9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk...

23
9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 9.1 Pendahuluan Pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan, harus memperhatikan kesimbangan antara pemanfaatan secara ekonomi dan pemeliharaan lingkungan perairan sebagai habitat ikan target penangkapan. Jika tujuan utama melindungi lingkungan perairan dengan harapan melindungi dapat mnelindungi sumberdaya, maka kegiatan ekonomi akan terhenti. Sektor perikanan merupakan salah satu dari elemen kunci sistem perikanan tangkap, dimana perilaku manusia memiliki peran yang penting. Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi dari suatu aturan/kebijakan, akan memicu suatu keadaan atau perilaku terhadap lingkungan perairan. Banyak penelitian sudah dilakukan untuk menerapkan teori keberlanjutan sumberdaya. Namun, pada kenyataannya dalam ukuran secara ekonomi, keberlanjutan suatu pembangunan mempunyai arti sebagai suatu totalitas terhadap sediaan dari sumberdaya yang digunakan dalam sistem ekonomi sangat menentukan kesempatan ekonomi secara luas. Ketersediaan dan karakteristik sumberdaya alam adalah dinamis, dan tidak dapat dipungkiri bahwa secara inherent sumberdaya alam adalah dinamis. Teori dinamis, seperti yang dikemukakan oleh Mustaruddin (2010) merupakan cara untuk mengimplementasikan atau menyelaraskan antara pemanfaatan sumberdaya alam secara ekonomi dan peneliharaan lingkungan perairan sebagai habitat ikan target penangkapan. Kerusakan lingkungan bisa terjadi apabila pertumbuhan ekonomi berjalan sangat cepat tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya. Agar hal tersebut tidak terjadi, perlu keseimbangan antara pemanfaatan dan pemeliharaan lingkungan sumberdaya untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya secara lestari dan ramah lingkungan. Perikanan tangkap merupakan sistem yang terdiri dari 3 (tiga) komponen (Charles 2001). Sebagaimana sudah diuraikan pada bab terdahulu bahwa keberlanjutan pembangunan perikanan ditunjukkan dalam bentuk segitiga, yang

Transcript of 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk...

Page 1: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

153

9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN

LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

9.1 Pendahuluan

Pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan, harus

memperhatikan kesimbangan antara pemanfaatan secara ekonomi dan

pemeliharaan lingkungan perairan sebagai habitat ikan target penangkapan. Jika

tujuan utama melindungi lingkungan perairan dengan harapan melindungi dapat

mnelindungi sumberdaya, maka kegiatan ekonomi akan terhenti. Sektor

perikanan merupakan salah satu dari elemen kunci sistem perikanan tangkap,

dimana perilaku manusia memiliki peran yang penting. Perilaku manusia yang

diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi

dari suatu aturan/kebijakan, akan memicu suatu keadaan atau perilaku terhadap

lingkungan perairan.

Banyak penelitian sudah dilakukan untuk menerapkan teori keberlanjutan

sumberdaya. Namun, pada kenyataannya dalam ukuran secara ekonomi,

keberlanjutan suatu pembangunan mempunyai arti sebagai suatu totalitas terhadap

sediaan dari sumberdaya yang digunakan dalam sistem ekonomi sangat

menentukan kesempatan ekonomi secara luas.

Ketersediaan dan karakteristik sumberdaya alam adalah dinamis, dan tidak

dapat dipungkiri bahwa secara inherent sumberdaya alam adalah dinamis. Teori

dinamis, seperti yang dikemukakan oleh Mustaruddin (2010) merupakan cara

untuk mengimplementasikan atau menyelaraskan antara pemanfaatan sumberdaya

alam secara ekonomi dan peneliharaan lingkungan perairan sebagai habitat ikan

target penangkapan. Kerusakan lingkungan bisa terjadi apabila pertumbuhan

ekonomi berjalan sangat cepat tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya.

Agar hal tersebut tidak terjadi, perlu keseimbangan antara pemanfaatan dan

pemeliharaan lingkungan sumberdaya untuk mewujudkan keberlanjutan

pengelolaan sumberdaya secara lestari dan ramah lingkungan.

Perikanan tangkap merupakan sistem yang terdiri dari 3 (tiga) komponen

(Charles 2001). Sebagaimana sudah diuraikan pada bab terdahulu bahwa

keberlanjutan pembangunan perikanan ditunjukkan dalam bentuk segitiga, yang

Page 2: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

154

didalamnya terdapat unsur Ecological sustainability, Socioeconomic

sustainability, Community sustainability.

Karakteristik yang harus mendapat perhatian dalam pemanfaatan

sumberdaya perikanan adalah fakta bahwa ekosistem yang ada dalam sistem wilayah

saling terkait satu sama lain. Artinya, perubahan (kerusakan) yang menimpa suatu

ekosistem perairan laut, maka pada gilirannya akan berdampak negatif terhadap

ekosistem lainnya. Permasalahannya adalah bahwa dampak tersebut pada umumnya

tidak terjadi seketika, tetapi memerlukan waktu (time lag). Kenyataan ekologis

inilah yang seringkali terabaikan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dan

kelautan yang terlalu berorientasi pada keuntungan jangka pendek.

Perilaku yang diperlihatkan oleh tindakan manusia dalam pemanfaatan

sumberdaya perikanan adalah melakukan upaya penangkapan yang didorong oleh

keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Ostrom (1994), upaya

penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dapat dinyatakan sebagai pertimbangan

hasil biaya dan manfaat sosial ekonomi yang diperoleh. Untuk menggambarkan

perilaku tersebut serta dampak terhadap keberlanjutan, suatu model bio-ekonomi

sederhana yang menggambarkan pemanfaatan stok ikan akan digunakan untuk

menunjukkan bagaimana perilaku manusia dapat dimasukkan dalam suatu model

sistem kualitatif yang juga berkaitan dalam menganalisis kebijakan pembatasan

upaya penangkapan.

Selat Bali merupakan wilayah perairan laut yang patut mendapat

perhatian, karena perairan Selat Bali merupakan sumber kehidupan dan

penghidupan bagi masyarakat yang berada di Kabupaten Banyuwangi Provinsi

Jawa Timur dan Kabupaten Jembaran Provinsi Bali. Lemuru (Sardinella lemuru

Bleeker 1853), merupakan ikan pelagis kecil yang banyak dijumpai di Selat Bali

dan merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat setempat. Pada

periode 2009-2010 produksi lemuru menurun, bahkan menurut penuturan nelayan

setempat, mereka tidak memperoleh hasil tangkapan sama sekali. Namun

bertolak belakang dengan data yang tertera dalam buku laporan statistik perikanan

terutama untuk Kabupaten Jembrana dimana hasil tangkapan untuk tahun 2010

tetap tinggi. Berbeda dengan Kabupaten Banyuwangi, pada akhir tahun 2010

Page 3: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

155

hasil tangkapan nol (0). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil

tangkapan, antara lain; faktor alat tangkap yang digunakan oleh nelayan, faktor

oseanografi lingkungan perairan, dan daya dukungnya, serta faktor alam lainnya

yang tidak dapat dikontrol. faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap

keberlanjutan sumberdaya lemuru di Selat Bali yang pada akhirnya berdampak

pada kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

Model dinamis merupakan model yang diterapkan pertama kali oleh

Forester pada tahun 1954 di Amerika. Model ini mencoba untuk memahami

dunia nyata dan menuangkannya menjadi sebuah model dan dapat diselesaikan

dengan beragam metode yang ada. Langkah pertama dan paling utama yang harus

dilakukan adalah menentukan tujuan dari pemodelan yang akan dibuat, sehingga

model yang dibuat dapat digunakan sebagai wahana dalam memahami struktur

dan perilaku sumberdaya yang menjadi fokus sasaran pengelolaan. Sistem

diartikan sebagai gugus atau kumpulan dari elemen yang berinteraksi dan

terorganisir untuk mencapai tujuan (Manetsch dan Park 1977). Menurut

(Hannon dan Ruth 1994; Grant et al 1997; Banks et al 1999) vide (Marwa 2009),

Model merupakan abstraksi dari kenyataan sebenarnya, yang merupakan

penggambaran formal elemen-elemen esensial dari suatu masalah (Grant at el. 1997).

9.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk (1) melakukan analisis secara dinamik

keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali berkaitan dengan upaya

penangkapan yang dilakukan oleh nelayan, (2) Melakukan simulasi model untuk

menentukan skenario terbaik yang akan dilakukan dalam keberlanjutan

pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru secara berkelanjutan dan ramah

lingkungan serta lestari.

9.3 Kebutuhan Data dan Metode Analisis Pengembangan Model

9.3.1 Kebutuhan data

Data yang dibutuhkan untuk analisis sistem dinamik pengelolaan

sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali ini

adalah data berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya lemuru (produksi, jumlah

unit alat tangkap), data berkaitan dengan sosial ekonomi (pendapatan, biaya

Page 4: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

156

operasional dan keuntungan usaha). Parameter tersebut merupakan hasil analisis

yang sudah dilakukan pada masing-masing bab terdahulu.

9.3.2 Metode analisis pengembangan model

Prinsip simulasi sistem dinamik merupakan iterasi dengan menggunakan

umpan balik dari data sebelumnya. Data awal (t-1) merupakan data yang

sebenarnya dan digunakan sebagai masukan (input) data saat ini (t). Data saat ini

(t) merupakan keluaran (output) yang digunakan sebagai masukan data masa

depan/peramalan (t+1). Looping pada sistem bekerja secara dinamis.

Secara garis besar, variabel yang mempengaruhi kinerja sistem dinamik

terdiri dari 6 (enam) variabel (Manetsch dan Park, 1977) vide Marganof (2007),

sebagai berikut: (1) Variabel output yang dikehendaki, ini ditentukan berdasarkan

hasil analisis kebutuhan, (2) Variabel input terkontrol, yang dapat dikelola untuk

menghasilkan perilaku sistem sesuai dengan yang diharapkan, (3) Variabel output

yang tidak dikehendaki, ini merupakan hasil sampingan atau dampak yang timbul

bersama-sama dengan output yang diharapkan, (4) Variabel input tak terkontrol,

(5) Variabel input lingkungan, yaitu variabel yang berasal dari luar sistem yang

mempengaruhi sistem tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem, dan (6) Variabel

kontrol sistem, yaitu pengendali terhadap pengoperasian sistem dalam

menghasilkan output yang dikehendaki.

Analisis data, dilakukan dengan menggunakan program dinamis ditunjang

oleh peralatan komputer untuk penyelesaian perhitungan. Program dinamis dan

peralatan computer digunakan untuk melihat bagaimana hubungan dinamis antara

pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru secara bio-ekonomi dan faktor

ekologi ikan target penangkapan, tingkat pendapatan dan sosial ekonomi.

Keterkaitan faktor-faktor tersebut merupakan sebuah causal loop yang

menggambarkan kedinamisan sebuah pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru

di Selat Bali.

Model dinamis yang akan dibangun terdiri dari 2 (dua) sub-model yaitu:

(1) sub-model bioekonomi dan (2) sub-model upaya penangkapan/effort.

Selanjutnya, dalam pembangunan model yang dirumuskan harus menggunakan

beberapa batasan. Batasan ini berguna untuk menyederhanakan dan memahami

Page 5: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

157

pengertian hubungan antar peubah dalam model yang akan membatasi

keberhasilan model. Langkah-langkah yang dilakukan dalam rancang bangun

model pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru dengan pendekatan sistem

terdiri dari analisa kebutuhan, formulasi masalah dan identifikasi sistem.

Analisis kebutuhan, merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui

kebutuhan pihak yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di

Selat Bali. Pihak nelayan menginginkan hasil tangkapannya selalu tinggi, dan

memperoleh pendapatan yang tinggi pula, pihak pemerintah daerah berharap

memperoleh PAD tinggi.

Berdasarkan analisis kebutuhan, terlihat bahwa pihak-pihak yang terlibat

memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda. Perbedaan ini akan

menimbulkan masalah dalam melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan

lemuru. Problem formulasi masalah dalam analisis ini adalah:

1. Populasi ikan lemuru bertambah akibat adanya laju pertumbuhan,

2. Populasi ikan berkurang akibat adanya penangkapan dan kematian,

3. Kematian ikan dapat disebabkan oleh; mati secara alami, karena tangkap

berlebih dan adanya fenomena kematian ikan secara massal yang disebabkan

oleh faktor alam dan lingkungan perairan.

Agar pemecahan problem formulasi masalah dapat diselesaikan dengan baik,

maka digunakan beberapa asumsi yaitu:

1. Fokus permasalahan adalah pada pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru,

2. Penangkapan hanya dilakukan oleh kapal atau perahu sesuai dengan izin yang

dikeluarkan berdasarkan SKB dua Gubernur yaitu Provinsi Jawa Timur dan

Gubernur Bali,

3. Ikan lemuru yang ada di Selat Bali hanya bermigrasi diseputar Selat Bali,

4. Perahu/kapal purse seine yang dioperasikan oleh nelayan adalah one day

fishing.

Identifikasi sistem dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap sistem

dalam bentuk diagram input output dan diagram lingkar sebab akibat (causal

Page 6: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

158

Pertumbuhanalami

Stok ikan

Hasil tangkapan+

-

+

Upaya tangkap

Keuntungan

Harga ikan

Biaya melaut

daya dukunglingkungan perairan

+

-

++

Pengembanganusaha

+

+

Penerimaan

+

+

+

Manejemen

-

+

+

+

Efisiensi usaha

+

-

+

loop), terhadap parameter yang membatasi susunan sistem yang akan dibuat

(Gambar 30).

Gambar 30 Causal loop model dinamik pengelolaan perikanan lemuru di Selat

Bali

Penentuan batasan model dilakukan berdasarkan tinjauan model dasar dan

isu-isu yang diangkat yaitu berkaitan dengan daya dukung ekosistem perairan

terhadap pertumbuhan populasi ikan lemuru, sumberdaya lemuru, upaya

penangkapan, harga ikan, biaya-biaya yang dikeluarkan, serta perolehan

keuntungan terhadap usaha. Konsep model keberlanjutan pengelolaan perikanan

lemuru di Selat Bali ini, merupakan pengembangan dari model bio-ekonomi yang

disusun oleh Schaefer (1954) dan de Kok (1996). Pengembangan model

dilakukan dengan penambahan variabel yang dsesuaikan dengan karakteristik

daerah Selat Bali dan tujuan model yang akan dibangun. Konsep pemikiran

sebuah model, di dalamnya mencakup penggabungan sub-sub model ke dalam

bentuk model yang utuh. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemahaman

tentang penentuan batasan model.

Parameter yang digunakan dalam model pengelolaan sumberdaya

perikanan lemuru di Selat Bali ini adalah:

Page 7: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

159

Tabel 38 Parameter model dinamik pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru

No Parameter Nilai Satuan

1 Kerapatan (K) 58.245,46 ton

2 Pertumbuhan alami (r) 1,997 Per tahun

3 Kapasitas tangkap (q) 0.00396 Unit penangkapan

4 Harga ikan 3.270.000 Rp/ton

5 Biaya melaut 3.114.000 Rp/ trip

6 Konstanta keuntungan 1,5e-10 -

7 Faktor oseanografi dan klimatologi 0,435 -

Model bio-ekonomi (Schaefer), menggambarkan dinamika dari upaya

tangkap yang dilakukan oleh nelayan sehingga menghasilkan jumlah tangkap

yang diinginkan. Dinamika tersebut ditandai dengan peubah yang menentukan

dan ditentukannya. Peubah yang terlibat dalam model ini adalah jumlah hasil

tangkapan, jenis alat tangkap yang digunakan, dan pertumbuhan/perkembangan

jumlah alat tangkap. Unsur peubah tersebut secara keseluruhan berhubungan satu

sama lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tahap akhir dari analisis sistem dinamik keberlanjutan pengelolaan

perikanan lemuru di Selat Bali adalah melakukan penyusunan skenario untuk

menetapkan atau membuat usulan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan

hasil simulasi yang diperoleh. Berdasarkan skenario yang dibuat dapat diketahui

model keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru yang

sesungguhnya dan menjadi bahan usulan kepada pihak-pihak yang berkompeten.

Setiap upaya tangkap akan memperoleh hasil tangkapan. Hasil tangkapan

ini biasanya dikenal dengan hasil tangkapan per upaya tangkap atau biasa juga

disebut dengan catch per unit effort (CPUE). Berdasarkan perhitungan yang

diperoleh dan sudah dibahas pada uraian terdahulu (bab 6), gambaran kondisi

biomass dan upaya tangkap maka model bio-ekonomi yang digunakan adalah

model Schaefer. Model ini terdiri dari persamaan pertumbuhan logistik untuk

biomass ikan serta model profit-driven untuk upaya penangkapan (fishing effort)

yang ditunjukkan dengan rumus :

(

) ……………………………………………..(9.1)

dimana: K = Carrying Capacity

r = Konstanta pertumbuhan logistik

Page 8: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

160

q = Kemampuan tangkap (catchability) per upaya

tangkap.

Bt = Biomass awal

Pertumbuhan effort (

) dipengaruhi oleh effort itu sendiri (E), dan

perolehan keuntungan yang diterima (rent) serta fraksi dari rent (df), sehingga

persamaannya dapat dibuat;

( ) …………………………………………………...(9.2)

Rente ekonomi sumberdaya perikanan lemuru (π) merupakan hasil perkalian

harga ikan (p) dengan hasil tangkapan (y) dikurang biaya-biaya yang digunakan

untuk melakukan penangkapan (c), sehingga persamaannya dapat dibuat sebagai

berikut:

(( ) ( )) …………………………………………………….(9.3)

Perhitungan terhadap data hasil penelitian untuk mengetahui dan

mengestimasi biomass awal ikan lemuru digunakan rumus dari pengembangan

model Schaefer dan turunannya, sehingga diperoleh biomass awal sebesar

58.130,06 ton per tahun. Dalam proses ekologi dan kehidupan biota dalam satu

ekosistem pasti mengalami kematian secara alami, yang disebabkan oleh faktor

lingkungan dimana biota tersebut berada. Luckof et al (2005) menyatakan bahwa

secara umum laju kematian ikan secara alami adalah 30%. Menurut Merta (1992)

laju kematian lemuru secara alami bisa mencapai 1,0%, dan menurut Budiharjo et

al. (1990) vide Merta dan Nurhakim (2004) kematian lemuru bisa mencapai

2,17% pertahun.

Uji evaluasi/validasi atau keabsahan dari model yang dibuat, merupakan

kriteria penilaian terhadap obyektifitas dari suatu pekerjaan ilmiah. Uji

evaluasi/validasi dilakukan dengan cara membandingkan persamaan-persamaan

model dengan kondisi nyata, dan membandingkan dengan teori yang ada. Jika

model tidak valid, harus dilakukan perbaikan, jika sudah valid dan sesuai dengan

kriteria yang diinginkan dapat dilanjutkan dengan melakukan simulasi terhadap

model yang dibuat. Simulasi model dilakukan untuk melihat gejala-gejala

permasalahan dalam kegiatan perikanan lemuru secara nyata.

Page 9: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

161

Muhammadi (2001), menyatakan bahwa uji validasi dilakukan terhadap

validitas struktur melalui generalisasi struktur nyata, yang ditunjukkan oleh

struktur model yang diciptakan sesuai dengan aturan berfikir logis teori keilmuan

dari obyek yang diteliti. Setiap hubungan sebab akibat, baik secara umum atau

sudah terperinci harus didukung dengan argumen teori ilmiah. Dalam melakukan

validasi kinerja/output model, harus dilihat sejauh mana kesesuaian perilaku

output model dengan pola perilaku data empirik, uji evaluasi/validasi yang

dilakukan mencakup:

1. Validasi struktur: Hubungan pola yang ada dalam diagram alir apakah

sudah benar. Kebenaran hubungan tersebut berdasarkan kepada rumus

pendukung terhadap pernyataan. Uji struktur ini bertujuan untuk

memperoleh keyakinan sejauh mana keserupaan struktur model mendekati

struktur nyata (Muhammadi, 2001).

2. Validasi besaran/satuan: Yaitu membuktikan persamaan yang ada dalam

diagram alir, apakah aspek yang diuji satuannya sudah sama.

3. Validasi statistik: Jika secara visual pola output simulasi sudah mengikuti

pola aktual, maka dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada

penyimpangan antara output simulasi dengan data aktual. Untuk mengukur

tingkat kesalahan, dilakukan pengukuran akar rataan kuadrat persentase

perbedaan antara nilai simulasi dengan nilai aktual (Root Mean Percent

Error/RMSPE). Rumus yang digunakan mengacu kepada Sterman (2003)

sebagai berikut:

∑ (

( )

)

.....................................................(9.4)

dimana,

RMSPE : Akar rataan kuadrat persentase kesalahan

St : Nilai simulasi pada waktu t

At : Nilai aktual pada waktu t

n : Jumlah pengamatan

Page 10: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

162

Untuk melihat ketidaksamaan Theil, dilakukan uji Theil statistic (statistik

ketidaksamaan Theil) yaitu untuk menentukan komposisi sifat kesalahan.

Komposisi sifat kesalahan tersebut dapat diukur dengan menghitung bagian

kesalahan yang terjadi karena ketidaksamaan bias (inequality bias

proportion), karena ketidaksamaan varian (Inequality variance proportion),

selanjutnya adalah menghitung ketidak samaan kovarian (inequality

covariance proportion) (Sterman, 2003). Formula yang digunakan sebagai

berikut:

a. Ketidaksamaan bias (inequality bias proportion)

Um = ( )

∑ ( )

.............................................................................(9.5)

dimana,

Um : Bagian MSE karena Bias

: Rata-rata nilai simulasi

: Rata-rata nilai aktual

: Nilai simulasi pada waktu t

: Nilai aktual pada waktu t

n : jumlah pengamatan

b. Ketidaksamaan varian (Inequality variance proportion)

( )

∑ ( )

.............................................................................(9.6)

dimana,

Us : Bagian MSE dikarenakan varian

Ss : Standar deviasi nilai simulasi

Sa : Standar deviasi nilai aktual

St : Nilai simulasi pada waktu t

At : Nilai aktual pada waktu t

n : Jumlah pengamatan

Page 11: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

163

c. ketidak samaan kovarian (inequality covariance proportion)

( )

∑ ( )

, ....................................................................................(9.7)

dimana,

Uc : Bagian MSE dikarenakan oleh kovarian

Ss : Standar deviasi nilai simulasi

Sa : Standar deviasi nilai aktual

St : Nilai simulasi pada waktu t

At : Nilai aktual pada waktu t

n : Jumlah pengamatan

Hasil simulasi dari variabel utama dibandingkan dengan pola perilaku

empirik secara visual untuk melihat apakah ada penyimpangan yang menonjol,

jika terdapat penyimpangan akan dilakukan perbaikan variabel dan parameter

model berdasarkan hasil penelurusan penyebab penyimpangan.

9.4 Hasil Penelitian

9.4.1 Model pengelolaan perikanan

Konsep dan deskripsi model dibuat untuk memahami dunia nyata dan

menuangkannya menjadi sebuah model. Model pengelolaan sumberdaya

perikanan lemuru terdiri dari sub model bio-ekonomi dan sub model effort, yang

mana keduanya saling berinteraksi dan merupakan sebuah model dinamik. Secara

diagramatik keterkaitan masing-masing sub model dapat dilihat pada Gambar 31.

Skenario yang digunakan dalam simulasi adalah dengan menguji

perubahan effort terhadap hasil tangkapan dalam setiap upaya tangkap.

Selanjutnya, dibangun struktur model keberlanjutan pengelolaan perikanan

lemuru dalam sebuah diagram Causal-loop (Gambar 30). Selanjutnya dibuat

diagram alir (flow diagram) dari struktur model yang sudah disusun pada causal

loop. Flow diagram menghubungkan semua variabel dalam bentuk persamaan

matematis dengan bantuan komputer. Formulasi matematis ini menunjukkan

keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi.

Page 12: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

164

Biomass

Pert Biomass Kematian alami

Hsl Tangkapan

Ratio K

Carry ing Capasity K

Laju kematian alami

ratio

kerapatan rB

Pert alami r

Kemampuan tangkap q

Ef f ort

Pert ef f ort

CPUE

Rent

Fraksi rent

Fraksi pengurangan

rent Batasan ef f ort

Biay a melaut

Harga ikan

ratio q thd f

ratio pertef ek ratio pert

Fraksi f ak oseanograf i

dan klimatologi

Gambar 31 Flow diagram model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru

di Selat Bali

Struktur yang terdapat dalam diagram alir tersebut menampilkan variabel

indikator penerapan kebijakan atau tindakan yang akan diambil dalam melakukan

pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru. Selanjutnya dalam struktur tersebut

dengan perubahan effort, memperlihatkan kecenderungan perolehan pendapatan

(rente) yang secara sosial didorong oleh faktor pemicu untuk melakukan suatu

tindakan namun dibatasi oleh faktor ekosistem perairan laut.

9.4.2 Uji validasi

Validasi yang dilakukan terhadap model adalah validasi struktur,

besaran/satuan, dan validasi statistik.

1. Pertumbuhan biomass (populasi) menurut teori Malthus merupakan

pertumbuhan tidak terpaut kerapatan. Namun ruang dan makanan yang

tersedia secara alami terbatas sehingga ekosistem memiliki daya dukung

maksimum terhadap sumberdaya yang ada di dalamnya (Schaefer, 1954 dan

Wiyono, 2010), apabila daya dukung sudah tidak memadai dan tidak terjadi

proses penangkapan, maka terjadi kematian secara alami (Luckof et al,

2005; Budiharjo, 1990 vide Merta dan Nurhakim, 2004). Dengan

Page 13: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

165

menggunakan metode surplus production (CYP, 1992) dan model

pertumbuhan (Schaefer), grafik yang dihasilkan dengan metode ini adalah

hiperbola. Hasil simulasi dalam penelitian ini menghasilkan grafik yang

mirip yaitu hiperbola. Berdasarkan hal tersebut maka secara struktur sudah

sama dengan landasan teori.

2. Validasi besaran/satuan terhadap unit utama yaitu hasil tangkapan lemuru

adalah cocok. Hasil tangkapan lemuru merupakan unit utama dalam

diagram alir yang menggambarkan secara keseluruhan perkembangan hasil

tangkapan yang diperoleh. Validasi besaran/satuan yang dilakukan adalah:

- Hsl_tangkapan = Biomass*effort_awal*Kemampuan_tangkap_q

Hsl tangkapan (ton/tahun) = Biomass (ton) * effort_awal (unit/tahun) *

Kemampuan_tangkap_q (1/unit)

Ton/tahun = ton/tahun*unit*1/unit

Ton/tahun = ton/tahun

- Rent = (Hsl_tangkapan*Harga_ikan)-(effort_awal*Biaya_melaut)

Rent (Rp/tahun) = (ton/tahun * Rp/ton)-(unit/tahun*Rp/unit)

Rp/tahun =Rp/tahun – Rp/tahun

Rp/tahun = Rp/tahun

3. Validasi statistik, dilakukan untuk memvalidasi kinerja model terhadap data

empiris. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana output model

bersesuaian dengan perilaku empiris. Hasil yang diperoleh dengan uji Theil

Statistic adalah memenuhi kriteria yang berlaku, yaitu penjumlahan (UM

,US,

UC) sama dengan satu (Tabel 39). Artinya secara statistik simulasi model

yang dilakukan dapat diterima.

Tabel 39 Hasil validasi dengan uji Theil statistik (Sterman, 2003)

Variabel RSMPE UM

US U

C

Effort 0.277516973 0.003492184 0.630678425 0.365829391

Berdasarkan uji yang dilakukan, diperoleh nilai UM

sama dengan nol, US

besar dan UC kecil. Hal ini bisa dikategorikan sebagai unsystematic error, namun

Page 14: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

166

3:01 AM Thu, Dec 27, 2012

Untitled

Page 1

0.00 25.00 50.00 75.00 100.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

5:

5:

5:

0

29065

58130

0

10000

20000

0

150

300

0

10000

20000

-5e+009.

2.5e+010

5.5e+010

1: Biomass 2: Pert Biomass 3: Ef f ort 4: Hsl Tangkapan 5: Rent

1

1

1

1

2

2

2

23

3

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

untuk jangka panjang dengan mengabaikan cyclic mode (Steman, 2003). Nilai US

besar dan nilai UC kecil, bisa disebabkan oleh gangguan acak (random noise)

karena nilai aktual yang sangat acak (random).

9.4.3 Simulasi model

Kajian dalam struktur yang telah dibuat, yang dapat dijadikan sebagai

variabel keputusan dan akan mempengaruhi kondisi variabel indikator yaitu

perubahan yang dilakukan terhadap jumlah effort yang ada. Selanjutnya model ini

disimulasikan melalui beberapa skenario kebijakan dalam rentang waktu 100

tahun. Skenario awal (existing) tanpa dilakukan perubahan effort sehingga

didapat kondisi yang paling ekstrim (unsustainable). Kemudian dari kondisi ini

diterapkan perubahan effort untuk melihat pengaruhnya terhadap kondisi yang

unsustainable tersebut. Skenario yang disimulasikan adalah sebagai berikut:

1) Skenario 1 (Existing) Skenario 1 (existing), jika dilihat dari effort yang

berkembang menunjukan bahwa pada saat hasil tangkapan meningkat, nelayan

akan terus meningkatkan jumlah effort yang dimiliki agar hasil tangkapan yang

diperoleh lebih banyak (Gambar 32).

Gambar 32 Simulasi biomass, pertumbuhan biomass, effort, hasil tangkapan,

dan rente

Jika diperhatikan kurva hasil tangkapan dan effort (Gambar 32), dapat

dilihat bahwa sampai dengan tahun ke 30 jumlah effort terus meningkat seiring

Page 15: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

167

dengan meningkatnya jumlah hasil tangkapan, dan puncak hasil tangkapan

optimum terjadi pada tahun ke 50, namun setelah itu terjadi penurunan hasil

tangkapan, akan tetapi jumlah effort terus meningkat. Hal ini terjadi karena

nelayan terus berupaya melakukan penangkapan dengan harapan hasil tangkapan

yang diperoleh tetap tinggi. Walaupun terjadi pertumbuhan secara alami, namun

diimbangi terjadinya kematian yang juga berlangsung secara alami sebagai akibat

dari pengaruh lingkungan perairan. Sementara itu, untuk perolehan rente dari

usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dapat dilihat, rente yang

diperoleh meningkat seiring dengan peningkatan hasil tangkapan dan menurun

karena hasil tangkapan yang diperoleh juga menurun. Hal ini terjadi karena harga

yang ditawarkan oleh pembeli cukup bagus, sehingga nelayan tidak mengalami

kerugian, disamping itu, juga sebagai imbas dari hukum persediaan dan

permintaan secara ekonomi.

Jika kondisi existing ini dibiarkan, sedangkan nelayan terus berusaha

melakukan penangkapan dengan segala upaya yang dimiliki tanpa

memperhitungkan efek yang ditimbulkan terhadap sumberdaya, maka dapat

dipastikan terjadi opportunity cost yaitu nilai ekonomi yang diperoleh menjadi

lebih rendah bahkan bisa negatif karena jumlah biaya yang dikeluarkan lebih

besar jika dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh. Hal ini terjadi

sebagai akibat tidak terkontrolnya jumlah effort atau upaya penangkapan yang

dilakukan oleh nelayan (open access equilibrium).

2) Skenario 2

Berdasarkan SKB dua Gubernur Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali,

alat tangkap yang diatur penggunaannya untuk pemanfaatan sumberdaya

perikanan lemuru di Selat Bali adalah alat tangkap purse seine. Jumlah yang

diijinkan adalah sebanyak 273 unit. Namun berdasarkan analisis yang dilakukan

terhadap Emsy (bab 6) hasil yang diperoleh adalah sebanyak 252,47 unit, dengan

demikian penyusunan skenario berpedoman kepada hasil perhitungan Emsy.

Pada Gambar 32 dapat dilihat bahwa pola yang diperlihatkan hiperbola.

Selanjutnya dilakukan pengendalian terhadap effort yaitu dengan melakukan

iterasi secara bertahap sebesar 10% dari 252,47 unit. Proses iterasi dilakukan

karena tidak ada teori pendukung yang memadai dalam rangka upaya penurunan

Page 16: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

168

2:58 PM Wed, Dec 26, 2012

Untitled

Page 1

0.00 25.00 50.00 75.00 100.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

5:

5:

5:

0

29065

58130

0

10000

20000

0

100

200

0

10000

20000

0

3e+010.

6e+010.

1: Biomass 2: Pert Biomass 3: Ef f ort 4: Hsl Tangkapan 5: Rent

1

1

1

12

2

2

2

3

3

3 3

4

4

44

5

5

5 5

jumlah alat tangkap pada satu wilayah. Iterasi yang dilakukan dalam penelitian

ini didasarkan kepada pola yang diperlihatkan oleh kecenderungan grafik simulasi

yang dihasilkan. Iterasi dilakukan secara bertahap dimulai pada tingkat 10%, 20%,

namun belum memperlihatkan hasil yang diinginkan. Saat dilakukan iterasi pada

tingkat 30%, terjadi perubahan pola pada grafik yang dihasilkan (Gambar 33).

Iterasi ini dilakukan agar hasil tangkapan yang diperoleh tetap stabil dan

ketersediaan sumberdaya dapat dipertahankan. Jika pemberlakuan ini berhasil

maka pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali dapat dilakukan

secara berkelanjutan dan kebijakan pengaturan jumlah alat tangkap terutama purse

seine harus diperbarui. Setelah dilakukan iterasi tiga kali terhadap pengurangan

effort sebanyak 30% atau 184 unit (Gambar 33), dapat dilihat bahwa trend antara

kurva hasil tangkapan dan kurva rente berjalan seiring. Perolehan rente mengikuti

jumlah hasil tangkapan yang diperoleh nelayan, karena harga ikan berfluktuasi

sesuai hasil tangkapan yang diperoleh, jika hasil tangkapan besar maka terjadi

penurunan harga, demikian sebaliknya. Namun bila dilihat kurva pertumbuhan

biomass berada di atas kurva biomass, artinya masih terjadi penambahan biomass

dengan adanya pertumbuhan biomass (Lampiran 16).

Gambar 33 Simulasi hasil tangkapan dan rente dengan pengurangan effort

sebesar 30% atau 184 unit

Page 17: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

169

3:01 PM Wed, Dec 26, 2012

Untitled

Page 1

0.00 25.00 50.00 75.00 100.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

5:

5:

5:

0

29065

58130

0

10000

20000

0

100

200

0

10000

20000

0

3e+010.

6e+010.

1: Biomass 2: Pert Biomass 3: Ef f ort 4: Hsl Tangkapan 5: Rent

1

1

1

1

2

2

22

3

3

3 3

4

4

4 4

5

5

5 5

Pengurangan effort dari 252,47 unit menjadi 184 unit cukup memberikan

pengaruh terhadap hasil tangkapan dan perolehan rente setiap tahunnya. Hasil

iterasi ini tidak memperlihat perubahan seketika terhadap kondisi ketersediaan

sumberdaya di alam, karena sumberdaya membutuhkan waktu untuk berkembang

dan tumbuh menjadi besar.

3) Skenario 3

Skenario 3, dilakukan pembatasan atau pengurangan effort dari 252,47 unit

menjadi 165 unit dengan melakukan iterasi sebanyak 4 kali 10% (40%).

Perubahan ini merupakan perubahan yang ekstrim, dan dapat dilihat bahwa pada

awal tahun hasil tangkapan terus meningkat dan mencapai optimum pada tahun ke

50, hal ini seiring dengan laju pertumbuhan effort. Laju pertumbuhan effort terus

meningkat sampai dengan tahun ke 56, dan mulai tahun ke 57 pertumbuhan effort

menjadi stabil sampai dengan tahun ke 100. Walaupun hasil tangkapan lebih

rendah dari effort, namun masih ada pertumbuhan biomass yang dapat

berkembang dan pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh nelayan (Lampiran 17),

sehingga pemanfaatan sumberdaya dapat dilakukan secara berkelanjutan dan

lestari (Gambar 34).

Gambar 34 Simulasi hasil tangkapan dan rente dengan pengurangan effort

sebesar 40% atau 165 unit

Page 18: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

170

9.5 Pembahasan

Pembahasan dalam bab ini berkaitan dengan penyusunan skenario model

keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali. Skenario tersebut

merupakan langkah dasar penentuan kebijakan keberlanjutan pengelolaan

perikanan lemuru secara lestari dan ramah lingkungan.

Sumberdaya alam secara keseluruhan bersifat dinamis, termasuk

sumberdaya perikanan lemuru yang ada di perairan Selat Bali. Pencapaian hasil

yang optimum dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, tidak terlepas dari

sistem dinamik. Namun, secara keseluruhan dinamika ekosistem sumberdaya

perikanan dan intervensi yang dilakukan oleh manusia dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup dapat mempengaruhi kondisi sumberdaya perikanan baik

langsung maupun tidak langsung.

Pengelolaan, haruslah berorientasi kepada pemecahan masalah secara

ilmiah berdasarkan sifat-sifat biologi, ekologi, dan ekonomi serta sosial budaya

masyarakat dan nelayan perikanan lemuru yang berada di sekitar perairan Selat

Bali. Pengelolaan harus dilakukan dengan merumuskan suatu rencana pengelolaan

berbasis masyarakat dan pendekatan secara ekosistem, dan berwawasan

lingkungan (Zhang at al, 2009).

Keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan ini mengarah kepada

pengelolaan sumberdaya yang berwawasan lingkungan perairan beserta dengan

daya dukungnya, sehingga pemanfaatan sumberdaya dapat dilakukan secara

berkelanjutan dan terjaga secara lestari. Disamping itu kesejahteraan nelayan

melalui pengembangan usaha perikanan yang mereka lakukan dapat ditingkatkan

namun tetap memperhatikan daya dukung lingkungan (Degnbol 2002).

Berdasarkan hasil simulasi yang sudah dilakukan, dapat dilihat bahwa

pengaturan jumlah effort, dalam hal ini berkaitan dengan jumlah unit alat tangkap

purse seine sebagai alat tangkap dominan yang digunakan oleh nelayan Selat Bali

harus segera diatur ulang atau diturunkan menjadi 165 unit (skenario 3). Jika

dilihat secara eksplisit, hal ini terkesan ekstrim, namun jika dilihat secara implisit,

pangaturan seperti ini sangat wajar, karena ketersediaan sumberdaya lemuru

berfluktuasi sesuai dengan kondisi lingkungan perairan Selat Bali itu sendiri.

Page 19: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

171

Secara sosial, pengurangan unit alat tangkap yang mencapai 40% dari hasil

perhitungan (Emsy), bisa dipastikan akan berdampak buruk, karena menyebabkan

terjadinya pengurangan tenaga kerja yang demikian banyak. Seperti kita ketahui

bersama bahwa, satu kapal purse seine bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 45-

55 orang. Untuk mengantisipasi hal ini perlu dilakukan sosialisasi dari pihak

pemerintah baik pusat maupun daerah tentang pengaturan yang dilakukan dalam

rangka mewujudkan keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru secara lestari

dan ramah lingkungan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah

mengevaluasi SKB tahun 1992, merumuskan dengan pasti dalam bentuk Rencana

Pengelolaan Perikanan (RPP), serta mencari solusi yang tepat untuk

mengantisipasi meledaknya tenaga pengangguran sebagai akibat pengurangan unit

panangkapan lemuru. Antisipasi lain yang dapat dilakukan adalah mengalihkan

unit alat tangkap pure seine untuk menangkap jenis ikan pelagis lainnya yang

terdapat di perairan Selat Bali atau melakukan relokasi nelayan.

Zulbarnaini (2002), menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan

kajian yang sudah dilakukan dalam rangka pengelolaan sumberdaya lemuru di

Selat Bali, jumlah alat tangkap (purse seine) yang layak dioperasikan adalah

sebesar 130 unit. Mengingat ketersediaan sumberdaya tidak bisa diprediksi

dengan tepat, dan jika pengurangan jumlah effort menjadi 165 unit yang boleh

beroperasi, artinya tidak tertutup kemungkinan dilakukan revisi terhadap Surat

Keputusan dua Gubernur Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali nomor 238 dan

674 tahun 1992, yang mana di dalam SKB tersebut ditetapkan jumlah kapal purse

seine yang diijin melakukan penangkapan di perairan Selat Bali sebanyak 273

unit, dengan rincian 190 unit untuk Provinsi Jawa Timur dan 83 unit untuk

Provinsi Bali. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Merta (1992) memberikan

beberapa alternative untuk keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru di Selat

Bali. Salah satu alteranatif tersebut adalah jumlah kapal purse seine yang

beroperasi berdasarkan SKB dua gubernur Provinsi Jawa Timur dan Bali

sebanyak 273 unit (sesuai SIUP) dikurangi menjadi 252 unit. Dalam penelitian

ini, sesuai dengan pembahasan pada bab 6 bahwa hasil perhitungan Emsy adalah

252,47 unit. Jadi hasil ini sesuai atau mempunyai kemiripan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Page 20: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

172

Berdasarkan hasil perhitungan analisis sumberdaya perikanan lemuru

sebagaimana sudah diuraikan pada bab 6, bahwa Emsy perikanan lemuru adalah

sebesar 252,47 unit. Namun demikian, berdasarkan hasil analisis dinamik, jumlah

tersebut tidak bisa diterapkan, karena dengan jumlah tersebut pola grafik yang

muncul menunjukkan ketersediaan sumberdaya yang menurun. Kondisi

sumberdaya yang menurun tidak dapat memaksimalkan pertumbuhan biomass.

Jika hal ini dibiarkan terus meneruskan bisa dipastikan pada satu titik tertentu

sumberdaya yang ada akan habis. Upaya penangkapan yang terus meningkat

mengakibatkan rente ekonomi yang diperoleh semakin kecil, karena biaya yang

dikeluarkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh,

atau lebih tepatnya nelayan hanya menerima opportunity cost dari usaha

penangkapan yang dilakukan.

Waktu, dalam analisis model dinamik dijadikan sebagai patokan dalam

melakukan keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru. Maksudnya disini

adalah, unsur waktu yang digunakan dalam pengelolaan perikanan lemuru terkait

dengan pilihan, apakah akan dimanfaatkan sekarang atau nanti. Rente yang

dihasilkan dari analisis dinamik pada masa yang akan datang sangat berpatokan

kepada hasil pemanfaatan sumberdaya lemuru yang dilakukan pada masa kini.

Pertumbuhan secara alami tetap berlangsung dan akan berjalan dengan

baik sepanjang kondisi lingkungan perairan juga dalam kondisi baik.

Pertumbuhan secara alami akan mempengaruhi produktifitas biomass sumberdaya

lemuru. Produktifitas biomass dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

perairan yaitu faktor oseanografi dan klimatologi. Parameter oseanografi yang

berpengaruh adalah sebaran klorofil-a. Sebaran klorofil-a, sangat mempengaruhi

keberadaan sumber makanan bagi lemuru karena lemuru merupakan planton

feeder , banyak atau sedikit sebaran klorofil-a yang ada di satu kawasan perairan

dipengaruhi oleh zat hara yang terkandung dalam perairan, ditunjang oleh proses

upwelling yang terjadi, sehingga ketersediaan makanan menjamin

keberlangsungan hidup lemuru. Faktor klimatologi yang berpengaruh adalah

angin. Angin yang terjadi di Selat Bali berpengaruh terhadap perubahan arus

permukaan. Arus permukaan yang terjadi berakibat pada pengadukan massa air

sehingga unsur-unsur hara yang terdapat di bawah permukaan air naik

Page 21: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

173

kepermukaan sehingga proses jejaring makanan berlangsung dengan baik. Secara

dinamik, faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan biomass.

Meskipun secara umum faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh

manusia, namun berdasarkan hasil analisis secara regresi linier ternyata

memberikan pengaruh sebesar 43,5%. Sedangkan 56,5% dipengaruhi oleh faktor

manusia yang memanfaatkan sumberdaya itu sendiri. Kematian, sebagai pengaruh

ekologi, terjadi karena adanya mangsa dan pemangsa, mati akibat umur, dan bisa

disebabkan oleh kondisi ekstrim yang terjadi di lingkungan perairan.

Faktor ekosistem perairan lainnya, seperti sebaran terumbu karang, padang

lamun, dan hutan mangrove yang ada di sekitar perairan Selat Bali, tidak dapat

dimasukkan dalam analisis dinamik, karena ikan lemuru merupakan ikan pelagis

dan daerah penyebarannya lebih ke tengah laut. Namun demikian, jika kegiatan

yang dilakukan oleh pelaku usaha di wilayah darat, tanpa ada pengawasan yang

intensif dari pihak-pihak berkompeten, maka tidak tertutup kemungkinan akan

berpengaruh terhadap kondisi perairan di lokasi daerah penangkapan lemuru.

Berdasarkan hasil simulasi secara dinamik, dan untuk mencegah terjadinya

eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya perikanan lemuru dapat

dilakukan beberapa usulan perbaikan agar pemanfaatan sumberdaya perikanan

lemuru dapat dilakukan secara berkelanjutan dan lestari sebagai berikut:

1. Pembatasan jumlah alat tangkap; Sebagaimana skenario 3 dari hasil

simulasi dinamik, pengendalian ketersediaan sumberdaya perikanan lemuru

harus dilakukan pembatasan jumlah alat tangkap (purse seine). Hal ini

dilakukan untuk mempertahan kondisi sumberdaya lemuru dan sumberdaya

tersebut dapat tumbuh secara alami untuk berkembang sampai dengan

ukuran tertentu yang layak untuk ditangkap dan mempunyai nilai ekonomis

tinggi.

2. Pengaturan waktu tangkap; Pengaturan waktu tangkap perlu dilakukan,

karena lemuru lebih bersifat musiman, dimana pada musim-musim tertentu

lemuru yang tersedia sesuai dengan ukurannya masing-masing, maka

pengaturan waktu tangkap dianggap salah satu alternatif yang sangat baik

dalam rangka upaya pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru secara

Page 22: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

174

berkelanjutan. Hal yang belum bisa diketahui sampai sekarang adalah

berapa jumlah ikan lemuru tertangkap oleh nelayan berdasarkan ukuran ikan

sesuai penamaan di Selat Bali dan pada bulan apa masing-masing ukuran

ikan tersebut ditangkap. Jika data masing-masing ukuran ikan hasil

tangkapan tersebut tercatat dan terdata dengan baik, maka sangat mudah

untuk melakukan pengaturan waktu tangkap, jika waktu tangkap dapat

diterapkan maka pengelolaan sumberdaya lemuru secara berkelanjutan dan

lestari dapat terwujud.

3. Pengaturan ukuran mata jaring;. Dengan pengaturan ukuran mata jaring,

maka lemuru berukuran kecil yaitu 5 – 10 cm yang biasa disebut oleh

masyarakat pesisir Selat Bali dengan sempenit dapat lolos atau tidak

tertangkap. Usulan yang pernah dibuat berdasarkan hasil penelitian Merta

(1992), bahwa ukuran mata jaring purse seine pada bagian kantong adalah

1 inchi dan pada bagian badan/penghadang adalah 2,5 inchi, namun pada

kenyataannya di lapangan sampai saat penelitian ini dilakukan, nelayan

setempat masih menggunakan ukuran mata jaring ¾ inchi pada bagian

kantong.

Tiga hal tersebut di atas, merupakan hal pokok yang perlu mendapat

perhatian dalam melakukan pengelolaan sumberdaya. Secara dinamik, sudah

dibuktikan bahwa jumlah alat tangkap yang ideal dioperasikan di Selat Bali untuk

penangkapan lemuru adalah 165 unit (skenario 3), karena dapat memberikan

kontribusi secara berkelanjutan terhadap ketersediaan sumberdaya. Hal ini

ditunjukkan pada Gambar 34, dimana biomass yang ada masih memungkinkan

untuk tumbuh dan berkembang, sehingga nelayan dapat memanfaatkan

sumberdaya dalam jangka waktu yang lebih lama.

Purse seine, sebagai alat tangkap unggulan dan dapat dikembangkan

sebagai alat tangkap untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru di Selat

Bali. Namun pengembangan alat ini perlu kontrol dari pihak yang berkompeten

dalam rangka pengendalian pemanfaatan sumberdaya. Purse seine, sebagai alat

tangkap aktif sangat memungkinkan untuk menghasilkan ikan dalam jumlah yang

banyak untuk sekali hauling. Untuk itu pengaturan ukuran mata jaring purse

Page 23: 9 MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN … · Perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan didorong oleh suatu motivasi atau intervensi ... hasil biaya dan manfaat

175

seine yang digunakan oleh nelayan perlu mendapat perhatian serius bagi

pemerintah baik pusat maupun daerah. Dalam SKB dua Gubernur Provinsi Jawa

Timur dan Bali tahun 1992, sebenarnya sudah dituangkan ketentuan dan

pengaturan berkaitan dengan ijin kapal dan ukuran mata jaring yang digunakan.

Namun pelaksanaan di lapangan belum optimal. Jadi hal yang perlu ditingkatkan

adalah sosialisasi terhadap peraturan yang ada kepada masyarakat dan nelayan

sebagai pelaku usaha penangkapan lemuru.

9.6 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan setelah dilakukan

analisis data serta simulasi dinamik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

perbandingan dalam pemodelan dari 3 skenario yang sudah dibuat, disini terlihat

skenario 3 dengan jumlah effort 165 unit lebih baik bila dibandingkan dengan

kondisi existing dan skenario 2 dengan jumlah effort 184 unit.