99377580-Pitiriasis-rosea

36
PITIRIASIS ROSEA Pembimbing: Prof. Dr. dr. Unandar Budimulja, SpKK(K) Disusun Oleh: Afdhona Wiranata 08310007 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Rumah Sakit Umum 45 Periode

description

aas

Transcript of 99377580-Pitiriasis-rosea

Page 1: 99377580-Pitiriasis-rosea

PITIRIASIS ROSEA

Pembimbing:Prof. Dr. dr. Unandar Budimulja, SpKK(K)

Disusun Oleh:

Afdhona Wiranata

08310007

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Rumah Sakit Umum 45

Periode

Page 2: 99377580-Pitiriasis-rosea

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga referat yang berjudul “Pitiriasis Rosea”

ini dapat selesai tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

di Rumah Sakit Umum 45 Kuningan serta agar dapat menambah kemampuan dan ilmu

pengetahuan bagi para pembacanya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas bantuan, bimbingan dari dr. Amiruddin Abu, Sp.KK

Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar referat ini dapat disempurnakan di

masa yang akan datang.

Kuningan, Desember 2013

Penulis

i

Page 3: 99377580-Pitiriasis-rosea

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1

BAB II. PITIRIASIS ROSEA................................................................................... 2

II.1. DEFINISI.......................................................................................................2

II.2. EPIDEMIOLOGI...........................................................................................2

II.3. ETIOLOGI.....................................................................................................3

II.4. HISTOPATOLOGI........................................................................................5

II.5. GEJALA KLINIS.......................................................................................... 5

II.6. VARIASI PITIRIASIS ROSEA.................................................................... 8

II.7. LABORATORIUM....................................................................................... 11

II.8. DIAGNOSA...................................................................................................12

II.9. DIAGNOSA BANDING............................................................................... 12

II.10. KOMPLIKASI...............................................................................................14

II.11. PENATALAKSANAAN...............................................................................14

II.12. PROGNOSA.................................................................................................. 16

BAB III. RESUME...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iv

ii

Page 4: 99377580-Pitiriasis-rosea

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambaran Histopatologis Pitiriasis Rosea.....................................................5

Gambar 2. Herald Patch..................................................................................................... 6

Gambar 3. Inverted Christmas Tree..................................................................................7

Gambar 4. Pitiriasis Rosea Inversa....................................................................................8

Gambar 5. Pitiriasis Rosea Unilateralis.............................................................................9

Gambar 6. Papular Pitiriasis Rosea................................................................................... 10

Gambar 7. Vesicular Pitiriasis Rosea.................................................................................10

Gambar 8. Purpuric Pitiriasis Rosea................................................................................. 11

iii

Page 5: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

BAB I

PENDAHULUAN

Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya yang

dimulai dengan sebuah lesi perimer yang dikarakteristikkan dengan gambaran herald patch

berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan lesi sekunder yang

mempunyai gambaran khas.1

Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan pada tahun

1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860, Gilbert memberi nama

Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda (rosea).2

Insiden tertinggi pada usia antara 15 – 40 tahun.3 Wanita lebih sering terkena

dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1.2

Diagnosis Pitiriasis Rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis apabila sulit

menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea. Pitiriasis Rosea bisa didahului dengan gejala

prodromal (lemas, mual, tidak nafsu makan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe).

Setelah itu muncul gatal dan lesi di kulit.4 Banyak penyakit yang memberikan gambaran

seperti Pitiriasis Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya.1

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

1

Page 6: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

BAB II

PITIRIASIS ROSEA

II.1. DEFINISI

Pitiriasis rosea ialah penyakit akut, kelainan kulit berupa timbulnya papuloskuamosa

yang dapat hilang dengan sendirinya, umumnnya menyerang anak-anak dan dewasa muda

yang sehat, walaupun sebenarnya dapat ditemukan pada semua umur. Penyebabnya belum

diketahui, diduga virus sebagai penyebab timbulnya erupsi. Penyakit ini merupakan salah

satu dari penyakit kulit yang paling sering ditemukan pada praktek klinis.4 Riwayat

perjalanan penyakit dan penemuan klinis yang didapatkan hampir selalu sama. Anak ataupun

dewasa muda yang terkena penyakit ini, tidak merasakan gejala yang berarti, kemudian

timbul bercak merah dan bersisik yang bisa muncul di batang tubuhnya, paha atas, atau di

daerah bahu. Pitiriasis rosea mungkin akan lebih sulit untuk didiagnosa apabila lesi-lesi kecil

yang muncul setelah lesi pertama belum didapatkan secara klinis.4 Lesi yang timbul bisa

disalahartikan sebagai infeksi jamur atau dermatitis.5

II.2. EPIDEMIOLOGI

Kurang lebih 75% kasus pitiriasis rosea didapatkan pada usia antara 10-35 tahun.4,5

Puncak insidensnya terdapat pada usia antara 20-29 tahun.6 Namun ada juga yang

mengatakan puncak insidensinya terdapat pada usia antara 15-40 tahun.3,7 Namun

bagaimanapun penyakit ini bisa muncul dari usia 3 bulan sampai dengan 83 tahun.4

Insidensnya meningkat terutama pada musim semi, musim gugur, dan musim dingin.3,4,6,8,9

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan didapatkan kira-kira sebanyak 2% dari setiap

kunjungan pasien yang berobat jalan pada ahli penyakit kulit. Prevalensi terjadinya pitiriasis

rosea lebih banyak ditemukan pada golongan sosioekonomi masyarakat kelas menengah dan

yang kurang mampu.4 Insidens pada pria dan wanita hampir sama, walaupun sedikit lebih

banyak ditemukan pada wanita.3,4,6 Prevalensinya tidak dipengaruhi oleh golongan ras

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

2

Page 7: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

tertentu. Penyakit ini biasanya bertahan antara 6-8 minggu, tapi dapat juga didapatkan variasi

lamanya sakit yang berbeda.4

II.3. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya pitiriasis rosea masih belum diketahui, walaupun sudah

dikemukakan beberapa dugaan penyebab timbulnya penyakit ini. Sudah lama dipikirkan

bahwa virus sebagai penyebab timbulnya penyakit ini, karena adanya gejala prodromal yang

biasa muncul pada infeksi virus bersamaan dengan munculnya bercak kemerahan di kulit.

Human herpes virus 7 telah dikemukakan sebagai penyebabnya, namun beberapa penelitian

telah gagal menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan.6 Penelitian yang dilakukan akhir-

akhir ini terfokus pada peranan HHV-6 dan HHV-7 pada pitiriasis rosea. Dalam suatu

penelitian, partikel HHV telah terdeteksi pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Partikel-

partikel virus ini ditemukan dalam jumlah banyak diantara serat-serat kolagen dan pembuluh-

pembuluh darah pada lapisan dermis atas dan bawah. Partikel virus ini juga berada selang-

seling diantara keratinosit dekat dengan perbatasan dermal-epidermal.4

Watanabe dkk telah membuktikan kepercayaan yang sudah lama ada bahwa pitiriasis

rosea merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh virus. Mereka mendemonstrasikan

replikasi aktif dari HHV-6 dan HHV-7 dalam sel mononuklear pada lesi kulit, hal ini sama

dengan mengidentifikasi virus-virus pada sampel serum pasien.3 Dimana virus-virus ini

hampir kebanyakan didapatkan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada pada fase laten

dalam sel mononuklear darah perifer, terutama CD-4 dan sel T, dan pada air liur.3,4 Erupsi

kulit yang timbul dianggap sebagai reaksi sekunder akibat reaktivasi virus yang mengarah

pada terjadinya viremia.3,5,10 Sumber lain mengatakan beberapa penulis menduga herpes

simpleks virus 10 yang menjadi penyebabnya.8

Penelitian baru-baru ini menemukan bukti dari infeksi sistemik aktif HHV-6 dan

HHV-7 pada kulit yang kelainan, kulit yang sehat, air liur, sel mononuklear darah perifer, dan

serum dari pasien penderita pitiriasis rosea. Terdapat hipotesis bahwa reaktivasi HHV-7

memicu terjadinya reaktivasi HHV-6. Namun apa yang menjadi pemicu utama reaktivasi

HHV-7 masih belum jelas. Pitiriasis rosea tidak disebabkan langsung oleh infeksi virus

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

3

Page 8: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

herpes melalui kulit, tapi kemungkinan disebabkan karena infiltrasi kutaneus dari infeksi

limfosit yang tersembunyi pada waktu replikasi virus sistemik. Bukti lain mengesankan

reaktivasi virus mencakup kejadian timbulnya kembali penyakit dan timbulnya pitiriasis

rosea pada saat status imunitas seseorang mengalami perubahan. Didapatkan sedikit

peningkatan insidens pitiriasis rosea pada pasien yang sedang menurun imunitasnya, seperti

ibu hamil, dan penerima transplantasi sumsum tulang.4

Chlamydia pneumonia, Mycoplasma pneumonia dan Legionella pneumonia telah

dikemukakan sebagai agen penyebab pitiriasis rosea yang berpotensi kuat, namun belum ada

penelitian yang menunjukkan kenaikan kadar antibodi yang signifikan terhadap

mikroorganisme yang telah disebutkan di atas pada penderita pitiriasis rosea.4,6 Erupsi kulit

yang mirip dengan pitiriasis rosea dapat timbul sebagai akibat dari reaksi obat. Macam-

macam obat yang berhubungan dengan munculnya erupsi kulit mirip pitiriasis rosea antara

lain:

Barbiturat3,4,6,10 Bismuth4,6

Captopril3,4,6,10 Clonidine3,4,6

Toksoid difteri4 D-penicillamine4

Senyawa emas3,4,10 Imatinib (Gleevec)3,4

Isoretinion4 Ketotifen (Zaditor)3,4

Levamisole4 Methopromazine3,4

Metronidazole4 Omeprazole4

Terbinafine4 Hidroksiklorokuin4

Interferon3,6 Lisinopril3,4

Arsen3 Tripelennamine hidroklorida3

Ergotamine3 Penicillamine10

Vaksin Hepatitis B4,6 Vaksin pneumokokus pada anak dengan

sindrom nefrotik4

II.4. HISTOPATOLOGIKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

4

Page 9: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

Pemeriksaan histopatologi sangat membantu dalam meyingkirkan diagnosa banding.

Gambaran histopatologi dari pitiriasis rosea meliputi:

Akantosis ringan

Parakeratosis fokal

Ekstravasasi eritrosit ke lapisan epidermis

Spongiosis dapat ditemukan pada kasus akut

Infiltrat perivaskular ringan dari limfosit ditemukan pada dermis.3

Gambar 1. Gambaran Histopatologis Pitiriasis Rosea(http://emedicine.medscape.com/article/1107532-workup#a0723)

II.5. GEJALA KLINIS

Kurang lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea didahului dengan

munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius bagian atas atau

gangguan gastrointestinal.6 Sumber lain menyebutkan kira-kira 5% dari kasus pitiriasis rosea

didahului dengan gejala prodormal berupa sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran

pencernaan, demam, malaise, dan artralgia.4 Lesi utama yang paling umum ialah munculnya

lesi soliter berupa makula eritem atau papul eritem pada batang tubuh atau leher, yang secara

bertahap akan membesar dalam beberapa hari dengan diameter 2-10 cm, berwarna pink

salmon, berbentuk oval dengan skuama tipis.4,6,8,10

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

5

Page 10: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

Lesi yang pertama muncul ini disebut dengan Herald patch/Mother

plaque/Medalion.6,9 Insidens munculnya Herald patch dilaporkan sebanyak 12-94%, dan

pada banyak penelitian kira-kira 80% kasus pitiriasis rosea ditemukan adanya Herald patch.4

Jika lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka skuama cenderung untuk melipat sesuai

dengan goresan yang dibuat, hal ini disebut dengan “Hanging curtain sign”. Herald patch ini

akan bertahan selama satu minggu atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai hilang, efloresensi

lain yang baru akan bermunculuan dan menyebar dengan cepat.3 Namun kemunculan dan

penyebaran efloresensi yang lain dapat bervariasi dari hanya dalam beberapa jam hingga

sampai 3 bulan.4 Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval hingga plak berukuran

0,5-2 cm dengan tepi yang sedikit meninggi. Warnanya pink salmon (atau berupa

hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit gelap) dan khasnya terdapat koleret dari

skuama di bagian tepinya.5,6 Umum ditemukan beberapa lesi berbentuk anular dengan bagian

tengahnya yang tampak lebih tenang.6

Gambar 2. Herald Patch(http://www.everydayhealth.com/skin-and-beauty-pictures/skin-condition-pityriasis-rosea.aspx)

Pada pitiriasis rosea gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu, dimana ia

mencapai puncaknya. Karenanya akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam stadium yang

berbeda. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan menghilang setelah 2-4 minggu.4

Sumber lain yang menyebut erupsi kulit akan menghilang secara spontan setelah 3-8

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

6

Page 11: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

minggu.3 Namun pada beberapa kasus dapat juga bertahan hingga 3-5 bulan.4,6 Lesi-lesi ini

muncul terutama pada batang tubuh dengan sumbu panjang sejajar pelipatan kulit.8

Tampilannya tampak seperti pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree appearance).

Hal ini membingungkan karena susunan lesi yang muncul membentuk garis yang mengarah

ke bawah dari columna vertebra bila dilihat dari belakang, namun jika dilihat dari depan

maka garisnya mengarah ke atas dari sentral abdomen. Hal ini nampak tidak sesuai jika kita

bandingkan dengan arsitektur dari pohon natal sebenarnya. Tapi bagaimanapun, terlepas dari

tampilan lesi yang mirip dengan pohon natal, terbalik ataupun tidak, tidak diragukan lagi

Herald patch merupakan lesi patognomonik dari pitiriasis rosea.5

Gambar 3. Inverted Christmas Tree(http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM00515)

Lokasinya juga sering ditemukan di lengan atas dan paha atas. Lesi-lesi yang muncul

berikutnya jarang menyebar ke lengan bawah, tungkai bawah, dan wajah.5 Namun sesekali

bisa didapatkan pada daerah tertentu seperti leher, sela paha, atau aksila. Pada daerah ini lesi

berupa bercak dengan bentuk sirsinata yang bergabung dengan tepi yang tidak rata sehingga

sangat mirip dengan Tinea corporis. Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya

saat timbul gejala.3 Gatal merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi

parah pada 25% pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah,

berkeringat, atau akibat dari pakaian yang ketat. Akan tetapi, 25% penderitanya tidak

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

7

Page 12: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

merasakan gatal.4 Relaps dan rekurensi jarang sekali ditemukan. Ekskoriasi jarang

ditemukan.3 Efek dari terapi yang berlebih atau adanya dermatitis kontak, umum ditemukan.8

Terkadang pitiriasis rosea bisa muncul dalam bentuk distribusi yang tidak khas, dan

penegakan diagnosanya tergantung dari manifestasi klinis yang ada dan lesi utama berupa

Herald patch. Predileksi tempat yang atipikal mencakup telapak kaki, wajah, scalp, dan

genitalia. Sebagai tambahan, multipel Herald patch ditemukan pada 5,5% kasus. Yang lebih

tidak umum lagi, jenisnya sendiri tidak khas, contohnya ruam kulit bisa dikelilingi oleh

vesikel-vesikel.

II.6. VARIASI PITIRIASIS ROSEA

Pitiriasis rosea inversa

o Lesi kulit banyak terdapat di wajah dan distal ekstremitas, daerah fleksor

seperti aksila dan sela paha, hanya sedikit yang terdapat di tubuh.

o Umumnya terjadi pada anak-anak.4

Gambar 4. Pitiriasis Rosea Inversa(http://www.aafp.org/afp/2004/0101/p87.html)

Pitiriasis rosea unilateralis

o Lesinya tidak melewati garis median tubuh.4

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

8

Page 13: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

Gambar 5. Pitiriasis Rosea Unilateralis(http://www.ijdvl.com/articles/2003/69/1/images/ijdvl_2003_69_1_42_5823_1.jpg)

Pitiriasis rosea giganta

o Ditemukan papul-papul atau plak yang besar.4

Pitiriasis circinata et marginata of Vidal

o Bila plak-plak yang besar bergabung menjadi satu.4

Pitiriasis rosea irritata

o Varian dengan lesi berupa makula dengan predileksi tempat yang tidak khas

(pergelangan tangan dan kaki), yang makin lama mengalami perubahan

dermatologi akibat iritasi berat atau keringat yang berlebih.

o Dapat menyerupai psoriasis gutata.4

Papular pitiriasis rosea

o Umum ditemukan pada anak usia dibawah 5 tahun (toddler).3,4

o Terutama pada anak berkulit gelap keturunan Afrika dan wanita hamil.3,4,9

o Warna makula bisa terlihat lebih gelap dibanding kulit sekitarnya.4

o Predileksi tempatnya sama seperti bentuk umumnya atau dapat juga pada

daerah lipatan.3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

9

Page 14: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

Gambar 6. Papular Pitiriasis Rosea(http://images.suite101.com/797607_com_papular_pi.jpg)

Vesicular pitiriasis rosea

o Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

o Menyerupai infeksi varisela.4

Gambar 7. Vesicular Pitiriasis Rosea(http://dermatology.cdlib.org/143/case_reports/VesicularPR/1.jpg)

Purpuric pitiriasis rosea

o Hanya ada 10 kasus yang dilaporkan, anak-anak dan dewasa sama banyak.

o Secara histopatologi terdapat perbedaan pada ekstravasasi eritrosit ke stratum

papilare dermis tanpa adanya bukti vaskulitis.4

o Manifestasi klinisnya berupa petechie, dan ekimosis sepanjang Langer line

pada leher, tubuh dan ekstremitas proksimal.3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

10

Page 15: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

o Lesinya mungkin dengan skuama yang lebih sedikit atau didominasi oleh

pustule atau purpura.

o Cenderung meninggalkan tanda hipo atau hiperpigmentasi postinflamasi

setelah sembuh, terutama pada orang-orang yang memiliki banyak pigmen.4

Gambar 8. Purpuric Pitiriasis Rosea(http://www.scielo.br/img/revistas/abd/v78n2/13369f1.jpg)

Urticarial pitiriasis rosea

o Varian yang jarang ditemukan.

o Menyerupai urtikaria akut.4

II.7. LABORATORIUM

Pitiriasis rosea merupakan diagnosa klinis. Tidak ada tes laboratorium yang

membantu dalam membuat diagnosa. Hasil biopsi lesi kulit yang dilakukan hanya

menampakkan terjadinya inflamasi nonspesifik. Harus diingat bahwa sifilis sekunder juga

termasuk dalam erupsi papuloeritroskuamosa dan dapat sulit dibedakan dari pitiriasis rosea

jika hanya berdasarkan penemuan klinis.6 Oleh karena itu, menanyakan riwayat hubungan

seksual penting jika diagnosa pitiriasis rosea masih diragukan. Pada pasien dengan riwayat

adanya penyakit hubungan seksual atau bekerja sebagai PSK yang membuat mereka

termasuk dalam faktor risiko, pemeriksaan serologis untuk sifilis perlu untuk dilakukan.6,10

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

11

Page 16: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

II.8. DIAGNOSA

Diagnosa pitiriasis rosea ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Anamnesa harus bisa memberikan informasi yang berkenaan dengan munculnya erupsi kulit

pertama kali dan pengobatan apa saja yang sudah dilakukan oleh pasien. Informasi mengenai

gejala prodormal atau infeksi traktus respiratorius bagian atas harus bisa didiapatkan. Pada

pemeriksaan fisik harus didapatkan adanya erupsi kulit berupa papiloeritroskuamosa. Pada

pemeriksaan klinis minimal terdapat dua lesi dari tiga kriteria di bawah ini:

Makula berbentuk oval atau sirkuler.

Skuama menutupi hampir semua lesi.

Terdapatnya koleret pada tepi lesi dengan bagian tengah yang lebih tenang.

Sifilis stadium II gejalanya menyerupai pitiriasis rosea, harus dipikirkan kemungkinan

sifilis stadium II jika pasien masih aktif berhubungan seksual dan tidak didapatkannya

gambaran yang khas dari pitiriasis rosea. Untuk membedakannya perlu dilakukan

pemeriksaan serologis terhadap sifilis, biopsi kulit juga mungkin bermanfaat. Evaluasi yang

tepat meliputi uji floresen antibodi langsung dari eksudat lesi, uji VDRL, atau dengan

pemeriksaan mikroskop lapangan gelap.4

II.9. DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding dari pitiriasis rosea mencakup:

1. Sifilis stadium II (yang paling penting)4,6,7,8,9

Sifilis stadium II dapat menyerupai pitiriasis rosea, namun biasanya pada sifilis

sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan, telapak kaki, membran mukosa,

mulut, serta adanya kondiloma lata atau alopesia.4,9,10 Tidak ada keluhan gatal

(99%). Ada riwayat lesi pada alat genital.8 Tes serologis terhadap sifilis perlu

dilakukan terutama jika gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan Herald

patch.4

2. Psoriasis gutata4,7,10

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

12

Page 17: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

Kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan

skuama diatasnya. Eritem sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium

penyembuhan sering eritem yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di

pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta

transparan. Besar kelainan bervariasi, jika seluruhnya atau sebagian besar

lentikuler disebut sebagai psoriasis gutata. Umumnya setelah infeksi

Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili,

terutama pada anak dan dewasa muda.11

3. Lichen planus3,4,8

Dapat menyerupai pitiriasis rosea papular.3 Lesinya memiliki lebih banyak papul

dan berwarna violet/lembayung, ditemukan di membran mukosa mulut dan bibir.8

4. Dermatitis numularis4,6

Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan skuama yang dapat menyerupai

pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat koleret dan predileksi tempatnya pada

tungkai, daerah yang biasanya jarang terdapat lesi pada pitiriasis rosea.6

5. Parapsoriasis (Pitiriasis lichenoides kronik)4,8

Penyakit ini jarang ditemukan, pada bentuk yang kronis mungkin didapatkan

“cigarrete paper” atrofi. Penyakit ini dapat berkembang menjadi mikosis

fungoides.8

6. Dermatitis seboroik3,4,8,9

Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama dan ruam

kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di sternum,

regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari persendian-persendian.3

7. Tinea corporis3,4,6,9

Herald patch atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat menyerupai tinea

corporis.4 Tinea corporis juga memiliki lesi papuloeritemaskuamosa yang

bentuknya anular, dengan skuama, dan central healing.6 Namun pada tepinya bisa

terdapat papul, pustul, skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada

infeksi jamur ini menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan sitologi atau pada

kultur, yang membedakannya dengan pitiriasis rosea.4 Tinea corporis jarang

menyebar luas pada tubuh.3

8. Pitiriasis versikolor4,6,7,8,9

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

13

Page 18: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

Karakterisitk dari pitiriasis versikolor ialah bercak merah, putih, atau coklat

berbentuk anular dengan skuama.4 Skuama halus tampak terlihat saat pemeriksaan

menggoreskan kuku jari pada lesi.8 Diagnosa dapat ditegakkan dengan mencari

adanya hifa dan spora pada skuamanya dengan menggunakan lampu Wood dan

larutan KOH.4

9. Erupsi kulit mirip pitiriasis rosea oleh karena obat3,4,8,9

Senyawa emas dan captopril paling sering menimbulkan kelainan ini.10 Setelah

diketahui macam-macam obat yang bisa menginduksi timbulnya erupsi kulit mirip

pitiriasis rosea, kasusnya sudah berkurang sekarang. Gambaran klinisnya ialah

lesinya tampak lebih besar dengan skuama yang menutupi hampir seluruh lesi,

sedikit yang ditemukan adanya Herald patch, umumnya sering didapatkan adanya

lesi pada mulut berupa hiperpigmentasi postinflamasi. Sebagai tambahan, erupsi

kulit mirip pitiriasis rosea karena obat yang berlangsung lama dikatakan ada

hubungannya dengan AIDS.4

II.10. KOMPLIKASI

Gatal yang hebat bisa saja terjadi dan mengarah pada pembentukan eksema dan

infeksi sekunder akibat garukan.3

II.11. PENATALAKSANAAN

Kebanyakan pasien tidak memerlukan pengobatan karena sifatnya yang

asimptomatik.3 Penatalaksanaan pada pasien yang datang berobat pertama kali:

a. Tenangkan pasien bahwa ia tidak memiliki penyakit sistemik dalam tubuhnya,

penyakit ini tidak menular, dan biasanya tidak akan berulang kembali.

b. Colloidal bath

1 bungkus bubur gandum Aveeno dituangkan ke dalam bak mandi atau ember besar

yang berisi 6-8 inci air yang hangatnya suam-suam kuku. Pasien diminta untuk mandi

selama 10-15 menit setiap harinya. Hindari sabun dan air panas sebisanya untuk

mengurangi rasa gatal yang ada.Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

14

Page 19: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

c. Lotion kocok putih non-alkohol atau Calamine lotion digunakan 2 kali sehari pada

lesi kulit.

d. Antihistamin jika ada keluhan gatal.

e. Terapi UVB dapat diberikan pada kasus dengan peningkatan suberitem, sebanyak 1-2

kali seminggu. Gejala klinis yang berat akan berkurang namun tidak akan

berpengaruh terhadap rasa gatal dan lamanya sakit.8

Kunjungan berikutnya:

a. Jika kulitnya menjadi terlalu kering karena Colloidal bath dari lotionnya, hentikan

pemakaian lotion atau diganti dengan krim atau salep hidrokortison 1%, gunakan 2

kali sehari pada daerah yang kering.

b. Teruskan fototerapi.8

Jika disertai dengan gatal hebat:

a. Selain obat-obat di atas diberikan pula prednison 5 mg. Diberikan 4 kali 1 tablet

selama 3 hari, kemudian 3 kali 1 tablet selama 4 hari, kemudian 2 tablet setiap pagi

selama 1-2 minggu, sampai gatalnya menghilang.

b. Eritromisin 250 mg, diberikan 2 kali sehari selama 2 minggu, telah dicoba oleh

beberapa penulis.8

Dari suatu penelitian diketahui eritromisin dosis 250 mg yang diberikan 4 kali sehari pada

orang dewasa dan dosis 25-40 mg/kgBB dibagi dalam 4 dosis untuk anak-anak, dalam waktu

2 minggu semua gejala klinis yang nampak sebelumnya telah hilang.3,4,9

Dapson yang diberikan per oral bekerja efektif pada 1 pasien dengan pitiriasis

vesicular berat, dimulai dengan dosis 100 mg sebanyak 2 kali sehari. Steroid sistemik seperti

triamcinolone 20-40 mg i.m. atau prednison 15-40 mg p.o. mungkin dapat mengurangi

penyebaran ruam yang meluas dengan cepat atau pada kasus yang berat.4

Karena HHV-6 dan HHV-7 diduga berperan dalam timbulnya pitiriasis rosea,

pengobatan dengan antivirus herpes mungkin memberikan manfaat. Akan tetapi asiklovir

yang merupakan drug of choice untuk virus herpes simpleks tidak efektif terhadap HHV-6

dan HHV-7. Gancyclovirlah yang efektif HHV-6 dan HHV-7, namun harganya mahal dan

efek sampingnya juga banyak. Oleh sebab itu untuk saat ini, pengobatan dengan antivirus Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

15

Page 20: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

herpes yang ada tidak dibenarkan.4 Sejauh ini penyembuhan dengan agen antiviral tidak

memberikan dampak apa-apa.10

Asam salisilat 1% dalam parafin putih lunak atau obat salep emulsi dapat mengurangi

pembentukan skuama. Untuk kulit yang kering dan iritasi, emollient dapat disarankan kepada

pasien.3

Fototerapi dapat bermanfaat pada kasus-kasus yang lama penyembuhannya.5

Fototerapi UVB dapat mempercepat hilangnya erupsi kulit yang ada.10 Satu-satunya efek

samping dari terapi ini ialah kulit yang terasa sedikit perih dan kekeringan pada kulit. Namun

risiko terjadinya hiperpigmentasi postinfeksi dapat meningkat dengan terapi ini.4

Edukasi pasien

Pasien biasanya khawatir akan berapa lama bercak di kulitnya akan hilang dan apakah

penyakitnya bersifat menular. Mereka harus ditenangkan hatinya dengan meyakinkan

bahwa pitiriasis rosea akan sembuh dengan sendirinya dan tidak bersifat menular.

Pasien sebaiknya diminta untuk datang kembali apabila ruam masih tetap ada setelah

3 bulan lebih dari re-evaluasi dan akan bijaksana jika dipikirkan adanya diagnosa

lain.6

II.12. PROGNOSA

Pitiriasis rosea merupakan penyakit akut yang bersifat self limiting illnes yang akan

menghilang dalam waktu kurang lebih 6 minggu.9 Namun pada beberapa kasus dapat juga

bertahan hingga 3-5 bulan.4,6 Dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas. Relaps dan rekuren

jarang ditemukan.3

BAB III

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

16

Page 21: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

RESUME

Pitiriasis rosea adalah kelainan kulit yang termasuk dalam golongan dermatosis

papuloeritroskuamosa yang sering ditemukan, sifatnya akut, self limiting disease, tidak

menular, dan biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda. Etiologinya masih

belum diketahui, namun dalam suatu penelitian, partikel HHV telah terdeteksi pada 70%

pasien penderita pitiriasis rosea. Dimana virus-virus ini memang ditemukan pada masa

kanak-kanak awal dan tetap ada pada fase laten. Namun apa yang menjadi penyebab

reaktivasi virus ini belum diketahui. Ada juga beberapa jenis obat yang menimbulkan erupsi

kulit mirip dengan pitiriasis rosea, antara lain barbiturate, captopril, senyawa emas, clonidine

dan lain sebagainya seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan.

Erupsi kulit pada pitiriasis rosea memiliki ciri khas tertentu, dimana lesi primernya

ialah lesi soliter berupa makula eritem atau papul eritem yang nantinya akan membesar

hingga kira-kira berukuran 2-10 cm berbentuk oval, berwarna kemerahan dengan skuama

tipis dan bisa terdapat koleret di tepinya. Lesi primer ini disebut sebagai Herald patch/Mother

plaque/Medalion. Satu sampai dua minggu setelah lesi primer timbul akan diikuti dengan

munculnya lesi-lesi lain berupa makula berbentuk oval hingga plak berukuran 0,5-2 cm

berwarna kemerahan atau dapat juga berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit

gelap, dengan koleret dari skuama di bagian tepinya.

Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh, kemudian

juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi menyebar hingga ke

leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hingga ke wajah, lengan bawah dan

tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh sumbu panjangnya mengikuti garis lipatan

kulit, pada daerah punggung lesi tersebar membentuk gambaran pohon natal yang terbalik

(inverted christmas tree appearance) atau huruf V terbalik, sedangkan pada daerah dada dan

perut penyebaran lesi membentuk huruf V. Lesi kulit ini dapat menghilang secara spontan

dalam waktu 3-8 minggu, namun ada juga yang bertahan hingga 3-5 bulan, dan biasanya

tidak ada keluhan dari penderita kecuali gatal ringan sampai sedang.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

17

Page 22: 99377580-Pitiriasis-rosea

Pitiriasis Rosea

Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian, dapat dibedakan berdasarkan

predileksi tempatnya serta efloresensi yang dominan, contohnya pitiriasis rosea inversa,

giganta, irritate, vesicular, papular dan lain sebagainya. Tidak ada tes laboratorium yang

menunjang diagnosa pitiriasis rosea. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan

bertujuan untuk menyingkirkan diagnosa banding sifilis sekunder karena keduanya cukup

sulit untuk dibedakan terutama pada tipe pitiriasis rosea yang atipikal (tidak khas).

Beberapa penyakit yang menyerupai gambaran klinis pitiriasis rosea selain sifilis

sekunder diantaranya pitiriasis versikolor, tinea korporis, psoriasis, dermatitis seboroik,

erupsi obat, lichen planus, dan lain sebagainya. Pemeriksaan histopatologi sangat membantu

dalam menyingkirkan diagnosa banding. Diagnosa pitiriasis rosea dapat ditegakkan melalui

anamnesa dan pemeriksaan klinis, pada anamnesa harus dicari ada tidaknya riwayat

prodormal sebelum timbulnya erupsi kulit.

Umumnya pengobatan yang diberikan untuk pitiriasis rosea hanya bersifat

simptomatis, karena erupsi kulitnya akan menghilang secara spontan. Namun pemberian obat

dapat memberikan keuntungan karena mempersingkat lamanya perjalanan penyakit karena

erupsi akan hilang dengan lebih cepat. Untuk keluhan gatal yang ringan sampai sedang dapat

diberikan kortikosteroid topikal, bedak yang mengandung asidum salisilikum, serta

antihistamin. Namun bila gatalnya sangat mengganggu dapat diberikan kortikosteroid

sistemik. Selain pemberian obat-obatan, penatalaksanaan pitiriasis rosea dengan fototerapi

hanya bermanfaat untuk mengurangi gejala klinis yang berat saja, namun tidak dapat

mengurangi rasa gatal yang timbul dan tidak mempercepat penyembuhan erupsi kulit.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiRumah Sakit Umum 45 Kuningan

18

Page 23: 99377580-Pitiriasis-rosea

DAFTAR PUSTAKA

1. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea. Dalam: Dermatology in General Medicine

Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008: 362-65.

2. Sterling, J.C. Viral Infections. Dalam: Rook’s textbook of dermatology; edisi ke-7.

2004: 79-82.

3. James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrew’s Disease of The Skin

Clinical Dermatology; edisi ke-10. Philadelphia, USA: Elsevier. 2006: 208-9.

4. Gonzales Lenis M, Allen Robert, Janniger Camila Krysicka, Schwartz Robert A.

Pityriasis Rosea: An Important Papulosquamos Disorder. International Journal of

Dermatology. 2005: 757-64.

5. Graham-Brown Robin, Bourke Johnny. Mobsy’s Color Atlas and Text of

Dermatology; edisi ke-2. Philadelphia, USA: Elsevier. 2007: 224-25.

6. Henderson David, Usatine Richard P. Pityriasis Rosea. Dalam: Usatine Richard P,

Smith Mindy Ann, Mayeaux Jr. E.J. editor. The Color Atlas of Family Medicine.

USA: McGraw Hill. 2009: 630-33.

7. Gawkrodger David J. Dermatology an Illustrated Colour Text; edisi ke-4.

Philadelphia, USA: Elsevier. 2008: 40-1.

8. Hall John C. Sauer’s Manual of Skin Disease; edisi ke-9. Philadelphia, USA:

Lippincott William and Wilkins. 2006: 157-61.

9. Tierney Jr. Lawrence M, Mcphee Stephen J. LANGE Current Medical Diagnosis and

Treatment; edisi ke-45. USA: McGraw Hill. 2006.

10. Weller Richard, Hunter John, Savin John, Dahl Mark. Clinical Dermatology; edisi ke-

4. Massachusetts, USA: Blackwell Publishing. 2008: 71-8.

11. Djuanda Adhi. Dermatosis Eritriskuamosa. Dalam: Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar,

Aisah Siti, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi ke-5. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI. 2007: 189-200.

iv

Page 24: 99377580-Pitiriasis-rosea

12. Gambar 1. http://emedicine.medscape.com/article/1107532-workup#a0723

13. Gambar 2. http://www.everydayhealth.com/skin-and-beauty-pictures/skin-condition-pityriasis-rosea.aspx

14. Gambar 3. http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM00515

15. Gambar 4. http://www.aafp.org/afp/2004/0101/p87.html

16. Gambar 5. http://www.ijdvl.com/articles/2003/69/1/images/ijdvl_2003_69_1_42_5823_1.jpg

17. Gambar 6. http://images.suite101.com/797607_com_papular_pi.jpg

18. Gambar 7. http://dermatology.cdlib.org/143/case_reports/VesicularPR/1.jpg

19. Gambar 8. http://www.scielo.br/img/revistas/abd/v78n2/13369f1.jpg

v