86541132-57304624-Atresia-Ani
Transcript of 86541132-57304624-Atresia-Ani
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 1/12
ASKEP ATRESIA ANI PRE OPERASI
1. DEFINISI
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran,
atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa
atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus
atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber lainmenyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan
pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
Jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan
congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan
feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi
kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau
pemeriksaan perineum.
2.ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan
bawaananus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar
panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang
mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk
diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom
genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk
menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena
gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga
biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang
memisahkannya.Faktor predisposisi
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 2/12
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital
saat lahir seperti :
1. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal,
jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
2. Kelainan sistem pencernaan.3. Kelainan sistem pekemihan.
4. Kelainan tulang belakang.
Untuk lebih memperjelas, Atresia juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
3. KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis
dicapai melalui saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina
atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan
bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate
sementara waktu.
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam
keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untukmenghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk
intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub
kelompok anatomi yaitu :
• Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal
dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius
• Anomali intermediet
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 3/12
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan
sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
• Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) ataurectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit
perineum lebih daai1 cm.
Sedangkan menurut klasifikasi Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2
golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki – laki golongan
I dibagi menjadi 4 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rectum, perineum
datar dan fistel tidak ada. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari
orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke
vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel adalah dengan
memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel
terletak uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin
mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi feses
tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum
tindakannya sama pada perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak
ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera
dilakukan kolostomi.
Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu
kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum dan fistel
tidak ada. Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi
feces menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel
vestibulum, muara fistel terdapat divulva. Umumnya evakuasi feses lancar
selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai etrhambat saat penderita
mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila penderita
dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahanantara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses
umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada
atresia rectum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur,
jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium
sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat
invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel
perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama
dengan pada wanita ; lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 4/12
membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput. Bila
evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin.
Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan definitive harus
dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara <>
Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainanfistel perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum
biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda
timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang
anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses
tidal lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi definitive. Bila
tidak ada fistel dan pada invertogram udara.
4. PATOFISIOLOGI
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung
ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal
genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya
penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10
mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.
Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak
dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstrksi.
Terdapat tiga macam letak:
Ø Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan
jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya
disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
Ø Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
Ø Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung
rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan
lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal
rectal,adanya membran anal dan fistula eksternal pada perineum
(Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat
buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran
abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol
(Adele,1996). Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir jugamerupakan salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 5/12
dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam
kehijauan karena cairan mekonium.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :• Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
• Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
• Ultrasound terhadap
abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untukmengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
• CT scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
• Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
• Pemeriksaan fisik Rektum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
• Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang
berhubungan dengan traktus urinarius.
7. PENATALAKSAAN
• Penatalaksanaan Medis
• Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut
posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.
• Colostomi sementara
• Penatalaksanaan Keperawatan
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 6/12
8. PENGKAJIAN
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien
dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan. Dan keberhasilan
proses keperawatan tergantung dari pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah
model konseptual keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan
menjadi 11 konsep yang meliputi :
• Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
• Pola nutrisi-metabolikAnoreksia,
penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia
ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu
oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
• Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi kebutuhan
dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak
terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami
kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).
• Pola Aktivitas dan Latihan
dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
• Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab
pertanyaan.
• Pola tidur dan istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeripada luka inisisi.
• Konsep diri dan persepsi diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena
dampak luka jahitan operasi (Doenges,1993).
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 7/12
• Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).
• Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat
reproduksi (Doenges,1993).
Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah
(Doenges,1993).
Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam
memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan
ibadah (Mediana,1998).
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan
melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa
mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996).
9. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anoreksia
4. Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan kolostomi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
6. Gangguan Citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi
7. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
dan prosedur perawatan.
8. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kebutuhan perawatan
dirumah
Intervensi
Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB denganteratur.
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 8/12
Kriteria Hasil :
• Penurunan distensi abdomen.
• Meningkatnya kenyamanan.
Intervensi :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
R/ Meyakinkan berfungsinya usus
3. Ukur lingkar abdomen
R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya
distensi
Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya intake, muntah
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
• Output urin 1-2 ml/kg/jam
• Capillary refill 3-5 detik
• Turgor kulit baik
• Membrane mukosa lembab
Intervensi :
1. Monitor intake – output cairan
R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
R/ Mencegah dehidrasi
3. Pantau TTV
R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 9/12
Dx.3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Anoreksia
Tujuan yang diharapkan adalah kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi.
Kriteria hasil :
• menunjukkan peningkatan BB,
• nilai laboratorium normal,
• bebas tanda mal nutrisi.
Intervensi :
1. Pantau masukan/ pengeluaran makanan / cairan.
R/ mengetahui intake dan output
2. Kaji kesukaan makanan anak.
R/ untuk tindakan keperawatan selanjutnya dalam pemberian
nutrisi
3. Beri makan sedikit tapi sering.
R/ untuk menjaga keseimbangan nutrisi tetap ada
4. Pantau berat badan secara periodik.
R/ mengetahui perkembangan BB klien
5. Libatkan orang tua, misal membawa makanan dari rumah, membujuk anak
untuk makan.R/ untuk pemenuhan nutrisi
6. Beri perawatan mulut sebelum makan.
R/ mulut klien tetap sehat
7. Berikan isirahat yang adekuat.
R/ menjaga agar badan tetap Fit
8. Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori
sesuai program diit.
R/ Kalori dalam tubuh tetap terpenuhi
Dx 4 Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan kolostomi
Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi gangguan integritas kulit.
kriteria hasil :
• penyembuhan luka tepat waktu.
• tidak terjadi kerusakan di daerah sekitar anoplasti.
Intervensi :
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 10/12
1. Kaji area stoma.
R/ untuk mengetahui keadaan sebenarnya.
2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area
stoma
R/ Agar daerah stoma tidak lembab.
3. Sebelum terpasang colostomy bag ukur dulu sesuai dengan stoma.
R/ menjaga keseimbangan
4. Yakinkan lubang bagian belakang kantong berperekat lebih besar sekitar 1/8
dari ukuran stoma.
R/ kantong tidak mudah lepas
5. Selidiki apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.
R/ memberikan rasa kenyamanan pada klien
Dx.5 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi.
kriteria hasil :
• tidak ada tanda – tanda infeksi.
• TTV normal.
• lekosit normal.
Intervensi :
1. Pertahankan teknik septik dan aseptik secaa ketat pada prosedur medis atau
perawatan.
R/ langkah pertama mencegah infeksi
2. Amati lokasi invasif terhadap tanda-tanda infeksi.
R/ untuk pencegahan lebih dini3. Pantau suhu tubuh, jumlah sel darah putih.
R/ mengetahui keadaan umum klien
4. Pantau dan batasi pengunjung , beri isolasi jika memungkinkan.
R/ untuk keamanan klien selama masa parawatan
5. Beri antibiotik sesuai advis dokter.
R/ mencegah adanya bakteri di dalam tubuh
Dx 6 Gangguan Citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi
Tujuan yang diharapkan adalah pasien mau menerima kondisi dirinya
sekarang.
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 11/12
kriteria hasil :
• pasien mentatakan menerima perubahan ke dalam konsep diri tanpa harga diri
rendah.
• menunjukkan penerimaan dengan merawat stoma tersebut.
•menyatakan perasaannya tentang stoma.
Intervensi :
1. Kaji persepsi pasien tentang stoma.
R/ mengetahui pendapat klien tentang penyakitnya
2. Motivasi pasien untuk megungkapkan perasaannya.
R/ klien akan lebih merasa nyaman jika masalahnya diungkapkan
3. Kaji ulang tentang alasan pembedahan.
R/ mengetahui alasan klien
4. Observasi perilaku pasien.
R/ lebih mengetahui sikap klien
5. Berikan kesempatan pada pasien untuk merawat stomanya.
R/ motivasi klien bisa merawat stomanya sendiri
6. Hindari menyinggung perasaan pasien atau pertahankan hubungan positif.
R/ mempertahankan hubungan saling percaya
Dx 7 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit dan prosedur perawatan.
Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang
Kriteria Hasil :
• Klien tidak lemas
Intervensi :
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang
anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay,
media dan gambar
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan
kecemasan
3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
R/ Membantu mengurangi kecemasan klien
7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani
http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 12/12
Dx 8 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kebutuhan perawatan dirumah
Tujuan yang diharapkan adalah pasien dan keluarga memahami perawatan
di rumah.
kriteria hasil :• keluarga menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawata untuk bayi di
rumah.
Intervensi :
1. Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai mereka
dapat melakukan perawatan.
R/ keluarga bisa merawat klien jika dirumah nanti
2. Ajarkan untuk mengenal tanda – tanda dan gejala yang perlu dilaporkan
perawat.
R/ agar keluarga tetap waspada dan melaporkan tanda & gejala kpd
perawat
3. Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan
dilatasi pada anal secara tepat.
R/ keluarga lebih memahami ttg pengurusan bayi
4. Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.
R/ menghindari infeksi yang ada
5. Latih pasien untuk kebiasaan defekasi.
R/ klien lebih mandiri
6. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diit (misalnya serat)