·8uruh - Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/... · Terpuruknya...

2
Pikiran Rakyat Senin o 3 17 18 19 o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26 12 13 14 15 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr Me; OJun OJul 0 Ags OSep OOId ONov ODes Saatnya Mereposisi Ger can ·8uruh K EPENTINGAN uta- ma kaum borjuis adalat: mempero/eh keuntungan yang maksimum. Seba/iknya, yang proletar perlu gaji yang /ebih, gaji yang mengurangi keuntungan ma- .jikan, dan manaka/a majikan tidak memenuhi tuntutan pekerja terjadilah konjlik in- dustri. (Karl Marx) Berulang-ulang peringatan Hari Buruh Sedunia pada 1 Mei (May Day), sesungguhnya bukan hanya rutinitas pengera- han massa ke jalan-jalan dan atau pusat kekuasaan. Aka.n tetapi juga berbagai pertun- jukan (teaterikal), spanduk, baliho yang isinya, tiada lain as- pirasi dari kenyataan yang di- alami kaurn buruh yang masih belurn berubah nasibnya. Para buruh masih saja di- hadapkan pada kenyataan pahit bahwa mereka seakan menjadi kelompok yang merasa dimarjinalkan dan "di- hisap" keringatnya oleh para pemilik modal, majikan, dan pemerintah. Alam tetapi, yang menjadi persoalan dan tan- tangan, tentunya adalah sejauh mana aksi-aksi unjuk rasa de- ngan pengerahan massa ini, efektif dan efisien dalam upaya memperjuangkan nasib mere- ka. Di sisi lain, apakah para buruh menyadari bahwa ge- rakan massa seperti ini benar- benar murni sebagai pola per- juangan atas nama perubahan nasib. Bukankah gerakan massa dalam wujud yang dikoordi- nasi oleh organisasi buruh, masih saja bermuatan politik praktis dan rentan dengan tin- dakan-tindakan yang cen- derung anarkis, mengahasut, menghujat, dan atau kon- . frontatif. Lebih mengkhawatir- kan lagi adalah cara pandangan buruh yang melihat para pemi- lik modal, majikan, atau pe- merintah sebagai "musuh" yang harus "dilawan". Unjuk rasa buruh memiliki relevansi dengan gerakan sosial, karena unjuk rasa buruh tidaklah berdiri sendiri tanpa faktor-faktor penyebab, baik dalam lingkup kepentingan pribadi, kolektif, organisasi, maupun pengaruh global para buruh dalam hubungan pro- duksi dan relasi sosial. Se- muanya merupakan proses in- teraksi dan komunikasi satu samalain. Gerakan buruh sebagai ge- rakan sosial juga dapat dilihat dalam gagasan liberal individu- alisme, yang menekankan akan arti pentingnya hak-hak dan kebebasan individu dan rasio- nal, sifatnya diletakkan sebagai kata kunci untuk memahami kehidupan sosial, terutama as- pek ekonomi dan politik. Para penganutnya percaya, kehidu- pan sosial senantiasa berjalan di bawah kendali motif ke- pentingan pribadi, yang mele- kat dalam diri kepada setiap in- dividu. Perspektifliberal-indivi- dual ini menyumbangkan ga- gasan terhadap studi gerakan sosial yaitu, faktor pendorong utama lahirnya gerakan sosial adalah karena adanya ke- pentingan pribadi dari setiap individu yang terlibat di dalam- nya. Para pemerhati buruh me- nunjukkan berbagai kisah menyedihkan, yang dialami para buruh sejak penjajahan sampai sekarang di era refor- masi. Badan Pusat Statistik (BPS, 2010), mengatakan, seki- tar 75 persen tenaga kerja di Indonesia adalah pekerja "ke- rah biru" (pekerja kasar), yakni pekerja yang melakukan pekerjaan dengan tangannya atau mencari nafkah dengan tenaga fisik. Dari sekitar 95 ju- ta tenaga kerja yang bekerja pa- da 2007, sebesar 70,22 juta orang masuk kategori pekerja kerah biru, sementara 24,78 ju- ta orang pekerja kerah putih (mengandalkan kemampuan intelektual untuk mencari nafkah). Para pekerja kerah biru yang relatiflebih tidak terdidik, se- hingga posisi tawar buruh kelompok ini terhadap perusa- haan biasanya lebih lemah, bukan hanya menyangkut upah, tetapijuga hak-hak nor- matifburuh lainnya, seperti jaminan sosial, asuransi kese- hatan, dan jaminan hari tua, serta hak-hak lainnya. Dinami- ka gerakan buruh di Indonesia tak lepas dari politik perbu- ruhan, konflik kepentingan, serta ideologi. Pemurnian kembali orientasi gerakan buruh . Indonesia merupakan pr .es panjang yang semestin a terus dikritisi dan dikawal d gan sungguh- . sungguh oleh b iruh itu sendiri maupun para elite negeri, seba- gai wujud tan gjawab sosial keneg . Betapa tidak mudah untuk at memaha- mi gerakan bun. ,sebagai ben- tuk murni perju: gan dan ger- akan sosial eko mi. Buruh . penderitaan Kaurn buruh elalu diiden- tikkan dan mem roleh label sebagai kaurn Iei ah, kasar, un- educated, dim iinalisasikan oleh sistem yang lebih kuat se- cara sosial, politik, dan ekono- Kllplng Humas Onpad 2011 -I

Transcript of ·8uruh - Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/... · Terpuruknya...

Page 1: ·8uruh - Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/... · Terpuruknya nasib buruh yangsemakin transparan ibarat gunung es,yangmewakiliratu-san ribu kaum

Pikiran Rakyat• Senino 3

17 18 19

o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

12 13 14 1527 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr • Me; OJun OJul 0 Ags OSep OOId ONov ODes

Saatnya Mereposisi Ger can·8uruh

K EPENTINGAN uta-ma kaum borjuisadalat: mempero/eh

keuntungan yang maksimum.Seba/iknya, yang proletarperlu gaji yang /ebih, gaji yangmengurangi keuntungan ma-

.jikan, dan manaka/a majikantidak memenuhi tuntutanpekerja terjadilah konjlik in-dustri. (Karl Marx)

Berulang-ulang peringatanHari Buruh Sedunia pada 1

Mei (May Day), sesungguhnyabukan hanya rutinitas pengera-han massa ke jalan-jalan danatau pusat kekuasaan. Aka.ntetapi juga berbagai pertun-jukan (teaterikal), spanduk,baliho yang isinya, tiada lain as-pirasi dari kenyataan yang di-alami kaurn buruh yang masihbelurn berubah nasibnya.

Para buruh masih saja di-hadapkan pada kenyataanpahit bahwa mereka seakanmenjadi kelompok yangmerasa dimarjinalkan dan "di-hisap" keringatnya oleh parapemilik modal, majikan, danpemerintah. Alam tetapi, yangmenjadi persoalan dan tan-tangan, tentunya adalah sejauhmana aksi-aksi unjuk rasa de-ngan pengerahan massa ini,efektif dan efisien dalam upayamemperjuangkan nasib mere-ka. Di sisi lain, apakah paraburuh menyadari bahwa ge-rakan massa seperti ini benar-benar murni sebagai pola per-juangan atas nama perubahannasib.

Bukankah gerakan massadalam wujud yang dikoordi-nasi oleh organisasi buruh,

masih saja bermuatan politikpraktis dan rentan dengan tin-dakan-tindakan yang cen-derung anarkis, mengahasut,menghujat, dan atau kon- .frontatif. Lebih mengkhawatir-kan lagi adalah cara pandanganburuh yang melihat para pemi-lik modal, majikan, atau pe-merintah sebagai "musuh"yang harus "dilawan".

Unjuk rasa buruh memilikirelevansi dengan gerakansosial, karena unjuk rasa buruhtidaklah berdiri sendiri tanpafaktor-faktor penyebab, baikdalam lingkup kepentinganpribadi, kolektif, organisasi,maupun pengaruh global paraburuh dalam hubungan pro-duksi dan relasi sosial. Se-muanya merupakan proses in-teraksi dan komunikasi satusamalain.

Gerakan buruh sebagai ge-rakan sosial juga dapat dilihatdalam gagasan liberal individu-alisme, yang menekankan akanarti pentingnya hak-hak dankebebasan individu dan rasio-nal, sifatnya diletakkan sebagaikata kunci untuk memahamikehidupan sosial, terutama as-pek ekonomi dan politik. Parapenganutnya percaya, kehidu-pan sosial senantiasa berjalandi bawah kendali motif ke-pentingan pribadi, yang mele-kat dalam diri kepada setiap in-dividu. Perspektifliberal-indivi-dual ini menyumbangkan ga-gasan terhadap studi gerakansosial yaitu, faktor pendorongutama lahirnya gerakan sosialadalah karena adanya ke-pentingan pribadi dari setiap

individu yang terlibat di dalam-nya.

Para pemerhati buruh me-nunjukkan berbagai kisahmenyedihkan, yang dialamipara buruh sejak penjajahansampai sekarang di era refor-masi. Badan Pusat Statistik(BPS, 2010), mengatakan, seki-tar 75 persen tenaga kerja diIndonesia adalah pekerja "ke-rah biru" (pekerja kasar),yakni pekerja yang melakukanpekerjaan dengan tangannyaatau mencari nafkah dengantenaga fisik. Dari sekitar 95 ju-ta tenaga kerja yang bekerja pa-da 2007, sebesar 70,22 jutaorang masuk kategori pekerjakerah biru, sementara 24,78 ju-

ta orang pekerja kerah putih(mengandalkan kemampuanintelektual untuk mencarinafkah).

Para pekerja kerah biru yangrelatiflebih tidak terdidik, se-hingga posisi tawar buruhkelompok ini terhadap perusa-haan biasanya lebih lemah,bukan hanya menyangkutupah, tetapijuga hak-hak nor-matifburuh lainnya, sepertijaminan sosial, asuransi kese-hatan, dan jaminan hari tua,serta hak-hak lainnya. Dinami-ka gerakan buruh di Indonesiatak lepas dari politik perbu-ruhan, konflik kepentingan,serta ideologi.

Pemurnian kembali orientasi

gerakan buruh . Indonesiamerupakan pr .es panjangyang semestin a terus dikritisidan dikawal d gan sungguh- .sungguh oleh b iruh itu sendirimaupun para elite negeri, seba-gai wujud tan gjawabsosial keneg . Betapa tidakmudah untuk at memaha-mi gerakan bun. ,sebagai ben-tuk murni perju: gan dan ger-akan sosial eko mi.

Buruh . penderitaanKaurn buruh elalu diiden-

tikkan dan mem roleh labelsebagai kaurn Iei ah, kasar, un-educated, dim iinalisasikanoleh sistem yang lebih kuat se-cara sosial, politik, dan ekono-

Kllplng Humas Onpad 2011

-I

Page 2: ·8uruh - Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/... · Terpuruknya nasib buruh yangsemakin transparan ibarat gunung es,yangmewakiliratu-san ribu kaum

ANDRI GURNITArPRM

PEKERJ~ yang tergabung dalam SBM KASBI cv Sandang Saritex medatangi Kantor DinasTenaga Kerja Kota Bandung untuk menyampaikan aspirasinya di Jln. Martanegara, Bandung, 23Maret lalu. *

mi. Keringat dan tenaga mere-ka dalam konstelasi sejarahmanusia telah menjadi simbolpenderitaan dan perjuangankaum lemah yang selalu tertin-das dan ditindas.

Buruh, seakan menjadi pro-duk dari komoditas bisnis dan .budaya, yang tak pernah dimi-nati dan dihargai eksistensinyasebagai manusia yang layak un-tuk hidup normal dan se-jahtera. Kekeliruan dan mani-pulasi pemikiran begitu menye-jarah dalam dikotomi, yang an-tagonis di antara para elitebirokrasi, elit masyarakat,kaum borjuis dan proletar(kaum buruh), sehingga per-juangan yang dilakukan kaumburuh menjadi peIjuangan tan-pa batas waktu dan ruang. Ra-tapan dan jeritan kaum buruhbelum mampu menggugah ke-sadaran nurani para elitebirokrasi dan para pengusaha.

Sejak reformasi 1998, buruhseakan menemukan ruang ge-raknya kembali untukmenyalurkan berbagai aspi-rasinya, yang pada masa OrdeBarn sempat dibungkam. Ge-rakan buruh dalam praktiksosial ekonomi, politik, dan bu-.daya tidaklah berhenti di tem-pat mereka bekeIjajuga dalamruang-ruang publik.

Terpuruknya nasib buruhyang semakin transparan ibaratgunung es, yang mewakili ratu-san ribu kaum buruh ataubahkan puluhan juta dalam ke-hidupan sehari-hari sangatmemprihatinkan.

Gerakan buruh sebagai salahsatu bagian dari gerakan sosial

merupakangerakanatasnamakelompok buruh, yang dilem-bagakan dalam hubungan per-lawanan menuju eksistensimasyarakat, melibatkan ikatanlangsung antara pemimpindengan pengikutnya, sebagaiupaya kolektif untuk mencapaisuatu perubahan sosial. Ge-rakan sosial dapat dilihat seba-gai upaya kolektif untuk men-capai suatu tatanan hidup yangbarn.

Sudah saatnya, pemerintah(aparat terkait) menjadi wasityang benar-benar fair tanpa ni-at untuk memanfaatkan kewe-nangan yang dimilikinya,apalagi "main mata" terhadapberbagai temuan negatif di pe-rusahaan. Demikian juga parapengusaha tak lagi "meman-jakan" oknum-oknumbirokrasi dan atau politisi yangselalu berkelit di balik DU, per-da, dan atau demi keberlang-sungan perusahaan.

Demikian juga kaum buruhdan organisasinya, sebaiknyamelakukan kotemplasi danreevaluasi atas berbagai kiprah-nya (reposisi), termasuk ge-rakan massanya agar lebihmemberikan makna yang lebihsignifikan bagi perjuangan na-sib para buruh. Pola-pola lamayang tidak aspiratif dan me-mandang pengusaha atau bu-ruh sebagai "musuh'" harus su-dab ditinggalkan dan digantidengan cara pandang barnyang lebih humanis.Suwandi Surnartias,

pengajar Hubungan Industrialdan Ketua Jurusan HumasFikom Unpad Bandung. **