92017-2-333474142845
-
Upload
okta-darma-saputra -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of 92017-2-333474142845
Modul
KOMUNIKASI MASSA
Pendahuluan
idup ini tidak bisa terpisahkan dengan media massa. Media massa ada di
mana-mana di sekitar kita. Hidup satu hari saja tanpa komunikasi massa
adalah mustahil bagi kebanyakan orang. Sejak bangun tidur, melakukan aktivitas
harian, sampai tidur kembali kita tidak lepas dari terpaan media massa.
H
Kita membutuhkan surat kabar, radio, televisi, bioskop, dan rekaman musik.
Tanpa mereka, hidup kita akan sangat berbeda dan bagi kebanyakan dari kita, akan
sangat sulit.
Perkembangan media massa yang pesat mengakibatkan seperti apa yang
dikatakan Marshall McLuhan bahwa kita sekarang hidup dalam suatu “desa global”.
Pernyataan McLuhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern
yang memungkinkan terjadinya suatu penaklukan teknologis yang unik terhadap
ruang dan waktu, yang mengakibatkan jarak fisik dalam komunikasi antar manusia
dapat diabaikan. Dalam era globalisasi, era komunikasi luberan informasi menjadi
suatu hal yang tak dapat dibendung lagi
1. Definisi Komunikasi Massa
Menurut Tan dan Wright (dalam Liliweri 1991) komunikasi massa merupakan
bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal
yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.
Definisi komunikasi massa yang lain dikemukakan oleh Bittner (dalam
Ardianto, 2005), yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu
harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan
kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar yang dihadiri puluhan ribu orang,
tetapi jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukanlah komunikasi massa.
Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, televisi (media
elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak); serta media film.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gebner
(Ardianto, 2005). Menurut Gebner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu
serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Dari definisi Gebner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan
suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan,
didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang
tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi
pesan tidak dapat dilkakukan oleh perorangan, melainkan oleh lembaga, dan
membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak
dilakukan oleh masyarakat industri.
Berdasarkan hal-hal diatas maka konsep komunikasi massa itu sendiri pada
satu sisi mengandung pengertian suatu proses di mana organisasi media
memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain
merupakan proses di mana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh
audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media
merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk budaya atau
pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh
karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu
sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih
luas.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
2. Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:
a. Arus Pesan Bersifat Satu Arah
Komunikasi massa karena menggunakan media massa maka arus pesannya
bersifat satu arah. Tidak atau kurang adanya interaksi antara komunikator dengan
komunikan.
b. Konteks Komunikasi
Konteks komunikasi dalam komunikasi massa mempunyai ciri penting yaitu
menggunakan media massa.
c. Komunikasi Terlembagakan
Komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun
elektronik. Sehingga komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.
d. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada semua
orang. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi
massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini.
e. Anonim dan Heterogen
Komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Komunikator tidak
mengenal khalayaknya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan
tidak tatap muka. Selain itu khalayak komunikasi massa adalah heterogen, karena
terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda berdasarkan usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dll.
f. Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibanding komunikasi lainnya adalah sasaran
khalayaknya besar dan dapat dijangkau secara serentak dalam waktu yang
bersamaan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
g. Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Berbeda dengan komunikasi antar pribadi komunikasi massa lebih
mengutamakan dimensi isi ketimbang hubungan, karena sifatnya yang tidak tatap
muka.
h. Umpan Balik Tertunda
Karena tidak ada interaksi langsung antara komunikator dengan khalayaknya
maka, umpan balik tidak bersifat langsung (direct feedback) atau tidak bersifat
segera (immediate feedback), melainkan umpan baliknya bersifat tertunda.
i. Efek yang Mungkin Terjadi
Efek yang mungkin terjadi dalam komunikasi massa adalah penambahan
pengetahuan.
3. Peranan Komunikasi massa
Menurut Dominic (Ardianto, 2005:13), fenomena terbentuknya selebritis,
pakar-pakar politik, ekonomi, dan lainnya, tidak terlepas dari peran yang dimainkan
komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat.
Tak pelak lagi komunikasi melalui media massa dapat menembus bagian
kehidupan kita. Kita mendengarkan radio siaran ketika mengendarai mobil,
membaca surat kabar, menonton televisi.
Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern dewasa
ini, terutama dengan kemampuannya untuk menciptakan publik, menentukan issue,
memberikan kesamaan kerangka pikir, dan menyusun perhatian publik, pada
gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoretis terhadap kajian tentang
komunikasi massa.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
4. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Devito (1997) fungsi komunikasi massa bagi masyarakat antara lain:
a. Menghibur
Media mendesain program-program mereka untuk menghibur. Hiburan yang
dilakukan media untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sehingga dapat
menjadi daya tarik bagi pengiklan.
b. Meyakinkan
Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, tetapi fungsi
terpenting adalah meyakinkan (to persuade). Persuasi dapat datang dalam banyak
bentuk: Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang;
mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; menggerakkan seseorang
untuk melakukan sesuatu; dan memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai
tertentu.
c. Menginformasikan
Sebagian besar informasi kita dapatkan bukan dari sekolah, melainkan dari
media. Kita belajar musik, politik, film, seni, serta banyak lagi subjek lainnya dari
media.
d. Menganugerahkan status
Status seseorang, penting tidaknya nilai seseorang sebenarnya dikonstruksi
oleh media. Jika anda menjadi pusat perhatian media berarti anda orang penting,
sebaliknya jika tidak mendapatkan perhatian media, maka anda tidak penting.
e. Menciptakan Rasa Persatuan
Salah satu sifat komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya
adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok.
5. Aliran Komunikasi Massa
Setidaknya ada dua aliran menyangkut komunikasi massa, yaitu:
Aliran pertama, beranggapan bahwa media massa memiliki efek
yang langsung dapat mempengaruhi individu sebagai audience.
Sementara aliran kedua, beranggapan bahwa proses pengaruh dari
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
media massa tidak terjadi secara langsung, melainkan melalui
perantaraan hubungan komunikasi antarpribadi.
I. Teori-Teori Komunikasi Aliran Pertama:
Stimulus-Respons
Prinsip stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan
demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat
antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini
adalah: 1). Pesan (stimulus); 2). Seorang penerima/receiver (organism); dan 3). Efek
(respons).
Prinsip Stimulus-Respons mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan dan
didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara
serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu, dan
bukannya ditujukan pada orang per orang. Penggunaan teknologi untuk reproduksi
dan distribusi diharapkan dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respons
oleh audience. Dalam hal ini tidak diperhitungkan kemungkinan adanya intervensi
dari struktur sosial atau kelompok dan seolah-olah terdapat kontak langsung antara
media dan individu. Konsekuensinya, seluruh individu yang menerima pesan
dianggap sama/seimbang. Jadi hanya agregasi jumlah yang dikenal, seperti
konsumen, suporter, dan sebagainya. Selain itu diasumsikan pula bahwa terpaan
pesan-pesan media, dalam tingkat tertentu, akan menghasilkan efek. Jadi kontak
dengan media cenderung diartikan dengan adanya pengaruh tertentu dari media,
sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan media tidak akan
terpengaruh.
Model Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Model) dari Elihu Katz.
Prinsip stimulus-respons telah memberikan inspirasi pada teori jarum
hipodermik. Suatu teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang
sangat berpengaruh.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
Model ini pada hakekatnya adalah model komunikasi searah, berdasarkan
anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat
menentukan terhadap audience. Mass media merupakan gambaran dari jarum
raksasa yang menyuntik audience yang pasif.
Teori komunikasi satu langkah
Teori ini berpendapat bahwa pengaruh media bersifat langsung dan segera.
Anda membaca suratkabar, misalnya, dan diyakinkan oleh apa yang anda baca.
Sebagai akibatnya, anda mengubah pemikiran dan perilaku anda sesuai dengan apa
yang disuntikkan media. Pesan merasuk hanya dalam satu langkah – dari media ke
pembaca.
Suatu kelemahan utama teori satu langkah ini adalah pengabaiannya akan
interaksi antarpribadi. Sebelum kita menyerap opini atau mengubah sikap, kita
mencari dukungan dan konfirmasi dari orang lain. Diabaikannya pengaruh
antarpribadi ini menyebabkan para periset memodifikasi teori satu tahap menjadi
teori komunikasi dua tahap.
II. Teori-Teori Komunikasi Aliran Kedua:
Two step flow theory (teori komunikasi dua tahap) dari Katz dan Lazarsfeld
Teori ini berawal dari hasil penelitian yang dilakukan Paul Lazarsfeld dan
kawan-kawannya mengenai efek media massa dalam suatu kampanye pemilihan
presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. Studi tersebut dilakukan dengan asumsi
bahwa proses stimulus-respons bekerja dalam menghasilkan efek media massa.
Namun hasil penelitian menunjukkan sebaliknya. Efek media massa ternyata
rendah, dan asumsi stimulus-respons tidak cukup menggambarkan realitas
audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan pembentukan
pendapat umum. Para periset menemukan bahwa orang lebih dipengaruhi oleh
orang lain daripada oleh media massa (terutama suratkabar dan radio).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
Dalam analisisnya terhadap hasil penelitian tersebut, Lazarsfeld kemudian
mengajukan gagasan mengenai “komunikasi dua tahap”, dengan konsep utamanya
“pemuka pendapat”.
Teori ini berasumsi bahwa media tidak membuat orang langsung
terpengaruh oleh muatan informasi yang dibawahnya. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa proses pengaruh yang biasanya diartikan sebagai perubahan
sikap dan perilaku terjadi justeru melalui perantaraan orang-orang yang dikenal
dengan sebutan pemuka pendapat (opinion leader). Dalam hal ini proses yang
terjadi adalah pemuka pendapat memperoleh informasi dari media, dan kemudian
dapat menyebarluaskannya kepada orang-orang lain di sekitarnya. Pemuka
pendapat ini pula yang berperan dalam merekomendasikan dan mengkonfirmasi
perubahan sikap dan perilaku masyarakat di sekitarnya.
Teori Difusi Inovasi (Roger dan Shoemaker)
Teori ini berkaitan dengan komunikasi massa karena dalam berbagai situasi
di mana efektivitas potensi perubahan yang berawal dari penelitian ilmiah dan
kebijakan publik, harus diterapkan oleh masyarakat yang pada dasarnya berada di
luar jangkauan langsung pusat-pusat inovasi atau kebijakan publik. Dalam
pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya petani dan anggota
masyarakat pedesaan.
Dengan memanfaatkan kekuatan media massa sampai pada taraf tertentu,
proses komunikasi juga melibatkan jaringan antarpribadi yang akan memperkuat
tingkat adopsi seseorang atas sesuatu inovasi.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
Media Massa
4
32
1 Keterangan: 1.2 dan 3 adalah pemuka pendapat
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa paling sedikit ada 4 langkah dalam
proses difusi inovasi, yaitu:
a. Pengetahuan: individu dihadapkan pada kesadaran akan adanya inovasi dan
memperoleh pemahaman tentang bagaimana inovasi itu berfungsi.
b. Persuasi: individu-individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap
inovasi.
c. Keputusan: individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan
untuk menerima atau menolak inovasi.
d. Konfirmasi: individu mencari penguatan (dukungan) terhadap keputusan yang
telah dibuatnya, tapi ia mungkin saja berbalik keputusan jika ia memperoleh isi
pernyataan tentang inovasi yang bertentangan.
Periset dalam bidang difusi inovasi membedakan lima tipe adopter:
1. Inovator, orang yang pertama-tama mengadopsi inovasi, belum
tentu adalah pencetus gagasan baru ini, tetapi merekalah yang
memperkenalkannya secara cukup luas.
2. Adopter awal, adalah orang yang membawa pengaruh atau
melegitimasi gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada
umumnya.
3. Mayoritas awal, mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi
lebih jauh inovasi ini.
4. Mayoritas akhir, mengadopsi inovasi agak belakangan.
5. Laggards atau kelompok yang tertinggal, merupakan kelompok
terakhir yang mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang dari tiga
kelompok terdahulu.
Beberapa Teori lain yang dapat dikemukakan di sini menyangkut pengaruh
komunikasi massa terhadap individu, antara lain:
Teori-Teori Melvin De Fleur
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
Pelbagai rangsangan dapat ditumbuhkan oleh media massa, sehingga
tanggapan audience yang dihasilkannya juga akan berbeda-beda. Melvin De Fleur
mengemukakan teori-teorinya, antara lain: Teori Perbedaan Individu (The Individual
Differences Theory), Teori Penggolongan Sosial (The Social Category Theory), Teori
hubungan sosial (The Social Relationship Theory), dan Teori Norma-Norma Budaya
(The Cultural Norms Theory).
Teori Perbedaan Individu (The Individual Differences Theory)
Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori
stimulus respons dengan teorinya yang dikenal sebagai teori perbedaan individu
dalam komunikasi massa. Di sini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi
stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi
dari para anggota audience.
Perbedaan individu itu terjadi disebabkan karena perbedaan lingkungan yang
menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Dari
lingkungannya akan berbentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan yang mendasari
kepribadian mereka. Anak kembar sekalipun yang secara biologis memiliki
persamaan-persamaan, dapat berbeda kepribadiannya apabila dibesarkan dalam
lingkungan sosial yang berbeda.
Teori Kategori/Penggolongan Sosial (The Social Category Theory)
Teori ini beranggapan bahwa terdapat penggolongan sosial yang luas dalam
masyarakat yang memiliki perilaku yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-
rangsangan tertentu. Penggolongan tersebut didasarkan pada seks, tingkat
penghasilan, pendidikan, tempat tinggal maupun agama.
Dasar dari teori ini adalah teori sosiologi yang berhubungan dengan
kemajemukan masyarakat modern, dimana dinyatakan bahwa masyarakat yang
memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk sikap yang sama dalam
menghadapi rangsangan tertentu. Falam hubungannya dengan media dapat
digambarkan bahwa majalah mode biasanya hanya dibeli oleh wanita, majalah sport
dibeli umumnya oleh pria. Variabel-variabel seperti seks, umur, pendidikan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
tampaknya turut juga menentukan selektivitas seseorang terhadap media yang
ditawarkan.
Teori hubungan sosial (The Social Relationship Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi yang
disampaikan oleh media, orang lebih banyak memperoleh pesan itu melalui
hubungan atau kontak dengan orang lain daripada menerima langsung dari media
massa. Hubungan sosial yang informal merupakan salah satu variabel yang turut
menentukan besarnya pengaruh media.
Dalam kenyataannya terbukti bahwa orang-orang yang langsung menerima
informasi dari media terbatas sekali. Mereka inilah yang merumuskan informasi
media tersebut pada orang lain melalui saluran komunikasi dari mulut ke mulut (word
of mouth communication). Berdasarkan hasil penelitian, maka arus informasi akan
berjalan atas dua tahap.
Pertama, informasi berkembang melalui media kepada individu-individu yang
relatif, “cukup informasi” (well informed), yang umumnya memperoleh informasi
langsung.
Kedua, informasi tersebut kemudian berkembang dari mereka yang cukup
informasi melalui saluran komunikasi antarpribadi kepada individu-individu yang
kurang memiliki hubungan langsung dengan media serta ketergantungan mereka
akan informasi pada orang lain besar sekali.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori hubungan sosial mencoba
menekankan pentingnya variabel hubungan antarpribadi sebagai sumber informasi
sebagai penguat pengaruh media komunikasi.
Teori Norma-Norma Budaya (The Cultural Norms Theory)
Teori ini melihat cara-cara media massa mempengaruhi perilaku sebagai
suatu produk budaya. Pada hakekatnya, teori ini menganggap bahwa media massa
melalui pesan-pesan yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu dapat
menumbuhkan kesan-kesan yang oleh audience disesuaikan dengan norma-norma
budayanya. Perilaku individu umumnya didasarkan pada norma-norma budaya yang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE
disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya, dalam hal ini media akan bekerja
secara tidak langsung untuk mempengaruhi sikap individu tersebut.
Dengan kata lain, media massa dapat mengukuhkan norma-norma budaya
dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap hari. Selain itu media massa
dapat mengaktifkan perilaku tertentu, apabila informasi yang disampaikan sesuai
dengan kebutuhan individu serta tidak bertentangan dengan norma budaya yang
berlaku.
Teori Komunikasi Banyak Tahap (Multi Langkah)
Teori ini dikembangkan sebagian besar akibat kritik terhadap teori dua
langkah. Teori multi langkah mengatakan bahwa pengaruh mengalir ulang-alik dari
media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain) kembali ke media,
kemudian kembali lagi ke khalayak, dan seterusnya. Singkatnya, ada banyak
langkah yang harus ditelaah sebelum kita dapat mulai menjelaskan pengaruh atau
efek dari media.
Proses ulang alik ini terutama berlaku untuk masa kini, di mana media
merupakan bagian penting dari kehidupan kita. Teori ini bisa dikatakan lebih akurat
dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap. Teori ini
terutama penting dalam mengilustrasikan bahwa setiap orang dipengaruhi baik oleh
media maupun oleh interaksi antar pribadi, dan selanjutnya mempengaruhi media
dan orang lain.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Farid Hamid S.Sos.,MSiPROFESIONAL IMAGE