7.docx

11
7. Penatalaksanaan Karena etiologi yang mendasari pada polip nasi adalah reaksi inflamasi, maka penatalaksanaan medis ditujukan untuk pengobatan yang tidak spesifik. Pada terapi medikamentosa dapat diberikan kortikosteroid. Kortikosteroid dapat diberikan secara sistemik ataupun intranasal. Pemberian kortikosteroid sistemik diberikan dengan dosis tinggi dalam waktu yang singkat, dan pemberiannya perlu memperhatikan efek samping dan kontraindikasi. Kortikosteroid oral adalah pengobatan paling efektif untuk pengobatan jangka pendek dari polip nasi, dan kortikosteroid oral memiliki efektivitas paling baik dalam mengurangi inflamasi polip. (10,11) Kortikosteroid juga dapat diberikan secara intranasal dalam bentuk spray steroid, yang dapat mengurangi atau menurunkan pertumbuhan polip nasi yang kecil, tetapi secara relatif tidak efektif untuk polip yang masif. Steroid intranasal paling efektif pada periode post operatif untuk mencegah atau mengurangi relaps. Pengobatan juga dapat ditujukan untuk mengurangi reaksi alergi pada polip yang dihubungkan dengan rhinitis alergi. Pada penderita dapat diberikan antihistamin oral untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi. Bila

Transcript of 7.docx

Page 1: 7.docx

7. Penatalaksanaan

Karena etiologi yang mendasari pada polip nasi adalah reaksi inflamasi, maka

penatalaksanaan medis ditujukan untuk pengobatan yang tidak spesifik. Pada terapi

medikamentosa dapat diberikan kortikosteroid. Kortikosteroid dapat diberikan secara

sistemik ataupun intranasal.

Pemberian kortikosteroid sistemik diberikan dengan dosis tinggi dalam waktu yang

singkat, dan pemberiannya perlu memperhatikan efek samping dan kontraindikasi.

Kortikosteroid oral adalah pengobatan paling efektif untuk pengobatan jangka pendek

dari polip nasi, dan kortikosteroid oral memiliki efektivitas paling baik dalam

mengurangi inflamasi polip.(10,11)

Kortikosteroid juga dapat diberikan secara intranasal dalam bentuk spray steroid,

yang dapat mengurangi atau menurunkan pertumbuhan polip nasi yang kecil, tetapi

secara relatif tidak

efektif untuk polip yang masif. Steroid intranasal paling efektif pada periode post

operatif untuk mencegah atau mengurangi relaps.

Pengobatan juga dapat ditujukan untuk mengurangi reaksi alergi pada polip yang

dihubungkan dengan rhinitis alergi. Pada penderita dapat diberikan antihistamin oral

untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi. Bila telah terjadi infeksi yang

ditandai dengan adanya sekret yang mukopurulen maka dapat diberikan antibiotik.

Pengobatan Medikamentosa

Steroid oral dan topikal di berikan pada pengobatan pertama pada nasal polip.

Antihistamin, dekongestan dan sodium cromolyn memberikan sedikit keuntungan.

Imunoterapi mungkin dapat berguna untuk pengobatan rhinitis alergi, tapi bila di

gunakan sendirian, tak dapat berguna pada polip yang telah ada, pemberian

antibiotik bila terjadi superimposed infeksi bakteri.(10,11)

Kortikosteroid adalah pengobatan pilihan, baik secara topikal maupun sistemik.

Injeksi langsung pada polip tidak dibenarkan oleh Food and Drug

Page 2: 7.docx

Administrationkarena dilaporkan terdapat 3 pasien dengan kehilangan penglihatan

unilateral setelah injeksi intranasal langsung dengan kenalog. Keamanan mungkin

tergantung pada ukuran spesifik partikel. Berat molekuler yang besar seperti

Aristocort lebih aman dan sepertinya sedikit yang di pindahkan ke area

intrakranial. Hindari injeksi langsung ke dalam pembuluh darah.(16)

Steroid oral paling efektif pada pengobatan medis untuk nasal polipoid. Pada

dewasa penulis banyak menggunakan prednison (30-60mg) selama 4-7 hari dan

diturunkan selama 1-3 minggu. Variasi dosis pada anak-anak, tetapi maksimum

biasanya 1mg/kb/hari selama 5-7 hari dan diturunkan selama 1-3 minggu.

Respon dengan kortikosteroid tergambar dari ada atau tidaknya eosinofilia, jadi

pasien dengan polip dan rhinitis alergi atau asma seharusnya respon dengan

pengobatan ini.

Pasien dengan polip yang sedikir eosinofil mungkin tidak respon terhadap steroids.

Penggunaan steroid oral jangka panjang tidak direkomendasikan karena efek

sampingnya yang merugikan ( seperti gangguan pertumbuhan, Diabetes Melitus,

hipertensi, gangguan psikis, gangguan pencernaan, katarak, glukoma, osteoporosis).

Pemberian topikal kortikosteroid di berikan secara umum karena lebih sedikit efek

yang merugikan dibandingkan pemberian sistemik karena bioavaibilitasnya yang

terbatas. Pemberian jangka panjang khususnya dosis tinggi dan kombinasi dengan

kortikosteroid inhalasi, terdapat resiko penekanan hipotalamus-pituari-adrenal aksis,

pembentukan katarak, gangguan pertumbuhan, perdarahan hidung, dan pada jarang

kasus terjadi perforasi septum.

Kortikosteroid merupakan antiinflamasi yang biasa diberikan padapasien polip hidung.

Namun, memberikan efek samping yang serius seperti perdarahan usus bila diberikan

dalam dosis yang besar dan dalam waktu yang lama. Inhibitor COX-2 juga

mempunyai efek anti inflamasi dan dikenal tidak memberikan efek samping pada

gastrointestinal.(14)

Pembedahan dilakukan jika:

1.  Polip menghalangi saluran nafas

2.  Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus

Page 3: 7.docx

3.  Polip berhubungan dengan tumor

4.  Pada anak-anak dengan multipel polip atau kronik rhinosinusitis yang gagal

pengobatan   maksimum dengan obat- obatan.

Tindakan pengangkatan polip atau polipektomi dapat dilakukan dengan menggunakan

senar polip dengan anestesi lokal, untuk polip yang besar tetapi belum memadati

rongga hidung. Polipektomi sederhana cukup efektif untuk memperbaiki gejala pada

hidung, khususnya pada

kasus polip yang tersembunyi atau polip yang sedikit. Bedah sinus endoskopik

(Endoscopic Sinus Surgery) merupakan teknik yang lebih baik yang tidak hanya

membuang polip tapi juga membuka celah di meatus media, yang merupakan tempat

asal polip yang tersering sehingga akan membantu mengurangi angka kekambuhan.

Surgical micro debridement merupakan prosedur yang lebih aman dan cepat,

pemotongan jaringan lebih akurat dan mengurangi perdarahan dengan visualisasi

yang lebih baik.(2,15)

Keputusan atas pembedahan ditentukan dari penemuan CT-Scan sinus paranasal

sebelum operasi. Anterior ethmoidectomy, posterior ethmoidectomy, antrostomy

meatus medius dan pembersihann resesus frontalis dapat dilakukan pada semua

pasien.

8. KOMPLIKASI

Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam

jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis,

mengorok dan bahkan sleep apnea - kondisi serius nafas dimana akan stop dan start

bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk

wajah dan penyebab penglihatan ganda/berbayang.

KOMPLIKASI OPERASI

Komplikasi yang terbanyak meliputi :

a) SSP – Kerusakan LCS , meningitis, perdarahan intrakranial, abses otak,

hernisasi otak 

Page 4: 7.docx

b) Mata - Kebutaan, trauma nervus opticus, orbital hematoma, trauma otot-otot

mata bisa menyebabkan diplopia, trauma yang mengenai duktus lakrimalis

dapat menyebabkan epiphora

c) Pembuluh darah – trauma pada pembuluh darah dapat menyebabkan

perdarahan.

d) Kematian

9. Prognosis

Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap berlanjut. Rekurensi

dari polip umumnya terjadi bila adanya polip yang multipel.  Polip tunggal yang besar

seperti polip antral-koanal jarang terjadi relaps.

Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu

ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis

alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.

Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa dekongestan

yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan

untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama dapat

dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi

pilihan apabila pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Page 5: 7.docx

BAB  III

KESIMPULAN

Polip nasi merupakan salah satu penyakit THT yang memberikan keluhan sumbatan

pada hidung yang menetap dan semakin lama semakin berat dirasakan. Etiologi polip

di literatur terbanyak merupakan akibat reaksi hipersensitivitas yaitu pada proses

alergi, sehingga banyak didapatkan bersamaan dengan adanya rinitis alergi. Pada

anamnesis pasien, didapatkan keluhan obstruksi hidung, anosmia, adanya riwayat

rinitis alergi, keluhan sakit kepala daerah frontal atau sekitar mata, adanya sekret

hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan massa yang lunak,

bertangkai, mudah digerakkan, tidak ada nyeri tekan dan tidak mengecil pada

pemberian vasokonstriktor lokal. Penatalaksanaan untuk polip nasi ini bisa secara

konservatif maupun operatif, yang biasanya dipilih dengan melihat ukuran polip itu

sendiri dan keluhan dari pasien sendiri. Pada pasien dengan riwayat rinitis alergi,

polip nasi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk rekuren. Sehingga

kemungkinan pasien harus menjalani polipektomi beberapa kali dalam hidupnya.

Page 6: 7.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Fransina, R.Sedjawidada, Amsyar Akil, Fadjar Perkasa, Abdul Qadar Punagi.

Ear Nose Throat Departement, Medical Faculty,Hasanuddin University,

Makassar The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No. 1 July-

September 2008

2. Kevin T Kavanagh. Nasal polypectomy.All Rights Reserved www.ent-

usa.com

3. http://www.google.co.id/imglanding?q=anatomi+hidung

4. Soetjipto D, Mangunkusumo Endang, Retno S.Wardani.dalam:Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi VI cetakan II. Balai Penerbit FK-

UI, Jakarta 2008.hal 118-122

5. Higler, Peter. Hidung (Anatomi dan fisiologi terapan). Dalam:Effendi H,

editor:BOEIS:Buku Ajar Penyakit THT.Edisi keenam.Philadelphia:WB

Saunders Company,1997.Hal 173-188

6. http://www.google.co.id/imglanding?q=nasal+mucosa&hl=id&client=firefox-

a&rls=org.mozilla:en-US:official&tbm=isch&tbnid=Z7

7. Ballenger, John Jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck. Lea &

Febiger 14th edition. Philadelphia 1991

8. Bechara Y Ghorayeb .Nasal polyps.http://www.otolaryngologyHouston.htm)

9. Alper Nabi Erkan, MD, Özcan Çakmak, MD, and Nebil Bal,

MD.Frontochoanal polyp article by All Rights Reserved

http://www.entjournal.com

10. John E McClay GOOD. Nasal Polyps. Associate Professor of Pediatric

Otolaryngology, Department of Otolaryngology-Head and Neck Surgery,

Page 7: 7.docx

Children's Hospital of Dallas, University of Texas Southwestern Medical

School. update Oct 22, 2008.http://www.medicine.com

11. Mangunkusumo,Endang, Retno S.Wardani.dalam:Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok edisi VI cetakan II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta

2008.hal 123-125

12. J. Gulia, S. P. S. Yadav, N. Sharma, H. & A. Hooda. Ectopic Tooth In

Osteomeatal Complex Presenting With Nasal Polyps: A Case Report. The

Internet Journal of Otorhinolaryngology. 2010 Volume 12 Number 1

13. Bangladesh J Otorhinolaryngol,Article by :Abu Hena Mohammad Parvez

Humayun1, AHM Zahurul Huq2, SM Tarequddin Ahmed3, Md. Shah

Kamal4, Kyaw Khin U3, Nilakanta Bhattacharjee. Vol. 16, No. 1, April 2010

14. Fransina, R.Sedjawidada, Amsyar Akil, Fadjar Perkasa, Abdul Qadar

Punagi Ear Nose Throat Departement, Medical Faculty,Hasanuddin

University, Makassar. The Indonesian Journal of Medical Science Volume

1 No. 1 July-September 2008.

15. S. P. Gulati, Anshu, R. Wadhera & A. Deeo : Efficacy of Functional

Endoscopic Sinus Surgery in the treatment of Ethmoidal polyps . The Internet

Journal of Otorhinolaryngology. 2007 Volume 7 Number 1

16. Immunologic factors in patients with chronic polypoid sinusitis. Nikakhlagh

S, Ghafourian-Boroujerdnia M, Saki N, Soltan-Moradi MR, Rahim F. Niger J

Med. 2010 Jul-Sep;19(3):316-9.