86139630-Common-Cold

5
Common Cold A. Penyebab 1. Virus Salah satu alasan mengapa tidak ada pengobatan untuk common cold adalah lebih dari 200 virus dapat menyebabkan gejala pilek. Salah satunya adalah rhinovirus yang jarang menyebabkan penyakit yang serius. Rhinovirus merupakan penyebab 30-50 % pilek. Peneliti mengindentifikasikan lebih dari 100 tipe rhinovirus. Rhinovirus C ditemukan hanya pada tahun 2007 di seluruh dunia. Rhinovirus tumbuh dengan baik pada temperature 91 o F yang merupakan temperature hidung manusia (National Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012). Peneliti juga mengungkapkan bahwa coronavirus dapat menyebabkan 10-15 % pilek  pada orang dewasa. Meskipun coronavirus menginfeksi hewan, hanya 5 yang menginfeksi manusia sehingga menyebabkan terjadinya penyakit saluran pernafasan. Tidak seperti rhinovirus, coronavirus sulit untuk dinilai dapat menyebabkan pilek karena coronavirus sulit tumbuh di laboratorium (National Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012). Gejala pilek pada orang dewasa juga disebabkan oleh virus yang bertanggung jawab  pada terjadinya penyakit yang lebih parah. Virus-virus tersebut antara lain: coxsackievirus, echovirus, orthomyxovirus (termasuk virus influenza A dan B yang menyebabkan flu),  paramyxovirus (termasuk beberapa virus parainfluenza), dan enterovirus (National Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012). 2. Musim dingin Pilek biasanya muncul pada musim gugur dan dingin. Hal ini berkaitan dengan dimulainya kegiatan sekolah di mana orang-orang menghabiskan banyak waktu di dalam rumah dan memperbesar kesempatan virus menyebar dari orang yang satu ke orang yang lain. Perubahan musim dengan kelembaban relative juga dapat mempengaruhi munculnya pilek. Kebanyakan virus yang menyebabkan common cold lebih menyukai kelembaban rendah. Cuaca dingin juga membuat hidung seseorang menjadi kering dan lebih mudah terinfeksi (National Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012).

Transcript of 86139630-Common-Cold

  • Common Cold

    A. Penyebab

    1. Virus

    Salah satu alasan mengapa tidak ada pengobatan untuk common cold adalah lebih dari

    200 virus dapat menyebabkan gejala pilek. Salah satunya adalah rhinovirus yang jarang

    menyebabkan penyakit yang serius. Rhinovirus merupakan penyebab 30-50 % pilek. Peneliti

    mengindentifikasikan lebih dari 100 tipe rhinovirus. Rhinovirus C ditemukan hanya pada tahun

    2007 di seluruh dunia. Rhinovirus tumbuh dengan baik pada temperature 91o

    F yang merupakan

    temperature hidung manusia (National Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012).

    Peneliti juga mengungkapkan bahwa coronavirus dapat menyebabkan 10-15 % pilek

    pada orang dewasa. Meskipun coronavirus menginfeksi hewan, hanya 5 yang menginfeksi

    manusia sehingga menyebabkan terjadinya penyakit saluran pernafasan. Tidak seperti rhinovirus,

    coronavirus sulit untuk dinilai dapat menyebabkan pilek karena coronavirus sulit tumbuh di

    laboratorium (National Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012).

    Gejala pilek pada orang dewasa juga disebabkan oleh virus yang bertanggung jawab

    pada terjadinya penyakit yang lebih parah. Virus-virus tersebut antara lain: coxsackievirus,

    echovirus, orthomyxovirus (termasuk virus influenza A dan B yang menyebabkan flu),

    paramyxovirus (termasuk beberapa virus parainfluenza), dan enterovirus (National Institute of

    Allergy and Infection Diseases, 2012).

    2. Musim dingin

    Pilek biasanya muncul pada musim gugur dan dingin. Hal ini berkaitan dengan

    dimulainya kegiatan sekolah di mana orang-orang menghabiskan banyak waktu di dalam rumah

    dan memperbesar kesempatan virus menyebar dari orang yang satu ke orang yang lain.

    Perubahan musim dengan kelembaban relative juga dapat mempengaruhi munculnya pilek.

    Kebanyakan virus yang menyebabkan common cold lebih menyukai kelembaban rendah. Cuaca

    dingin juga membuat hidung seseorang menjadi kering dan lebih mudah terinfeksi (National

    Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012).

  • B. Patofisiologi Common Cold

    Rinovirus merupakan virus yang biasanya menyebabkan common cold. Virus lain

    diantaranya corona virus, enterovirus terutama coxsackie virus A21 dan A24, echovirus 11 dan

    20, parainfluenza virus dan adenovirusis. Rhinovirus akan terhirup dalam bentuk droplet yang

    berasal dari pasien penderita common cold saat pasien tersebut bersin. Setelah masa inkubasi 2-4

    hari, pasien akan mengalami gejala-gejala seperti cairan dari hidung yang berlebih atau rinorea,

    bersin-bersin, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, malaise, dan terkadang adanya demam

    ringan. Gejala-gejala common cold disebabkan oleh adanya kombinasi replikasi virus dan respon

    imun tubuh (Mediratta, Sharma, and Verma, 2000).

    Pada infeksi rinovirus yang bertanggung jawab terhadap 70% infeksi saluran

    pernapasan bagian atas, mampu membuat lepasnya lokal mediator, misalnya histamin,

    interleukin 6 dan 8, dan nuclear factor kappa beta. Mediator-mediator ini akan berkombinasi

    dengan respon imun yang menyebabkan timbulnya ciri-ciri gejala common cold (Mediratta, et

    al., 2000).

    Rhinovirus yang menyebabkan common cold biasanya tidak merusak nasal epitelium.

    Makrofag akan mencetuskan produksi sitokin, yang apabila berkombinasi dengan mediator akan

    menimbulkan gejala-gejala. Sitokin menyebabkan efek sistemik. Mediator bradikinin berperan

    utama menyebabkan simtom lokal seperti radang tenggorokan dan iritasi nasal. Simtom biasanya

    bermuka 2-5 hari setelah infeksi awal. Puncak gejala timbul pada 2-3 hari symtomp onset, dapat

    dibedakan apabila influenza akan memiliki simtom yang konstan dan cepat (News-Medical.net,

    2012).

    C. Gejala dan tanda

    Gejala pilek biasanya muncul selama 2-3 hari setelah kontak dengan virus, bahkan bisa

    terjadi hingga seminggu. Gejala yang muncul antara lain :

    Kongesti nasal

    Mengeluarkan ingus

  • Tenggorokan gatal

    Bersin

    Orang dewasa dan anak-anak yang mengalami pilek biasanya juga disertai dengan

    demam atau tidak disertai dengan demam. Anak-anak biasanya demam dengan suhu 100-120o F.

    Seseorang juga mengalami hal-hal berikut tergantung pada virus penyebab :

    Demam

    Penurunan nafsu maka

    Sakit kepala

    Sakit otot

    Postnasal drip

    Sakit tenggorokan (Zieve dan Vorvick, 2011)

    D. Perbedaan Rinitis Alergika, Common Cold dan Influenza

    URAIAN RINITIS ALERGI COMMON COLD INFLUENZA

    PENYEBAB Alergen seperti

    pollen, debu, bulu

    binatang.

    Rinovirus, corona

    virus, enterovirus

    terutama coxsackie

    virus A21 dan A24,

    echovirus 11 dan 20,

    parainfluenza virus

    dan adenovirusis.

    Virus influenza

    merupakan jenis virus

    yang bercangkang,

    negative-sense, single

    stranded RNA virus

    dari famili

    Orthomyxoviridae.

    GEJALA gejala berupa bersin-

    bersin, hidung

    beringus, gatal-gatal

    di sekitar hidung

    setelah terpapar

    alergen.

    Kongesti nasal,

    Mengeluarkan ingus,

    Tenggorokan gatal,

    Bersin

    demam tinggi, nyeri

    otot, sakit kepala,

    malaise parah, batuk

    tanpa dahak, sakit

    tenggorokan, dan

    rinitis, rasa lelah.

    KARAKTERISTIK

    TIMBULNYA

    Simtom biasanya

    bermula 2-5 hari

    influenza akan

    memiliki simtom yang

  • GEJALA setelah infeksi awal.

    Puncak gejala timbul

    pada 2-3 hari

    symtomp onset.

    konstan dan cepat.

    Sistem imun akan

    menyerang alergen

    yang masuk ke dalam

    tubuh. Sistem imun

    yang melawan alergen

    dengan memproduksi

    antibodi disebut

    Immunoglobulin E.

    Makrofag akan

    mencetuskan produksi

    sitokin, yang apabila

    berkombinasi dengan

    mediator akan

    menimbulkan gejala-

    gejala. Sitokin

    menyebabkan efek

    sistemik. Mediator

    bradikinin berperan

    utama menyebabkan

    simtom lokal seperti

    radang tenggorokan

    dan iritasi nasal.

    Influenza virus

    menginvasi sel dan

    memutus ikatan

    hemagglutinin virus

    dengan beberapa

    protease. Inhibisi

    adrenocorticotropic

    hormone (ACTH)

    yang akan

    menyebabkan

    turunnya level kortisol

    Rinitis alergi disebabkan oleh alergen yaitu pollen, pepohonan, bulu binatang, mold,

    hewan kecil, dan rerumputan. Gejala alergi yang timbul karena adanya reaksi sistem imun.

    Sistem imun akan menyerang alergen yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun yang melawan

    alergen dengan memproduksi antibodi disebut Immunoglobulin E. Antibodi ini akan menuju ke

    sel yang mengeluarkan senyawa kimia, menyebabkan reaksi alergi dengan gejala berupa bersin-

    bersin, hidung beringus, gatal-gatal di sekitar hidung. Subjek yang mengalami rinitis alergi dapat

    pula menderita mata berair, dan biasanya mereka lebih sensitif terhadap iritan atau alergen

    misalnya asap, parfum, dan udara kering (American Academy of Allergy, Asthma &

    Immunology, 2012).

    Rinovirus merupakan virus yang biasanya menyebabkan common cold. Virus lain

    diantaranya corona virus, enterovirus terutama coxsackie virus A21 dan A24, echovirus 11 dan

    20, parainfluenza virus dan adenovirusis. Simtom biasanya bermula 2-5 hari setelah infeksi awal.

  • Puncak gejala timbul pada 2-3 hari symtomp onset, dapat dibedakan apabila influenza akan

    memiliki simtom yang konstan dan cepat.

    Influenza merupakan infeksi virus yang berefek pada hidung, tenggorokan, bronkus,

    dan paru-paru. Infeksi biasanya terjadi kira-kira selama seminggu, dan dikarakterisasikan dengan

    onset cepat yaitu timbulnya demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, malaise parah, batuk tanpa

    dahak, sakit tenggorokan, dan rinitis. Virus akan berpindah dari penderita ke calon penderita

    yang lain ketika pasien yang terinfeksi batuk dan bersin (World Health Organization, 2012).

    Virus influenza merupakan jenis virus yang bercangkang, negative-sense, single stranded RNA

    virus dari famili Orthomyxoviridae. Inti nukleoprotein digunakan untuk membedakan tiga tipe

    virus influenza yaitu A, B, dan C. Virus influenza A merupakan virus yang paling banyak

    menyebabkan flu pada manusia dan infeksi avian influenza (Derlet and Bennet, 2012).

    American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, 2012, Rhinitis (Hay Fever): Tips to

    Remember, http://www.aaaai.org/conditions-and-treatments/library/at-a-

    glance/rhinitis.aspx, diakses tanggal 29 Februari 2012.

    Derlet, R. W., and Bennet, N. J., 2012, Influenza,

    http://emedicine.medscape.com/article/219557-overview#a0104, diakses pada 29

    Februari 2012.

    World Health Organization, 2012, Influenza, http://www.who.int/topics/influenza/en/, diakses

    pada 29 Februari 2012.

    Zieve, D., dan Vorvick, L.J., 2011, Common Cold, Medline Plus, National Institute of Health,

    http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000678.htm, diakses tanggal 26

    Februari 2012.

    Mediratta, P. K., Sharma, K. K., Verma, V., 2000, A Review On Recent Development of

    Common Cold Therapeutic Agents, Indian Journal of Medical Sciences, 54, 485.News-

    Medical.net, 2012, What is Common Cold, http://www.news-medical.net/health/What-

    is-the-Common-Cold.aspx, diakses tanggal 29 Februari 2012.

    National Institute of Allergy and Infection Diseases, 2012, Common Cold,

    http://www.niaid.nih.gov/topics/commonCold/Pages/cause.aspx, diakses tanggal 27

    Februari 2012.