repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE...

26
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan parameter dengan tahapan penelitian sebagai berikut: penyiapan hewan percobaan yaitu 24 ekor tikus jantan dan di aklimatisasi selama 14 hari, penginduksian 24 tikus jantan dengan NaCl 2,5 % metilprednisolon selama 14 hari per oral, pembagian 4 kelompok perlakuan terhadap tikus jantan masing-masing kelompok terdiri dari 6 tikus jantan meliputi kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5%, EEBI 50, 100 dan 150 mg/kg BB, pemberian CMC Na 0,5% dan suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir (EEBI) dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB selama 7 hari per oral, pengambilan serum darah tikus jantan dan pengujian parameter biokimia terdiri dari; ALT, AST, ureum, kreatinin, total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, VLDL dan glukosa, kemudian dilakukan analisis data. Data hasil pengukuran aktivitas biokimia serum darah tikus dianalisis menggunakan one way ANOVA yang dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD dengan program SPSS versi 17.0. 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, alat-alat bedah laboratorium, alat cek glukosa dan kolesterol Easy Touch, botol, batang pengaduk, cawan porselen, mortir dan stamfer, neraca analitis (Boeco), timbangan tikus (Presica), spatula, sudip, pipet tetes, jarum suntik 1ml dan 3ml, oral sonde, restainer tikus. Universitas Sumatera Utara

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE...

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu mengetahui

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan parameter dengan tahapan

penelitian sebagai berikut: penyiapan hewan percobaan yaitu 24 ekor tikus jantan

dan di aklimatisasi selama 14 hari, penginduksian 24 tikus jantan dengan NaCl

2,5 % metilprednisolon selama 14 hari per oral, pembagian 4 kelompok perlakuan

terhadap tikus jantan masing-masing kelompok terdiri dari 6 tikus jantan

meliputi kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5%, EEBI 50, 100 dan 150 mg/kg

BB, pemberian CMC Na 0,5% dan suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir

(EEBI) dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB selama 7 hari per oral,

pengambilan serum darah tikus jantan dan pengujian parameter biokimia terdiri

dari; ALT, AST, ureum, kreatinin, total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, VLDL

dan glukosa, kemudian dilakukan analisis data. Data hasil pengukuran aktivitas

biokimia serum darah tikus dianalisis menggunakan one way ANOVA yang

dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD dengan program SPSS versi 17.0.

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas

laboratorium, alat-alat bedah laboratorium, alat cek glukosa dan kolesterol Easy

Touch, botol, batang pengaduk, cawan porselen, mortir dan stamfer, neraca

analitis (Boeco), timbangan tikus (Presica), spatula, sudip, pipet tetes, jarum

suntik 1ml dan 3ml, oral sonde, restainer tikus.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak

etanol buah inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib.). Bahan kimia yang

digunakan adalah CMC-Na (Merck), Natrium Klorida (Merck), aquades, tablet

metilprednisolon (Dexa Medica).

3.2 Penyiapan sampel

3.3.1 Pengambilan dan pengolahan sampel

Pengambilan dan pengolahan sampel telah dilakukan oleh Novia M.

Marpaung (2016). Pada penelitian ini digunakan tumbuhan yang sama sehingga

pengambilan dan pengolahan sampel tidak dilakukan kembali. Pengambilan

sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang

sama dari daerah lain. Sampel diperoleh dari Desa Amborgang, Kecamatan

Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

3.3 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

jantan dengan berat badan 150-230 gram sebanyak 24 ekor dengan kondisi sehat.

Hewan diaklimatisasi selama 2 minggu dengan tujuan untuk menyeragamkan

makanan dan hidupnya dengan kondisi yang serba sama sehingga dianggap

memenuhi syarat penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

3.4 Penyiapan bahan uji

Penyiapan bahan-bahan meliputi penyiapan suspensi CMC Na 0,5%,

larutan NaCl 2,5%, suspensi metilprednisolon tablet, suspensi ekstrak etanol buah

inggir-inggir.

3.4.1 Pembuatan suspensi CMC-Na 0,5% (b/v)

Sebanyak 0,5 gram CMC Na ditaburkan ke dalam lumpang berisi air

panas sebanyak 10 ml, lalu ditutup dan dibiarkan selama 15 menit hingga

diperoleh massa yang transparan, kemudian digerus dan diencerkan dengan air

suling hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1979).

3.4.2 Pembuatan larutan NaCl 2,5% (b/v)

Sebanyak 2,5 gram NaCl dimasukkan ke dalam lumpang, lalu digerus

hingga homogen. Tambahkan sebagian air suling sambil gerus hingga NaCl larut.

Masukkan larutan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan air suling sampai

garis tanda.

3.4.3 Pembuatan suspensi metilprednisolon tablet

Timbang metilprednisolon sebanyak 10 mg (yang telah disetarakan

dengan berat tablet). Masukkan ke dalam lumpang, lalu digerus hingga homogen.

Ditambahkan pelan-pelan sebagian suspensi CMC Na kedalam lumpang, gerus

hingga merata. Masukkan suspensi ke dalam labu entukur 10 ml, cukupkan

kembali dengan suspensi CMC Na sampai garis tanda.

3.4.4 Pembuatan suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir

Timbang sebanyak 0,05 gram EEBI untuk dosis 50 mg/kg BB, 0,1 gram

EEBI untuk dosis 100 mg/kg BB, dan 0,15 gram EEBI untuk dosis 150 mg/kg BB

dengan gelas arloji masing masing dosis. Kemudian masukkan ke dalam lumpang.

Gerus hingga homogen. Lalu tambahkan suspensi CMC Na. Gerus kembali

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

hingga merata. Tuangkan suspensi yang terbentuk ke dalam labu tentukur 10 ml.

Tambahkan kembali suspensi CMC Na sampai garis tanda.

3.4.5 Perlakuan induksi

24 ekor tikus putih jantan dengan berat sekitar 150 – 230 gram yang

telah diaklimatisasi, diinduksi dengan NaCl 2,5% dan metilprednisolon secara

oral. Proses induksi dilakukan selama 14 hari.

3.4.6 Pemberian suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir

Sebanyak 24 ekor tikus putih jantan yang telah diinduksi NaCl 2,5% dan

metilprednisolon selama 14 hari per oral dibagi menjadi 4 kelompok. tiap

kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan. Lalu diberikan perlakuan secara

oral selama 7 hari. Hewan dikelompokkan sebagai berikut:

a. kelompok I: kontrol. hewan uji diberikan suspensi Na CMC 0,5% sekali

........................sehari selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.

b. kelompok II: hewan uji diberikan EEBI dosis 50 mg/kg BB sekali sehari

.........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.

c. kelompok III: hewan uji diberikan EEBI dosis 100 mg/kg BB sekali sehari

..........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.

d. kelompok IV: hewan uji diberikan EEBI dosis 150 mg/kg BB sekali sehari

..........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.

3.5 Pemeriksaan faal hati

3.5.1 AST

Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian

Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di

leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

dari jantung tikus sebanyak 2 ml, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan

didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20

menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan

dengan menghitung kadar aktivitas AST yang dikerjakan oleh Laboratorium

Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3.5.2 ALT

Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian

Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di

leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung

dari jantung tikus sebanyak 2 ml, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan

didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20

menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan

dengan menghitung kadar aktivitas ALT yang dikerjakan oleh Laboratorium

Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3.6 Pemeriksaan faal ginjal

3.6.1 Ureum dan kreatinin

Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian

Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di

leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung

dari jantung tikus sebanyak 2 mL, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube

dan didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama

20 menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi ginjal

dilakukan dengan mengukur ureum dan kreatinin yang dikerjakan oleh

Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

3.7 Pemeriksaan profil lipid

3.7.1 Total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL dan VLDL

Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na

CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. Pemeriksaan Profil lipid

dilakukan dengan menghitung total kolesterol dengan pengambilan darah pada

vena ekor tikus lalu diperiksa menggunakan alat Easy Touch denga strip

Kolesterol. LDL dan VLDL dihitung menggunakan rumus (Fridewald, et al.,

2001) yaitu LDL = Total kolesterol – (HDL + 1/5 Trigliserida dan VLDL =

Trigliserida/5, serum darah tikus dimasukkuan di mikrotube untuk pengukuran

trigliserida dan HDL yang dikerjakan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

3.8 Pemeriksaan profil gula darah

3.8.1 Glukosa darah

Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian

Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. Kadar glukosa darah

tikus percobaan dianalisis dengan metode biosensor glukose oksidase,

menggunakan alat Easy Touch. Darah diambil melalui ujung ekor tikus yang

sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%, diurut perlahan-lahan kemudian

ujung ekor ditusuk dengan jarum kecil (Kerato, et al., 2006). Darah yang keluar

kemudian disentuhkan pada strip glukometer. Kadar glukosa darah akan terbaca di

layar Easy Touch setelah 11 detik dan kadar glukosa darah dinyatakan dalam

mg/dL.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

3.9 Analisis statistik

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 17.0. Data

hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan

analisis statistik yang digunakan. Data dianalisis menggunakan uji One Way

ANOVA untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok dengan uji

Post Hoc Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan baku ekstrak

Pada penelitiaan ini digunakan ekstrak etanol buah inggir-inggir yang

sama dengan esktrak yang digunakan Novia M. Marpaung (2016) pada penelitian

yang berjudul uji efek antihiperurisemia ekstrak etanol buah inggir-inggir

(Solanum sanitwongsei Craib.) pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) Oleh

karena itu, identifikasi, skrining fitokimia sampel dan karakterisasi tidak

dilakukan lagi. Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan

Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah

Solanum sanitwongsei Craib.

EEBI disimpan di dalam lemari pendingin dalam wadah tertutup rapat

sehingga EEBI terhindar dari kontaminasi zat-zat asing. Penyimpanan di dalam

lemari pendingin bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur sehingga mencegah

ekstrak agar tidak terkena sinar matahari langsung. Secara organoleptik, EEBI

yang disimpan tidak ada ditumbuhi kapang dan jamur. Ekstrak etanol buah inggir-

inggir yang digunakan berwarna hijau kekuningan, berbau khas dan rasa pahit.

4.2 Hasil Uji Parameter Biokimia.

4.2.1 Hasil Pengukuran AST dan ALT

Pengukuran aktivitas AST lakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah

pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil

pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.1

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Gambar 4.1 Grafik aktivitas AST tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metil prenisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan mayoritas sel hepatosit mengalami degenerasi hidropik. Degenerasi

hidropik yang terjadi disebabkan oleh hidrasi ion natrium akibat permeabilitas di

dinding sel yang terganggu akibat mekanisme toksisitas, selain itu terjadi

gangguan pada metabolisme energi didalam sel, terutama mekanisme transport

aktif pada Na+ akibat hepatosit tidak mampu memompa ion natrium keluar sel.

Jumlah ion natrium yang berlebih menyebabkan influks organel sitoplasma seperti

retikulum endoplasma dapat diubah menjadi kantong-kantong berisi air (Price dan

Wilson, 1984) dalam (Wulandari, dkk., 2007).

Nilai aktivitas AST pada kontrol negatif yaitu 313 U/L, dimana nilai

aktivitas AST tikus jantan normal 70-400 U/L (Gad, 1990). Enzim AST ini dapat

dijumpai juga di jantung, otot skelet, dan ginjal. Bila jaringan tersebut mengalami

kerusakan akut maka kadarnya dalam serum meningkat. Berdasarkan pengamatan

rata-rata aktivitas AST, terjadi penurunan kadar aktivitas AST setelah pemberian

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

EEBI 150 mg/kg BB bila dibandingkan dengan 2 kelompok dosis lainnya dengan

nilai 332,33 U/L. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way

Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki

pengaruh secara signifikan terhadap penurunan aktivitas AST (p>0.05).

Penurunan AST dan ALT disebabkan oleh kandungan flavonoid dan

saponin yang terdapat di dalam buah inggir-inggir. Flavonoid berperan sebagai

antioksidan alami karena di dalam flavonoid terdapat kandungan kuersetin yang

kerjanya untuk menghambat lipid peroksidase dengan cara memblok enzim

xantin. Selain itu, dengan meningkatkan absorbsi dari vitamin C dapat melindungi

mekanisme pertahanan antioksidan. Kandungan saponin dalam buah inggir-inggir

kemungkinan juga akan berdampak pada penurunan kadar AST dan ALT (Sawi

dan Sleem, 2010). Karena hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

(Kinjo, et al., 1999) yang menyebutkan kandungan yang terdapat pada saponin

yaitu bisdesmosyl saponin yang didalamnya terdapat asam oleanolic-

glukoronat dan asam oleanolic-glucoside menunjukkan tingkat hepatoprotektor

yang efektif dengan ditandai dengan perbaikan hati yaitu penurunan kadar AST

ALT.

Menurut (Dufour, 2000), bahwa hasil laboratorium pengukuran AST dan

ALT dapat dipengaruhi beberapa hal yaitu :

a. Waktu pengambilan sampel darah

Pengambilan sampel yang paling baik adalah siang hari, sedangkan pada

sore hari kadar AST dan ALT cenderung meningkat dan pada malam hari

cenderung lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

b. Spesimen penyimpanan

Sampel akan lebih stabil jika disimpan dalam lemari es tetapi tingkat

kestabilan sampel hanya dapat bertahan 24 jam dan akan cenderung meningkat

setelah 24 jam.

c. Hemolisis

Jika sampai terjadi hemolisis maka pengukuran sampel akan cenderung

meningkat dan tergantung dari cara pengambilan sampel.

Pengukuran aktivitas ALT dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah

pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil

pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Grafik aktivitas ALT tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ...................... metilprenisolon Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan mayoritas sel hepatosit mengalami degenerasi hidropik. Degenerasi

hidropik yang terjadi disebabkan oleh hidrasi ion natrium akibat permeabilitas di

dinding sel yang terganggu akibat mekanisme toksisitas (Price dan Wilson, 1984)

dalam (Wulandari, dkk., 2007). Akumulasi ion natrium mengakibatkan nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

osmosis plasma sel meningkat, keadaan ini menyebabkan air disekitar hepatosit

masuk ke dalam hepatosit sehingga terjadi pembengkakan sel dan organel sel. Bila

kondisi ini terjadi maka akan mengakibatkan kerusakan struktur serta penurunan

fungsi organel tersebut (Prihanto, 2015).

Nilai aktivitas ALT pada kelompok kontrol negatif yaitu 210 U/L, dimana

nilai normal aktivitas ALT pada tikus jantan 25-200 U/L (Gad, 1990).

Berdasarkan pengamatan rata-rata aktivitas ALT, terjadi penurunan kadar

aktivitas ALT setelah pemberian EEBI 150 mg/kg BB dengan nilai 168,33 U/L.

Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan

bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap penurunan ALT (p>0,05).

4.2.2 Hasil Pengukuran Ureum dan Kreatinin

Pengukuran ureum dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na

CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat

dilihat secara rinci pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Grafik ureum tikus jantan yang diinduksi dengan NaCl 2,5% dan metilprednisolon

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan kadar ureum pada kelompok kontrol negatif 36,4 mg/dL. Kadar

ureum normal untuk tikus adalah 15-21 mg/dL (Malole dan Pramono, 1989).

Kadar ureum dalam serum darah suatu individu hewan dapat dipengaruhi dua

faktor. Pertama pengaruh patologis individu, contohnya para penderita gagal

ginjal akut, maupun kronis, penderita gagal jantung dan individu yang mengalami

kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Kedua, perlakuan pada hewan, contohnya

pada pemberian pakan. Kenaikan kadar ureum dalam darah sebagai akibat dari

kerusakan ginjal hanya apabila disertai hasil pemeriksaan urin dan diperkuat

dengan tanda klinis yang mendukung penentuan diagnosa (Kramer, et al., 2004).

Rata-rata kadar ureum pada kelompok kontrol negatif sangat tinggi

dikarenakan kelompok ini diberikan induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon

sehingga terjadi gagal ginjal akut mengakibatkan kadar ureum meningkat. Salah

satu penyebab meningkatnya kadar ureum adalah radikal bebas. Radikal bebas

merupakan mekanisme nefrotoksik dari NaCl, antioksidan dapat melindungi

dari nefrotoksik radikal bebas dan penginduksi stress oksidatif dalam ginjal.

Peningkatan radikal bebas akan menyebabkan terjadinya kematian sel. Hal ini

akan menyebabkan penyumbatan sehingga kadar ureum tidak dapat dikeluarkan

dengan baik (Michael, 2013).

Berdasarkan pengamatan rata-rata ureum, terjadi penurunan kadar ureum

setelah pemberian EEBI 150 mg/kg BB bila dibandingkan dengan 2 kelompok

dosis lainnya dengan nilai 35,45mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa

Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB

tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan ureum (p>0.05),

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

dalam menurunkan kadar ureum diduga berdasarkan aktivitas antioksidan.

Seperti yang dipaparkan dalam hasil skrining fitokimia ekstrak etanol buah

inggir-inggir mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, saponin dan

triterpenoid. Senyawa flavonoid, polifenol dan tanin diduga kuat merupakan

senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan.

Pengukuran kreatinin dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian

Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat

dilihat secara rinci pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Grafik kreatinin tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ................. .....metilprednisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif 0,48 mg/dL. Kadar

kreatinin normal untuk tikus adalah 0,2 – 0,8 mg/dL (Malole dan Pramono,

1989). Rata-rata kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif adalah 0,48 mg/dL

yang berarti rata-rata kadar kreatinin pada kelompok ini masih dalam rentang

normal. Buah inggir-inggir memiliki senyawa bioaktif antioksidan dan polifenol.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang terdapat pada buah inggir-inggir.

Kuersetin secara signifikan dapat menghambat produksi TNF-α dan ekspresi

gen. Ekstrak etanol buah inggir-inggir mengandung polifenol yang kemungkinan

juga dapat menghambat produksi TNF-α pada sel tubulus sehingga tidak

terjadi cedera dan kematian pada sel tubulus. Hal ini akan mengakibatkan

kadar kreatinin tidak akan meningkat atau tetap pada kadar normal. Kreatinin

merupakan metabolit kreatin yang di ekskresikan seluruhnya kedalam urin melalui

filtrasi glomerulus. Peningkatan kadar kreatinin dalam darah dan jumlah kreatinin

dalam urin dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus

(Kramer, et al., 2004).

Berdasarkan hasil rataan kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif 0,48

mg/dL dan meningkat setelah perlakuan EEBI 50 mg/kg BB menjadi 0,52 mg/dL.

Begitu juga untuk kelompok EEBI 100 mg/kg BB dan EEBI 150 mg/kg BB

mengalami kenaikan setelah perlakuan dengan nilai 0,62 mg/dL dan 0,64 mg/dL

jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah inggir-inggir tidak mampu

menurunkan nilai kreatinin. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One

Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan kreatinin (p>0,05).

4.2.3 Hasil Pengukuran Total Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL dan VLDL

Pengukuran total kolesterol dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah

pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil

pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.5

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Gambar 4.5 Grafik total kolesterol tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan nilai total kolesterol pada kelompok kontrol negatif 287 mg/dL.

Tikus jantan memiliki kadar kolesterol total normal dengan nilai 90 -170 mg/dL

(Gad, 1990). Dimana induksi NaCl menyebabkan sel hepatosit mengalami

degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis. Kerusakan ini

kemungkinan terjadi karena proses metabolisme yang tidak normal. Organ hati

merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh, apabila proses

metabolisme tidak berjalan normal maka meningkatnya laju biosintesis kolesterol

dan menurunkan sekresi kolesterol melalui cairan empedu sehingga kolesterol

meningkat. Salah satu fungsi hati adalah organ eksresi yang mengeluarkan cairan

empedu kembali ke hepar sebelum disekresi, penumpukan atau peningkatan zat

toksik dalam hati memungkinkan timbulnya efek toksik seperti degenerasi

parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis pada hepar normal (Donatis IO,

2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Berdasarkan pengamatan kadar total kolesterol rata-rata, terjadi penurunan

kadar total kolesterol setelah pemberian EEBI dosis 50mg/kg BB, 100 mg/kg BB

dan 150 mg/kg BB bila dibandingkan terhadap kontrol negatif. Kelompok

perlakuan yang terjadi penurunan paling optimal pada kelompok EEBI 150

mg/kg BB dengan nilai 144 mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa

Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penuruan kadar kolesterol total

(p<0.05). Oleh karena itu, EEBI 150 mg/kg BB memberikan efek penurunan

kadar kolesterol total cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya.

Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan total kolesterol

darah adalah flavonoid. Flavonoid dan tanin dapat menghambat enzim HMG-CoA

reduktase yang berperan mensintesis kolesterol. Terhambatnya HMG-CoA

reduktase akan menurunkan sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan

sintesis Apo B dan meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Kemudian

kolesterol dalam darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol

LDL dan VLDL. Selain itu tanin berefek menghambat enzim lipase pankreas

sehingga penyerapan kolesterol oleh hati terhambat dan sekresi kolesterol melalui

feses meningkat (Rahastuti, et al., 2011)

Tanin juga dapat menghambat enzim AcylCoA Cholesterol Acyl

Transferase (ACAT) yang berperan dalam esterifikasi kolesterol sehingga

menghambat kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL. Menurunnya

kadar Apo B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan VLDL terganggu

yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran partikel LDL

besar (Rahastuti, et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase,

sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak

yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak

yang dapat diabsorbsi sehingga konsetransi trigliserida dalam usus menurun yang

menyebabkan peningkatan ukuran partikel LDL (Olivera, et al., 2007 dan

Rahastuti, et al., 2011)

Pengukuran trigliserida dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah

pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil

pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Grafik trigliserida tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan trigliserida tikus pada kelompok kontrol negatif 109,22 mg/dL.

Kadar trigliserida tikus jantan normal adalah 60–160 mg/dL (Gad, 1990).

Berdasarkan pengamatan kadar trigliserida rata-rata, terjadi penurunan

trigliserida setelah pemberian EEBI dengan tiga variasi dosis 50 mg/kg BB,

100 mg/kg BB dan 150 mg/kg BB. Hasil pengujian statistika dengan analisa

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara

signifikan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB (p>0.05) dalam menurunkan

trigliserida, tetapi 150 mg/kg BB memberikan efek penurunan kadar trigliserida

cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya dengan nilai 82,62

mg/dL.

Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan trigliserida adalah

tanin. Tanin juga dapat menghambat enzim AcylCoA Cholesterol Acyl Transferase

(ACAT) yang berperan dalam esterifikasi kolesterol sehingga menghambat

penggabungan kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL. Menurunnya

kadar Apo B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan VLDL terganggu

yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran partikel LDL

besar (Rahastuti, et al., 2011).

Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase,

sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak

yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak

yang dapat diabsorbsi sehingga konsetransi trigliserida dalam usus menurun yang

menyebabkan peningkatan ukuran partikel LDL (Olivera, et al., 2007 dan

Rahastuti, et al., 2011)

Pengukuran HDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na

CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat

dilihat secara rinci pada Gambar 4.7

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

Gambar 4.7 Grafik HDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan HDL tikus pada kelompok kontrol negatif 53 mg/dL. Kadar

kolesterol HDL plasma darah tikus yang normal yaitu ≥35 mg/dL (Hartoyo dkk.,

2008). Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar kolesterol total

dalam darah melebihi normal. Peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL

dikarenakan adanya aktivitas radikal bebas dari NaCl yang menyebabkan adanya

kerusakan oksidatif pada beberapa jaringan. Kadar kolesterol yang tinggi dalam

darah menyebabkan VLDL membentuk LDL, akibatnya LDL dalam darah

meningkat membuat HDL tertekan dan tidak bisa membuang kelebihan kolesterol

yang ada dalam darah, sehingga keadaan HDL menurun (Sargowo, 2001).

Berdasarkan pengamatan kadar HDL rata-rata, terjadi peningkatan HDL

setelah pemberian EEBI dengan tiga variasi dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB

dan 150 mg/kg BB. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way

Anova menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara signifikan EEBI dosis

50, 100, 150 mg/kg BB (p>0.05) dalam meningkatkan HDL, tetapi 150 mg/kg

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

BB memberikan efek peningkatan kadar HDL cukup optimal dibandingkan

dengan kedua dosis lainnya dengan nilai 83,66 mg/dL.

Peningkatan HDL akan berpengaruh positif terhadap pencegahan terjadinya

aterosklerosis, karena banyak penelitian yang membuktikan bahwa meningkatnya

HDL akan menurunkan morbiditas penyakit jantung koroner. HDL mampu

menyerap kolesterol bebas dari dinding pembuluh darah maupun dari jaringan

kemudian dibawa ke hati dan diubah menjadi kolesterol ester dengan bantuan LCAT

(lecithin cholesterol acylTransferase) (Dominiczak, 2005).

Pengukuran LDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na

CMC 0,5% dan. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Grafik LDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan LDL tikus pada kelompok kontrol negatif 208,66 mg/dL. Nilai

normal LDL pada tikus jantan adalah 7-27,2 mg/dL (Herwiyarirasanta, 2010).

Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar kolesterol total dalam

darah melebihi normal. Peningkatan kadar LDL dikarenakan adanya aktivitas

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

radikal bebas dari NaCl yang menyebabkan adanya kerusakan oksidatif pada

beberapa jaringan. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah menyebabkan VLDL

membentuk LDL, akibatnya LDL dalam darah dalam darah meningkat membuat

HDL tertekan dan tidak bisa membuang kelebihan kolesterol yang ada dalam

darah, sehingga keadaan HDL menurun. Hiperkolesterol mengakibatkan adanya

gangguan metabolisme lipoprotein, yang meliputi peningkatan kadar LDL serta

penurunan HDL (Sargowo, 2001).

Setelah diterapi EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB selama 7 hari,

terlihat adanya penurunan kadar LDL. Penurunan kadar LDL untuk kelompok

EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB berturut-turut adalah 122,47 mg/dL, 83,47

mg/dL dan 43,81 mg/dL. Jadi pada penelitian ini, dapat dikatakan bahwa terapi

EEBI dapat menurunkan kadar LDL. Hasil pengujian statistika dengan analisa

Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan kadar LDL (p<0.05).

Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi EEBI dengan dosis 150 mg/kg BB

menunjukkan dosis yang paling baik untuk menurunkan kadar LDL karena

ekstrak etanol buah inggir-inggir akan meningkatkan sekresi asam empedu yang

akan meningkatkan metabolisme lemak, akibatnya kelebihan lemak akan

dikeluarkan melalui usus besar dalam bentuk feses. Lemak yang dibuang akan

menurunkan kadar kolesterol dalam darah, dan pembentukkan LDL juga tidak

akan berlebih. Kerja antioksidan dalam ekstrak etanol buah inggir-inggir

berfungsi untuk mengurangi aktivitas LDL oksidasi yang terjadi akibat

penimbunan kolesterol dalam darah. Antioksidan dalam ekstrak etanol buah

inggir-inggir juga dapat meningkatkan HDL dalam darah dengan cara

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

meningkatkan mRNA Apo A1 hati yang berperan untuk menginisiasi sintesis

Apo A1, Apo A1 juga dapat menekan perbanyakan LDL sehingga tidak terjadi

LDL oksidasi (Brown, 2003).

Pengukuran VLDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian

Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat

dilihat secara rinci pada Gambar 4.9

Gambar 4.9 Grafik VLDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ...metilprednisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral

menyebabkan VLDL tikus pada kelompok kontrol negatif 21,83 mg/dL.

Berdasarkan pengamatan VLDL rata-rata, terjadi penurunan VLDL setelah

pemberian EEBI dengan tiga variasi dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan

150 mg/kg BB. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova

menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara signifikan EEBI dosis 50, 100,

150 mg/kg BB (p>0.05).

Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan VLDL darah

adalah adalah flavonoid. Flavonoid dan tanin dapat menghambat enzim HMG-

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

CoA reduktase yang berperan mensintesis kolesterol. Terhambatnya HMG-CoA

reduktase akan menurunkan sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan

sintesis Apo B dan meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Kemudian

kolesterol dalam darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol

LDL dan VLDL. Selain itu tanin berefek menghambat enzim lipase pankreas

sehingga penyerapan kolesterol oleh hati terhambat dan sekresi kolesterol melalui

feses meningkat (Rahastuti, et al., 2011).

4.2.4 Hasil Glukosa Darah

Pengukuran glukosa darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah

pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil

pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.10

Gambar 4.10 Grafik glukosa tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ....metilprednisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 secara oral

menyebabkan masuknya senyawa radikal bebas kedalam tubuh membuat stress

oksidatif pada tikus dan meningkatkan kadar glukosa darah puasa dengan nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

158,50 mg/dL. Kadar glukosa tikus jantan normal adalah 80-160 mg/dL (Gad,

1990). Berdasarkan pengamatan penurunan kadar glukosa rata-rata, terjadi

penurunan kadar glukosa setelah pemberian EEBI dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg

BB dan 150 mg/kg berturut-turut dengan nilai 143,67 mg/dL, 136 mg/dL dan

124,67 mg/dL. Kelompok penurunan yang optimal pada kelompok EEBI 150

mg/kg BB dengan nilai 124,67 mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa

Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan glukosa (p<0.05). Oleh

karena itu, EEBI 150 mg/kg BB memberikan efek penurunan kadar glukosa

cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya.

Mengkonsumsi secara teratur buah inggir-inggir dapat menurunkan kadar

glukosa darah pada penderita diabetes (Fabellar, 1998). Efek penurunan kadar

glukosa darah tikus dari pemberian ekstrak etanol buah inggir-inggir disebabkan

oleh adanya senyawa flavonoid sebagai antioksidan yang mampu mengikat

radikal bebas sehingga dapat mengurangi stress oksidatif akibat kadar glukosa

darah yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ramadhani, 2008) dan

(Astrian, 2009), bahwa stress oksidatif dapat menurunkan jumlah transporter

glukosa (GLUT) sehingga menyebabkan peningkatan resistensi insulin, dan

mengganggu sekresi insulin karena terjadi kerusakan sel β pankreas. Tanin

terbukti meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus (Hayashi,

et al., 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III METODE PENELITIANPengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statisik, pemberian ekstrak etanol buah inggir-

inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) dosis 150 mg/kg BB mampu menurunkan

total kolesterol= 144 mg/dL, LDL=43,81 mg/dL dan glukosa=124,67 mg/dL dan

berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05) dan tidak mampu

menurunkan AST, ALT, ureum, kreatinin, trigliserida, VLDL dan tidak mampu

meningkatkan HDL secara signifikan (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa EEBI

dosis 150 mg/kg BB merupakan dosis optimal dalam menurunkan resiko penyakit

kardiovaskular.

5.2 Saran

Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan uji efek ekstrak etanol

buah inggir-inggir terhadap parameter biokimia manusia.

Universitas Sumatera Utara