Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala...

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun hidup berkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang cukup, ia akan selalu membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling memberi support dan bergotong royong. Manusia tidak hanya membutuhkan agama, ilmu pengetahuan, atau hiburanatau kesenian, tetapi juga kebersamaan. Semuanya diperlukan. Karena dengan agama hidup lebih terarah, dengan pengetahuan hidup akan lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah dan dengan kebersamaan hidup akan lebih berfaidah. Dalam definisi singkat, teamwork merupakan serangkaian nilai, sikap dan perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama.

Transcript of Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala...

Page 1: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain.

Meskipun hidup berkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang

cukup, ia akan selalu membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling

memberi support dan bergotong royong. Manusia tidak hanya membutuhkan

agama, ilmu pengetahuan, atau hiburanatau kesenian, tetapi juga kebersamaan.

Semuanya diperlukan. Karena dengan agama hidup lebih terarah, dengan

pengetahuan hidup akan lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah dan dengan

kebersamaan hidup akan lebih berfaidah.

Dalam definisi singkat, teamwork merupakan serangkaian nilai, sikap dan

perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang

dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru

merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif.

Untuk mencapai kerjasama tim yang baik perlu ditumbuhkan sikap positif di

antara anggota tim. Antara lain kebiasaan untuk saling mendengarkan sehingga

tercipta komunikasi yang baik, memberikan dukungan kepada anggota tim yang

membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan pencapaian yang diperoleh

dari setiap anggota tim.

Sebuah teamwork akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan

organisasi. Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam

Page 2: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

2

melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian. Makalah ini akan

membahas definisi teamwork, manfaat dan fungsi teamwork, jenis teamwork,

perbedaan tim kerja dan kelompok kerja, peranan tim kerja, tahap perkembangan

teamwork, dan dimensi dalam tim kerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi teamwork ?

2. Apa saja jenis teamwork ?

3. Apa perbedaan tim kerja dan kelompok kerja ?

4. Apa saja peranan tim kerja ?

5. Bagaimana tahap perkembangan teamwork ?

6. Apa saja dimensi dalam tim kerja ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi teamwork.

2. Mengetahui jenis teamwork.

3. Mengetahui perbedaan tim kerja dan kelompok kerja.

4. Mengetahui peranan tim kerja.

5. Mengetahui tahap perkembangan teamwork.

6. Mengetahui dimensi dalam tim kerja.

Page 3: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

3

BAB II

ISI

A. Definisi Teamwork

Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja

sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling

melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati

sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus

disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi

satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan

pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling

populer di tim.

Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling

bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak

menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat

dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim,

beban dibagi untuk satu tujuan bersama.

Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci

kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan

ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera

menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan

terganggu, bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang

Page 4: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

4

berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting

untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.

Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama

lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling

menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara

hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting

karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi

langsung serta dukungan antara sesama anggota team.

Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan

berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang

mapan, selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam yang

dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat

teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian

sekalipun.

Teamwork dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang

bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu-individu tersebut

memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara

satu dengan yang lain. Oleh karena itu sekumpulan orang yang bekerja dalam

satu ruangan, bahkan didalam satu proyek, belum tentu merupakan sebuah

teamwork. Terlebih lagi jika kelompok tersebut dikelola secara otoriter, timbul

faksi-faksi di dalamnya, dan minimnya interaksi antar anggota kelompok.

Beberapa isu di dalam tim :

Page 5: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

5

1. Adanya tugas (task) dan masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini seringkali merupakan topik utama yang menjadi perhatian team.

2. Proses yang terjadi di dalam teamwork itu sendiri, misalnya bagaimana

mekanisme kerja atau aturan main sebuah team sebagai suatu unit kerja dari

perusahaan, proses interaksi di dalam team, dan lain-lain

Keuntungan pengambilan keputusan dalam tim :

1. Keputusan yang dibuat secara bersama-sama akan meningkatkan motivasi

team dalam pelaksanaanya.

2. Keputusan bersama akan lebih mudah dipahami oleh team dibandingkan jika

hanya mengandalkan keputusan dari satu orang saja

B. Manfaat dan Fungsi Teamwork

Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah

sikap , perilaku dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam

mendisiplinkan anggota tim. Selain itu, bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan

untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan bernegoisasi.

1. Manfaat Bekerja Dalam Tim

a) Bagi Organisasi Tim

(1) Meningkatkan produktivitas kerja.

(2) Meningkatkan kualitas kerja.

(3) Meningkatkan mentalitas kerja.

(4) Meningkatkan kemajuan organisasi.

Page 6: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

6

b) Bagi Anggota Tim

(1) Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama.

(2) Sebagai media aktualisasi diri.

(3) Stres atau beban kerja berkurang.

2. Tujuan Bekerja Dalam Tim

a) Kesatuan Tujuan

Setiap anggota tim memiliki kesamaan visi,misi dan program kerja.

b) Efisiensi

Setiap anggota tim menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara

cepat,cermat dan tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan.

c) Efektif

Setiap anggota tim memiliki tujuan yang jelas, memiliki keterampilan

yang memadai, memiliki komitmen, saling percaya, memiliki komunikasi

yang baik, memiliki kemampuan bernegoisasi, dan memiliki kemampuan

yang tepat.

C. Jenis Teamwork

Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari enam jenis, yaitu:

1. Tim Formal

Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai

bagian dari struktur organisasi formal.

Page 7: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

7

2. Tim Vertikal

Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang

manajer dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi

formal.

3. Tim Horizontal

Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa

karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area

keahlian yang berbeda.

4. Tim dengan Tugas Khusus

Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar

organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau

kreativitas khusus.

5. Tim Mandiri

Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua

puluh orang pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi

pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan

pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.

6. Tim Pemecahan Masalah

Tim pemecahan masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas

karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka

bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan

lingkungan kerja.

Page 8: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

8

Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada tiga tipe tim, yaitu:

1. Problem Solving Team

Sebuah tim yang dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah yang

muncul dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim

ini adalah mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana

memecahkan masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk memperbaiki.

Anggota tim biasanya berasal dari satu departemen yang beranggotidakan

kurang lebih sepuluh orang yang melakukan pertemuan rutin setiap minggu.

2. Self Managed Team

Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas

dengan memberikan kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja

mereka misalnya menjadwal kerja, menentukan metode kerja, mengawasi

anggota, memberi reward dan hukuman bagi anggota dan merekrut anggota.

Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu departemen yang melakukan tugas

yang sama.

3. Cross Functional Team

Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas khusus,

misalnya pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem

kompensasi. Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen yang memiliki

keahlian dan orientasi yang berbeda dan bekerjasama untuk mencapai suatu

tujuan.

Page 9: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

9

Menurut Robbins (2008), tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya.

Terdapat empat bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :

1. Tim Problem Solving

Gambar 1. Tim Problem Solving versi Robbins

Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu

sama lain. Mereka umumnya terdiri atas empat hingga dua belas pekerja yang

dibayar per jam dari departemen yang sama dan saling bertemu beberapa jam

setiap minggu untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan

lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem Solving. Dalam tim

jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran seputar

proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas

dapat ditingkatkan.

Tim ini jarang diberikan otoritas secara unilateral (sendiri) untuk

menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai

bentuk tim problem solving adalah lingkaran kualitas. Tim problem solving

merupakan tim kerja yang terdiri atas gabungan delapan hingga sepuluh

pekerja dan supervisor. Mereka saling berbagi gagasan wilayah kewenangan

dan bertemu secara teratur untuk mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan

mereka, menyelidiki sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.

Page 10: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

10

2. Tim Self-Managed Work

Gambar 2. Tim Self-Managed Work versi Robbins

Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetetapi mereka

tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan

keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan.

Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom

yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan

penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasilnya.

Tim Self-Managed Work umumnya terdiri atas sepuluh hingga lima

belas orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor.

Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja,

penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan

prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini

bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox, General

Motors, Coors Brewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell, M&M/Mars,

dan Aetna Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah

Page 11: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

11

mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan

menyebutkan sekitar 30% pekerja Amerika Serikat menggunakan bentuk tim,

dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati angka 50%.

3. Tim Cross-Functional,

Gambar 3. Tim Cross-Functional versi Robbins

Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di

Minneapolis, Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen

yang bersifat fungsional, tetetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa

departemen tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah dari

klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu

tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan

penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan

produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-

Functional. Tim ini terdiri atas pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetetapi

beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan

suatu pekerjaan.

Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan tim

cross-functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-

Page 12: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

12

an yang terdiri atas pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna

mengembangkan Sistem 360 yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain

melainkan tim cross-functional yang sifatnya temporer. Namun, Robbins

mencatat bahwa ledakan penggunaan tim cross-functional kemudian juga

terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda, Nissan, BMW,

General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.

Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga

Juni 2000 manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu

staf teknologi informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa

cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar.

Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana

mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed

Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi

informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan

lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar

bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya.

4. Tim Virtual

Gambar 4. Tim Virtual versi Robbins

Page 13: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

13

Tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim

Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-

orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik

tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat metode online,

kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.

Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal daripada tim lainnya

terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan

perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi

yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari

organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.

Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dengan tim

lain yang face-to-face, yaitu :

a) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;

b) Terbatasnya konteks sosial, dan

c) Kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.

Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal

seperti nada suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak

mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya

semakin menjelaskan komunikasi, tetetapi kini hal-hal tersebut nihil di

dalam tim virtual. Tim virtual menderita kekurangan laporan sosial yang

manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.

Robbins mencontohkan, perusahaan seperti Hewlett-Packard, Boeing,

Ford, VeriFone, dan Royal Dutch/Shell menjadi pengguna utama tim virtual

Page 14: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

14

ini. VeriFone, contoh Robbins lebih lanjut, adalah perusahaan perakit mesin

pembaca informasi kartu kredit, di mana penggunaan Tim Virtual dalam

perusahaan ini memungkinkan 3000 karyawannya yang berlokasi di seluruh

penjuru dunia, untuk kerja bersama mendesain proyek, merencanakan

pemasaran, dan membuat presentasi penjualan. Lebih jauh, wakil presiden

VeriFone menyatidakan “Kami tidak memindahkan orang. Jika seseorang

nikmat tinggal di Colorado dan bisa melakukan pekerjaan dari sana, kenapa

kami harus mengintimidasinya?”.

D. Perbedaan Tim Kerja dan Kelompok Kerja

Kelompok dengan tim dalam dunia masyarakat dianggap sebagai hal yang

sama bahkan sulit untuk dibedakan, seseorang dapat dikatidakan sebagai

kelompok apabila antara dua orang atau lebih saling berinteraksi dengan tidak

kolektif serta tidak menghasilkan energi yang positif.

Jadi, sebenarnya kelompok dan tim bukanlah hal yang sama. Apabila

kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan

tergantung yang berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu, maka kelompok

kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagi informasi dan

membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota bekerja

didalam area tanggung jawabnya.

Kelompok kerja tidak mempunyai kebutuhan atau kesempatan untuk

terlibat dalam kerja kolektif yang membutuhkan usaha yang sama. Kinerja

mereka hanya merupakan gabungan akhir dari kontribusi individual setiap

Page 15: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

15

anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang bisa menciptidakan seluruh

tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan.

Sedangkan tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang

terkoordinasi. Usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang

lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Definisi ini membantu

menjelaskan mengapa ada begitu banyak organisasi yang akhir-akhir ini

menyusun ulang proses kerja seputar tim. Manejemen mencari sinergi positif

yang memungkinkan organisasi mereka untuk meningkatkan kinerja.

Penggunaan tim secara ekstensif (luas) menghasilkan potensi bagi sebuah

organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan

masukan. Namun, perhatikan apa yang kita sebut ‘potensi’. Tidak ada yang

dengan sendirinya membuat berbagi tim yang memastikan pencapaian sinergi

positif.. Hanya semata-mata menyebut sebuah kelompok sebagai tim tidak

otomatis meningkatkan kinerjanya. Tim yang efektif memiliki berbagai

karakteristik umum. Apabila ingin mendapatkan peningkatkan kinerja organisasi

dengan menggunakan tim, menejemen harus memastikan bahwa tim-timnya

memiliki karakteristik-karakteristik.

Page 16: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

16

Perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja dapat digambarkan

dengan skema berikut :

Gambar 5. Perbedaan Kelompok Kerja dan Tim Kerja

Sementara itu, penulis lain seperti Laurie J. Mullins membedakan

kelompok dan tim berdasarkan enam variabel yaitu : Ukuran, Seleksi,

Kepemimpinan, Persepsi, Gaya, dan Semangat. Penjelasan perbedaan secara

lengkap terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 1. Variabel Perbedaan Kelompok dengan Tim

Variabel Tim KelompokUkuran Terbatas Medium dan besarSeleksi Krusial ImaterialKepemimpinan Berbagi atau dirotasi Solo

PersepsiPemahaman pengetahuan saling melengkapi Fokus pada pemimpin

Gaya Peran koordinasi yang Konvergensi,konformisme

Skema 1

Page 17: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

17

tersebar

Semangat Interaksi dinamisKebersamaan mengalahkan musuh

E. Peranan Tim Kerja

Peranan tim secara umum yaitu menggunakan kemampuan dan keahlian

unik mereka yang bebas dari berbagai pembelajaran akademis (misalnya

kemampuan mengkoordinasi, kreatifitas, komunikatif). Sembilan peran tim

yang harus dipenuhi yaitu:

1. Pencipta-pembaharu (creator-inovator)

Orang yang mempunyai imajinatif tinggi baik dalam memprakarsai

gagasan atau konsep, dengan ciri tidak tergantung, suka bekerja sendiri,

cara dan gaya kerja tersendiri, pengaturan waktu menurut selera mereka

sendiri.

2. Penjelajah-promotor (Explorer-promoter)

Orang dalam kelompok ini senang mengambil gagasan baru dan

memperjuangkan kasus, menemukan sumberdaya untuk mempromosikan

gagasannya. Kelemahan orang dalam kelompok ini: tidak selalu sabar

dalam mengendalikan ketrampilan untuk memastikan gagasan

ditindaklanjuti secara rinci.

3. Penilai-pengembang (assessor-developer)

Individu dalam kelompok ini mempunyai ketrampilan analisis yang

kuat, paling baik jika mereka diberi kesempatan untuk mengevaluasi dan

menganalisis sebelum diambil suatu keputusan.

Page 18: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

18

4. Pendorong-pengorganisasi (Thruster-organizer)

Individu dalam kelompok ini suka menyusun prosedur operasi untuk

mengubah gagasan menjadi kenyataan dan menyelesaikan urusan, mereka

menentukan tujuan, menegakan rencana, mengorganisasi orang, dan

menegakan sistem untuk menjamin dipatuhinya batas waktu (deadlines).

5. Penyimpul-penghasil (Concluder-producer)

Individu dalam kelompok ini peduli akan hasil, peran mereka

memfokuskan pada diataatinya batas waktu dan memastikan bahwa semua

komitmen ditindak lanjuti. Mereka bangga akan hasil keluaran secara

teratur dan sesuai standar.

6. Pengawas-pemeriksa (controller-Inspector)

Individu dalam kelompok ini sangat mempedulikan penegakan dan

mempedulikan penegakan dan memperkuat aturan dan prosedur. Mereka

menguji rincian dan memastikan agar menghindari ketidaktepatan, mereka

mengecek semua fakta dan angka, mereka menginginkan semua hal

lengkap dan sempurna.

7. Pemerkuat-penasehat (upholder-maintainer)

Pemerkuat-pemelihara penting, karena memberi kemamntapan Tim.

mereka akan membela dan bertempur demi tim melawan orang luar.

8. Pelapor-penasehat (reporter-adviser)

Individu dalam kelompok ini mendengarkan dengan baik, dan

cenderung tdak menekankan titik pandangnya kepada orang lain. Mereka

cenderung mendapatkan informasi sebelum mengambil keputusan.

Page 19: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

19

9. Penaut (linker)

Peran ini tumpang tindih dengan yang lain, peran ini dapat dimainkan

oleh peran-peran sebelumnya. Penaut mencoba memahami semua

pandangan, mereka sebagai koordinator dan integrator, mereka tidak

menyukai ekstriman, mereka mencoba membina kerja sama di antara

semua anggota tim, mereka memadukan sumbangan anggota tim dan

aktivitas meskipun mungkin ada perbedaan.

F. Tahap Perkembangan Teamwork

Ada empat tahap perkembangan tim, yaitu :

1. Undevelopment

Tahap undevelopment ini adalah tahap yang paling sering dijumpai

pada suatu organisasi. Salah satu ciri dari tahap ini adalah :

a) Terlihat sekelompok orang mengerjakan suatu tugas tetetapi mereka tidak

bersepakat tentang bagaimana seharusnya mereka bekerja. Contohnya

antara lain dalam rapat atau pertemuan lebih sering terjadi antrian lontaran

gagasan dan bukan diskusi. Gagasan yang sebenarnya bersifat

membangun, tidak mereka utarakan. Mereka tidakut jika ‘gagasan itu’

akan mengganggu keseimbangan organisasi.

b) Tidak melibatkan perasaan individu karena dianggap tidak pada

tempatnya untuk membicarakan perasaan orang lain secara terbuka.

Contohnya yaitu setiap orang sibuk dengan tugasnya masing-masing dan

Page 20: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

20

atasan yang membuat hampir semua keputusan. Sehingga roda organisasi

menggelinding sesuai aturan dan prosedur dari atasannya. Perlu diketahui

disini bahwa banyak tim yang tidak efektif menunjukkan ciri-ciri di atas,

dan biasanya terjadi jika atasan memiliki kearifan, energi dan waktu untuk

membuat semua keputusan. Ini bukan kerjasama kelompok yang benar,

karena dengan cara ini kekuatan yang ada didalam tim tidak dimanfaatkan

sehingga lebih terpusat pada pemimpinnya.

2. Experimenting

Tahap ini dimulai ketika tim secara bersungguh-sungguh mulai

meninjau ulang metode operasional yang berlaku selama ini. Pada tahap

Experimenting, tim berkemauan untuk melakukan eksperimen dan uji coba.

Mereka berani menghadapi berbagai kemungkinan dengan memasuki daerah

yang belum dikenal.

Pada tahap perkembangan ini, bahwa berbagai masalah dihadapi dan

dibahas secara lebih terbuka serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan

yang lebih luas sebelum membuat suatu keputusan. Contohnya yaitu, suatu

permasalahan pribadi dibicarakan secara terbuka, perasaan individu

dipertimbangkan dan diselesaikan sampai tuntas.

Pada tahap ini walaupun tim telah menjadi lebih terbuka dan

mempunyai potensi untuk menjadi lebih efektif, masih kurang untuk disebut

sebagai tim yang efektif yang menghasilkan keuntungan.

3. Consolidating

Page 21: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

21

Setelah berhasil menyelesaikan masalah antar pribadi di tahap 2, tim

mulai memiliki kepercayaan diri, keterbukaan dan dipercaya untuk mencoba

cara kerjanya. Biasanya tim akan memilih cara kerja yang lebih sistematik

atau bermetode. Aturan dan cara kerja yang kaku diubah dengan aturan baru

yang disepakati bersama, dimana setiap anggota memiliki peran agar tujuan

dapat dicapai. Walau hubungan antar pribadi telah mejadi lebih erat, mereka

sadar akan pentingnya aturan-aturan dasar dan cara kerja yang akan dipakai

oleh tim.

Bukti nyata dari tahap ini adalah cara untuk mencapai suatu keputusan,

yaitu adanya kejelasan tujuan dari aktivitas atau tugas, adanya penetapan

sasaran, pengumpulan informasi yang dibutuhkan, adanya kemauan

memikirkan kemungkinan yang ada pada tim, adanya perencanaan rinci

mengenai apa yang harus dilakukan, kemauan meninjau kembali hasil kerja

dan menggunakannya sebagai dasar untuk memperbaiki cara kerja di masa

yang akan datang. Hubungan antar pribadi yang lebih baik pada tahap 2 ini

tetap dipertahankan, tetetapi mereka membangun aturan dasar dan cara kerja

yang akan dipakai oleh tim.

4. Mature

Setelah mengetahui penjelasan dari tahap 3, maka tersusunlah dasar

bagi terbentuknya suatu tim yang matang. Keterbukaan, kepedulian dan

peningkatan hubungan pribadi pada tahap 2 serta pendekatan yang sistematik

dari tahap 3 merupakan modal dasar bagi terbentuknya tim yang benar-benar

matang.

Page 22: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

22

Fleksibilitas menjadi hal yang utama, karena setiap kebutuhan

memiliki prosedur kerja yang berbeda. Seseorang tidak lagi khawatir untuk

mempertahankan posisi mereka. Tim mengenali tipe kepemimpinan yang

dibutuhkan saling percaya, jujur, terbuka dan pemimpin mengenali kebutuhan

untuk melibatkan anggotanya.

Saling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi

maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim. Tim

akan selalu bersedia untuk membantu tim lain yang mengalami kesulitan

maupun yang belum sampai ke tahap mereka. Tetetapi lebih dari itu, tim ini

adalah tempat yang menyenangkan dan membawa hasil.

G. Dimensi Dalam Tim Kerja

Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas

yang harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi

bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial. Tugas

yang harus diemban tim yaitu menjalankan seluruh program pelayanan yang

sesuai dengan aturan organisasi yang baik, di mana dalam setiap tugas kerja

selalu ada tujuan, strategi, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Semua akan

efektif jika dikerjakan dalam sebuah tim kerja. Tetetapi tim kerja merupakan satu

unit sosial yang mempengaruhi kerja tim. Dengan perkataan lain, di dalam tim

terdapat interaksi sosial yang unik dan kompak.

Tim terdiri atas kumpulan individu yang memiliki perbedaan emosi, sosial,

dan berbagai kebutuhan manusia, yang membuat tim secara keseluruhan dapat

Page 23: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

23

membantu atau bahkan membuat frustrasi. Hal ini disebabkan tim bukan saja

berkumpul dan menjalankan tugas organisasi, tetetapi ada yang penting dan perlu

mendapatkan perhatian, yakni relasi sosial dalam kebersamaan mereka sebagai

sebuah tim kerja. Relasi antarpribadi yang akrab dan terbuka untuk bekerja

dengan satu hati, satu pikiran dan satu kehendak, akan menolong tim kerja

berjalan dengan efektif. Empat dimensi tim yang efektif :

Personal

(Who I Am)

Strategic Process

(What We Need To Do) (How We Are Going To Do It)

Relational

(How I Relate To Others)

Gambar 6. Empat dimensi yang efektif

1. Dimensi Personal

a. Tim yg efektif memiliki komitmen yg dalam satu dengan yang lain.

b. Segenap tim saling menularkan anthusiasme.

c. Setiap orang rindu memberi kontribusi demi mencapai tujuan bersama.

2. Dimensi Relational

a. Tim yang efektif berkomunikasi secara terbuka dan jujur.

Page 24: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

24

b. Mereka berkolaborasi dengan kesediaan untuk saling melengkapi demi

mencapai tujuan bersama.

c. Mereka memanage konfliks secara bijak.

3. Dimensi Strategis

a. Tim yang efektif fokus kepada visi yg menjadi pendorong untuk terus maju

bersama.

b. Mereka menyepakati dan mengikuti sasaran yang jelas.

4. Dimensi Proses

a. Tim yang efektif sangat terbuka terhadap perubahan.

b. Mereka memiliki kesadaran yang kuat akan keterkaitan segenap anggota

tim.

Page 25: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

25

BAB III

ANALISIS KASUS

A. Studi Kasus

Teamwork Perawat Rumah Sakit Umum Daerah X

RSUD X merupakan salah satu rumah sakit umum yang berada di daerah

X. Dengan Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat,

RSUD X selalu berusaha untuk berbenah diri agar dapat bertahan di tengah

persaingan pertumbuhan rumah sakit di daerah tersebut. Berbagai cara telah

dilakukan oleh RSUD X untuk dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, mulai

dari melengkapi sarana yang diperlukan dalam proses pelayanan kepada pasien,

mengganti alat lama dengan alat baru dan juga memberi kemudahan kepada

pasien dalam memenuhi persyaratan administrasi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha yang telah dilakukan

oleh pihak RSUD X belum menunjukkan hasil yang maksimal. Munculnya

keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan pihak RSUD X dan

jumlah pasien yang belum menunjukkan peningkatan adalah bukti yang

mengindikasikan bahwa pihak RSUD X belum mampu untuk mewujudkan visi

tersebut.

Page 26: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

26

Berdasarkan wawancara awal diperoleh informasi mengenai ketidakpuasan

pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD X khususnya pada

bagian keperawatan. Menurut Nursalam (2002), perawat merupakan profesi yang

berperan penting di rumah sakit dalam penyelenggaraan upaya peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang mendukung keyakinan ini

adalah kenyataan yang dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit,

bahwa tenaga keperawatan bertugas selama 24 jam harus berada di sisi pasien.

Oleh sebab itu pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di

rumah sakit merupakan faktor penentu citra dan kualitas rumah sakit.

Perawat adalah tumpuan semua kegiatan yang ada dan salah satu sumber

keberhasilan atau kegagalan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam

menyelenggarakan tugas keperawatan secara bersama para perawat dituntut

untuk saling bekerjasama dan saling mendukung antara yang satu dengan yang

lain. Kinerja tim perawat yang efektif akan berbuah pada pencapaian kualitas

pelayanan yang maksimal.

Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat

di RSUD X. Melalui survei kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data

yang menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan

komunikasi yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling

mendukung, kurang mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan

teamwork yang kurang efektif di RSUD X. Hasil wawancara dengan beberapa

perawat, staf, pegawai dan pasien di RSUD X memberikan informasi yang

mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana bukanlah masalah yang

Page 27: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

27

menyebabkan kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh pihak RSUD

X.

Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya

keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran

para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering

menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang

harmonis yang menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator masalah

yang sebenarnya dihadapi oleh pihak RSUD X.

B. Analisis

Dari studi kasus tersebut dapat dilihat adanya masalah teamwork di rumah

sakit X, khususnya teamwork perawat. Permasalahan yang terjadi di antaranya

nampak dari sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang

adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya

kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi. Hal ini

sering menimbulkan konflik dan mengakibatkan hubungan antar perawat kurang

harmonis.

Hal ini juga berdampak pada pelayanan pasien sehingga muncul

ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD X

karena perawat merupakan sumber daya rumah sakit yang paling sering

berinterkasi dengan pasien. Dan dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya

kerja sama antar tim agar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada pasien.

Page 28: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

28

DepKes RI (2000) mengemukakan bahwa sumber daya manusia yang

terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien rumah sakit,

sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan. Meskipun rumah sakit telah

berupaya memperbaiki sarana dan prasarana yang ada dengan sebaik mungkin,

namun jika sumber daya yang memberikan pelayanan bermasalah, juga akan

berdampak pada pelayanan yang diberikan. Perawat adalah salah satu pemegang

peran utama dalam penentuan keberhasilan rumah sakit. Keberhasilan pelayanan

rumah sakit akan ditentukan oleh kualitas pelayanan perawat yang merupakan

faktor penentu keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima oleh pasien.

Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,

sehingga kepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi klien

(pasien) khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah

sakit (Depkes RI, 2008).

Permasalahan teamwork yang terjadi di antara perawat di rumah sakit X

dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan rumah sakit tersebut. Karena

teamwork dalam organisasi merupakan sarana untuk dapat mencapai target dan

tujuan organisasi (West, 1994). Selain itu produktivitas dan efektivitas rumah

sakit juga akan menurun, karena menurut Siagian (2004) dalam menjalankan

roda organisasi, penekanan diletidakkan pada pendekatan teamwork yang

ternyata merupakan senjata yang ampuh dalam upaya meningkatkan

produktivitas dan efektivitas organisasi.

Teamwork sangat penting dalam organisasi karena akan menghasilkan

kinerja yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara

Page 29: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

29

individual. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen P. Robbins (2003) yang

menyatidakan bahwa tim adalah suatu kelompok dimana individu menghasilkan

suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan individu

tersebut. Suatu tim kerja membangkitkan sinergi positif lewat upaya yang

terkoordinasi. Pelaksanaan teamwork secara efektif akan berdampak pada

kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Perawat rumah sakit X seharusnya memiliki pemahaman yang sama

mengenai karakteristik utama yang menyebabkan teamwork menjadi efektif

sehingga mampu mencapai tujuan organisasi. Perawat seharusnya mengerti

dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan baik pula dengan

dukungan bersama. Oleh sebab itu dibutuhkan rasa saling ketergantungan, rasa

saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas.

Tercapainya teamwork yang efektif akan memberikan manfaat yang besar,

baik untuk individu maupun organisasi. Manfaat bagi individu diantaranya

adalah pekerjaan menjadi lebih bervariasi dan memiliki kesempatan untuk

mempelajari keahlian baru. Sedangkan bagi organisasi adalah bisa meningkatkan

komitmen terhadap keputusan yang telah disepakati, meningkatkan produktifitas

dan efektivitas organisasi.

Jika perawat di rumah sakit X mampu menciptidakan teamwork yang

efektif, maka akan bisa meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang

diberikan rumah sakit sehingga jumlah pasien juga akan meningkat. Selain itu,

visi rumah sakit untuk menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh

masyarakat akan dapat diwujudkan.

Page 30: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

30

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi

serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat

bekerja dalam tim yaitu untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan

bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar anggota memiliki visi dan misi yang

sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara efesiensi dan efektif.

Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak menghasilkan

sinergy positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi

dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui

usaha yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi

daripada jumlah masukan individual.

Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila

peningkatan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus

memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik. Dalam Tim

kerja harus mempunyai Sembilan peranan yaitu

1. Pencipta-pembaharu

2. Penjelajah-Promotor

Page 31: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

31

3. Penilai-Pengembang

4. Pendorong-Pengorganisasi

5. Penyimpul-penghasil

6. Pengawas-Pemeriksa

7. Pemerkuat-Penasehat

8. Pelapor-Penasehat

9. Penaut

Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas

yang harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi

bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial.

B. Saran

1. Meskipun teamwork menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi,

namun masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan

tanggung jawab dalam keorganisasian.

2. Teamwork tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap,

maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi

yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu,

perbedaan cara kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan positif.

Page 32: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

32

DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P (2008), Organizational Behavior, Concept, and Application, 12th

Edition, Prentice Hall, USA.

https://docs.google.com/viewer?

a=v&q=cache:MM3WCldmKyUJ:kk.mercubuana.ac.id/files/31010-6-

450265706268.doc+peranan+tim+kerja+sebagai+pencipta+atau+pembaharu&

hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiXWvPX3BNVtWeRATufx-

eMsegP0G4CN6MClElfqiMrVCIbiG-

5TCbD0oX0aRSfQWuGAU5KglpF2b7bhhufn_qmNt5CQRSnusvXMRiPUd

8yPZ8QJlqRXCkvNHkkOsfSZIyZOA5a&sig=AHIEtbRPCp-

B0QdKJQyqn0VwgpZXoEvKVQ [Diakses 10 April 2012]

http://kulpulan-materi.blogspot.com/2013/01/tahap-tahap-perkembangan-

kelompok.html [Diakses 10 April 2013]

http://managementfile.com/journal.php?id=211&sub=journal&page=strategic

[Diakses 10 April 2013]

http://ririndwi19.blogspot.com/2011/12/manfaat-dan-tujuan-bekerja-dalam-tim.html

[Diakses 10 April 2013]

http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html

[Diakses 10 April 2013]

Page 33: Web viewSaling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim

33

http://www.leadership-park.com/new/more-about-u/tahap-tahap-perkembangan-

tim.html [Diakses 10 April 2013]