83797425-Laporan-HIPERKES

33
“LAPORAN KUNJUNGAN PELATIHAN HIPERKES DAN K3 DOKTER PERUSAHAAN/ INSTANSI PERIHAL RISIKO FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA DI PT MEGA ANDALAN KALASANPeriode 25 november 2011 Disusun Oleh : dr.Albaaza Nuady dr. Alexander dr. Amalia Puri Handayani dr. Andi Lestiono dr. Angela Bety Ratnasari dr. Anin Ika Rosa dr. Arie Faishal dr. Arie Muslihudin dr. Arif Darmawan dr. Azmi Farhadi dr. Bayu Antara Hadi dr. Budi Susilo dr. Citrawati Dyah K. dr. Diah Anung Putri Yanti dr. Dwi Rahayu dr. Dwi Rahma Lutfiani dr. Eka Sinatria Prabawa dr. Faishal Arief dr. Fajar Indhira Utami Balai HiPERKES YOGYAKARTA 2011

Transcript of 83797425-Laporan-HIPERKES

Page 1: 83797425-Laporan-HIPERKES

“LAPORAN KUNJUNGAN PELATIHAN HIPERKES DAN

K3 DOKTER PERUSAHAAN/ INSTANSI PERIHAL

RISIKO FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA

DI PT MEGA ANDALAN KALASAN“

Periode

25 november 2011

Disusun Oleh :

dr.Albaaza Nuady

dr. Alexander

dr. Amalia Puri Handayani

dr. Andi Lestiono

dr. Angela Bety Ratnasari

dr. Anin Ika Rosa

dr. Arie Faishal

dr. Arie Muslihudin

dr. Arif Darmawan

dr. Azmi Farhadi

dr. Bayu Antara Hadi

dr. Budi Susilo

dr. Citrawati Dyah K.

dr. Diah Anung Putri Yanti

dr. Dwi Rahayu

dr. Dwi Rahma Lutfiani

dr. Eka Sinatria Prabawa

dr. Faishal Arief dr. Fajar Indhira Utami

Balai HiPERKES YOGYAKARTA 2011

Page 2: 83797425-Laporan-HIPERKES

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………... 1

BAB I. Abstrak………………………………………………………………….. 2

BAB II. Pendahuluan……………………………………………………………. 5

II.1. Latar Belakang……………………………………………………………... 5

II.2. Profil Perusahaan…………………………………………………………… 6

II.3. Tujuan……………………………………………………………………… 8

II.4. Manfaat…………………………………………………………………….. 8

BAB III. Tinjauan Pustaka………………………………………………………. 10

BAB IV. Pembahasan…………………………………………………………… 19

IV.1. Faktor Cahaya……………………………………………………………. 19

IV.2. Faktor Kebisingan…………………………………………………………. 20

IV.3. Faktor Iklim……………………………………………………………….. 21

BAB V. Kesimpulan dan Saran…………………………………………………. 24

BAB VI. Penutup………………………………………………………………... 25

Lampiran………………………………………………………………………… 27

Daftar Pustaka…………………………………………………………………… 30

Page 3: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantisa kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat

dan rahmat-Nya lah penulis bisa menyelesaikan Tugas Kunjungan Perusahaan dalam

rangka Pelatihan Dokter Hiperkes dengan materi Laporan Potensi Bahaya Faktor

Fisik diantaranya faktor kebisingan, cahaya, dan iklim kerja.

Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai sarana untuk

menyempurnakan atau sebagai syarat kelulusan dari pelatihan hiperkes. Laporan

tugas hiperkes ini disusun berdasarkan pengamatan, dan materi-materi yang

didapatkan dari kunjungan ke PT. MEGA ANDALAN KALASAN.

Penulis berharap, dengan adanya laporan ini kedua belah pihak dapat saling

memenuhi kelengkapannya masing-masing, yakni persyaratan kelulusan Pelatihan

Hiperkes bagi para dokter, dan sebagai bahan Evaluasi perbaikan sistem K3 bagi PT.

MAK, meskipun hasil analisis dari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis

mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan tugas akhir

ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 25 November 2011

Penulis

Page 4: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 2

BAB I

ABSTRAK

Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang

berbeda-beda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap

kemampuan manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik

dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Manusia

akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila ditunjang oleh

lingkungan kerja yang baik. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai

lingkungan kerja yang baik apabila manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan

optimal dengan sehat, aman dan selamat. Ketidakberesan lingkungan kerja dapat

terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang

kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak

mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif.

Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat

bekerja secara optimal dan produktif, oleh karena itu lingkungan kerja harus

ditangani dan atau di desain sedemikian sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja

untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Evaluasi

lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui

respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.

Di dalam perencanaan dan perancangan sistem kerja perlu diperhatikan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja seperti, kebisingan,

pencahayaan, suhu dan lain-lain. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik

apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan

optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada

lingkungan tersebut dapat terlihat dampaknya dalam jangka waktu tertentu.

Page 5: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 3

Faktor lingkungan kerja, alat, dan cara sangat berpengaruh terhadap

produktivitas. Dalam usaha mendapatkan produktivitas yang tinggi, maka faktor-

faktor tersebut harus serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia

pekerja. Secara skemetis alurpikir tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya produktivitas kerja dapat diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Digambarkan bahwa faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap

performansi kerja yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas

pekerja.

Dalam suatu lingkungan kerja, manusia mempunyai peranan sentral kerja

dimana manusia berperan sebagai perencana dan perancang suatu sistem kerja

disamping manusia harus berinteraksi dengan sistem untuk dapat mengendalikan

proses yang sedang berlangsung pada sistem kerja secara keseluruhan. Manusia

sebagai salah satu komponen dari suatu sistem kerja merupakan bagian yang sangat

kompleks dengan berbagai macam sifat, keterbatasan dan kemampuan yang

dimilikinya. Namun demikian usaha untuk memahami tingkah laku manusia,

khususnya tingkah laku kerja manusia tidak dapat dilakukan hanya dengan

memahami kondisi fisik manusia saja. Kelebihan dan keterbatasan kondisi fisik

manusia memang merupakan faktor yang harus diperhitungkan, tetapi bukan satu-

satunya faktor yang menentukan produktivitas kerja.

Lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi manusia (pekerja)

tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pekerja itu sendiri dan

tentu saja terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan. Oleh karena itu perancangan

lingkungan kerja yang baik dan optimal sangat diperlukan. Berikut ini penjelasan

mengenai faktor-faktor fisik lingkungan kerja. Kondisi yang ergonomis, yaitu

lingkungan kerja yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pekerja. Rasa

nyaman sangat penting secara biologis karena akan mempengaruhi kinerja pada organ

tubuh manusia ketika sedang bekerja. Penyimpangan dari batas kenyamanan akan

menyebabkan perubahan secara fungsional yang pada akhirnya berpengaruh pada

fisik maupun mental pekerja.

Page 6: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 4

Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai

hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas

lingkungan yang baik akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung

kinerja dan produktivitas manusia.

Kualitas lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi manusia

sebagai pekerja akan mendukung kinerja dan produktivitas kerja yang dihasilkan.

Pengendalian dan penanganan faktor-faktor lingkungan kerja seperti kebisingan,

temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu masalah yang harus ditangani

secara serius dan berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur yang panas

getaran dan pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja merupakan salah satu

sumber yang mengakibatkan tekanan kerja dan penurunan produktivitas kerja.

Page 7: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 5

BAB II

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Perlindungan dan keselamatan kerja merupakan unsur penting dalam

mencapai kondisi lingkungan kerja yang baikdi dalam keseluruhan arus konteks

globalisasi ekonomi dewasa ini. Hiperkes dan keselamatan kerja pada prinsipnya

tidak hanya merupakan kebutuhan untuk mencapai kondisi lingkungan kerja

yang baik dan sehat tetapi juga merupakan faktor utama dan positif di dalam

membantu pertumbuhan ekonomi dan produktivitas.

Setiap tempat kerja mengandung potensi bahaya bagi tenaga kerja

sehingga terjadi kemungkinan terjadi suatu keadaan darurat. Potensi bahaya

tersebut meliputi potensi bahaya fisik, kimia, biologis, ergonomis, mekanis.

Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan

berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Lingkungan kerja

yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal

dan produktif. Oleh karena itu, lingkungan kerja harus dibuat sedemikian rupa

sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam

suasana aman dan nyaman.

Iklim kerja, kebisingan, dan pencahayaan merupakan faktor fisik yang

memiliki peran penting di lingkungan kerja. Keadaan tempat kerja yang terlalu

panas mengakibatkan karyawan mudah lelah dan menimbulkan gangguan

kesehatan, sedangkan ruangan yang terlalu yang dingin akan mengakibatkan

daya tahan tubuh tenaga kerja berkurang sehingga para pekerja akan sering sakit.

Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi, komunikasi, dan

kemampuan berpikir. Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

Page 8: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 6

penurunan daya dengar yang mula-mula bersifat sementara dan kemudian

bersifat permanen. Faktor ketiga yaitu pencahayaan penting bagi efisiensi kerja.

Hampir semua tempat kerja selalu membutuhkan pencahayaan yang baik sesuai

dengan tingkat ketelitian dan jenis pekerjaan yang berlangsung di tempat kerja

tersebut. Kelelahan mata dapat menimbulkan rasa kantuk dan berbahaya bila

tenaga kerja mengoperasikan mesin-mesin yang berbahaya sehingga dapat

menyebabkan kecelakaan kerja.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian terhadap faktor

fisik yang meliputi iklim kerja, kebisingan dan pencahayaan di PT Mega

Andalan Kalasan, mengenai permasalahan yang ditimbulkan serta usaha-usaha

yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

2.2. Profil Perusahaan

PT. Mega Andalan Kalasan (PT. MAK) adalah suatu perusahaan

manufaktur dan engineering pada bidang peralatan rumah sakit.Perusahaan ini

berdiri pada 1988 dan sampai saat ini telah menjadi salah satu leader dalam

bidangnya. Produk yang dihasilkan adalah meliputi tempat tidur pasien, meja

operasi, meja pemeriksaan, stretcher, rak dan lemari, tempat tidur lipat dan lain

sebagainya seperti mesin pembuat plastik. Produk PT. MAK telah didistribusikan

ke jaringan distributor di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, Asia selatan, Timur

tengah,Australia dan Eropa. Saat ini PT. MAK juga meluaskan jaringan

perusahaannya sebagai salah satu produsen sepeda motor.

Perusahaan ini terletak pada sebidang tanah berukuran 104.000 m2 di

Kalasan-Yogyakarta, Indonesia dengan luas bangunan pabrik sebesar 58.000 m2

dan sampai saat ini telah mempekerjakan lebih dari 470 pekerja tetap dan 250

pekerja kontrak. PT. MAK juga memiliki pabrik keduanya di daerah Prambanan

Page 9: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 7

dengan luas 7-8 Ha yang saat ini digunakan sebagai Training centre, Unit

Produksi (sebagian) dan lain-lain.Unit dan fasilitas tambahan PT. MAK meliputi

pusat pembelajaran, bengkel engineering dan prototype serta SPIKMA (Sentra

Industri Kecil).

PT. MAK memiliki suatu harapan untuk dapat memberikan suatu solusi

pelayanan yang menyeluruh melampaui harapan masyarakat dan konsumen

dalam bentuk pengembangan produk yang bekesinambungan dan terus menerus

sesuai dengan kebutuhan pasar.Untuk mencapai tujuan tersebut, maka PT. MAK

menginvestasikan sejumlah dana untuk penelitian dan desain tiap tahunnya.

Sistem produksi PT MAK dibagi menjadi 8 bagian yakni unit

engineering, bagian mesin, bagian manufaktur, bagian komponen plastik,

komponen metal, gudang, bagian IT dan bagian transportasi / delivery.

Selain memberikan kepuasan kepada konsumen, PT. MAK juga berusaha

senantiasa menghargai dan memacu para karyawan dan pekerja untuk

meningkatkan kreatifitas dan kemampuan mereka dengan tidak melupakan aspek

keselamatan dan kesehatan kerja karena PT. MAK menganggap bahwa

keselamatan kerja karyawan sangat berpengaruh pada proses produksi.PT. MAK

senantiasa berusaha agar tidak terjadi kecelakaan kerja (zero accident), tidak

terjadi PAK dan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PT. MAK melakukan serangkaian

training baik internal maupun eksternal, penyediaan alat kerja yang sesuai,

pemasangan rambbu-rambu dan label bahaya, penyediaan APAR, Pemeriksaan

kesehatan (awal dan rutin), pemeriksaan/pengukuran lingkungan (internal dan

eksternal), penyediaan kotak P3, APD, simulasi kebakaran dan asuransi (PT.

JAMSOSTEK).

Page 10: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 8

PT. MAK juga menjalin kemitraan dengan berbagai perusahaan

subkontrak dan beberapa universitas untuk misi khusus seperti pengujian

kekuatan dan keamanan produk.PT. MAK telah mendapat sertifikasi standar

internasional seperti halnya DIN EN ISO 9001:2008 for Quality Management

System by TUV-cert, EN-ISO 13485:2003 for quality System Medical Device by

RWTUV, Germany, ACE – Marking for European market, OHSAS 18001:2007

for Health & Safety dan ISO 14001:2004 for Environment by TUVCART (MAK

Technologies, 2011)

2.3. Tujuan

1. Melakukan pengukuran dan pengamatan mengenai iklim kerja, kebisingan,

dan pencahayaan di PT Mega Andalan Kalasan

2. Mengidentifikasi potensi bahaya yang meliputi iklim kerja, kebisingan, dan

pencahayaan di PT Mega Andalan Kalasan

3. Merencanakan upaya pengendalian potensi bahaya yang ada terkait dengan

iklim kerja, kebisingan, dan pencahayaan di PT Mega Andalan Kalasan

2.4. Manfaat

1. Bagi perusahaan, hasil observasi ini dapat dijadikan bahan masukan dalam

upaya peningkatan kinerja atau produktivitas karyawan perusahaan yang telah

berjalan dan mendapat rekomendasi solusi untuk kendala yang dihadapi di

lapangan.

2. Bagi dokter peserta pelatihan, rangkaian kegiatan observasi ini dapat dijadikan

pengalaman dan pengajaran untuk kegiatan ilmiah lain pada umumnya dan

kegiatan hiperkes pada khususnya.

Page 11: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 9

3. Bagi masyarakat, hasil observasi ini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui

kondisi perusahaan secara umum dan menjadi bahan pertimbangan dalam

mencari lapangan pekerjaan.

Page 12: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 10

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

KEBISINGAN

A. Defenisi Kebisingan

Bising Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat

menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang

pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum pendengaran),

berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.

Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang

merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit

atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-

teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)".

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak

dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan

ketulian.

Gangguan Pendengaran

Adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam

melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.

Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat

ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut:

Gradasi Parameter

Normal : Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m)

Sedang : Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m

Menengah : Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m

Page 13: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 11

Berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak >1,5 m

Sangat berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak <1,5 m

Tuli Total : Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Menurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut:

Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal

Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, disebut tuli ringan

Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang

Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB, disebut tuli berat

Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 disebut tuli sangat berat

Anatomi Telinga dan Mekanisme Mendengar

Telinga terdir dari 3 bagian utama yaitu:

1. Telinga bagian luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh

membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung

gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi

frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu juga pula

sebaliknya.

2. Telinga bagian tengah

Terdiri atas osside yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran yang halus)

Martillandasan Sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membran

timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat

fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea.

Page 14: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 12

3. Telinga bagian dalam

Yang juga disebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea mengandung

cairan, di dalamnya terdapat membrane basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-el

rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan

diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan membrane basiler. Getaran ini

merupakan impuls bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui

syaraf pendengar (nervus cochlearis).

Mengukur Tingkat Kebisingan

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound

Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer.

Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter

karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia

bekerja. Nilai ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu

bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.

Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila

ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara

yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk.

Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram

adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara

yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga.

Nilai Ambang Batas Kebisingan

Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila

bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978, Nilai Ambang Batas untuk

kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata

yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar

Page 15: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 13

yang tetap untuk wwaktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam

seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut:

82 dB : 16 jam per hari

85 dB : 8 jam per hari

88 dB : 4 jam per hari

91 dB : 2 jam per hari

97 dB : 1 jam per hari

100 dB : ¼ jam per hari

B. Jenis Kebisingan

Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:

1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif

tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut.

Misalnya mesin, kipas angina, dapur pijar.

2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga

relative tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada

prekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.

3. Bising terputus-putus (Intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus

menerus,melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,

kebisingan dilapangan terbang.

4. Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi

40 dB

5. dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya

tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

6. Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini

terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.

Page 16: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 14

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia , bising dapat dibagi atas:

a. Bising yang mengganggu (Irritating noise).Intetitas tidak terlalu keras.

Misalnya mendengkur.

b. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi

pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda

bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

c. Bising yang merusak (damaging / injurious noise). Adalah bunyi yang

intesitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan

fungsi pendengaran.

C. Pengaruh Bising Terhadap Tenaga Kerja

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti

gangguan fisiologis, gangguan psikologis,gangguan komunikasi dan ketulian,atau

ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya

gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi

terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja,

kelelahan dan stress. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising

terhadap ksehatan pekerja sebagai berikut:

Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal

metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Page 17: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 15

Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi,

susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat

menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner

dan lain-lain.

Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan

mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum

berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan

mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena

tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat

menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.

Gangguan keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti

kepala pusing, mual dan lain-lain.

Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan

terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat

menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat

progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat

bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang

sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah kebisingan

bagi orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara

tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor

psikologis dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti

kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada

Page 18: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 16

tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap

kebisingan tsb.

Tipe Uraian

Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intesitas tinggi, tenaga kerja

akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu

pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat

secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula

dengar sempurna.

Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)

Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS di

pengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

Page 19: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 17

- Tingginya level suara

- Lama pemaparan

- Spektrum suara

- Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan

terjadinya

- TTS akan lebih besar.

- Kepekaan individu

- Pengaruh obat-obatan.

Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila

diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin,

streptomycin, kansmycin dsn beberapa obat lainnya.

- Keadaan kesehatan

D. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketulian

Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjaan (occupational hearing

loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan oleh

bukan karena kerja (non- occupational hearing loss).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja (occupational

hearing loss), adalah sebagai berikut:

- Intensitas suara yang terlalu tinggi.

- Usia karyawan.

- Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing

impairment).

- Tekanan dan frekuensi bising tersebut.

- Lamanya bekerja.

- Jarak dari sumber suara.

- Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja.

Page 20: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 18

E. Pengendalian Kebisingan

Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap:

Terhadap Sumbernya dengan cara:

- Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya.

- Substitusi alat

- Mengubah proses kerja

Terhadap Perjalanannya dengan cara:

- Jarak diperjauh

- Akustik ruangan

- Enclosure

Terhadap penerimanya dengan cara:

- Alat pelindung telinga

- Enclosure (mis.dalam control room)

- Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja.

- Selain dari ketiga di atas, dapat juga dilakukan dengan melakukan:

Pengendalian secara Teknis (Engineering control) dengan cara:

- Pemilihan equipment / process yang lebih sedikit menimbulkan bising.

- Dengan melakukan perawatan (Maintenance).

- Melakukan pemasangan penyerap bunyi.

- Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik).

- Menghindari kebisingan

Pengendalian secara Administratif (Administartive control) dengan cara:

- Melakukan shift kerja

- Mengurangi waktu kerja

- Melakukan tranning

Page 21: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 19

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Faktor Cahaya

Kesimpulan :

Dari hasil pengukuran yang telah kami lakukan dan data yang kami peroleh

dapat diketahui bahwa pencahayaan terutama di lokasi tool making dan ruang

komputer kurang. Pada ruang HPA juga didapatkan adanya back light karena ada

lampu yang tidak dinyalakan.

Saran:

Edukasi agar setiap lampu yang disediakan dinyalakan sesuai kebutuhan,

dapat berupa instruksi atau petunjuk penggunaan.

Page 22: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 20

4.2. Faktor Kebisingan

Kesimpulan:

Dari hasil pengukuran yang telah kami lakukan dan data yang kami peroleh

dapat diketahui bahwa dari enam titik yang dilakukan penilaian didapatkan dua titik

yang melebihi NAB ( Zona bor manual dan zona gerinda) dan beberapa tenaga kerja

tidak menggunakan APD telinga (ear plug) karena dirasa tidak nyaman.

Saran:

1. Sosialisasi penggunaan APD telinga perlu ditingkatkan kembali dapat berupa

poster atau sistem reward.

2. Penyuluhan mengenai manfaat dan dampak jangka lama penggunaan APD

telinga terhadap kebisingan perlu ditingkatkan kembali.

Page 23: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 21

4.3. Faktor Iklim

Kesimpulan:

Dari hasil pengukuran yang telah kami lakukan dan data yang kami peroleh

dapat diketahui bahwa nilai ISBB baik dibawah NAB, namun kelembapan masih

kurang.

Saran:

Perlu penambahan exhaust fan dan instruksi atau petunjuk agar exhaust fan

dinyalakan saat dibutuhkan.

Page 24: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 22

PETUNJUK TEKNIS PRAKTEK KUNJUNGAN PERUSAHAAN

PESERTA PELATIHAN HIPERKESDAN KESELAMATAN TENAGA KERJA BAGI DOKTER PERUSAHAAN/ INSTANSI

ASPEK : POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA

IDENTITAS PERUSAHAAN 1. Nama perusahaan : PT Mega Andalan Kalasan 2. Jenis Perusahaan : Manufaktur 3. Alamat Perusahaan : Jl. Tanjung Tirto, No.34 Km 13 Kalasan 4. Jumlah Tenaga kerja : 470 tenaga tetap, 250 tenaga kontrak 5. Tanggal Kunjungan : 25 November 2011

PROSES PRODUKSI

1. Bahan yang diperlukan :

a. Bahan baku : Baja lunak (lembaran, pipa, pejal), stainless steel

(lembaran, pipa, pejal), alumunium, biji plastik.

b. Bahan Tambahan : papan kayu, standard past (baut, mur, lager,

ring) karet.

2. Mesin / peralatan kerja yang digunakan : mesin cutting, cutting manual,

turning, molding, grinding cutter,

CNC punching, punching manual,

bending, welding, paint oven.

3. Proses produksi : bahan baku – preparasi (dipotong) – pembentukan –

perakitan/ pengelasan – pengecatan/ oven painting –

finishing - packaging.

Page 25: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 23

4. Barang yang dihasilkan

a. Produk utama : Hospital furniture, office furniture

b. Barang sampingan : sepeda motor, tabung elpiji 3kg, tools,

injection plastic parts.

5. Limbah: metal (potongan logam) dikumpulkan dikirim ke pihak ketiga untuk

didaur ulang, limbah cair (cat) melalui proses IPAL (diawasi BPTKL) setelah

tidak berbahaya dibuang ke sungai (pemantauan biota sungai), partikel debu

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA

Bagian Fisik

Potensi Bahaya Sumber Potensi Bahaya Pengendalian Kebisingan Mesin APD Getaran Mesin Pencahayaan Kurang Mekanis Lampu menyala, jendela

cukup Iklim Kerja Panas Dehidrasi, cephalgia Kipas angin, air, exhaust Iklim Kerja Dingin Tidak ada - Radiasi Tidak ada - Tekanan Udara Tinggi Tidak ada - Dsb Tidak ada -

Page 26: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang mana dapat merugikan

kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran dan bila pemaparan

dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian.

2. Pada dasarnya perjalanannya dan penerimanya. Selain itu dapat juga dengan

melakukan pengendalian secara teknis (Engineering control), pengendalian

secara administratif (Administrative control) dan langkah alat pelindung

pendengaran.

3. Pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dapat dilakukan dengan

program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur perusahaan

dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada karyawan mengenai

kebisingan dan pengaruhnya terhadap kesehatan di tempat kerja.

4. Gunakan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan pekerjaan yang terpapar

langsung dengan kebisingan di tempat kerja dan APD yang digunakan harus

memberikan perlindungan dan memberikan rasa aman dan nyaman terhadap

pemakainya.

Page 27: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 25

SARAN BAGI PERUSAHAAN

1. Perlu diberikan instruksi atau petunjuk penggunaan untuk beberapa alat

(seperti lampu, exhaust, dan kipas)

2. Perlu ditambah fasilitas exhaust fan, kipas, dan lampu.

3. Perlu sosialisasi penggunaan APD untuk lebih ditingkatkan, dapat berupa

poster, atau sistem reward untuk pekerja yang disiplin menggunakan APD.

4. Perlu diadakan penyuluhan mengenai manfaat dan dampak jangka panjang

Kebisingan tanpa penggunaan APD.

SARAN BAGI PESERTA PELATIHAN HIPERKES BERIKUTNYA :

1. Pengukuran setiap elemen dilakukan secara berkala, tidak hanya 1 waktu,

sehingga didapatkan hasil yang representatif.

2. Review penggunaan alat/ instrumen pengukuran sebelum kunjungan

3. Waktu kunjungan lebih diperpanjang, sehingga diperoleh hasil yang optimal

Page 28: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 26

BAB VI

PENUTUP

Semoga dengan disusunnya karya tulis ini, dapat kita jadikan pedoman

pembelajaraan dalam menambah wawasan mengenai Hiperkes bagi para Dokter

Perusahaan atau Instansi, dalam melaksanakan tugasnya.

Semoga apa yang kami sampaikan diatas mengenai Potensi Bahaya Faktor

Fisik di lingkungan kerja dapat bermanfaat bagi kita semua, sehingga jika suatu saat

kita menjumpai kendala dalam mengelola kesehatan di lingkungan kerja baik itu

dalam suatu perusahaan atau Instansi, maka kita sudah dapat mengambil langkah-

langkah antisipasi bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut.

Sekian pembahasan dari kami, Assalamualaikum Wr.Wb

Page 29: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 27

Lampiran

Pencahayaan

Keterangan :

1. Pada gambar diatas, distribusi pencahayaan terlihat cukup merata 2. Pada beberapa alat yang memerlukan ketelitian sudah ditambahkan

pencahayaan lokal

Page 30: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 28

Kebisingan

Keterangan :

1. Pengukuran kebisingan dengan menggunakan alat noise audiometer. 2. Beberapa pekerja menggunaka ear plug saat bekerja di dekat mesin pabrik.

Page 31: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 29

Iklim Kerja

Komentar:

1. Dilakukan pengukuran iklim kerja untuk mendapatkan suhu basah alami, suhu kering, suhu radiasi, indeks suhu basah basal.

2. Dirasakan iklim kerja cukup panas. 3. Disediakan air minum (dispenser). 4. Ventilasi tertata dengan baik, namun beberapa exhaust fan tidak bekerja.

Page 32: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 30

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network (Jejaring Kerja dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara ASEAN),2003; http://www.asean-osh.net/indonesia/osh%20statistic.htm. Bennet, dkk.1985. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002. www.depkes.go.id

Hicks, Charles. Fundamental Concepts in the Design of Experiments.Florida : Saunders College Publishing. 1993.

K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 21 Agustus 2008 diambil di website http://gedbinlink.wordpress.com/tag/k3/

Konradus, Dangur. 2003. Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja. pada http://www.sinarharapan.co.id/berita/0708/02/opi01.html)

McCormick,E.J and M.S. Sanders. Human Factor in Engineering and Design. New York : McGraw Hill Book Company, 1994.

Montgomery, Douglas. Design and Analysis of Experiments. New York : John Wiley & Sons Inc. 1991.

Muhaimin. Teknologi Pencahayaan. Bandung: Refika Aditama, 2001.

Nurmianto, Eko. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Penerbit Guna Widya, 1995.

PT.Pustaka Binaman Pressindo Dalih. 1982. Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana Bengkel 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Santa H. Pengaruh Kebisingan, Temperatur dan Pencahayaan Terhadap Performa Karyawan. http://www.mercubuana.ac.id

Sudjana. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Penerbit Tarsito. 1995.

Sudjana. Metoda Statistika.. Bandung : Penerbit Tarsto. 1992.

Page 33: 83797425-Laporan-HIPERKES

POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA 31

Suma’mur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Toko Gunung Agung

Suma’mur PK. PK. 1999. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakata: CV Haji Masagung

Suma’mur. 1988. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV.Haji Masagung

Suma’mur. Hyperkes Kesehatan Kerja Dan Ergonomi. Jakarta: Muara Agung Dharma Bhakti, 1987.

Sutalaksana dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri, Bandung : ITB, 1979.

Sutaryono. 2002. Hubungan antara tekanan panas, kebisingan dan penerangan dengan kelelahan pada tenaga kerja di PT. Aneka Adho Logam Karya Ceper klaten, Skripsi. Semarang : UNDIP

Tarwaka dkk. Ergonomi untuk keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS, 2004.

Tarwaka, Solichul, Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan Kerja

Dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Pers

Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya : Penerbit Guna Widya, 2000