93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

download 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

of 35

Transcript of 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    1/35

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Warna kulit kita adalah penting, dan banyak prosa dan puisi yang ditulis tentang kulit.Warna kulit merupakan salah satu hal yang kita ingat dalam tahap awal pengenalan seseorang.Selain itu, warna kulit juga telah dipakai untuk menjustifikasi berbagai macam ketidakadilan.

    Pelanggaran apapun atas norma yang berlaku dapat memberikan dampak psikologis yang serius

    dan implikasi-implikasi dalam praktek.Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi warna kulit, antara lain hemoglobin, pigmenn

    eksogen di dalam atau pada permukaan kulit, pigmen endogen (dibuat oleh tubuh sendiri,

    misalnya bilirubin), melanin dan feomelanin. Dua factor yang terakhir merupakan factor paling

    penting dalam menentukan warna dasar kulit manusia.Kebanyakan pigmen kulit manusia terdapat di dalam keratinosit, setelah dibuat dalam

    melanosit dan ditransfer dalam melanosom. Ada perbedaan antarras dalam hal produksi,

    distribusi, dan degradasi melanosom, tetapi tidak dalam hal jumlah melanosit. Akan tetapi, adaperbedaan genetic yang penting dalam hal kemampuan merespons terhadap radiasi ultraviolet,

    yang biasanya disebut dengan tipe-tipe kulit

    1. Tipe Iselalu terbakar, tak pernah menjadi coklat

    2. Tipe IImudah terbakar, sulit menjadi coklat3. Tipe IIIkadang-kadang terbakar, mudah menjadi coklat

    4. Tipe IVtidak pernah terbakar, mudah menjadi coklat

    5. Tipe Vsecara genetic coklat (misalnya India) atau Mongoloid6. Tipe VIsecara genetic hitam (misalnya Kongoid atau Negroid)

    Respons pertama terhadap radiasi UV adalah peningkatan distribusi melanosom. Hal ini

    dengan cepat dapat meningkatkan pigmentasi pada lapisan basal (stratum basale) yaitu

    berubahnya warna kulit menjadi coklat karena sinar matahari (sun tan). Bila stimulasi dihentikan,sebagaimana yang biasanya terjadi setelah menghabiskan waktu 2 minggu di daerah Mediterania,

    warna coklat itu cepat menghilang seiring pergantian normal epidermis. Bila paparan terjadi

    lebih lama lagi, maka produksi melanin meningkat secara lebih permanen. Proses sun tanmenunjukkan adanya upaya kulit untuk memberikan perlindungan terhadap efek-efek yang

    berbahaya akibat radiasi UV, misalnya terjadinya penuaan dini dan kanker.

    Ada beberapa keadaan di mana mekanisme pigmentasi berubah menjadi abnormal, baikyang menyebabkan penurunan (hipopigmentasi) atau peningkatan (hiperpigmentasi). Pada

    masing-masing gangguan tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab yaitu congenital

    dan yang didapat (acquired).

    1.2 Tujuan

    1.2.1 Tujuan Umum

    Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pigmentasi

    kulit.

    1.2.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan dengan kasus vitiligo

    2. Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan dengan kasus albino3. Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan dengan kasus melasma

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    2/35

    4. Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan dengan kasus gangguan pigmentasi

    pascainflamasi

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    3/35

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Vitiligo

    2.1.1 DefinisiVitiligo adalah suatu kelainan didapat yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.Kelainan ini berupa macula berwarna putih(hipopigmentasi), mengenai 1% penduduk dunia

    tanpa membedakan ras dan jenis kelamin.Frekuensi pada kedua jenis kelamin sama.Hanya

    saja,penelitian epidemiologic menunjukkan bahwa penderita yang berobat lebih banyak wanita.Hal ini mudah dimengerti karena masalah utamanya adalah kosmetika. Ternyata 30-40% kasus

    mempunyau riwayat familial.(menurut siapa??)

    Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik di dapat ditandai dengan adanya macula putih

    yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit,misalnya rambut dan mata (Lily Soepardiman).

    2.1.2 EtiologiEtilogi penyakit ini masih belum jelas, namun ada beberapa teori yang berusaha

    menerangkan patogenesisnya :

    a. Teori neurogenik. teori ini didasarkan atas beberapa pengamatan. Lesi vitiligo bersifat

    unilateral, tidak melewati garis median dan terletak pada satu atau dua dermatom. Padapengamatan lain, vitiligo ini disertai oleh penyakit-penyakit lain misalnya

    siringomieli,neurofibromatosis,dan menyerang daerah inervasi suatu saraf perifer yang

    terkena trauma. Juga pada polyneuritis diabetika, sering dijumpai vitiligo pada daerahyang mengalami neuropati. Menurut teori ini suatu mediator neurokemik dilepaskan dan

    senyawa tersebut dapat menghambat melanogenesis serta dapat menyebabkan efek toksik

    pada melanosit.

    b. Teori rusak diri(self destruction theory). Teori ini menyebutkan bahwa metabolit yangtimbul dalam sintesis melanin menyebabkan destruksi melanosit. Metabolit tersebut

    misalnya kuinon. Di dalam praktek, dapat kita lihat bahwa hidrokuinon maupun

    monobenzileter hidrokuinon (MBEH) dipakai dalam pengobatan melasma dan obat-obatini dapat pula menyebabkan lesi-lesi semacam vitiligo (vitiligo-like). Yang menyokong

    teori ini adalah bahwa lesi-lesi vitiligo banyak didapatkan di daerah-daerah kulit yang

    lebih gelap.Pada tepi lesi terlihat hiperpigmentasi.c. Teori otoimun. Teori ini menganggap bahwa kelainan system imun menyebabkan

    terjadinya kerusakan pada melanosit. Beberapa penyakit otoimun yang sering

    dihubungkan dengan vitiligo antara lain adalah tiroiditis (hashimoto), anmia

    pernisiosa,penyakit Addison, alopesia areata, dan sebagainya. Antibodi humoral terhadaptiroid, sel parietal dan adrenal meningkat secara bermakana, tetapi antibody spesifik

    terhadap melanosit tidak dijumpai. Vitiligo juga sering didapatkan pada penderita dengan

    melanoma, halonevus, dan juga pada sindroma Vogt-Koyanagi-Harada (uveitis dan

    vitiligo). Pada ketiga penyakit tersebut, dapat pula dijumpai antibody spesifik beredardalam darah, namun tidak dijumpai antibody spesifik terhadap pure vitiligo.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    4/35

    Patofisiologi/WOC

    MK: Kerusakan

    integritas kulit

    Rasa panas

    pada lesi

    MK: Gangguan

    body image

    Terdapat lesi berupa

    makula yang

    hi omelanosis

    VITILIGO

    Adanya pajanan

    terhadap bahan

    kimia

    Hipotesis

    neurohormonal

    Tiroiditis hashimoto,

    anemia pernisiosa, dan

    hipoparatiroid melanosit

    Hipotesis

    autoimun

    Trauma fisis

    dan krisisemosi

    Faktor pencetus

    Idiopatik Terjadi kerusakan krnbahan toksik, tirosin, dopa,

    dan dopakrom terhadap

    melanosit

    autositotoksik

    hipomelanosis

    Depigmentasi ku

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    5/35

    2.1.3 KlasifikasiAda dua bentuk vitiligo :

    1. Lokalisata yang dapat dibagi lagi :

    a.

    fokal : satu atau lebih macula pada satu area, tetapi tidak segmental.

    b. segmental : satu atau lebih macula pada satu area, dengan distribusi menurut

    dermatom, misalnya satu tungkai.c. hanya terdapat pada membrane mukosa

    2. Generalisata

    Hampir 90% penderita secara generalisata dan biasanya simetris. Vitiligo generalisata

    dapat dibagi lagi menjadi :

    a. Akrofasial : depigmentasi hanya terjadi di bagian distal ekstremitas dan muka,

    merupakan stadium mula vitiligo yang generalisata.

    b.

    Vulgaris : macula tanpa pola tertentu di banyak tempat

    c. Campuran : depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan

    vitiligo total.

    Gambar 2. Klasifikasi Vitiligo.

    Dikutip dari textbook Dermatology volume one, Jean L.Bolognia

    2.1.4 Manifestasi klinikVitiligo dapat dimulai pada setiap tingkatan usia, tetapi 50% kasus timbul sebelum

    umur 20 tahun. Insidens kira-kira 1%. Biasanya pada pertaman kali, didapatkan lesi

    macula yang hipomelanotik di daerah terbuka,misalnya muka, punggung tangan. Trauma

    dan stress dikatakan sebagai factor presipitasi. Makula yang amelanotasi, misalkan aksila,

    inguinal, areola, dan genitalia. Di daerahdaerah yang sering terkena gesekan, misalnyapunggung, tangan , kaki, siku,lutut,tumir, juga banyak dijumpai lesi vitiligo. Distribusi

    lesi biasanya simetrik, meskipun dada pula yang unilateral, yang merupakan susunan

    dermatom. Makula mempunyai gambaran konveks dan bertambah secara teratur. Rambut

    pada lesi tersebut sering mempunyai pigmen yang normal, tetapi pada lesi yang sudah

    lama, rambut sering amelanotik.

    Gejala subjektif tak ada, tetapi dapat timbul rasa panas pada lesi. Keluhan umum

    terutama adalah masalah kosmetika. Repigmentasi pernah dilaporkan pada sekitar 10%

    kasus.

    Distribusi makula

    Vitiligo mempunyai beberapa pola distribusi yang khas: fokal.segmental, generalisata,

    dan universal.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    6/35

    - Vitiligo fokal (localized): satu macula yang terisolasi atau beberapa macula yang

    terbatas baik jumlah maupun ukurannya ( terdapat pada satu atau dua tempat di

    bagian tubuh.)

    - Vitiligo segmental : distribusinya khas, dengan lesi vitiligo yang unilateral dalam

    suatu distribusi dermatom atau quasidermatom. Tipe ini dikatakan sebagai suatu jenis

    vitiligo yang bersifat stabil.- Vitiligo generalisata : merupakan jenis vitiligo yang banyak dijumpai, khas dengan

    beberapa atau banyak macula yang tersebar. Makula ini seringkali bersifat simetris

    dan menyerang daerah permukaan ekstensor , terbanyak didapatkan pada sendi

    interfalangeal , sendi interfalangeal metacarpal/metatarsal, siku, dan lutut. Daerah

    ekstensor lain yang terkena dalah pergelangan tangan, maleolus, umbilicus,

    lumbosakral, tibia anterior, dan aksila. Makula vitiligo dapat bersifat periorifisial dan

    menyerang daerah sekitar mata, hidung, telinga, mulut, dan anus. Vitiligo periungual

    dapat pula terjadi baik berdiri sendiri atau bersamaan dengan lesi mucosal( bibir,

    penis distal, putting susu). Yang terakhir ini disebut vitiligo lip tip.

    2.1.5 Pemeriksaan diagnosticKriteria diagnosis bias didasarkan atas pemerikasaan klinis ( anamnesis, pemeriksaan

    fisik), uji diagnostic ( untuk membedakan denga penyakit lain yang menyerupai ) dan

    pemeriksaan laboratorium ( untuk membantu mencari adanya kaitan dengan penyakit

    sistemik, seperti diabetes melits, insufisiensi adrenal, anemia pernisiosa, penyakit tiroid, dan

    lain-lain.)

    Dari anamnesis , perlu diketahui kapan lesi itu Nampak, perjalanan penyakit ( stabil

    atau progresif) , riwayat adanya inflamasi, iritasi, atau hal lain menjelang timbulnya

    depigmentasi, riwayat fotosensivitas, disfungsi telinga atau mata,bentuk-bentuk pengobatan

    sebelunbya ( termasuk dosis,efekm dan atau toksisitas), hobi,riwayat keluargam riwayat

    keluarga atau diri sendiri tentang penyakit (tiroid, alopesia areata, diabetes , penyakit kolagen

    vaskuler, anemia pernisiosa, penyakit Addison), stress emosional akibat kehilangan pigmen,

    dll

    Pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan pemeriksaan umum, adanya depigmentasi

    yang asimptomatik, tanpa gejala inflamasi, ada tidaknya batas inflamasi sekitar lesi, tempat

    lesi pertama kali muncul ( tangan,lengan, kaki,muka, dan bibir) , pola vitiligo

    (fokal,segmental,universal, atau akral/akrofasial). Pemeriksaan lain antara lain perlu dicari

    adanya poliosis, perubahan pigmentasi pada choroid dan epitel pigmen retina , uveitis.

    Tes diagnostik, dilakukan untuk membedakan dengan penyakit yang menyerupai,

    misalnya limfoma kutan sel-T, LED/LES, lepra, pinta, nevus anemikus, depigmentosus,

    piebaldisme, pityriasis alba, hipopigmentasi pasca inflamasi, arkoidosis, scleroderma, tineacersikolor dan lain-lain.

    Tes laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit-penyakit sistemik yang

    menyertai, misalnya insufisiensi

    2.1.6 Penatalaksanaana.

    Psoralen photochemotherapy

    Fototerapi dengan psoralen baik topical maupun sistemik, ataupun keduanya

    dikatakan merupakan cara yang cukup efektif

    Mekanisme : reservoir melanosit yang mengadakan migrasi ke dalam kulit yang

    mengalami depigmentasi datang dari kulit yang bersebelahan dengan kulit yang

    berpigmen (melanosit mengalami migrasi kira-kira 2-3mm ke dalam kulit yangmengalami depigmentasi), dan juga datang dari folikel rambut karena tidak adanya

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    7/35

    reservoar , maka pada kulit berambut pada daerah lengan bawah atau tungkai dimana

    rambut terminal mengalami depigmentasi, kurang respon terhadap pengobatan medic,

    seperti juga kulit daerah glabrosa, seperti telapak tangan, jari-jari dan dorsum pedis

    b.

    Fototerapi psoralen topical

    Fototerapi psoralen topical dilakukan apabila lesi terbatas (kurang dari 20%

    permukaan tubuh) atau pada anak lebih dari 5 tahun dengan vitiligo fokal.Preparat dioleskan pada daerah vitiligo 15-30 menit sebelum penyinaran UVA. Dosis

    permulaan biasanya 0,12-0,25 J/cm2 kemudian ditambah sampai muncul eritema

    ringan (tergantung dari tipe kulit pasien)

    c. Psoralen

    Bentuk aktif yang sering digunakan adalah trimetoksi psoralen (TPM) dan 8-metoksi

    psoralen. Bahan ini bersifat photosensitizer. Cara pemberian : obat psoralen 20-30 mg

    (0,6 mg/kg BB) dimakan 2 jam sebelum penyinaran. Lama penyinaran : mula-mula

    sebentar, kemudian setiap hari dinaikkan perlahan-lahan (antara sampai 4 menit).

    Ada yang menganjurkan pengobatan dihentikan seminggu setiap bulan. Belum ada

    kesepakatan mengenai pengobatan psoralen topical. Sebagian mengatakan berbahaya,

    apalagi bila lesinya luas karena bisa timbul eritem atau bula. Namun sebagian masihada yang menggunakan terrapin topical ini. Larutan yang digunakan adalah larutan

    metoksalen 1% dengan cara dioleskan secara hati-hati. Olesan jaringan jangan sampai

    ke batas tepi,tetapi beberapa millimeter sebelum tepi, karena diharapkan akan terjadi

    difusi intradermal. Setelah diolesi kemudian kulit disinari selama beberapa menit.

    Kontraindikasi : hipertensi, gangguan hati, kegagaln ginjal dan jantung. Kecepatan

    repigmentasi tidak sama. Umumnya daerah muka lebih cepat, kemudian daerah leher,

    badan.

    d. Helioterapi

    Helioterapi merupakan salah satu bentuk fotokemoterapi yang merupakan gabungan

    antara trisoralen dan sinar matahari.

    e.

    Kortikosteroid

    Beberapa kasus menunjukkan respons terhadap pengobatan kortikosteroid. Obat ini

    digunakan baik dalam bentuk topical, misalnya betametason valerat 0,1% maupun

    suntikan intradermal. Pemakaian kortikosterid ini kemungkinan didasarkan atas teori

    rusak diri maupun teori autoimiun. Dalam hal ini, kortikosteroid dapat memperkuat

    mekanisme pertahanan tubuh pada auto-destruksi melanosit atau menekan perubahan

    imunologik.

    Penggunaan kortikosteroid topical dapat dilakukan dengna prosedur Drake dkk :

    1. Krim kortikosteroid dioleskan pada lesi sekali sehari selama 3-4 bulan.

    2. Setiap minggu sekali dilakukan evaluasi dengan menggunakan lampu Wood

    3.

    Pengobatan diteruskan apabila ada repigmentasi, namun harus segeradihentikan apabila tidak ada respon dalam waktu 3 bulan.

    4. Fotografi dapat membantu mengevaluasi kemajuan

    5. Kemungkinan adanya efek samping, antara lain : teleangiektasi, atrofi, striae

    dll

    f.

    Depigmentasi

    Jika lesi vitiligo sangat luas, jauh lebih luas dari kulit normalnya (lebih dari 50%), ada

    yang menganjurkan untuk memberikan monobenzil hidrokuinon 20% 2x sehari pada

    kulit normal, sehingga terjadi bleaching dan diharapkan warna kulit menjadi sama.

    Percobaan pada area yang kecil perlu dilakukan, sebelum terapi dilakukan pada area

    yang lebih luas

    Tindakan Bedah

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    8/35

    Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah autologous skin graft, yakni

    memindahkan kulit normal (2-4mm) ke ruam vitiligo. Efek samping yang mungkin

    timbul antara lain jaringan parut, repigmentasi yang tidak teratur, koebnerisasi, dan

    infeksi.

    2.1.7 KomplikasiVitiligo cenderung meningkat sesuai usia dianggap sebagai akibat respon autoimun.

    vitiligo tidak mengganggu struktur kulit sehingga hampir seluruh fungsi kulit masi dapat

    bekerja dengan baik. Fungsi pengeluaran keringat masih berjalan, fungsi melindungi tubuh

    dari kuman masih baik, organ di dalamnya juga masih bisa dilindungi, pengeturan suhu

    masih baik, dan kulit masih bisa dilindungi, pengaturan suhu masih baik dan kulit masih bisa

    menyerap bahan dari luar seperti obat. Bahkan, jika bagian bercak putih mengalami luka

    maka proses penyembuhannya sama dengan kulit normal.

    2.1.8 Prognosis

    Perkembangan penyakit vitiligo sulit diramalkan, dimana lesi depigmentasidapatmenetap, meluas atau bahkan mengalami repigmentasi. Biasanya perkembangan

    penyakitvitiligo bertahap dan pengobatan dapat mencegah menetapnya lesi seumur hidup

    pada penderita. Perkembangan lesi depigmentasi sering kali responsif pada masa awal

    pengobatan. Repigmentasi spontan terjadi pada 10-20% penderita walaupun secarakosmetik

    hasilnya kurang memuaskan.

    2.2 Albino

    2.2.1 DefinisiAlbino (dari bahasa Latin albus yang berarti putih), disebut juga hypomelanismatau

    hypomelanosis, adalah salah satu bentuk dari hypopigmentary congenital disorder. Ciri

    khasnya adalah hilangnya pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut (atau lebih jarang

    hanya pada mata). Albino timbul dari perpaduan gen resesif. Ciri-ciri seorang albino adalah

    mempunyai kulit dan rambut secara abnormal putih susu atau putih pucat dan memiliki iris

    merah muda atau biru dengan pupil merah (tidak semua).

    2.2.2 EtiologiAlbino adalah kelainan genetik, bukan penyakit infeksi dan tidak dapat ditransmisi

    melalui kontak, tranfusi darah, dsb. Gen albino menyebabkan tubuh tidak dapat membuat

    pigmen melanin. Sebagian besar bentuk albino adalah hasil dari kelainan biologi dari gen-gen

    resesif yang diturunkan dari orang tua, walaupun dalam kasus-kasus yang jarang dapatditurunkan dari ayah/ibu saja. Ada mutasi genetik lain yang dikaitkan dengan albino, tetapi

    semuanya menuju pada perubahan dari produksi melanin dalam tubuh.

    Albino dikategorikan dengan tirosinase -positif atau -negatif. Dalam kasus dari albino

    tirosinase positif, enzim tirosinase ada, namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu untuk

    memproduksi melanin karena alasan tertentu yang secara tidak langsung melibatkan enzim

    tirosinase. Dalam kasus tirosinase negatif, enzim tirosinase tidak diproduksi atau versi

    nonfungsional diproduksi.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    9/35

    Gb.1 Enzim Tirosinase

    Albino tidak terpengaruh gender, kecuali ocular albino (terkait dengan kromosom X),

    sehingga pria lebih sering terkena ocular albino. Karena penderita albino tidak mempunyai

    pigmen melanin (berfungsi melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang datang dari

    matahari), mereka menderita karena sengatan sinar matahari, yang bukan merupakan masalahbagi orang biasa.

    2.2.3 KlasifikasiA. Secara klinis, Albinisme dapat dibagi mencadi dua :

    1. Oculo cutaneous albinism (OCA) (berarti albino pada mata dan kulit),

    kehilangan pigmen pada mata, kulit, dan rambut.

    Gb.2 Oculocutaneous Albinism

    2. Ocular albinism (OA), hanya kehilangan pigmen pada mata. Orang-orang

    dengan oculocutaneous albinism bisa tidak mempunyai pigmen dimana saja

    sampai ke tingkat hampir normal. Orang-orang dengan ocular albinism

    mempunyai warna rambut dan kulit yang normal, dan banyak dari mereka

    mempunyai penampilan mata yang normal.

    Gb.3 Ocular Albinism

    http://hnz11.files.wordpress.com/2009/06/hair-bulb2_thumb4.jpg?w=418&h=251http://hnz11.files.wordpress.com/2009/06/hair-bulb2_thumb4.jpg?w=418&h=251http://hnz11.files.wordpress.com/2009/06/hair-bulb2_thumb4.jpg?w=418&h=251
  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    10/35

    Tipe lain

    Recessive Total Albinism Albinism black lock cell migration

    disorder syndrome (ABCD)

    Albinism deafness syndrome (ADFN)

    Hanya tes genetik satu-satunya cara untuk mengetahui seorang albino menderita

    kategori yang mana, walaupun beberapa dapat diketahui dari penampilannya.

    B. Untuk bidang dermatologi, yang terpenting adalah jenis OCA. Ada dua tipe OCA

    yang paling banyak, yaitu Tyrosinase Positive OCA (TPOCA) dan Tyrosine

    Negative OCA (TNOCA).. keduanya dapat dibedakan berdasarkan pemeriksaan

    genetik, klinik, dan histokimia. Dua tipe lain yang jarang adalah Yellow Mutant

    (YM) danSyndroma Herman-Pudlak (SHP).Pernah dilaporkan suatu tipe lain yang

    otosomal dominan.

    Pada pemeriksaan histokimia, TPOC dan TNOCA dibedakan dengan tes hair bulb

    :

    Pada TPOCA: pada inkubasi in vitro dengan tirosin dan dopa, rambutcepat menjadi gelap

    TNOCA: tidak mampu untuk menjadi gelap

    Pada pemeriksaan ultrastruktur:

    TPOCA: ada melanisasi dan, pada inkubasi dengan DOPA dan tirosin,terjadi melanisasi penuh

    TNOCA: tidak ada melanisasi san hanya ada melanosom stadium I dan II.

    2.2.4 Manifestasi klinisDengan test genetik, dapat diketahui apa seseorang itu albino berikut variasinya, tetapi

    tidak ada keuntungan medis kecuali pada kasus non-OCA disorders yang dapat menyebabkan

    albino disertai dengan masalah medis lain yang dapat diobati. Umumnya kelainan mata padapenderita albino adalah sebagai berikut :

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    11/35

    Nystagmus, pergerakan bola mata yang irregular dan rapid dalam pola melingkar

    Strabismus (crossed eyes or lazy eye).

    Kesalahan dalam refraksi seperti miopi, hipertropi, dan astigmatisma.

    Fotofobia, hipersensitivitas terhadap cahaya

    Hipoplasi fovealkurang berkembangnya fovea (bagian tengah dari retina)

    Hipoplasi nervus optikus kurang berkembangnya nervus optikus. Abnormal decussation (crossing) dari fiber nervus optikus pada chiasma optikus.

    Ambliopia, penurunan akuisitas dari satu atau kedua mata karena buruknya

    transmisi ke otak, sering karena kondisi lain seperti strabismus.

    Hilangnya pigmen juga membuat kulit menjadi terlalu sensitif pada cahaya matahari,

    sehingga mudah terbakar, sehingga penderita albino sebaiknya menghindari cahaya matahari

    atau melindungi kulit mereka.

    2.2.5 Penatalaksanaan

    Albino adalah suatu kondisi yang tidak dapat diobati atau disembuhkan, tetapi adabeberapa hal kecil yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup. Yang terpenting

    adalah memperbaiki daya lihat, melindungi mata dari sinar terang, dan menghindari

    kerusakan kulit dari cahaya matahari. Kesuksesan dalam terapi tergantung pada tipe albino

    dan seberapa parahnya gejala. Biasanya, orang dengan ocular albinism lebih mempunyai

    pigmen kulit normal, sehingga mereka tidak memerlukan perlakuan khusus pada kulit.

    Berikut beberapa tatalaksana terhadap albinisme :

    a. PembedahanBiasanya, pengobatan untuk kondisi mata terdiri dari rehabilitasi visual.

    Pembedahan mungkin untuk otot mata untuk menurunkan nystagmus, strabismus, dan

    kesalahan refraksi seperti astigmatisma. Pembedahan strabismus mungkin

    mengubahan penampilan dari mata. Pembedahan untuk nistagmus mungkin dapat

    mengurangi perputaran bola mata yang berlebihan.

    Efektifitas dari semua prosedur ini bervariasi, tergantung dari keadaan masing-

    masing individu. Namun harus diketahui, pembedahan tidak akan mengembalikan

    fovea ke kondisi normal dan tidak memperbaiki daya lihat binocular. Dalam kasus

    esotropia (bentuk crossed eyes dari strabismus), pembedahan mungkin membantu

    daya lihat dengan memperbesar lapang pandang (area yang tertangkap oleh mata

    ketika mata melihat hanya pada satu titik).

    b. Bantuan Daya LihatKacamata dan bantuan daya lihat lain dapat membantu orang albino,

    walaupun daya lihat mereka tidak dapat dikoreksi secara lengkap. Beberapa penderitaalbino cocok menggunakan bifocals (dengan lensa yang kuat untuk membaca),

    sementara yang lain lebih cocok menggunakan kacamata baca.

    Penderita pun dapat memakai lensa kontak berwarna untuk menghalangi

    tranmisi cahaya melalui iris. Beberapa menggunakan bioptik, kacamata yang

    mempunyai teleskop kecil di atas atau belakang lensa biasa, sehingga mereka lebih

    dapat melihat sekeliling dibandingkan menggunakan lensa biasa atau teleskop.

    Walaupun masih menjadi kontroversi, banyak ophthalmologist menyarankan

    penggunaan kacamata dari masa kecil sehingga mata dapat berkembang optimal.

    c. Perlindungan terhadap Sinar MatahariPenderita albino diharuskan menggunakan sunscreen ketika terkena cahaya

    matahari untuk melindungi kulit prematur atau kanker kulit. Baju penahan sinar

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    12/35

    matahari dan pakaian renang juga merupakan alternatif lain untuk melindungi kulit

    dari cahaya matahari yang berlebihan.

    Penggunaan kacamata dan topi dapat membantu pula. Barang lain yang dapat

    membantu orang-orang dengan albino adalah menghindari perubahan tiba-tiba dari

    situasi cahaya dan menambahkan kaca penahan sinar matahari. Cahaya lebih baik

    tidak langsung mengenai posisi biasa dari penderita albino (seperti tempat dudukmereka pada meja makan). Jika mungkin, penderita albino lebih memilih untuk

    terkena cahaya di bagian punggung daripada di bagian muka.

    2.2.6 KomplikasiKomplikasi yang terjadi pada penderita albino antara lain :

    Resiko terkena kanker kulit kulit yang terbakar oleh sinar matahari. Paparan sinar

    matahari yang panjang dapat mengakibatkan kulit menjadi kasar dan tebal (pachiderma)

    Gangguan emosional, sosial dan stres. Penderita albino sering dikucilkan baik di dalam

    keluarga atau dalam lingkungan sosialnya karena di cap negatif karena adanya anggapan

    anggapan atau mitos.

    2.2.7 Prognosis

    Prognosis untuk albinisme adalah bahwa albino dengan paparan sinar matahari tanpa

    tabir surya terlalu banyak atau perlindungan lainnya terhadap matahari akan memiliki

    kesempatan lebih besar terkena kanker kulit. Albino harus mengenakan pakaian buram dan

    tabir surya untuk membuatnya lebih aman berada di luar bahkan di musim panas. Menjadi

    albinistic dapat mengubah seseorang hidup because.they telah menjadi sadar sedang di luar

    dan dilindungi.

    Orang dengan albinisme dapat berharap untuk memiliki hidup normal. Tapi dalam

    kasus mereka yang menderita sindrom Hermansky-Pudlak, harapan hidup dapat dikurangi

    karena penyakit paru-paru atau perdarahan disorders.Albinos yang telah mengembangkan

    kanker kulit juga mungkin akan mengalami harapan yang lebih rendah. Orang dengan

    albinisme mungkin menghadapi beberapa masalah sosial karena kurangnya pemahaman dari

    pihak lain. Albinisme tidak menyebabkan keterlambatan dalam pembangunan dan tidak juga

    keterbelakangan mental.

    Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah albinisme. Konseling genetik harus

    dipertimbangkan untuk individu dengan riwayat keluarga albinisme atau hipopigmentasi.

    2.3

    Gangguan Pigmentasi Pascainflamasi2.3.1 Hiperpigmentasi Post-inflamasi

    2.3.1.1 Definisi

    Hiperpigmentasi post inflamasi ataupost inflammatory hiperpigmentation

    (PIH) adalah masalah yang sering dihadapi dan hadir sebagai sekuel dari beragam

    gangguan kulit. Pigmen yang berlebihan terkait dengan beragam proses yang

    berpengaruh pada kulit seperti infeksi, reaksi alergi, luka mekanik, reaksi

    pengobatan, reaksi fototoksik, trauma (terbakar), dan penyakit-penyakit inflamasi

    (liken planus, lupus erytematosus, dermatitis atopi). Secara khas, hiperpigmentasi

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    13/35

    post inflamasi sangat berbahaya pada pasien dengan dermatosis likenoid dimana

    lapisan sel basal epidermisnya terganggu.

    Gb1. Hiperpigmentasi pasca acne

    2.3.1.2 Epidemiologi

    Hiperpigmentasi post inflamasi merupakan respon kulit pada inflamasi

    yang sering ditemukan . Walaupun dapat mengenai semua orang,

    perkembangannya lebih sering pada orang yang berkulit gelap dan dapat

    mengenai semua umur. Insiden dari hiperpigmentasi post inflamasi pada laki-laki

    dan perempuan adalah sama, atau tidak ada predileksi jenis kelamin.

    2.3.1.3 Etiologi

    a. Hiperpigmentasi post inflamasi dapat terjadi pada berbagai proses yang

    mengenai kulit. Proses tersebut melibatkan reaksi alergi, infeksi,

    trauma, erupsi fototoksik.

    b. Penyakit inflamasi yang sering yang mengakibatkan hiperpigmentasi

    post inflamasi antara lain acne excorie, lichen planus, systemic lupus

    erythematosus (SLE), dermatitis kronis, dan cutaneous T-cell

    lymphoma, terutama varian erythrodermic

    c. Terpapar sinar UV, bahan kimia dan tindakan medikasi (tetracycline,

    bleomycin, doxorubicin, 5-fluorouracil, dll)

    2.3.1.4 Patofisiologi

    Hiperpigmentasi post inflamasi disebabkan oleh salah satu dari proses

    melanosis epidermis ataupun melanosis dermis. Respon inflamasi epidermis

    menyebabkan pelepasan dan kemudian oksidasi dari asam arakidonat menjadi

    prostaglandin, leukotrien dan produk lainnya. Produk inflamasi ini merubah

    aktivitas dari sel imun dan melanosit. Spesifiknya, produk inflamasi ini

    menstimulasi melanosit epidermal, menyebabkan peningkatan sintesis melanin

    http://refimgshow%281%29/
  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    14/35

    dan kemudian meningkatkan transfer pigmen untuk mengelilingi keratinosit.

    Demikian, meningkatkan stimulasi dan transfer granul melanin menghasilkan

    hipermelanosis epidermal.

    Sebaliknya, melanosis dermal terjadi ketika inflamasi mengganggu lapisan sel

    basal, menyebabkan pigmen melanin terlepas dan kemudian terperangkap oleh sel

    imun besar yang dikenal sebagai makrofag pada papilla dermis.

    2.3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

    Anamnesis:

    Diagnosis hiperpigmentasi post inflamasi sebaiknya dipertimbangkan jika

    ada riwayat proses patologis atau luka pada daerah yang mengalami

    hiperpigmentasi.

    Pemeriksaan fisis:

    Penyebaran lesi bergantung pada daerah yang mengalami inflamasi

    sebelumnya

    Warna lesi berkisar antara coklat terang-hitam. Gambaran coklat terang jika

    pigmennya terjadi di epidermis dan gambaran hitam jika lesi mengandung

    melanin dermis.

    2.3.1.6 Penatalaksanaan

    Penanganan hiperpigmentasi post inflamasi (PIH) cenderung susah dan

    membutuhkan proses yang lama yaitu sering membutuhkan 6-12 bulan agar

    mencapai hasil yang diinginkan untuk depigmentasi. Setiap pilihan pengobatan

    berpotensi memperbaiki hipermelanosis epidermal, tetapi tidak menjamin efektif

    untuk hipermelanosis dermal. Saat ini penggunaan broad-spectrumsunscreen

    adalah bagian yang penting untuk melakukan terapi.

    Berbagai penanganan topikal telah digunakan untuk mengobati hiperpigmentasi

    epidermal, dengan beragam tingkat keberhasilan. Agen-agen tersebut adalah

    hydroquinone, tretinoin cream, kortikosteroid, glycolic acid (GA), dan azelaic

    acid. Kombinasi dari krim topikal dan gel, chemical peel, dansun screensdapat

    menjadi sangat dibutuhkan untuk perbaikan yang berarti. Kombinasi tersebut

    hanya efektif untuk hiperpigmentasi epidermal.

    Topikal tretinoin 0,1% telah efektif untuk orang Afro-Amerika. GA peel

    dikombinasikan dengan tretinoin dan hydroquinone adalah penanganan efektif

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    15/35

    untuk hiperpigmentasi post inflamasi untuk orang yang bercorak kulit gelap.

    Aqueous gel retinoic acid0,1-0,4% digunakan bersamaan dengan hydroquinon-

    zalf lactic aciduntuk memutihkan. Setelah perbaikan cukup pada hiperpigmentasi

    di capai, kortikosteroid dapat digunakan secara topikal dengan hydroquinonuntuk

    mendukung penyembuhan. Kombinasi dari beragam agen terapi topikal telah

    memperlihatkan keuntungan, terutama pada wajah.

    2.3.1.7 Prognosis

    Morbiditas pada hiperpigmentasi post inflamasi berkaitan dengan proses

    inflamasi yang mendasarinya. Hingga saat ini belum ditemukan kasus kematian

    yang diakibatkan oleh hiperpigmentasi post inflamasi.

    WOC HIPERPIGMENTASI PASCAINFLAMASI

    - Reaksi alergi,

    infeksi, trauma,

    erupsi fototoksik

    - Penyakit inflamasi

    - Terpapar sinar UV,

    bahan kimia, dan

    tindakan medikasi

    Respon inflamasi

    epidermis

    Pelepasan dan

    oksidasi

    as.arakidonat

    Produk inflamasi

    Prostaglandin,

    leukotrien, dan

    produk lainnya.

    Melanosit epidermal

    terstimulasi

    Sintesis melanin

    Transfer pigmen

    Hipermelanosis

    epidermal

    Hiperpigmentasi

    kulit

    Klien merasa malu

    akan kondisinya

    MK : Kerusakan

    integritas kulit

    MK : Gangguan

    body image

    MK : Kurang

    pengetahuan

    Membutuhkan

    perawatan khusus

    MK : Ansietas

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    16/35

    2.3.2 Hipopigmentasi Pascainflamasi

    2.3.2.1 Definisi

    Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hilangnya warna kulit (pigmentasi) setelah

    kulit mengalami cedera. Pigmen yang memproduksi sel (melanosit) rusak atau hancur dalam

    proses penyembuhan.

    2.3.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko

    Siapapun bisa mengalami kehilangan pigmen, tetapi lebih sering terjadi pada orang

    berkulit hitam, karena mereka ingin memutihkan wajah dengan menggunakan kosmetik

    pemutih. Hal ini dapat terjadi setelah cedera kulit seperti luka bakar, operasi, jerawat, eksim,

    cacar air, dermatitis seboroik, dan lain sebagainya. Beberapa obat dapat menyebabkan

    hipopigmentasi pada orang yang berkulit gelap (misalnya, krim kortison atau benzoyl

    peroxide).

    2.3.2.3 Tanda dan Gejala

    - Satu atau lebih area putih atau lebih terang dari kulit.

    - Ukuran, bentuk dan area yang terpengaruh bergantung pada penyebabnya

    2.3.2.4 Penatalaksanaan

    1. Menghentikan konsumsi krim kortison atau lotion yang mengandung benzoyl

    peroxide.

    2. Jika daerah yang mengalami hipopigmentasi hanya sedikit dan tidak memiliki

    masalah kulit yang mendasari, tidak memerlukan perawatan khusus.

    3.

    Jika daerah hipopigmentasi memiliki riwayat cedera kulit sebelumnya atau

    mengalami mati rasa pada daerah tersebut, segera cari pertolongan medis.

    2.3.2.5 Pemeriksaan Diagnostik

    Bergantung pada diagnosis dan penyebab. Biopsi pada lesi hipomelanosis mungkin

    diperlukan untuk menentukan apa yang menyebabkan perubahan warna tersebut.

    2.3.2.6 Patofisiologi

    Obat-obatan dan zat-zat kimia dapat menyebabkan hilangnya pigmen kulit. Hal ini

    dapat terjadi akibat zat-zat yang digunakan dalam pekerjaan, tetapi yang paling sering

    menjadi penyebab adalah krim pemutih kulit, yang dijual terutama di masyarakat Afro-

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    17/35

    Karibia dan Asia. Kandungan yang aktif biasanya adalah hidrokuinon, yang dapat digunakan

    untuk terapi.

    Banyak kelainan kulit dengan peradangan menyebabkan timbulnya hipopigmentasi

    sekunder atau pascaperadangan, akibat adanya gangguan pada keutuhan epidermis dan sistem

    produksi melain (missal eksema dan psoriasis). Kelainan kulit tersebut dapat meninggalkan

    bekas berupa hipopigmentasi temporer. Akan tetapi, peradangan dapat menghancurkan

    semua melanosit (missal pada jaringan parut, sesudah terjadi luka bakar, dan pasca tindakan

    krioterapi).

    Berbagai proses inflamasi pada penyakit kulit dapat pula menyebabkan

    hipopigmentasi misalnya lupus eritematosus discoid, dermatitis atopic, psoriasis,

    parapsoriasis gutata kronis, dan lain-lain. Predileksi dan bentuk kelainan hipopigmentasi yang

    terjadi sesuai dengan lesi primernya. Hal ini khas pada kelainan hipopigmentasi yang terjadi

    sesudah menderita psoriasis.

    Hipomelanosis terjadi segera setelah resolusi penyakit primer dan mulai menghilang

    setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan terutama pada area yang terpapar matahari.

    Pathogenesis proses ini dianggap sebagai hasil dan ganguan transfer melanosom dari

    melanosit ke keratinosit. Pada dermatitis hipopigmentasi mungkin merupakan akibat dari

    edema sedangkan pada psoriasis mungkin akibat meningkatnya epidermal turnover.

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang berhubungan sebelumnya.

    Jika diagnosis belum berhasil ditegakkan maka biopsi pada lesi hipomelanosis akan

    menunjukkan gambaran penyakit kulit primernya.

    Terapi biasanya sesuai dengan penyakit dasarnya. Setelah proses inflamasi

    menyembuh maka warna kulit asli akan perlahan kembali. Hal ini mungkin dapat dipercepat

    dengan paparan sinar matahari.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    18/35

    WOC HIPOPIGMENTASI PASCAINFLAMASI

    Obat-obatan dan zat kimia, pasca peradangan (Eksema, Psoriasis, Lupus

    eritematosus discoid, Dermatitis atopic), jaringan parut, luka bakar, pascatindakan krioterapi

    Gangguan pada

    keutuhan epidermis dan

    sistem produksi

    Transfer melanosom dari

    melanosit ke keratinosit terganggu(menurun)

    Hipomelanosit

    Hipopigmentasi

    sekunder pada kulit

    Klien merasa malu

    akan kondisinya

    MK : Kerusakan

    integritas kulit

    MK : Gangguan

    body image

    MK : Kurang

    pengetahuan

    Membutuhkan

    perawatan khusus

    MK : Ansietas

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    19/35

    2.4 Melasma

    2.4.1 DefinisiKelainan warna kulit akibat berkurang atau bertambahnya pembentukan pigmen

    melanin pada kulit. Warna kulit manusia di tentukan oleh berbagai pigmen, yang berperan

    pada penentuan warna kulit adalah karoten, melanin, oksihemoglobin dan hemoglobin bentuk

    reduksi, yang paling berperan adalah pigmen melanin. Melanosis adalah kelainan pada prosespembentukan pigmen melanin kulit : hipermelanosis bila produksi pigmen melanin

    bertambah, hipomelanosis bila reproduksi pigmen melanin berkurang.

    Hipermelanosis dapat di sebabkan oleh sel melanosit bertambah maupun bertambah

    maupun hanya karena pigmen melanin saja yang bertambah. Sebaliknya leukoderma dapat di

    sebabkan oleh pengurangan jumlah pigmen melanin atau berkurang maupun tidak adanya sel

    melanosit. Hipomelanosis pengurangan jumlah pigmen melanin atau berkurang maupun tidak

    adanya sel melanosit.Melasma Adalah Suatu Hipermelanosis yang didapat yamg umumnya simestri berupa makula

    yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpanjan sinar ultra

    violet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu.

    2.4.2 EtiologiMelasma sampai sekarang ini belum di ketahui pasti. Faktor kausatif yang di anggap

    berperan pada patogenesis melasma adalah

    a) Sinar ultra violet : spektrum sinar matahari ini merusak gugus sulfhidril di

    epidermis yang merupakan penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat

    ion cu dari enzim tersebut. Sinar ultra violet menyebabkan enzim tirosinase tidak

    di hambat lagi sehingga memicu proses melanogenesis.

    b) Hormon : misalnya estrogen , progesteron, dan MSH ( melanin stimulating

    hormone ) berperan pada terjadinya melasma. Pada kehamilan, melasma biasanya

    meluas pada trimester ke-3, pada pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak 1

    bulan sampai 2 tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut.c) Obat : misalnya difenil hidantoin, mesatoin, klorpromasin, sitostatik, dan

    minosiklin dapat menyebabkan timbulnya melasma. Obat ini ditimbun di lapisan

    dermis bagian atas dan secara kumulatif dapat merangsang melanogenesis.

    d) Genetik : di laporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-7% , karna faktor

    keturunan.

    e) Ras : melasma banyak di jumpai pada golongan hispanik dan golongan kulit

    berwarna gelap.

    f) Kosmetika : pemakai kosmetika yang mengandung parfum, zat pewarna, atau

    bahan-bahan tertentu dapat menyebabkan fotosintesivitas yang dapat

    mengakibatkan timbulnya sinar hiperpigmentasi pada wajah, jika terpajan sinar

    matahari.

    g)

    Idiopatik.

    2.4.3 PatofisiologiMelasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di daerah tropis.

    Melasma di jumpai pada wanita, meskipun di dapat pada laki-laki 10 % adalah idiopatik dan

    terutama sering terjadi eksaserbasi setelah paparan sinar matahari, kehamilan, pemakaian

    kontrasepsi oral dan obat-obatan tertentu. Melasma juga ada hubungannya dengan faktor

    genetik dan kelainan endokrin. Di indonesia perbandingan kasus wanita dan pria 24: 1.

    Terutama tampak pada wanita usia subur riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari.

    Insiden terbanyak pada usia 30-40 tahun.

    Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil,wanita pemakai pil kontrasepsi, pemakaikosmetik, pemakai obat-obat, dan lain-lain.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    20/35

    2.4.4 KlasifikasiTerdapat beberapa jenis melasma di tinjau dari gambaran klinis, pemeriksaan

    hispatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood. Melasma dapat di bedakan berdasarkan

    gambaran klinis , pemeriksaan hispatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood.

    Berdasarkan gambaran klinis :

    1.

    Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawahhidung, serta dagu. (63%).

    2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)

    3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)

    Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar wood :

    1. Tipe epidermal , melasma tampak lebih jelas dengan sinar wood di

    bandingkan dengan sinar biasa.

    2.

    Tipe dermal , dengan sinar wood tak tampak warna kontras di banding dengan

    sinar biasa.

    3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas.

    4. Tipe sukar, dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar wood lesi

    menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat jelas.Perbedaan tipe-tipe in sangat berarti pada pemberian terapi, tipe dermal lebih

    sulit di obati dibanding tipe epidermal.

    Berdasarkan pemeriksaan histopatologis :

    1. Melasma, tipe epidermal, umumnya berwarna coklat , melanin terutama

    terdapat pada lapisan basal dan suprabasal , kadang-kadang di seluruh stratum

    korneum dan stratum spinosum.

    2. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan, terdapat makrofag

    bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah, pada

    dermis bagian atsa terdapat fokus-fokus infiltrat.

    2.4.5 Maninfestasi klinisMakula coklat, batas jelas, ireguler seperti peta dan biasanya bersifat simetris. Bersifat

    khronik dan mengalami eksaserbasi bila kena sinar matahari atau sinar buatan UVA dan

    UVB. Pada multipara melasma terjadi setelah kehamilan yang berulang-ulang. Melasma

    sering mengadakan re solusi setelah melahirkan atau penghentian oral kontrasepsi.

    Ada 3 bentuk melasma :

    a. Bentuk sentrofasial : pada pelipis, dahi , alis, dan bibir atas,

    b. Bentuk Malar : pada pipi dan hidung.

    c. Bentuk Mandibular : pada ramus mandibular, dagu.

    Tipe lesi :

    a. Epidermal (coklat tua ) : terbatas tegas dengan tepi tidak teratur, sering di pipi dan

    hidung.b. dermal (biru , abu-abu)

    c. mixed (campuran) : coklat abu-abu

    Terapi hanya berhasil pada tipe epidermal dan bagian epidermalnya saja dari tipe

    campuran. Pemeriksaan dengan lampu Wood pada tipe epidermal tampak lebih jelas

    (kontras) dari pada dengan sinar biasa, sedangkan pada tipe dermal tidak.

    2.4.6 Pemeriksaan DiagnosisPemeriksaan diagnosis ada 3 yaitu pemeriksaan hispatologik, pemeriksaan mikroskop

    elektron, dan pemeriksaan sinar wood.

    a. Pemeriksaan histopatologik

    Terdapat 2 tipe hipermelanosis :

    1.

    Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan suprabasal,kadang-kadang di seluruh stratum spinosum sampai stratum korneum ; sel-sel

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    21/35

    yang padat mengandung melanin adalah melanosit, sel-sel lapisan basal, dan

    suprabasal, juga terdapat pada keratinosit dan sel-sel stratum korneum.

    2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah dalam

    dermis bagian atas terdapat fokus-sokus infiltrat.

    b. Pemeriksaan mikroskop elektron

    Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitasmelanosit meningkat.

    c. Pemeriksaan dengan sinar wood

    a. Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontraks

    b. Tipe dermal : warna lesi tidak bertambah kontrass

    c. Tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontraks ada yang tidak

    d. Tipe tidak jelas : dengan sinar wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan

    dengan sinar biasa jelas terlihat.

    Diagnosis melasma di tegakkan hanya dengan pemeriksaan klinis. Untuk

    menentukan tipe melasma di lakukan pemeriksaan sinar wood, sedangkan

    pemeriksaan histopatologik hanya di lakukan pada kasuskasus tertentu.

    2.4.7 PenatalaksanaanPengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur serta

    kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan penderita

    berobat untuk alasan kosmetik. Pengobatan dan perawatan kulit harus di lakukan secara

    teratur dan sempurna karna melasma bersifat kronis residif. Pengobatan yang sempurna

    adalah pengobatan yang sempurna adalah pengobatan yang kausal, maka penting di cari

    etiologinya.

    2.4.8 Pencegahana) Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya melasma

    adalah perlindungan terhadap sinar matahari. Penderita di haruskan menghindari

    pajanan langsung sinar ultra violet terutama antara pukul 09.00-15.00. sebaiknya jika

    keluar rumah menggunakan payung atau topi yang lebar. Melindungi kulit dengan

    memakai tabir surya syang tepat, baik mengenai bahan maupun cara pemakainnya.

    Tanpa pemakain tabir surya setiap hari pengobatan sulit berhasil. Pemakain tabir

    surya di anjurkan 30 menit sebelum terkena pajanan sinar matahari. Ada 2 macam

    tabir surya yang di kenal yaitu tabir surya fisis adalah bahan yang dapat

    memantulkan/menghamburkan ultra violet , misalnya : titanium oksida, seng oksida,

    kaolin . sedangkan tabir surya kimiawi adalah bahan yang menyerap ultra violet.

    Tabir surya kimiawi ada 2 jenis yaitu : yang mengandung PABA ( para amino

    benzoic acid ) atau derivatnya, misalnya octil PABA, yang tidak mengandung PABA

    ( non PABA ), misalnya : bensofenon, sinamat, salisilat, dan antranilat.

    b) Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya menghentikan

    pemakaian pil kontrasepsi, menghentikan pemakaian kosmetika yang berwarna atau

    mengandung parfum, mencegah obat contohnya hidantoin, sitostatika, obat

    antimalaria, dan minosiklin.

    2.4.9 PenatalaksanaanPengobatan di bagi menjadi 3 yaitu pengobatan topikal, pengobatan sistemik dan

    pengobatan khusus.

    1. pengobatan topikal

    a.

    hidokinon

    hidrokinon di pakai dengan konsentrasi 2-5%. Krim tersebut dipakai pada

    malam hari di sertai pemakaian tabir surya pada siang hari. umumnya tampakperbaikan dalam 6-8 minggu dan di lanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping adalah

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    22/35

    dermatitis kontak iritan atau alergik. Setelah penghentian penggunaan hidrokinon

    sering terjadi kekambuhan.

    b. Asam retinoat ( retinoic acid/tretinoin)

    Asam retinoat 0.1 terutama di gunakan sebagai terapi tambahan atau terapi

    kombinasi. Krim tersebut juga di paki pada malam hari, karena pada siang hari dapat

    terjadi fotodegradasi. Kini asam retinoat di pakai sebagai monoterapi, dan di dapatkanperbaikan klinis secara bermakna, meskipun berlangsung agak lambat. Efek samping

    berupa eritema,deskuamasi dan fotosintesis.

    c. Asam azeleat ( azeleic acid )

    Asam azeleat merupakan obat yang aman untuk di pakai. Pengobatan dengan

    asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek sampingnya rasa

    panas dan gatal.

    2. Pengobatan sistemik

    a. Asam askorbat/ vitamin C

    Vitamin C mempunyai efek merubah melanin benin bentuk oksidasi menjadi

    melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah pembentukan

    melanin dengan merubah DOPA kinon menjadi DOPA.b.

    Glutation

    Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhdril (SH) yang berpotensi

    menghambat pembentukan melanin dengan jalan bergabung dengan cuprum dari

    tiriosinase.

    Tindakan khusus

    Tindakan khusus terbagi menjadi 2, yaitu pengelupasan kimiawi dan bedah laser.

    a. Pengobatan kimiawi

    Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan hiperpigmentasi.

    Pengelupasan kimiawi di lakukan dengan mengoleskan asam glikolat 50-70%

    selama 4 sampai 6 menit di lakukan setiap 3 minggu selama 6 kali. Sebelum di

    lakukan pengelupasan kimiawi di berikan krim asam glikolat 10% selama 14 hari.

    b.

    Bedah laser

    Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switched Ruby dan laser argon,

    kekambuhan dapat juga terjadi.

    2.4.10 Komplikasi

    a. Pemakaian hidrokuinan dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan reaksi

    iritasi, sensitasi ringan di tandai dengan rasa gatal , rasa terbakar, dan dermatitis

    alergika.

    b. Pemakaian azelaic acid mempunyai kemampuan untuk memutihkan kulit ,

    hasilnya hampir sama dengan hidrokuinon tetapi dapat megakibatkan rasa gatal

    dan menyengat.

    2.4.11 Prognosis

    Prognosis melasma pada umumnya baik jika ditangani secara adekuat dan tergantung

    pada faktor penyebabnya. Hiperpigmentasi pada melasma tipe epidermal mempunyai

    prognosis yang lebih baik daripada tipe dermal. Hal ini disebabkan karena pigmen pada

    lapisan dermis butuh waktu yang lebih lama untuk berubah dibandingkan pigmen pada

    lapisan epidermis karena tidak ada terapi efektif yang mampu menghilangkan pigmen di

    lapisan dermis.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    23/35

    Melasma dapat timbul pada wanita hamil dan pada penggunaan kontrasepsi

    oral. Hiperpigmentasi yang timbul pada masa kehamilan biasanya menghilang secara

    spontan setelah beberapa bulan setelah melahirkan. Pada penggunaan kontrasepsi

    oral, hiperpigmentasi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh. Melasma

    dapat menetap selama beberapa tahun setelah penghentian kontrasepsi oral.

    Kasus-kasus resisten atau rekuren sering terjadi dan pasti terjadi jika pasien tidak

    memperhatikan dengan baik untuk menghindari cahaya matahari secara sempurna.

    Sehingga pengobatan dan perawatan kulit pada pasien melasma harus dilakukan

    secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronik residif.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    24/35

    Sinar UV

    Meningkat saat

    kehamilan trimester

    Enzim

    tirosinase tidak

    Gugus sulfhidril

    i bagian

    idermis rusak

    Terdapat pada

    pil kontrasepsi

    Terjadi proses

    melanogenesis

    Akumulasi hormone

    (estrogen, progesterone,

    dan MSH)Terjadi

    fotosensitivitas

    Kosmetik

    Genetik

    Secara kumulatif

    tertimbun di lapisan

    dermis bagian atas

    Obat

    Terjadi efek samping

    pada kulit yang

    MELASMA

    Idiopatik

    Ras

    Hiperpigmentasi

    pada daerah

    wajah

    MK: Kerusakanintegritas kulit

    Memerlukan

    perawatan

    khusus

    MK : Kurang

    pengetahuan

    MK : Ansietas

    Menyebabkan terjadinya

    hiperpigmentasi pada

    kulit wajah

    MK : Gangguan

    body image

    MK : Koping

    individu inefektif

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    25/35

    Hidung dan pipi

    bagian lateral

    Dahi, hidung, pipi

    bagian medial, bawah

    hidung, serta dagu

    Pada daerah

    mandibula

    MandibularMalarSentrofasial

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    26/35

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN

    Kasus:

    Ny.C usia 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan kulit wajah tampak

    berwarna gelap dan timbul bercak-bercak gelap/kehitaman sekitar dagu, dahi dan pipi.Bercak kehitaman itu mulai muncul 2 tahun yang lalu semenjak dia menggunakan

    kontrasepsi, dan bertambah parah semenjak Ny.C menggunakan kosmetik yang dijual bebas

    di pasaran.

    3.1 Pengkajian

    3.1.1 Anamnesa

    a. Data Demografi klien :

    1) Nama : Ny. C 7) Agama : Islam

    2)

    Usia : 30 tahun 8) Tanggal MRS : 8 Feb 20123) Jenis Kelamin : Perempuan 9) Jam MRS : 16.00 WIB

    4) Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia 10) Diagnosa : Melasma

    5) Pekerjaan : wiraswasta

    6) Alamat : surabaya

    Identitas Penanggung Jawab :

    1) Nama : Tn. D

    2) Umur : 40 tahun

    3)

    Jenis kelamin : Laki-laki

    4) Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta

    5) Hubungan dg klien : Suami

    b. Keluhan Utama: klien mengatakan mengalami bercak hitam pada daerah wajah

    c. Riwayat Penyakit Sekarang: kulit wajah tampak berwarna gelap dan timbul

    bercak-bercak gelap sekitar dagu, dahi dan pipi.

    d. Riwayat Penyakit sebelumnya : -

    e.

    Riwayat Kesehatan Keluarga:

    Komposisi keluarga :

    Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah

    pasien berada di area pemukiman padat penduduk

    Kultur dan kepercayaan : -

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    27/35

    Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : sering

    menggunakan kosmetik secara sembarangan dan juga sering

    terpapar sinar matahari.

    Persepsi keluarga tentang penyakit ibu : cobaan Tuhan

    3.1.2 Pemeriksaan Fisik

    a. B1 (breath) : RR 70 x/menit, Suhu (36 C), napas normal

    b. B2 (blood) : TD 120/80 mmhg, HR normal

    c. B3(brain) :gelisah

    d. B4 (bladder) : warna urin dan feses normal

    -Urine : warna kuning, jernih

    -Feses : warna kuning pekat

    e. B5 (bowel) : BB/TB (65/155),

    f. B6 (bone) : terjadi bercak hitam di daerah wajah ( di sekitar tulang

    pipi bagian atas)

    3.1.3 Pemeriksaan Penunjang

    a) pemeriksaan dengan histopatologik

    untuk mengetahui melanosit dan untuk mengetahui makrofag bermelanin di sekitar

    pembuluh darah.

    b)Pemeriksaan mikroskop elektron

    mikroskop elektron untuk gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal

    memberi kesan aktivitas melanosit meningkat.c) Pemeriksaan dengan sinar wood

    Untuk mengetahui tipe-tipe lesi dan kontrasnya .

    tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kotras apabila di sinar wood,

    sedangkan tipe tipe tidak jelas sinar ood lesi menjadi tidak jelas edangkan

    dengan sinar biasa jelas terlihat.

    3.2 Analisa Data

    Data Etiologi Masalah Keperawatan

    DS : klien menyatakan malu

    terhadap kondisi wajahnya

    DO : terdapat hiperpigmentasi

    pada daerah wajah

    adanya proses melanogenesis

    terjadi hiperpigmentasi pada

    kulit wajah

    Gangguan citra tubuh

    berhubungan

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    28/35

    gangguan citra tubuh

    DS : Ny. T menyatakan tidak

    nyaman dengan keadaannya

    DO : Keadaan kulit Ny.T

    timbul bercak hitam

    Reaksi kosmetik

    Terjadi fotosensitivitas

    terjadi hiperpigmentasi pada

    kulit wajah

    kerusakan integritas kulit

    Gangguan integritas

    jaringan/kulit

    DS : Ny.T jarang

    bersosialisasi, lebih sering

    menutup diri, merasa

    DO : sering menunduk apabila

    diajak bicara

    kerusakan integritas kulit

    gangguan body image

    koping individu inefektif

    Koping individu inefektif

    DS : Ny. T merasa kurang

    percaya diri dengan

    keadaannya

    DO : -

    Kerusakan integritas kulit

    Memerlukan perawatan

    khusus

    Kurang pengetahuan

    Ansietas

    Ansietas

    3.3 Diagnosa Keperawatan

    1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat

    hiperpigmentasi pada kulit

    2. Gangguan integritas jaringan / kulit berhubungan dengan fotosensitivitas pada kulit

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    29/35

    3. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat

    paparan radiasi sinar ultraviolet

    4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan penyakit yang diderita

    3.4 Intervensi Keperawatan

    1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat

    hiperpigmentasi pada kulit

    Tujuan :

    Individu akan mengimplementasikan pola koping yang baru dan menyebutkan serta

    mendemonstrasikan penerimaan atas penampilannya

    Kriteria Hasil :a. Klien lebih percaya diri

    b. Lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan

    No Intervensi Rasional

    1. Membangun hubungan saling percaya

    antara perawat dengan klien

    Hal ini menunjukkan penerimaan dan

    meningkatkan rasa percaya diri klien

    2. Mendukung interaksi sosial klien

    kepada keluarga dan lingkungan

    Memperkuat kesan bahwa individu

    tersebut diterima dan bahwa sistem

    pendukug sebelumya masih ada

    3. Berikan intervensi yang spesifik akan

    situasi tertentu

    Contoh :

    Gali alternatif yang realistis dan berikan

    dukungan

    Gali kekuatan dan sumber daya yang

    ada bersama individu sebagai kekuatan

    internal

    Membantu perawat merencanakan

    intervensi yang efektif guna memenuhi

    kebutuhan klien

    2. Gangguan integritas jaringan / kulit berhubungan dengan fotosensitivitas pada kulit

    Tujuan : Pasien akan memperlihatkan penyembuhan jaringan / kulit yang progresif

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    30/35

    Kriteria Hasil :

    a. Bercak kehitaman berkurang

    b. Menunjukkan perbaikan kulit yang progresif

    No Intervensi Rasional

    1. Menganjurkan pasien agar untuk

    sementara menghentikan pemakaian

    kosmetik

    Mencegah agar tidak terjadi komplikasi

    lebih lanjut

    2. Menyarankan pasien agar

    mengkonsumsi makanan yang baik

    untuk kesehatan kulit (makanan yang

    mengandung vitamin E)

    Vitamin E sangat berguna untuk

    mengembalikan kesehatan kulit

    3. Kolaborasi dengan dokter spesialis kulit

    untuk penanganan lebih lanjut

    Untuk penanganan lebih tepat dalam

    penanganan terjadinya bercak kehitaman

    3. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat

    paparan radiasi sinar ultraviolet

    Tujuan : Individu bisa menemukan upaya yang tepat serta membuat keputusan untuk

    mengubah situasi provokatif di lingkungan personal

    Kriteria Hasil :

    a. Pasien dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan kondisi emosional

    b. Pasien dapat mengidentifikasi pola respons dan dampaknya

    c. Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan diri dan menerima dukungan melalui

    hubungan intrapersonal

    No Intervensi Rasional

    1. Kaji faktor penyebab dan faktor

    penunjang

    Membantu perawat merencanakan

    intervensi yang efektif guna memenuhi

    kebutuhan klien

    2. Bina hubungan saling percaya Membantu klien dalam mempertahankan

    keseimbangan emosional ketika

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    31/35

    berhubungan dengan orang lain

    3. Kaji status koping individu saat ini Membantu perawat dengan memperoleh

    informasi tambahan sebagai bahan untuk

    merencanakan intervensi lanjutan

    4. Bantu klien mengembangkan strategi

    pemecahan masalah yang tepat dengan

    berdiskusi

    Membantu klien dalam mempertahankan

    konsep diri dan menjaga hubungan yang

    menyenangkan dengan orang lain.

    4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan penyakit yang diderita

    Tujuan : pasien merasa lebih nyaman secara psikologis dan fisiologis setelah

    diberikan tindakan keperawatan

    Kriteria Hasil :

    a. Mekanisme koping pasien efektif.

    b. Pasien menyatakan lebih baik daripada sebelumnya

    No Intervensi Rasional

    1. Kaji tingkat ansietas pasien Untuk mengetahui seberapa cemas paien

    dengan kondisinya

    2. Beri kenyamanan dan ketentraman hati:

    damping pasien dengan komunikasi

    teurapetik

    Meningkatkan rasa nyaman pasien dengan

    penekanan penjelasan bahwa setiap orang

    pasti akan merasakan cemas

    3. Berikan Health Eaducation mengenai

    penyakit yang dideritanya

    Meningkatkan pengetahuan pasien

    mengenai penyakit yang dideritanya serta

    member pemahaman tentang pengobatan

    yang harus dijalani

    4. Gali Intervensi yang menurunkan

    kecemasan : missal terapi music

    Mengurangi kecemasan dengan relaksasi

    pada indera tubuh yang lain

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    32/35

    BAB 4

    KEWIRAUSAHAAN

    Kasiat daun kemangi

    Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya yang memiliki aroma yang khas. Kemangijuga dikenal sebagai sayuran yang dapat dimakan segar sebagai lalapan. Tanaman yangberaroma wangi menyegarkan ini dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan bau badan dan

    baumulut. Tanaman ini juga mengandung minyak atsiri, askorbat, asam kafeat, iskulin, histidin,

    magnesium, betakarotin, dan beta sitosterol.Di beberapa salon, minyak atsiri kemangi dapat digunakan untuk pijat aroma terapi

    karena minyak atsiri kemangi dapat meringannkan dan menyegarkan tubuh. Minyak atsiri dari

    kemangi banyak digunakan sebagai bahan camouran pembuatan obat ataupun untuk perawatan

    tubuh, seperti sabun mandi, parfum, body lition, minyak gosok dan permen pelega tenggorokan.(putriyanti, 2006)

    Manfaat Daun Kemangi Bagi Wajah- Sel kulit mati dapat menimbulkan minyak yangberlebih sehingga mengakibatkan komedo hitam di wajah, minyak atau sisa make-up yang tidak

    bersih dan akhirnya menyumbat pori-pori wajah menimbulkan ketidakhalusan kulit. Komedo

    biasanya bermunculan di area T wajah, yaitu dahi dan hidung yang produksi minyaknya banyak.

    Komedo adalah tahap awal terjadinya jerawat. Jika tumpukan komedo terkena bakteri akanterjadi pembengkakan dan timbullah jerawat.

    Tips sehari hari mengatasi melasma

    Pakai daun kemangi, cuci bersih, ambil daunya saja, beri air panas, diamkan sampai

    dingin. Setelah dingin, pakailah untuk mencuci wajah. Lakukan 2x sehari ketika akan tidur

    Cara membuat Sabun Mandi

    Bahan-Bahan yang dibutuhkan :

    1. Minyak atau Lemak Hampir semua minyak / lemak alami bisa dibuat menjadi sabun.Cari yang mudah saja seperti: Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak

    Jagung, Minyak Kedelai.

    2. NaOH / KOHUntuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Bisa beli di toko bahankimia, ambil yang teknis saja.

    3. Air Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam

    tidak bagus, banyak mengandung mineral.

    4. Essential dan Fragrance OilsSebagai pengharum. Bahan herbal dari kemangi.5. PewarnaUntuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.

    6.

    Zat Aditif Rempah, herbal (kemangi), talk, tepung kanji/maizena dapat ditambahkan

    pada saat trace.

    Alat-alat yang dibutuhkan :

    1. Sebuah masker sederhana - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.

    2. Kacamata - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.3. Sepasang sarung tangan karet - Dipakai selama pembuatan sabun.

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    33/35

    4. Botol plastik - Untuk wadah air.

    5. Timbangan dapur (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram).

    6. Kantong plastik kecil - Untuk menimbang NaOH/KOH.7. Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen - Untuk menuangkan NaOH / KOH dan

    mengaduknya.

    8.

    Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene - Untuk tempat larutan NaOH/KOH denganair.9. Wadah dari plastik - Untuk menimbang serta tempat air dan minyak.

    10.Kain - Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun.

    11.Plastik tipis - Untuk melapisi cetakan.12.Cetakan.

    13.Blender dengan tutupnya.

    14.Kain - Untuk menutup blender.

    Cara pembuatan :

    1. Siapkan cetakan. Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki, baki plastik yang

    dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki. Siapkan cetakan yang cukup untukmenampung semua hasil pembuatan sabun.

    2. Cetakan: Untuk cetakan anda bisa menggunakan kayu atau karton yang dilapisi plastik

    tipis, bahkan pipa PVC bisa dipakai. Jika menggunakan pipa PVC tutup bagian bawah

    dengan plastik yang diikat dengan karet gelang, semprotkan minyak ke dalamnya,tuangkan hasil sabun. Setelah mengeras buka tutupnya, dorong lalu potong akan

    menghasilkan sabun yang bulat.

    Resep Sabun Cair :

    1. 340 g Minyak Sawit

    2. 170 g Minyak Kelapa

    3. 50 g Minyak Zaitun4.

    122 g KOHKalium hidroksida + 250 g Air

    5. 10 cc fragrance + pewarna

    6. (Proses Pada Suhu ruangan)

    Cara kerja

    Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalamair sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex

    atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke

    dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna

    keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhuruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.

    Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung,

    Minyak Kedelai) sesuai dengan Resep. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam

    blender.Hati hati tuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.

    Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses

    pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikanblender dan periksa sabun untuk melihat tahap trace. Trace adalah kondisi dimana sabun

  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    34/35

    sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran

    sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi

    masih membekas, itulah mengapa dinamakan trace.Pada saat trace tadi anda bisamenambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran

    blender.

    Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalamcetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera.Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

    Cara penggunanan sabun kemangi1. Tuangkan sabun di telapak tangan secukupnya kurang lebih sebutir biji jagung

    2. Basahi dengan air sampai berbusa

    3. Usapkan pada wajah secara merata

    4. Bilas dengan dengan air bersih hingga busa tidak tersisah5. Apabila terkena mata bilas hingga bersih dengan air

    Gunakan secara teratur 2-3 X sehari atau sesuai kebutuhan untuk mencapai hasil yangmaksimal.

    Sumber

    http://www.kalbe.co.idhttp://en.wikipedia.org/wiki/melasma

    http://www.ummigroup.co.id

    Sumber:http://wiki.bestlagu.com/health/173962-manfaat-daun-kemangi-bagi-wajah.htmlPutriyanti, dian. 2006, 100% cantik rahasia dibalik buah dan sayur, best, jakarta

    http://www.kalbe.co.id/http://en.wikipedia.org/wiki/melasmahttp://www.ummigroup.co.id/http://wiki.bestlagu.com/health/173962-manfaat-daun-kemangi-bagi-wajah.htmlhttp://wiki.bestlagu.com/health/173962-manfaat-daun-kemangi-bagi-wajah.htmlhttp://www.ummigroup.co.id/http://en.wikipedia.org/wiki/melasmahttp://www.kalbe.co.id/
  • 7/21/2019 93641410-Makalah-kelainan-Pigmentasi-Kulit.pdf

    35/35

    BAB 5

    KESIMPULAN

    Kelainan pigmentasi adalah perubahan warna kulit yang menjadi lebih putih, lebih hitam, ataucoklat dibandingkan dengan warna kulit normal serta bersifat macular serta sedikit banyakdipengaruhi oleh perubahan warna bersumber pada melanin. Disamping itu, hal tersebut juga

    dapat dipengaruhi oleh berbagai macam gaktor mulai dari genetik, pajanan bahan kimia, idopatik

    dan lain sebagainnya. Macam-macam kelainan pigmentasi pada kulit ada beberapa diantaranyaadalah vitiligo, albino, hipopigmentasi pasca inflamasi serta melanosis.

    Vitiligo yang merupakan hipomelanosis idiopatik di dapat ditandai dengan adanya macula putih

    yang dapat meluas. Sedangkan Albino atau Albinisme merupakan salah satu bentuk darihypopigmentary congenital disorder. Kemudian hipopigmentasi pasca inflamasi merupakan

    hilangnya warna kulit (pigmentasi) setelah kulit mengalami cedera. Sementara itu melanosis

    merupakan kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit yg berupa hipermelanosisbila produksi pigmen melanin bertambah, hipomelanosis bila reproduksi pigmen melanin

    berkurang. Penatalaksanaan asuhan keperawatannya pun berbeda tergntung pada etiologi tiap

    kelainan.