MAKALAH TUGAS HIPERKES

20
Kata Pengantar Puji syukur senantisa kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karna atas berkat dan rahmatnya penulis bisa menyelesaikan Makalah Tugas Hiperkes tentang Materi Kebisingan. Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai sarana untuk menyempurnakan atau sebagai syarat dari mata kuliah praktikum hiperkes. Laporan tugas hiperkes ini disusun berdasarkan pengamatan, dan materi-materi yang didapatkan dari media cetak maupun media elektronik. Penulis berharap, dengan adanya laporan ini dapat memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah hiperkes, meskipun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan wawasan tentang keselamatan kerja, serta kurangya pengetahuan, maka penulis mengharap saran dan kritik pada laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat. Amin Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 1

description

artis

Transcript of MAKALAH TUGAS HIPERKES

Page 1: MAKALAH TUGAS HIPERKES

Kata Pengantar

Puji syukur senantisa kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karna atas berkat dan

rahmatnya penulis bisa menyelesaikan Makalah Tugas Hiperkes tentang Materi Kebisingan.

Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai sarana untuk

menyempurnakan atau sebagai syarat dari mata kuliah praktikum hiperkes. Laporan tugas

hiperkes ini disusun berdasarkan pengamatan, dan materi-materi yang didapatkan dari media

cetak maupun media elektronik.

Penulis berharap, dengan adanya laporan ini dapat memenuhi persyaratan kelulusan mata

kuliah hiperkes, meskipun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan

wawasan tentang keselamatan kerja, serta kurangya pengetahuan, maka penulis mengharap saran

dan kritik pada laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat. Amin

Yogyakarta, Desember 2010

Penulis

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 1

Page 2: MAKALAH TUGAS HIPERKES

KEBISINGAN

A. Defenisi Kebisingan

Bising Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan

pendengaran baik secara kwantitatif [ peningkatan ambang pendengaran ] maupun secara

kwalitatif [ penyempitan spektrum pendengaran ], berkaitan dengan

faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.

Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang

merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau

yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik

Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)".

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak

dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan

ketulian.

Gangguan Pendengaran

Adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam

melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.

Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan

menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut:

Gradasi Parameter

Normal : Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m)

Sedang : Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m

Menengah : Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m

Berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak >1,5 m

Sangat berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak <1,5 m

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 2

Page 3: MAKALAH TUGAS HIPERKES

Tuli Total : Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Menurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut:

Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal

Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, disebut tuli ringan

Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang

Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB, disebut tuli berat

Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 disebut tuli sangat berat

Anatomi Telinga dan Mekanisme Mendengar

Telinga terdir dari 3 bagian utama yaitu:

1. Telinga bagian luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh

membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung

gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi

frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu juga pula

sebaliknya.

2. Telinga bagian tengah

Terdiri atas osside yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran yang halus) Martillandasan-

Sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membran timpani dan

meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval

window ini terdapat pada ujung dari cochlea.

3. Telinga bagian dalam

Yang juga disebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea mengandung

cairan, di dalamnya terdapat membrane basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel

rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan

diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan membrane basiler. Getaran ini

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 3

Page 4: MAKALAH TUGAS HIPERKES

merupakan impuls bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf

pendengar (nervus cochlearis).

Mengukur Tingkat Kebisingan

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level

meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk

menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja

umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang

batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8

jam per hari.

Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila

ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang

dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk.

Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram

adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara

yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga.

N ilai Ambang Batas Kebisingan

Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila

bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978,

Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan

merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan

hilangnya daya dengar yang tetap untuk wwaktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam

sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut:

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 4

Page 5: MAKALAH TUGAS HIPERKES

82 dB : 16 jam per hari

85 dB : 8 jam per hari

88 dB : 4 jam per hari

91 dB : 2 jam per hari

97 dB : 1 jam per hari

100 dB : ¼ jam per hari

B. Jenis Kebisingan

Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:

1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap

dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya

mesin, kipas angina, dapur pijar.

2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif

tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada prekuensi 500,

1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.

3. Bising terputus-putus (Intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus,

melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di

lapangan terbang.

4. Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB

dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya

tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

5. Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini terjadi

secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 5

Page 6: MAKALAH TUGAS HIPERKES

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia , bising dapat dibagi atas:

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).Intetitas tidak terlalu keras. Misalnya

mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi

pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda

bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging / injurious noise). Adalah bunyi yang

intesitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan

fungsi pendengaran.

C. Pengaruh Bising Terhadap Tenaga Kerja

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan

fisiologis, gangguan psikologis,gangguan komunikasi dan ketulian,atau ada yang

menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap

pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman

bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.

Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap ksehatan pekerja

sebagai berikut:

1. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal

metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 6

Page 7: MAKALAH TUGAS HIPERKES

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susah

tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,

psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan

mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman.

Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat

tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas

kerja.

4. Gangguan keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala

pusing, mual dan lain-lain.

5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan

terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan

hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya

bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya

dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang

sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi

orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut.

Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan

emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 7

Page 8: MAKALAH TUGAS HIPERKES

pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan

suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tsb.

Tabel 1-1 Jenis-jenis dari Akibat-akibat kebisingan

Tipe Uraian

Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intesitas tinggi, tenaga kerja

akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu

pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat

secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula

dengar sempurna.

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 8

Page 9: MAKALAH TUGAS HIPERKES

Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)

Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS di pengaruhi

oleh faktor-faktor berikut:

- Tingginya level suara

- Lama pemaparan

- Spektrum suara

- Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadinya

- TTS akan lebih besar.

- Kepekaan individu

- Pengaruh obat-obatan.

Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila

diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin,

streptomycin, kansmycin dsn beberapa obat lainnya.

- Keadaan kesehatan

D. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketulian

Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjaan (occupational hearing

loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan oleh bukan

karena kerja (non- occupational hearing loss).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja (occupational hearing

loss), adalah sebagai berikut:

- Intensitas suara yang terlalu tinggi.

- Usia karyawan.

- Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing impairment).

- Tekanan dan frekuensi bising tersebut.

- Lamanya bekerja.

- Jarak dari sumber suara.

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 9

Page 10: MAKALAH TUGAS HIPERKES

- Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja.

E. Pengendalian Kebisingan

Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap:

Terhadap Sumbernya dengan cara:

- Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya.

- Substitusi alat

- Mengubah proses kerja

Terhadap Perjalanannya dengan cara:

- Jarak diperjauh

- Akustik ruangan

- Enclosure

Terhadap penerimanya dengan cara:

- Alat pelindung telinga

- Enclosure (mis.dalam control room)

- Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja.

- Selain dari ketiga di atas, dapat juga dilakukan dengan melakukan:

Pengendalian secara Teknis (Engineering control) dengan cara:

- Pemilihan equipment / process yang lebih sedikit menimbulkan bising.

- Dengan melakukan perawatan (Maintenance).

- Melakukan pemasangan penyerap bunyi.

- Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik).

- Menghindari kebisingan

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 10

Page 11: MAKALAH TUGAS HIPERKES

Pengendalian secara Administratif (Administartive control) dengan cara:

- Melakukan shift kerja

- Mengurangi waktu kerja

- Melakukan tranning

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 11

Page 12: MAKALAH TUGAS HIPERKES

KESIMPULAN

1. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang mana dapat merugikan

kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran dan bila pemaparan dalam waktu yang

lama akan menyebabkan ketulian.

2. Pada dasarnya perjalanannya dan penerimanya. Selain itu dapat juga dengan melakukan

pengendalian secara teknis (Engineering control), pengendalian secara

administratif (Administrative control) dan langkah alat pelindung pendengaran.

3. Pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dapat dilakukan dengan

program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur perusahaan

dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada karyawan mengenai

kebisingan dan pengaruhnya terhadap kesehatan di tempat kerja.

4. Gunakan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan pekerjaan yang terpapar

langsung dengan kebisingan di tempat kerja dan APD yang digunakan harus

memberikan perlindungan dan memberikan rasa aman dan nyaman terhadap

pemakainya.

SARAN

Semoga dengan disusunnya tugas ini bisa dijadikan pedoman dalam pembelajaraan

hiperkes materi kebisingan dan menambah wawasan bagi kita semua tentang materi ini, sehingga

jika suatu hari kita mendapatkan masalah seperti ini maka kita tidak perlu khawatir bagaimana

cara menyelesaikannya.

Makalah Hiperkes Kelompok 2, Kebisingan. Page 12