repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4061 › SKRIPSI...
Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4061 › SKRIPSI...
i
SKRIPSI
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PEGAWAI TETAP PADA PT SEMEN TONASA
HERA BUGIS INDINA
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
ii
SKRIPSI
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PEGAWAI TETAP PADA PT SEMEN TONASA
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
HERA BUGIS INDINA
A 311 07 087
Kepada
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
iii
SKRIPSI
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PEGAWAI TETAP PADA PT SEMEN TONASA
disusun dan diajukan oleh
HERA BUGIS INDINA
A 311 07 087
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar, 09 Agustus 2012
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. Yohanis Rura, SE, M. SA, Ak Dra. Andi Kusumawati, M,Si,Ak NIP.19611128 19881 1 001 NIP.19660405 199203 2 003
Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Dr. H. Abdul Hamid Habbe, SE., M.Si NIP.19630515 199203 1 003
iv
SKRIPSI
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PEGAWAI TETAP PADA PT SEMEN TONASA
disusun dan diajukan oleh
HERA BUGIS INDINA
A 311 07 087
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 09 Agustus 2012 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan
Menyetujui, Panitia Penguji
No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan 1. Dr. Yonanis Rura, SE, M.SA., Ak. Ketua 1. ……………. 2. Dra. Andi Kusumawati, M.Si., Ak. Sekretaris 2. ……………. 3. Drs. Muh. Nur Azis, MM Anggota 3. ……………. 4. Drs. Deng Siraja, M.Si, Ak. Anggota 4. ……………. 5. Drs. Agus Bandang, M.Si., Ak Anggota 5. …………….
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Dr. H. Abdul Hamid Habbe, SE., M.Si NIP.19630515 199203 1 003
v
PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Hera Bugis Indina
NIM : A 311 07 087
Jurusan : Akuntansi
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang
berjudul
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PEGAWAI TETAP PADA PT SEMEN TONASA
Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya di
dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan
tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat
dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 tahun 2003, pasal 25 ayat
2 dan pasal 70)
Makassar, 09 Agustus 2012
Yang Membuat Pernyataan,
Hera Bugis Indina
vi
PRAKATA
Tiada ungkapan yang paling indah selain puji syukur kehadirat Allah
SWT yang tiada hentinya melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya
sehingga atas izin dan berbagai kemudahan yang diberik an-Nya, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis
Perencanaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Pegawai Tetap Pada
PT. Semen Tonasa Tbk.”.Skripsi ini merupakan tugas akhir guna
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (SE)
pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.
Shalawat dan salam juga senantiasa tercurah kepada junjungan nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan seluruh
pengikutnya hingga akhir jaman.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, dukungan, maupun motivasi hingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
1. Kedua Orang Tua penulis, yaitu Ayahanda Muhammad Tahir Sulie
dan Ibunda Iim Suhaemi yang telah mencurahkan kasih sayang
dengan segenap hati tanpa tuntutan serta selalu memberikan
dorongan, baik moril maupun material, dalam kehidupan penulis
serta adik penulis Muhammad Rihat Pratama yang selalu memberi
dukungan. Terima kasih atas do’a kalian.
vii
2. Bapak DR. Darwis Said, SE, M. SA, Ak. Selaku Pembantu dekan I
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
3. Bapak DR. H. Abdul Hamid Habbe, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Akuntansi.
4. Bapak Dr. Yohanis Rura, SE, M. SA, Ak. Sebagai Pembimbing I
dan Ibu Dra. Andi Kusumawati,M.Si, Ak. Sebagai Pembimbing II
yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama penulisan
skripsi ini. Terima kasih atas kesediaan Bapak dan Ibu untuk
meluangkan waktunya bimbingan dan saran serta kritik
membangun kepada penulis.
5. Kepada Pimpinan beserta staf dan karyawan PT Semen Tonasa,
Tbk yang telah memberikan bantuan, kesempatan, dan
meluangkan waktu kepada penulis selama melakukan penelitian
sehingga dapat mendukung terselesaikannya skripsi ini.
6. Kepada pegawai Fakultas Ekonomi, Khususnya Pak Aso atas
segala bantuannya kepada penulis.
7. Kepada sahabat-sahabat penulis Akbar, Itty, Hady, Kak Zul, Phute,
Farah, Rara, Iqha, Tyana, Penny, Asho yang telah sangat
membantu penulis dalam proses awal hingga akhir dan akhirnya
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Kepada seluruh teman-teman Pro7ezholic yang telah mendo’akan
dan terus memberikan semangat kepada penulis.
viii
9. Kepada senior-senior Fakultas Ekonomi Kak Kiky, Kak Adri, Kak
Audy, Kak Fut, Kak Annas, Kak Rahmat yang selama ini telah
memberikan banyak saran yang sangat berguna bagi penulis
selama pembuatan skripsi ini.
Dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa apa yang telah penulis susun ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
guna penyempurnaan penulisan di masa mendatang. Harapan penulis,
kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya bagi penulis pribadi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 12 September 2012
Penulis
HERA BUGIS INDINA
ix
ABSTRAK
Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap Pada PT. Semen Tonasa Tbk.
Hera Bugis Indina Yohanis
Andi Kusumawati
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meminimalisir jumlah kewajiban pajak terutang yang harus dibayarkan dan sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku dan ingin melihat sejauh mana pengaruh perencanaan pajak atas PPh 21 yang dibayarkan oleh PT. Semen Tonasa sehingga mendapatkan laba yang optimal.
Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu observasi, wawancara, dan menghitung perencaan pajak dengan menggunakan undang-undang perpajakan yang berlaku dan membandingkannya dengan perencanaan pajak yang diterapkan perusahaan. Data-data yang dikumpulkan yaitu SPT Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2009 (12 bulan) dan daftar gaji pegawai tetap PT Semen Tonasa tahun 2009.
Hasil yang didapatkan pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PT Semen Tonasa telah melakukan perencanaan pajak dengan baik karena adanya keuntungan yang didapat dengan melakukan penghematan pajak dan peningkatan laba komersial. Karena dari segi pajak, perencanaan pajak dikatakan berhasil jika pajak penghasilan yang harus dibayar menjadi lebih kecil setelah diterapkannya perencanaan pajak tersebut.
Kata kunci : perencanaan pajak, PT Semen Tonasa, undang-undang perpajakan, pegawai tetap, gaji, dan laba.
x
ABSTRACT
Analyze of Tax Planning PPh 21 for Employees in PT Semen Tonasa Tbk
Hera Bugis Indina
Yohanis Andi Kusumawati
This study aims to determine how to minimize tax liabilities amount to be paid and payable in accordance with tax laws in force and would like to see the extent of the effect of tax planning on income tax paid by 21 PT. Semen Tonasa thus obtain optimal returns.
This study uses three methods of observation, interviews, and calculate the tax planning using tax laws in effect and compare it with the applicable corporate tax planning. The data collected is SPT The Income Tax (PPh) of Article 21 of 2009 (12 months) and permanent employees payroll PT Semen Tonasa in 2009.
The results obtained in the research that has been done, it can be concluded that PT Semen Tonasa has done a good tax planning because of the advantage gained by the tax savings and increased commercial income. Because in terms of taxation, tax planning is being successful if the income tax payable becomes smaller after the implementation of tax planning.
Key words: tax planning, PT Semen Tonasa, tax laws, employees,
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……………………………………..…………… i HALAMAN JUDUL …………………………………….………………. ii HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. iii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………...………… iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………. v PRAKATA ………………………………………………………………. vi ABSTRAK ………………………………………………………………. ix ABSTRACT ……………………………………………………………... x DAFTAR ISI .................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 6 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 8 2.1 Pengertian Pajak ................................................................. 8 2.1.1 Fungsi Pajak .............................................................. 10 2.1.2 Jenis Pajak ................................................................ 11 2.2 Penghasilan ........................................................................ 13 2.2.1 Penghasilan Kena Pajak ........................................... 15 2.2.2 Penghasilan dari Pekerjaan........................................ 20 2.3 Perencanaan Pajak ............................................................ 21 2.3.1 Pengertian Perencanaan Pajak ................................. 21 2.3.2 Langkah-langkah Penting Perencanaan Pajak .......... 23 2.4 Peraturan yang Memungkinkan Terjadinya Perencanaan Pajak .................................................................................. 28 2.4.1 Dasar Hukum dan Peraturan Pelaksanaan ............... 28 2.4.2 Pengurang yang Diperbolehkan ................................ 29 2.43 Tarif Pajak .................................................................. 33 2.5 Penelitian Pajak Terdahulu ................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 37 3.1 Objek Penelitian .................................................................. 37 3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................ 37 3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................... 38
xii
3.4 Metode Analisis Data .......................................................... 39 3.5 Sistematika Penulisan ........................................................ 39
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................ 41 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Semen Tonasa ................ 41 4.1.1 Pabrik Semen Tonasa Unit I ....................................... 41 4.1.2 Pabrik Semen Tonasa Unit II ...................................... 41 4.1.3 Pabrik Semen Tonasa Unit III ..................................... 42 4.1.4 Pabrik Semen Tonasa Unit IV .................................... 43 4.2 Visi dan Misi Perusahaan .................................................... 44 4.2.1 Visi ............................................................................. 44 4.2.2 Misi ............................................................................. 44 4.3 Tujuan Perusahaan ............................................................. 45 4.4 Struktur Organisasi .............................................................. 46 4.4.1 Pemegang Saham ...................................................... 46 4.4.2 Struktur Organisasi Perusahaan ................................ 50
BAB V PEMBAHASAN ................................................................... 51 5.1 Perhitungan PPh Pasal 21 Dan Pelaporan Pegawai Tetap
Pada PT Semen Tonasa ..................................................... 51 5.2 Perencanaan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap PT Semen
Tonasa …………… ............................................................. 52 5.3 Perhitungan PPh Pasal 21 Perusahaan Dan Perbandingannya
Dengan Undang-Undang Perpajakan Yang Berlaku ........... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 62 6.1 Kesimpulan .......................................................................... 62 6.2 Saran ................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................... 67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Terhadap Penerimaan Negara ............. 1
Tabel 2.1 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ........................... 31
Tabel 2.2 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 ................................... 33
Tabel 5.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap
PT Semen Tonasa ………………………………………………..…51
Tabel 5.2 Perhitungan PPh Badan .................................................. 52
Tabel 5.3 PPh Pasal 21 Pegawai Tetap (Tidak Kawin) ................... 54
Tabel 5.4 PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
(Kawin Tanpa Tanggungan).. ...................................................... 56
Tabel 5.5 PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
(Kawin Dengan 1 Tanggungan........ ............................................ 58
Tabel 5.6 PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
(Kawin Dengan 2 Tanggungan)........ ........................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara yang paling
diandalkan selain minyak bumi dan gas alam. Dalam tabel 1.1 terlihat
kontribusi penerimaan pajak terhadap pendapatan negara cenderung
meningkat setiap tahunnya. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) tahun 2010, penerimaan dari sektor pajak sebesar 743
triliun rupiah atau 75% dari seluruh penerimaan negara yang berarti sektor
pajak adalah penyumbang terbesar dalam penerimaan negara
dibandingkan dengan penerimaan negara bukan pajak dan hibah sebesar
249 triliun rupiah atau 25% dari seluruh penerimaan negara.
Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Terhadap Penerimaan Negara
Tahun
PenerimaanPajak
Penerimaan Negara
Bukan Pajak dan
Hibah
Penerimaan
Negara
Trilliun
(Rp)
Kontribusi
(%)
Trilliun
(Rp)
Kontribusi
(%) Trilliun (Rp)
2007 491 69% 217 31% 708
2008 659 67% 323 33% 982
2009
2010
652
743
75%
75%
221
249
25%
25%
873
992
Sumber: Data PokokKementerianKeuangan 2011
2
Fungsi pajak sebagai sumber penerimaan mempunyai peran yang
sangat penting dalam pembiayaan operasional pemerintah baik untuk
pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sedangkan
sebagai sumber pengatur, penerimaan pajak dapat digunakan pemerintah
sebagai alat percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan
rangsangan dan stimulus yang kondusif bagi dunia usaha.
Bagi negara,pajak adalah sumber penerimaan, sedangkan di lain
pihak bagi perusahaan, pajak merupakan salah satu kewajiban yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan sehingga perlu pengelolaan yang baik
dan benar untuk menghindari kerugian yang timbul di kemudian hari.
Menurut Suandy (2008: 12), dari kedua kepentingan tersebut dibuat cara
agar keduanya dapat tercapai salah satunya dengan perencanaan pajak
(tax planning). Menurutnya, ada tiga syarat yang harus diperhatikan agar
perencanaan pajak dapat dijalankan dengan baik, yaitu:
“Pertama, tidak melanggar ketentuan perpajakan, bila suatu
perencanaan pajak yang dipaksakan dengan melanggar ketentuan
perpajakan maka Wajib Pajak menanggung risiko yang akan mengancam
keberhasilan perencanaan pajak itu sendiri. Kedua, secara bisnis masuk
akal, perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perencanaan perusahaan secara keseluruhan, baik jangka panjang
maupun jangka pendek, sehingga suatu perencanaan pajak yang tidak
baik akan mengakibatkan perencanaan secara keseluruhan tidak berjalan
dengan baik pula. Ketiga, terdapat bukti-bukti pendukung yang memadai,
3
misalnya adanya dukungan perjanjian (agreement), faktur (invoice),dan
juga perlakuan akuntansinya.”
Menurut Zain (2008: 23), perencanaan pajak (tax planning) adalah
langkah awal dari manajemen pajak yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari manajemen stratejik perusahaan secara keseluruhan.
Sebab itu, tidak salah jika perencanaan pajak turut menentukan berhasil
tidaknya manajemen stratejik yang dibuat oleh perusahaan. Perencanaan
pajak perlu dilakukan agar Wajib Pajak dapat membayar pajaknya secara
efektif dan efisien. Pengelolaan pajak dikatakan efektif bila penafsiran
Wajib Pajak mengenai hak dan kewajiban perpajakan tidak berbeda
dengan fiskus. Pengelolaan pajak dikatakan efisien bila pembayaran pajak
dilakukan sesuai dengan jumlah yang dibebankan dan dibayar tepat
waktu, sehingga terhindar dari denda atau bunga karena terlambat
membayar atau kurang membayar pajak atau kehilangan kesempatan
memperoleh penghasilan (opportunity loss) karena terlalu cepat
membayar.
Menurut Suandy (2008: 13), perencanaan pajak dapat berupa
penghindaran pajak (tax avoidance) maupun penggelapan pajak (tax
evasion). Tetapi dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, yang
dibolehkan berupa perencanaan pajak yang tidak menyimpang dari
ketentuan dan peraturan perpajakan yaitu berupa penghindaran pajak.
Sedangkan penggelapan pajak tidak diperbolehkan karena tindakan ini
4
merupakan pelanggaran undang-undang perpajakan, tindakan pidana dan
bersifat melawan hukum.
Pada umumnya perencanaan pajak dilakukan dengan mengatur
usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga
utang pajaknya baik pajak penghasilan (PPh) maupun pajak-pajak lainnya
berada pada posisi paling minimal sepanjang itu dimungkinkan baik oleh
peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial.
Oleh sebab itu, perencanaan pajak penting untuk diterapkan oleh Wajib
Pajak dalam rangka meminimalisasi pajak yang harus dibayar dengan
tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku.
Dalam menjalankan kegiatan usaha, perusahaan membutuhkan
para karyawan dimana karyawan tersebut akan memperoleh imbalan
dalam bentuk gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya.
Imbalan tersebut merupakan hasil dari hubungan kerja antara pemberi
kerja dan karyawan. Hubungan antara kedua belah pihak akan
menimbulkan kewajiban pajak yaitu Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21/26
untuk karyawan dan PPh pasal 25/29 untuk pemberi kerja.
Dalam menghitung PPh pasal 21 karyawan, banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satunya adalah berbagai kebijakan terkait dengan
jenis pajak penghasilan tersebut. Ini dikarenakan dampak pajak yang
ditimbulkan dari setiap kebijakan tersebut berbeda-beda, karena aspek
pajaknya berbeda maka beban pajak yang harus ditanggung oleh
perusahaan akan berbeda pula.
5
Penghasilan yang diterima menurut Mardiasmo (2007: 156), akan
menambah beban pajak penghasilan oleh karyawan dan menambah
beban pajak perusahaan apabila ditanggung sendiri dalam bentuk
tunjangan, sedangkan penghasilan yang bukan objek PPh pasal 21 tidak
akan menambah PPh pasal 21 terutang. Demikian juga dengan suatu
biaya yang dapat dibebankan dalam menghitung PPh badan tentu akan
mengurangi beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, sedangkan
suatu biaya yang tidak bisa dibebankan akan menambah beban pajak
perusahaan.
Setiap perusahaan menggunakan strategi perencanaan pajak yang
berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari cara perhitungan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 perusahaan tersebut apakah telah mengikuti
Undang-Undang Perpajakan yang berlaku atau tidak, khususnya dalam
penelitian terhadap perencanaan pajak PPh Pasal 21 pada PT Semen
Tonasa. Hal tersebut memotivasi penulis untuk memberi judul penelitian,
yaitu “Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai
Tetap Pada PT. Semen Tonasa”
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
1. Bagaimana cara perhitungan Pajak Penghasilan dan (PPh) Pasal
21 dan pelaporan pada PT Semen Tonasa?
6
2. Bagaimana perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
pegawai tetap PT Semen Tonasa?
3. Bagaimana cara perhitungan PT Semen Tonasa dengan Undang-
undang perpajakan yang berlaku?
1.3 Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui cara perhitungan PPh Pasal 21 (pegawai
tetap) dalam kaitannya dengan kepentingan pembayaran
pajak secara efisien.
2. Untuk menganalisis perencanaan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 pegawai tetap PT Semen Tonasa
3. Untuk membandingkan perhitungan dan pelaporan
perusahaan dengan undang-undang perpajakan yang
berlaku.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan pemahaman teori mengenai perlakuan
pemberian tunjangan PPh 21, menurut Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 dalam perhitungan
PPh Pasal 21 serta alternatif pemberian insentif/tunjangan
kepada karyawan dan dampaknya bagi perusahaan.
7
2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada
perusahaan tentang perencanaan pajak.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut tentang perencanaan pajak.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pajak
Menurut Nurmantu (2005: 1), definisi pajak adalah:
“...iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor
partikelir ke sektor pemerintah) berdasar undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran umum“
Menurut Mardiasmo (2007: 20), pajak adalah:
“...kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”
Menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, pajak
merupakan:
“...iuran rakyat yang dipungut oleh negara baik oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas undang-
undang serta aturan pelaksanaannya”
9
Selanjutnya menurut Sumarsan (2010:4), definisi pajak adalah:
“...suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional,
agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.”
Dari empat definisi yang telah disajikan dapat ditarik kesimpulan
tentang ciri-ciri yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai
berikut:
a. pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana
(sumber daya) dari sektor swasta (Wajib Pajak membayar
pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator
pajak).
b. pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan
pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan
fungsi pemerintahan, baik secara rutin maupun
pembangunan.
c. tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi)
individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak
yang dilakukan oleh para Wajib Pajak.
10
d. pajak digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran
rakyat.
e. pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah berdasarkan atas undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
f. pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah berdasarkan atas undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila
terlalutinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila
terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang
kurang. Menurut Sumarsan (2010:7), agar tidak menimbulkan
masalahpemungutan pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pemungutan pajak harus adil,
b. pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian,
c. pemungutan pajak harus efisien,
d. sistem pemungutan pajak harus sederhana.
2.1.1 Fungsi Pajak
Fungsi pajak berarti kegunaan atau manfaat pokok dari pajak itu
sendiri. Menurut Nurmantu (2005: 2) dikenal dua macam fungsi pajak,
yaitu.
11
a. Fungsi budgetair
Fungsi budgetair disebut juga fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal
yaitu suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakan sebagai alat
untuk memasukkan dana ke kas negara secara optimal
berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Fungsi ini
disebut fungsi utama karena fungsi inilah yang mempunyai historis
pertama kali timbul
b. Fungsi regulerend
Fungsi regulerend atau fungsi mengatur disebut juga fungsi
tambahan yaitu fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu. Disebut sebagai fungsi tambahan karena
hanya sebagai fungsi pelengkap dari fungsi utama. Untuk mencapai
tujuan tertentu maka pajak digunakan sebagai alat kebijakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
2.1.2 Jenis Pajak
Marsyahrul (2006: 4) menyatakan bahwa perbedaan jenis pajak yang
dibagi dalam golongan-golongan dapat didasarkan atas sifat-sifat tertentu
yang ada dalam masing-masing pajak ataupun atas ciri-ciri tertentu yang
ada dalam masing-masing pajak ataupun atas ciri-ciri tertentu pada setiap
pajak. Ciri-ciri tertentu bersamaan dari setiap jenis pajak dimasukkan
dalam satu golongan sehingga dapat digolongkan sebagai berikut.
12
1. Pajak Langsung dan Tidak Langsung
Pajak langsung adalah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri
oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, tidak dapat dilimpahkan kepada
orang lain, dan dikenakan berulang-ulang pada waktu tertentu. Contoh
dari pajak ini adalah Pajak Penghasilan Pasal 25, Pajak Bumi dan
Bangunan, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan lain-lain.
Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang tidak
dikenakan berulang-ulang pada waktu tertentu dan pada akhirnya
dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya dari pajak ini adalah
Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa.
2. Pajak Pusat (Negara)
Pajak Pusat (Negara) yaitu pajak-pajak yang wewenang
pemungutannya ada ditangan pemerintah pusat, di mana dari hasil
pemungutannya tersebut akan digunakan untuk kepentingan
pembiayaan negara pada umumnya. Yang termasuk dalam Pajak
Pusat (Negara) ini adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
atas Barang dan Jasa, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea
Materai.
3. Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif
Pajak Subyektif yaitu pajak yang pemungutannya berpangkal
kepada diri orangnya, dimana keadaan diri Wajib Pajak yang
13
bersangkutan dapat memengaruhi besar kecilnya pajak yang harus
dibayar. Contoh keadaan status perkawinan dari Wajib Pajak yang
telah kawin atau belum dan jumlah anak yang menjadi tanggungannya
akan memengaruhi besar kecilnya pajak yang harus dibayar.
Sedangkan Pajak Obyektif adalah pajak-pajak yang
pemungutannya berpangkal pada obyeknya, di mana pajak-pajak ini
dipungut karena keadaan, perbuatan-perbuatan, dan kejadian yang
dilakukan atau yang akan terjadi dalam wilayah negara dengan tidak
mengindahkan tempat kediamannya ataupun sifat subyeknya. Contoh
dari pajak ini adalah cukai rokok, pajak undian-undian berhadiah, dan
lain-lain.
2.2 Penghasilan
Penghasilan menurut Harcrisnowo (2008: 12) adalah:
“... jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan oleh
perorangan, badan dan bentuk usaha tetap yang digunakan
untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi dan atau
menimbun serta menambah kekayaan”
Penghasilan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: PSAK No 46)
adalah:
“... kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
14
kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan
(revenue) maupun keuntungan (gain)”.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(PPh)adalah:
“... setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.”
Mansyuri (2002: 7) mengemukakan penghasilan untuk keperluan
pajak harus menekankan kepada kemampuan ekonomis yang dapat
dipakai sebagai konsumsi. Terdapat tiga hal penting dalam batasan
penghasilan, yaitu:
“a. menentukan bahwa suatu penghasilan adalah objek pajak
bertujuan agar wajib pajak mendapatkan kepastian apakah suatu
jenis penghasilan merupakan objek pajak sehingga tidak terdapat
keragu-raguan dalam menentukan suatu objek pajak.
b. mendefinisikan penghasilan adalah mencari benang merah dari
suatu pengertian sehingga didapatkan suatu pemahaman yang
sama oleh setiap orang tentang definisi dari penghasilan.
c. contoh-contoh penerimaan atau perolehan yang termasuk dalam
pengertian penghasilan kena pajak.Pemberian contoh merupakan
cara yangefektif agar Wajib Pajak tidak dirugikan dalam melakukan
15
pemotongan pajak, selain itu juga dapat memperkecil celah
loophole sehingga tidak ada lagi alasan Wajib Pajak untuk
menghindar dari pemotongan pajak”
2.2.1 Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Dalam peraturan pajak Nomor KEP – 57/PJ/2009, yang termasuk
penghasilan kena pajak antara lain:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun,
atau imbalan dalam bentuk lainya.
b. hadiah dan undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan.
c. laba usaha.
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian uang.
g. deviden, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan sisa
hasil usaha koperasi.
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
16
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta.
j. penerimaaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu.
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing.
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. premi asuransi.
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas.
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak.
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah.
r. imbalan bunga
s. surplus Bank Indonesia
Menurut Waluyo (2006: 79), perihal penghasilan yang dapat
dikenakan pajak mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.
a. Tambahan kemampuan ekonomis.
Yang dimaksud dengan tambahan kemampuan ekonomis
adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan barang
dan jasa guna memenuhi kebutuhannya.
17
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh.
Yang dimaksud penghasilan yang diterima terkait dengan
konsep akuntansi mengenai pengakuan pendapatan antara
cash basis (sudah diterima) dengan accrual basis (belum ada
realisasi baru dicatat saja).
c. Berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia
Karena Indonesia menganut sistem world wide income maka
seluruh penghasilan yang diterima baik berasal dari dalam
maupun luar negeri wajib dikenakan pajak.
d. Untuk kepentingan konsumsi atau menambah kekayaan.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh yang akan
digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib
dikenakan pajak.
e. Dalam nama dan bentuk apapun.
Yang dimaksud dengan nama dan bentuk apapun adalah
hakekat ekonomis lebih penting dari jenis penghasilan tetapi
jika maksud dan tujuan dari nama tersebut adalah suatu
penghasilan maka wajib dikenakan pajak penghasilan.
Dasar pengenaan pajak dan pemotongan PPh Pasal 21 menurut
Diana (2009: 423) adalah sebagai berikut.
18
a. Pegawai Tetap
PKP pegawai tetap dihitung dengan menggunakan PTKP
dari Penghasilan Netto (PN)
Sedangkan penghasilan netto dihitung dengan
mengurangkan Biaya jabatan dan Iuran yang terkait dengan
gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan (Iuran
pensiun) dari Penghasilan Bruto (PB)
PKP = PB – Biaya jabatan – Iuran pensiun – PTKP
b. Penerima Pensiun Berkala
PKP penerima pensiun berkala dihitung dengan
mengurangkan PTKP dari Penghasilan Netto (PN)
Sedangkan Penghasilan Netto dihitung dengan
mengurangkan Biaya pensiun dari Penghasilan Bruto (PB)
PKP = PB – Biaya pensiun – PTKP
c. Pegawai Tidak Tetap
PKP dihitung dengan mengurangkan PTKP dari Penghasilan
Bruto (PB).
PKP = PB – PTKP
19
d. Bukan Pegawai, yang meliputi:
a. distributor multilevel marketing atau direct selling
b. petugas dinas luar asuransi yang tidak berstatus sebagai
pegawai
c. penjaja barang dagangan yang tidak berstatus sebagai
pegawai, dan
d. penerima penghasilan bukan pegawai lainnya yang
menerima penghasilan dari Pemotong PPh Pasal 21
secara berkesinambungan dalam 1 tahun kalender.
PKP dihitung dengan mengurangkan PTKP yang dihitung
secara bulanan dari Penghasilan Bruto (PB)
PKP = PB – PTKP yang dihitung secara bulanan
2.2.2 Penghasilan Dari Pekerjaan
Penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu penghasilan dari menjalankan usaha (businessincome)
dan penghasilan dari kegiatan melakukan pekerjaan (employment
income). Penghasilan dari menjalankan usaha dapat dilakukan oleh orang
pribadi atau badan hukum, sedangkan penghasilan dari kegiatan
melakukan pekerjaan hanya dapat dilakukan oleh orang pribadi
Employment income merupakan penghasilan yang diperoleh orang
pribadi sehubungan dengan kegiatan dalam melakukan pekerjaan, jasa,
20
dan kegiatan lain. Jenis employment income dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. penghasilan sebagai pegawai atau penghasilan dari
penyerahan jasa orang pribadi tidak bebas atau penghasilan
sebagai karyawan.
b. penghasilan dari pekerjaan bebas, misalnya penghasilan dari
jasa profesional yang independen.
Apabila diperhatikan pengertian employment income pada intinya
menyangkut semua penghasilan yang diterima karyawan termasuk
fasilitas dan penggantian yang diterima sehubungan dengan adanya
hubungan pekerjaan.
2.3 Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak
(Mangonting, 1999: 43). Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan dengan maksud menyeleksi jenis tindakan
penghematan pajak apa yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan
perencanaan pajak adalah meminimumkan kewajiban perpajakan.
2.3.1 Pengertian Perencanaan Pajak
Suatu perencanaan pajak yang tepat merupakan hasil dari tindakan
penghematan atau tax saving dan penghindaran pajak atau tax
avoidance.Muljono (2009: 15) mengidentifikasi pajak dengan perencanaan
pajak dan mendefinisikan sebagai berikut:
21
“Perencanaan pajak adalah tindakan penstrukturan yang terkait
dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada
pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.
Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat
mengefisiensi jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah,
melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax
avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang
merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi.”
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa perencanaan pajak melalui
penghindaran pajak merupakan satu-satunya cara legal yang dapat
ditempuh oleh Wajib Pajak dalam rangka mengefisienkan pembayaran
pajaknya. Ide dasarnya adalah usaha mengatur lebih dahulu semua
aktivitas perusahaan guna menghindarkan dampak perpajakan sebanyak
mungkin, atau dengan kata lain peluang untuk perencanaan pajak yang
efektif, terdapat lebih besar kemungkinannya apabila hal tersebut
dipertimbangkan sebelum transaksi tersebut dilaksanakan, dibandingkan
dengan apabila pertimbangannya dilakukan setelah transaksi
(Mangonting, 1999: 43). Dalam hal ini tentunya sangat tergantung kepada
para manajer, sampai sejauh mana para manajer tersebut mewaspadai
secara konstan alternatif-alternatif penghematan pajak pada setiap
tindakan yang akan diambilnya. Dapat disimpulkan bahwa suatu
perencanaan pajak yang efektif tidak tergantung kepada seorang ahli
pajak yang profesional, akan tetapi sangat tergantung kepada kesadaran
22
dan keterlibatan para pengambil keputusan akan adanya dampak pajak
yang melekat pada setiap aktivitas perusahaannya.
Perencanaan pajak berfungsi sebagai mengestimasi jumlah pajak
dimasa yang akan datang yang dibayar secara formal maupun material,
dan melakukan efisiensi pajak tidak semata-mata dengan menghindari
pajak, tetapi juga menghindari sanksi-sanksi atas kesalahan dan kelalaian
atas pelaksanaan kewajiban pajak. Fungsi pelaksanaan pajak dilakukan
dengan melaksanakan hasil perencanaan pajak baik dari aspek formal
maupun material sebaik mungkin.
2.3.2 Langkah–langkah Penting Perencanaan Pajak
Zain (2008: 20) mengemukakan tindakan yang harus diambil
dalam rangka perencanaan pajak tersebut berupa tindakan penstrukturan
yang terkait dengan konsekuensi pajak, maka langkah-langkah yang
harus mendapatkanperhatian dalam penyusunan perencanaan pajak dan
merupakan komponen-komponen sistem manajemen adalah sebagai
berikut.
a. Menetapkan sasaran atau tujuan perencanaan pajak yang
meliputi:
a) usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih
dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
23
b) memahami segala ketentuan administratif, sehingga
terhindar dari pengenaan sanksi-sanksi, baik sanksi
administrasi maupun sanksi pidana.
c) melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan
pelaksanaan pemasaran, pembelian dan fungsi keuangan,
seperti pemotongan dan pemungutan pajak.
b. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat
tujuan, yang terdiri dari:
a) identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka
panjang. Faktor ini umumnya memiliki sifat permanen yang
secara eksplisit terdapat dan melekat pada ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Faktor
tersebut merupakan parameter-parameter yang
berpengaruh terhadap perencanaan jangka panjang.
b) etika kebijakan perusahaan dan ketentuan yang jelas
mengenai fungsi dan tanggung jawab manajemen
perpajakan serta memiliki manual tentang ketentuan dan
tata cara perpajakan yang berlaku bagi seluruh personil
perusahaan.
c) strategi dan perencanaan pajak yang terintegrasi dengan
perencanaan perusahaan, baik perencanaan perusahaan
jangka pendek maupun jangka panjang.
24
c. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk
mencapai tujuan, dilakukan antara lain dengan cara
mengadakan:
a) sistem informasi yang memadai dalam kaitannya dengan
penyampaian perencanaan pajak kepada para petugas
yang memonitor perpajakan dan kepastian keefektifan
pengendalian pajak penghasilan dan pajak-pajak lainnya
yang terkait, seperti pencantuman masalah-masalah
perpajakan dalam setiap bisnis, sehingga tidak terjadi
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Hal-hal tersebut sangat erat kaitannya dengan
sistem akuntansi perusahaan.
b) mekanisme monitor, pengendalian, dan penyesuaian
sedemikian rupa sehingga setiap modifikasi rencana dan
tindakan dapat dilakukan tepat waktu.
Agar perencanaan pajak dapat berjalan sesuai dengan tujuan
menurut Suandy (2008: 18) diperlukan tahapan-tahapan terencana
sebagai berikut.
a. Menganalisa informasi yang ada
Pada tahap ini perencanaan pajak harus menganalisa dan
mempertimbangkan semua aspek yang mungkin terlibat
dalam perencanaan pajak. Pertimbangan ini menimbang
25
segala kemungkinan keberhasilan maupun kegagalan dalam
pelaksanaan perencanaan pajak. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain:
a) fakta yang relevan.
Dalam era globalisasi serta tingkat persaingan yang
semakin ketat maka seseorang manajer pajak dalam
merencanakan pajak untuk suatu organisasi dituntut harus
benar-benar menguasai situasi yang dihadapi baik dari
segi internal maupun eksternal dan selalu mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi agar perencanaan
pajak dapat dilakukan secara tepat, menyeluruh terhadap
situasi maupun transaksi yang mempunyai dampak
perpajakan.
b) faktor pajak.
Dalam melakukan pembuatan perencanaan pajak perlu
diperhatikan faktor-faktor pajak sebelumnya dari suatu
negara untuk menjamin berhasilnya suatu perencanaan
pajak, sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam
menentukan perencanaan pajak ke depannya.
b. Membuat satu model atau lebih rencana pajak
Model diperlukan untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai perhitungan perencanaan pajak. Sebaiknya model
dibuatkan lebih dari satu agar dapat dibandingkan dan lebih
26
dapat terukur keuntungan dan kerugiannya. Sehingga
perencana pajak dapat memilih alternatif-alternatif yang
tersedia.
c. Evaluasi perencanaan pajak
Mengevaluasi dengan analisis keuangan suatu perencanaan
pajak misalnya bagaimana perencanaan pajak mempengaruhi
beban pajak, laba kotor atau pengeluaran lain jika alternatif-
alternatif dipilih atau dijalankan.
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali keputusan
Dari berbagai alternatif yang telah dibuat, perencana pajak
harus melihat potensi kerugian atau potensi keuntungan yang
akan diperoleh. Keputusan untuk menjatuhkan pilihan satu
alternatif kadang membawa kondisi pada potensi kerugian
yang akan diperoleh. Tugas dari perencana pajak adalah
meminimalkan potensi kerugian tersebut.
e. Memuktahirkan rencana pajak
Suatu undang-undang seringkali mengalami perubahan
demikian juga dengan undang-undang perpajakan. Perubahan
ini akan membawa dampak bagi perencana pajak secara
keseluruhan. Tugas dari perencana pajak untuk melihat
27
kembali rancangan yang telah dibuat untuk menyesuaikan
dengan perubahan undang-undang tersebut.
2.4 Peraturan Perpajakan Yang Memungkinkan Terjadinya
Perencanaan Pajak
2.4.1 Dasar Hukum dan Peraturan Pelaksanaan
Untuk menjamin terlaksananya fungsi pajak sebagai penghimpun
dana (budgetair) dari sektor pribadi ke sektor umum diperlukan perangkat
pasti dan mengikat. Kepastian hukum diperlukan untuk meminimalisasi
perlawanan yang timbul pada saat pelaksanaan pemungutan pajak.
Dalam undang-undang diatur mengenai subjek pajak dan bukan subjek
pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, tarif pajak, pembayaran serta
ketentuan lain yang diperlukan untuk Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21.
Sebagaimana diketahui bahwa transaksi pemotongan pajak
penghasilan (PPh) diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008
tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan (PPh). Khususnya untuk pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 21 pedoman yang digunakan antara lain.
a. Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat
atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-
31/PJ/2009tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
28
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
2.4.2 Pengurang Yang Diperbolehkan
Penerima penghasilan yang berstatus sebagai karyawan tetap atau
penerima dana pensiun yang dibayar berkala dikenakan pajak
penghasilan pasal 21. Bagi golongan penerima penghasilan tersebut
berlaku pengurangan yang diperbolehkan untuk menghitung penghasilan
netto atau Penghasilan Kena Pajak (PKP). Untuk mengetahui besarnya
penghasilan netto pegawai tetap, penghasilan bruto pegawai tersebut
dikurangi dengan :
a. biaya jabatan.
Biaya jabatan adalah biaya untuk menagih, mendapatkan dan
memelihara penghasilan dari suatu pekerjaan, tanpa
memandang apakah pegawai tersebut memiliki jabatan atau
tidak. Biaya jabatan ditentukan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 Tentang Besarnya Biaya
Jabatan atau Biaya Pensiun Yang Dapat Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto Pegawai Tetap Atau Pensiunan sebesar 5
% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000
setahun atau Rp 500.000 sebulan.
b. iuran pensiun
Iuran pensiun yang dibayarkan karyawan yang terkait pada
gaji, yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
29
telah disahkan oleh menteri keuangan dapat dijadikan sebagai
pengurang penghasilan bruto.
c. penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diatur dalam
Undang-undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 pasal
7 adalah sebesar tarif yang tercantum dalam tabel 2.1
Tabel 2.1
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
No. Keterangan Setahun Sebulan
1
2
3
4
Untuk diri Wajib Pajak Pribadi
Tambahan untuk Wajib Pajak Kawin
Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami
Tambahan untuk anak (paling
banyak 3 orang)
Rp 15.840.000
Rp 1.320.000
Rp 15.840.000
Rp 1.320.000
Rp 1.320.000
Rp 110.000
Rp 1.320.000
Rp 110.000
Sumber : Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
Pengurang yang diperbolehkan bagi wajib pajak badan untuk
menentukan penghasilan netto sebagai mana yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) adalah
sebagai berikut.
30
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat
tertentu.
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
yang ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah.
j. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya
diatur dengan peraturan pemerintah.
k. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
dengan peraturan pemerintah.
31
l. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah
2.4.3 Tarif Pajak
Tarifpajak adalah persentasi tertentu yang ditentukan oleh
undang-undang dalam rangka menentukan besarnya pajak terhutang.
Sehubungan dengan kewajiban untuk membayar pajak, dalam
menghitung besarnya pajak terhutang yang harus dibayarkan ditetapkan
tarif pajak bagi wajib pajak orang pribadi berdasarkan pasal 17 undang-
undang PPh tahun 2008.
Tabel 2.2
Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
No Keterangan Tarif
1
2
3
4
Rp - s/d Rp 50.000.000
Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000
Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000
Rp 500.000.000
5%
15%
25%
30%
Sumber Undang-undang PPh Nomor 36 Tahun 2008
Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akan dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi 20% (dua puluh persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki
32
NPWP. Sehingga, jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah
sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang
seharusnya dipotong dan bersifat tidak final.
Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala, sebagai
penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi, disarankan untuk segera mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama
sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember, PPh
Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20%
(dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal
21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP.
2.5 Penelitian Terdahulu
Perencanaan pajak penghasilan telah diteliti oleh peneliti lain
diantaranya Wijayani (2006) dalam skripsi berjudul “Analisis Perencanaan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia IV Makassar”, Harcrisnowo (2008) dalam Tesis yang berjudul
“Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Dalam Upaya Meminimalisasikan
Biaya Pajak Pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII)”, dan Gloritho
(2008) pada penelitian berjudul “Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak
Biaya Pegawai Pada PT. XYZ Untuk Meminimalkan Beban Pajak dan
Hubunganya Dengan Kinerja Perusahaan”.
Dalam penelitian Wijayani (2006) dan Harcrisnowo (2008), peneliti
menganalisis metode-metode yang tersedia dalam perencanaan pajak
33
dengan cara menghitung kembali pajak terhutang dengan metode-metode
tersebut kemudian menentukan metoda mana yang menghasilkan tax
saving yang paling baik. Dalam penelitian tersebut, adanya perbedaan
tarif dan lapisan kena pajak terhadap Wajib Pajak Badan dan Orang
Pribadi menjadi salah satu pertimbangan untuk menyarankan pemberian
tunjangan pajak kepada pegawai tetap perusahaan dibanding
menanggung PPh Pasal 21 terutang.
Penelitian Gloritho (2008) bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dilakukan perencanaan pajak
dan setelah dilakukan perencanaan pajak dengan membandingkan jumlah
pajak terhutang. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah undang-
undang yang digunakan sebagai dasar perencanaan pajak. Dalam
penelitiannya, Gloritho menyimpulkan bahwa setelah dilakukannya
perencanaan pajak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah
pajak terhutang. Penelitian Gloritho menggunakan Undang-undang Pajak
Penghasilan Nomor 17 tahun 2000 sebagai dasar perencanaan pajak.
Perbedaan mendasar antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini
adalah undang-undang yang digunakan. Penelitian terdahulu
menggunakan Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 17 tahun 2000
sedangkan penelitian ini menggunakan Undang-undang Pajak
Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008 sebagai dasar perencanaan
pajak dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-
31/PJ/2009tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan/atau Pajak
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 pada PT. Semen Tonasa. PT Semen Tonasa merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang industri semen yang pada saat
penelitian dilakukan berlokasi di Desa Biringere, Kecamatan Minasatene,
Kabupaten Pangkep.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan
metode pengambilan data berikut.
a) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pegawai PT Semen Tonasa yang
mengerti permasalahan pajak yang dibahas dalam penelitian.
Mengenai perencanaan pajak, peneliti akan mewawancarai dosen
perpajakan untuk mengetahui teknik-teknik dalam perencanaan
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 sehingga menghasilkan beban
pajak yang minimum.
b) Studi Kepustakaan
Data kepustakaan yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini
adalah ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku khususnya
yang mengatur tentang Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21. Peneliti
36
juga menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit, rekap gaji, dan kompensasi pegawai tetap.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a) Data Primer
Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak-pihak yang
mengetahui tentang ketentuan peraturan Pajak Penghasilan (PPh)
pasal 21 dan perencanaan pajak seperti pegawai bagian pajak PT
Semen Tonasa dan dosen perpajakan.
b) Data Sekunder
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yaitu
peraturan perundang-undangan Pajak Penghasilan (PPh) yang
berlaku, laporan keuangan yang telah diaudit, rekap gaji, dan
kompensasi pegawai tetap pada PT Semen Tonasa.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif-comparative, yaitu dengan menganalisis dan
mengolah data-data laporan keuangan dan laporan fiskal yang ada,
kemudian melakukan perbandingan terhadap hasil perhitungan dari
37
perusahaan dan hasil perhitungan pajak yang optimal berdasarkan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.
3.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi enam bab, yang secara garis
besar sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian pajak
dan penghasilan, perencanaan pajak, peraturan yang
memungkinkan terjadinya perencanaan pajak, dan penelitian
terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai objek penelitian,
metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode
analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah singkat
perusahaan, visi dan misi perusahaan, tujuan perusahaan,
dan struktur organisasi perusahaan.
38
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran keuangan
perusahaan dan pembahasan dari hasil penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan dijelaskan hasil dari bab sebelumnya,
meliputi kesimpulan dan saran.
39
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Semen Tonasa
PT Semen Tonasa berkantor pusat di Desa Biring Ere, Kecamatan
Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, menempati lahan seluas 715
Ha, dan berjarak sekitar 68 km dari Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan, dengan kapasitas terpasang 3,48 juta ton per tahun.
4.1.1. Pabrik Semen Tonasa Unit I
Unit I didirikan berdasarkan TAP MPRS RI No. II/MPRS/1960 tanggal 5
Desember 1960. Pembangunan Pabrik Semen Tonasa Unit I dilaksanakan oleh
proyek Semen Tonasa dan dibantu oleh kontraktor dalam negeri.
Pembangunan pabrik PT Semen Tonasa Unit I selesai dan diresmikan
pada tanggal 2 November 1968 oleh Menteri Perindustrian, M. Yusuf, dengan
lokasi di Desa Tonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, Provinsi
Sulawesi Selatan.
4.1.2. Pabrik Semen Tonasa Unit II
Pabrik Semen Tonasa Unit II didirikan berdasarkan persetujuan
BAPENAS No. 023/XC-LC-B.V.76 dan No. 285/D.I/IX/76 tepatnya tanggal 2
September 1976. Dana pembangunan pabrik Semen Tonasa Unit II diperoleh
40
dari bantuan kredit ekspor pemerintah Kanada $ 83.600.000 dan biaya lokal
sebesar Rp 18.307.000.000 atau Kanada $ 127.525 (Can $ 1 = Rp 47).
Pabrik Semen Tonasa Unit II berlokasi di Desa Mangilu, Kecamatan
Bungoro, Kabupaten Pangkajene, Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya 25 km
sebelah utara pabrik Semen Tonasa Unit I. Pembangunan pabrik Semen Tonasa
Unit II meliputi: pembangunan pabrik, pembangunan khusus semen di
Biringkassi, serta pembangunan jalan raya dari Tonasa II ke Pelabuhan
Biringkassi.
Pembangunan pelabuhan ini berfungsi sebagai tempat penurunan
barang-barang yang merupakan kebutuhan pabrik antara lain: gypsum,
sparepart, fall oil, dan sebagainya. Fungsi lain dari pelabuhan ini adalah sebagai
tempat pengiriman hasil produksi pabrik Semen Tonasa ke daerah selain
Sulawesi Selatan. Pembangunan pabrik Semen Tonasa Unit II ini selesai pada
tanggal 5 Desember 1979 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal
28 Februari 1980.
Program optimalisasi Tonasa Unit II ini dilaksanakan pada tahun 1991
secara swakelola sehingga pabrik yang mulanya berkapasitas terpasang
510.000 ton/tahun menjadi 590.000 ton.
4.1.3. Pabrik Semen Tonasa Unit III
Pabrik Semen Tonasa Unit III dibangun berdasarkan persetujuan
BAPENAS No. 32/XC-LC/B.V/1981 dan No. 2177/WK/10/1981. Lokasi pabrik
Semen Tonasa Unit III sama dengan pabrik Semen Tonasa Unit II. Pabrik Semen
41
Tonasa Unit III diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1985 didampingi
oleh Lee Kwan, Perdana Menteri Singapura.
Jumlah investasi pada pembangunan pabrik Semen Tonasa Unit III ini
diperoleh dari bantuan ekspor dari pemerintah Jerman Barat. Pabrik ini
menggunakan proses kering dengan kapasitas terpasang 590.000 ton/tahun.
Karena pertimbangan ekonomis, sejak tahun 1987 bahan bakar pabrik Semen
Tonasa Unit III diganti dengan batu bara, sedangkan sebelumnya menggunakan
BCO.
4.1.4. Pabrik Semen Tonasa Unit IV
Pabrik Semen Tonasa Unit IV didirikan berdasarkan SK Menteri
Perindustrian No. 182/MPP IX/1990 tanggal 2 Oktober 1990 dan SK Menteri
Keuangan RI No. 154/MK.013/1990. Adanya kebijakan pemerintah yang
memprioritaskan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
mengakibatkan kawasan ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk
mengatasi kebutuhan akan semen yang cukup besar, maka dibangunlah pabrik
Semen Tonasa Unit IV. Pembangunan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri dengan kapasitas terpasang sebesar 2.300.000 ton/tahun. Sejak
beroperasi pada awal tahun 1996 dengan tahap percobaan memproduksi terak
(klinker), maka kapasitas terpasang produksi PT Semen Tonasa untuk tahun
1996 menjadi 3.480.000 ton/tahun. Penggilingan semen telah dimulai pada bulan
Oktober 1995. Dengan adanya kapasitas produksi PT Semen Tonasa, maka
kebutuhan akan semen di wilayah Indonesia Timur dapat terpenuhi.
Sejak tanggal 15 September 1995, PT Semen Tonasa dikonsolidasikan
dengan PT Semen Gresik, melalui akuisisi berdasarkan nilai wajar aktiva yang
42
diakuisisi dan kewajiban yang ditanggung. Dengan demikian, seluruh saham
yang disetor penuh Rp 304.000.000.000 dimiliki oleh PT Semen Gresik.
4.2. Visi dan Misi Perusahaan
4.2.1. Visi
Visi PT Semen Tonasa adalah “Menjadi perusahaan persemenan
terkemuka di Asia”.
4.2.2. Misi
Misi PT Semen Tonasa adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholders.
b. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan
kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu.
c. Menggunakan teknologi yang lebih efesien, aman, dan ramah lingkungan.
d. Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan motivasi
karyawan secara professional.
4.3. Tujuan Perusahaan
Dalam peraturan pemerintah No. 55 tahun 1990 Bab III pasal 4
disebutkan tanggung jawab pengelolaan perusahaan dilakukan oleh direksi
sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar perusahaan.
Tujuan perusahaan adalah.
a. Perusahaan bertujuan turut melaksanakan, menunjang kebijaksanaan
dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional
pada umumnya dan khususnya di bidang persemenan dan industri
43
lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan menjalankan
usaha di bidang.
a) Produksi
b) Pemberian jasa
c) Perdagangan
b. Perusahaan dapat pula mendirikan/menjalankan perusahaan dan usaha
lainnya yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut di
atas, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan
lainnya sepanjang yang demikian tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dan anggaran dasar perseroan.
4.4. Struktur Organisasi
Adanya struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat yang
penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu perusahaan akan
berhasil mencapai prestasi kerja yang efektif dari karyawan apabila terdapat
suatu sistem kerja sama yang baik, di mana fungsi-fungsi dalam organisasi
tersebut mempunyai pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
telah dinyatakan dan diuraikan dengan jelas.
4.4.1. Pemegang Saham
Pemegang saham PT Semen Tonasa antara lain.
a. PT Semen Gresik (Persero) Tbk: 99.9998 %
b. Koperasi Karyawan Semen Tonasa: 0.0002 %
44
4.4.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT Semen Tonasa adalah gabungan dari
struktur organisasi garis dan staf. Kekuasaan tertinggi terletak pada
pemegang saham, yaitu PT Semen Gresik (Persero) Tbk dan Koperasi
Karyawan Semen Tonasa (KKST) yang membawahi Dewan Komisaris.
Perusahaan dipimpin oleh Direktur Utama yang dibantu oleh empat orang
Direktur.
a. Direktur Utama
Direktur Utama mengemban tugas dalam memimpin, mengoordinasi,
dan mengendalikan semua kegiatan pengelolaan yang telah
ditetapkan dalam rangka pengembangan kemajuan yang meliputi
semua bidang perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, Direktur
Utama dibantu oleh empat orang direksi untuk mengurus kegiatan-
kegiatan pada bidangnya masing-masing. Direktur Utama juga
mengawasi langsung kegiatan yang terjadi di Departemen
Pengawasan Intern. Departemen ini dibantu oleh dua Biro, yaitu Biro
Pengawasan Operasional dan Biro Keuangan, serta dibantu oleh
seksi-seksi.
b. Direktur Produksi
Direktur Produksi bertugas membantu Direktur Utama dan mengawasi
langsung kegiatan yang terjadi pada empat Departemen, yaitu.
a) Departemen Produksi Bahan Baku
b) Departemen Produksi Terak
c) Departemen Produksi Semen.
45
d) Departemen Teknik dan Utilitas
c. Direktur Litbang dan Operasi
Direktur Litbang dan Operasi bertugas membantu Direktur Utama
dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan Sumber Daya
Manusia. Direktur Litbang dan Operasi dibantu oleh tiga Departemen,
yaitu.
a) Departemen Litbang dan Manajemen (Litbangmen)
b) Departemen Litbang Teknis (Litbangtek)
c) Departemen Pengadaan dan Pengelolaan Persediaan (PP
Persediaan)
d. Direktur Pemasaran
Direktur Pemasaran bertugas membantu Direktur Utama dalam
mengawasi secara langsung dua Departemen, yaitu.
1. Departemen Pemasaran.
2. Departemen Distribusi
e. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan bertugas membantu dan mengawasi langsung
kegiatan yang terjadi pada tiga Departemen, yaitu.
a) Departemen Treasury
Departemen ini merupakan departemen yang baru dibentuk untuk
membantu tugas Direktur Keuangan. Departemen ini membawahi
Biro Pengelolaan Dana dan Pajak dan Biro Pengelolaan Hutang
Piutang dan Aset, serta dibantu oleh beberapa seksi. Di
departemen inilah peneliti mengambil data Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 untuk dikembangkan lebih lanjut.
b) Departemen Akuntansi
46
Departemen ini membawahi Biro Akuntansi Umum dan Biro
Akuntansi Manajemen, serta dibantu oleh beberapa seksi.
c) Departemen SDM
Departemen ini membawahi Biro Pelayanan SDM, Biro
Pembelajaran, dan Biro Pelayanan Kesehatan, serta dibantu oleh
beberapa seksi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema di bawah, yaitu struktur
organisasi PT Semen Tonasa :
48
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pelaporan Pegawai
Tetap Pada PT Semen Tonasa
PT Semen Tonasa menanggung semua kewajiban pajak penghasilan
karyawan, perusahaan sudah membayar beban pajak sebagai berikut:
49
Tabel 5.1
Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Pegawai Tetap Tahun 2009
PT Semen Tonasa
BULAN
JUMLAH PEGAWAI
TETAP
JUMLAH PENGHASILAN
BRUTO PPh YANG DIPOTONG
TANGGAL SETOR
JANUARI 1.759 19.669.140.489 3.197.110.618 10-Feb-09
FEBRUARI 1.763 11.539.485.585 605.857.404 10-Mar-09
MARET 1.765 10.617.113.013 701.971.412 10-Apr-09
APRIL 1.737 10.332.656.530 643.592.789 10-Mei-09
MEI 1.772 15.816.631.449 1.758.661.865 10-Jun-09
JUNI 1.820 55.332.533.964 5.572.767.013 10-Jul-09
JULI 1.728 19.143.014.904 1.600.965.737 10-Agust-09
AGUSTUS 1.746 29.161.209.040 4.233.557.359 10-Sep-09
SEPTEMBER 1.750 22.580.332.690 2.085.053.060 09-Okt-09
OKTOBER 1.717 25.579.003.605 2.352.528.249 10/11/2009
NOVEMBER 1.706 13.321.963.145 1.296.292.953 10-Des-09
DESEMBER 1.851 251.391.973.417 26.809.142.761 10-Feb-10
TOTAL 484.485.057.831 50.857.501.220
Sumber: Diolah dari SPT PT Semen Tonasa tahun 2009 (lampiran 1)
Terlihat pada Tabel 5.1, perusahaan telah menerapkan kebijakan
menanggung pajak penghasilan karyawan dengan cara memberikan tunjangan
pajak penghasilan kepada karyawan. Namun, karena perusahaan dalam
memberikan tunjangan pajak kepada karyawan hanya berdasarkan penghasilan
yang diterima oleh karyawan tiap bulannya, maka perusahaan masih perlu
membayar pajak penghasilan (PPh) pasal 21 karyawan yang masih kurang bayar
50
akibat penghasilan karyawan yang dihitung setahun dan dikalikan tarif pajak
berlaku. Sehingga pada akhir tahun, perusahaan harus melakukan pembetulan,
apakah lebih bayar atau kurang bayar dan dibayar di tahun berikutnya.
5.2 Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap PT
Semen Tonasa
Perhitungan pajak penghasilan badan jika perusahaan memberikan
tunjangan pajak dengan mengacu pada penghasilan karyawan tiap bulannya dan
menanggung beban pajak kurang bayarnya adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2
Perhitungan PPh Badan Tahun 2009
(Mengacu Pada Penghasilan Karyawan Tiap Bulan)
KETERANGAN JUMLAH (RP)
Laba Bersih Sebelum Pajak
Koreksi Fiskal:
Perbedaan Temporer
Perbedaan Tetap
Koreksi Positif
Koreksi Negatif
Laba Fiskal
Pajak Penghasilan Badan (28%)
603.818.177.129
71.182.188.632
41.788.756.195
(37.593.582.589)
679.195.539.366
190.174.751.022
Sumber: Diolah dari PPh Badan PT Semen Tonasa tahun 2009 (lampiran 2)
Menghitung pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 pada perusahaan
umumnya menggunakan perhitungan yang sama sesuai dengan undang-undang
51
perpajakan yang berlaku. Tetapi bagaimana cara perusahaan tersebut
mengelolanya dengan efisien sehingga dapat melakukan perencanaan pajak
dengan efektif. PT Semen Tonasa memiliki banyak pegawai tetap dan tidak tetap
dengan jumlah tunjangan yang berbeda-beda berupa asuransi, THR dan bonus,
dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan pada umumnya
diberikan sekali dalam setahun. Transaksi pemotongan pajak penghasilan (PPh)
diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat
atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
Perencanaan pajak yang efektif sangat tergantung kepada kesadaran dan
keterlibatan para pengambil keputusan akan adanya dampak pajak yang melekat
pada setiap aktivitas perusahaannya.
5.3 Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Perusahaan Dan
Perbandingannya Dengan Undang-Undang Perpajakan Yang Berlaku
Berikut merupakan perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 terhadap penghasilan berupa asuransi, THR dan bonus, dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan pada umumnya
diberikan sekali dalam setahun dan membandingkannya dengan menggunakan
perhitungan menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009
tentang Pajak Penghasilan Pasal 21.
a. Abdul Hafid (tidak kawin) bekerja pada PT Semen Tonasa dengan
memperoleh gaji sebesar Rp.10.414.549 per tahun. Dalam tahun yang
bersangkutan, Abdul Hafid menerima THR dan bonus sebesar
Rp.23.644.638, asuransi Rp.115.731, dan tunjangan lainnya sebesar
52
Rp.19.720.920. Setiap tahunnya, Abdul Hafid membayar Iuran THT
sebesar Rp.550.546.
Tabel 5.3
Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap
Dengan Status Tidak Kawin
NAMA : Abdul Hafid
STATUS : Tidak Kawin
PENGHASILAN PERUSAHAAN UNDANG-UNDANG
Gaji Pokok 10.414.549 10.414.549
Tunjangan PPh 1.889.274 1.740.525
Tunjangan Lainnya 19.720.920 19.720.920
Asuransi 115.731 115.731
THR dan Bonus 23.644.638 23.644.638
Total Penghasilan Bruto 55.785.112 55.636.363
PENGURANG
Biaya Jabatan 2.789.256 2.781.818
Iuran THT 550.546 550.546
Penghasilan Netto 52.445.311 52.303.999
PTKP 15.840.000 15.840.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 36.605.311 36.463.999
PPh 21 1.889.274 1.740.525
PPh 21 yang telah dibayar 1.830.266 1.830.266
PPh kurang bayar 59.009 (89.741)
Sumber: Daftar Pajak Penghasilan Pegawai Tetap PT Semen Tonasa Tahun 2009
53
Dalam Tabel 5.3 terlihat bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 Abdul Hafid
dengan status tidak kawin menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:
PER-31/PJ/2009 sebesar Rp.1.740.525 lebih baik dibandingkan dengan Pajak
Penghasilan Pasal 21 menurut perusahaan yaitu sebesar Rp.1.889.274.
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menurut Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 adalah sebagai berikut:
Gaji pokok : Rp 10.414.549
Tunjangan Lainnya : Rp 19.720.920
Asuransi : Rp 115.731
THR dan Bonus : Rp 23.644.638
Total penghasilan bruto : Rp 53.895.838
Pengurangan
Biaya Jabatan : 5% x Rp 53.895.838 : Rp (2.694.792)
Iuran THT : Rp (550.546)
Total penghasilan netto : Rp 50.650.500
PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi : Rp (15.840.000)
PKP : Rp 34.810.500
PPh 21 Terutang : 5% x Rp 34.810.500
= Rp 1.740.525
54
b. Husain (kawin dan belum memiliki tanggungan) bekerja pada PT
Semen Tonasa dengan memperoleh gaji sebesar Rp.10.363.811 per
tahun. Dalam tahun yang bersangkutan, Husain menerima THR dan
bonus sebesar Rp.23.905.255, asuransi Rp.115.731, dan tunjangan
lainnya sebesar Rp.17.840.921. Setiap tahunnya, Husain membayar
Iuran THT sebesar Rp.550.546.
55
Tabel 5.4
Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap
(kawin dan tidak memiliki tanggungan)
NAMA: HUSAIN
STATUS: K0
PENGHASILAN MENURUT
PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-
UNDANG
Gaji Pokok 10.363.811 10.363.811
Tunjangan PPh 1.741.392 1.595.194
Tunjangan Lainnya 17.840.921 17.840.921
Asuransi 115.731 115.731
THR dan Bonus 23.905.255 23.905.255
Total Penghasilan Bruto
53.967.110 53.820.912
PENGURANG
Biaya Jabatan 2.698.355 2.691.046
Iuran THT 550.546 550.546
Penghasilan Netto 50.718.208 50.579.320
PTKP 17.160.000 17.160.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
33.558.208 33.419.320
PPh 21 1.741.392 1.595.194
PPh 21 yang telah dibayar
1.677.910 1.677.910
PPh kurang bayar 63.482 (82.716)
Sumber: Daftar Pajak Penghasilan Pegawai Tetap PT Semen Tonasa Tahun
2009
56
Dalam Tabel 5.4 terlihat bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 Husain
(kawin dan tidak memiliki tanggungan) menurut Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 sebesar Rp.1.595.194 lebih baik dibandingkan
dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut perusahaan yaitu sebesar
Rp.1.741.392. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menurut
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 adalah sebagai
berikut:
Gaji pokok : Rp 10.363.811
Tunjangan Lainnya : Rp 17.840.921
Asuransi : Rp 115.731
THR dan Bonus : Rp 23.905.255
Total penghasilan bruto : Rp 52.225.718
Pengurangan
Biaya Jabatan : 5% x Rp 52.225.718: Rp (2.611.286)
Iuran THT : Rp (550.546)
Total penghasilan netto : Rp 49.063.886
PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi : Rp (17.160.000)
PKP : Rp 31.903.886
PPh 21 Terutang : 5% x Rp 31.903.886
= Rp 1.595.194
57
c. Dwi Hartono (kawin dan memiliki satu tanggungan) bekerja pada PT
Semen Tonasa dengan memperoleh gaji sebesar Rp.12.783.030 per
tahun. Dalam tahun yang bersangkutan, Dwi Hartono menerima THR
dan bonus sebesar Rp.30.916.501, asuransi Rp.143.422, dan
tunjangan lainnya sebesar Rp.21.402.360. Setiap tahunnya, Dwi
Hartono membayar Iuran THT sebesar Rp.1.132.941.
58
Tabel 5.5 Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap
(kawin dan memiliki 1 tanggungan)
NAMA: DWI HARTONO
STATUS: K1
PENGHASILAN MENURUT
PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-
UNDANG
Gaji Pokok 12.783.030 12.783.030
Tunjangan PPh 2.115.194 2.175.152
Tunjangan Lainnya 21.402.360 21.402.360
Asuransi 143.422 143.422
THR dan Bonus 30.916.501 30.916.501
Total Penghasilan Bruto
67.360.507 67.420.465
PENGURANG
Biaya Jabatan 3.368.025 3.371.023
Iuran THT 1.132.941 1.132.941
Penghasilan Netto 62.859.540 62.916.500
PTKP 18.480.000 18.480.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
44.379.540 44.436.500
PPh 21 2.218.997 2.175.152
PPh 21 yang telah dibayar
2.115.194 2.115.194
PPh lebih bayar 103.783 59.958
Sumber: Daftar Pajak Penghasilan Pegawai Tetap PT Semen Tonasa Tahun 2009
Dalam Tabel 5.5 terlihat bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 Dwi Hartono
(kawin dan memiliki satu tanggungan) menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak
59
Nomor: PER-31/PJ/2009 sebesar Rp.2.175.152 lebih baik dibandingkan dengan
Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut perusahaan yaitu sebesar Rp.2.218.997.
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menurut Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 adalah sebagai berikut:
Gaji pokok : Rp 12.783.030
Tunjangan Lainnya : Rp 21.402.360
Asuransi : Rp 143.422
THR dan Bonus : Rp 30.916.501
Total penghasilan bruto : Rp 65.245.313
Pengurangan
Biaya Jabatan : 5% x Rp 65.245.313: Rp (3.262.265)
Iuran THT : Rp (1.132.941)
Total penghasilan netto : Rp 60.850.107
PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi : Rp (18.480.000)
PKP : Rp 42.370.107
PPh 21 Terutang : 5% x Rp 42.370.107
= Rp 2.118.505
d. Haeruddin (kawin dan memiliki 2 tanggungan) bekerja pada PT Semen
Tonasa dengan memperoleh gaji sebesar Rp.11.777.788 per tahun.
60
Dalam tahun yang bersangkutan, Haeruddin menerima THR dan bonus
sebesar Rp.28.678.490, asuransi Rp.131.113, dan tunjangan lainnya
sebesar Rp.26.732.700. Setiap tahunnya, Haeruddin membayar Iuran
THT sebesar Rp.1.132.941
61
Tabel 5.6 Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap
(kawin dan memiliki 2 tanggungan)
NAMA: HAERUDDIN
STATUS: K2
PENGHASILAN MENURUT
PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-
UNDANG
Gaji Pokok 11.777.788 11.777.788
Tunjangan PPh 2.309.718 2.151.058
Tunjangan Lainnya 26.732.700 26.732.700
Asuransi 131.113 131.113
THR dan Bonus 28.678.490 28.678.490
Total Penghasilan Bruto
69.629.828 69.471.169
PENGURANG
Biaya Jabatan 3.481.491 3.473.558
Iuran THT 1.132.941 1.132.941
Penghasilan Netto 65.015.396 64.864.669
PTKP 19.800.000 19.800.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
45.215.396 45.064.669
PPh 21 2.309.718 2.309.718
PPh 21 yang telah dibayar
(2.260.769) (2.151.058)
PPh lebih bayar (48.948) (158.660)
Sumber: Daftar Pajak Penghasilan Pegawai Tetap PT Semen Tonasa Tahun 2009
Dalam Tabel 5.6 terlihat bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 Haeruddin
(kawin dan memiliki dua tanggungan) menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak
62
Nomor: PER-31/PJ/2009 sebesar Rp.2.151.058 lebih baik dibandingkan dengan
Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut perusahaan yaitu sebesar Rp.2.260.769.
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menurut Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 adalah sebagai berikut:
Gaji pokok : Rp 11.777.788
Tunjangan Lainnya : Rp 26.732.700
Asuransi : Rp 131.113
THR dan Bonus : Rp 28.678.490
Total penghasilan bruto : Rp 67.320.111
Pengurangan
Biaya Jabatan : 5% x Rp 67.320.111: Rp (3.366.005)
Iuran THT : Rp (1.132.941)
Total penghasilan netto : Rp 62.821.164
PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi : Rp (19.800.000)
PKP : Rp 43.021.164
PPh 21 Terutang : 5% x Rp 43.021.164
= Rp 2.151.058
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebagaimana telah dibahas
pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Perusahaan telah menerapkan kebijakan menanggung pajak penghasilan
karyawan dengan cara memberikan tunjangan pajak penghasilan kepada
karyawannya untuk meminimalkan jumlah pajak terhutang yang harus
dibayar dengan memberikan tunjangan pajak pada pegawai yang
diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan perusahaan dalam
perhitungan pajak penghasilan (PPh) badan.
2. Manfaat yang diterima oleh perusahaan apabila dilakukan perencanaan
pajak dengan memberi tunjangan pajak adalah dapat meminimalisasi
jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan sehingga meningkatkan
laba komersial.
3. Dalam menerapkan tax planning harus pula diperhatikan segi pajak dan
segi akuntansinya. Dari segi pajak, tax planning dikatakan berhasil jika
pajak penghasilan yang harus dibayar menjadi lebih kecil setelah
diterapkannya tax planning tersebut. Dan dari segi akuntansi, laba setelah
pajaknya tidak menjadi lebih kecil setelah diterapkannya tax planning.
64
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, PT Semen Tonasa telah
melakukan perencanaan dengan baik karena adanya keuntungan yang didapat
dengan melakukan penghematan pajak (tax planning) dan peningkatan laba
komersial. Namun demikian, yang penting adalah perusahaan harus senantiasa
mengikuti perkembangan peraturan-peraturan perpajakan atau pun isu-isu yang
terkait dengan perpajakan agar dapat melakukan perencanaan pajak dengan
efektif. Perencanaan pajak yang efektif tidak tergantung kepada seorang ahli
pajak yang profesional, akan tetapi sangat tergantung kepada kesadaran dan
keterlibatan para pengambil keputusan akan adanya dampak pajak yang melekat
pada setiap aktivitas perusahaannya, supaya penelitian selanjutnya dapat lebih
baik lagi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Diana, Anastasia. 2009. Perpajakan Indonesia : Konsep, Aplikasi, dan
Penuntun Praktis. Jakarta : Penerbit Andi.
Gloritho. 2008. Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai
Pada PT XYZ Untuk Meminimalkan Beban Pajak dan
Hubungannya Dengan Kinerja Perusahaan. Skripsi. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Harcrisnowo. 2008. Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan
Biaya Pajak PT Bank Internasional Indonesia (BII) Finance Center.
Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Mangonting, Yenni. 1999. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai
Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Volume 1, No. 1, Mei 1999: 43-53. Fakultas Ekonomi-Universitas
Kristen Petra. Surabaya.
Mansyuri. 2002. Panduan Konsep Utama Pajak Indonesia. Jakarta: PT
Bina Karya.
Masyahrul, Tony. 2006. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT Grasindo.
Mardiasmo. 2007. Perpajakan (Edisi Ketiga). Jakarta: Penerbit Andi.
66
Muljono, Djoko. 2009. Tax Planning – Menyiasati Pajak dengan Bijak.
Yogyakarta : Penerbit Andi
Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
250/PMK.03/2008 Tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya
Pensiun yang Dapat Dikurangkan. Jakarta
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-
31/PJ/2009 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009.Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP
– 57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21, dan/atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa,
dan Kegiatan Orang Pribadi. Jakarta.
Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak (Edisi Keempat). Jakarta:
Salemba Empat.
Sumarsan, Thomas. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Indeks.
67
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia : Pembahasan Sesuai dengan
Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan dan Aturan
Pelaksanaan Perpajakan Terbaru. Jakarta : Salemba Empat.
Wijayani, Linda. 2006. Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21
Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV Makassar.
Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan (Edisi Ketiga). Jakarta:
Salemba Empat.
69
BIODATA
Identitas Diri
Nama : Hera Bugis Indina
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Desember 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : BTN Antara Blok A 20/7, Makassar.
Telepon Rumah dan HP : 085242808900
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
- Pendidikan Formal:
TK Kutilang, Jakarta Barat
SDN 6 Cangkuang Kulon, Bandung
SLTPN 1 Pitumpanua
SMAN 1 Pitumpanua
- Pendidikan Non-Formal: -
Riwayat Prestasi
- Prestasi Akademik: -
- Prestasi Non-Akademik; -
Pengalaman
- Organisasi;
OSIS SMAN 1 Pitumpanua
PASKIBRA SMAN 1 Pitumpanua
Ikatan Mahasiswa Akuntansi, UNHAS
Paduan Suara Mahasiswa, UNHAS.
70
- Kerja;
Freelancer Event Organizer Dyandra Promosindo
Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar, 18 Januari 2013
Hera B Indina