keperawatan jiwa.pdf

25
keperawatan jiwa ( HARGA DIRI RENDAH ) By muhammadnuril01 ¶ ¶ Leave a comment BAB II TINJAUAN TEORI 1. A. Pengertian Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama (NANDA, 2005). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat, 2011) Harga diri rendah adalah evaluasi perasaan diri negatif atau merasa tidak mampuyang berlangsung dalam rentang waktu lama (Wilkinson, 2007) 1. B. psikodinamika 6 Menurut Surya Direja (2011),harga diri rendah dapat terjadi secara ; Situasional, Yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, misalnya baru operasi kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba ) Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena ; (1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya ; Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,pemeriksaan perineal ). (2)Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat/sakit atau penyakit. (3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,Misalnya pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Maturasional, Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah ; (a) Bayi/Usia bermain/Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan ,perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat. (b) Usia sekolah ; Berhubungan

Transcript of keperawatan jiwa.pdf

Page 1: keperawatan jiwa.pdf

keperawatan jiwa ( HARGA DIRI

RENDAH )

By muhammadnuril01 ¶ ¶ Leave a comment

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. A. Pengertian

Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri

yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama (NANDA, 2005).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat,

2011)

Harga diri rendah adalah evaluasi perasaan diri negatif atau merasa tidak mampuyang

berlangsung dalam rentang waktu lama (Wilkinson, 2007)

1. B. psikodinamika

6

Menurut Surya Direja (2011),harga diri rendah dapat terjadi secara ; Situasional, Yaitu

terjadi trauma yang tiba –tiba, misalnya baru operasi kecelakaan, dicerai suami, putus

sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan,

dituduh KKN, di penjara tiba-tiba ) Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri

rendah karena ; (1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya ; Pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan

kateter,pemeriksaan perineal ). (2)Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak

tercapai dirawat/sakit atau penyakit. (3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak

menghargai,Misalnya pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa

persetujuan. Maturasional, Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah ;

(a) Bayi/Usia bermain/Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan

,perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan

orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat. (b) Usia sekolah ; Berhubungan

Page 2: keperawatan jiwa.pdf

dengan kegagalan mencapai tingakat atau peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya,

umpan balik negative berulang.

(c) Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan hubungan

teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-masalah pelajaran kehilangan orang

terdekat. (d)Usia sebaya ; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan

penuaan.(e) Lansia ; Berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial, pensiun ). Kronik,

Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau

dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian dirumah sakit akan menabah

persepsi negative terhadap dirinya.

Menurut Iyus yosep (2011) yang mengambil dari hasil riset Malhi (2008, dalam

http//www.tqm.com) menyimpulkan behwa proses terjadinya harga diri rendah diakibatkan

oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam

mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal

ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history

klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang

diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai remaja maka keadaanya kurang

dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di

sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung

mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

Manifestasi yang biasa muncul pada klien ganguan jiwa dengan harga diri rendah, (Fitria,

2009) ; Mengkritik diri sendiri, Perasaan tidak mampu, Pandangan hidup yang pesimis,

Tidak menerima pujian, Penurunan produktivitas, Penolakan terhadap kemampuan diri,

Kurang memperhatikan perawatan diri, Berpakaian tidak rapih,selera makan berkurang, tidak

berani menatap lawan bicara, Lebih banyak menunduk, Bicara lambat dengan nada lemah.

Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko

mencederai diri sendiri dan lingkungan.

1. C. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

diri Diri positif rendah identitras

(Stuart dan Sunden, 1998 : 230 yang dikupip oleh Ernawati dalami 2009)

1. Respon adaptif

2. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan

latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

Page 3: keperawatan jiwa.pdf

3. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari

dirinya.

1. Respon maladaptif

Adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak mampu

memecahkan masalah tersebut. Respon maladaftifnya adalah :

1. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif

dan merasa lebih rendah dari orang lain.

2. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak

memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan

3. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai

kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan sengan orang lain secara

intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan

orang lain

Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana aktivitas merupakan

bentuk hukuman atau punishment (stuart dan laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal

manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-

hari, menjadi pervasif dan muncul bersama penyakit lain.

Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai prilaku telah

dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal yang

negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus-menerus, mengekspresikan sikap

malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidak

mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif,

dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan

umpan balik negatif mengenai dirinya.

Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja

hormon secara umum, yang dapat pada berdampak pada keseimbangan neurotransmiter di

otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi

dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien

lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan tidak berdaya.

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah adalah :

1. System limbic yaitu posisi emosi, dilihat dari emosi pada klien denganharga diri

rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal

terus menerus.

2. Hipotalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien

dengan harga diri rendah dengan membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan

dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama

dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah

dijadwalkan tersebut.

Page 4: keperawatan jiwa.pdf

3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi

sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.

Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada

thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih

sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu

mendominasi pikiran dari klien.

1. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Di bawah ini adalah 5 komponen konsep diri yang meliputi citra tubuh, ideal iri, harga diri,

identitas diri, dan peran (Ernawati dalami, 2009) :

Citra tubuh (body image) : Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan individu secara

sadar, atau tidak sadat, Terhadap tubuhnya yaitu : ukuran, bentuk,, struktur makna, dan

obyek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh dapat

diartikan sebagai kumpulun sikap individu yang disadari maupun tidak ada tubuhnya. Citra

tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis, karena semakin

seseorang dapat menerima dan menyukai tabuhnya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari

kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya

mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya menarik, gemuk, atau kurus, dan lain-

lain.

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh

perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek, pada klien yang

dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada

tiap kondisi kesehatannya apakah semakin membaik atau memburuk, dan hal inilah yang

dapat menentukan harga diri seseorang.

perubahan di antaranya Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit.

Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif seperti operasi, suntikan dan pemasangan

infus. Perubahan struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan

alat di dalam tubuh. Keterbatasan gerak : makan, kegiatan. Makna dan obyek yang sering

kontak : penampilan dan dandanan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien seperti infus,

respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital.

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan

standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama

dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

Page 5: keperawatan jiwa.pdf

Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya berprilaku berdasarkan standar,aspirasi,

tujuan atau nilai yang diyakini. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga

dan ambisi, keinginan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan orang serta

prestasi masyarakat setempat. Individu cenderung mensetting tujuan yang sesuai dengan

kemampuannya, kultural, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas.

Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-

cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.

Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan

observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri beda

dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi

tentang peran serta citra diri.

Peran adalah seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan

fungsi indiidu pada bebagai kelompok sosial, tiap individu mempunyai berbagai peran yang

terintegrasi dalam pola fungsi individu.

1. D. Asuhan keperawatan

1. 1. pengkajian

2. a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Ade herman (2011) adalah

penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yangtidak realistis.

Citra tubuh : (1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh, (2) Perubahan ukuran, bentuk

dan penampilantubuh akibat penyakit, (3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur

dan fungsi tubuh, (4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Harga diri : (1)

Penolakan, (2) Kurang penghargaan, Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu

dituruti, terlalu dituntut, (3) Persaingan antar saudara, (4) Kesalahan dan kegagalan berulang,

(5) Tidak mampu mencapai standar. Peran : (1) stereotipik peran seks, (2) Tuntutan peran

kerja, (3) Harapan peran kultural. Identitas : (1) Ketidak percayaan orang tua, (2) Tekanan

dari peer gruup, (3) Perubahan struktur sosial.

1. b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,

berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya

produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik. (1)

Trauma : Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit

menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan phisikologis

pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam

Page 6: keperawatan jiwa.pdf

kehidupannya. (2) Ketegangan peran : rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu

melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam

melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran,

keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi

dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila

individu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang

sesuai. (a) Trauma peran perkembangan, (b) Perubahan nurmatif yang berkaitan dengan

pertumbuhan, (c) Transisi peran situasi, (d) Perubahan junlah anggota keluarga baik

bertambah atau berkurang, (d) Transisi peran sehat-sakit, (e) Pergeseran kondisi klien yang

menyebabkan kehilangan bagian tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,

prosedur medis dan keperawatan.

(3) Perilaku : (a) Citra tubuh yaitu Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,

Menolak bercermin, Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, Menolak usaha

rehabilitasi, Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat, Menyangkal cacat tubuh. (b) Harga

diri rendah di antaranya Mengkritik diri atau orang lain, Produktivitas menurun, Gangguan

berhubungan, Keteganggan peran, Pesimis menghadapi hidup, Keluhan fisik, Penolakan

kemampuan diri, Pandangan hidup bertentangan, Destruktif kepada diri, Menarik diri secara

sosial, Penyalahgunaan zat, Menarik diri dari realitas, Khawatir, Merasa diri paling penting,

Distruktif pada orang lain, Merasa tidak mampu, Merasa bersalah, Mudah tersinggung/marah,

Perasaan negatif terhadap tubuh. (c) Keracunan identitas di antaranya Tidak ada kode moral,

Kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal yang ekploitatif, Perasaan hampa,

Perasaan mengambang tentang diri, Kehancuran gender, Tingkat ansietas tinggi, Tidak

mampu empati pada orang lain, Masalah estimasi. (d) depersonalisasi meliputi afektif :

Kehidupan identitas, Perasaan terpisah dari diri, Perasaan tidak realistis, Rasa terisolasi yang

kuat, Kurang rasa berkesinambungan, Tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual :

Halusinasi dengar dan lihat, Bingung tentang seksualitas diri, Sulit membedakan diri dari

orang lain, Gangguan citra tubuh, Dunia seperti dalam mimpi. Kognitif : Bingung,

Disorientasi waktu, Gangguan berpikir, Gangguan daya ingat, Gangguan penilaian,

Kepribadian ganda.

1. c. Perilaku

Prilaku yang dapat dilihat dari harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang

lain, produktitas menurun, destruktif pada orang lain, gangguan berhubungan, rasa bersalah,

mudah marah dan tersinggung, perasaan marah tersinggung, perasaan negatif terhadap diri

sendiri, pandangan hidup pesimis, dan keluhan-keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi,

mengingkari kemampuan diri sendiri, mengejek diri sendiri. Kemudian perilaku yang

menunjukkan kerancuan identitas adalah Tidak mengindahkan moral, Mengurangi

hubungan interpersonal, Perasaan kosong/hampa, Perasaan yang berubah-ubah, Kekacuan

identitas seksual, Kecemasan yang tinggi, Tidak mampu berempati, Kurang keyakinan diri,

Ideal diri tidak realistis. Sedangkan perilaku yang menunjukkan depersonalisasi adalah

Identitas hilang, Asing dengan diri sendiri, Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu,

Merasa sangat terisolasi, Halusinasi pendengaran dan penglihatan, Tidak yakin akan jenis

kelaminnya, Sukar membedakan diri dengan orang lain, Kacau, Disorientasi waktu,

Penyimpangan pikiran, Daya ingat yang terganggu, Daya penilaian terganggu, Afek tumpul,

Page 7: keperawatan jiwa.pdf

Pasif dan tidak ada respon emosi, Komunikasi tidak selaras, Tidak dapat mengontrol

perasaan, Tidak ada inisiatif dan tidak dapat mengambil keputusan, Menarik diri dari

lingkungan, Kurang bersemangat

1. d. Mekanisme koping

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah

kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan,

kerja keras, nonton TV terus-menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut

kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,

seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan

anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka

pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme

koping jangka panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat

mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan

hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri, identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan

dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering

digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik

pada diri sendiri dan orang lain.

1. Pertahanan jangka pendek

Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, misalnya : Kerja keras,

nonton, dll.

Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya : ikut kegiatan

sosial, politik, agama, dll.

Aktifitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, misalnya : kompetisi pencapaian

akademik.

Aktifitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi

kurang berarti dalam kehidupan, misalnya : penyalahgunaan obat.

1. Pertahanan jangka panjang

Penutupan identitas adalah Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang

penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu.

Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-

nilai harapan masyarakat.

1. Mekanisme pertahanan ego

Page 8: keperawatan jiwa.pdf

Untuk mekanisme pertahanan ego meliputi :Fantasi, Dissosiasi, Isolasi, Proyeksi,

Displancement, Marah/amuk pada diri sendiri.

Pohon masala

Menurut Surya Direja (2011) pohon masalahnya adalah sebagai berikut :

Harga diri rendah

Isolasi sosial

Koping keluarga tidak efektif

2. Diagnosa keperawatan :

1. Harga diri rendah kronis

2. Isolasi sosial

3. Koping keluarga tidak efektif

3.perencanaan

a harga diri rendah Tgl

No

DX Diagnosa Keperawatan Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan

Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Harga diri rendah Tujuan umum :

Klien dapat

berhubungan

dengan orang lain

secara optimal

Tujuan khusus :

TUK 1 :

Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya

1.1 Ekspresi wajah

bersahabat, menunjukan

rasa senang,ada kontak

mata,mau berjabat

tangan,meu menyebut

nama,mau manjawab

salam,klien mau duduk

berdampingan dengan

perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi

1.1.1 Bina

hubungan saling percaya

dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik:

1. Sapa klien dengan

ramah baik verbal

maupun non verbal

2. Perkenalakan diri

dengan sopan

Hubungan saling

percaya merupakan

dasar untuk kelancaran

hubungan interaksi

selanjutnya

Page 9: keperawatan jiwa.pdf

TUK 2 :

Klien dapat

mengidentifi-kasi

kemampuan dan

aspek positif yang

dimiliki

TUK 3 :

Klien dapat

menilai

kemampuan yang

digunakan

2.1 Klien

mengidentifikasi

keamampuan aspek positif

yang dimilki :

- Kemampuan yang

dimilki klien

- Aspek positif

keluarga

- Aspek positif

- lingkungan

3.1 Klien dapat menilai

kemampuan yang dapat

digunakan

3. Tanyakan nama

lengkap klien dan nama

penggilan yang disukai

klien

4. Jelaskan tujuan

pertemuan

5. Jujur dan menepati janji

6. Tunjukan sikap empati

dan menerima klien apa

adanya

7. Beri perhatian kepada

klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

2.1.1 Diskusikan

kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki klien

2.1.2 Setiap bertemu klien

hindarkan dari memberi

penilaian negatif

2.1.3 Utamakan memberi

pujian yang realistik

3.1.1 Diskusikan dengan

klien kemampuan yang masih

dapat digunakan selama sakit

Mendiskusikan tingkat

kemampuan klien

seperti menilai realitas,

kontrol diri atau

integritas ego

diperlukan sebagai

dasar asuhan

keperawatannya

Reinforcement positif

akan meningkatkan

harga diri

Pujian yang realistik

tidak menyebabkan

klien melakukan

kegiatan hanya karena

ingin mendapatkan

pujian

Keterbukaan dan

pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki adalah prasarat

untuk berubah

Pengertian tentang

kemampuan yang

Page 10: keperawatan jiwa.pdf

TUK 4 :

Klien dapat

(menetapkan)

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan yang

dimiliki

TUK 5 :

Klien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

kondisi sakit dan

kemampuan-nya

4.1 Klien membuat

rencana kegiatan harian

5.1 Klien dapat

melakukan kegiatan

sesuai kondisi sakit dan

kemampuannya

3.1.2 Diskusikan

kemampuan yang dapat

dilanjutkan penggunaannya

4.1.1 Rencanakan bersama

klien aktivitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan

- kegiatan mandiri

- kegiatan dengan

bantuan

- kegiatan yang

membutuhkan bantuan total

4.1.2 Tingkatkan kegiatan

sesuai dengan toleransi kondisi

klien

4.1.3 Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang

boleh klien lakukan

5.1.1 Beri kesempatan

pada klien untuk mncoba

kegiatan yang telah

direncanakan

dimiliki diri, motivasi

untuk tetap

mempertahankan

penggunaannya

Klien perlu bertindak

secara realitas dalam

kehidupannya

Contoh peran yang

dilihat klien akan

memotivasi klien untuk

melaksanakan kegiatan

Memberikan

kesempatan pada klien

mandiri dapat

meningkatkan motivasi

dan haga diri klien

Memberikan

kesempatan kepada

klien untuk tetap

melakukan kegiatan

yang bisa dilakukan

Mendorong keluarga

untuk mampu merawat

klien mandiri dirumah

Reinforcement positif

dapat meningkatkan

harga diri klien

Page 11: keperawatan jiwa.pdf

TUK 6 :

Klien dapat

memanfaatkan

sistem pendukung

yang ada

TUK 7

Klien dapat

memanfaatkan

obat dengan baik.

6.1 Klien memanfaatkan

sistem pendukung yang

ada di keluarga

7.1 Klien dan keluarga

dapat menyebutkan

manfaat, dosis dan efek

samping obat

5.1.2 Beri pujian atas

keberhasilan klien

5.1.3 Diskusikan

kemungkinan pelaksanaan di

rumah

6.1.1 Beri pendidikan

kesehatan pada keluarga

tentang cara merawat klien

dengan harga diri rendah

6.1.2 Bantu keluarga

memberikan dukungan selama

klien dirawat

6.1.3 Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan rumah

Suport sistem keluarga

akan sangat

berpengaruh dalam

mempercepat proses

penyembuhan klien

Meningkatkan peran

serta keluarga dalam

merawat klien dirumah

Dengan mengetahui

dosis, frekwensi dan

manfaat obat

diharapkan klien

melaksanakan program

Pengobatan

Menilai kemampuan

klien dalam mengelola

pengobatannya sendiri

Dengan mengetahui

efek samping obat klien

akan mengetahui apa

yang harus dilakukan

setelah minum obat

Program pengobatan

dapat berjalan sesuai

rencana

Dengan mengetahui

prinsip 5 benar

penggunaan obat, maka

kemandirian klien untuk

pengobatan dapat

ditingkatkan secara

bertahap

Page 12: keperawatan jiwa.pdf

Klien dapat

mendemonstrasikan

penggunaan obat

Klien termotivasi untuk

berbicara dengan perawat

apabila dirasakan ada efek

samping obat

Klien memahami akibat

berhentinya obat

Klien dapat menyebutkan

prinsip 5 benar

penggunaan obat

7.1.1 Diskusikan dengan

klien dan keluarga tentang

dosis, frekwensi dan manfaat

obat

7.1.2 Anjurkan klien

meminta sendiri obat pada

perawat,dan merasakan

manfaatnya.

7.1.3 Anjurkan klien

dengan bertanya kepada dokter

tentang efek dan efek samping

obat yang dirasakan.

7.1.4 Diskusikan akibat

berhenti obat tanpa konsultasi

7.1.5 Bantu klien

menggunakan obat dengan

prinsip 5 benar

b.

isolasi

sosial

Tgl

No.

Dx

Diagnosa

Keperawatan

PERENCANAAN

TUJUAN

KRITERIA

INTERVENSI RASIONAL

1. Isolasi sosial

TUM:

Klien mampu

berinteraksi dengan

orang lain secara

optimal

TUK 1 :

Page 13: keperawatan jiwa.pdf

Klien dapat

membina hubungan

saling percaya

TUK 2 :

Klien dapat

menyebutkan

penyebab menarik

diri

1.1 Setelah 2 kali

pertemuan klien dapat

menunjukan ekspresi wajah

bersahabat, menunjukan

rasa senang,ada kontak

mata, mau berjabat tangan,

mau menyebut nama, mau

manjawab salam, klien

mau duduk berdampingan

dengan perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi

2.1 Setelah 3 kali

pertemuan Klien dapat

menyebutkan penyebab

menarik diri yang berasal

dari:

1. Diri sendiri

2. Orang lain

3. Lingkungan

1.1.1 Bina

hubungan saling percaya

dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik:

1. Sapa klien dengan

ramah baik verbal

maupun non verbal

2. Perkenalkan diri

dengan sopan

1. Tanyakan nama

lengkap klien dan

nama penggilan

yang disukai klien

2. Jelaskan tujuan

pertemuan

3. Jujur dan menepati

janji

4. Tunjukan sikap

empati dan

menerima klien apa

adanya

5. Beri perhatian

kepada klien dan

perhatikan

kebutuhan dasar

klien

2.1.1 Kaji tentang

pengetahuan klien tentang

perilaku menarik diri dan

tanda-tandanya

2.1.2 Berikan kesempatan

kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri atau

tidak mau bergaul

Hubungan saling percaya

merupakan dasar untuk

kelancaran hubungan

interaksi selanjutnya

Diketahui penyebab akan

dapat dihubungkan dengan

Faktor presipitasi yang

dilami klien

Page 14: keperawatan jiwa.pdf

TUK 3 :

Klien dapat

menyebutkan

keuntungan

berhubungan

dengan orang lain

dan kerugian tidak

berhubungan

dengan orang lain

3.1 Setelah 4 kali

pertemuan Klien dapat

menyebutkan keuntungan

berhubungan dengan orang

lain

3.2 Klien dapat

menyebutkan kerugian

tidak berhubungan dengan

orang lain

2.1.3 Diskusikan bersama

klien tentang perilaku

menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

2.1.4 Berikan pujian

terhadap kemampuan klien

mengungkapkan perasaanya

3.1.1 Kaji pengetahuan

klien tentang manfaat atau

keuntungan berhubungan

dengan orang lain

3.1.2 Beri kesempatan

kepada klien

mengungkapkan perasaan

tetang keuntungan

berhubungan dengan orang

lain

3.1.3 Diskusikan bersama

klien tentang manfaat

berhubungan dengan orang

lain

3.1.4 Beri reinforcement

positif terhadap kemampuan

klien mengungkapkan

perasaan tentang

keuntungan berhubungan

dengan orang lain

3.2.1 Kaji pengetahuan

klien tentang kerugian bila

tidak berhubungan dengan

orang lain

3.2.2 Beri kesempatan

kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan

tentang kerugian bila tidak

berhubungan dengan orang

lain

3.2.3 Diskusikan bersama

klien tentang kerugian tidak

Klien harus dicoba

berinteraksi secara

bertahap agar terbiasa

membina hubungan yang

sehat dengan orang lain

Mengevaluasi manfaat

yang dirasakan klien

sehingga timbul motivasi

untuk berinteraksi

Page 15: keperawatan jiwa.pdf

TUK 4 :

Klien dapat

melaksanakan

hubungan social

secara bertahap

4.1 Setelah 4 kali

pertemuan Klien dapat

mendemonstrasikan

hubungan social secara

bertahap antara :

1. K – P

2. K – P –K

3. K-P-Kelg

4. K-P-Kelp

berhubungan dengan orang

lain

3.2.4 Beri reinforcement

positif terhadap kemampuan

klien mengungkapkan

perasaan tentang kerugian

tidak berhubungan dengan

orang lain

4.1.1 Kaji kemampuan

klien membina hubungan

dengan orang lain

4.1.2 Dorong dan bantu

klien untuk berhubungan

dengan orang lain melalui

tahap :

K – P

K – P –P lain

K – P –P lain-K lien

K-P-Kelg

K-P-Kelp

4.1.3 Beri

reinforcement terhadap

keberhasilan yang telah di

capai

4.1.4 Bantu klien untuk

mengevaluasi manfaat

berhubungan

4.1.5 Diskusikan jadwal

harian yang dapat

dilakukan bersama klien

dalam mengisi waktu

4.1.6 Motivasi klien untuk

mengikuti kegiatan ruangan

Mengevaluasi manfaat

yang dirasakan klien

sehingga timbul motivasi

untuk berinteraksi

Page 16: keperawatan jiwa.pdf

TUK 5 :

Klien dapat

mengungkapkan

perasaanya setelah

berhubungan

dengan orang lain

TUK 6 :

Klien dapat

memberdayakan

system pendukung

atau keluarga

mampu

mengembangkan

kemampuan klien

untuk berhubungan

dengan orang lain

5.1 Setelah 4 kali

pertemuan Klien dapat

mengungkapkan

perasaanya setelah

berhubungan dengan orang

lain untuk :

1. Diri sendiri

2. Orang lain

6.1 Setelah 4 kali

pertemuan Keluarga dapat:

1. Menjelaskan

perasaanya

2. Menjelaskan cara

merawat klien

menarik diri

3. Mendemonstrasikan

klien menarik diri

4. Berpartisipasi

dalam perawatan

klien menarik diri

4.1.7 Beri reinforcement

atas kegiatan klien dalam

kegiatan ruangan

5.1.1 Dorong klien untuk

mengungkapkan perasaanya

bila berhubungan dengan

orang lain

5.1.2 Diskusikan dengan

klien tentang perasaan

manfaat berhubungan

dengan orang lain

5.1.3 Beri reinforcement

positif atas kemampuan

klien mengungkapkan

perasaan manfaat

berhubungan dengan orang

lain

6.1.1 Bina hubungan saling

percaya dengan keluarga:

- Salam perkenalan

diri

- jelaskan tujuan

- Buat kontrak

- Ekspresi perasaan

keluarga

6.1.2 Diskusikan dengan

anggota keluarga tentang:

- Prilaku menarik diri

- Penyebab prilaku

menarik diri

- Akibat yang akan

terjadi jika prilaku menarik

diri tidak ditanggapi

Mengeksplorasi perasaan

klien, memahami manfaat

berhubungan dengan orang

lain serta meningkatkan

harga diri klien

Keterlibatan keluarga

sangat mendukung

terhadap proses perubahan

prilaku klien

Page 17: keperawatan jiwa.pdf

TUK 7

Klien dapat

memanfaatkan obat

dengan baik

7.1 Klien dan keluarga

dapat menyebutkan

manfaat, dosis dan efek

samping obat

7.2 Klien dapat

mendemonstrasikan

penggunaan obat

7.3 Klien termotivasi

untuk berbicara dengan

perawat apabila dirasakan

ada efek samping obat

- Cara keluarga untuk

menghadapi klien menarik

diri

6.1.3 Dorong anggota

keluarga untuk memberi

dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi

dengan orang lain

6.1.4 Anjurkan anggota

keluarga secara rutin dan

bergantian mengunjungi

klien minimal satu kali

seminggu

6.1.5 Beri reinforcement

atas hal –hal yang telah

dicapai oleh keluarga

Sesusikan dengan klien dan

keluarga tentang dosis,

frekwensi dan manfaat obat

Anjurkan klien meminta

sendiri obat pada perawat,

dan merasakan manfaatnya.

Anjurkan klien dengan

bertanya kepada dokter

tentang efek dan efek

samping obat yang

dirasakan.

Diskusikan akibat berhenti

obat tanpa konsultasi

Bantu klien menggunakan

obat dengan prinsip 5 benar

Dengan mengetahui dosis,

frekwensi dan manfaat

obat diharapkan klien

melaksanakan

program pengobatan

Menilai kemampuan klien

dalam mengelola

pengobatannya sendiri

Dengan mengetahui efek

samping obat klien akan

mengetahui apa yang harus

dilakukan setelah minum

obat

Page 18: keperawatan jiwa.pdf

7.4 Klien memahami

akibat berhentinya obat

7.5 Klien dapat

menyebutkan prinsip 5

benar penggunaan obat

Program pengobatan dapat

berjalan sesuai rencana

Dengan mengetahui

prinsip 5 benar

penggunaan obat, maka

kemandirian klien untuk

pengobatan dapat

ditingkatkan secara

bertahap

1. 4. Penatalaksanaan

1. a. Penatalaksanaan medis

1) Chlorpromazine

Indikasi : Pada pengguanaa psikotik seperti schizofrenia, psikosis relatif singkat, dan

gangguan schizoafektif, ansietas dan agitasi.

Kontra Indikasi : Kewaspadaan pada hipersensitifitas terhadap obat ini pada klienkoma atau

depresi, depresi sumsum tulang, penyakit parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung,

hipotensi atau hipertensi berat, wanita selama kehamilan dan laktasi. Pada klien dengan

riwayat kejang, gangguan kardiovaskuler, tiroid, hati, ginjal atau pernapasan seperti infeksi

pernapasan, PPOK.

Efek Samping : Pada SSP : sedasi, sakit kepala, kejang, isomnia, pusing, keletihan,

penglihatan kabur, kegelisahan, ansietas, depresi, hipertermi. Pada kardiovaskuler

mengakibatkan hipotensi, hipertensi, takikardia, bradikardia. Pada integumen dapat terjadi

hiperpigmentasi dan dermatitis. Pada endokrin terjadi perubahan libido, hiperglikemia. Pada

gastrointestinal terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan napsu makan dan berat

badan dan diare. Pada urologi terjadi retensi urine, sering berkemih, dan poliuria.

2) Haloperidol

Indikasi : Pada pasien psikotik akut, pengendalian TIK, penanganan dimensia pada lansia,

pengendalian hipersensitifitas dan masalah prilaku berat badan anak-anak.

Page 19: keperawatan jiwa.pdf

Kontra indikasi : Pada hipersensitifitas, klien koma, depresi sum-sum tulang, kerusakan otak,

penyakit parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung, hipotensi atau hipertensi berat,

wanita selama kehamilan dan masa laktasi.

Eek samping : Pada SSP: sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, keletihan,

penglihatan kabur, kegelisahan, ansietas, depresi pada kardiovaskuler mengakibatkan

hipotensi, hipertensi, takikardi, bradikardi. pada integumen dapat terjadi hiperpigmentasi dan

dermatitis. pada endokrin terjadi perubahan libido, hipoglikemia dan hiperglikemia. pada

gastrointestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan nafsu makan, berat

badan dan diare. pada urologi terjadi retensi urin, seringberkemih dan poliuria.

3) Triheksipenidhyl

Indikasi : Pada semua bentuk parkinson dan gejala ektrapiramida yang berkaitan dengan

obat-obat anti psikotik.

Kontra indikasi : Pada hipersensitifitas pada obat, glukoma sudut tertutup, obstruksi duodenal

atau pilorus, ulkus peptik stenosis dan hipertropi prostat.

Efek Samping : Pada SSP : mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi, hilang

memori, agitasi, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala dan isomnia. Pada

gastro intestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi,

dilatasi kolon. Pada urologi dapat terjadi retensi urine, kesulitan mencapai atau

mempertahankan ereksi.

Pengobatan psikosoisl dan psikobilogik yang luas serta dilandasi pada pengkajian perawat

tentang kebutuhan dan kekuatan klien, orang terdekat sedapat mungkin terlibat.

1. b. Penatalaksanaan keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan menurut Gail Wiscard Stuart yang mempunyai respon sosial

maladaptive yaitu menetapkanhubungan terapeutik, melibatkan keluarga, menyiapkan

lingkungan terapeutik yang terstruktur, yang difokuskan pada harapan realistik, melibatkan

klien dalam pengambilan keputusan da proses perilaku interaksi dalam menetapkan batasan,

melindungi dari perilaku yang membahayakan diri, memfokuskan pada kekuatan, kontak dan

strategi perilaku lain.

1. c. Terapi Aktivitas kelompok

Menurut Keliat, Budi Anna 2004 menyebutkan bahwa untuk terapi aktivitas kelompok

(TAK) untuk harga diri rendah adalah sebagai berikut :

Page 20: keperawatan jiwa.pdf

TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah

Sesi 1 : identifikasi hal positif pada diri

Tujuan

1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenanglkan

2. Kliken dapat mengidentifikasi hal positif yang ada pada dirinya

Setting

1. Terapis dan klien duduk dalam bersamaan dalam lingkaran

2. Ruangan yang nyaman dan tenang

Alat

1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK

2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK

Metode

1. Diskusi

2. Permainan

Langkah kegiatan

1. Persiapan

2. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah

3. Membuat kontrak dengan klien

4. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

1. Orientasi

2. Salam terapeutik

3. Salam dari terapis kepada klien

4. 2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

5. Menanyakan nama dan panggilan semua klien

1. Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

1. Kontrak

2. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri

sendiri

Page 21: keperawatan jiwa.pdf

3. Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut.

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis

- Lama kegiatan 45 menit

- Setiap klien melakukan kegiatan dari awal hingga selesai

1. Tahap kerja

2. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai

papan nama

3. Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien

4. Terapis meminta tiap klien untuk menulis pengalaman yang tidak menyenangkan

5. Terapis memberi pujian atas peran serta klien

6. Terapis membagikan kertas yang kedua

7. Terapis meminta klien menuliskan hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang

dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan di rumah sakit

8. Terapis meminta klien untuk membacakan hal positif yang telah ditulis secara

bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran

9. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

1. Tahap terminasi

2. Evaluasi

3. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

4. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

1. Tindak lanjut

Terapis meminta tiap klien menulis hal positif lain yang belum tertulis

1. Kontrak yang akan datang

2. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang dapat

diterapkan di rumah sakit dan di rumah

3. Menyepakat waktu dan tempat

Sesi 2 : melatih positif pada diri

Tujuan

1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan

2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih

3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih

Page 22: keperawatan jiwa.pdf

4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Sesuaikan dengan kemampuan yang dilatih

3. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart

2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih

3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1

4. Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen

Metode

1. Diskusi dan tanya jawab

2. Bermain peran

Langkah kegiatan

1. Persiapan

2. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1

3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

4. Orientasi

5. Salam terapeutik

6. Salam dari terapis kepada klien

7. Klien dan terapis memakai papan nama

8. Evaluasi/validasi

9. Menanyakan perasaan klien saat ini

10. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien

11. Kontrak

12. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada klien

13. Terapis menjelaskan aturan main berikut

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis

- Lama kegiatan 45 menit

- Setiap klien mengikuti kegiatan dai awal sampai selesai

1. Tahap kerja

2. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada sesi 1

dan memilih satu untuk dilatih

3. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di whiteboard

4. Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar di whitebard. Kegiatan

yang paling banyak dipilih diambil untuk dipilih

5. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/kemampuan yang dipilih dengan cara

berikut.

Page 23: keperawatan jiwa.pdf

6. Terapis memperagakan

7. Klien memperagakan ulang (semua klien mendapat giliran)

8. Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien

1. Kegiatan a sampai dengan d dapat diulang untuk kemampuan yang berbeda

1. Tahap terminasi

2. Evaluasi

3. Terapis menanyakan perasaan klien setela mengikuti TAK

4. Terapis memberikan pujian kepada kelompok

1. Tindak lanjut

Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan sehari-

hari

1. Kontrak yang akan datang

2. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain

3. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang

dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi

persepsi harga diri rendah sesi 2, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal

positif yang akan dilatih dan memperagakannya.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan

tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien

telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan da jadwalkan agar klien melakukannya serta

berikan pujian.

1. 5. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada

situasi nyata implementasi sering kali berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat

Page 24: keperawatan jiwa.pdf

belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tertulis yaitu apa yang

dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat

jika tindakan berakibat fatal dan juga tidak memberi aspek legal seperti tanda tangan.

Pada strategi pelaksanaan untuk harga diri rendah sp1 yaitu Mengidentifikasi kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki pasien, Membantu pasien menilai kemampian pasien yang

masih ada, Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan

yang dipilih, Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih, Memberikan pujian

yang wajar terhadap keberhasilan pasien, Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam

jadwal kegiatan harian. Untuk sp2 yaitu Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, Melatih

kemampuan kedua, Menganjurkan pasien memasukkna dalam jadwal kegiatan harian.

1. 6. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada

kilen. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang

dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan

membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan

(Ernawati dalami, 2010) .

Evaluasi dapat dilakukan dengan mengunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.

S : Respon subjektif kilen terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dapat

diukur dengan menanyakan : “ Bagaimana perasaan ibu setelah mencoba kemampuan ibu

yang dimiliki?”

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dapat

diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan

kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai hasil observasi.

A : Analisis ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang

ada, dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri

dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.

Rencana tindak lanjut dapat berupa :

1. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah.

2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah dapat dijalankan,

tetapi hasilnya belum memuaskan.

3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan

masalah yang ada, diagnosis lama juga dibatalkan.Rencana atau diagnosis selesai jika

tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan

kondisi yang baru.

Page 25: keperawatan jiwa.pdf

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evalusi agar dapat melihat adanya perubahan, serta

berupaya mempertahankan dan melihat adanya perubahan, serta berupaya mempertahankan

dan memelihara perubahan tersebut. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk

menguatkan perubaan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-

reinforcement.