87468654-REFERAT-JIWA.pdf

19
1 MAYOR DEPRESSIF DISORDER (MDD) I. PENDAHULUAN Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri. 1 Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan kognitif berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional. Satu dari tujuh orang akan menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa tidak terdiagnosis kecuali dengan kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi kesehatan mental juga harus dapat mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari MDD dengan penyakit medis lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter, ataupun internis atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis lainnya, juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada pasien. 1 II. DEFENISI Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif. Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia- sia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun. 2,3

description

87468654-REFERAT-JIWA.pdf87468654-REFERAT-JIWA.pdf87468654-REFERAT-JIWA.pdf87468654-REFERAT-JIWA.pdf87468654-REFERAT-JIWA.pdf

Transcript of 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

Page 1: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

1

MAYOR DEPRESSIF DISORDER (MDD)

I. PENDAHULUAN

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah

masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke

fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri

tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir

dengan bunuh diri.1

Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan

kognitif berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive

disorder (MDD) yang berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional.

Satu dari tujuh orang akan menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa

tidak terdiagnosis kecuali dengan kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak

hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi kesehatan mental juga harus dapat

mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari MDD dengan penyakit medis

lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter, ataupun internis

atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis

lainnya, juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada

pasien.1

II. DEFENISI

Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi

sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub

(arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan

dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan

kognitif. Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan

emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini,

perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-

sia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun. 2,3

Page 2: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

2

Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima

atau lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada

gangguan mood, atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode

depresi berat menurut kriteria DSM-IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem

yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif

(seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu

(seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang

signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau

gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa

besar.2,4,5

III. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi dari MDD adalah 1,6-3,1 kali lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan insiden yang besar di

Amerika dan Eropa Barat. Episode depresi meningkat karena perbedaan hormonal

pada saat haid dan menopause, stress psikososial, dan kelahiran anak.1,5

Berdasarkan usia, Populasi dunia 18-64 tahun, onset depresi antara 24-35

tahun dengan rata-rata usia 27 tahun. Terdapat beberapa perkembangan yang

menyatakan bahwa usia yang lebih muda onset depresi meningkat. Sebagai

contoh, 40% individu dengan depresi memiliki episode depresi pertama kali pada

usia 20 tahun, 50 % episode pertama antara usia 20 sampai 50 tahun, dan 10%

setelah usia 50 tahun.1,5

IV. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu

diasumsikan oleh banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa

sindrom yang ada dengan gejala yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis,

Page 3: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

3

dan sosial berkaitan dengan MDD, tetapi penemuan terbaru menyatakan genetic,

gambaran neurologis, dan biologi molekuler sudah menjelaskan beberapa

hubungan dengan tekanan yang besar ini, terutama pada modulasi dari kehidupan

pada proses genetic dan neurobiology.1,2,5

Genetik

Penemuan keluarga, kembar, dan adaptasi

Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga

kali lebih besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengn MDD, dengan

onset umur dan depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar. Studi

adopsi, kebanyakan dari mereka di Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh

lebih mungkin dengan adanya kekerabatan biologis dibandingkan dengan orang

tua asuh untuk menderita depresi. Studi anak kembar yang membandingkan

kembar monozigot dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan genetik dari

pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit. Perkiraan dari studi anak kembar

kapasitas depresi diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang

jenis kelamin. hasil yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar

genetik untuk MDD.1

Neurobiologi

Monoamin

Hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis depresi

selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan pengamatan dari mekanisme kerja

antidepresan, hipotesis ini menyatakan bahwa depresi merupkan hasil dari defisit

serotonin (5-HT) di otak atau neurotransmisi norepinefrin pada sinaps.

Antidepresan bertindak dengan menghalangi transpor serotonin (SERT), yang

meningkatkan ketersediaan neurotransmiter ke dalam celah sinaps. Namun, teori

ini tidak sesuai dengan penundaan onset efek terapi antidepresan karena kenaikan

neurotransmiter sinapsi terjadi segera penghambatan pengambilan kembali. Studi

Page 4: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

4

tryptophan deplesi dan katekolamin juga belum menghasilkan bukti untuk defisit

sederhana di tingkat neurotransmitter atau fungsi pada MDD.1,2,5

Axis hipotalamus-hipofisis-adrenal

Perubahan dalam sumbu hipothalamic-hipofisis-adrenal telah lama diakui

dikaitkan dengan MDD. Efek stes biologis dimediasi oleh sekresi faktor pelepasan

kortikotropin / hormon (CRF / CRH) meningkatkan sekresi hormon

adrenocortitrophic (ACTH) dan melepaskan glukokortikoid. Glukokortikoid

mengubah sensitivitas reseptor noradrenergik melalui peraturan adrenoceptors

beta-dengan adenilat siklase di otak. Hasil stres kronis pada hipersensitivitas

sumbu hipotalamus hipofisis adrenal dan MDD dikaitkan dengan

immunoreactivity CRF meningkat dan ekspresi gen dari CRF dalam nukleus

hipotalamus paraventrikular, dan turun-regulasi reseptor CRF-R1 di korteks

frontal. sekresi glukokortikoid lama menyebabkan efek neurotoksik, terutama

pada neurogenesis di hippocampus1

Tidur

Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap sebagai fitur

utama dari depresi klinis sehingga tidak mengherankan bahwa studi biologi telah

difokuskan pada disregulasi tidur pada MDD. polysomnography digunakan untuk

mendeteksi gangguan tidur di MDD, dan memperlihatkan beberapa dari tanda-

tanda biologis yang paling kuat di depresi. Masih ada kontroversi tentang apakah

depresi menyebabkan perubahan dalam tidur adalah penanda karakteristik,

mendahului onset depresi, dan memprediksi relaps pada pasien yang dilaporkan,

sehingga menunjukkan peran pathoogenetic untuk gangguan tidur diMDD.1,5

Kotak 1. Abnormalitas Tidur Polisomnografi pada gangguan depresi mayor 1

Onset awal REM (Rapid Eye Movement)

Peningkatan tidur REM

Peningkatan lamanya REM

Page 5: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

5

Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep (SWS)

Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam

Gangguan pada slow wave activity (SWA)

Neuropsikologi

Kognitif dan Daya Ingat

Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan daya

ingat, terutama pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang tersamar.

Sebagai tambahan, ada beberapa defisit ingatan dalam jangka panjang dan

pengambilan daya ingat yang diucapkan, dan fungsi kognitif khusus seperti

pemilihan strategi dan pemantauan performa.1

Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur

neuron dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan

ingatan. Volume hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama dengan

episode yang berulang atau kronis atau trauma masa lalu.1

Lingkungan dan kejadian kehidupan

Depresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada

episode depresi pertama atau kedua. Pengalaman masa kanak yang berat seperti

kekerasan pada anak, kehilangan orang tua, dan dukungan sosial yang buruk

adalah stres yang paling umum yang terjadi pada pasien depresi. Peningkatan

bukti yang menyatakan bahwa stres dan trauma dapat mengakibatkan gangguan

sistem biologik pada depresi.1,2,5

Studi kembar memperlihatkan innteraksi antara resiko genetik dan kejadian

saat hidup dalam berkembangya depresi. Kehidupan yang penuh dengan stres

tidak terdapat resiko dalam menghasilkan depresi pada wanita dengan faktor

Page 6: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

6

genetik yang rendah., tetapi kejadian saat hidup dapat meningkatkan resiko

depresi dengan adanya peningkatan faktor genetik pada depresi.1

V. GEJALA

Mood yang rendah. Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya

dengan mood yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi

berbeda secara kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan dalam batas

normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang pada umumnya. Beberapa

menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti ingin menangis, lainnya

memperlihatkan respon emosional yang buruk.1

Minat. Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada

merupakan salah satu tanda penting pada depresi. Anhedonia juga

memperlihatkan sebagai pembedanya, dan tetap ada walaupun penderita tidak

memperlihatkan mood yang turun. Kehilangan minat seksual, keinginan, atau

fungsi juga umum terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan

terdekat atau konflik rumah tangga.1,6

Tidur. Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang klasik

adalah terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal

insomnia), tetapi tidur dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah

malam (insomnia pertengahan) juga umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam

hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat saat cemas menyertai.

Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang

umum terjadi pada pasien depresi.1

Tenaga. Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti

sulit untuk memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik,

dan bisa berhubungan dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang

berat, aktivitas rutin seperti kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan

terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari kelelahan adalah kelumpuhan yang

Page 7: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

7

dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya yang membuat hal ini

atau mereka seperti berjalan di air.1

Rasa bersalah. Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal

yang umum dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi

sering salah menginterpretasikan kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung

jawab kejadian negative diluar kemampuan mereka, ini dapat menjadi suatu porsi

delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat menyertai dan rasa bersalah yang

muncul kembali.1

Konsentrasi. Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah

hal yang sering dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya

menyebabkan permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan

kognitif bisa salah didiagnosis sebagai dementia onset dini.1

Nafsu makan/berat badan. Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam

makan akan menyebabkan kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa

pasien harus memaksa dirinya sendiri untuk makan. Bagaimanapun, pasien

lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa ketika depresi, atau perlakuan

sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. Tetapi, berkurangnya

aktifitas dan olahraga akan menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom

metabolic. Perubahan berat badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan

harga diri.1

Aktivitas psikomotor. Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada

fungsi motorik tanpa adanya kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada

depresi. Kemunduran psikomotor meliputi sebuah perlambatan (melambatnya

gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon pembicaraan yang lama) dimana

pada keadaan yang ekstrem dapat menjadi mutisme atau katatonik. Kecemasan

juga dapat bersamaan dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat, sangat

berenergi, tidak dapat duduk diam).1,6

Page 8: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

8

Bunuh diri. Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan

bunuh diri diharapkan semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh

diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri

merupakan hal yang serius, pasien depresi sering kekurangan tenaga dan motivasi

untuk melaksanakan bunuh diri. Tetapi, bunuh diri merupakan hal yang menjadi

pusat perhatian karena 10-15% pasien yang dirawat inap adalah pasien yang

matinya karena bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah

saat awalan pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik

selain gejala kognitif (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak

seperti apa yang mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri.1

Gejala lain. Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang

umum pada depresi. Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan

dalam kemarahan dan kesedihan, dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal

kecil adalah yang sering terlihat. Variasi diurnal mood, dengan kekhawatiran pada

pagi hari, dapat muncul. Depresi sering menyebabkan berkurangnya kepercayaan

diri dan harga diri dengan pemikiran bahwa dirinya tidak berguna didukung

dengan keputusasaan. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi

sakit fisik, seperti sakit kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis

lainnya.1,6

VI. DIAGNOSIS

DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan

depresi mayor/ major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang

tidak terklasifikasikan.1

MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi

mayor (Kotak 2). kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada

pada waktu yang sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun

durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga

harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan. Akhirnya, bereavement

dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.1,5

Page 9: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

9

Episode depresi berdasarkan ICD-10 6

Kriteria Umum

1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu

2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk

episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu

3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik

Gejala Utama

1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir

untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak

responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu

2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya

menyenangkan

3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat

Gejala Lainnya

1. Kehilangan percaya diri atau harga diri

2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak

tepat

3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri

4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi,

seperti keraguan atau kebimbangan

5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

6. Gangguan tidur

7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat

badan yang sesuai

Kotak 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor 1,5

A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan

memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood

depresi (2)kehilangan minat

Page 10: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

10

1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari,

diindikasikan dengan laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong)

atau yang dilihat oleh orang sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat

mudah marah

2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal

3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan

atau peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-

anak, berat badan yang tidak naik

4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari

5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang

lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan

atau lamban)

6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari

7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa

terjadi delusi) hampir setiap hari

8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari

9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang

tanpa perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.

B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran

C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan

secara klinis

D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat,

obat-obatan) atau kondisi medis umum (hipotiroid)

E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita

atau saat kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi

mayor dengan jarak penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga

memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi

dan derajat keparahan.1

Page 11: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

11

Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan

pola dari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan

maksud agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan

prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan kriteria-kriteria depresi dengan beberapa

kunci-kuncinya.1

Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6

Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-

TR

Kunci

Depresi melankolis Dengan gambaran

melankolis

Mood nonreaktif,

anhedonia, kehilangan

berat badan, rasa bersalah,

agitasi dan retardasi

psikomotorik, mood yang

memburuk pada pagi hari,

terbangun di pagi buta

Depresi atipikal Dengan gambaran

atipikal

Mood reaktif, terlalu

banyak tidur, makan

berlebihan, paralisis yang

dibuat, sensitive pada

penolakan interpersonal

Depresi psikotik

(waham)

Dengan gambaran

psikotik

Halusinasi atau waham

Depresi katatonik Dengan gambaran

katatonik

Katalepsi, katatonik,

negativism, mutisme,

mannerism, echolalia,

echopraxia (tidak lazim

pada klinis sehari-hari)

Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan

Page 12: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

12

kriteria MDD

Gangguan afektif

musiman

Musiman Onset yang seperti biasa

dan kambuh pada saat

musim tertentu (biasanya

musim gugur/dingin)

Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4

minggu postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan

MDD menjadi tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi

tngkat keparahannya berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal

sosial/pekerjaan dan tanggung jawab individu dan ada atau tidaknya gejala

psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat keparahan depresi berdasarkan

jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang menderita depresi.

Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat

keparahan.1,7

Tabel 4. Derajat keparahan depresi 1

Keparahan

depresi

Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10

Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 gejala depresi lainnya

2. Gangguan minor sosial/

pekerjaan

1. 2 gejala tipikal

2. 2 gejala inti

lainnya

Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

depresi lainnya

2. Gangguan sosial/pekerjaan yang

1. 2 gejala tipikal

2. 3 atau lebih gejala

inti lainnya

Page 13: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

13

bervariasi

Berat 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

depresi lainnya

2. Gangguan sosial atau pekerjaan

yang berat atau ada gambaran

psikotik

1. 3 gejala tipikal

2. 4 atau lebih gejala

inti lainnya

Juga dapat dengan

atau tanpa gejala

psikotik

VII. DIAGNOSIS BANDING

1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)

Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya suatu

hubungan dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan episode depresi mayor.

Tingkat keparahan dan durasi dari gejala dan dampaknya pada fungsi sosial dapat

membantu dalam menyingkirkan antara kesedihan yang mendalam dan MDD.1

Tabel 5. Pembeda antara bereavement dan episode depresi mayor1

Gejala Bereavement Episode depresi

mayor

Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan

Perasaan tidak berguna/tidak

pantas

Tidak ada Ada

Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada

Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada

Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat

Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat

Page 14: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

14

2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis Umum

Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis

khusus yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis

utama sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD. The

Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi

pasien dengan penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan

pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama

banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes,

penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple

sklerosis).1

3. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat

Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan

gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus

dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari

riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk dapat

menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan,

intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara fisoilogis akan

menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat

dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus

obat dapat berlangsung selama beberapa bulan.1

Kotak 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan

gangguan mood yang dipengaruhi zat1

Alcohol

Amfetamin

Anxiolitik

Page 15: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

15

Kokain

Zat-zat halusinogen

Hipnotik

Inhalant

Opioid

Phencycline

Sedative

4. Gangguan Bipolar

Sejarah adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan adanya

gangguan bipolar, tetapi semenjak (1) gangguan bipolar sering berawal dengan

episode depresi, dan (2) pasien bipolar mengalami episode depresi lebih lama

dibandingkan dengan hipomania/mania, hal ini penting untuk untuk mengeluarkan

diagnosis bipolar ketika sedang mendiagnosis MDD. Pada kenyataannya, 5-10%

individu yang mengalami episode depresi mayor akan memiliki episode

hipomanik atau manik didalam kehidupannya. Gejala depresi yang

memperlihatkan suatu gangguan bipolar termasuk didalamnya pemikiran yang

kacau, gejala psikotik, gambaran atipikal (pipersomnia, makan berlebihan), onset

usia dini, dan episode kekambuhan. Gangguan Bipolar II (dengan hipomania) sulit

untuk dikenali karena pasien tidak mengenali hipomania sebagai suatu kondisi

yang abnormal – mereka menerima itu sebagai perasaan yang baik. Informasi

yang mendukung dari pasangan hidup, teman terdekat, dan keluarga sering

menjadi hal yang penting untuk dapat mendiagnosis.1

VIII. PROGNOSIS

Beberapa pasien, MDD dapat menjadi kronis, penyakit yang berulang.

Relaps terjadi pada enam bulan pertama dari masa penyembuhan terjadi pada 25%

pasien, 58% akan relaps setelah lima tahun, dan 85% akan relaps setelah 15 tahun

setelah penyembuhan yang terdahulu. Individu yang mengalami dua episode

Page 16: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

16

depresi terdahulu memiliki 70% kemungkinan untuk menjadi ke tiga kalinya, dan

yang sudah mengalami episode ke tiga memiliki kemungkinan 90% untuk relaps.

Berdasarkan prodres dari penyakitnya, interval antara episode depresi menjadi

lebih pendek dan lebih berat untuk setiap episodenya menjadi lebih luas. Lebih

dari 20 tahun, kekambuhan terjadi sekitar lima sampai enam kali.1,8

Proporsi yang signifikan dari individu dengan depresi kronis meunjukkan

gejala yang bervariasi. Sekitar dua per tiga dari pasien dengan episode depresi

mayor akan sembuh dengan sempurna, dimana satu per tiga pasien dengan depresi

hanya sembuh sementara atau menjadi kronis. Pada penelitian, pasien dengan satu

tahun terdiagnosis post MDD, 40% mengalami penyembuhan tanpa ada gejala

depresi, 20% mengalami gejala berulang tetapi tidak memenuhi kriteria MDD,

dan 40% tetap menjadi menalami episode depresi mayor. Individu dengan gejala

depresi residual yang menetap memiliki resiko tinggi untuk kambuh, bunuh diri,

fungsi psikososial yang buruk, dan tingkat mortalitas yang tinggi dari kondisi

medis lainnya. Sebagai tambahan, 5-10% individu depresi yang memiliki

pengalaman dari episode depresi mayor akan sangat memungkinkan terjadinya

manic atau episode campuran yang mengindikasikan kepada gangguan bipolar.

Beberapa penemuan sudah difokuskan kepada indicator prognosis yang dapat

memprediksikan kemungkinan nilai dalam penyembuhan dan kemungkinan dalam

tingkat kekambuhan pada individu dengan depresi.1,2

IX. TERAPI

Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode

depresif telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan

pribadi pasien. Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama

efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara

farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada

pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan

kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas

dengan kondisi lain, atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1

Page 17: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

17

Farmakoterapi

Anti depresi

- Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine

- Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.

- Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN

OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide

- Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,

Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.

- Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.4,7,9

Psikologi Terapi 2,4,7,9

- Behaviour therapy

- Interpersonal Therapy

- Problem solving

X. KESIMPULAN

Ketika seseorang mengalami gangguan mood atau lebih khususnya mengalami

gangguan depresi yang mana terjadi perubahan dalam kondisi emosional, fungsi

motorik, kogintif serta motivasinya dan jika tidak segera diberi penanganan maka

akan memicu timbulnya gangguan depresi mayor satu episode dan depresi mayor

barulang. Apabila hal tersebut terjadi maka itu akan lebih susah untuk ditangani

dan akan berujung pada bunuh diri. Insiden tinggi pada perempuan dan bersarkan

usia rata-rata pada usia 27 tahun.

Ada beberapa sebab-sebab yang dapat menimbulkan depresi yaitu dari sisi

biologis karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya

neurotransmitter, dari sisi psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian

yang rentan terhadap timbulnya depresi, dari sisi sosial karena keadaan

lingkungan-lingkungan sekitar yang tidak mendukung berlangsungnya kehidupan

yang baik dan dari sisi spiritual adalah kurangnya keimanan dan ketakwaan.

Page 18: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

18

DAFTAR PUSTAKA

1. W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck

Institutes. 2000. p. 1-57.

2. Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13

Maret 2012]: Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm

3. Anonim. Major Depressive Disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on

[13 Maret 2012]: Available from : http://www.All About Depression.com

4. Peveler R, Carson A, Rodin G. Depression in medical patients, in Mayou R,

Sharpe M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ Publishing group

2003. p. 10-3.

5. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams

& Wilkins. 2007. p. 1-89.

6. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and

experience in psychiatry. 2002. p. 8-12.

7. W. Long P. Mayor depressive Disorder, Treatment. [online]. Updated on

Feb. 9, 1998. Cited on [18 Maret 2012]. p 1-31. Available from :

http://www.mentalhealth.com

8. W. Long P. Mayor depressive Disorder. [online]. Updated on 2011. Cited

on [13 Maret 2012]. p 1-6. Available from : http://www.mentalhealth.com

9. Anonim. Depression in Older Adults, in : Mental Health: A report of the

surgeon general. [online]. Update 0n 2012. Cited on [14 Maret 2012]:

Available from : http://www.Mental Health.com

Page 19: 87468654-REFERAT-JIWA.pdf

19

Moeller HJ. Department of Psychiatry, Ludwig-Maxmillians University,

Munich, Germany. 2008. [online]. Update 0n 1997. Cited on [31 Januari

2012] : Vol 9(2). p. 102-14. Available from : file:///D:/18428079.htm

Alexopoulos GS, Katz IR, et al. The Expert Consensus Guidelines®:

Pharmacotherapy of Depressive Disorders in Older Patients. A

Postgraduate Medicine Special Report. The McGraw-Hill Companies, Inc.

October 2001. [online]. Update 0n 1997. Cited on [31 Januari 2012].

Available from : file:///D:/depression.htm

Altshuler LL, Cohen LS, Moline ML, Kahn DA, Carpenter D, Docherty JP.

The Expert Consensus Guidelines®: Treatment of Depression in Women. A

Postgraduate Medicine Special Report. The McGraw-Hill Companies, Inc.

March 2001. [online]. Update 0n 1997. Cited on [31 Januari 2012].

Available from : file:///D:/depression_women.htm

N. Henrndon J. Personalized Depression Therapy (PDT). Vallis Solaris

press. 2001. p. 4,19-20.