PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS...

63
PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH MUSLIM (KAJIAN MATERI DAN METODE PEMBELAJARAN) Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh: MUHAMMAD SHIRAJUL ILMI NIM: 1112011000032 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS...

Page 1: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS

DALAM KITAB SHAHIH MUSLIM

(KAJIAN MATERI DAN METODE PEMBELAJARAN)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

MUHAMMAD SHIRAJUL ILMI

NIM: 1112011000032

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 3: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 4: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 5: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 6: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

v

ABSTRAK

Muhammad Shirajul Ilmi, NIM: 1112011000032, Pendidikan Kejujuran

dalam Perspektif Hadits dalam Kitab Shahih Muslim (Kajian Materi dan

Metode Pembelajaran)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi dan metode apa saja

yang bisa digunakan untuk mengajarkan sifat jujur kepada anak dalam perspektif

hadits Shahih Muslim.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif dengan pendekatan kepustakaan (library research). Adapaun

sumber penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab Shahih

Muslim sebagai sumber primer, dan buku-buku lainnya sebagai sumber sekunder.

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik content analysis. Adapun dalam

pembahasannya menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan

berupa kata-kata bukan angka-angka.

Hasil penelitian ini adalah mengenai materi dan metode pembelajaran

yang sesuai untuk mengajarkan sifat jujur kepada anak di sekolah maupun di

rumah. Materi yang bisa diajarkan kepada anak sebagai pembelajaran kejujuran

adalah kejujuran membawa kepada surga, kejujuran dalam jual beli, dusta adalah

salah satu tanda kemunafikan. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode

targhib dan tarhib, atau yang biasa kita sebut metode ganjaran dan hukuman.

Page 7: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

vi

ABSTRACT

Muhammad Shirajul Ilmi, NIM: 1112011000032, Honesty Education in

Hadits Perspective in Shahih Muslim book (Study of Material and Learning

Methods)

This study aims to determine what materials and methods can be used to

teach honesty to children in the perspective of Saheeh Muslim hadith.

The type of research used in this study is a type of qualitative research

with a library approach. There are several research sources used in this study,

namely Saheeh Muslim as a primary source, and other books as secondary

sources. The analysis technique in this study is content analysis technique. The

discussion uses descriptive methods because the data collected is in the form of

words rather than numbers.

The results of this study are about the appropriate learning materials and

methods to teach honesty to children at school and at home. The material that can

be taught to children as a learning honesty is honesty brings to heaven, honesty in

buying and selling, lying is one sign of hypocrisy. While the method used is the

method of targhib and tarhib, or what we usually call the method of reward and

punishment.

Page 8: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji kehadirat Allah Swt yang awal

dan yang akhir, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan segala macam

petunjuk serta kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Shalawat dan salam tercurah limpah kepada junjungan alam Nabi besar

Muhammad Saw yang telah menjadi uswah hasanah dalam segala segi kehidupan,

semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil qiyamah , aamiin.

Dengan penuh rasa syukur skripsi berjudul “Pendidikan Kejujuran

dalam Perspektif Hadits dalam Kitab Shahih Muslim (Kajian Materi dan

Metode Pembelajaran)” ini akhirnya dapat terselesaikan. Skripsi yang memuat

sudut pandang hadits dalam memandang pendidikan kejujuran ini tidak akan

terselesaikan tanpa bantuan, dorongan, dan do’a dari banyak pihak. Maka

seyogyanya penulis haturkan ucapan terima kasih yang mendalam kepada seluruh

pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendo’akan penulis dalam

menempuh tugas akhir ini. Terkhusus penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku

Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

3. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, selalu Dosen Pembimbing skripsi, yang selalu

meluangkan waktu dan tiada henti memberikan semangat, arahan, bimbingan

dan dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Drs. Achmad Gholib, M.Ag, selaku Dosen Penasehat Akademik. Serta bapak

dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Page 9: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

viii

yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu

yang sangat bermanfaat untuk penulis.

5. Orang tua tercinta (H. Badaruddin dan Hj. Hadijah), adik-adik (Nurul Ihsan,

Shaniatun, Lea Sundari) beserta seluruh keluarga yang telah memberikan

motivasi, dorongan, cinta kasih dan do’a yang tulus tanpa batas.

6. Hanny Puspitasari untuk waktu luang, bantuan serta supportnya kepada

penulis dalam menulis skripsi ini. Semoga selalu bahagia dunia dan akhirat.

7. Keluarga Santri Soleh, Agus Setiawan, Ichsan Saputra, Andra Kurnia,

Ilhamsyah, Indra Saputra, Labib Fauzan, Murtadlo, Rahmatullah Basri,

Rendy Iskandar Chaniago, Muhammad Yusuf Kurniawan, Budi Firmansyah,

Panji Buana, Syahrul Falakh, Muzakka, Khairul Anam, Ikhwan Hakim

Rangkuti, Joko Lebowo, Arief Dermawan, Azhar Nur Fajar Alam dengan

tanpa rasa bosan selalu ada untuk penulis dalam suka maupun duka.

8. Kawan-kawan seperjuangan PAI kelas A 2012, yang selalu menyemangati

penulis selama belajar di kampus ini. Semoga sukses kawan, perjuangan kita

masih panjang.

9. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan

kepada penulis baik secara moril maupun materiil. Penulis ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya.

Akhirnya, penulis hanya dapat berdo’a semoga amal kebaikan mereka diterima

oleh Allah Swt serta mendapat imbalan yang semestinya. Penulis berharap skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.

Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Jakarta, 29 April 2019

Muhammad Shirajul Ilmi

Page 10: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………………..i

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………….ii

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING…………………………...iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………………………...iv

ABSTRAK………………………………………………………………………...v

ABSTRACT………………………………………………………………………vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………...1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………...8

C. Pembatasan Masalah…………………………………………..9

D. Perumusan Masalah…………………………………………...9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Teori Pendidikan Akhlak…………………………………….11

1. Pengertian Pendidikan Akhlak…………………………...11

2. Dasar-dasar pendidikan Akhlak………………………….13

3. Tujuan Pendidikan Akhlak……………………………….14

4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak……………………...16

B. Teori Kejujuran………………………………………………16

1. Pengertian Kejujuran……………………………………..16

2. Keutamaan Jujur………………………………………….17

Page 11: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

x

3. Manfaat Kejujuran……………………………………….21

4. Pembelajaran Kejujuran…………………………………22

C. Teori Hadits…………………………………………………26

1. Pengertian Hadits………………………………………..26

2. Kedudukan dan Fungsi Hadits…………………………..27

3. Hadits Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan.......................30

D. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………….33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian…………………………………………….35

B. Jenis Penelitian………………………………………………36

C. Sumber Data…………………………………………………36

D. Metode Pengumpulan Data………………………………….37

E. Teknik Analisis Data………………………………………...38

F. Pedoman Penulisan…………………………………………..39

BAB IV ANALISIS HADITS MATERI DAN METODE PENDIDIKAN

KEJUJURAN

A. Materi Pendidikan Kejujuran………………………………..40

1. Kejujuran Membawa kepada Surga……………………..40

2. Kejujuran dalam Jual Beli……………………………….46

3. Dusta adalah Salah Satu Tanda Orang Munafik………...50

B. Metode Pembelajaran Kejujuran…………………………….53

Metode Targhib dan Tarhib………………………………….53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………..60

B. Implikasi……………………………………………………...61

C. Saran………………………………………………………….61

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………62

Page 12: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jujur, satu kata yang sering diucapkan tetapi untuk dipraktikkan dalam

kesehariannya menemui berbagai kendala. Setiap orang tua yang peduli dengan

pendidikan akhlak anak-anaknya pasti selalu menekankan mereka untuk

berperilaku jujur di setiap waktu dan tempat. Jujur itu adalah perbuatan yang

terpuji, semua orang setuju dengan itu. Mengatakan sesuatu berdasarkan apa yang

dilihat, didengar, dilakukan dan dirasakan itulah kejujuran. Dengan berkata jujur

dapat menenangkan batin walaupun nantinya timbul konsekuensi yang harus

dihadapi, entah itu berbentuk apresiasi atau hukuman. Syukur-syukur kalau

mendapat apresiasi, kalau mendapat hukuman bagaimana? Orang yang berkata

jujur juga belum tentu mendapatkan apresiasi yang setimpal dari masyarakat.

Ketakutan akan respon negatif dari masyarakat akhirnya mendorong

banyak orang enggan dan tidak berani berkata jujur terutama ketika melakukan

suatu kesalahan. Hingga akhirnya terjadilah krisis kejujuran pada masyarakat kita.

Maka jangan heran jika korupsi merajalela di Negara kita ini lantaran krisisnya

sifat jujur dalam diri setiap individunya. Yang akhirnya tidak hanya merugikan

diri sendiri, akan tetapi juga merugikan orang banyak, terutama merugikan Negara

kita tercinta ini.

Di Negara kita krisis kejujuran tergolong besar, hal ini terbukti dari

banyaknya kasus korupsi yang merajalela. “Korupsi sudah menjadi cara atau jalan

hidup bagi sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia”.1 International

Transparency, pada tahun 2018, dalam laporannya sebagaimana dimuat dalam

koran online suara.com, menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara

1 Anshori LAL, Pendidikan Islam Transformatif, (Ciputat: Referensi, 2012), Cet. I, h. 113

1

Page 13: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

2

terkorup di dunia, yaitu peringkat ke 96 dari 180 negara yang disurvey oleh

Transparency International.2

Sebagaimana yang dikatakan Anshori dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan Islam Transformatif bahwasanya “korupsi adalah produk dari sikap

hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran

dan sebagai kekuasaan mutlak”.3 Mereka menghalalkan segala cara untuk

memperoleh banyak uang untuk kepentingan dan kepuasan pribadinya tanpa

mempedulikan dampak dari apa yang telah mereka lakukan bagi kemaslahatan

bersama.

Krisis moneter dan diikuti krisis ekonomi yang telah melanda bangsa

Indonesia boleh jadi berpangkal pada krisis akhlak. Banyak kalangan

menyatakan persoalan bangsa tersebut akibat merosotnya moral bangsa

dengan mewabahnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) diberbagai

bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu semenjak awal

reformasi, tuntutannya melakukan reformasi secara menyeluruh harus

menyentuh pada aspek yang berkaitan dengan bidang akhlak. Sebab

akhlak yang buruk serta rendahnya kualitas keimanan dan ketaqwaan

masyarakat Indonesia merupakan faktor utama tumbuh suburnya praktek-

praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme.4

Korupsi di Indonesia bagaikan sebuah penyakit yang sulit untuk

disembuhkan dan sudah menjadi sebuah permasalahan yang rumit. Untuk

memberantas korupsi di Indonesia tidak cukup hanya dengan melakukan tindakan

pemberantasan, namun juga perlu diadakan pencegahan agar tindak pidana

korupsi jangan sampai terjadi lagi. خ ة اي ق الو ر ي ج ل ع ال ن م (mencegah lebih baik dari

pada mengobati). Salah satu upaya pencegahannya adalah dengan cara

menumbuhkan sikap peduli untuk melawan korupsi5 dan juga menanamkan

pendidikan akhlak khususnya sifat jujur dalam segala hal kepada anak. Mengapa

2 https://www.suara.com/news/2018/02/23/165022/indonesia-jadi-negara-terkorup-

nomor-96-di-dunia diakses 9 April 2019 pukul 11.47 3 Anshori, Op.Cit, h. 114 4 Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan

Islam, Cet II (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), h. 25 5 Eko Handoyo, dkk., Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Anti Korupsi

Di Sma 6 Kota Semarang, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, (Portal Garuda:

Jurnal) h. 1

Page 14: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

3

dimulai dari anak-anak? Karena di tangan merekalah nasib Indonesia di masa

depan nanti. Merekalah calon-calon pemimpin masa bangsa di masa yang akan

datang.

Menanamkan sifat jujur pada diri tidaklah mudah, butuh waktu dan proses

yang lama, agar sifat jujur tidak hanya sekedar diketahui dan dipelajari saja, akan

tetapi juga harus menjadi bagian dari akhlak seseorang atau spontan dilakukan

oleh pelakunya tanpa pikir-pikir terlebih dahulu. Itulah mengapa penting sekali

menanamkan sifat jujur sedini mungkin, sehingga jujur itu sudah menjadi bagian

dalam diri, dan ketika ia melakukan sebaliknya ada rasa berdosa dan penyesalan

yang sangat mendalam dalam dirinya sehingga ia berani menanggung segala

konsekuensi dari perbuatan yang telah ia lakukan. Dalam hal ini pendidikan,

formal maupun non formal menjadi solusi paling strategis untuk menanamkan

sifat jujur dalam diri anak-anak penerus bangsa.

Pendidikan di Negara kita berdasarkan UUD 1945 memiliki fungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.6 Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan menanamkan sifat jujur kepada

setiap individu. Karena bangsa yang bermartabat serta beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa pasti memiliki sifat jujur dalam dirinya dan

senantiasa berperilaku jujur dalam segala hal.

Penting juga untuk diketahui bahwa tujuan awal pendidikan dalam Islam

yaitu menjadikan anak mampu dalam menata kehidupannya sendiri, dengan

dibekali ilmu dan keterampilan yang memadai. Sedangkan mengenai tujuan akhir

6Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, (Jakarta : Dinas

Pendidikan, 2007), h.1

Page 15: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

4

dari pendidikan dalam Islam yaitu mewujudkan anak dengan tingkat spiritualitas

yang tinggi dan berakhlakul karimah.7

Saleh Abdul Aziz dalam buku Konsep Dasar Pendidikan Akhlak Dalam

al-Qur’an dan Petunjuk Penerapannya dalam Hadits karangan Mahjuddin

mengatakan bahwasanya, “rumusan tujuan dasar pendidikan Islam adalah

menciptakan kemampuan bekerja bagi anak, untuk mampu hidup dengan baik dan

menanamkan nilai spiritual dalam dirinya, untuk mendapatkan ridha Allah”.8

Sifat jujur merupakan salah satu unsur dalam pendidikan akhlak yang

harus diberikan kepada anak tanpa mengesampingkan unsur lainnya dalam

pendidikan akhlak, agar hidup anak menjadi lebih tertata dan senansiasa

berakhlakul karimah di sepanjang hidupnya demi mendapatkan ridha Allah Swt.

Pada dasarnya, segala ilmu yang diberikan kepada anak semestinya harus

selalu memiliki nuansa pendidikan akhlak. Agar segala ilmu yang mereka

dapatkan selalu terkait dengan nilai-nilai akhlak. Sehingga ketika ilmu tersebut

diamalkan, akan diamalkan untuk kebaikan bukan untuk sebaliknya.9 “Ini

merupakan suatu upaya untuk memagari dan memberikan rambu-rambu kepada

setiap ilmu dan keterampilan yang telah diberikan kepada anak, sehingga ilmu dan

keterampilannya tidak digunakan untuk menyusahkan orang lain, tetapi

sebaliknya, selalu digunakan untuk kemakmuran, keamanan, dan ketentraman

hidup bagi manusia”.10

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan akhlak memiliki

peran yang penting dalam pendidikan, karena akhlak merupakan dasar dan

landasan yang kokoh untuk kehidupan manusia agar selalu bermanfaat bagi

bangsa maupun agama.

Prof. KH. Farid Ma’ruf dalam buku Akhlak Tasawuf karya Drs. H. A.

Mustofa mengatakan bahwasanya Akhlak adalah “Kehendak jiwa manusia yang

menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan

7Mahjuddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), Cet. I, h.

13 8Ibid, h. 13 9Ibid, h. 13-14 10Ibid, h. 14

Page 16: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

5

pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.11

Itulah mengapa persoalan akhlak

mendapat perhatian sangat besar dalam Islam. Dalam ajaran Islam, kaidah untuk

mengerjakan baik dan buruk telah tertera dalam al-Qur’an dan Hadits. Dalam hal

ini Rasulullah Saw adalah teladan yang ideal. Rasulullah menjadi sumber segala

rujukan akhlak ummat Islam. Hal tersebut telah ditetapkan oleh Allah Swt

sebagaimana firman-Nya:

هللا و ذ ك ر ر ال خ م ي ر ج وا هللا و ال ي و ك ان ة ح س ن ة ل م ن و أ س هللا ر س و ل ف ل ك م ك ان ل ق د را ث ي ك

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab: 21)

Sejatinya, akhlaklah yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia

yang tidak memiliki akhlak (mulia) akan cenderung menuruti hawa nafsunya. Ia

akan melakukan apa saja yang ia sukai. Sementara manusia yang berakhlak mulia

akan dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan

hawa nafsu syahwatnya, berpegang teguh kepada sendi-sendi agama.

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim, kita harus meniru akhlak mulia

Rasulullah Saw. Karena salah satu tujuan Rasulullah diutus ke dunia ini adalah

untuk menyempurnakan akhlak. Pembentukan akhlak mulia ini bisa dilakukan

melalui pendidikan. Dengan demikian masalah akhlak harus diperhatikan.

Terutama dari kalangan pendidik, alim ulama, pemuka masyarakat dan orang tua.

Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Sifat

jujur termasuk ke dalam akhlak terpuji, “Kejujuran adalah dasar dari komunikasi

yang efektif dan hubungan yang sehat. Ini membuktikan bahwa kejujuran sangat

penting, supaya hubungan anak dan keluarga dapat terjalin dengan harmonis”.12

11 H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Cet. VI, h. 13-14 12 Yunia Rahma Utami, dkk., Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran

Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I Dan Ii Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran

Tahun 2013, (Portal Garuda: Jurnal), h. 3

Page 17: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

6

Dalam hal ini, pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dan

strategis dalam mengembangkan akhlak anak. “Peranan guru sangat penting

dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran pada siswa, karena guru sering

bersentuhan langsung dengan anak-anak didiknya dalam proses pembelajaran.

Saat proses itulah peran-peran guru menanamkan tradisi kejujuran kepada siswa-

siswinya”.13

Dalam proses pendidikan, pada dasarnya ada tiga unsur utama yang harus

terpenuhi, yaitu:

1. Pendidik (orang tua/guru/ustadz/dosen/ulama/pembimbing).

2. Peserta didik (anak/santri/siswa/mahasiswa).

3. Ilmu atau pesan yang disampaikan (nasihat, materi

pelajaran/kuliah/ceramah/bimbingan).14

Unsur-unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi saling

mempengaruhi dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Jika salah satu dari

unsur-unsur tersebut tidak ada, maka proses pendidikan tidak dapat berjalan

dengan baik.

Selain itu ada tiga unsur lain sebagai pendukung atau penunjang dalam

proses pendidikan agar mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu:

1. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

2. Metode yang menarik.

3. Pengelolaan/manajemen yang profesional.15

Unsur utama dan unsur pendukung tersebut merupakan suatu yang sangat

penting untuk diperhatikan. Semua unsur tersebut sangat berkaitan erat dengan

tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang ingin dicapai tidak akan tercapai jika

salah satu diantara unsur-unsur tersebut tidak ada.

13 Hestia, dkk., Peranan Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran Pada Siswa Kelas

VIII Smp Negeri 1 Jati Agung Tahun Pelajaran 2012/2013, (Portal Garuda: Jurnal), h. 2 14 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet.1,

2005), h. 14-15 15 Ibid, h. 15

Page 18: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

7

Diantara rujukan yang digunakan sebagai sumber dari pendidikan akhlak

adalah hadits Nabi. Hadits Nabi merupakan penjelas dan penguat hukum-hukum

dalam al-Qur’an sekaligus sebagai pedoman bagi kemaslahatan hidup manusia

dalam semua aspeknya dan sudah tidak bisa diragukan lagi. Hal ini disebabkan,

meskipun secara umum bagian terbesar dari syari’at Islam telah terkandung dalam

al-Qur’an, namun muatan hukum yang terkandung belum mengatur berbagai

dimensi aktivitas kehidupan umat secara terperinci dan analitis.

Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an.

Fungsi hadits sebagai penjelas al-Qur’an menempatkan hadits pada posisi yang

sangat sentral dalam Islam. Sebenarnya, antara al-Qur’an dan hadits tidak dapat

dipisahkan. Munculnya hadits yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw

pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan dari wahyu al-Qur’an. Oleh karena

itu kedua sumber ini tidak bisa dipisahkan.

Hadits Nabi yang jumlahnya ribuan bahkan ratusan ribu mengandung

aneka nilai yang cukup kaya. Itu semua merupakan sumber inspirasi yang tidak

akan pernah habis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Banyak sekali

perintah Nabi dalam haditsnya yang mengharuskan kita berakhlak mulia dalam

keseharian hidup kita, karena keuntungan berakhlak mulia kembali kepada diri

kita masing-masing.

Nabi Muhammad Saw adalah seorang pendidik yang sangat profesional.

Nilai-nilai pendidikan yang ada dalam diri Nabi Muhammad Saw menunjukkan

bahwa beliau telah berhasil menjadi guru yang profesional. Beliau mampu

berkomunikasi dengan setiap orang sesuai dengan kadar kesanggupan orang

tersebut.16

Banyaknya pendidik yang tidak meneladani cara-cara mendidik

sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw namun lebih kepada

pemikiran pendidikan dari Barat, membuat penasaran penulis untuk

16 Abuddin Nata dan Fauzan (eds), Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Ciputat: UIN

Jakarta Press, 2005), cet I, h. 28

Page 19: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

8

mengungkapkan konsep pendidikan bukan hanya dari pemikiran para tokoh Barat

saja, tetapi juga dari perspektif al-Qur’an dan Hadits. Karena bagaimanapun, jauh-

jauh hari sebelumnya kedua sumber ajaran Islam ini telah memberikan pelajaran

kepada kita akan pentingnya berakhlak mulia.

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa hadits memuat prinsip-

prinsip akhlak dalam membangun kehidupan. Secara tidak langsung hadits

memiliki peran penting sebagai rujukan dalam penyelesaian masalah-masalah

yang terjadi, terutama permasalahan korupsi yang dilatari oleh minimnya sifat

jujur.

Maka berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tergerak untuk

mengetahui pendidikan kejujuran seperti apa yang diajarkan Islam melalui hadits-

hadits Nabi. Yaitu secara spesifik lagi hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Muslim. Penulis hanya berusaha untuk meneliti pendidikan kejujuran seperti apa

yang diajarkan Islam melalui hadits-hadits Nabi dalam sebuah kitab fenomenal

karangan Imam Muslim yaitu kitab Shahih Muslim. Maka dari itu penulis tergerak

untuk menyusun sebuah tulisan yang semoga dapat menjadi suatu bahan acuan

bagi penulis, maupun seluruh pelaku pendidikan pada umumnya dengan judul

“Pendidikan Kejujuran dalam Perspektif Hadits dalam Kitab Shahih

Muslim (Kajian Materi dan Metode Pembelajaran).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Lemahnya sifat jujur pada kebanyakan warga Negara Indonesia.

2. Kurangnya perhatian dan kesadaran orang tua, guru, serta masyarakat sekitar

dalam membina akhlak yang baik.

3. Korupsi merajalela dikarenakan kurangnya sifat jujur dalam diri.

4. Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia menurut International

Transparancy

Page 20: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

9

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dan tepat dalam

pembahasannya, maka perlu adanya pembatasan masalah terkait masalah-masalah

yang akan diteliti secara lebih mendalam. Dalam hal ini penulis mencoba

mengungkap materi dan metode pembelajaran kejujuran dengan membatasi

hadits-hadits no 89, 147, 2825, dan 4721, dalam kitab Shahih Muslim karangan

Imam Muslim.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah yang diteliti adalah:

1. Bagaimana materi pendidikan kejujuran dalam perspektif hadits Shahih

Muslim?

2. Bagaimana metode pendidikan kejujuran dalam perspektif hadits Shahih

Muslim?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui metode pendidikan kejujuran dalam perspektif hadits

dengan mengkaji hadits-hadits tentang kejujuran dalam buku Shahih Muslim.

2. Untuk mengetahui materi pendidikan kejujuran dalam perspektif hadits

dengan mengkaji hadits-hadits tentang kejujuran dalam buku Shahih Muslim.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Penulis, hasil penelitian ini merupakan modal awal dalam mengetahui segala

sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan akhlak dalam perspektif hadits

dan menjadi acuan penulis dalam melaksanakan pendidikan yang ideal.

2. Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk dijadikan salah satu bahan pertimbangan dan rujukan dalam

mengetahui perspektif hadits terhadap pendidikan akhlak.

Page 21: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

10

3. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta untuk dijadikan salah satu acuan dalam pembenahan pendidikan yang

semestinya.

4. Dunia pendidikan secara umum dalam menambah khazanah ilmu

kependidikan khususnya tentang pendidikan akhlak dalam perspektif hadits.

Page 22: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan dua rangkaian kata yang terdiri dari

kata “pendidikan” dan “akhlak”. Sebelum penulis menjelaskan mengenai

pendidikan akhlak, terlebih dahulu akan penulis jelaskan mengenai

pengertian pendidikan, kemudian pengertian akhlak dan selanjutnya

pengertian pendidikan akhlak yang merupakan penggabungan dari kata

pendidikan dan kata akhlak.

Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “didik” yang berarti

“proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan”.1

Sedangkan secara terminologi, menurut Hasbullah dalam bukunya

yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, pendidikan adalah usaha

manusia untuk menyesuaikan kepribadian dirinya dengan norma-norma

yang berlaku dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau bisa juga diartikan

sebagai bimbingan yang dengan sengaja diberikan kepada peserta didik,

agar ia menjadi dewasa.2

Pendidikan menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya yang

berjudul Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis adalah “Segala usaha orang

dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”. Atau bisa

disebut sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), ed. 3, cet. II, h. 263 2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.

1

11

Page 23: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

12

anak-anak, agar mereka dapat bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan

masyarakat.3

Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara.4

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan

bahwasanya pendidikan adalah suatu proses penanaman potensi dalam

diri anak, di mana proses tersebut memberikan perkembangan kepada

anak didik untuk terus berkembang menuju kedewasaan agar berguna

untuk dirinya dan masyarakat sekitarnya.

Sedangkan pengertian akhlak, secara etimologi akhlak berarti

“budi pekerti, kelakuan”.5 Kata akhlak berasal dari bahasa Arab ( قلخأ )

yang sudah di Indonesiakan. Kata قلخأ adalah bentuk jamak dari kata

قلال dan yang berarti قلال المروءة , العادة , جية الس ,dan الطبع .6

Akhlak secara terminologi adalah “keadaan jiwa seseorang yang

selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan

lama ataupun keinginan”.7

3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h. 10

4 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1, Pasal 1 5 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., h. 20 6 Fr. Louis Ma‟luf al-Yassu‟i dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu‟i, al-Munjid, (Beirut:

Maktabah As-Syaraqiyyah, 1986), h. 194 7 Mahmud al-Mishri Abu Umar, Ensiklopedia Akhlak Muhammad Saw, Terj. dari

- , oleh Abdul Amin, dkk., (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2011), Cet.

II, h. 6

Page 24: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

13

Sedangkan menurut al-Ghazali akhlak adalah:

ر تا عف ة ررا ة الف ي ستللةوسسرعبارةع عا الف م 8حاجةإلفكرورؤسة

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan

dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.

Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah

mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan

perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.9

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

akhlak adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak

didik melalui proses pengajaran, pembinaan, pelatihan, pengasuhan, dan

tanggung jawab untuk diarahkan kepada suatu arah dan kebiasaan yang

baik dan mulia, baik aspek jasmaninya maupun rohaninya secara terus

menerus dan bertahap, agar anak didik tersebut dapat membedakan mana

yang baik dan mana yang buruk sehingga menjadi anak yang berakhlak

mulia.

Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan

maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak

yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi

pergaulan antara sesamanya.

2. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak

Dasar merupakan suatu yang sangat penting untuk diperhatikan,

karena dasar menjadi syarat penting agar sesuatu dapat berdiri dengan

tegak dan kokoh. Seperti layaknya sebuah bangunan, bangunan tersebut

tidak akan dapat berdiri tegak dan kokoh kalau dasarnya tidak kuat begitu

8 Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Semarang: Toha Putra), Jilid 3, h. 52 9 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 5

Page 25: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

14

juga sebaliknya. Hubungannya dengan pendidikan adalah agar pendidikan

selalu memiliki kekuatan dan selalu mampu untuk berjuang, dengan

adanya dasar-dasar sebagai landasan atau tempat berpijak yang kuat dan

kokoh.10

Rasulullah Saw bersabda:

رنأهغلهنأكالمعنث حو وهيلعىللالصللال قمل تكراكمبمتكساتاملل ضلسرمأمكيف )رواهمالك(هيبنةفوللا ابتا

“Aku tinggalkan padamu dua perkara; jika kamu berpegang teguh

padanya kamu tidak akan tersesat sesudahku, yaitu Kitab Allah dan

Sunnah RasulNya.” (HR. Malik)

Dari hadits di atas tergambar dua dasar pendidikan yang

monumental yang dijadikan sebagai sumber dalam melaksanakan

pendidikan Islam, sekaligus dia juga sebagai sumber syari‟at dalam Islam

yang harus dipegang secara utuh. Dasar pendidikan tersebut secara jelas

adalah al-Qur‟an dan Hadits. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa

dasar dan pijakan pendidikan akhlak adalah al-Qur‟an dan Hadits Nabi.

Dari dasar dan pedoman itulah dapat diketahui kriteria suatu perbuatan itu

baik ataupun buruk. Prinsip menjadikan al-Qur‟an dan Hadist sebagai

dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran

keyakinan semata. Namun kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran

yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah.

3. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak menurut para ahli di antaranya menurut

Mahmud Yunus: “tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putra-

putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan

10 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), h. 58

Page 26: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

15

keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur

bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya.”11

Adapun menurut Yatimin Abdullah tujuan dari pembinaan akhlak

adalah menjadikan manusia bertakwa dan selalu dekat dengan Allah.

Manusia yang bertakwa kepada Allah akan selalu menjaga kebersihan diri

dan kesucian jiwanya. Jiwa yang suci membawa budi pekerti yang baik

dan luhur. Ibadah yang dilakukan semata-mata ikhlas hanya untuk

Allah.12

Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana

yang dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara adalah:

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk

meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti,

memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan

dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia

pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-

sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.13

Sejalan pula dengan tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang

berdasarkan UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.14

Dari beberapa penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak yaitu mendidik budi pekerti

dan jiwa sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan

pendidikan akhlak juga adalah untuk mempersiapkan anak didik atau

11 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya

Agung, 1990), h. 22 12 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007),

h. 5 13 Lembaga Penelitian IAIN, Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta, Lembaga

Penelitian IAIN, 1983), h. 17-18 14 UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 2, Bab 4

Page 27: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

16

individu dan menumbuhkan segenap potensi yang ada, baik jasmani

maupun rohani, dengan pertumbuhan yang terus menerus agar dapat

hidup dan berkehidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota

masyarakat bagi dirinya dan umat.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam Islam, diantara

ruang lingkup pendidikan akhlak adalah sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap Allah ( liq).

b. Akhlak terhadap makhluk, terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Akhlak terhadap manusia, antara lain:

a) Akhlak terhadap Rasulullah Saw.

b) Akhlak terhadap orang tua.

c) Akhlak terhadap diri sendiri.

d) Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat.

e) Akhlak terhadap tetangga.

f) Akhlak terhadap masyarakat.

2) Akhlak terhadap bukan manusia.15

a) Hewan

b) Tumbuh-tumbuhan

B. Teori Kejujuran

1. Pengertian Kejujuran

Kata kejujuran secara etimologi berasal dari kata “jujur”, dan

memiliki banyak arti, antara lain: “lurus hati, tidak berbohong, tidak

curang, tulus, ikhlas”.16

Dalam bahasa Arab kejujuran disebut juga as-

shidq ( ق ال ) yang berasal dari kata shadaqa ( ق ص ). Jujur (as-shidq)

juga merupakan antonim dari kata bohong (al-kadzb).

15 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998), h.

356-359 16 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op.Cit., h. 479

Page 28: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

17

Secara istilah, jujur atau as-shidq berarti antara berita dan

kenyataan yang terjadi sebenarnya bersesuaian, sedangkan bohong atau

al-kadzb berarti sebaliknya, yaitu tidak adanya kesesuaian antara berita

dan kenyataan yang terjadi sebenarnya.17

Menurut Imam Raghib al-

Ashfahani sebagaimana yang dikutip oleh Yanuardi Syukur dalam

bukunya yang berjudul Terapi Kejujuran, “kejujuran adalah kesesuaian

perkataan hati nurani dan informasi terhadap perkataan itu bersama-

sama”. Jujur juga berarti “adanya kesamaan antara realitas (kenyataan)

dengan ucapan”.18

Dapat disimpulkan bahwa kejujuran adalah suatu pernyataan atau

tindakan yang sesuai dengan faktanya sehingga dapat dipercaya dan dapat

memberikan pengaruh bagi karakter seseorang. Kejujuran itu ada pada

ucapan dan juga pada perbuatan, sebagaimana seseorang melakukan suatu

perbuatan, tentu sesuai dengan apa yang ada pada batinnya. Orang yang

berbuat riya tidaklah dikatakan sebagai orang yang jujur karena dia telah

menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan

dalam batinnya. Begitu pula orang yang munafik tidaklah dikatakan

sebagai orang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai

seorang yang bertauhid, padahal tidak demikian adanya.

2. Keutamaan Jujur

Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam

kehidupan sehari-hari. Orang yang jujur dengan mudah dapat

meningkatkan harkat dan martabatnya. Salah satu contoh misalnya, kisah

Nabi Muhammad Saw sebelum menjadi Nabi, ketika beliau diberikan

tugas oleh Siti Khadijah untuk menjalankan usaha dagang. Karena

kejujuran beliau dalam berdagang, maka usaha tersebut berhasil dan

17 Tim Penulis Rumah Kitab, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, (Jakarta:

Rumah Kitab, 2014), Cet. I, h. 235 18 Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. IV, h. 16

Page 29: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

18

meraih keuntungan yang besar. Di samping itu nama beliau sebagai

seorang yang jujur semakin terkenal di mana-mana.

Di bawah ini beberapa keutamaan sifat jujur, diantaranya:

a. Mukadimah Akhlak Mulia

Bersikap jujur merupakan mukadimah bagi terciptanya akhlak

yang mulia. “Seorang yang jujur, dia akan mengakui kesalahannya,

dan berusaha keras untuk menjadikan dirinya mulia. Ia tidak ragu

berubah kalau ada hal-hal buruk dalam hidupnya”.19

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama dari kisah

seorang sahabat Nabi yaitu Umar bin Khattab ‘ . Dia

yang awalnya adalah seorang kafir yang sangat benci dan memerangi

umat Islam, akan tetapi karena kejujurannya akhirnya ia pun masuk

Islam. Setelah mendengarkan ayat al-Qur‟an di rumah saudarinya, ia

sangat takjub dengan kandungan dari ayat al-Qur‟an yang dibacakan

oleh saudarinya Fatimah binti Khattab bin Naufal al-Quraisyi. Karena

ia memiliki sifat jujur, ia pun mengakui bahwasanya al-Qur‟an itu

bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan benar-benar merupakan

kalam Allah Swt. Seketika itu juga ia menemui Nabi Muhammad Saw

lalu mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapan Nabi dan para

sahabat lainnya. Kisah ini adalah salah satu contoh bahwasanya sifat

jujur menjadikan kita berakhlak mulia.20

Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwasanya, tidak salah

jika sifat jujur dapat menjadi pengantar kita berakhlak mulia. Jika

setiap orang dari kita berani berlaku jujur terhadap diri sendiri dan

orang lain, pastilah tidak akan ada satu orang pun di muka bumi ini

yang memiliki akhlak tercela dalam dirinya. Hal ini bisa kita kaitkan

dengan kasus-kasus korupsi yang telah merajalela di negara kita ini.

Jika setiap koruptor memiliki sifat jujur di dalam dirinya, pastinya dia

tidak akan mampu dan tidak akan mau melakukan korupsi karena ia

19 Yanuardi Syukur, Terapi Kejujuran, (Jakarta: Niaga Swadaya) Cet. I, h. 9 20 Ibid, h. 10

Page 30: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

19

tahu dan sadar bahwasanya hal itu akan berdampak buruk bagi dirinya

dan juga banyak orang.

b. Alamat Keislaman Seseorang

Diantara keutamaan-keutamaan dari sifat jujur adalah

bahwasanya “kejujuran merupakan alamat bahwasanya seseorang itu

muslim”.21

Inilah yang membedakan antara orang muslim dan orang

kafir. Begitu banyak orang-orang non muslim di luar sana yang tahu

akan kebenaran Islam. Bahkan tidak hanya sekedar tahu, mereka

mempelajari Islam. Akan tetapi mereka masih tetap kukuh di dalam

kekufurannya karena kurangnya sifat jujur dalam diri mereka. Kalau

mereka berani jujur terhadap diri mereka sendiri, pasti mereka akan

menerima kebenaran Islam dan masuk ke dalamnya.

c. Jembatan Menuju Kebaikan

Keutamaan lainnya dari sifat jujur adalah sebagai jembatan

yang mengantarkan manusia menjadi orang yang baik. Sebaliknya,

sifat bohong juga jembatan yang mengantar menuju yang buruk.

“Mereka yang jujur akan diantarkan menuju surga, sedangkan yang

bohong akan mengarah pada neraka”.22

Pernyataan di atas secara jelas sudah tercantum di dalam

sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang juga

diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi di bawah

ini:

الب وإن الب ست يإل ق ال إن لم و صلىاللعليه الل ل ر قاالكببست يست يإلال سكت ص سااوإن قح الرج لي فةوإن

سكت ح ليكبب الرج وإن الفار ست يإل جلر ال وإن جلر ال إلاب 23كب

21 Ibid, h. 11 22 Ibid, h. 12 23 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2008), Juz 13, h. 14

Page 31: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

20

Rasulu

mengantarkan ke

(HR. Muslim)

Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwasanya jika kita

berlaku jujur, secara tidak langsung kita telah melatih diri kita untuk

selalu berbuat baik. Dan setiap kebaikan yang kita perbuat pasti akan

diberi balasan oleh Allah Swt. Walaupun terkadang berlaku jujur itu

sangat sulit untuk dipraktekkan, akan tetapi tetap harus kita

perjuangkan. Karena meski ganjarannya tidak kita dapatkan di dunia,

pasti akan kita dapatkan di akhirat nanti. Berlaku jujurlah walaupun

pahit terasa, karena buah dari kejujuran itu akan terasa lebih manis

dari pada madu sekalipun.

d. Senantiasa Mendatangkan Berkah

Selanjutnya keutamaan atau manfaat yang kita dapat jika

memiliki sifat jujur adalah “senantiasa mendatangkan berkah.

Berkahnya itu kadang tidak singka-sangka datangnya”.24

Perbedaan

antara orang yang bersifat jujur dan bohong adalah, meskipun orang

yang berlaku jujur hidupnya tidaklah kaya secara materi bahkan

tergolong pas-pasan, akan tetapi hidupnya akan lebih tenang jika

dibanding orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara berbohong.

Bagi orang yang jujur, meski tidak menjadikan hidupnya kaya raya

secara materi, akan tetapi baginya hatinya harus lebih kaya. Karena ia

lebih mementingkan keberkahan hidup daripada kekayaan hidup.

Keberkahan hidup tidak harus berbentuk harta, tetapi juga bisa dalam

bentuk kebahagiaan hati.

24 Yanuardi Syukur, Op.Cit., h. 14

Page 32: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

21

e. Disukai Orang

Secara naluri, manusia memang tidak suka dibohongi. Itulah

mengapa jika kita dibohongi oleh orang lain, maka kita akan merasa

sakit hati. Jika kita tidak suka dibohongi oleh orang lain, maka

janganlah kita membohongi orang lain.25

Orang yang selalu berlaku jujur senantiasa disenangi oleh

orang banyak karena memang pada hakikatnya kita sebagai manusia

sangat senang jika dihargai. Dengan berlaku jujur kepada siapa saja,

secara tidak langsung kita telah melakukan penghargaan yang besar

kepada setiap orang. Karena merasa kita hargai, akhirnya orang-orang

pun senang kepada kita.

3. Manfaat Kejujuran

Sifat jujur sangatlah bermanfaat bagi diri kita maupun orang-

orang disekeliling kita. Ada tiga golongan manfaat yang bisa didapat

kalau kita bersifat jujur. Pertama, manfaat bagi pribadi. Kedua, manfaat

bagi keluarga. Ketiga, manfaat bagi sosial.

a. Manfaat Pribadi

Kejujuran memiliki manfaat pribadi atau personal. Sebagai

contoh orang yang jujur itu disenangi oleh orang lain, “kalau kita

bertemu dengan orang jujur, kita merasa senang karena mereka tidak

akan mengkhianati kita”.26

Dari sini jelas sekali manfaat kejujuran

bagi diri kita pribadi, disenangi oleh orang banyak, dipercaya oleh

orang banyak, bahkan karna sifat jujur bisa mendatangkan rejeki yang

berlimpah. Orang yang jujur senantiasa merasakan damai dihatinya,

hidupnya pun selalu tenang, dan kecintaannya kepada kebenaran pun

semakin bertambah. Kebahagiaan inilah yang akan selalu orang jujur

rasakan dalam dirinya.

25 Ibid, h. 18 26 Ibid, h. 45

Page 33: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

22

b. Manfaat Keluarga

Kejujuran juga bermanfaat bagi keluarga, diantaranya adalah

sifat jujur dapat menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan

rahmah.27

Keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah tidak bisa

didapatkan jika tidak ada kejujuran dalam berumah tangga. Sebagai

contoh, jika tidak ada kejujuran antara suami dan istri, maka hilanglah

kepercayaan antara keduanya. Karena kejujuran dalam berumah

tangga senantiasa melahirkan rasa percaya antara satu dengan lainnya.

Dan jika sudah saling percaya antar satu dan lainnya, pastilah akan

tercipta kerukunan dan kebahagiaan dalam keluarga.

c. Manfaat Sosial

Kejujuran juga bermanfaat secara sosial. Diantaranya adalah

terciptanya sebuah ikatan sosial yang kuat, juga akan tercipta keadilan

dalam segala hal, serta mengundang keberkahan dari Allah Swt.28

Jika

sesama masyarakat saling berlaku jujur, maka akan timbul rasa saling

percaya antara sesama masyarakat. Jika sudah terdapat rasa saling

percaya dalam kehidupan bermasyarakat, terjalinlah sebuah ikatan

yang kuat antara satu dengan lainnya. Juga keadilan dalam hidup

bermasyarakat, akan terwujud jika pemimpin dan yang dipimpin

memiliki sifat jujur dalam diri masing-masing. Kesemuanya itu

pastinya akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt.

4. Pembelajaran Kejujuran

Kejujuran adalah salah satu hal yang pertama harus diajarkan

dalam dunia pendidikan. Karena dengan mengajarkan dan membiasakan

perilaku jujur kepada anak akan menjadikan mereka memiliki akhlak

yang mulia. Mengajarkan anak tentang kejujuran harus dimulai sejak

mereka kecil. Karena anak di usia dini ini adalah peniru yang sangat hebat

27 Ibid, h. 54 28 Ibid, h. 58-63

Page 34: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

23

dan apapun yang ia tiru ketika ia kecil pasti melekat dalam dirinya dan

akan menjadi watak dan tabiatnya di kemudian hari.

a. Ciri khas pembelajaran kejujuran menurut Anas Salahudin dan

Irwanto Alkrienciehie dalam buku mereka yang berjudul Pendidikan

Karakter adalah belajar orang dewasa, ciri khas belajar orang dewasa

adalah sebagai berikut:

1) Orang dewasa memiliki pengalaman hidup yang banyak.

2) Mereka lebih senang menemukan sesuatu sendiri.

3) Mereka lebih senang menerima saran dari teman sejawat daripada

guru.

4) Orang dewasa menyenangi hal-hal yang bersifat praktis.

5) Senang memperoleh umpan balik dari apa yang dikerjakan.

6) Mereka akan lebih tertarik untuk belajar apabila mendapat

dorongan dan dukungan.

7) Lebih senang belajar dalam suasana yang bebas dari konflik

ataupun frustasi.

8) Senang apabila diperlakukan dengan sifat ikhlas, adil, dan masuk

akal29

Menurut penulis, pembelajaran dengan metode yang

dipaparkan oleh Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie hanya bisa

dilakukan kepada anak-anak yang telah remaja dan dewasa.

Sedangkan untuk menanamkan sifat jujur kepada anak-anak haruslah

dimulai sejak usia dini dan dimulai dengan pembiasaan dari orang tua

masing-masing. Peran orang tua dalam mengembangkan nilai

kejujuran pada anak sejak usia dini sangat penting dan itu akan

mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa.

Orang tua harus menerapkan kejujuran dalam lingkungan keluarga

dan harus memberi contoh atau panutan terhadap anak-anak mereka.

Dengan demikian anak akan tumbuh dengan nilai kejujuran yang

tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Orang tua harus

mendorong dan mendukung anak untuk berkata jujur, dan tidak

meminta anak untuk berkata tidak jujur demi kepentingan orang tua.

29 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis

Agama dan Budaya Bangsa), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), Cet. I, h. 205

Page 35: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

24

Selain itu, orang tua juga tidak boleh memanggil anaknya dengan

sebutan pembohong karena akan membuat anak bertumbuh menjadi

pembohong.

b. Metode Pembelajaran Kejujuran

Metode pembelajaran kejujuran adalah jalan atau cara yang

dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan

kejujuran kepada anak didik agar terwujud kepribadian yang jujur.30

Metode bisa disebut juga sebagai alat, alat yang digunakan

untuk pembelajaran kejujuran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran kejujuran. Metode

atau alat pembelajaran kejujuran harus searah dan berbasis agama,

agar kelak peserta didik menjadi manusia yang selalu berlaku jujur

dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkan itu semua maka

dilakukanlah pendekatan-pendekatan.

Ada banyak sekali pendekatan yang bisa dilakukan dalam

pembelajaran kejujuran, diantaranya:

1) Pendekatan Pengalaman, yaitu “pemberian pengalaman berbasis

nilai agama dan budaya bangsa kepada peserta didik dalam

rangka penanaman nilai-niai agama dan budaya”.31

Dalam hal ini peserta didik akan diberi kesempatan untuk

mendapatkan pengalaman berbasis agama dan budaya bangsa,

baik secara individual maupun kelompok yang berpusat pada

tujuan memberi arti kehidupan kepada peserta didik.

Metode yang dapat dipakai:

a) Metode pemberian tugas belajar dan resitasi

b) Metode drill, metode sosio-drama dan permainan peran

c) Metode eksperimen32

30 Ibid, 218 31 Ibid, h. 219 32 Ibid, h. 220

Page 36: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

25

2) Pendekatan Pembiasaan, yaitu “suatu tingkah laku tertentu yang

sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku

begitu saja tanpa dipikirkan lagi”.33

Dalam hal ini membiasakan segala perbuatan baik kepada

peserta didik atau anak dalam masa-masa pertumbuhan dan

perkembangannya. Karena hal-hal yang selalu dibiasakan kepada

peserta didik atau anak semenjak masa-masa petumbuhan dan

perkembangannya akan menjadi watak dan tabiatnya dikemudian

hari.

Metode yang dapat dipakai:

a) Metode demonstrasi dan eksperimen

b) Metode drill (latihan)

c) Metode pemberian tugas34

3) Pendekatan emosional, yaitu “usaha untuk menggugah perasaan

dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran agama dan budaya

bangsa serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang

buruk”.35

Dalam hal ini peserta didik diminta untuk

mengekspresikan perasaannya dalam bentuk cerita, drama, atau

ceramah. Guru berperan penting di sini, untuk mengajarkan

kepada peserta didik agar menumpahkan seluruh isi hatinya

dalam bentuk karya dengan sejujur jujurnya.

Metode yang dapat dipakai:

a) Metode bercerita

b) Metode sosio-drama

c) Metode ceramah36

33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid. 36 Ibid, h. 221

Page 37: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

26

Inilah tiga diantara banyaknya pendekatan yang bisa

dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam upaya

memberikan pembelajaran kejujuran. Dalam menyajikan materi dan

bahan pembelajaran kejujuran kepada peserta didik, pendidik harus

menyesuaikan metode yang akan digunakan dengan keadaan,

kemampuan, dan perkembangan peserta didik. Pendidik tidak boleh

hanya mementingkan materi atau bahan ajar saja dengan

mengorbankan kemampuan dan perkembangan peserta didik.

C. Teori Hadits

1. Pengertian Hadits

Hadits secara etimologi berasal dari akar kata “ ثح ” yang berarti

.(meriwayatkan hadits ) روىوأوردال سث37

Dari segi terminologi, hadits menurut muhadditsin adalah:

أوفع أوارسرأوصةأضيفإلالفبصلىللاام قل لمم عليهو

“ yang disandarkan kepada Nabi Saw. baik berupa perkataan

atau perbuatan atau persetujuan atau sifat.38

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa hadits

merupakan sumber berita yang diperoleh dan datang dari Nabi

Muhammad Saw dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan,

sikap persetujuan, dan sifat-sifatnya baik sifat fisik (khalqiyah) dan sifat

perangai (khuluqiyah), baik berkaitan dengan hukum atau tidak. Hadits

merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad Saw dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah

Islam.

37 Fr. Louis Ma‟luf al-Yassu‟i dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu‟i, Op.Cit, h. 121 38 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), Cet. VII, h. 2-

3

Page 38: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

27

Definisi diatas mengatakan bahwasanya hadits dapat dibagi

kepada empat bagian:

a. Hadits Qauli (perkataan), misalnya “Jika dua orang muslim bertemu

dengan pedangnya, maka pembunuh dan terbunuh di dalam neraka.

(HR. Bukhari)”.39

b. Hadits Fi‟li (perbuatan), yaitu perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh

para sahabat seperti wudlu, shalat, dan ibadah Nabi Saw.40

c. Hadits Taqriri (persetujuan), yaitu perbuatan atau perkataan para

sahabat yang disetujui Nabi baik beliau diam ketika mengetahuinya

(tanda setuju) atau menggaris bawahinya.41

d. Hadits Washfi (sifat), sifat Nabi adakalanya sifat fisik (khalqiyah) dan

sifat perangai (khuluqiyah).42

2. Kedudukan dan Fungsi Hadits

a. Kedudukan Hadits

Hadits Nabi Saw merupakan sumber kedua hukum-hukum

Islam, yang menjadi sumber utama hukum-hukum Islam adalah al-

Qur‟an. Dan kedudukannya pun jelas berada setelah al-Qur‟an. Salah

satu alasan mengapa kedudukan hadits berada setelah al-Qur‟an

adalah karena “al-Qur‟an bersifat karena mutawatir, sedangkan

hadits bersifat zhanni karena terkadang banyak yang ahad. Yang

didahulukan atas yang zhanni. Oleh karenanya harus

mendahulukan al-Qur‟an atas Hadits”.43

Allah Swt Berfirman:

ل وأطيعلاالر آمفلاأطيعلاالل يأس تاالبس

39 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Amzah, 2015), Ed. 2, Cet. III, h. 3 40 Ibid 41 Ibid 42 Ibid, h. 4 43 Manna‟ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010),

Cet. V, h. 34

Page 39: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

28

Wahai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan

taatlah kalian kepada Rasul (QS. an-Nisa: 59)

Dari ayat al-Qur‟an di atas kita dapat menyimpulkan

bahwasanya kita sebagai umat Islam wajib mentaati Allah terlebih

dahulu, barulah mentaati Rasul. Bentuk ketaatan kita kepada Allah

yaitu kita taat kepada al-Qur‟an, dan bentuk ketaatan kita kepada

Rasulullah Saw yaitu kita taat kepada hadits-hadits Rasulullah Saw.

b. Fungsi Hadits

Adapun hadits berfungsi sebagai penjelas terhadap al-Qur‟an.

Untuk menjelaskan makna kandungan al-Qur‟an yang sangat dalam

dan global atau lil al-Bayan (menjelaskan)44

sebagaimana tertuang

dalam firman Allah:

م يتمولعلت إل مان للفا ن بكرلتب كال اإلي لف روأن اتوال بلبيفكرون ست

Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami

turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat

manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya

mereka memikirkan. (QS. an-Nahl: 44)

Segala hal yang terdapat dalam hadits pada dasarnya sudah

terdapat dalam al-Qur‟an, akan tetapi masih dalam bentuk global dan

butuh penjelasan yang mendalam. Di sinilah hadits berfungsi sebagai

penjelas segala ayat-ayat yang ada dalam al-Qur‟an. Dari sini kita

ketahui bahwasanya segala hal yang terdapat dalam hadits berasal dari

al-Qur‟an, karena al-Qur‟an sudah mencakup seluruh permasalahan

secara lengkap.

44 Abdul Majid Khon, Op.Cit., h. 57

Page 40: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

29

Beberapa fungsi hadist diantaranya adalah:

1) Bayan Taqrir

Bayan taqrir bisa juga disebut dengan atau

bayan itsbat. Bayan taqrir maksudnya adalah menjelaskan,

menetapkan, serta memperkuat apa yang telah dijelaskan dalam al-

Qur‟an.45

2) Bayan Tafsir

Bayan tafsir maksudnya adalah bahwa adanya hadits

berfungsi sebagai penjelas dan rincian terhadap ayat-ayat al-

Qur‟an.46

Dalam hal ini penjelasan yang diberikan ada 3 macam:

a) Tafshil al-Mujmal

Maksud dari tafshil mujmal adalah hadits berfungsi

menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an yang masih bersifat global.47

b) Tafshil al-„Amm

Maksud dari tafshil al-‘ di sini adalah bahwasanya

hadits juga berfungsi untuk mengkhususkan ayat-ayat al-

Qur‟an yang bersifat umum, sebagian ulama menyebutnya

bayan takhshish.48

c) Taqyid al-Mutlaq

Makna dari ayat-ayat al-Qur‟an bersifat mutlak, lalu

hadits berfungsi untuk membatasi ayat-ayat al-Qur‟an tersebut

dengan hadits-hadits yang muqayyad. Sebagian ulama

menyebutnya bayan taqyid.49

3) Bayan Naskhi

Hadits juga berfungsi menghapus hukum yang dijelaskan

dalam al-Qur‟an. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwasanya

45 Munzier Suparta, Op.Cit,. h. 58 46 Abdul Majid Khon, Op.Cit., h. 19 47 Ibid. 48 Ibid, h. 20 49 Ibid, h. 20-21

Page 41: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

30

dengan syarat hadits tersebut harusnya hadits yang mutawatir atau

masyhur.50

4) Bayan Tasyri‟

Dalam hal ini hadits berfungsi menciptakan syariat yang

belum dijelaskan dalam al-Qur‟an.51

Dapat disimpulkan bahwasanya fungsi hadits adalah sebagai

penjelas dari ayat-ayat al-Qur‟an. Allah Swt menurunkan al-Quran

bagi umat manusia untuk dapat dipahami dan diamalkan, maka untuk

memahaminya diutuslah Nabi Muhammad Saw sebagai rasul yang

menjelaskan kandungannya dan mencontohkan cara-cara

melaksanakan ajarannya kepada kita melalui hadits-haditsnya.

3. Hadits Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumber kedua hukum Islam, hadits telah menjadi faktor

pendukung utama kemajuan ilmu pengetahuan umat Islam. Banyak hadits

yang berbicara seputar ilmu pengetahuan, terutama mengenai keutamaan

ilmu. Bahkan kewajiban yang dipikulkan kepada umat Islam untuk

menuntut ilmu justru ditemukan dalam hadits. Dalam sebuah hadits,

Rasulullah Saw bersabda:

م علىك سلمطل العلمفرسضة

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim. (HR.

Ibnu Majah)

Hadits ini dengan tegas menyatakan bahwa hukum menuntut ilmu

adalah wajib/fardhu (faridhah) yang mengandung arti berdosa jika kita

tidak melaksanakannya, dan berpahala jika kita menjalankannya.

50 Ibid 51 Ibid

Page 42: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

31

Terlepas dari penafsiran-penafsiran di atas, satu hal yang pasti

bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi umat islam. Apabila kita

melaksanakan kewajiban ini dengan sungguh-sungguh, tidak mustahil

umat Islam akan mencapai tingkat yang gemilang dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Menurut Yusuf Qardlawi dalam bukunya yang berjudul Fiqih

Peradaban hadits (sunnah) juga merupakan sumber dari ilmu-ilmu

pengetahuan keagamaan. Rasulullah Saw dalam haditsnya memberikan

penjelasan mengenai hal-hal gaib, hal-hal yang sudah lampau seperti

penciptaan makhluk dan lainnya, serta mengenai persoalan yang

berkaitan dengan masa depan seperti hari kiamat dan lain sebagainya.52

Fakta-fakta yang menakjubkan tentang berbagai fenomena alam

dan sosial, seperti tentang hujan sebagai rahmat, inter-relasi tubuh,

keajaiban tulang ekor, gerhana matahari dan bulan, bahkan akibat seks

bebas telah diungkap dalam berbagai hadits. Mungkin saja pada masa

Nabi dan sahabat, maksud dari hadits-hadits masih tersembunyi, dan baru

tersingkap melalui teori-teori ilmiah modern.

Penemuan-penemuan ilmiah modern di berbagai bidang telah

banyak membantu kita memahami maksud-maksud yang tersembunyi

dari banyak hadits dan juga dari al-Qur‟an. Penemuan-penemuan modern

ini sering digunakan sebagai media dakwah dan untuk menjadi dalil

bahwa Islam adalah agama yang benar karena benar-benar berasal dari

Allah Swt. Alasannya adalah fakta-fakta yang demikian menakjubkan

dari kedua sumber agama Islam yaitu al-Qur‟an dan hadits tidak mungkin

bisa diketahui oleh seseorang, kecuali apabila orang itu mendapatkan

informasi tersebut dari sang Kebenaran itu sendiri, yaitu Allah Swt.53

Hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan, merupakan tafsir ilmiah

terhadap beberapa pernyataan yang luar biasa dari hadits-hadits tertentu

52 Yusuf al Qardlawi, Fiqih Peradaban, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Cet. I, h. 107

53 Ibid, h. xv

Page 43: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

32

Nabi, yang rahasianya baru bisa disibakkan melalui teori-teori ilmiah

modern setelah 14 abad berlalu.54

Sehingga, hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan bukan sekedar

sains yang dihubungkan dengan hadits, ataupun sekedar pembuktian,

tetapi lebih untuk memberikan pengetahuan bahwa di dalam hadits

mengandung ilmu. Jika kedepannya ada penemuan yang melebihi ilmu

dalam hadits tersebut, bukan berarti ilmu dalam hadits itu tidak benar

karena pada faktanya pernah dibuktikan kebenarannya. Semuanya untuk

memberi tahu kita bahwa jauh sebelum ditemukannya sebuah instrumen

pengetahuan itu sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada kita.

Dalam memperoleh ilmu pengetahuan, akal dan panca indera

dianggap sebagai wahana terpenting yang dapat membantu manusia

menciptakan peradaban di muka bumi dan melaksanakan tugas

kekhalifahan sebagaimana dikehendaki oleh Allah swt.

Allah swt memberi petunjuk tentang ilmu pengetahuan melalui

indera, dan indera yang paling penting dalam hal ini adalah indera

pendengaran dan indera penglihatan. Akan tetapi, sesempurnanya indera

pun memiliki keterbatasan, terkadang penglihatan manusia bisa saja salah

dan pendengaran manusia sangat terbatas. Karena itulah Allah swt

menganugerahkan akal sebagai suatu petunjuk yang lebih tinggi, yang

dapat memahami masalah-masalah yang bersifat rasional murni.55

Akal

inilah yang membedakan manusia dengan hewan, akal inilah yang

membuat manusia lebih beradab dan mulia dari segala makhluk.

Akan tetapi, walaupun akal dianggap sangat penting dalam proses

mencari ilmu pengetahuan, menghimpun dan menyimpulkan kebenaran,

akal pun tidak luput dari kesalahan karena tergesa-gesa, sombong, atau

dikuasai ambisi. Karena itu, sebagaimana yang dikatakan oleh

Muhammad Abduh dalam Yusuf Qaradlawi, akal memerlukan

pembimbing yang dapat membawa ke jalan yang benar, ketika ia melalui

54Ibid, h. xvii

55 Ibid, h. 104-105

Page 44: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

33

persimpangan jalan, jalan yang licin dan jalan-jalan yang tidak jelas

dalam pandangan akal.56

Wahyu itulah pembimbing akal. Wahyu akan mengajarkan

kepada akal apa-apa yang belum diketahui dan membawanya keluar dari

gelapnya kebingungan dan pertentangan. Wahyu akan memberikan

cahaya kepada akal, sehingga akal merasakan kedamaian atas ilmu yang

diperoleh. Wahyu diturunkan Allah swt kepada para Nabi-Nya. Allah

dengan segala keMahaan-Nya menurunkan wahyu berupa al-Qur‟an

kepada Nabi penutup zaman, wahyu terbesar dan terakhir yang dapat

menjadi petunjuk untuk seluruh umat manusia.57

Sunnah atau hadits Nabi

inilah yang berperan menjelaskan dan menguraikan kandungan yang ada

dalam al-Qur‟an.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah sebagai berikut:

1. Jurnal yang berjudul Model Pembinaan Nilai Kejujuran Melalui

Pendidikan Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Kecerdasan Moral

Peserta Didik yang disusun oleh Fadillah (IP, FKIP, Universitas

Tanjungpura, Pontianak) tahun 2011. Jurnal ini menjelaskan bahwasanya

pembinaan nilai kejujuran melalui pendidikan matematika merupakan

salah satu bentuk pendidikan nilai yang diintegrasikan dalam mata

pelajaran.

2. Jurnal yang berjudul Penanaman Nilai-nilai Kejujuran Melalui Pendidikan

Anti Korupsi di SMA 6 Kota Semarang yang disusun oleh Eko Handoyo,

Subagyo, Martien Herna Susanti, dan Andi Suhardiyanto dari Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Jurnal ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa efektifkah kegiatan penanaman nilai-nilai kejujuran

melalui pendidikan anti korupsi di SMA 6 kota Semarang dan diharapkan

56 Ibid, h. 106 57 Ibid.

Page 45: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

34

melalui sosialisasi ini dapat merubah sikap siswa yang sebelumnya

membiarkan, memahami dan memaafkan korupsi ke sikap menolak

korupsi.

3. Skripsi dengan judul Nilai-nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku

Habibie & Ainun serta Relevansinya Terhadap Kompetensi Kepribadian

Guru PAI yang disusun oleh Yogi Pramesti Utomo jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2014. Skripsi

ini menjelaskan bahwasanya seorang guru harus berupaya menampilkan

pribadi yang berakhlak mulia dan menjadi teladan utama bagi peserta

didik, maupun bagi lingkungan sekitarnya. KeLi

Page 46: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian adalah proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan

menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman pada suatu topik.

Penelitian menjadi penting karena beberapa alasan, diantaranya penelitian dapat

menambah pengetahuan, yaitu penelitian berguna untuk memberikan kontribusi

pada informasi yang ada mengenai suatu permasalahan. Penelitian juga

meningkatkan praktik, karena penelitian memberikan ide-ide baru sebagai bahan

pertimbangan saat menjalankan pekerjaan. Terakhir, penelitian dapat

menginformasikan perdebatan kebijakan, karena penelitian memberikan

percakapan mengenai isu-isu penting ketika pembuat kebijakan melakukan

perdebatan pada suatu topik kebijakan.

Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam skripsi ini, metode penelitian tersebut meliputi waktu penelitian,

jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan

teknik penulisan yang akan diuraikan sebagai berikut:

A. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “Pendidikan Kejujuran dalam Perspektif

Hadits dalam Kitab Shahih Muslim (Kajian Materi dan Metode

Pembelajaran)” ini dilakukan dalam waktu beberapa bulan, dengan

pengaturan waktu sebagai berikut: dua bulan digunakan untuk pengumpulan

data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari textbook yang ada

di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian. Tiga bulan

digunakan analisis seluruh data yang telah terkumpul.

35

Page 47: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

36

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan

analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan

dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa

menggunakan logika ilmiah.1 Penelitian kualitatif mengutamakan makna.

Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa.

Penelitian kulitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya

tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting). Alat

pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode kualitatif adalah

penulis sendiri. Jadi penulis merupakan key instrument.

Karena skripsi ini mengkaji sumber data dari materi atau literatur

yang relevan dengan judul skripsi yang terdapat dalam sumber-sumber

pustaka, maka skripsi ini secara khusus bertujuan mengumpulkan data atau

informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang

perpustakaan, baik itu berupa buku, majalah ataupun surat kabar, buku-buku

kependidikan yang ada kaitannya dengan skripsi ini dengan cara menelaah

dan menganalisa sumber-sumber tersebut dan mencatat hasilnya untuk

kemudian dikualifikasikan menurut kerangka yang sudah ditentukan.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian yang menggunakan pendekatan

kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia (human resources),

melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada juga sumber bukan

manusia (non human resources) di antaranya dokumen, foto, dan bahan

statistik.2 Sumber data dalam skripsi ini adalah dokumen atau literatur yang

berupa karya ilmiah, baik itu buku, makalah, artikel, dan lain-lain yang

relevan dengan pembahasan permasalahan. Sumber data tersebut dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

1 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), cet. I, hal.

80 2 Ibid, hal. 179

Page 48: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

37

1. Sumber Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama dari berbagai referensi atau

sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama.3

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah

kitab hadits al-Jami’ al-Shahih lil Muslim.

2. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber-

sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian dan

memberi interpretasi terhadap sumber primer.4 Adapun data sekunder

dalam penelitian ini adalah buku-buku pendidikan, buku hadits tarbawi,

artikel-artikel, majalah dan sebagainya yang relevan dengan pembahasan

skripsi ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah

metode dokumentasi. Yang dimaksud dengan metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa buku-buku, jurnal, surat

kabar, majalah dan lain sebagainya yang representatif, relevan dan

mendukung terhadap objek kajian sehingga diperoleh jawaban yang dapat

dipertanggung jawabkan dari permasalahan yang telah dirumuskan. Dokumen

yang telah diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan dan dipadukan

membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Dalam hal

pengumpulan data ini penulis menggunakan bantuan aplikasi ma a a

milah guna mempermudah pencarian hadits-hadits dalam kitab Shahih

Muslim no 89, 147, 2825, dan 4721.

3 Saefudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) , hal. 89 4 Ibid, hal. 91

Page 49: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

38

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian

karena dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif

maupun formal. Pada hakikatnya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan

mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau

masalah yang ingin dijawab.

Sesuai dengan jenis serta sifat data yang diperoleh dalam penelitian

ini, maka teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis atau

analisis isi yang lebih mengarah kepada kajian pustaka. Di samping itu,

dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu buku dengan buku yang lain

dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan waktu, penulisannya

maupun mengenai standar kualitas buku-buku tersebut dalam mencapai

sasarannya sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat atau kelompok

masyarakat tertentu.

Kajian isi (content analysis document) menurut Weber dalam buku

Metode Penelitian Kualitatif karya Imam gunawan adalah “metodologi

penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik

kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.”5

Teknik analisis data yang penulis lakukan dalam analisis data yaitu

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, yakni membuat catatan data yang dikumpulkan

melalui studi dokumentasi yang dilakukan terhadap kitab Shahih Muslim.

Dalam hal ini penulis mencari hadits-hadits dalam kitab Shahih Muslim

menggunakan aplikasi ma a a milah dengan kata kunci nomor

hadits 89, 147, 2825, dan 4721.

2. Reduksi data, yaitu merangkum, menyeleksi, memfokuskan pada hal-hal

penting, dan mencari tema dan polanya, sehingga dengan direduksinya

data tersebut dapat memudahkan dalam melakukan pengumpulan data.

Dalam proses reduksi data ini, penulis mengumpulkan data atau hadits

5 Imam Gunawan, op.cit., hal. 181

Page 50: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

39

yang telah didapat melalui pencarian di maktabah syamilah. Setelah itu

penulis membaca dan mencocokan terkait dengan materi dan metode

pendidikan kejujuran.

3. Penyajian data. Setelah membaca dan memilah-milah hadits, langkah

selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengolah data-data dan hadits-

hadits tersebut untuk kemudian disajikan secara sistematis. Bentuk

penyajian data yaitu dengan teks naratif atau deskriptif, dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Menerjemahkan hadits-hadits ke dalam Bahasa Indonesia dengan

tetap mencantumkan teks asli hadits.

b. Mengulas isi hadits menggunakan buku-buku syarh hadits Shahih

Muslim.

c. Menelaah hadits dengan cara mengaitkannya dengan buku-buku

pendidikan.

Seluruh data yang terkumpul dianalisis dengan tetap

mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Yang menjadi

fokus utama dalam penelitian skripsi ini adalah pembentukan teori

dalam kajian ini, sedapat mungkin oleh penulis akan didasarkan

kepada data yang ditemukan dari hadits-hadits tersebut.

4. Penarikan kesimpulan. Setelah data yang terkumpul di reduksi dan

selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir dalam menganalisis

data penelitian ini adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dari data

yang diperoleh penulis mencoba untuk mengambil kesimpulan untuk

menjawab rumusan masalah.

F. Pedoman Penulisan

Secara teknis, penelitian ini disandarkan pada Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

Page 51: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Materi Pendidikan Kejujuran

a. Materi pertama yang perlu diajarkan kepada anak adalah

mengajarkannya tentang apa keuntungan jika kita memiliki sifat

jujur, dan apa kerugian yang akan kita terima jika kita berbuat dusta.

Sifat jujur akan selalu membawa kita untuk melakukan kebaikan,

dan jika kita selalu berbuat baik maka ganjarannya dari Allah akan

mendapat Surga. Sedangkan sifat sebaliknya yaitu dusta, akan selalu

menggiring kita melakukan maksiat dan hal-hal lain yang dilarang

oleh Allah Swt, dan ganjarannya adalah neraka.

b. Materi yang kedua yang bisa diajarkan untuk menumbuhkan sifat

jujur dalam diri anak adalah perkara jual beli atau berdagang.

Pedagang yang jujur senantiasa mendapat keberkahan dalam

hartanya, sedangkan pedagang yang tidak jujur akan menghilangkan

keberkahan dari harta yang ia dapat dari hasil berdagang.

Kesuksesan dalam berdagang yang diraih oleh Rasulullah adalah

buah dari kejujuran yang beliau terapkan dalam perdagangannya.

c. Materi yang ketiga adalah mengenai sifat dusta. Untuk mengajarkan

kejujuran kepada anak, perlu juga diberi pengetahuan mengenai sifat

kebalikannya dan kerugian apa yang akan kita dapat jika kita

memiliki sifat tersebut. Salah satunya adalah, dusta menjadi salah

satu tanda orang munafik, dan orang munafik sangat dibenci oleh

Allah dan ganjaran yang akan ia terima adalah berupa neraka di

akhirat nanti.

60

Page 52: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

61

2. Metode Pendidikan Kejujuran

Metode yang Rasulullah gunakan untuk mengajarkan sifat jujur adalah

menggunakan metode targhib dan tarhib. Yaitu metode ganjaran dan

hukuman. Anak diberitahu mengenai ganjaran atau imbalan apa saja

yang akan dia dapatkan jika ia berlaku jujur, dan juga hukuman apa yang

akan ia dapat jika ia berbuat dusta.

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini adalah:

1. Perkataan dan perbuatan Nabi yang terkandung dalam hadits dapat

dijadikan sumber rujukan bagi para pendidik dalam melakukan

pengajaran yang baik dalam pendidikan Islam.

2. Berbagai pelatihan mengenai peningkatan kompetensi pendidik harus

senantiasa dilakukan untuk mengembangkan kemampuan pendidik dalam

mengajar siswa mengenai kejujuran.

C. Saran

1. Bagi orang tua dan pendidik, hendaknya menanamkan sifat jujur kepada

anak sedini mungkin, dan juga bersabar dalam mengajarkan sifat jujur

kepada anak. Karena agar anak memiliki sifat jujur, membutuhkan waktu

yang lama dan secara terus menerus, tidak bisa instan.

2. Bagi lembaga pendidikan, hendaknya mendukung segala upaya yang

dilakukan orang tua dan juga pendidik dalam menanamkan sifat jujur

pada anak dari segi apapun.

Page 53: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah,

2007

al-Ghazali. Ihya Ulumuddin. Semarang: Toha Putra. Jilid 3

al-Hajjaj, Muslim bin. al-Jami’ al-Shahih lil Muslim. Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah.

Juz 1

al-Hajjaj, Muslim bin. al-Jami’ al-Shahih lil Muslim. Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah.

Juz 8

al-Hajjaj, Muslim bin. al-Jami’ al-Shahih lil Muslim. Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah.

Juz 13

al-Jauziyah, Ibn Qayyim. Madarijus Salikin. Cairo: Daarul Hadits. Cet. II

al-Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem

Pendidikan Islam. Ciputat: PT. Ciputat Press. Cet. II, 2005

al-Qardlawi, Yusuf. Fiqih Peradaban. Surabaya: Dunia Ilmu. Cet. I, 1997

al-Qaththan, Manna’. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Cet. V, 2010

al-Yassu’i, Fr. Louis Ma’luf dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i. Al Munjid. Beirut:

Maktabah As-Syaraqiyyah, 1986

Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo,

1998

An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan metode pendidikan Islam.

Bandung: Diponegoro, 1992

Azwar, Saefudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998

62

Page 54: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

63

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2013

Handoyo, Eko, dkk. Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Anti

Korupsi Di Sma 6 Kota Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang. Portal Garuda: Jurnal

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2006)

Hestia, dkk. Peranan Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran Pada Siswa

Kelas VIII Smp Negeri 1 Jati Agung Tahun Pelajaran 2012/2013. Portal

Garuda: Jurnal

Kesuma, Dharma, dkk. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. IV, 2013

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadits. Jakarta: Amzah. Ed. 2. Cet. III, 2015

LAL, Anshori. Pendidikan Islam Transformatif. Ciputat: Referensi. Cet. I, 2012

Lampiran Permendiknas. No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta : Dinas

Pendidikan, 2007

Lembaga Penelitian IAIN. Islam dan Pendidikan Nasional. Jakarta: Lembaga

Penelitian IAIN, 1983

Mahjuddin. Konsep Dasar Pendidikan Akhlak. Jakarta: Kalam Mulia. Cet. I, 2000

Muchtar, Heri Jauhari. Fikih Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Cet.1, 2005

Muslim, Imam. Al-Jami’ as-Shahih lil Muslim, Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah.

2008, Juz 1

Muslim, Imam. Al-Jami’ as-Shahih lil Muslim, Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah.

2008, Juz 13

Mustofa, H. A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. Cet. VI, 2014

Page 55: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

64

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997

Nata, Abuddin. Pendidikan Dalam Perspektif Hadits. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005

Nata, Abuddin dan Fauzan. eds. Pendidikan Dalam Perspektif Hadits. Ciputat:

UIN Jakarta Press. Cet. I, 2005

Nawawi, Imam. Shahih Muslim Bi Syarhin Nawawi. Beirut: Muassasah

Qurthubah, Jilid 2

Nawawi, Imam. Shahih Muslim Bi Syarhin Nawawi. Beirut: Muassasah

Qurthubah, Jilid 10

Nawawi, Imam. Shahih Muslim Bi Syarhin Nawawi. Beirut: Muassasah

Qurthubah., Jilid 16

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2007

Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter (Pendidikan

Berbasis Agama dan Budaya Bangsa). Bandung: Pustaka Setia, Cet. I,

2013)

Sastrapradja, M. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Surabaya: Usaha

Nasional, 1981

Suparta, Munzier. Ilmu Hadis. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Cet. VII, 2011

Syukur, Yanuardi. Terapi Kejujuran. Bekasi: al-Maghfiroh. Cet. I

Thalib, Muhammad. Pendidikan Islam Metode 30 T. Bandung: Irsyad Baitus

Salam, 1996

Tim Penulis Rumah Kitab. Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren.

Jakarta: Rumah Kitab. Cet. I, 2014

Page 56: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH

65

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1997

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, ed. 3. Cet. II, 2002

Umar, Mahmud Al-Mishri Abu. Ensiklopedia Akhlak Muhammad Saw. Terj. dari

aus ’a min l ur- as l. oleh Abdul Amin. Dkk. Jakarta: Pena

Pundi Aksara. Cet. II, 2011

Utami, Yunia Rahma, dkk. Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai

Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I Dan Ii Desa

Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013. Portal Garuda: Jurnal

UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 2. Bab 4

UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab 1. Pasal 1

Yunus, Mahmud. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya

Agung, 1990

https://www.suara.com/news/2018/02/23/165022/indonesia-jadi-negara-terkorup-

nomor-96-di-dunia

Page 57: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 58: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 59: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 60: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 61: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 62: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH
Page 63: PENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45266/1/Skripsi.pdfPENDIDIKAN KEJUJURAN DALAM PERSPEKTIF HADITS DALAM KITAB SHAHIH