86541132-57304624-Atresia-Ani

12
ASKEP ATRESIA ANI PRE OPERASI 1. DEFINISI Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.  Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain men ye but kan atresia ani ada lah kondisi dimana rec tal terj adi gan ggu an pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan. Jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa ter lewa tkan bila tid ak ada pemeriksaan ya ng cermat ata u pemeriksaan perineum. 2.ETIOLOGI Etiol ogi secara pasti atresia ani belu m dik etah ui, namu n ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaananus umumn ya tidak ada kel ainan rectum, sfingter , dan oto t dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk men deri ta atr esi a ani . Seda ngk an ke lai nan ba wa an rec tum terj adi kar ena gang guan pemisaha n kloak a menj adi rectum dan sinus urog enital sehi ngga biasan ya dis erta i den gan gangg uan per kemba ngan septum uro rektal yang memisahkannya. Faktor predisposisi

Transcript of 86541132-57304624-Atresia-Ani

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 1/12

ASKEP ATRESIA ANI PRE OPERASI

1. DEFINISI

Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak

ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran,

atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan

normal.

 Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak

mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa

atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus

atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber lainmenyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan

pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.

Jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan

congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan

feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.

Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi

kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau

pemeriksaan perineum.

2.ETIOLOGI

Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber

mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,

fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan

bawaananus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar

panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak

memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen

autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang 

mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk

diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom

genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk

menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena

gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga

biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang 

memisahkannya.Faktor predisposisi

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 2/12

 Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital

saat lahir seperti :

1. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal,

 jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).

2. Kelainan sistem pencernaan.3. Kelainan sistem pekemihan.

4. Kelainan tulang belakang.

Untuk lebih memperjelas, Atresia juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi

lahir tanpa lubang dubur

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3

bulan

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah

usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara

minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

3. KLASIFIKASI

Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar

yaitu :

1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis

dicapai melalui saluran fistula eksterna.

Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina

atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan

bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate

sementara waktu.

2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam

keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untukmenghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk

intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub

kelompok anatomi yaitu :

• Anomali rendah

Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat

sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal

dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius

• Anomali intermediet

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 3/12

Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan

sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

• Anomali tinggi

Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini

biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) ataurectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit

perineum lebih daai1 cm.

Sedangkan menurut klasifikasi Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2

golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki – laki golongan

I dibagi menjadi 4 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rectum, perineum

datar dan fistel tidak ada. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari

orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke

vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel adalah dengan

memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel

terletak uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin

mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi feses

tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum

tindakannya sama pada perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak

ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera

dilakukan kolostomi.

Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu

kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum dan fistel

tidak ada. Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi

feces menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel

vestibulum, muara fistel terdapat divulva. Umumnya evakuasi feses lancar

selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai etrhambat saat penderita

mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila penderita

dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahanantara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses

umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada

atresia rectum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur,

 jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium

sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat

invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.

Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel

perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama

dengan pada wanita ; lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 4/12

membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput. Bila

evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin.

Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan definitive harus

dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara <>

Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainanfistel perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum

biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda

timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang 

anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses

tidal lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi definitive. Bila

tidak ada fistel dan pada invertogram udara.

4. PATOFISIOLOGI

 Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung 

ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal

genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya

penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada

kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10

mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena

kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.

Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak

dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstrksi.

Terdapat tiga macam letak:

Ø Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan

 jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya

disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital

Ø Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya

Ø Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung

rectum paling jauh 1 cm.

Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum

Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius

5. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan

lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal

rectal,adanya membran anal dan fistula eksternal pada perineum

(Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat

buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran

abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol

(Adele,1996). Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir jugamerupakan salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 5/12

dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam

kehijauan karena cairan mekonium.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang 

sebagai berikut :• Pemeriksaan radiologis

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

• Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk

mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

• Ultrasound terhadap

abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untukmengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

• CT scan

Digunakan untuk menentukan lesi.

• Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

• Pemeriksaan fisik Rektum

Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan

selang atau jari.

• Rontgenogram abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang 

berhubungan dengan traktus urinarius.

7. PENATALAKSAAN

• Penatalaksanaan Medis

• Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut

posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.

• Colostomi sementara

• Penatalaksanaan Keperawatan

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 6/12

8. PENGKAJIAN

Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien

dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan. Dan keberhasilan

proses keperawatan tergantung dari pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah

model konseptual keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan

menjadi 11 konsep yang meliputi :

• Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.

• Pola nutrisi-metabolikAnoreksia,

penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia

ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu

oleh mual dan munta dampak dari anestesi.

• Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru

maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi kebutuhan

dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak

terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami

kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).

• Pola Aktivitas dan Latihan

dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.

• Pola Persepsi Kognitif 

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,

daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab

pertanyaan.

• Pola tidur dan istirahat

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeripada luka inisisi.

• Konsep diri dan persepsi diri

Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body

comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena

dampak luka jahitan operasi (Doenges,1993).

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 7/12

• Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan

sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau

perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).

• Pola Reproduktif dan Sexual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat

reproduksi (Doenges,1993).

Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

 Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah

(Doenges,1993).

Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk

dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam

memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan

ibadah (Mediana,1998).

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak

merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan

melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa

mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996).

9. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi

1) Konstipasi berhubungan dengan aganglion.

2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,

muntah.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

 Anoreksia

4. Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan kolostomi

5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

6. Gangguan Citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi

7. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

dan prosedur perawatan.

8. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kebutuhan perawatan

dirumah

Intervensi

Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion

Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB denganteratur.

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 8/12

Kriteria Hasil :

• Penurunan distensi abdomen.

• Meningkatnya kenyamanan.

Intervensi :

1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order

R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.

2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam

R/ Meyakinkan berfungsinya usus

3. Ukur lingkar abdomen

R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya

distensi

Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

menurunnya intake, muntah

Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan

Kriteria Hasil :

• Output urin 1-2 ml/kg/jam

• Capillary refill 3-5 detik

• Turgor kulit baik

• Membrane mukosa lembab

Intervensi :

1. Monitor intake – output cairan

R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien

2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV 

R/ Mencegah dehidrasi

3. Pantau TTV 

R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 9/12

Dx.3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Anoreksia

Tujuan yang diharapkan adalah kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi.

Kriteria hasil :

• menunjukkan peningkatan BB,

• nilai laboratorium normal,

• bebas tanda mal nutrisi.

Intervensi :

1. Pantau masukan/ pengeluaran makanan / cairan.

R/ mengetahui intake dan output

2. Kaji kesukaan makanan anak.

R/ untuk tindakan keperawatan selanjutnya dalam pemberian

nutrisi

3. Beri makan sedikit tapi sering.

R/ untuk menjaga keseimbangan nutrisi tetap ada

4. Pantau berat badan secara periodik.

R/ mengetahui perkembangan BB klien

5. Libatkan orang tua, misal membawa makanan dari rumah, membujuk anak

untuk makan.R/ untuk pemenuhan nutrisi

6. Beri perawatan mulut sebelum makan.

R/ mulut klien tetap sehat

7. Berikan isirahat yang adekuat.

R/ menjaga agar badan tetap Fit

8. Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori

sesuai program diit.

R/ Kalori dalam tubuh tetap terpenuhi 

Dx 4 Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan kolostomi

Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi gangguan integritas kulit.

kriteria hasil :

• penyembuhan luka tepat waktu.

• tidak terjadi kerusakan di daerah sekitar anoplasti.

Intervensi :

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 10/12

1. Kaji area stoma.

R/ untuk mengetahui keadaan sebenarnya.

2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area

stoma

R/ Agar daerah stoma tidak lembab.

3. Sebelum terpasang colostomy bag ukur dulu sesuai dengan stoma.

R/ menjaga keseimbangan

4. Yakinkan lubang bagian belakang kantong berperekat lebih besar sekitar 1/8

dari ukuran stoma.

R/ kantong tidak mudah lepas

5. Selidiki apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.

R/ memberikan rasa kenyamanan pada klien

Dx.5 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi.

kriteria hasil :

• tidak ada tanda – tanda infeksi.

• TTV normal.

• lekosit normal.

Intervensi :

1. Pertahankan teknik septik dan aseptik secaa ketat pada prosedur medis atau

perawatan.

R/ langkah pertama mencegah infeksi

2. Amati lokasi invasif terhadap tanda-tanda infeksi.

R/ untuk pencegahan lebih dini3. Pantau suhu tubuh, jumlah sel darah putih.

R/ mengetahui keadaan umum klien

4. Pantau dan batasi pengunjung , beri isolasi jika memungkinkan.

R/ untuk keamanan klien selama masa parawatan

5. Beri antibiotik sesuai advis dokter.

R/ mencegah adanya bakteri di dalam tubuh

Dx 6 Gangguan Citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi

Tujuan yang diharapkan adalah pasien mau menerima kondisi dirinya

sekarang.

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 11/12

kriteria hasil :

• pasien mentatakan menerima perubahan ke dalam konsep diri tanpa harga diri

rendah.

• menunjukkan penerimaan dengan merawat stoma tersebut.

•menyatakan perasaannya tentang stoma.

Intervensi :

1. Kaji persepsi pasien tentang stoma.

R/ mengetahui pendapat klien tentang penyakitnya

2. Motivasi pasien untuk megungkapkan perasaannya.

R/ klien akan lebih merasa nyaman jika masalahnya diungkapkan

3. Kaji ulang tentang alasan pembedahan.

R/ mengetahui alasan klien

4. Observasi perilaku pasien.

R/ lebih mengetahui sikap klien

5. Berikan kesempatan pada pasien untuk merawat stomanya.

R/ motivasi klien bisa merawat stomanya sendiri

6. Hindari menyinggung perasaan pasien atau pertahankan hubungan positif.

R/ mempertahankan hubungan saling percaya

Dx 7 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit dan prosedur perawatan.

Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang 

Kriteria Hasil :

• Klien tidak lemas

Intervensi :

1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang 

anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay,

media dan gambar

R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien

2. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua

R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan

kecemasan

3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi

R/ Membantu mengurangi kecemasan klien

7/27/2019 86541132-57304624-Atresia-Ani

http://slidepdf.com/reader/full/86541132-57304624-atresia-ani 12/12

Dx 8 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan

kebutuhan perawatan dirumah

Tujuan yang diharapkan adalah pasien dan keluarga memahami perawatan

di rumah.

kriteria hasil :• keluarga menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawata untuk bayi di

rumah.

Intervensi :

1. Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai mereka

dapat melakukan perawatan.

R/ keluarga bisa merawat klien jika dirumah nanti

2. Ajarkan untuk mengenal tanda – tanda dan gejala yang perlu dilaporkan

perawat.

R/ agar keluarga tetap waspada dan melaporkan tanda & gejala kpd

perawat

3. Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan

dilatasi pada anal secara tepat.

R/ keluarga lebih memahami ttg pengurusan bayi

4. Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.

R/ menghindari infeksi yang ada

5. Latih pasien untuk kebiasaan defekasi.

R/ klien lebih mandiri

6. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diit (misalnya serat)