813-1839-1-PB

download 813-1839-1-PB

of 10

Transcript of 813-1839-1-PB

  • ARTIKEL

    HUBUNGAN SIFAT ANTIGENIKVIRUS INFLUENZA A/H5N1

    TAHUN 2004-2005*Djoko Yuwono**

    RingkasanTelah dilakiikan analisis antigenik secara imunoserologi strain virus influenza A/H5N1 yang berasaldart manusia dan kaitannya dengan strain yang berasal dari hewan. Reaksi terhadap antibodimonoklonal menunjukkan bahwa strain A/H5N1 Indonesia terdahulu: (Indonesia /5/05/Tangerang;Indonesia 34I/Jakarta; Indonesia/542/Jawa Barat; Indonesia/554/Jawa Timur; Indonesia 557/Jakarta),mempunyai sifat antigen determinan dominan yang mirip dengan protein CP176/26 dari strain virusCK'PA/1370/83 dan antigenik determinan protein 8H11 dari strain virus CK/H&rYU/22/2002.Sedangkan virus: Indonesia /534 /Medan; Indonesia 535/Medan; Indonesia 536/Medan; Indonesia538/Medan; Indonesia 546/Medan; Indonesia 560/Medan; memiliki antigen determinan mirip denganprotein 3C8 dari strain virus CK/HK/YU/22/2002. Hasil analisis antigenik virus A/H5N1 Indonesiadikaitkan dengan strain influenza A/H5N1 dari beberapa negara menunjukkan bahwa virus A/H5N1Indonesia termasuk ke dalam kelompok Clade2; subclade I . Lebih lanjut strain virus Indonesia 5 danIndonesia CDC 357 mempunyai persamaan sifat antigenik, sedangkan strain virus Indonesia CDC 625(kluster keluarga Kara) walaupun sama-sama termasuk ke dalam Clade 2; subclade 1, akan tetapimemiliki persamaan sifat antigenik dengan strain A/TURKEY/I 5/2005, A/WSWAN/MG/244/2005 danstrain A'BHGOOSE/QIGHAI/l A/2005 yang termasuk ke dalam Clade 2; subclade 2. Pengujian sifatantigenik ini sangat diperlukan dalam mempelajari sifat antigenik strain virus untuk pengembangan ujidiagnostik dan menentukan suatu strain vims kandidat vaksin.

    Kata kunci: virus A/H5N1; HI test; imunoserologi; sifat antigenik.

    Pendahuluan

    S ejak dilaporkan adanya epidemi flu burungsporadis pada unggas di 25 provinsi diIndonesia, maka telah dilaporkan kasuspenderita A/H5N1 pada manusia terutama di DKIJakarta, Banten; Jawa Barat; Lampung; JawaTengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara.Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan olehBadan Litbang Kesehatan; laboratorium Namru-2Jakarta dan laboratorium rujukan Flu Burung diUniversitas of Hongkong (UHK), selain itu jugadilakukan di Communicable Disease Control(CDC) Atlanta, Amerika Serikat.

    Beberapa isolat virus A/H5N1 telahdihasilkan oleh laboratroium rujukan flu burungdi UHK dan CDC Atlanta.1'2'3

    Pemeriksaan secara biomolekuler telahdilakukan untuk mendeteksi RNA virus A/H5N1.

    menggunakan teknik reverse transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR) baik secaragel base ataupun secara realtime RT-PCR.Analisis sekuens genom dilakukan untukmengetahui urutan nukleotida ataupun sekuensasam amino dengan menggunakan sekuens DNA.

    Upaya untuk mempelajari sifat antigeniktelah dilakukan yaitu dengan mempelajari per-bedaan atau persamaan sifat imunologik dari virusstrain manusia dibandingkan dengan virus strainhewan ataupun strain manusia yang berasal dariberbagai negara.

    Hasil pemeriksaan ini sangat diperlukandalam pengembangan suatu kit diagnostik danmenentukan strain virus vaksin ataupun jenisantigen yang dapat dipakai dalam antisipasikomposisi protein dari suatu kandidat vaksin.

    * Disampaikan dalam pertemuan ilmiah Hasil penelitian Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Bogor; 5-6 Desember 2006** Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbang Kesehatan

    Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007 41

  • Bahaii dan Cara KerjaPemeriksaan laboratorium dilakukan oleh

    Badan Litbang Kesehatan dan LaboratoriumNamru-2 Jakarta. Rujukan dilakukan ke Labo-ratorium Mikrobiologi UHK dan InfluenzaBranch CDC Atlanta. Hal ini perlu dilakukanmengingat pentingnya keterbukaan dalam me-nentukan penyebab suatu penyakit yang menjadiperhatian dunia. Selain itu di Indonesia belumtersedia adanya sarana laboratorium dengan BSL-3 (Bio Safety Level-3) yang diperlukan untukdipakai melakukan biakan virus yang ditularkansecara aerosol seperti virus A/H5N1 ini. Adapunanalisis antigenik virus A/H5N1 dilakukan denganmenguji isolat virus A/H5N1 terhadap beberapajenis pool antisera, baik antibodi monoklonalataupun antibodi poliklonal.

    Mengingat isolat virus A/.H5N1 strainIndonesia pada saat ini hanya disimpan olehlaboratorium rujukan seperti UHK dan CDCAtlanta, maka pemeriksaan uji HemaglutinasiInhibisi untuk analisis sifat antigenik juga hanyadapat diijinkan di kedua laboratorium tersebut.

    Hasil dan HcmbahasanSampai saat ini telah diperiksa sebanyak

    600 kasus suspek flu burung.Dari beberapa isolat virus tersebut telah

    diperiksa sebanyak 11 isolat. Pada Tabel-1 dapatdiketahui besarnya liter antibodi yang dihasilkandengan uji HI (Hambatan Hemaglutinasi)berbagai strain A/H5N1 dari Indonesia terhadapberbagai jenis antisera terhadap berbagai strainA/H5N1 baik antibodi monoklonal ataupunpoliklonal.

    Reaksi terhadap antibodi monoklonal me-nunjukkan bahwa strain A/H5N1 Indonesiaterdahulu: (Indonesia /5/05/Tangerang; Indonesia34I/Jakarta; Indonesia/542/Jawa Barat; Indonesia/554/Javva Timur; Indonesia 557/Jakarta), mem-puny ai sifat antigen determinan dominan yangmirip dengan protein CP176/26 dari strain virusCK/PA/1370/83 dan antigenik determinan protein8H11 dari strain virus ayam CK/HK/YU/22/2002.Sedangkan virus: Indonesia /534 /Medan;Indonesia 535/Medan; Indonesia 536/Medan;Indonesia 538/Medan; Indonesia 546/Medan;Indonesia 560/Medan; memiliki antigendeterminan mirip dengan protein 3C8 dari strain

    virus CK/HK/YU/22/2002.Hasil ini menunjukkan bahwa virus

    A/H5N1 periode awal (th 2005) menunjukkanbahwa virus tersebut merupakan virus yangmemiliki hubungan dekat dengan strain A/H5N1yang berasal dari ayam yaitu strain:CK/PA/1370/83 (origin Pakistan). Sedangkanstrain yang kemudian (Medan, Sumatera Utara),kluster Karo menunjukkan adanya strain yangberbeda yaitu memiliki hubungan dekat denganstrain CK/HK/YU/22/2002 (origin Yunan, China),yang keduanya masih merupakan strain ayam.

    Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa strainA/H5N1 Indonesia dikelompokkan ke dalamClade 2; subclade-1. akan tetapi strain klusterkeluarga Karo walaupuin masih termasukkedalam Clade-2; tapi memiliki sifat antigenikberbeda dengan strain terdahulu (Indonesia -5/05)yaitu mirip dengan strain A/TURKEY/15/2005.A/WSWAN/MG/244/2005 dan strainA/BHGOOSE/QIGHAI/1 A/2005 yang termasukke dalam Clade 2; subclade 2. Virus tersebutdiketahui merupakan strain virus angsa: kalkundan itik.

    Hasil pemeriksaan analisis sekunes DNAyang dilakukan oleh laboratorium referalinfluenza untuk Influenza telah diketahui bahwadari 8 segmen genom virus H5N1 tahun 2004 -2005, terutama strain H5N1 Vietnam danThailand menunjukkan bahwa virus H5N1 yangmenginfeksi manusia, secara genotipik mem-punyai kekerabatan dekat dengan virus pada ayamdan masuk ke dalam genotip Z.4

    Kesimpulan1. Antibodi monoklonal CP 176/26 dari strain

    virus CK/PA/1370/83 dan antibodi mono-klonal 8H11 dari strain virus CK/HK/YU/22/2002 bersifat spesifik untuk mendeteksiantigen strain A/H5N1 dari Indonesia.

    2. Antibodi monoklonal 3C8 dari strain virusCK/HK/YU/22/2002, bersifat spesifik ter-hadap strain A/H5N1 Indonesia/534 /Medan;Indonesia 535/Medan; Indonesia 536/Medan;Indonesia 538/Medan; Indonesia 546/Medan;Indonesia 560/Medan;

    42 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007

  • Tabel 1. Analisis Antigenik Strain Virus A/H5N1 Indonesia Terhadap Monoklonal Antibodi dan Serum Feret, Berdasarkan Reaksi HambatanHemaglutinasinya

    mAbCK/ PA/1370/83

    Indonesia/5Indonesia/341 (27F)Indonesia/542 (12M,West Java)Indonesia/554 (18M,East Java)Indonesia/557 (39M,Jakarta)

    Indonesia/534 (18M, Medan)Indonesia/535 (1 .5F, Medan)Indonesia/536 (29F, Medan)Indonesia/538 (19M, Medan)Indonesia/546 (10M, Medan)Indonesia/560 (33M, Medan)

    VNM1 203/04CK/VNM/C58/04CK/HK/YU22/02GS/HK/437.4/99CK/PA/1370/83

    CP25

  • Tabel 2. Reaksi Hambatan Hemaglutinasi Beberapa Strain Virus Influenza A/H5N1

    NO

    123456789

    1011

    1213

    STRAIN

    A/VETNAM1 194/2004 aA/VIETNAM/I 203/2004 aA/THAILAND/I 6/2004 aA/IND/5/2005 bA/MD/CDC357/2006 bA/MD/CDC625/2006 b *A/TURKEY/I 5/2005 cA/WSWAN/MG/244/2005 cA/BHGOOSE/QIGHAI/ 1 A/2005 cA/TURKEY/TURK/1/2005 cA/DUCK/HUN ANWG/1 5/2004 dA/ANHUI/1/2005 dA/GUANGXI/1/2005 d

    VN/1194640320ND80

    NDND808080

    80ND

    NDND

    VN/1203

    160160160

  • Hasil analisis antigenik virus A/H5N1Indonesia dikaitkan dengan strain influenzaA/H5N1 dari beberapa negara menunjukkanbahwa virus A/H5N1 Indonesia termasuk kedalam kelompok Clade2; subclade 1. Lebihlanjut strain virus Indonesia CDC 625 (klusterkeluarga Karo) walaupun sama-samatermasuk ke dalam Clade 2; subclade 1, akantetapi memiliki persamaan sifat antigenikdengan strain A/TURKEY/I 5/2005,A/WSWAN/MG/244/2005 dan strainA/BHGOOSE/QIGHAI/1 A/2005 yang ter-masuk ke dalam Clade 2; subclade 2.

    3. Hasil analisis sifat antigenik menunjukkanbahwa strain virus A/H5N1 (Karo) ini masihmemiliki hubungan kekerabatan dekat denganvirus pada angsa; kalkun dan itik.

    Ucapan Terima KasihPenulis mengucapkan terima kasih kepada

    Dr. JSM Peiris and Dr. Y Guan; Dept.

    Microbiology; The University of Hong Kong yangtelah mengirimkan hasil pemeriksaan hasil ujiserologi dari beberapa isolat virus AI dariIndonesia pada periode 2005.

    Daftar Pustaka1. Weekly Epidemiological record, Vol. 34/35;

    2006, 81, 325-340.2. Laporan Hasil Pemeriksaan Uji HI terhadap

    Isolat Virus A/H5N1 Indonesia oleh Bag.Mikrobiologi; University of Hong Kong,Mei, 2006.

    3. Laporan Hasil Pemeriksaan Kasiis SuspekFlu Burung oleh Lab. AI WHO CC,University of Hong Kong.

    4. Evolution of H5N1 Avian Influenza Virusesin Asia. The World Health OrganizationGlobal Influenza Program SurveillanceNetwork. Past Issue, Vol. 11, No. 10.October 2005.

    Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007 45

  • KAJIAN

    TUNGAU: PENYAKIT YANG DIAKIBATKANDAN PENGENDALIANNYA

    Farida Dwi Handayani, S.Si*

    Pendahuluan

    T ungau merupakan salah satu jenisektoparasit pada tikus dan rodensia padaumumnya. Rodensia menjadi pembawabeberapa penyakit penting pada manusia danbinatang. Penyebab beberapa penyakit zoonosisseperti pes, murine typhus, scrub typhus,tularaemia, Queenslans tick typhus, leptospirosisserta dermatitis maupun iritasi yang disebabkanoleh virus, riketsia, bakteri, protozoa, helmintesdan trematoda. beberapa organisme patogendibawa dalam darah tikus dan melibatkan vektorsebagai perantara penyakit ke manusia(Intermediar transmission).1 Tungau trumbikulidmendapat perhatian karena peranannya dalampenularan penyakit scrub typhus yang disebabkanoleh Rickettsia tsutsugamushi. Scntb typhus

    merupakan penyakit yang umumnya berjangkit didaerah yang ditumbuhi semak yang merupakantempat hidup tungau vektor. Angka kematianpenyakit tersebut dilaporkan sekitar 0,6-35%.:

    Ektoparasit (ektozoa) merupakan parasityang berdasarkan tempat manifestasi parasitisnyaterdapat di permukaan luar tubuh inang, termasukdi liang-liang dalam kulit atau ruang telinga luar.Kelompok parasit ini juga meliputi parasit yangsifatnya tidak menetap pada tubuh inang, tetapidatang dan pergi di tubuh inang. Ektoparasit padatikus dan mencit dapat dikelompokkan dalam 5bentuk arthropoda, yaitu tungau, tungautrombikulid, caplak, kutu dan pinjal.3 Tungauterdistribusi umumnya di daerah punggung tikusdan sebagian kecil di bagian perut (abdomen).

    .j^p3& Jfc,

    AX

    Gambar 1. Laelaps echidninus jantan dan betina (tampak ventral)Keterangan :Gn = gnatosoma (kepala)Id = Idiosoma (badan)L =kakiPa = PalpusCo = Coksa

    Ss - lempeng sternalAs= lempeng analGvs = lempeng genitoventralPe = PeritremCh = Selisera

    * Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

    46 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007

  • Morfologi TungauTungau adalah Arachnida kecil dengan

    panjang berkisar 0,5-2 mm. Berbentuk ovoidsampai globuler, tekstur tubuh tampakmembranosa. Kepala kecil mata sederhana, tetapikadang-kadang tidak ditemukan. Pada tungaudewasa lempeng anal, lempeng sternal danlempeng genitoventral dapat untuk membedakanjenis. Tungau dewasa memiliki 4 pasang kaki,sedang larvanya hanya 3 pasang kaki. Tungau iniaktif bergerak dan berwarna putih kekuninganatau berwarna kecoklatan. Tungau parasitmempunyai ciri khusus yaitu adanya tonjolanseperti cakar yang besar pada pasangan kakipertama, yang bermanfaat untuk mencengkeramrambut hospes.2

    Taksonomi TungauTungau digolongkan sebagai anggota pada

    klas Arachnida, sub klas Acari. Lebih lanjut subklas Acari dibagi ke dalam beberapa ordoAcariforrnes (termasuk tungau Mesostigmatid danProstimatid) dan Parasitiformes (termasuk tungaudan caplak Mesostigmatid). Ahli taksonomimenggolongkan tungau ke dalam:

    Phylum: ArthropodaSub Phylum : Chelicerata

    Classis : ArachnidaSub Class : Acari

    Ordo : AcarinaFamili: Laelapidae; Ornithonyssus;

    Haemolaelaps; TrombiculidaeGenus: Laelaps

    Species : Laelaps echidninus

    Lebih dari 200 famili, 1700 genus dan30.000 spesies tungau telah diketahui danbeberapa ribu lebih spesies diperkirakan ada.Tungau yang penting pada kesehatan masyarakatadalah sub ordo Mesostigmata, Prostigmata,Astigmata dan Tetrastigmata.

    Habitat TungauPada umumnya tungau hidup bebas, tetapi

    ribuan spesies menjadi parasit pada hewan(vertebrata dan invertebrata) dan tanaman.Meskipun pada umumnya tungau parasitiksebagai ektoparasit, beberapa spesies meng-infestasi ke bagiaan dalam dan tengah telinga.Pada bagian respiratori (alat-alat peraapasan) danparu-paru, kulit, intestinal dan kandung kemihpada vertebrata.

    Sebagai konsekuensi dari ukurannya yangkecil, tungau dapat menyebar dari semua habitat(worldwide distribution), tidak seperti arthropodapada umumnya, di antaranya menempati habitatyang dihasilkan oleh binatang lain (sarang, Hang,dsb).3 Menurut Savory6 tungau dan caplakmerupakan Arachnida kecil, sebagian akuatik dansebagian lain parasitik. Tubuh inang dijadikanoleh sebagian jenis tungau sebagai tempat hidupdan berkembang biak, seperti Laelaps echidninusyang banyak dijumpai pada bagian punggung danperut tikus. Sedangkan untuk tungau familitrombiculidae stadium dewasanya hidup dilapangan rumput atau semak-semak yang seringdidatangi hewan piaraan/rodensia liar.

    Daur Hidup TungauTungau di dalam siklus hidupnya

    mengalami metamorfosis tidak sempurna. melaluibeberapa tahapan, yaitu: telur - larva - nimfa -dewasa. Telur berbentuk bulat dengan garistengah 0,1 - 0,2 mm, diletakkan di atas tanahyang lembab. Telur yang telah menetas menjadilarva seluruh tubuhnya tertutup oleh bulu,kemudian larva berkembang menjadi nimfa.Stadium nimfa melalui 3 tahapan (protonimfa,deutonimfa dan tritonimfa). Siklus hidup tungausebagian besar berlangsung sekitar kurang dari 4minggu. Di bawah kondisi optimal daur hiduptungau berlangsung selama 13 hari, bahkan adayang berlangsung hanya 8 hari.4

    Tungau dan Penyakit

    Tungau dapat terinfeksi, mengembangkandan menularkan organisme patogen dari hampirsebagian besar mikroorganisme patogen sepertivirus, spirochaeta, bakteri dan protozoa. Tungausangat penting pada kehidupan manusia dankedokteran hewan. Banyak spesies tungau yangsecara sederhana merugikan dan sebagian lainmenjadi vektor dan reservoir beberapa penyakitserius.4 Sejumlah spesies tungau parasitik padamamalia dan bangsa unggas dan terkadangmenyerang manusia. Tungau-tungau tersebutdapat menyebabkan iritasi serta peradangan padakulit.5 Tungau dari Famili Ceyletidae, Acaridaedan Laelapidae yang menjadi ektoparasit adalahstadium dewasanya, sedangkan dari familiTrombiculidae yang menjadi ektoparasit adalahlarvanya. Famili Trombiculidae stadium dewasahidup di lapangan rumput atau semak-semak yangsering didatangi hewan piaraan atau rodensia liar.

    Media Litbang Kesehatan Volume Xl'll Nomor 2 Tahun 2007 47

  • Beberapa tungau berlaku sebagaitransmitting agent beberapa penyakit yangdisebabkan oleh virus dan rikettsia. Tungau benar-benar menyebabkan ketidaknyamanan padakehidupan manusia dan hewan peliharaan, melaluigigitannya dan kebiasaan menghisap darah.Tungau-tungau ini juga menyebabkan alergi yangdapat menebabkan reaksi hipersensitif." Pada tabel1. disajikan beberapa penyakit yang ditularkanoleh tungau.

    Tungau Sebagai Vektor Penyakita. Murine typhus

    Pada bidang kesehatan beberapa jenistungau seperti Laelaps echidninus dan larva

    tungau Ascoschongastia indica merupakanvektor penyakit murine typhus. Murine typhusadalah infeksi ricketsia pada manusia dantikus komensal yang terdistribusi luas diseluruh belahan dunia antara lain Cina, Rusiadan Indonesia. Di Indonesia penyakit iniditemukan di Pulau Jawa.8 Penelitian kohortseroepidemiologi murine typhus dan scrubtyphus yang dilakukan di Malang, JawaTimur pada anggota militer sepulang daritugas perdamaian PBB untuk Kambodiamenunjukkan hasil dari 464 respondendidapat 34.7% dan 1.3% terinfeksi R. typhiand O. tsutsugamushi.9

    \

    1

    Gambar 2. Siklus Hidup Tungau

    Tabel 1. Penyakit-penyakit yang Ditularkan oleh Tungau TikusJenis Penyakit Penyebab penyakit Jenis Tungau

    RicketsiosisMurine typhus

    Scrub Typhus

    Rickettsialpox

    VirusisKorean haemorrhagic feverBakteriosisTularemia

    ProtozoaHepatozoon

    Rickettsia typhii

    Rickettsia tsutsugamushi

    Rickettsia akari

    Hantaan virus

    Francissela tularensis

    Hepatozoon griseiciuri

    Ornithonyssus bacotiLaelaps echidninusAndrolaelapss casalisLeptrombidium deliensis

    Liponyssoides sanguineusOrnithonyssus bacoti

    Laelapsjetmani

    Laelaps echidninusOrnithonyssus bacoti

    Laelaps echidninusSumber: Azad, A.F. Vector Control Series "Mites" Training and information Guide. WHO. 1986

    48 Media Litbang Kesehatan VolumeXVII Nomor 2 Tahun 2007

  • b. Scrub typhusScrub typhus (demam semak) pertama

    kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1908saat terjadi wabah di Sumatera Utara, tahun1930 kasus demam semak ditemukan di Jawa.Pada tahun 1935, kasus yang sama ditemukandi Kalimantan dan pada tahun 1945 kasusdemam semak ditemukan di Biak dan Owi.Scrub typhus tersebar luas terutama di daerahtransmigrasi.10

    Scrub typhus disebabkan oleh infeksiRickettsia tsutsugamushi. R. tsutsugamushimempunyai hubungan erat dengan tungautrombikulid dan inang rodensia.4 Pada tungauterjadi penularan transovarial dengan infeksiawal pada fase larva. Larva dari beberapaspesies tungau, terutama Leptotrombidiumakamushi dan Leptotrombidium deliensismenginfeksi mereka sendiri denganmenyerang tikus liar terinfeksi dan akhirnyakepada manusia yang bertindak sebagai inangaksidental.10

    c. RickettsialpoxRickettsialpox pertama kali ditemukan

    di kota New York pada tahun 1946, dengan124 kasus dilaporkan. Agen penyebab adalahRickettsia akari dengan melibatkan tungauLiponyssoides sanguineus dan Ornithonyssusbacoti sebagai vektor. Tungau ini berada ditikus rumah (Mus musculus) dan ditemukanpula di tikus riol (Rattus norvegicus), tetapipada umumnya ditemukan dominan di tikusrumah. Penularan secara transovarial ditemu-kan pada L. sanguineus.4

    Akhir-akhir ini, beberapa kasusrickettsialpox dilaporkan di pemukimanpenduduk di Ukraina dan Kroasia (2002).Isolasi juga didapat dari jenis tikus Korea didaerah dimana rickettsialpox tidak adalaporan kasus. Data tersebut mengindikasikanadanya siklus penularan R. akari danorganisme tersebut lebih terdistribusi meluasdari keberadaan yang terlihat. Sebagaipengetahuan, rickettsialpox sebelumnya tidakpernah ditemukan pada pasien di daerahselatan Amerika, tetapi dari penelitian yangdilakukan ditemukan penularan R. akari padamanusia yang tinggal di daerah suburbanNorth Carolina."

    Preliminari tes menunjukkan bahwatungau tikus di daerah tropis, Liponyssusbacoti, dapat menularkan agen rickettsialpox,

    Rickettsia akari, dari tikus ke tikus. Jalurpenginfeksian pada fase progeny nympha,mengindikasikan penularan terjadi secaratransovarial. Agen terlihat berkoloni selama34 hari dan di tungau yang mati agen hanyadapat bertahan dalam waktu singkat.12

    d. TularemiaTularemia adalah penyakit akut yang

    sering ditemukan pada kelompok lagomorphs(kelinci) dan tikus. Tungau, caplak dan pinjalterlibat dalam siklus penularan. Tularemiaterjadi di negara-negara beriklim sedang,sebagian besar di Eropa dan Amerika, tapijuga di Afrika dan Asia. Di Amerika kelinciberperan sebagai sumber penular hampir 90%kasus. Beberapa spesies tungau mesotigmatidmasuk dalam siklus penularan, baik secarapengujian maupun ditemukan di lapanganterinfeksi dengan Francisella tularensis:Laelaps echidninus, Eulaelaps stabularis danOrnithonyssus bacoti.A

    e. HepatozoonSejumlah kecil parasit protozoa

    ditularkan oleh tungau. Beberapa spesiestungau penghisap mesostigmastid terlibatdalam siklus penularan hepatozoon padarodensia. Genus Hepatozoon terdiri daribeberapa spesies yang berperan sebagaiparasit intraselular dan umum ditemukandalam darah dan jaringan vertebrata di seluruhdunia. Laelaps echidninus menularkanHepatozoon griseiciuri dari tupai ke tupai.4

    Gigitan TungauBeberapa jenis tungau dapat langsung

    menyebabkan keadaan sakit pada manusia danbinatang dengan cara sebagai berikut: merusakjaringan kulit atau dermatitis dan alergi. Jenistungau yang menyebabkan dermatitis padamanusia maupun binatang adalah 0. bacoti, L.sanguineus, D. gallinae dan 0. sylviarum4

    Metode Pengendalian Tungau1. Tindakan Preventiv/Proteksi Diri

    Pencegahan kontak dengan tungauterinfeksi dengan usaha proteksi diri denganmenggunakan jaket/baju berinsektisida(impragnating clothes) dan selimut ber-insektisida menggunakan permethrin danbenzyl benzoat serta penggunaan repellen

    Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007 49

  • DectR) pada seluruh(diethyltoluamide,permukaan kulit.

    2. Pengendalian Tungau secara BiologiDengan menggunakan predator, yaitu

    Africanc birds kelompok spesies Buphagusyang memangsa kelompok tungau dan caplak.

    3. Pengendalian Tungau secara KimiaPengendalian tungau menggunakan

    bubuk insektisida dengan efek residual padajalur yang biasa dilewati oleh tikus, sarangdan sekitar pelabuhan.7a. Pemberantasan tungau dari tempat-tempat

    spesifik dengan aplikasi chlorinatehydrocarbons, seperti lindane, dieldrinatau chlordane pada tanah dan vegetasi disekelilingnya, bangunan dan daerahpopulasi lain di area endemik.

    b. Penggunaan doxycycline selama 7minggu (Dosis 200 mg/minggu) terbuktiefektif sebagai usaha pencegalian.

    Pengetahuan tentang berbagai aspek biologidan taksonomi tungau yang dapat menunjangketepatan identifikasi mempunyai peran pentingterutama dalam usaha pencegahan penyebaranMurine typhus, Tularemia dan penyakit lainnyayang disebabkan oleh tungau. Perlu adanyapengetahuan mengenai aspek biologi dantaksonomi dari berbagai ektoparasit lainnyasebagai usaha pencegahan penyakit bersumberbinatang.

    Daftar Pustaka1. Yap, H.H., Chong, N.L.& Lee, C.Y. Biology

    and Control of Urban Pests. VCRUUniversity Sains Malaysia. Penang. 1996.

    2. Hadi, R. Tuti. Jenis Tungau Trombikulid diBeberapa Daerah di Indonesia, DisertasiDoktor dalam bidang MIPA. UniversitasIndonesia. Jakarta. 1989.

    3. Ristiyanto. Rodentologi Kesehatan. Univ.Dian Nuswantoro. Semarang. 2005.

    4. Azad, A.F. Vector Control Series "Mites"Training and information Guide. WHO. 1986.

    5. Rozendaal, Jan, A. Vector Control, Methodsfor use by individuals and communities.WHO. Geneva. 1997.

    6. Savory Theodore. Arachnida Td edition.Academic Press. New York. 11977.

    7. Chin James. Control of CommunicableDiseases Manual. 17th edition. AmericanPublic Health Association. 2000

    8. Brooks and Rowe, Vector Control Series"Rodents" Training and information Guide.WHO. 1987.

    9. Richards, Soeatmadji, Widodo et al.Seroepidemiologic Evidence for Murine andScrub typhus in Malang, Indonesia. TheAmerican Society of Tropical Medicine andHygiene. 57(1), 1997, pp. 91-95.

    10. Nurisa, Ima dan Ristiyanto. PenyakitBersumber Rodensia (Tikus dan Mencit) diIndonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4.No. 3 Desember 2005. h. 308-318.

    11. Krusell, Comer and Sexton. Rickettsialpox inNorth Carolina: A Case Report. EmergingInfectious Disease Vol. 8. No. 7. July 2002.

    12. Philip and Hughes. The Tropical Rat Mite,Liponyssus bacoti, as an Experimental Vectorof Rickettsialpox. American Journal ofTropical Medicine., si-28(5), 1948, pp. 697-705.

    50 Media Litbang Kesehatan VolumeXVII Nomor 2 Tahun 2007