Indonesia yang sengaja dicampurkan dengan

agama. 5 Tapi justru memikirkan pekerjaannya, kesibukannya, atau

sesuatu yang berkaitan dengan dunianya. 6 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,

hal. 726. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari]. 7 [Yakni belum bangkit melakukan shalat [Sahih Tafsir Ibnu

Katsir].

Page 16: Hukum meninggalkan shalat

16 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

melaksanakan shalat „Ashar lalu mematuk-matuk8

empat rakaat. Ia tidak mengingat Allah dalam

(shalat)nya kecuali sedikit.”9

Sedangkan ayat “(yaitu) orang-orang yang

menampak-nampakan (riya).” Imam Ibnu Katsir

mengatakan, barangkali alasan yang mendorongnya

menunaikan shalat agar dilihat oleh orang lain (riya),

bukan karena mencari ridha Allah swt, sehingga ia

sama saja dengan orang yang tidak shalat secara

keseluruhan.

Allah swt berfirman:

8 [Yakni shalat tergesah-gesah tanpa thumanina (ketenangan),

bagai burung mematuk makanannya]. 9 HR Muslim No.1412. [Di dalam catatan kaki Sahih Tafsir Ibnu

Katsir hadis ini ditulis bernomor 622. Sedangkan di penerbit

Alhamirah yang mengambil dari penerbit Darussalam Riyadh,

bernomor 1412. Sahih Tafisr Ibnu Kastir yang kami gunakan

sebagai referensi adalah terbitan Pustaka Ibnu Katsir Indonesia,

yang menerjemahkan dari Penerbit Darussalam Riyadh].

Page 17: Hukum meninggalkan shalat

17 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu

Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan

apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri

dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan

shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka

menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”(QS. An-Nisaa,

4: 142).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Amr bin

Murrah, ia berkata, “Kami sedang duduk bersama

Abu Ubaidah, mereka menyinggung riya‟. Lalu

seorang laki-laki ber-kun-yah (nama panggilan) Abu

Yazid berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Amr

mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya di

hadapan orang lain, maka Allah akan

memperdengarkan amalnya di hadapan pendengar

(dari kalangan) mahluk-Nya. Dan Dia akan

merendahkan dan menghinakannya.”10

Dari tafsir ayat Al-Quran di atas yang berbunyi

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,” jika

10 Musnad Imam Ahmad (II/212). [Ahmad (6509), sanadnya sahih

di atas syarat asy-Syaikhan. Lihat Musnad Imam Ahmad,

tahqiq Syaikh Syuaib al-Arna‟uth dan kawan-kawan, cetakan

Mus-assasah ar-Risalah, Beirut]. Catatan kaki ini milik Sahih

Tafsir Ibnu Katsir-- Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9, hal.

727-128.

Page 18: Hukum meninggalkan shalat

18 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

dicermati tidak ada ulama tafsir baik dari kalangan

sahabat sampai para ulama sesudah mereka,

menafsirkan kata „lalai dari shalatnya‟ dengan makna

maksudnya, „yaitu meninggalkan shalat.” Justru kata

„lalai‟ di sini dimaknai sebagai; orang yang tetap

mengerjakan shalat, namun lalai dalam waktunya,

rukunnya, khusyunya, dan tidak merenungkan bacaan

shalat. Karena jika seseorang meninggalkan shalat,

maka dia dicap murtad. Alhamdulillah, tema ini telah

dibahas berikut ini:

3. Dalil-Dalil yang Menyebut Meninggalkan

Shalat Berarti Kafir

Perkara besar yang biasanya disepelekan oleh

orang-orang Muslim adalah meninggalkan shalat

secara sengaja, serta menunda-nunda waktunya,

hingga waktunya selesai. Sengaja meninggalkan

shalat tidak dihubungkan kecuali dengan kekufuran,

kekafiran, syirik, dan azabnya adalah neraka. Maka

jangan pernah menganggapnya sebagai perkara yang

mudah. Karena sifat orang-orang mukmin, adalah

memandang rendah amalannya dan memandang besar

dosa-dosanya. Sifat orang-orang mukmin adalah takut

terhadap Allah swt, bahkan ada yang karena

ketakutannya mereka jatuh sakit dan meninggal.

Ketahuilah seseorang meninggalkan shalat secara

sengaja hingga waktunya selesai, sedangkan ia tidak

Page 19: Hukum meninggalkan shalat

19 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

melaksanakannya maka dia benar-benar telah keluar

dari Islam. Banyak ulama yang berpendapat seperti

ini, dengan berlandaskan pada firman dan hadits,

salah satunya Imam Ahmad. Imam Ahmad berkata,

“orang yang meninggalkan shalat adalah kafir dan

keluar dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak

bertaubat dan atau kembali menunaikan shalat.”11

Maka itu perlu kami menyampaikan dalil sahih

yang menyebutkan bahwa meninggalkan shalat adalah

kafir (murtad).

A. Dalil Al-Quran tentang Kafirnya orang yang

tidak Melaksanakan Shalat.

1) Allah swt berfirman:

“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat

dan menunaikan zakat, maka berarti mereka

itu adalah saudara-saudara kalian

seagama.” (QS.At-Taubah, 9:11).

11 Syarah Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi oleh Syaikh Utsaimin,

Hal.53.

Page 20: Hukum meninggalkan shalat

20 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Dalam ayat ini, Allah swt mempersaudarakan

seagama, jika seseorang berbuat kezaliman

kemudian bertaubat, melaksanakan shalat,

dan menunaikan zakat. Ingat Allah berfirman:

“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat

dan menunaikan zakat, maka berarti mereka

itu adalah saudara-saudara kalian

seagama.” Ayat ini sangat jelas maknanya,

tidak perlu membutuhkan penafsiran yang

banyak, serta metode yang rumit untuk

mengerti maknanya. Ayat ini menunjukan

bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan

shalat maka dia bukan saudara seagama. Jika

bukan saudara seagama, maka berarti orang

tersebut kafir. Karena orang-orang kafir

bukan saudara seagama, bukan saudara

seiman. Begitu juga dengan menunaikan

zakat. Ayat ini adalah hujjah yang sangat

kuat, tentang kekafiran orang-orang yang

tidak mau melaksanakan shalat.

Ingat, bahwa ayat ini tidak menggunakan

lafadz „mengakui kewajiban‟ shalat,

melainkan menggunakan lafadz

„melaksanakan‟ shalat. Maka kebalikan

daripada „melaksanakan‟ adalah „tidak

melaksanakan‟. Sedangkan jika seseorang

yang mengingkari shalat, maka mereka lebih

Page 21: Hukum meninggalkan shalat

21 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

kafir lagi, sebagaimana orang-orang kafir

Syiah Alawit12

, dan sebagian sekte-sekte

Syiah yang lain yang mengingkari shalat,

zakat, puasa, dan ajaran Islam lainnya, serta

mencampur-adukan agama dengan hawa

nafsu mereka.

Orang yang meyakini shalat adalah wajib

sedangkan dia tidak mengerjakannya, berarti

juga kafir. Adapun orang yang mengerjakan

shalat namun mengingkarinya sebagai

kewajiban juga kafir. Kesempurnaan iman

dalam shalat adalah, mengakuinya sebagai

kewajiban, serta menjaganya agar tetap

melaksanakannya lima waktu.

2) Allah swt berfirman:

“Kenapa dia dahulu tidak mau membenarkan

(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau

melaksanakan shalat. Tetapi justru dia

mendustakan (Rasul) dan berpaling dari

kebenaran.” (QS.Al-Qiyamah, 75:31-32).

12 Sekte Syiah Alawit tersebar di wilayah Syam, yang meliputi

Suriah, Lebanon, Yordania, sedangkan di Palestina, mereka

tidak ada.

Page 22: Hukum meninggalkan shalat

22 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Imam Ibnu Katsir berkata, firman Allah:

“Kenapa dia dahulu tidak mau membenarkan

(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau

melaksanakan shalat. Tetapi justru dia

mendustakan (Rasul) dan berpaling dari

kebenaran.” Ini adalah kabar tentang orang

kafir yang dahulu di dunia mendustai

kebenaran dengan hatinya dan berpaling dari

beramal saleh dengan anggota badannya.

Maka itu tidak ada kebaikan baginya, baik

secara lahir maupun bathin.13

Ada poin penting yang perlu disimak di sini,

yaitu Allah swt menyebutkan secara

berurutan, kalimat, “tidak mau membenarkan

(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau

melaksanakan shalat.” Ketahuilah orang-

orang yang jelas tidak membenarkan Al-

Quran dan Rasul adalah orang-orang kafir.

Sudah tentu orang-orang ini tidak mau

melaksanakan semua perintah dan larangan

Allah yang terdapat di dalam Kitabullah, dan

As-Sunnah, termasuk tidak akan

melaksanakan shalat. Maka jika sekiranya

ayat itu Allah cukupkan hanya pada kalimat,

“tidak mau membenarkan (Al-Quran dan

Rasul)” adalah sesuatu yang cukup, karena

13 Sahih Tafir Ibnu Katsir, QS.Al-Qiyamah, 75:31-32. Jilid, 9. Hal.

393.

Page 23: Hukum meninggalkan shalat

23 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

itu sudah termaktub di dalamnya orang-orang

kafir yang tidak mau melaksanakan shalat.

Namun tidak demikian bagi Allah, melainkan

Allah swt menambahkan firman-nya, “dan

tidak mau melaksanakan shalat” menunjukan

bahwa ayat ini selain ditujukan kepada orang-

orang kafir, lebih khusus ditujukan kepada

umat Islam yang tidak mau melaksanakan

shalat. Kata yang digunakan di sini adalah

kata „melaksanakan shalat‟, bukan kata

„mengingkari shalat‟. Padahal orang-orang

kafir itu sampai pada tahap mengingkari.

Sedangkan kebanyakan muslim, dia tidak

mengingkari namun tidak mau melaksana

shalat.

Maka kepada setiap umat Islam agar

merenungkan ayat di atas, sebab ayat tersebut

Allah swt menggabungkan orang-orang yang

tidak mau melaksanakan shalat, dengan

orang-orang yang tidak mau membenarkan

Al-Quran dan Rasul. Wallahu‟alam.—kita

mohon petunjuk dan rahmat dari Allah Yang

Maha Agung.

B. Dalil Al-Hadits Rasulullah saw tentang

Kafirnya orang yang tidak Melaksanakan

Shalat.

1) Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya

yang menghubungkan seseorang dengan

Page 24: Hukum meninggalkan shalat

24 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

kemusyirikan serta kekafiran adalah

meninggalkan shalat.”14

Hadits ini menunjukan dalil yang kuat bahwa

seseorang yang meninggalkan shalat dengan

sengaja, maka dia terhubung. Sedangkan

seseorang yang terhubung, maka dia secara

zahir telah terjerumus dalam kelompok yang

dimaksud. Maka itu berhati-hatilah, dan

jangan pernah meninggalkan shalat secara

sengaja. Jika pernah melakukan, maka mulai

sekarang bertobatlah dan segera

melaksanakan shalat.

Dalam hadits ini, kata kufur yang digunakan

oleh Rasulullah saw adalah Al-Kufur. Ada

huruf alif dan lam di depan kata kufur, yang

menunjukan bahwa kafir yang dimaksudkan

adalah sebenar-benar kafir yakni, keluar dari

Islam atau murtad.

2) Rasulullah saw bersabda: “Satu hal yang

menjadi pembeda antara seorang muslim dan

kekafiran adalah meninggalkan shalat.”15

Lafadz hadits ini sebagai penegas untuk hadits

sebelumnya yang diriwayatkan Imam Muslim.

Seseorang yang meninggalkan shalat, tidak

ada bedanya dengan orang-orang kafir. Kata

kufur yang digunakan dalam hadits ini juga

14 HR. Imam Muslim, No.246. 15 HR. Abu Dawud, No.4678. Hadis Sahih.

Page 25: Hukum meninggalkan shalat

25 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

adalah al-Kufur. Ada huruf alif dan lam di

depan kata kufur, yang menunjukan bahwa

kekafiran yang dimaksudkan adalah keluar

dari Islam. Syaikh Muhammad bin Salih

Utsaimin rahimahullah, juga menggunakan

hadits ini dan hadits Imam Muslim

sebelumnya sebagai dalil bahwa orang yang

meninggalkan shalat adalah kafir. Insya Allah,

kami akan sampaikan pendapat Syaikh

Utsaminin.

3) Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang

tidak memelihara shalat, maka ia tidak akan

bercahaya, tidak mempunyai hujjah (alasan)

dan tidak akan diselamatkan. Di hari kiamat

kelak ia akan dikumpulkan bersama Qarun,

Fir‟aun, Haman dan Ubai bin Khalaf.”16

Imam Adz-Dzahabi berkata, hadits tersebut

menjelaskan bahwa orang yang meninggalkan

shalat akan dicap orang kafir.17

Kami kira, perkataan Imam Adz-Dzahabi itu

karena, Qarun, Fir‟aun, Haman dan Ubay bin

Khalaf, adalah orang-orang kafir yang

dilaknat oleh Allah swt. Allah swt telah

16 HR. Imam Ahmad, Juz 2. Hal. 169 dan HR. Ad-Darimin, Juz 2.

Hal. 301. [Hadis Sahih; Hadis ini kami kutib dari Kitab Al-

Kabair Imam Adz-Dzahabi, Hal.52, pembahasan peninggalkan

shalat]. 17 Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal. 52. Pembahasan

Meninggalkan Shalat.

Page 26: Hukum meninggalkan shalat

26 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

memastikan dalam Al-Quran yang suci bahwa

mereka adalah penduduk Neraka, kekal di

dalamnya. Maka jika seseorang dikumpulkan

dengan mereka di Hari Kiamat, menunjukan

orang tersebut merupakan bagian dari mereka,

yakni orang yang dicap sebagai kafir.

Imam Adz-Dzahabi juga berkata, orang yang

mengakhiri shalat dari waktunya (dengan

sengaja-pen) tergolong pelaku dosa besar.

Sedangkan yang meninggalkannya, (satu kali

shalat) sama dengan orang yang berbuat zina

dan tindak kriminal pencurian. Meninggalkan

seluruh shalat (yang lima waktu) secara total

termasuk dosa besar. Apabila hal tersebut

dilakukan berulang kali, maka pelakunya

dianggap telah melakukan dosa-dosa besar,

kecuali jika orang tersebut bertaubat.

Kemudian jika terus-menerus melakukannya,

maka ia termasuk orang-orang yang merugi,

celaka, dan berdosa.18

18 Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.52-53. Pembahasan

Meninggalkan Shalat. [Di sini Imam Adz-Dzahabi tidak secara

gamblang mencap kafir, hanya menyampaikan akibat dari

meninggalkan shalat. Adapun hadis sebelumnya, Imam Adz-

Dzahabi memberikan pendapat, hadis tersebut menjelaskan

bahwa orang yang meninggalkan shalat akan dicap orang kafir.

Kedua pendapat Adz-Dzahabi dianggap tidak bertentangan, dan

keduanya benar. Insya Alla].

Page 27: Hukum meninggalkan shalat

27 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

4) Rasulullah saw bersabda, “Perjanjian antara

kami dan mereka (orang-orang kafir) adalah

shalat. Oleh karena itu, siapa yang

meninggalkan shalat maka sesungguhnya dia

telah kafir.”19

Hadits ini berlaku hingga akhir zaman. Insya

Allah haditsnya akan dijelaskan lebih lanjut

dengan menukil ulang perkataan Syaikh

Utsaimin rahumahullah.

5) Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata,

“Dahulu para sahabat Nabi Muhammad saw

memandang bahwa tidak ada suatu amal yang

jika ditinggalkan menyebabkan kekufuran

selain (meninggalkan) shalat.”20

6) Imam Muslim meriwayatkan bahwa

Rasulullah saw bersabda, “Kelak, akan

muncul para pemimpin. Kalian akan

mendapati sebagian perbuatan mereka baik

dan sebagian yang lain buruk, sehingga

kalian mengingkarinya. Siapa yang

memahami (kemungkaran itu, lalu dia

mengingkari secara terus terang), berarti dia

telah berlepas diri (dari kemunafikan). Siapa

19 HR. Imam at-Tarmidzi, No.2621. [Abu Isa Imam at-Tarmidzi

berkata, hadis ini hasan sahih gharib]. Hadis ini juga

diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Hibban]. 20 HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-

Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]

Page 28: Hukum meninggalkan shalat

28 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

yang mengingkari (dengan hatinya), berarti

dia telah selamat (dari siksaan). Akan tetapi

siapa yang rela dengan kemungkaran itu,

bahkan mengikutinya, (berarti dia tidak

berlepas diri dari kemunafikan dan siksaan).”

Para sahabat bertanya, “Bolehkah kami

memerangi para pemimpin itu?” beliau saw

menjawab, “Jangan, selama mereka masih

mengerjakan shalat.”21

Dalam hadits ini Rasulullah saw menjadikan

shalat sebagai penghalang untuk membunuh.

Rasulullah saw tidak menjadikan kalimat

Syahadat sebagai alasan menolak

memeranginya. Karena memang benar

demikian adanya. Seseorang yang

mengucapkan Syahadat maka pada saat dia

mengucapkan, darahnya menjadi haram.

Adapun jika dia setelah mengucapkan

syahadat namun tidak mengerjakan shalat,

maka persoalannya menjadi lain, juga tidak

mau membayar zakat (jika memenuhi syarat).

Jadi jika dilihat dari lafadz hadits, maka

apabila para pemimpin yang „berwajah dua‟

itu tidak mengerjakan shalat, boleh diperangi.

Karena pada saat itu lah, dia dicap sebagai

kafir. Darahnya halal. Karena seorang muslim

tidak boleh mengangkat senjata kepada

21 HR. Imam Muslim, No.4800, 4801, 4802, 4803, 4804.

Page 29: Hukum meninggalkan shalat

29 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

muslim lain. Ini adalah hadits yang kuat,

mengenai kekafiran seseorang yang tidak

mengerjakan shalat.

7) Dari Abu Said al-Khudri, ia berkata, “Ada

seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah,

bertakwalah kepada Allah?‟ kemudian orang

itu berpaling pergi, lantas Khalid bin Al-

Walid berkata, „Wahai Rasulullah bolehkah

aku memenggal lehernya?‟ beliau saw

berkata, „Jangan! Bisa jadi dia orang yang

masih mengerjakan shalat.”22

Dalam hadits ini juga Rasulullah saw tidak

mmenjadikan kalimat Syahadat sebagai alasan

untuk membunuh lelaki tersebut, melainkan

melaksanakan shalat. Ingat kalimat yang

digunakan Rasulullah adalah „melaksanakan

shalat‟, bukan kalimat „mengakui kewajiban

shalat‟. Sebab orang kafir juga bisa mengakui

bahwa shalat itu wajib bagi umat Islam, tapi

mereka tetap saja kafir. Di sinilah dalilnya

bahwa orang yang meninggalkan shalat bisa

dihunuskan pedang padanya, menunjukan

bahwa orang tersebut telah keluar dari Islam.

C. Pendapat para Sahabat tentang Kafirnya orang

yang tidak Melaksanakan Shalat.

22 HR. Imam Al-Bukhari, No.4351, dan HR. Muslim, No.2451,

2452.

Page 30: Hukum meninggalkan shalat

30 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Berikut kami sampaikan pendapat para sahabat

dan generasi sesudahnya, tentang orang yang

meninggalkan shalat secara sengaja berarti kafir.

1) Pendapat Umar bin Khattab ra. Abdullah bin

Abbas ra berkata; „Ketika kami menemui

Umar di rumahnya, beliau telah sekarat, dan

terus dalam keadaan demikian sampai pucat

pasi, kemudian ia (Umar) menengadah lalu

bertanya: „Apakah orang-orang telah shalat?‟

Kami menjawab: „Ya.‟ Maka Umar berkata:

„Tidak ada Islam bagi orang yang

meninggalkan shalat.”—Dan di dalam

susunan kalimat yang lain: “Tidak ada bagian

dalam Islam bagi orang yang meninggalkan

shalat.‟—Lalu Umar meminta bejana yang

ada air wudhu, kemudian dia berwudhu dan

shalat.”23

Ibnu Zanjawaih24

berkata, “Ini terjadi di

hadapan para sahabat dan mereka tidak

mengingkari atas apa yang dilakukan oleh

Umar.25

2) Abu Hurairah ra, ia berkata, “Dahulu para

sahabat Rasulullah saw tidak mencap kafir

23 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.545. 24 Adalah ulama perawi hadis yang meriwayatkan kisah ini,

dengan sanad yang baik tersambung sampai pada Ibnu Abbas. 25 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.545.

Page 31: Hukum meninggalkan shalat

31 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

(kepada seseorang) apabila meninggalkan

sebuah ibadah, kecuali shalat.”26

3) Abdullah bin Mas‟ud ra, berkata

“Meninggalkan shalat adalah kekafiran.”27

4) Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata,

“Dahulu para sahabat Nabi Muhammad saw

memandang bahwa tidak ada suatu amal yang

jika ditinggalkan menyebabkan kekufuran

selain (meninggalkan) shalat.”28

Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya tentang

Shalat, bahwa Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isbili

rahimahullah berkata di dalam kitabnya tentang

shalat: “Sejumlah sahabat radhiallahuanhum, dan

orang-orang setelah mereka memandang kafir

orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja,

karena melalaikannya sampai habis seluruh

waktunya. Di antaranya adalah Umar bin

Khatthab, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Mas‟ud,

Abdullah bin Abbas, Jabir dan Abu Darda,

26 HR. Al-Hakim juz 1 hal 7. [Hadis ini bukan berarti meniadakan

orang yang tidak mau membayar zakat. Sebab orang yang tidak

mau membayar zakat juga kafir, atau keluar dari Islam. Jadi

tidak mau shalat dan tidak mau membayar zakat berarti kafir. 27 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS.Maryam:59-60, Jilid 5. Hal.666. 28 HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-

Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]

Page 32: Hukum meninggalkan shalat

32 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

demikian pula diriwayatkan dari Ali bin Abu

Thalib karamallahu wajha.29

Para sahabat yang namanya disebutkan di atas,

adalah perkataan mereka yang telah diriwayatkan

dari zaman ke zaman, namun bukan berarti

sahabat yang lain berbeda pendapat dengan

mereka dalam masalah shalat. Justru riwayat

dengan sanad yang baik telah menyebutkan bahwa

tidak ada pertentangan para sahabat yang

memandang kafir orang yang tidak melaksanakan

shalat, di mana pandangan ini telah menjadi ijma

mereka, karena memang begitulah pendapat Al-

Quran dan As-Sunnah.

D. Pendapat Tabi’in dan Generasi Sesudahnya,

tentang Kafirnya orang yang tidak

Melaksanakan Shalat.

1) Muhammad bin Nadhar berkata: “Muhammad

bin Yahya telah menyampaikan hadits kepada

kami, Abu Nu‟man telah menyampaikan

hadits kepada kami, Hammad bin Zaid telah

menyampaikan hadits kepada kami, dari

Ayyub as-Sikhtiany, dia berkata :

„Meninggalkan shalat adalah kufur, tidak ada

perbedaan pendapat di dalamnya.30

29 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.546. 30 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.564.

Page 33: Hukum meninggalkan shalat

33 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

2) Ibnu Mubarak berkata, “Barangsiapa yang

menunda shalat sampai habis waktunya

dengan sengaja tanpa udzur, maka sungguh

dia telah kafir.”31

3) Ibnu Mubarak berkata: “Barangsiapa yang

mengatakan „aku tidak akan melakukan shalat

wajib hari ini,‟ maka orang tersebut lebih kafir

dari Himar.”32

4) Yahya bin Ma‟in berkata, “Pernah ditanyakan

kepada Abdullah bin Mubarak:

„Sesungguhnya mereka berpendapat bahwa

orang yang tidak berpuasa dan tidak shalat

setelah ikrar keimanannya, maka dia adalah

seorang mukmin yang sempurna imannya.‟

Maka Abdullah bin Mubarak berkata: „Kami

tidak akan berpendapat seperti pendapat

mereka, barangsiapa yang meninggalkan

shalat dengan sengaja tanpa terdapat halangan

sampai masuk satu waktu shalat ke dalam

shalat yang lain, maka orang itu kafir.”33

5) Ahmad bin Yasar berkata: “Aku pernah

mendengar Shadaqah bin Al-Fadhl (dia

ditanya tentang orang yang meninggalkan

shalat) dia menjawab: “Kafir”. Maka

sipenanya kembali bertanya kepada dia:

31 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565. 32 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565. 33 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.

Page 34: Hukum meninggalkan shalat

34 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

„Apakah istri orang itu menjadi thalaq ba‟in

darinya?‟ Maka Shadaqah menjawab „Di

manakah kufur dan thalaq? Adakah seorang

suami yang menjadi kafir kemudian istrinya

tidak minta thalaq darinya?!”34

6) Al-Qasim bin al-Mukhaimirah,

“Meninggalkan shalat adalah kekafiran.”35

7) Imam Ahmad, berkata, “Orang yang

meninggalkan shalat adalah kafir dan keluar

dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak

bertaubat dan atau kembali menunaikan

shalat.”36

Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya tentang

Shalat, bahwa Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isbili

rahimahullah berkata di dalam kitabnya tentang

shalat, dari kalangan generasi para sahabat yang

memandang kafir orang yang meninggalkan shalat

secara sengaja sampai habis seluruh waktunya,

adalah Abdullah bin Al-Mubarak, Ahmad bin

Hambal, Ishaq bin Rahwaih, Ibrahim bin An-

Nukha‟i, Al-Hakam bin Uyaynah, Ayyub As-

Sikhtiany, Abu Dawud At-Thayalisy, Abu Bakar

34 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565. 35 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS.Maryam :59-60, Jilid 5. Hal.666 36 Syarah Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi oleh Syaikh Utsaimin,

Hal.53.

Page 35: Hukum meninggalkan shalat

35 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

bin Abu Syaibah, dan Abu Khaitsamah Zuhair bin

Harb.37

14. Dalil Bahwa Orang yang tidak Melaksanakan

Shalat Bukan Saudara Seagama

Allah swt berfirman:

“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat dan

menunaikan zakat, maka berarti mereka itu adalah

saudara-saudara kalian seagama.” (QS.At-Taubah,

9:11).

Penjelasan singkat tentang ayat ini telah

dijelaskan sebelumnya. Adapun penjelasan tambahan

yang mendalam, maka ikutilah ulasan Syaikh

Utsaimin berikut ini;

15. Pendapat Syaikh Utsaimin Berdasarkan Al-

Quran dan Hadits: Meninggalkan Shalat

Berarti Kafir38

37 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.546.

Page 36: Hukum meninggalkan shalat

36 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Syaikh Muhammad bin Salih Utsaimin

rahimahullah berkata, sesungguhnya masalah ini

(yakni masalah meninggalkan shalat) termasuk di

antara permasalahan yang besar dan banyak

diperselisihkan oleh para ahli ilmu (ulama), baik dari

kalangan salaf (generasi terdahulu) maupun khalaf

(generasi kemudian). Imam Ahmad berkata, “Orang

yang meninggalkan shalat adalah kafir dan keluar

dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak bertaubat

dan atau kembali menunaikan shalat.” Sedangkan

Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Asy-

Syafi‟i menyatakan bahwa orang yang meninggalkan

shalat dicap orang fasik, tidak termasuk orang kafir.

Akan tetapi para ulama berbeda pendapat. Imam

Malik dan Imam Asy-Syafi‟i mengatakan bahwa

orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh

sebagai bentuk hukumannya. Sedangkan Imam Abu

38 Pendapat Syaikh Utsaminin kami kutib dari, Syarah Kitab Al-

Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.57-63. Pembahasan

Meninggalkan Shalat. Juga kami kutib dari Kitabnya tentang

hukum meninggalkan shalat, yang diterjemahkan Muhammad

Yusuf Harun, dengan editor, Muh. Mu‟inudinillah Basri,

Bakrun Syafi'i Yahya, Muhammadun Abd. Hamid, Fir'adi

Nasruddin. [Kitab Syaikh Utsaimin tentang hukum

meninggalkan shalat yang diterjemahkan Muhammad Yusuf

Harun, bisa didapatkan soft copynya di internet dengan bebas,

dan telah kami cocokan dengan edisi cetaknya yang diterbitkan

penerbit-penerbit di Indonesia. Semoga Allah swt merahmati

saudaraku Muhammad Yusuf Harun dan kawan-kawan, dan

kami semuanya. Amin].

Page 37: Hukum meninggalkan shalat

37 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Hanifah berpendapat hanya harus dihukum dan tidak

sampai dibunuh.

Jika masalah ini termasuk masalah-masalah yang

diperdebatkan, maka masalah ini harus dikembalikan

kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya saw,

sebagaimana perintah Allah Ta‟ala di dalam firman-

Nya:

“Dan apa yang kamu perselisihkan padanya tentang

sesuatu, keputusannya (terserah) kepada Allah.” (QS.

Asy-Syura, 42 :10).

Allah Ta‟ala berfirman:

“Kemudian jika kamu berebda pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu,

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.

An-Nisa, :59).

Dikarenakan masing-masing para ulama yang

berbeda pendapat, pendapatnya tidak bisa dijadikan

Page 38: Hukum meninggalkan shalat

38 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

alasan terhadap yang lainnya. Sedangkan masing-

masing dari mereka tidak lebih utama untuk diterima

pendapatnya dari pendapat yang lainnya. Maka

masalah ini wajib dikembalikan kepada Kitabullah

dan Sunnah Rasul-Nya.

Jika kita menyandarkan perselisihan ini kepada

Al-Quran dan As-Sunnah, niscaya kita akan

mendapati bahwa Al-Quran dan As-Sunnah

menjelaskan kekufuran orang yang meninggalkan

shalat dengan kufur besar yang mengeluarkan

pelakunya dari Islam (pelakunya dianggap murtad).

Allah Ta‟ala berfirman:

“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat dan

menunaikan zakat, maka berarti mereka itu adalah

saudara-saudara kalian seagama.” (QS.At-Taubah,

9:11).

Allah Ta‟ala berfirman:

Page 39: Hukum meninggalkan shalat

39 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti

yang mengabaikan shalat dan mengikuti

keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,

kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal

salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak

dianiayanya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam,

19: 59-60).

Sisi pendalilan dari ayat kedua (QS. Maryam, 19:

59-60), bahwa Allah berfirman mengenai orang-orang

yang menyia-nyiakan shalat, dan orang-orang yang

mengikuti syahwat dengan firman-Nya, “Kecuali

orang-orang yang bertaubat dan beriman.” Maka

ayat ini menunjukan bahwa mereka pada saat menyia-

nyiakan shalat dan mengikuti syahwat tidak termasuk

orang-orang beriman.

Sedangkan sisi pendalilan pada ayat yang pertama

(QS.At-Taubah, 9:11), yaitu ketika Allah

mensyaratkan adanya persaudaraan antara kita dengan

orang-orang musyrik dengan tiga syarat. Yaitu

bertaubat dari kesyirikan, menegakkan shalat, dan

Page 40: Hukum meninggalkan shalat

40 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

menunaikan zakat. Jika mereka telah bertaubat dari

kesyirikan, tetapi tidak menegakan shalat dan tidak

menunaikan zakat, maka mereka semua bukan

saudara kita. Demikian meskipun telah mendirikan

shalat, tetapi tidak menunaikan zakat, maka mereka

semua bukan saudara kita. Persaudaraan dalam agama

(seagama Islam) tidak akan hilang, kecuali pada saat

seseorang telah murtad dari agamanya. Selain itu,

persaudaraan di dalam agama tidak akan hilang

dengan sebab kefasikan dan kekufuran yang masih

dianggap wajar.

Cobalah anda perhatikan firman Allah

subhaanahu wa ta‟aala dalam ayat qishash karena

membunuh :

“Maka barang siapa yang diberi maaf oleh

saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti

dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi

maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf

dengan cara yang baik (pula)”. (QS. Al Baqarah, 2:

178).

Dalam ayat ini, Allah Ta‟ala menjadikan orang

yang membunuh dengan sengaja sebagai saudara

Page 41: Hukum meninggalkan shalat

41 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

orang yang dibunuhnya, padahal pidana membunuh

dengan sengaja termasuk dosa besar yang sangat berat

hukumannya, Karena Allah Ta‟ala berfirman:

“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu‟min

dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka

jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka

kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab

yang besar baginya”. (QS. An Nisa, 4: 93).

Kemudian cobalah anda perhatikan firman Allah

Ta‟ala, tentang dua golongan dari kaum mukmin yang

berperang:

Page 42: Hukum meninggalkan shalat

42 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

“Dan jika ada dua golongan dari orang orang

mu‟min berperang, maka damaikanlah antara

keduanya, jika salah satu dari dua golongan itu

berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka

perangilah golongan yang berbuat aniaya itu

sehingga golongan itu kembali (kepada perintah

Allah), maka damaikanlah antara keduannya dengan

adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah

menyukai orang orang yang berbuat adil,

sesungguhnya orang orang mu‟min adalah

bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua

saudaramu…”.(QS. Al Hujurat, 49: 9-10).

Di sini Allah Ta‟ala menetapkan persaudaraan

antara pihak pendamai dan kedua pihak yang

berperang, padahal memerangi orang mukmin

termasuk kekafiran, sebagaimana disebutkan dalam

hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

dan periwayat yang lain, dari Ibnu Mas‟ud

radhiallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu

„alaihi wasallam bersabda :

“Mencela seorang Muslim adalah kefasikan, dan

memeranginya adalah kekufuran.”

Namun kekafiran ini tidak menyebabkan keluar

dari Islam, sebab andaikata menyebabkan keluar dari

islam maka tidak akan dinyatakan sebagai saudara

seiman. Sedangkan ayat suci tadi telah menunjukkan

Page 43: Hukum meninggalkan shalat

43 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

bahwa kedua belah pihak sekalipun berperang mereka

masih saudara seiman.

Dengan demikian jelaslah bahwa meninggalkan

shalat adalah kekafiran yang menyebabkan keluar dari

Islam, sebab jika hanya merupakan kefasikan saja atau

kekafiran yang sederhana tingkatannya (yang tidak

menyebabkan keluar dari Islam) maka persaudaraan

seagama tidak dinyatakan hilang karenanya,

sebagaimana tidak dinyatakan hilang karena

membunuh dan memerangi orang mukmin.

Syaikh Muhammad bin Salih Utsaimin

rahimahullah berkata, dalil-dalil dari Sunnah

Rasulullah saw tentang kafirnya orang yang

meninggalkan shalat, di antaranya adalah sabda Nabi

saw:

“Sesungguhnya yang menghubungkan seseorang

dengan kemusyirikan serta kekafiran adalah

meninggalkan shalat.”39

Dari Buraidah bin Al-Hushaib ra, ia berkata, “Aku

pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang-orang

kafir) adalah shalat. Oleh karena itu, siapa yang

39 HR. Imam Muslim, No.246.

Page 44: Hukum meninggalkan shalat

44 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

meninggalkan shalat maka sesungguhnya dia telah

kafir.”40

Sedangkan yang dimaksud dengan kata kafir di

dalam hadits ini adalah kekafiran yang bisa

mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Karena

Nabi saw menjadikan shalat sebagai pemisah antara

orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir.

Sudah diketahui bersama bahwa orang-orang kafir

bukan merupakan orang-orang muslim. Oleh karena

itu, barangsiapa yang tidak mau melaksanakan

perjanjian ini, maka ia akan termasuk golongan orang-

orang kafir.

Di dalam kitab Sahih Muslim dari Ummu Salamah

radhiyallahuanha, bahwa Nabi saw bersabda:

“Kelak, akan muncul para pemimpin. Kalian akan

mendapati sebagian perbuatan mereka baik dan

sebagian yang lain buruk, sehingga kalian

mengingkarinya. Siapa yang memahami

(kemungkaran itu, lalu dia mengingkari secara terus

terang), berarti dia telah berlepas diri (dari

kemunafikan). Siapa yang mengingkari (dengan

hatinya), berarti dia telah selamat (dari siksaan).

Akan tetapi siapa yang rela dengan kemungkaran itu,

bahkan mengikutinya, (berarti dia tidak berlepas diri

40 HR. Imam at-Tarmidzi, No.2621. [Abu Isa Imam at-Tarmidzi

berkata, hadis ini hasan sahih gharib]. Hadis ini juga

diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Hibban].

Page 45: Hukum meninggalkan shalat

45 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

dari kemunafikan dan siksaan).” Para sahabat

bertanya, “Bolehkah kami memerangi para pemimpin

itu?” beliau saw menjawab, “Jangan, selama mereka

masih mengerjakan shalat.”41

Kemudian di dalam kitab Sahih Muslim tercantum

sebuah hadits dari Auf bin Malik ra, bahwa Nabi saw

bersabda:

“Sebaik-baik pemimpin adalah para pemimpin yang

kalian cintai dan juga mencintai kalian; para

pemimpin yang kalian doakan dan mendoakan kalian.

Sebaliknya, seburuk-buruk pemimpin adalah para

pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian;

para pemimpin yang kalian kutuk dan mengutuk

kalian.” Beliau ditanya, „Wahai Rasulullah, tidakkah

sebaiknya kita melawan mereka dengan pedang

(memerangi mereka)?‟ Maka beliau menjawab,

“Tidak, selama mereka masih menegakkan shalat di

tengah-tengah kalian.”42

Syaikh Utsaimin melanjutkan, maka di dalam

kedua hadits di atas terdapat dalil dibolehkannya

melawan dan memerangi penguasa dengan pedang

apabila mereka tidak menegakkan shalat. Akan tetapi,

tidak diperbolehkan menentang atau memerangi

penguasa, kecuali apabila mereka melakukan

41 HR. Imam Muslim, No.4800, 4801, 4802, 4803, 4804. 42 HR. Imam Muslim, No.4804.

Page 46: Hukum meninggalkan shalat

46 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

kekafiran terang-terangan. Sehingga hal ini menjadi

bukti bagi kita di hadapan Allah Ta‟ala. Sebagaimana

hadits dari Ubadah bin Shamit, bahwa:

“Rasulullah saw memanggil kami kemudian kami

berjanji setia (bai‟at) di hadapan beliau. Adapun di

antara isi bai‟at yang beliau wajibkan kepada kami

bahwa kami harus mau mendengar dan taat. Dengan

senang hati maupun terpaksa, dalam suka maupun

duka, dalam keadaan mudah maupun susah. Kami

diperintahkan agar tidak menentang para penguasa.”

Beliau bersabda, “Kecuali jika engkau melihat

kekafiran yang nyata. Maka hal tersebut menjadi

alasan di hadapan Allah.”

Maka atas dasar inilah bahwa perbuatan mereka

yang bisa meninggalkan shalat yang kemudian

dikaitkan oleh Rasulullah saw dengan harus

melakukan perlawanan dengan pedang (perang)

karena merupakan kekafiran yang nyata yang menjadi

bukti di hadapan Allah Ta‟ala kelak.

Tidak ada di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah

yang menyatakan bahwa perbuatan meninggalkan

shalat adalah bukan kekafiran atau pelakunya masih

tergolong mukmin. Tujuan dari semua keterangan di

atas menunjukan akan keutamaan tauhid yaitu

mengucapkan dua kalimat syahadat. Yaitu pernyataan

tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah

dan Muhammad adalah utusan-Nya. Sedangkan akibat

Page 47: Hukum meninggalkan shalat

47 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

dari semua ini mungkin dalam bentuk keterikatan

dengan keterangan yang ada di dalam keterangan itu

sendiri yang berisi larangan meninggalkan shalat, dan

bisa juga dalam kondisi tertentu seorang muslim

dimaafkan untuk meninggalkan shalat adalah kufur.

Karena dalil-dalil yang menyatakan bahwa orang

yang meninggalkan shalat hukumnya kafir adalah

dalil yang bersifat khusus, dan dalil khusus lebih

didahulukan daripada dalil-dalil yang bersifat umum.

Jika ada pertanyaan, “Bukankah dalil-dalil yang

menunjukan akan kafirnya orang yang meninggalkan

shalat bisa diarahkan kepada orang yang

meninggalkannya karena mengingkari akan

kewajibannya?”

Maka kita jawab, “Hal tersebut tidak bisa

dilakukan.” Sebab dalam hal ini ada dua perkara yang

perlu diperhatikan.

Pertama; Menolak penggambaran yang

diungkapkan oleh Allah (pembuat Syariat) yang

kemudian mengaitkan hukumnya dengan hal tersebut.

Sebab Allah mengaitkan hukum akan kafirnya orang

yang meninggalkan shalat bukan karena adanya

pengingkaran. Kemudian menegaskan persaudaraan

seagama adalah karena berdasarkan ditegakkannya

shalat bukan berdasarkan ikrar akan kewajibannya,

sehingga Allah Ta‟ala tidak mengatakannya, “Jika

bertaubat dan mengikrarkan akan kewajibannya..”

Page 48: Hukum meninggalkan shalat

48 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Demikian pula Rasulullah saw tidak mengatakan,

“Pembatas antara seseorang dengan kesyirikan dan

kekafiran adalah pengingkaran akan wajibnya

shalat.” Atau, “Perjanjian antara kami dengan

mereka (orang-orang kafir) adalah pengakuan akan

wajibnya shalat. Maka barangsiapa yang

mengingkari akan kewajibannya sesungguhnya ia

telah kafir.”

Apabila hal seperti ini benar yang dimaksudkan

oleh Allah Ta‟ala dan Rasul-Nya, maka hal ini

merupakan penyimpangan. Karena bertentangan

dengan penjelasan yang dijelaskan oleh Al-Quran.

Allah Ta‟ala berfirman:

“Dan Kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu

untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS. An-Nahl,

16:89).

Allah Ta‟ala berfirman berdialog dengan Nabi-Nya,

Muhammad saw:

“Dan Kami turunkan Al-Quran kepadamu agar

engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah

diturunkan kepada mereka.” (QS. An-Nahl, 16:44).

Page 49: Hukum meninggalkan shalat

49 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Kedua; Mengambil suatu objek yang tidak

dijadikan oleh Allah (pembuat Syariat) sebagai tempat

bergantungnya suatu hukum dikarenakan

pengingkaran akan wajibnya shalat lima waktu, yang

menjadikan kafir orang yang tidak memiliki alasan

misalnya disebabkan ketidaktahuannya tentang shalat.

Sama saja, apakah ia mengerjakan shalat maupun

tidak. Seandainya ada orang yang melakukan shalat

lima waktu dan melaksanakan semua yang

ditetapkannya seperti syariat-syariatnya, rukun-

rukunnya, kewajiban-kewajibannya, dan sunnah-

sunnahnya, akan tetapi ia mengingkari akan

kewajibannya tanpa adanya udzur tentangnya. Maka

ia dicap telah kafir padahal ia tidak pernah

meninggalkan shalat.

Maka berdasarkan keterangan di atas jelaslah

bahwa mengarahkan nash-nash kepada orang yang

meninggalkan shalat karena mengingkari akan

kewajibannya tidaklah benar. Yang benar bahwa

orang yang meninggalkan shalat (dengan sengaja)

adalah kafir dengan kekafiran yang mengeluarkan

pelakunya dari Islam, sebagaimana yang telah

diriwayatkan oleh Ubadah bin As-Shamit yang

berkata bahwa Rasulullah saw pernah memberikan

nasihat kepada kami:

“Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan

sesuatu apa pun, dan janganlah kalian meninggalkan

shalat dengan sengaja. Barangsiapa yang

Page 50: Hukum meninggalkan shalat

50 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

meninggalkan shalat dengan sengaja, maka

sesungguhnya ia telah keluar dari agama Islam

(dicap kafir).”43

Sebagimana ini merupakan tuntunan dalam syar‟i,

maka ini juga merupakan tuntunan dalil akal.

Bagaimana mungkin masih ada keimanan bagi

seseorang yang meninggalkan shalat, sedangkan

shalat merupakan tiang agama dan telah datang

perintah untuk mengerjakannya yang menuntut

seorang mukmin yang berakal agar berhati-hati untuk

tidak meninggalkan dan melewatkannya.

Jika ada yang mengatakan: Bisa saja yang

dimaksudkan kufur di dalam meninggalkan shalat

adalah kufur nikmat, bukan kufur dari agama. Atau

bisa juga yang dimaksud adalah kufur yang

tingkatannya masih di bawah kekufuran besar?

Sehingga sama seperti sabda Nabi saw:

“Ada dua perkara yang bisa membuat manusia

menjadi kufur. Pertama mencela nasab (keturunan)

dan kedua meratapi mayit.”

Rasulullah saw bersabda:

43 [Hadis Sahih, diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Hatim

di dalam Kitab Sunannya. Hadis ini juga dinukil oleh Ibnu

Qayyim dalam kitabnya tentang shalat yang diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia dengan judul Fiqih Shalat].

Page 51: Hukum meninggalkan shalat

51 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

“Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan

membunuhnya adalah kekufuran.”

Serta hadits-hadits yang serupa.

Kita jawab: Pertama, bahwa Nabi saw

menjadikan shalat sebagai pembatas yang

memisahkan antara kekufuran dan keimanan. Antara

orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Selain

itu, juga sebagai pembatas yang berfungsi untuk

membedakan objek yang dibatasinya dan

mengeluarkan dari apa yang selainnya. Sehingga dua

objek yang sudah dibatasi akan saling berbeda antara

yang satu dengan yang lainnya dan tidak bisa masuk

ke dalam hal lainnya.

Kedua, bahwa shalat merupakan salah satu rukun

Islam. Sehingga menyifati orang yang

meninggalkannya dengan sebutan kufur sudah tentu

akan menuntut kekufuran yang akan

mengeluarkannya dari islam (dicap murtad). Karena

ia telah meruntuhkan salah satu tiang agama Islam.

Berbeda dengan memutlakkan kufur atas orang yang

melakukan suatu perbuatan dari perbuatan-perbuatan

kufur.44

44 Maksud Syaikh Utsaimin adalah orang yang melakukan

perbuatan kufur, misalkan mencela nasab dan membunuh, tidak

bisa dituduh kafir dengan kekafiran yang mutlak (benar-benar

Page 52: Hukum meninggalkan shalat

52 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Ketiga, dikarenakan masih ada keterangan-

keterangan lain yang menunjukan kufurnya orang

yang meninggalkan shalat dengan kekufuran yang

mengeluarkan pelakunya dari agama. Sehingga wajib

mengarahkan istilah kufur tersebut sesuai dengan

yang ditunjukkan oleh keterangan-keterangan tersebut

agar maknanya sesuai.

Keempat, bahwa ungkapan kufur memiliki

perbedaan. Dalam kasus meninggalkan shalat, Nabi

saw mengatakan, “Pembatas antara seseorang

dengan kesyirikan dan kekufuran.” Maka ungkapan

ini yang disertai dengan huruf alif dan huruf lam,

menunjukan bahwa yang dimaksud dengan kekufuran

di dalam hadits ini adalah kekufuran yang sebenarnya.

Berbeda dengan kata „kufur‟ yang dalam bentuk

„nakirah‟ atau kata „kafara‟ dengan bentuk kata kerja.

Maka yang seperti ini menunjukan kepada suatu

ungkapan bahwa hal ini termasuk kufur atau pada

perbuatan seperti ini terdapat kekufuran. Akan tetapi,

hal tersebut bukanlah kekufuran mutlak yang

mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam

kitabnya, Iqtidhaa Shiratil Mustaqim, hal. 70

mengenai Sunnah Nabi Muhammad saw, “Ada dua

perkara yang bisa membuat manusia menjadi kufur.”

keluar dari Islam). Hal ini berbeda dengan orang yang

meninggalkan shalat, yakni dicap murtad.

Page 53: Hukum meninggalkan shalat

53 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Beliau Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

“Sabda Nabi, “Ada dua perkara yang bisa membuat

manusia menjadi kufur.” Maksudnya adalah dua sifat

ini merupakan bentuk kekufuran yang ada pada diri

manusia. Kedua jenis perbuatan ini merupakan

kekufuran karena keduanya termasuk di antara

perbuatan-perbuatan kufur dan biasa dilakukan oleh

manusia. Akan tetapi, tidak semua orang yang

memiliki salah satu bentuk dari bentuk kekufuran

akan menjadikan dirinya menjadi orang kafir mutlak

sehingga kekafiran benar-benar jelas. Sebagaimana

yang disebutkan tadi, maka sama halnya tidak semua

(orang) yang memiliki salah satu cabang dari cabang-

cabang keimanan menjadikannya seorang mukmin

sampai dirinya memiliki hakikat keimanan. Adanya

perbedaan antara kata kufur yang ma‟rifat (ada alif

lamnya) sebagaimana yang tercantum di dalam sabda

Nabi saw.

“Tidak ada pembatas antara seorang hamba dengan

kemusyrikan dan kekafiran kecuali karena

meninggalkan shalat.”

Maka atas dasar pernyataan seperti ini, mayoritas

para sahabat, bahkan telah meriwayatkan lebih dari

satu mengenai ijma‟nya mereka atas masalah ini.

Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata, “Dahulu para

sahabat Nabi Muhammad saw memandang bahwa

tidak ada suatu amal yang jika ditinggalkan

Page 54: Hukum meninggalkan shalat

54 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

menyebabkan kekufuran selain (meninggalkan)

shalat.”45

Ishaq bin Rahawaih, seorang imam yang terkenal,

berkata, “Ada keterangan dari Nabi saw bahwa orang

yang meninggalkan shalat adalah kafir.” Demikian

pula pendapat para ulama sejak zaman Nabi saw

hingga hari ini menegaskan bahwa orang yang

meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa adanya

udzur sampai terlewat waktunya adalah kafir. Ibnu

Hazm menyebutkan bahwa ada riwayat dari Umar,

Abdurrahman bin Auf, Mu‟adz bin Jabal, Abu

Hurairah, dan sahabat-sahabat yang lainnya, ia (Ibnu

Hazm) berkata, “Kami tidak mengetahui pada mereka

adanya perselisihan dengan para sahabat.” Kemudian

Al-Mudziri menukil darinya di dalam Kitab “At-

Targhiib wat Tarhiib” dan dikuatkan oleh para

sahabat seperti Abdullah bin Masud, Abdullah bin

Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Abu Darda

radhiyallahuanhum. Kemudian Al-Mudziri

mengatakan, “Dan dari kalangan selain para sahabat,

yakni Imam Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih,

Abdullah bin Mubarak, An-Nakha‟i, Al-Hakam bin

Utaibah, Ayyub as-Sakhtiyani, Abu Dawud ath-

Thayalisi, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Zuhri bin Harb

serta lainnya.”

45 HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-

Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]

Page 55: Hukum meninggalkan shalat

55 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Jika ada yang mengatakan; bagaimana menjawab

dalil-dalil yang dipakai oleh orang yang tidak

berpendapat akan kafirnya orang yang meninggalkan

shalat?”

Kita jawab: “Jawabannya adalah bahwa dalil-dalil

tersebut tidak ada padanya yang menunjukan bahwa

orang yang tidak mengerjakan shalat tidak kafir atau

dia masih seorang mukmin, ia akan masuk neraka

atau tidak, dan lain sebagainya. Barangsiapa yang

memperhatikannya, niscaya ia akan mendapatinya

tidak keluar dari empat macam yang disebutkan tadi

yang semuanya tidak bertentangan dengan dalil-dalil

yang dipegang oleh orang-orang yang berpendapat

bahwa meninggalkan shalat adalah kafir.”

Demikianlah ulasan panjang lebar yang disampaikan

Syaikh Utsaimin rahimahullah.

16. Pandangan Terhadap Pendapat Syaikh

Utsaimin

Ulasan Syaikh Utsaimin yang didasarkan pada Al-

Quran dan As-Sunnah, yang menyebut meninggalkan

shalat adalah kafir, lebih kuat kebenarannya. Adapun

pendapat lainnya yang tidak mengkafirkan, dan hanya

sebatas pada kufur yang tidak sampai pada kekafiran

mutlak adalah pendapat yang sangat lemah. Orang

yang berargumen dengan dalil-dalil sebagaimana

Syaikh Utsaimin, tidak bisa dikatakan sebagai

Page 56: Hukum meninggalkan shalat

56 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

kelompok takfiri (mudah atau suka mengkafirkan

orang), sebab dalilnya kuat dan memang begitu

takwilannya. Bahkan dalam hadits Ubadah bin As-

Shamit, Rasulullah saw langsung secara gamblang

menyebut kekafiran seseorang karena meninggalkan

shalat secara sengaja. Sungguh dalil tentang kekafiran

orang yang meninggalkan shalat terlalu kuat untuk

dilemahkan atau pun dibantah.

Jika ada yang mengatakan, bahwa orang-orang

mengkafirkan orang lain karena meninggalkan shalat,

adalah kelompok takfiri maka dia keliru. Sebab,

sebenarnya yang mengkafirkan bukanlah orang

menakwilkan ayat dan hadits tersebut, tapi ayat dan

hadits tersebut memang memiliki makna sebagaimana

lafadznya. Tuduhan tersebut sama saja dengan kita

telah menuduh Rasulullah saw dan para sahabatnya

sebagai takfiri, sebab argumen mereka memang

seperti itu. Bukankah para sahabat tidak mengkafirkan

orang yang meninggalkan amalan lain, kecuali shalat

dan zakat? Maka jangan sekali-kali menyebut bahwa

mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat adalah

sikap terlalu keras. Sebenarnya tidaklah demikian,

justru ini adalah kelembutan karena memperingati

orang lain akan ancamannya yang sangat besar.

Maka kepada siapa saja, agar segeralah shalat,

karena jika anda sering meninggalkan shalat

kemudian memilih pendapat bahwa meninggalkan

shalat tidak termasuk dalam kafir mutlak, maka itu

Page 57: Hukum meninggalkan shalat

57 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

pun anda akan mendapat siksa dari Allah swt. Apalagi

telah datang kabar kepadamu bahwa masalah ini

termasuk menggugurkan keislaman seseorang. Maka

ketahuilah, Allah Maha Menepati Janji, dengan

azabnya yang pedih—kami berlindung kepada Allah

swt dari adzab-Nya—. Saudaraku, orang yang setiap

saat mendirikan shalat saja disebut celaka, padahal dia

hanya lalai dari rukun-rukun dan waktu-waktunya,

sebagaimana dalam Al-Quran Al-Maa‟uun ayat 4 dan

5, dan Al-Quran surat Maryam ayat 59 sampai 60.

Lantas bagaimana dengan orang meninggalkan

shalat?

Pendapat Syaikh Utsaimin dan ulama-ulama yang

sepaham dengannya, sesuai dengan Al-Quran dan As-

Sunnah. Karena bukan hanya didukung oleh firman

Allah swt dan Sabda Rasulullah saw, tetapi juga

didukung pendapat para sahabat, dan ulama-ulama

sesudah para sahabat. Bahkan tidak ada salah satu

sahabat pun yang menyebut orang yang meninggalkan

shalat dengan sengaja masih berada dalam millah.

Dan segala puja dan puji hanya bagi Allah Ta‟ala

semata. Semoga Allah swt merahmati mereka semua

dan juga merahmati kita. Dan memasukan kita

semuanya dalam surga-Nya yang abadi. Amin.

17. Tafisr Al-Quran Surat Maryam Ayat 59-60

Allah swt berfirman:

Page 58: Hukum meninggalkan shalat

58 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti

yang mengabaikan shalat dan mengikuti

keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,

kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal

salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak

dianiayanya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam,

19: 59-60).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ketika

Allah swt menyebutkan golongan orang-orang yang

mendapatkan kebahagiaan (yakni dalam QS. Maryam

ayat 58), yaitu para Nabi as dan orang-orang yang

mengikuti mereka sebagai orang-orang yang

melaksanakan berbagai perintah dan ketetapan hukum

Allah, memenuhi kewajiban mereka terhadap Allah,

dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, Allah

menyatakan bahwasanya, “Datang setelah mereka,

pengganti.” Maksudnya generasi-generasi lain, “Yang

mengabaikan shalat.” Jika mereka telah mengabaikan

shalat maka kewajiban-kewajiban lainnya lebih

mereka abaikan. Karena shalat adalah tiang dan

tonggak agama serta sebaik-baik amal hamba. Mereka

Page 59: Hukum meninggalkan shalat

59 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

mengikuti keinginan nafsu duniawi dan

kesenangannya, dan ridha terhadap kehidupan dunia

serta merasa tenang dengannya. Maka mereka itu

akan mendapatkan kerugian pada Hari Kiamat.46

Al-Auza‟i menuturkan dari Musa bin Sulaiman

dari al-Qasim bin al-Mukhaimirah mengenai firman-

Nya, “Kemudian datanglah setelah mereka,

pengganti yang mengabaikan shalat.” Ia mengatakan,

maksudnya mengabaikan waktu-waktu shalat yang

telah ditetapkan. Seandainya yang dimaksud adalah

meninggalkan (shalat) maka itu merupakan

kekafiran.47

Dari Ibnu Masud ra, bahwasanya ada yang

mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya Allah

memperbanyak penyebutan shalat dalam al-Quran

(seperti firman-Nya), “(Yaitu) orang-orang yang lalai

terhadap shalatnya.” (QS.Al-Ma‟uun:5) dan firman-

Nya: “Orang-orang yang memelihara shalatnya.”

Ibnu Masud mengatakan, maksdunya memelihara

waktu-waktunya yang telah ditetapkan.” Mereka

berkata, “Menurut kami maksudnya bukan begitu

(bukan bermakna menyia-nyiakan), melainkan lebih

46 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.

Hal.665. 47 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.

Hal.666.

Page 60: Hukum meninggalkan shalat

60 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

pada meninggalkan.” Ia (Ibnu Masud) mengatakan,

“(Bila itu maksudnya), maka itu kekafiran.”48

Masruq mengatakan, “Tidaklah seseorang

memelihara shalat lima waktu lantas ditetapkan

termasuk orang-orang yang lalai. Tapi melampaui

batas dalam shalat lima waktu adalah kebinasaan. Dan

melampaui batas terhadapnya itu artinya mengabaikan

shalat pada waktunya.”49

Al-Auza‟i mengatakan dari Ibrahim bi Yazid,

bahwasanya Umar Ibnu Abdul Aziz pernah membaca,

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti

yang mengabaikan shaat dan mengikuti keinginannya,

maka mereka kelak akan tersesat.” Lalu beliau

berkata: “Pengabaikan mereka itu bukan

meninggalkannya, tetapi mereka mengabaikan

pelaksanaan pada waktunya.”50

Firman-Nya, “Maka mereka kelak akan tersesat.”

Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas ra

bahwa artinya kerugian. Sementara Qatadah

mengatakan, artinya keburukan. Sufyan Ats-Tsauri,

48 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.

Hal.666. 49 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.

Hal.666. 50 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.

Hal.666.

Page 61: Hukum meninggalkan shalat

61 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Syu‟bah, dan Muhammad bin Ishaq mengatakan dari

Abu Ishaq as-Sabi‟i dari Abu Ubaidah,l dari Abdullah

bin Masud ra, mengomentari firman-Nya,

beliau berkata lafadz adalah lembah

Jahannam yang sangat dalam dan baunya menjijikan.

Sedangkan Al-A‟masy mengatakan dari Ziyad dari

Abu „Iyadh mengenai firman-Nya

“Lafadz adalah lembah di Jahannam penuh darah

dan nanah.51

Firman-Nya, “Kecuali orang yang bertaubat,

beriman dan mengerjakan kebajikan.” Maksudnya,

kecuali orang yang insyaf dari pengabaiannya

terhadap shalat dai mengikuti keinginan nafsunya.

Sebab Allah pasti menerima taubatnya dan

memberikan akibat yang baik baginya serta

menjadikannya termasuk orang-orang yang mewarisi

surga yang penuh kenikmatan. Maka dari itu Allah

berfirman, “Maka mereka itu akan masuk surga dan

tidak dizalimi (dirugikan) sedikit pun.” Hal itu

51 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.

Hal.667.

Page 62: Hukum meninggalkan shalat

62 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

disebabkan karena taubat telah menghapus perbuatan-

perbuatan dosa sebelumnya.52

18. Bagaimana dengan Orang Yang Mengerjakan

Shalat Hanya Separuh Waktu?

Terkait dengan pertanyaan ini, maka kami perlu

menjawab dengan sebuah hadits Rasulullah saw yang

diriwayatkan Imam Ahmad rahimahullah, dalam

Musnadnya. Bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Bersegeralah beramal sebelum datangnya

rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang

gelap gulita. Seorang laki-laki di waktu pagi mukmin

dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore

beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual

agamanya dengan kesenangan dunia.”53

Hadits ini menyangkut dengan segala hal yang

berkaitan dengan kekafiran. Baik kafir yang dapat

mengeluarkan seseorang dari millah. Atau pun hanya

perbuatan kufur. Maka hadits ini juga mencakup di

dalamnya meninggalkan shalat, sebab

meninggalkannya adalah kekafiran yang nyata,

demikian dalil yang kuat. Maka hadits ini seakan-akan

52 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.

Hal.667. 53 HR. Imam Ahmad, No.8493, Hadis Sahih. [Dikutib secara

bebas].

Page 63: Hukum meninggalkan shalat

63 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

memperkuat dalil-dalil sebelumnya, khususnya

kepada mereka yang tidak menjaga shalatnya,

sehingga pada subuh hari dia melaksanakan shalat,

saat dzhur tidak, ashar tidak melaksanakan, nanti pada

saat magrib baru dia melaksanakan, kemudian isya

tidak lagi melaksanakan. Maka kondisi imannya tidak

kami temukan kecuali dalam hadits ini.

Ketahuilah konsekuensi dari kekafiran adalah

fatal. Karena darah menjadi halal, harta menjadi halal,

dan bahkan dia harus bercerai dengan sitrinya, jika

istrinya seorang mukmin yang menjaga shalat. Namun

kebanyakan orang tidak mengatahuinya. Sehingga

kehidupan keluarganya menjadi rusak, dan tidak

memiliki iman. Oleh sebab itu, yang kita harapkan,

adalah segeralah bertaubat bagi siapa yang sering

dengan sengaja meninggalkan shalat, karena

sesungguhnya pintu taubat masih terbuka sebelum ruh

mendesak sampai ke tenggorokan, dan segera

melaksanakan shalat, menjaga waktu-waktunya, dan

tidak boleh lalai, apalagi meninggalkannya.

Jika kita mendapati orang yang meninggalkan

shalat, baik lima waktu maupun separuh waktunya,

maka sampaikanlah ancaman Allah swt dan

Rasulullah kepadanya, bahwa meninggalkan shalat

adalah kafir atau benar-benar murtad, karena kita

harapkan dari orang itu agar segera bertaubat dan

mendirikan shalat. Dan jika kita menyebut orang itu

kafir, maka sesungguhnya itu pun benar adanya

Page 64: Hukum meninggalkan shalat

64 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

berdasarkan firman, hadits, ijma para sahabat, serta

pendapat para ulama sesudahnya. Karena ini adalah

pendapat yang kuat.

19. Tinggalkan Shalat Masuk Neraka Saqar

Allah swt berfirman:

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam (neraka)

Saqar? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak

termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan

kami tidak pula memberi makan orang miskin.” (QS.

Al-Mudaatstsir, 74: 42-44).

Ini adalah firman Allah swt yang Agung.

Penyebab masuk Neraka Saqar, disampaikan secara

terbuka. Tanpa harus ditafsir dan adanya penjelasan

yang panjang lebar. Karena begitulah ayat-ayat Al-

Quran, ada yang perlu ditafsir hingga jelas maksud,

makna dan tujuannya. Adapula ayat Al-Quran yang

mana Allah swt menyampaikan dengan gaya bahasa

yang lugas. Ibnu Katsir sendiri tidak lagi menafsirkan

ayat ini secara panjang lebar.

Di dalam tafsirnya Ibnu Katsir mengatakan, ini

adalah dialog antara penghuni surga dan penghuni

neraka. Dikatakan, “Penduduk surga yang berada di

Page 65: Hukum meninggalkan shalat

65 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

kamar-kamar yang tinggi bertanya kepada para

penghuni neraka yang berada di tempat paling rendah.

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam (neraka)

Saqar? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak

termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan

kami tidak pula memberi makan orang miskin.” Kami

tidak menyembah Allah swt dan tidak berbuat baik

kepada sesama manusia.54

Ketahuilah, bahwa Neraka Saqar itu dahsyat.

Melalap kulit manusia, dan tidak meninggalkan

manusia, juga tidak membiarkan manusia tanpa

siksaan. Allah swt berfirman:

“Tahukah kamu apakah (meraka) Saqar itu? Saqar

itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.

(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan

di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).”

(QS. Al-Mudatstsir, 74: 27-30).

54 Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Muddatstsir; 42-44. Jilid 9,

Hal.374.

Page 66: Hukum meninggalkan shalat

66 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

20. Barang Siapa yang Tidak Mengerjakan Shalat

Dikumpulkan Bersama Qarun, Fir’aun, Haman

dan Ubai bin Khalaf

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash dari

Nabi saw, sesungguhnya beliau pada suatu hari

menjelaskan tentang shalat, maka beliau bersabda:

“Barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka ia

tidak akan bercahaya, tidak mempunyai hujjah

(alasan) dan tidak akan diselamatkan. Di hari kiamat

kelak ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir‟aun,

Haman dan Ubai bin Khalaf.”55

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, hadits

tersebut menjelaskan bahwa orang yang

meninggalkan shalat akan dicap orang kafir.56

Imam Ubnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah

berkata, sesungguhnya nama keempat orang tersebut

disebutkan, karena mereka adalah pemimpin orang-

orang kafir. Dan di dalam hadits ini terdapat poin

yang sangat indah. Poin itu adalah: sesungguhnya

orang yang senantiasa meninggalkan shalat terkadang

disibukkan oleh hartanya, atau oleh kekuasaannya,

55 HR. Imam Ahmad, Juz 2. Hal. 169 dan HR. Ad-Darimin, Juz 2.

Hal. 301. [Hadis Sahih; Hadis ini kami kutib dari Kitab Al-

Kabair Imam Adz-Dzahabi, Hal.52, pembahasan peninggalkan

shalat]. 56 Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.52. Pembahasan

Meninggalkan Shalat [Hadis ini telah dinukil sebelumnya].

Page 67: Hukum meninggalkan shalat

67 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

atau oleh kedudukannya, atau oleh barang

dagangannya.

Ubnu Qayyim melanjutkan, orang yang

meninggalkan shalat karena disibukkan oleh hartanya,

maka dia bersama dengan Qarun. Orang yang

meninggalkan shalat karena sibuk dengan

kekuasaannya, maka dia bersama dengan Fir‟aun.

Orang yang meninggalkan shalat karena disibukan

oleh kedudukannya, maka dia bersama dengan

Hamman. Dan orang yang meninggalkan shalat

karena disibukkan oleh barang dagangannya, maka

dia bersama dengan Ubay bin Khalaf.57

21. Orang yang meninggalkan Sahalat Ashar,

maka Amal Baiknya Sia-Sia

Rasulullah saw bersabda: “Orang yang

meninggalkan shalat Ashar maka amal baiknya akan

sia-sia.”58

22. Orang yang Lalai dari Shalat Ashar seperti

Kehilangan Keluarga dan Harta Bendanya

57 Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, pembahasan hukum

shalat, hal.541-542. 58 HR. Imam Bukhari, No.553.

Page 68: Hukum meninggalkan shalat

68 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin

Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang

yang melewatkan Shalat Ashar, dia seperti orang

yang kehilangan keluarga dan harta bendanya.”59

Wahai saudaraku, bagaimana persaanmu jika tiba-

tiba saja engkau kehilangan keluarga dan seluruh

harta benda kesayanganmu? Tentu engkau akan

sangat sedih. Dengan kesedihan yang yang luar biasa.

Rasulullah saw memberikan perumpamaan itu kepada

orang yang lalai dari shalat Ashar, supaya umat Islam

bisa membandingkan dengan akal dan perasaan

mereka, tentang meninggalkan shalat Ashar.

Semua shalat jika ditinggalkan berakibat fatal.

Bukan hanya shalat Ashar. Ketahuilah, bahwa shalat

Ashar ini, banyak manusia lalai darinya. Seperti juga

shalat Dzuhur, Isya, ataupun Subuh. Manusia

biasanya banyak ke masjid, jika waktu shalat

Maghrib. Namun pada shalat-shalat ini, mereka semua

entah ke mana, meskipun sudah disediakan masjid

dan mushalah di tempat-tempat kerja mereka.

Jawabannya, kebanyakan mereka lalai, karena

kesibukannya dengan dunia, dan kesibukan lainnya,

juga karena malas.

59 HR. Imam Bukhari, No.552.

Page 69: Hukum meninggalkan shalat

69 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

23. Subuh dan Isya, Adalah Shalat yang Berat

Bagi Orang Munafik

Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi saw bahwa

shalat yang paling berat menurut orang munafik

adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Nabi saw

bersabda, "Seandainya mereka mengtahui apa yang

ada di dalam al-Atamah (Isya) dan al-Fajr

(Subuh)."60

Adapula hadits yang diriwayatkan Imam Muslim

bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya

shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik

adalah shalat Isya dan sahalat Subuh. Seandainya

mereka mengetahui pahala keduanya niscaya mereka

menghadirinya meskipun harus dengan merangkak.

Aku benar-benar ingin menyuruh agar iqamah

dikumandangkan lalu menyuruh seseorang

mengimami orang-orang. Kemudian aku memimpin

beberapa orang untuk pergi bersamaku membawa

beberapa ikat kayu bakar ke orang-orang yang tidak

datang shalat berjamaah untuk membakar rumah-

rumah mereka dengan api.”61

Ada rahasia yang sesungguhnya tersimpan dalam

shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw di atas.

Sebenarnya rahasia yang tersimpan itu adalah

60 HR. Imam Bukhari, Bab Mengingat Isya, Kegelapan Malam,

dan Orang yang melihat waktunya masih luas. 61 HR. Imam Muslim, No.1482.

Page 70: Hukum meninggalkan shalat

70 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

kenikmatan, bukan hanya di akhirat berupa surga, tapi

juga ada manfaat duniawi yang sangat baik. Misalkan

bagi kesehatan. Hal ini tentu sudah dibuktikan dengan

berbagai penelitian modern sekarang dari bidang

kedokteran, tentang bagaimana udara di subuh hari.

Namun karena hati mereka tertutup oleh hawa nafsu,

sehingga mereka tidak lagi melihat rahasia-rahasia

tersembunyi yang sebenarnya telah diungkapkan

Allah swt sendiri dan Rasul-Nya.

Seseorang yang meninggalkan shalat Isya dan

Subuh termasuk ciri-ciri orang munafik. Sedangkan

ancaman bagi orang munafik adalah Neraka Jahannam

paling bawah. Sebagaiman firman Allah swt beikut

ini:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu

(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari

neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat

seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa,

4: 145).

Dan tahukah kamu wahai saudaraku,

sesungguhnya dasar neraka itu sangat dalam.

Kedalamannya 70 tahun batu dijatuhkan dari mulut

Page 71: Hukum meninggalkan shalat

71 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

nereka. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam

Muslim dari Abu Hazim bahwa Abu Hurairah berkata,

“Kami pernah bersama Rasulullah saw, tiba-tiba

beliau mendengar suara keras seperti suara benda

jatuh. Lalu Nabi saw bertanya, „Tahukah kalian suara

apa itu?‟ Kami menjawab, „Allah dan Rasul-Nya lebih

tahu.‟ Beliau bersabda, „Itu adalah suara batu yang

dilemparkan ke neraka 70 tahun yang lalu, sekarang

batu itu baru sampai ke dasar neraka.‟”62

Maka itu Allah swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan

bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-

Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” (QS. At-Tahriim, 66: 6).

62 HR. Imam Muslim, No.7167.

Page 72: Hukum meninggalkan shalat

72 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

PENUTUP

Alhamdulillahirabbil‟alamin. Segala puji bagi

Allah Ta‟ala, yang telah mengajarkan hamba-Nya

yang bodoh ini baca tulis melalui perantara qalam.

Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah

dengan benar kecuali Allah, dan Muhammad adalah

hamba dan utusan-Nya. Andai saja bukan karena

nikmat, karunia dan taufik-Nya, hamba tidak dapat

menyelesaikan tulisan ini.

Ketahuilah tidak ada satu kitab pun yang lebih

sempurna dari Al-Quran, maka kalian pasti

menemukan kelemahan atau kesalahan dalam tulisan

saya ini, sesungguhnya kesalahan itu dari saya, dan

mungkin perbuatan syaitan. Jika ada di antara tulisan

ini tidak sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah,

maka tinggalkanlah, dan peringatkanlah saya, supaya

saya memperbaikinya. Dan saya memohon ampun

kepada Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. Demikian, dan sekali lagi,

Alhamdulillahirabbil‟alamin.

Page 73: Hukum meninggalkan shalat

73 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

REFERENSI

1. Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi.

2. Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Penerbit

Pustaka As-Sunnah, Indonesia, 2011.

3. Jami‟ At-Tarmidzi, Penerbit Almahira, Indonesia,

2013.

4. Sahih Tafsir Ibnu Katsir, (Peneliti: Syaikh Al-

Mubarakfuri), Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, 2006.

5. Shahih Al-Bukhari, Penerbit Almahira, Indonesia,

2013.

6. Sahih Muslim, Penerbit Almahira, Indonesia, 2013.

7. Sunan Abu Dawud, Penerbit Almahira, Indonesia,

2013.

8. Sunan An-Nasai, Penerbit Almahira, Indonesia,

2013.

9. Sunan Ibnu Majah, Penerbit Almahira, Indonesia,

2013.

Page 74: Hukum meninggalkan shalat

74 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]